SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1968

                                     TENTANG

                    PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI


              DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA
                  PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :
              a.      bahwa didalam penyelenggaraan pembangunan ekonomi nasional
                    yang bertujuan untuk mempertinggi kemakmuran rakyat, modal
                    merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan ;
              b.    bahwa berhubung dengan itu. perlu diselenggarakan pemupukan
                    dan pemanfaatan modal dalam negeri secara maksimal, yang
                    terutama diarahkan kepada usaha-usaha rehabilitasi, pembaharuan,
                    perluasan dan pembangunan baru dalam bidang produksi barang-
                    barang dan jasa-jasa ;
              c.    bahwa untuk itu perlu diciptakan iklim yang baik, dan ditetapkan
                    ketentuan-ketentuan perangsang bagi para penanam modal dalam
                    negeri ;
              d     bahwa didalam sistim ekonomi nasional yang idiil, berlandaskan
                    Pancasila, kecuali bidang-bidang yang dikhususkan bagi usaha
                    Negara didalam batas-batas ketentuan dan jiwa Undang-Undang
                    Dasar 1945, terbuka lapangan yang lusas bagi usaha-usaha swasta ;
              e.    bahwa pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional harus
                    disandarkan kepada kemampuan dan kesangupan rakyat Indonesia
                    sendiri;
              f.    bahwa dalam pada itu, khususnya dalam tingkat perkembangan
                    ekonomi dan potensi nasional dewasa ini perlu dimanfaatkan juga
                    modal dalam negeri yang dimiliki oleh orang asing (domestik),
                    sepanjang tidak merugikan perkembangan ekonomi dan
                    pertumbuhan golongan pengusaha nasional;
              g.    bahwa dalam rangka pemanfaatan modal dalam negeri yang
                    dimaksudkan       itu.    Selain      diberikan   ketentuan-ketentuan
                    perangsang, perlu ditetapkan pula batas waktu berusaha bagi
                    perusahaan-perusahaan asing (domestik) yang menggunakan
                    modal dalam negeri, agar diperoleh pegangan yang jelas bagi
                    semua pihak yang berkepentingan, sehingga dengan pembatasan
                    itu tertampung pula jiwa dari P.P. 10 tahun 1959.

Mengingat   : 1. Pasal 5 ayat (1) pasal 20 ayat (1), pasal 27 dan pasal 33 Undang-
                 Undang Dasar 1945, beserta penjelasannya ;
                 2.       Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
                 No. XXIII/MPRS/ 1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan
                 Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, dan khususnya
                 pasal 63 ;
3. Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal
                   Asing.

                              Dengan Persetujuan
                     Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong

                                 MEMUTUSKAN

Menetapkan : UNDANG-UNDANG                TENTANG        PENANAMAN          MODAL
             DALAM NEGERI

                             BAB I
            PENGERTIAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI

                                       Pasal 1

(1) Yang dimaksud dalam Undang-Undang ini dengan quot;Modal Dalam Negeri ialah :
    Bagian daripada kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-
    benda, baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing
    yang berdomisili di Indonesia, yang disisihkan/disediakan guna menjalankan
    sesuatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal
    2 Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.
(2) Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut dalam ayat 1 pasal ini
    dapat terdiri atas perorangan dan/atau badan hukum yang didirikan berdasarkan
    hukum yang berlaku di Indonesia.

                                       Pasal 2

Yang dimaksud dalam Undang-Undang ini dengan quot;Penanaman Modal Dalam Negeriquot;
ialah :
Penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam pasal 1, baik secara langsung atau
tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan
Undang-Undang ini.

                           BAB II
    PENGERTIAN PERUSAHAAN NASIONAL DAN PERUSAHAAN ASING

                                       Pasal 3

(1) Perusahaan nasional adalah perusahaan yang sekurang-kurangnya 51% daripada
    modal dalam negeri yang ditanam didalammnya dimiliki oleh Negara dan/atau,
    swasta nasional Persentase itu senantiasa harus ditingkatkan sehingga       pada
    tanggal 1 Januari 1974 menjadi tidak kurang dari 75%.
(2) Perusahaan asing adalah perusahaan yang tidak memenuhi ketentuan dalam ayat 1
    pasal ini.
(3) Jika usaha yang dimaksudkan dalam ayat 1 pasal ini berbentuk perseroan terbatas
    masa sekurang-kurangnya persentase tersebut dalam ayat 1 dari jumlah saham harus
    atas nama.
BAB III
                                BIDANG USAHA

                                     Pasal 4

(1) Semua bidang usaha pada azasnya terbuka bagi swasta Kegiatan Negara yang
    bersangkutan dengan pembinaan bidang usaha swasta meliputi pula bidang-bidang
    yang perlu diperlopori atau dirintis oleh Pemerintah.
(2) Bidang usaha Negara meliputi terutama bidang-bidang yang perusahaannya wajib
    dilaksanakan oleh Pemerintah. 323

                                    BAB IV
                                  IZIN USAHA

                                     Pasal 5

(1) Ketentuan-ketentuan mengenai izin usaha diatur oleh Pemerintah kecuali yang
    diatur oleh Undang-Undang.
(2) Dalam setiap izin usaha yang diberikan kepada perusahaan asing yang
    menggunakan modal dalam negeri ditentukan jangka waktu berlakunya dengan
    mengingat ketentuan-ketentuan dalam Bab V.

                                  BAB V
                          BATAS WAKTU BERUSAHA

                                     Pasal 6

Waktu berusaha bagi perusahaan asing, baik perusahaan baru maupun lama, dibatasi
sebagai berikut :
a. Dalam bidang perdagangan pada tanggal 31 Desember 1977
b. Dalam bidang indunstri berakhir pda tanggal 31 Desember 1997.
c. Dalam bidang-bidang usaha laiinya akan ditentukan lebih lanjut oleh Pemerintah
    dengan batas waktu antara 10 dan 30 tahun.

                                     Pasal 7

(1) Jikalau jangka waktu berusaha yang ditentukan bagi perusahaan asing berakhir,
    maka warga-negara asing yang bersangkutan dapat melanjutkan berusaha dengan
    jalan antara lain :
    a. Mengalihkan modalnya kebidang usaha lain yang batas waktu berusahanya
        belum berakhir;
    b. mengadakan usaha gabungan dengan perusahaan nasional
(2) Setelah waktu berusaha untuk perusahaan asing berakhir, maka perusahaan atau
    modal yang dimiliki oleh warga negara asing yang bersangkutan harus dialihkan
    kepada warga negara Indonesia.
(3) Jika setelah diberi peringatan secara tertulis sekurang-kurangnya dua kali oleh
    instansi yang berwenang , warganegara asing yang berkepentingan didalam waktu
satu tahun sejak berakhirnya jangka waktu berusaha yang dimaksud dalam pasal 5
   ayat (2) dan pasal 6 tidak memenuhi ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 dan 2 pasal
   ini, maka Pemerintah atau instansi yang ditunjuknya berhak melakukan likwidasi
   terhadap perusahaan asing yang bersangkutan.

                                        Pasal 8

Pemerintah berkewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan dan menyelenggarakan
usaha-usaha, agar pada waktunya perusahaan-perusahaan nasional dapat menampung
dan melakukan fungsi dan kegiatan-kegiatan perusahaan-perusahaan asing yang batas
waktu berusahanya telah berakhir.

                               BAB VI
               PEMBEBASAN DAN KERINGANAN PERPAJAKAN

                                        Pasal 9

(1) Modal yang ditanam dalam usaha-usaha rehabilitasi, pembaharuan, perluasan dan
    pembangunan baru dibidang-bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
    peternakan, pertambangan, perindustrian, pengangkutan, perumahan rakyat,
    kepariwisataan, prasarana dan usaha-usaha produktip lainya menurut ketentuan
    Pemerintah. oleh Instansi Pajak tidak diusut asal-usulnya dan tidak dikenakan pajak.
(2) Kelonggaran tersebut pada ayat 1 pasal ini berlaku untuk jangka waktu lima tahun
    dari berlakunya Undang-Undang ini.

                                       Pasal 10

(1) Modal yang ditanam dalam usaha-usaha dibidang-bidang termaksud dalam pasal 9
    ayat (1) dibebaskan dari pengenaan Pajak Kekayaan.
(2) Diposito dan tabungan yang disimpan dalam bank sekurang-kurangnya satu tahun
    dibebaskan pula dari pengenaan Pajak Kekayaan.

                                       Pasal 11

Penempatan modal dalam usaha-usaha dibidang-bidang tersebut dalam pasal 9 ayat (1)
dibebaskan dari Bea Materai Modal.

                                       Pasal 12

(1) Kepada perusahaan-perusahaan yang menanam modal baru dalam usaha-usaha
    dibidang termaksud dalam pasal 9 ayat (1) diberikan pembebasan dari pengenaan
    Pajak Perseroan atas labanya, dan kepada para pemegang saham dari perusahaan
    termaksud diatas diberikan pembebasan dari perusahaan termaksud diatas diberikan
    pembebasan dari pengenaan Pajak Dividen atas bagian laba yang dibayarkan, untuk
    jangkan waktu dua tahun, terhitung dari saat usaha termaksud mulai berproduksi.
    Jangka waktu dua tahun ini dapat diperpanjang apabila dipenuhi ketentuan-
    ketentuan tersebut dalam ayat-ayat selanjutnya dari pasal ini.
(2) Apabila penanaman modal tersebut dalam ayat 1 pasal ini dapat menambah atau
    menghemat devisa yang dijumlahnya berarti, diberikan tambahan pembebasan pajak
    untuk satu tahun.
(3) Apabila penanaman modal tersebut dalam ayat 1 pasal ini dilakukan diluar Jawa,
    diberikan tambahan pembebasan pajak untuk satu tahun.
(4) Apabila penanaman modal tersebut dalam ayat 1 pasal ini memerlukan modal besar,
    diberikan tambahan pembebasan pajak untuk satu tahun.
(5) Apabila penanaman modal tersebut dalam ayat 1 pasal ini dilakukan bidang
    prasarana, diberikan tambahan untuk satu tahun.

                                       Pasal 13

Pemerintah dapat memberikan keringan Pajak Perseroan kepada perusahaan-perusahaan
yang berusaha dalam bidang bidang yang mendapat prioritas sesuai dengan Rencana
Pembangunan Pemerintah.

                                       Pasal 14

(1) Bagian laba perusahaan yang ditaman (kembali) dalam usaha-usaha dibidang-bidang
    tersebut dalam pasal 9 ayat (1) dikecualikan dalam perhitungan laba yang dikenakan
    pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan.
(2) Ketentuan termaksud pada ayat 1 pasal ini hanya berlaku selama jangka waktu 5
    tahun sejak diundangkannya Undang-Undang ini. Perpanjangan jangka waktu
    tersebut diatur oleh Menteri Keuangan.
(3) Bagi perusahaan-perusahaan yang memperoleh besar dari pengenaan Pajak
    Perseroan atau Pajak Pendapatan, baik     berdasarkan pasal 12 Undang-Undang ini
    maupun berdasarkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang No. 27 tahun 1964,
    ketentuan tersebut pada ayat 1 pasal ini berlaku selama jangka waktu 5 tahun setelah
    berakhirnya pembebasan dari pengenaan Pajak Preseroan atau Pajak Pemdapatan
    tersebut diatas. Perpanjangan jangka waktu tersebut diatur oleh Menteri Keuangan.

                                       Pasal 15

Pengimporan barang-barang modal (termasuk alat-alat dan perlengkapan) yang
diperlukan untuk usaha-usaha pembangunan baru dan rehabilitasi dalam bidang-bidang
tersebut dalam pasal 9 ayat (1) dapat diberikan keringanan-keringanan Bea Masuk

                                       Pasal 16

Terhadap modal dalam negeri yang dimiliki oleh Negara dan/atau swasta nasional yang
bekerjasama dengan modal asing seperti dimaksud dalam Undang-Undang No. 1 tahun
1967 dalam usaha gabungan berlaku kelonggaran-kelonggaran/keringanan-keringanan
yang ditetapkan dalam Bab VI Undang-Undang tersebut, serta pasal-pasal 9 dan 10 dari
Undang-Undang ini.
Pasal 17

Pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam asal 9 ayat (1) dan (2) pasal
10 ayat (1) dan (2), pasal 11 Pasal 12 ayat (1) sampai dengan ayat (5), pasal 13, Pasal 14
ayat (1) sampai dengan ayat (3), Pasal 15 dan Pasal 16 dilakukan oleh Menteri
Keuangan.

                                      BAB VII
                                   TENAGA KERJA

                                        Pasal 18

Pemilik modal mempunyai wewenang              sepenuhnya    untuk    menentukan    direksi
perusahaan dimana modalnya ditanam.

                                        Pasal 19

Perusahaan-perusahaan, baik nasional maupun asing, wajib menggunakan tenaga ahli
bangsa Indonesia, kecuali apabila jabatan-jabatan yang diperlukan belum dapat diisi
dengan tenaga bangsa Indonesia, dalam hal mana dapat digunakan tenaga ahli warga-
negara asing satu dan lain menurut Penggunaan tenaga kerja warga-negara asing
penduduk Indonesia harus memenuhi ketentuan-ketentuan Pemerintah.

                                        Pasal 20

Perusahaan-perusahaan, baik nasional meupun asing, wajib menyelenggarakan dan/atau
menyediakan fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan bila dipandang perlu oleh
Pemerintah.

                                 BAB VIII
                         KEWAJIBAN-KEWAJIBAN LAIN

                                        Pasal 21

Perobahan pemilikan modal dari perusahan nasional yang mengakibatkankurang dari
persentase modalnya yang disebut dalam pasal 3 ayat (1) merupakan milik Negara
dan/atau swasta nasional, wajib dilaporkan kepada instansi yang memberikan izin
usaha.
Jika hal ini tidak dilaporkan dalam waktu tiga bulan, maka izin usahanya dicabut.

                                        Pasal 22

Perusahaan-perusahaan, baik nasional maupun asing, wajib memenuhi ketentuan
pendaftaran yang ditentukan oleh Pemerintah.



                                        BAB IX
KETENTUAN-KETENTUAN LAIN

                                     Pasal 23

(1) Perusahaan asing tidak diperkenakan mengadakan usaha gabungan dengan modal
    asing seperti dimaksud dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1967.
(2) Terhadap modal dalam negeri yang dimiliki orang asing yang berdomisili diluar
    Indonesia, berlaku peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ada sebelum
    berlakunya Undang- undang ini.

                                     Pasal 24

Pada saat berlakunya Undang-Undang ini tidak berlaku lagi:
a. Undang-Undang No. 26 tahun 1964 tentang Pemberian Perangsang Penanaman
   Modal;
b. Undang-Undang No. 27 tahun 1964 tentang Pemberian Pembebasan Pajak
   Perseroan/Pajak Pendapatan;
c. Semua ketentuan-ketentuan dalam perUndang-Undangan yang bertentangan dengan
   apa yang ditentukan dalam Undang-Undang ini, kecuali ketentuan seperti tercantum
   dalam dalam pasal 23 ajat (2).

                                   BAB X
                             KETENTUAN PENUTUP

                                     Pasal 25

(1) Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam Undang-Undang ini akan diatur
    lebih lanjut oleh Pemerintah
(2) Undang-Undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Undang-Undang
ini dengan penempatannya dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia.



                                       Disahkan di Jakarta
                                       Pada tanggal 3 Juli 1968
                                       PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


                                       SOEHARTO

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 3 Juli 1968
SEKRETARIS NEGARA R.I.


ALAMSYAH
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
                      NOMOR 6 TAHUN 1968
                          TENTANG
               PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI.


PENJELASAN UMUM

         Dalam Demokrasi Pancasila modal harus diberi tempat yang sewajarnya, sesuai
dengan arti dan pentingnya faktor tersebut dalam pembangunan masyarakat yang adil
dan makmur. Pembangunan tidak akan mungkin tanpa adanya pemupukan modal dalam
negeri sendiri secara besar-besaran, sedangkan penggunaan modal tersebut harus diatur
dan disalurkan hingga timbul kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktip dan effiein.
Setiap negeri yang belum maju mengalami kemerosotan atau kemandekan
perkembangan ekonomi karena kemahalan masyarakat itu untuk memupuk modalnya
ssendiri. Hal ini juga disebabkan karena lemahnya kemampuan para pengusaha, baik
dari pihak swasta maupun dari pihak Pemerintah. Karena itu perlu diadakan ketentuan-
ketentuan dan pengaturan-pengaturan yang dapat memperbesar kemampuan masyarakat
Indonesia untuk berusaha secara produktip.

        Kelamahan-kelemahan tersebut masih lagi ditambah dengan kesulitan dengan
adanya dominasi perekonomian Indonesia pada umumnya dan dominasi modal
khususnya oleh orang-orang asing yang memiliki dan berusaha dengan modal dalam
negeri. Keadaan ini telah berlangsung berabad-abad lamanya dan sekarang tiba
waktunya untuk mengakhiri keadaan tersebut. Sebaliknya justru adanya dominasi
tersebut sangat membatasi kemampuan-kemampuan Pemerintah pada dewasa ini untuk
bertindak secara radikal (dalam waktu yang sangat singkat. Sesuai dengan semangat
Pancasila maka yang selalu dipentingkan diatas segala-galanya adalah perbaikan nasib
rakyat. Karena itu pengakhiran dominasi orang asing atas perekonomian Indonesia,
harus dilaksanakan dengan cara memanfaatkan orang asing dan modalnya, tanpa
meninggalkan realitas-realitas yang berlaku.

       Mengingat hal-hal tersebut diatas maka perlu diadakan pemisahan yang tegas
antara perlakuan terhadap modal dan perlakuan terhadap perusahaan. Seluruh modal
yang berada di Indonesia yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan pasal 2 Undang-
Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing adalah modal dalam negeri.
Walaupun modal dalam negeri dapat dimiliki oleh berbagai pihak termasuk orang asing,
namun terhadap seluruh modal dalam negeri tidak diadakan pembedaan perlakuan.
Pembedaan perlakuan diadakan secara tegas terhadap orang-orang asing dan
perusahaannya yang menguasai dan memiliki modal dalam negeri.

       Pada prinsipnya orang asing tidak dibolehkan berusaha dengan modal dalam
negeri, akan tetapi mengingat keadaan-keadaan perekonomian dan masyarakat
Indonesia, maka orang-orang asing dengan modalnya perlu dimanfaatkan dengan
memberikan kepada mereka ketentuan-ketentuan dan kepastian atas dasar mana mereka
dapat bekerja secara produktip dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Lebih penting lagi ialah adanya ketentuan-ketentuan dan kepastian tentang
modal dan perusahaan supaya dinamik masyarakat dan daya kreatip rakyat dapat
menimbulkan akumulasi modal yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan produktip
Hanya dengan keadaan demikian inilah pembangunan ekonomi dapat dilaksanakan.
Dalam hal ini Pemerintah memegang peranan yang sangat vital sebagai pemimpin dan
pelopor dari pembangunan. Dengan penanaman-penanaman modal secara berencana
dalam jumlah-jumlah yang cukup besar maka Peme-rintah dapat merintis dan
merangsang penanaman-penanaman modal dari pihak masyarakat pada umumnya.

        Pembangunan yang sungguh-sungguh dapat dirasakan oleh Rakyat hanya dapat
dicapai dengan mobilisasi modal dan seluruh masyarakat. Karena itu Undang-Undang
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri ini mengandung ketentuan-ketentuan yang
dapat merangsang dan menjamin pemupukan modal baik yang kecil maupun yang
besar. Antara lain pemupukan modal dengan cara tabungan-tabungan, deposito-deposito
berjangka, pembelian kertas-kertas berharga, mendapat perangsang-perangsang supaya
makin lama makin menjadi sumber-sumber modal yang berarti.

        Undang-Undang ini sesungguhnya tidak hanya mengatur modal dalam negeri,
akan tetapi juga mengatur dalam garis besar pengusaha-pengusaha dan perusahaan-
perusahaannya. Sejalan dengan itu, maka dalam Undang-Undang ini juga terdapat
ketentuan-ketentuan yang pada hakekatnya merupakan pembaharuan dan peningkatan
daripada, Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1959. Karena itu Undang-Undang ini
seyogyanya dijadikan Undang-Undang pokok yang dapat dipakai sebagai landasan
untuk semua ketentuan-ketentuan yang mengatur hal-hal dalam berbagai bidang usaha.


PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1

        Modal dalam negeri diartikan sebagai sumber produktip dari masyarakat
Indonesia yang dapat dipergunakan bagi pembangunan ekonomi pada umumnya. Modal
dalam negeri adalah modal yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat
Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda (bergerak dan tidak bergerak), yang
dapat disisihkan/disediakan untuk menjalankan suatu usaha/Perusahaan. (Contoh dari
kekayaan termaksud adalah: tanah bangunan, kayu dihutan, dan lain-lain). Kekayaan
tersebut dapat dimiliki oleh Negara (Pemerintah) dan swasta. Kekayaan yang dimiliki
oleh pihak swasta selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi:
a. yang dimiliki oleh swasta nasional (warga-negara Indonesia), baik perorangan
    maupun badan hukum, termasuk koperasi;
b. yang dimiliki oleh swasta asing (warga-negara asing), baik perorangan maupun
   badan hukum.

      Disamping itu alat-alat pembayaran luar negeri yang dimiliki oleh Negara dan
swasta nasional yang disisihkan/disediakan untuk menjalankan usahanya di Indonesia
termasuk pula sebagai modal dalam negeri.

Pasal 2

        Yang dimaksud dengan penanaman modal dalam negeri ialah penggunaan
modal tersebut dalam Pasal 1 bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi
pada umumnya. Penanaman tersebut dapat dilakukan secara langsung, yakni oleh
pemiliknya sendiri, atau tidak langsung, yakni melalui pembelian obligasi-obligasi,
surat-surat kertas perbendaharaan negara, emisi-emisi lainnya (saham-saham) yang
dikeluarkan oleh Perusahaan, serta deposito dan tabungan yang berjangka sekurang-
kurangnya satu tahun.

Pasal 3

       Perusahaan yang menggunakan modal dalam negeri dapat dibedakan antara
perusahaan nasional dan perusahaan asing.

        Perusahaan Nasional dapat dimiliki seluruhnya oleh Negara dan/atau swasta
nasional, ataupun sebagai usaha gabungan antara Negara dan/atau swasta nasional
dengan swasta asing, dengan pengertian bahwa sekurang-kurangnya 51% dari modalnya
dimiliki oleh Negara dan/atau swasta nasional. Jumlah 51% ini sudah dianggap cukup
mengingat kesanggupan dari swasta nasional pada dewasa ini. Dimaksudkan bahwa
jumlah yang dimiliki oleh Negara dan/atau swasta nasional secara bertahap menjadi
lebih besar, yakni bahwa pada tanggal 1 Januari 1974 persentase modal tersebut tidak
boleh kurang dari 75%.

        Jika perusahaan itu berbentuk Perseroan Terbatas persentase ini adalah terhadap
modal yang ditempatkan. Pembuktian bahwa sekurang-kurangnya 51% dari modal yang
ditanam adalah milik Negara dan/atau swasta nasional, dilakukan dengan menunjukkan
antara lain saham atas nama, akte-akte notaris, dan sebagainya. Apabila pembuktiannya
tidak cukup, maka perusahaan termaksud ditetapkan sebagai perusahaan asing.

        Dalam hal kerja-sama seperti tersebut diatas seyogyanya usaha itu dijalankan
dalam bentuk Perseroan Terbatas. Alasan untuk tidak mengharuskan semua saham
dikeluarkan atas nama, adalah untuk memperluas pasaran modal, dan dengan demikian
memperbesar kemungkinan pihak nasional untuk memperkuat modal dan usahanya.

Pasal 4

        Pemberian kebebasan bagi swasta untuk berusaha disemua sektor perekonomi
ini, kecuali dibidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak dan strategis,
pada prinsipnya adalah untuk merangsang dan mengarahkan daya kreatip dan dinamik
masyarakat kepada usaha-usaha produktip yang dapat mempercepat pembangunan
ekonomi Indonesia.

       Dalam usaha mengatur penanaman modal dalam negeri perlu dipakai sebagai
landasan pokok Ketetapan M.P.R.S. No. XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaharuan
Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, dimana dalam
demokrasi ekonomi tidak dikenal sistem quot;free-fight liberalismquot; sistim quot;estatismequot;, dan
monopoli yang merugikan masyarakat.

        Berhubung dengan itu maka tiap penanaman modal tidak boleh membatasi
bertumbuhnya potensi, inisiatip dan daya kreasi rakyat, misalnya dengan timbulnya
berbagai macam monopoli yang merugikan masyarakat, baik itu datang dari Negara
maupun dari pihak swasta. Pasal 46 Ketetapan M.P.R.S. No. XXIII/MPRS/1966
mengatakan: perkembangan usaha swasta tidak boleh menyimpang dari azas demokrasi
ekonomi didalam lingkungannya. Untuk ini diperlukan pengawasan dari aparatur
Pemerintah. Dilain pihak demi perkembangan kegiatannya, maka golongan swasta
nasional berhak memperoleh pelayanan, pengayoman dan bantuan yang wajar dari
aparatur Pemerintah. Dalam hubungan ini perlu adanya satu forum swasta.

       Bidang-bidang usaha Negara yang wajib dilaksanakan oleh Pemerintah adalah
bidang-bidang usaha seperti yang dimaksudkan oleh Pasal 33 ayat Undang-Undang
dasar 1945 dan Ketetapan M.P.R.S. yang mengharuskannya.

Pasal 5

       Izin usaha pada umumnya diatur oleh Pemerintah, akan tetapi ada yang diatur
oleh Undang-Undang, misalnya quot;kuasa pertambanganquot;, yang diatur dalam Undang-
Undang No. 11 tahun 1967 tentang Pertambangan. Pemberian izin usaha kepada
perusahaan asing dilakukan oleh atau atas nama Menteri yang bersangkutan.
Berdasarkan atas usul Kepala Pemerintahan yang bersangkutan maka Menteri dapat
menutup sesuatu bidang usaha bagi perusahaan-perusahaan asing sebelum batas waktu
yang tercantum dalam Pasal 6. Menteri juga dapat mengeluarkan keputusan, setelah
mendengar pendapat Kepala Pemerintahan yang bersangkutan, untuk menutup sesuatu
daerah terhadap kegiatan perdagangan orang-orang atau perusahaan-perusahaan asing.
Yang sedemikian itu adalah dalam rangka memberi arti yang lebih positip terhadap
penampungan inti materi P.P. No. 10 tahun 1959.

Pasal 6

        Dalam perekonomian Indonesia ada kenyataan bahwa modal dalam negeri untuk
bagian yang sangat penting dikuasai oleh orang asing. Keadaan ini yang telah
berlangsung berabad-abad, tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Sebaliknya tidak pula
boleh diabaikan kenyataan bahwa keadaan tersebut tidak bisa diakhiri dalam waktu
yang singkat. Untuk menghilangkan dominasi asing atas modal dan perekonomian
Indonesia, mulai sekarang sudah harus diadakan persiapan-persiapan. Persiapan-
persiapan tersebut adalah kewajiban masyarakat Indonesia, baik swasta nasional
maupun Pemerintah, yang harus jelas memberi fasilitas-fasilitas untuk menjamin
kelancaran peralihan kekuasaan dalam perekonomian dari orang kepada pihak nasional.
Karena itu pada prinsipnya orang asing tidak diperbolehkan berusaha dengan modal
dalam negeri, akan tetapi mengingat perkembangan tersebut diatas, orang asing masih
diperbolehkan berusaha dengan batas waktu, yaitu antara 10 tahun untuk perdagangan
dan 30 tahun untuk industri. Tidak ditentukannya batas waktu yang lebih pendek, adalah
karena mengingat kepentingan kelancaran jalannya perekonomian, sedangkan
kemampuan-kemampuan sesungguhnya dari pihak nasional masih sangat terbatas dalam
segala bidang.

        Dalam bidang-bidang lain, termasuk jasa-jasa yang sangat diperlukan bagi
rakyat banyak, Pemerintah dapat menentukan batas waktu antara 10 tahun dan 30 tahun.
Ini tidak berarti bahwa sebelum berakhirnya batas waktu itu tidak dapat diadakan
peralihan kekuasaan atas modal. Batas-batas waktu tersebut berlaku untuk semua
perusahaan asing, baik yang baru maupun yang lama.

Pasal 7

Ketentuan-ketentuan ini mengandung dua maksud:
Pertama, supaya modal dalam negeri pada umumnya dan yang dimiliki oleh orang
asing khususnya tidak terlalu tertarik kepada bidang perdagangan atau lain-lain bidang
yang kurang penting bagi perkembangan ekonomi. Dengan begini modal akan lebih
diberi perangsang untuk ditanam dalam bidang produksi umumnya dan industri
khususnya.
Kedua, supaya modal yang dikuasai oleh orang asing diberi perangsang untuk kerja-
sama dengan swasta nasional dan memperkuat usaha nasional.

       Dengan penyelesaian secara bertahap maka dominasi modal dalam negeri oleh
orang asing dapat diakhiri tanpa menghambat kelancaran berkembangnya perekonomian
Indonesia.

Pasal 8

       Sejak beberapa tahun Pemerintah maupun swasta nasional menjalankan berbagai
usaha untuk mengakhiri dominasi modal dan perekonomian Indonesia oleh orang asing.

        Bahkan      berbagai     Peraturan-peraturan Pemerintah   dan     tindakan-
tindakan/kebijaksanaan penguasa-penguasa di daerah telah dikeluarkan dan
dilaksanakan untuk mengambil alih kekuasaan dalam ekonomi, akan tetapi semua itu
tidak atau belum membawa hasil yang memuaskan. Tiap kali ternyata bahwa persiapan-
persiapan tidak ada sehingga tindakan-tindakan tersebut lebih banyak menimbulkan
kegoncangan (kemunduran-kemunduran) daripada kemajuan. Untuk ini memang perlu
diadakan tindakan-tindakan persiapan yang konkrit dan memerlukan cukup waktu.
Dalam persiapan-persiapan ini Pemerintah memegang peranan dan tanggung-jawab
untuk mempersiapkan pihak nasional secara tegas dan berencana. Pihak nasional, baik
Pemerintah maupun swasta, harus telah siap dengan kemampuan yang cukup baik
secara ekonomis (keuangan dan lain-lain fasilitas) maupun mental (management,
organisasi dan lain-lain) jika waktunya telah datang untuk mengakhiri dominasi
ekonomi Indonesia oleh orang asing.
Pasal 9

         Disamping untuk pembangunan baru, dianggap perlu untuk memberi perangsang
di bidang perpajakan kepada usaha-usaha rehabilitasi, pembaharuan dan perluasan dari
kapasitas produksi yang sudah ada, karena usaha termaksud dapat dilaksanakan dalam
waktu agak singkat dan dengan biaya yang lebih rendah daripada pembangunan baru.
Modal baru yang ditanam dalam bidang-bidang yang disebut dalam pasal ini diberikan
fasilitas dalam bidang perpajakan, yang lazim disebut quot;pemutihanquot; modal, yakni tidak
diadakan pengusutan oleh instansi pajak terhadap asal-usulnya serta tidak dikenakan
pajak. Jangka waktu lima tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini dimaksud agar
proses penanaman modal dipercepat. Modal yang diputihkan menurut ketentuan-
ketentuan ini dikemudian hari tetap tidak diusut akan asal-usulnya serta tidak dikenakan
pajak. Modal yang ditanam dalam bidang perdagangan tidak diberi kelonggaran ini
karena tidak perlu diberi perangsang lagi.

Pasal 10

Maksud dari ketentuan dalam pasal ini adalah untuk lebih mengarahkan penanaman
modal kebidang-bidang tersebut dalam Pasal 9 ayat (1). Deposito dan tabungan yang
sekurang-kurangnya berjangka satu tahun dianggap cukup lama untuk dimanfaatkan
oleh bank sebagai pemupukan modal. Dengan bank dimaksud semua bank, baik yang
milik Negara maupun yang milik swasta, yang didirikan berdasarkan Undang-Undang
yang berlaku.

Pasal 11

       Seperti dalam pasal sebelumnya maksudnya adalah untuk tidak membebani
modal yang ditanam dalam usaha-usaha dibidang-bidang yang produktip.

Pasal 12

       Pembebasan pajak (tax holiday) yang dimaksud adalah pembebasan dari
pengenaan Pajak Perseroan yang dikenakan atas laba dari Perusahaan, baik yang
berbentuk Perseroan Terbatas maupun perseroan-perseroan lain,serta daripada Pajak
Devidend atas bagian laba yang dibayarkan kepada pemegang saham.

       Pembebasan pajak termaksud diberikan untuk sekurang-kurangnya dua tahun
dan untuk selama-lamanya 6 tahun tergantung dari dipenuhinya ketentuan-ketentuan
untuk memperoleh tambahan seperti tercantum dalam ayat 2, 3, 4 dan 5 pasal ini.

       Pembebasan pajak termaksud merupakan hak dari yang bersangkutan.

       Yang dimaksud dengan pembebasan pajak termaksud diatas adalah mengenai
bagian laba berdasarkan keseimbangan antara modal baru yang ditanam dan modal
lama.
Pasal 13

Keringanan Pajak Perseroan dapat berbentuk tarip selektip, sistim penyusutan yang
bermanfaat bagi perusahaan, dan lain-lain.

Pasal 14

Maksud dari pasal ini selain untuk memberi perangsang bagi penanaman modal dalam
usaha-usaha dibidang-bidang tersebut dalam pasal 9 ayat (1) adalah juga untuk memberi
hubungan terhadap fasilitas yang diberikan dalam pasal 9, dengan kecualikan bagian
laba perusahaan yang ditanam (kembali) dalam perhitungan laba yang dikenakan pajak.

        Yang diartikan dengan pengecualian dalam perhitungan laba termasuk adalah
pengurangan jumlah seluruh laba dengan bagian laba yang ditanam (kembali). Dalam
hal ini perhitungan pendapatan perorangan yang dikenakan Pajak Pendapatan,
diperlukan sama dengan laba perusahaan yang dikenakan Pajak Perseroan sebagaimana
diuraikan tersebut diatas.

Pasal 15

         Departemen yang bersangkutan harus menjamin bahwa alat-alat itu digunakan
untuk pembangunan baru atau rehabilitasi dalam bidang-bidang tersebut dalam pasal 9
ayat (1) untuk mencegah penyalah-gunaan.

       Keringanan Bea Masuk ditentukan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar
Menteri yang bersangkutan. Menteri Keuangan menentukan jumlah keringanan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Pasal 16

        Dalam hal koperasi diperkenankan mengadakan kerja sama dengan modal asing
seperti dimaksud dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1967, dalam bentuk usaha
gabungan, maka baginyapun diperlukan ketentuan pasal 16.

Pasal 17

       Cukup jelas.

Pasal 18

        Sewajarnya pemilik modal mempunyai wewenang untuk menentukan
direksinya, karena pemilik modal ingin menyerahkan pengusutan modalnya kepada
orang yang dipercayakan.

Pasal 19

       Ketentuan-ketentuan Pemerintah itu dilandaskan kepada ketentuan-ketentuan
perundangan yang berlaku.
Pasal 20

       Cukup jelas.

Pasal 21

        Maksud pelaporan ini adalah agar perobahan status dari perusahaan seperti
disebut dalam Pasal 3, dapat diketahui.

Pasal 22

        Pendaftaran termaksud merupakan bahan penting bagi berbagai aktifitas
Pemerintah, antara lain penyusunan rencana pembangunan, sehingga perlu dilaksanakan
setelah Pemerintah selesai dengan mempersiapkan aparatur yang diperlukan.

Pasal 23

(1) Maksud pasal ini adalah untuk mengerahkan supaya modal dalam negeri milik
    orang asing bekerja-sama dengan perusahaan nasional, sebaliknya supaya modal
    asing yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1967 hanya melakukan
    usaha gabungan dengan perusahaan nasional.
(2) Perusahaan yang pada waktu yang lalu statusnya perusahaan asing berdasarkan
    peraturan-peraturan yang berlaku diantaranya yang pernah dikuasai Pemerintah,
    tetap dijamin hak-hak khusus berdasarkan peraturan-peraturan dan ketentuan-
    ketentuan yang berlaku bagi mereka.

Pasal 24

      Materie Undang-Undang No. 26 dan 27 tahun 1964 sudah ditampung dalam
Undang-Undang ini.

Pasal 25

       Cukup jelas.

More Related Content

What's hot

Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...
Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...
Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...basrizal82
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ilham Mustafa
 
Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997khairu_zikri
 
Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003khairu_zikri
 
Pp 8 2007
Pp 8 2007Pp 8 2007
Pp 8 2007i4d
 
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...Hefti Juliza
 
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman L...
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman L...Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman L...
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman L...Penataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...infosanitasi
 

What's hot (20)

Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...
Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...
Be&gg, basrizal, hapzi ali, shareholders and the markets for corporate co...
 
Bumn
Bumn Bumn
Bumn
 
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
Ketentuanketentuan pokok pertambangan_(uu_11_thn_11
 
PP 24 tahun 2012
PP 24 tahun 2012PP 24 tahun 2012
PP 24 tahun 2012
 
Kronologis kasus enron
Kronologis kasus enronKronologis kasus enron
Kronologis kasus enron
 
Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997Uu no 20 tahun 1997
Uu no 20 tahun 1997
 
Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003Uu no 17 tahun 2003
Uu no 17 tahun 2003
 
Pp 8 2007
Pp 8 2007Pp 8 2007
Pp 8 2007
 
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...
Hbl minggu 11, hefti juliza, hapzi ali, penanaman modal, universitas mercu bu...
 
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman L...
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman L...Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman L...
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman L...
 
Makalah akn
Makalah aknMakalah akn
Makalah akn
 
Uu 24 2002
Uu 24 2002Uu 24 2002
Uu 24 2002
 
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi...
 
Uu 4-1996
Uu 4-1996Uu 4-1996
Uu 4-1996
 
Uu 03 1964
Uu 03 1964Uu 03 1964
Uu 03 1964
 
UU RI Tentang Yayasan
UU RI Tentang YayasanUU RI Tentang Yayasan
UU RI Tentang Yayasan
 
Uu no.1 thn 2004
Uu no.1 thn 2004Uu no.1 thn 2004
Uu no.1 thn 2004
 
Uu 01 2004
Uu 01 2004Uu 01 2004
Uu 01 2004
 
Bab 11
Bab 11Bab 11
Bab 11
 
Uu 17 2003
Uu 17 2003Uu 17 2003
Uu 17 2003
 

Viewers also liked (18)

Uu 31 2000 Pjls
Uu 31 2000 PjlsUu 31 2000 Pjls
Uu 31 2000 Pjls
 
Uu 06 2002
Uu 06 2002Uu 06 2002
Uu 06 2002
 
Uu 06 2001
Uu 06 2001Uu 06 2001
Uu 06 2001
 
Uu 26 2000
Uu 26 2000Uu 26 2000
Uu 26 2000
 
Uu 17 2001
Uu 17 2001Uu 17 2001
Uu 17 2001
 
Uu 28 2002
Uu 28 2002Uu 28 2002
Uu 28 2002
 
Uu 14 2002
Uu 14 2002Uu 14 2002
Uu 14 2002
 
Uu 16 2002
Uu 16 2002Uu 16 2002
Uu 16 2002
 
Uu 39 2003
Uu 39 2003Uu 39 2003
Uu 39 2003
 
Perpu 01 2002
Perpu 01 2002Perpu 01 2002
Perpu 01 2002
 
Uu 20 1999
Uu 20 1999Uu 20 1999
Uu 20 1999
 
Uu 03 1965
Uu 03 1965Uu 03 1965
Uu 03 1965
 
Uu 18 2001 Pjls
Uu 18 2001 PjlsUu 18 2001 Pjls
Uu 18 2001 Pjls
 
Uu 01 2000
Uu 01 2000Uu 01 2000
Uu 01 2000
 
Uu 10 2002
Uu 10 2002Uu 10 2002
Uu 10 2002
 
Uu 33 2000
Uu 33 2000Uu 33 2000
Uu 33 2000
 
Uu 37 2003 L
Uu 37 2003 LUu 37 2003 L
Uu 37 2003 L
 
Uu 20 2002 Pjls
Uu 20 2002 PjlsUu 20 2002 Pjls
Uu 20 2002 Pjls
 

Similar to Uu 06 1968

uu 12 th 1970.pdf
uu 12 th 1970.pdfuu 12 th 1970.pdf
uu 12 th 1970.pdfmmuchlisin1
 
Uu 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
Uu 25 tahun 2007 tentang penanaman modalUu 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
Uu 25 tahun 2007 tentang penanaman modalwalhiaceh
 
Modul hbl,muhammad rizal ramadhan,hapzi ali,penanaman modal dalam negri dan ...
Modul hbl,muhammad rizal ramadhan,hapzi  ali,penanaman modal dalam negri dan ...Modul hbl,muhammad rizal ramadhan,hapzi  ali,penanaman modal dalam negri dan ...
Modul hbl,muhammad rizal ramadhan,hapzi ali,penanaman modal dalam negri dan ...Muhammad Ramadhan
 
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
13. modal asing dan utang luar negri
13. modal asing dan utang luar negri13. modal asing dan utang luar negri
13. modal asing dan utang luar negriFahmi Me
 
11, hbl, ferdy caturangga, hapzi ali, hukum bisnis dan lingkungan, universita...
11, hbl, ferdy caturangga, hapzi ali, hukum bisnis dan lingkungan, universita...11, hbl, ferdy caturangga, hapzi ali, hukum bisnis dan lingkungan, universita...
11, hbl, ferdy caturangga, hapzi ali, hukum bisnis dan lingkungan, universita...Ferdy123456789
 
Modal asing luar negri.....
Modal asing luar negri.....Modal asing luar negri.....
Modal asing luar negri.....rosita puspa
 
Uu no. 3 tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan
Uu no. 3 tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaanUu no. 3 tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan
Uu no. 3 tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaanPurwani Handayani
 
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)bungfrangki .com
 
HBL11, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Penanaman Modal dalam Negeri dan...
HBL11, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Penanaman Modal dalam Negeri dan...HBL11, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Penanaman Modal dalam Negeri dan...
HBL11, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Penanaman Modal dalam Negeri dan...Rinytrianas21
 
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdfPerpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdfRoyhul Akbar
 
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhUU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhChairudin NR
 
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...widigdya
 

Similar to Uu 06 1968 (20)

Uu 78 1958
Uu 78 1958Uu 78 1958
Uu 78 1958
 
uu 12 th 1970.pdf
uu 12 th 1970.pdfuu 12 th 1970.pdf
uu 12 th 1970.pdf
 
Uu 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
Uu 25 tahun 2007 tentang penanaman modalUu 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
Uu 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
 
Modul hbl,muhammad rizal ramadhan,hapzi ali,penanaman modal dalam negri dan ...
Modul hbl,muhammad rizal ramadhan,hapzi  ali,penanaman modal dalam negri dan ...Modul hbl,muhammad rizal ramadhan,hapzi  ali,penanaman modal dalam negri dan ...
Modul hbl,muhammad rizal ramadhan,hapzi ali,penanaman modal dalam negri dan ...
 
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Penanaman modal dalam negeri SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
13. modal asing dan utang luar negri
13. modal asing dan utang luar negri13. modal asing dan utang luar negri
13. modal asing dan utang luar negri
 
11, hbl, ferdy caturangga, hapzi ali, hukum bisnis dan lingkungan, universita...
11, hbl, ferdy caturangga, hapzi ali, hukum bisnis dan lingkungan, universita...11, hbl, ferdy caturangga, hapzi ali, hukum bisnis dan lingkungan, universita...
11, hbl, ferdy caturangga, hapzi ali, hukum bisnis dan lingkungan, universita...
 
Uu 12 1970
Uu 12 1970Uu 12 1970
Uu 12 1970
 
Modal asing luar negri.....
Modal asing luar negri.....Modal asing luar negri.....
Modal asing luar negri.....
 
Uu no. 3 tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan
Uu no. 3 tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaanUu no. 3 tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan
Uu no. 3 tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan
 
Uu 03 1982+Penj
Uu 03 1982+PenjUu 03 1982+Penj
Uu 03 1982+Penj
 
UU No. 11 1967
UU No. 11 1967UU No. 11 1967
UU No. 11 1967
 
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
Salinan undang undang nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja (omnibus law)
 
HBL11, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Penanaman Modal dalam Negeri dan...
HBL11, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Penanaman Modal dalam Negeri dan...HBL11, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Penanaman Modal dalam Negeri dan...
HBL11, Riny Triana Savitri, Prof. Hapzi Ali, Penanaman Modal dalam Negeri dan...
 
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdfPerpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
 
PP Nomor 1 Tahun 2007
PP Nomor 1 Tahun 2007PP Nomor 1 Tahun 2007
PP Nomor 1 Tahun 2007
 
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuhUU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
UU th 2008 No 36 Pajak Penghasilan - Batang tubuh
 
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
UU Nomor 36 Tahun 2008 perubahan keempat atas undang undang nomor 7 tahun 198...
 
Uu 36-2008
Uu 36-2008Uu 36-2008
Uu 36-2008
 
Uu 36-2008
Uu 36-2008Uu 36-2008
Uu 36-2008
 

More from People Power

Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019People Power
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by TyaPeople Power
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparPeople Power
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninPeople Power
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiPeople Power
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013People Power
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013People Power
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...People Power
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012People Power
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...People Power
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...People Power
 
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPeople Power
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.People Power
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASIPeople Power
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASIPeople Power
 

More from People Power (20)

Strategi advokasi
Strategi advokasiStrategi advokasi
Strategi advokasi
 
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
Kebijakan program perhutanan sosial 2015 2019
 
sahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tyasahabat walhi riau by Tya
sahabat walhi riau by Tya
 
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kamparKronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
 
Kronologis 1
Kronologis 1Kronologis 1
Kronologis 1
 
Kronologis 2
Kronologis 2Kronologis 2
Kronologis 2
 
Kronologis 4
Kronologis 4Kronologis 4
Kronologis 4
 
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam seninKronologis penolakan - di jakarta malam senin
Kronologis penolakan - di jakarta malam senin
 
Kronologis 3
Kronologis 3Kronologis 3
Kronologis 3
 
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadiLangkah langkah pemetaan pengingat pribadi
Langkah langkah pemetaan pengingat pribadi
 
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
Daftar penerima dana hibah dan bansos 2013
 
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
Kronologi aksi Front Komunikasi Masyarakat Berdaulat Pulau Padang 8_januari_2013
 
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
Kesepakatan Antara Buruh dan tani tanggal 20 Des 2012 yang telah dilanggar Ol...
 
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
Bubarkan bp migas putusan sidang 36 puu 2012 migas - telah baca 13 nov 2012
 
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
Pendapat Hukum (Legal Opinion) Tim Pendukung Penyelamat Semenanjung Kampar (T...
 
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...090112 konflik pulau padang  potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
090112 konflik pulau padang potret buram tata ruang dan tata kelola hutan di...
 
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau PadangPengelolaan Lansekap di Pulau Padang
Pengelolaan Lansekap di Pulau Padang
 
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
Masyarakat PULAU PADANG Akan Lakukan ‘’AKSI BAKAR DIRI’’ Di Istana Negara.
 
Surat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASISurat STR menolak TIM MEDIASI
Surat STR menolak TIM MEDIASI
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
 

Uu 06 1968

  • 1. UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1968 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa didalam penyelenggaraan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan untuk mempertinggi kemakmuran rakyat, modal merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan ; b. bahwa berhubung dengan itu. perlu diselenggarakan pemupukan dan pemanfaatan modal dalam negeri secara maksimal, yang terutama diarahkan kepada usaha-usaha rehabilitasi, pembaharuan, perluasan dan pembangunan baru dalam bidang produksi barang- barang dan jasa-jasa ; c. bahwa untuk itu perlu diciptakan iklim yang baik, dan ditetapkan ketentuan-ketentuan perangsang bagi para penanam modal dalam negeri ; d bahwa didalam sistim ekonomi nasional yang idiil, berlandaskan Pancasila, kecuali bidang-bidang yang dikhususkan bagi usaha Negara didalam batas-batas ketentuan dan jiwa Undang-Undang Dasar 1945, terbuka lapangan yang lusas bagi usaha-usaha swasta ; e. bahwa pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional harus disandarkan kepada kemampuan dan kesangupan rakyat Indonesia sendiri; f. bahwa dalam pada itu, khususnya dalam tingkat perkembangan ekonomi dan potensi nasional dewasa ini perlu dimanfaatkan juga modal dalam negeri yang dimiliki oleh orang asing (domestik), sepanjang tidak merugikan perkembangan ekonomi dan pertumbuhan golongan pengusaha nasional; g. bahwa dalam rangka pemanfaatan modal dalam negeri yang dimaksudkan itu. Selain diberikan ketentuan-ketentuan perangsang, perlu ditetapkan pula batas waktu berusaha bagi perusahaan-perusahaan asing (domestik) yang menggunakan modal dalam negeri, agar diperoleh pegangan yang jelas bagi semua pihak yang berkepentingan, sehingga dengan pembatasan itu tertampung pula jiwa dari P.P. 10 tahun 1959. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) pasal 20 ayat (1), pasal 27 dan pasal 33 Undang- Undang Dasar 1945, beserta penjelasannya ; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XXIII/MPRS/ 1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, dan khususnya pasal 63 ;
  • 2. 3. Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong MEMUTUSKAN Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI BAB I PENGERTIAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI Pasal 1 (1) Yang dimaksud dalam Undang-Undang ini dengan quot;Modal Dalam Negeri ialah : Bagian daripada kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda- benda, baik yang dimiliki oleh Negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disisihkan/disediakan guna menjalankan sesuatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. (2) Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut dalam ayat 1 pasal ini dapat terdiri atas perorangan dan/atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Pasal 2 Yang dimaksud dalam Undang-Undang ini dengan quot;Penanaman Modal Dalam Negeriquot; ialah : Penggunaan daripada kekayaan seperti tersebut dalam pasal 1, baik secara langsung atau tidak langsung untuk menjalankan usaha menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang ini. BAB II PENGERTIAN PERUSAHAAN NASIONAL DAN PERUSAHAAN ASING Pasal 3 (1) Perusahaan nasional adalah perusahaan yang sekurang-kurangnya 51% daripada modal dalam negeri yang ditanam didalammnya dimiliki oleh Negara dan/atau, swasta nasional Persentase itu senantiasa harus ditingkatkan sehingga pada tanggal 1 Januari 1974 menjadi tidak kurang dari 75%. (2) Perusahaan asing adalah perusahaan yang tidak memenuhi ketentuan dalam ayat 1 pasal ini. (3) Jika usaha yang dimaksudkan dalam ayat 1 pasal ini berbentuk perseroan terbatas masa sekurang-kurangnya persentase tersebut dalam ayat 1 dari jumlah saham harus atas nama.
  • 3. BAB III BIDANG USAHA Pasal 4 (1) Semua bidang usaha pada azasnya terbuka bagi swasta Kegiatan Negara yang bersangkutan dengan pembinaan bidang usaha swasta meliputi pula bidang-bidang yang perlu diperlopori atau dirintis oleh Pemerintah. (2) Bidang usaha Negara meliputi terutama bidang-bidang yang perusahaannya wajib dilaksanakan oleh Pemerintah. 323 BAB IV IZIN USAHA Pasal 5 (1) Ketentuan-ketentuan mengenai izin usaha diatur oleh Pemerintah kecuali yang diatur oleh Undang-Undang. (2) Dalam setiap izin usaha yang diberikan kepada perusahaan asing yang menggunakan modal dalam negeri ditentukan jangka waktu berlakunya dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Bab V. BAB V BATAS WAKTU BERUSAHA Pasal 6 Waktu berusaha bagi perusahaan asing, baik perusahaan baru maupun lama, dibatasi sebagai berikut : a. Dalam bidang perdagangan pada tanggal 31 Desember 1977 b. Dalam bidang indunstri berakhir pda tanggal 31 Desember 1997. c. Dalam bidang-bidang usaha laiinya akan ditentukan lebih lanjut oleh Pemerintah dengan batas waktu antara 10 dan 30 tahun. Pasal 7 (1) Jikalau jangka waktu berusaha yang ditentukan bagi perusahaan asing berakhir, maka warga-negara asing yang bersangkutan dapat melanjutkan berusaha dengan jalan antara lain : a. Mengalihkan modalnya kebidang usaha lain yang batas waktu berusahanya belum berakhir; b. mengadakan usaha gabungan dengan perusahaan nasional (2) Setelah waktu berusaha untuk perusahaan asing berakhir, maka perusahaan atau modal yang dimiliki oleh warga negara asing yang bersangkutan harus dialihkan kepada warga negara Indonesia. (3) Jika setelah diberi peringatan secara tertulis sekurang-kurangnya dua kali oleh instansi yang berwenang , warganegara asing yang berkepentingan didalam waktu
  • 4. satu tahun sejak berakhirnya jangka waktu berusaha yang dimaksud dalam pasal 5 ayat (2) dan pasal 6 tidak memenuhi ketentuan-ketentuan dalam ayat 1 dan 2 pasal ini, maka Pemerintah atau instansi yang ditunjuknya berhak melakukan likwidasi terhadap perusahaan asing yang bersangkutan. Pasal 8 Pemerintah berkewajiban untuk mengambil tindakan-tindakan dan menyelenggarakan usaha-usaha, agar pada waktunya perusahaan-perusahaan nasional dapat menampung dan melakukan fungsi dan kegiatan-kegiatan perusahaan-perusahaan asing yang batas waktu berusahanya telah berakhir. BAB VI PEMBEBASAN DAN KERINGANAN PERPAJAKAN Pasal 9 (1) Modal yang ditanam dalam usaha-usaha rehabilitasi, pembaharuan, perluasan dan pembangunan baru dibidang-bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perindustrian, pengangkutan, perumahan rakyat, kepariwisataan, prasarana dan usaha-usaha produktip lainya menurut ketentuan Pemerintah. oleh Instansi Pajak tidak diusut asal-usulnya dan tidak dikenakan pajak. (2) Kelonggaran tersebut pada ayat 1 pasal ini berlaku untuk jangka waktu lima tahun dari berlakunya Undang-Undang ini. Pasal 10 (1) Modal yang ditanam dalam usaha-usaha dibidang-bidang termaksud dalam pasal 9 ayat (1) dibebaskan dari pengenaan Pajak Kekayaan. (2) Diposito dan tabungan yang disimpan dalam bank sekurang-kurangnya satu tahun dibebaskan pula dari pengenaan Pajak Kekayaan. Pasal 11 Penempatan modal dalam usaha-usaha dibidang-bidang tersebut dalam pasal 9 ayat (1) dibebaskan dari Bea Materai Modal. Pasal 12 (1) Kepada perusahaan-perusahaan yang menanam modal baru dalam usaha-usaha dibidang termaksud dalam pasal 9 ayat (1) diberikan pembebasan dari pengenaan Pajak Perseroan atas labanya, dan kepada para pemegang saham dari perusahaan termaksud diatas diberikan pembebasan dari perusahaan termaksud diatas diberikan pembebasan dari pengenaan Pajak Dividen atas bagian laba yang dibayarkan, untuk jangkan waktu dua tahun, terhitung dari saat usaha termaksud mulai berproduksi. Jangka waktu dua tahun ini dapat diperpanjang apabila dipenuhi ketentuan- ketentuan tersebut dalam ayat-ayat selanjutnya dari pasal ini.
  • 5. (2) Apabila penanaman modal tersebut dalam ayat 1 pasal ini dapat menambah atau menghemat devisa yang dijumlahnya berarti, diberikan tambahan pembebasan pajak untuk satu tahun. (3) Apabila penanaman modal tersebut dalam ayat 1 pasal ini dilakukan diluar Jawa, diberikan tambahan pembebasan pajak untuk satu tahun. (4) Apabila penanaman modal tersebut dalam ayat 1 pasal ini memerlukan modal besar, diberikan tambahan pembebasan pajak untuk satu tahun. (5) Apabila penanaman modal tersebut dalam ayat 1 pasal ini dilakukan bidang prasarana, diberikan tambahan untuk satu tahun. Pasal 13 Pemerintah dapat memberikan keringan Pajak Perseroan kepada perusahaan-perusahaan yang berusaha dalam bidang bidang yang mendapat prioritas sesuai dengan Rencana Pembangunan Pemerintah. Pasal 14 (1) Bagian laba perusahaan yang ditaman (kembali) dalam usaha-usaha dibidang-bidang tersebut dalam pasal 9 ayat (1) dikecualikan dalam perhitungan laba yang dikenakan pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan. (2) Ketentuan termaksud pada ayat 1 pasal ini hanya berlaku selama jangka waktu 5 tahun sejak diundangkannya Undang-Undang ini. Perpanjangan jangka waktu tersebut diatur oleh Menteri Keuangan. (3) Bagi perusahaan-perusahaan yang memperoleh besar dari pengenaan Pajak Perseroan atau Pajak Pendapatan, baik berdasarkan pasal 12 Undang-Undang ini maupun berdasarkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang No. 27 tahun 1964, ketentuan tersebut pada ayat 1 pasal ini berlaku selama jangka waktu 5 tahun setelah berakhirnya pembebasan dari pengenaan Pajak Preseroan atau Pajak Pemdapatan tersebut diatas. Perpanjangan jangka waktu tersebut diatur oleh Menteri Keuangan. Pasal 15 Pengimporan barang-barang modal (termasuk alat-alat dan perlengkapan) yang diperlukan untuk usaha-usaha pembangunan baru dan rehabilitasi dalam bidang-bidang tersebut dalam pasal 9 ayat (1) dapat diberikan keringanan-keringanan Bea Masuk Pasal 16 Terhadap modal dalam negeri yang dimiliki oleh Negara dan/atau swasta nasional yang bekerjasama dengan modal asing seperti dimaksud dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1967 dalam usaha gabungan berlaku kelonggaran-kelonggaran/keringanan-keringanan yang ditetapkan dalam Bab VI Undang-Undang tersebut, serta pasal-pasal 9 dan 10 dari Undang-Undang ini.
  • 6. Pasal 17 Pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam asal 9 ayat (1) dan (2) pasal 10 ayat (1) dan (2), pasal 11 Pasal 12 ayat (1) sampai dengan ayat (5), pasal 13, Pasal 14 ayat (1) sampai dengan ayat (3), Pasal 15 dan Pasal 16 dilakukan oleh Menteri Keuangan. BAB VII TENAGA KERJA Pasal 18 Pemilik modal mempunyai wewenang sepenuhnya untuk menentukan direksi perusahaan dimana modalnya ditanam. Pasal 19 Perusahaan-perusahaan, baik nasional maupun asing, wajib menggunakan tenaga ahli bangsa Indonesia, kecuali apabila jabatan-jabatan yang diperlukan belum dapat diisi dengan tenaga bangsa Indonesia, dalam hal mana dapat digunakan tenaga ahli warga- negara asing satu dan lain menurut Penggunaan tenaga kerja warga-negara asing penduduk Indonesia harus memenuhi ketentuan-ketentuan Pemerintah. Pasal 20 Perusahaan-perusahaan, baik nasional meupun asing, wajib menyelenggarakan dan/atau menyediakan fasilitas-fasilitas latihan dan pendidikan bila dipandang perlu oleh Pemerintah. BAB VIII KEWAJIBAN-KEWAJIBAN LAIN Pasal 21 Perobahan pemilikan modal dari perusahan nasional yang mengakibatkankurang dari persentase modalnya yang disebut dalam pasal 3 ayat (1) merupakan milik Negara dan/atau swasta nasional, wajib dilaporkan kepada instansi yang memberikan izin usaha. Jika hal ini tidak dilaporkan dalam waktu tiga bulan, maka izin usahanya dicabut. Pasal 22 Perusahaan-perusahaan, baik nasional maupun asing, wajib memenuhi ketentuan pendaftaran yang ditentukan oleh Pemerintah. BAB IX
  • 7. KETENTUAN-KETENTUAN LAIN Pasal 23 (1) Perusahaan asing tidak diperkenakan mengadakan usaha gabungan dengan modal asing seperti dimaksud dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1967. (2) Terhadap modal dalam negeri yang dimiliki orang asing yang berdomisili diluar Indonesia, berlaku peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ada sebelum berlakunya Undang- undang ini. Pasal 24 Pada saat berlakunya Undang-Undang ini tidak berlaku lagi: a. Undang-Undang No. 26 tahun 1964 tentang Pemberian Perangsang Penanaman Modal; b. Undang-Undang No. 27 tahun 1964 tentang Pemberian Pembebasan Pajak Perseroan/Pajak Pendapatan; c. Semua ketentuan-ketentuan dalam perUndang-Undangan yang bertentangan dengan apa yang ditentukan dalam Undang-Undang ini, kecuali ketentuan seperti tercantum dalam dalam pasal 23 ajat (2). BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 (1) Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam Undang-Undang ini akan diatur lebih lanjut oleh Pemerintah (2) Undang-Undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran-Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta Pada tanggal 3 Juli 1968 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SOEHARTO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 3 Juli 1968 SEKRETARIS NEGARA R.I. ALAMSYAH
  • 8. PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1968 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI. PENJELASAN UMUM Dalam Demokrasi Pancasila modal harus diberi tempat yang sewajarnya, sesuai dengan arti dan pentingnya faktor tersebut dalam pembangunan masyarakat yang adil dan makmur. Pembangunan tidak akan mungkin tanpa adanya pemupukan modal dalam negeri sendiri secara besar-besaran, sedangkan penggunaan modal tersebut harus diatur dan disalurkan hingga timbul kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktip dan effiein. Setiap negeri yang belum maju mengalami kemerosotan atau kemandekan perkembangan ekonomi karena kemahalan masyarakat itu untuk memupuk modalnya ssendiri. Hal ini juga disebabkan karena lemahnya kemampuan para pengusaha, baik dari pihak swasta maupun dari pihak Pemerintah. Karena itu perlu diadakan ketentuan- ketentuan dan pengaturan-pengaturan yang dapat memperbesar kemampuan masyarakat Indonesia untuk berusaha secara produktip. Kelamahan-kelemahan tersebut masih lagi ditambah dengan kesulitan dengan adanya dominasi perekonomian Indonesia pada umumnya dan dominasi modal khususnya oleh orang-orang asing yang memiliki dan berusaha dengan modal dalam negeri. Keadaan ini telah berlangsung berabad-abad lamanya dan sekarang tiba waktunya untuk mengakhiri keadaan tersebut. Sebaliknya justru adanya dominasi tersebut sangat membatasi kemampuan-kemampuan Pemerintah pada dewasa ini untuk bertindak secara radikal (dalam waktu yang sangat singkat. Sesuai dengan semangat Pancasila maka yang selalu dipentingkan diatas segala-galanya adalah perbaikan nasib rakyat. Karena itu pengakhiran dominasi orang asing atas perekonomian Indonesia, harus dilaksanakan dengan cara memanfaatkan orang asing dan modalnya, tanpa meninggalkan realitas-realitas yang berlaku. Mengingat hal-hal tersebut diatas maka perlu diadakan pemisahan yang tegas antara perlakuan terhadap modal dan perlakuan terhadap perusahaan. Seluruh modal yang berada di Indonesia yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan pasal 2 Undang- Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing adalah modal dalam negeri. Walaupun modal dalam negeri dapat dimiliki oleh berbagai pihak termasuk orang asing, namun terhadap seluruh modal dalam negeri tidak diadakan pembedaan perlakuan. Pembedaan perlakuan diadakan secara tegas terhadap orang-orang asing dan perusahaannya yang menguasai dan memiliki modal dalam negeri. Pada prinsipnya orang asing tidak dibolehkan berusaha dengan modal dalam negeri, akan tetapi mengingat keadaan-keadaan perekonomian dan masyarakat Indonesia, maka orang-orang asing dengan modalnya perlu dimanfaatkan dengan memberikan kepada mereka ketentuan-ketentuan dan kepastian atas dasar mana mereka dapat bekerja secara produktip dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia.
  • 9. Lebih penting lagi ialah adanya ketentuan-ketentuan dan kepastian tentang modal dan perusahaan supaya dinamik masyarakat dan daya kreatip rakyat dapat menimbulkan akumulasi modal yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan produktip Hanya dengan keadaan demikian inilah pembangunan ekonomi dapat dilaksanakan. Dalam hal ini Pemerintah memegang peranan yang sangat vital sebagai pemimpin dan pelopor dari pembangunan. Dengan penanaman-penanaman modal secara berencana dalam jumlah-jumlah yang cukup besar maka Peme-rintah dapat merintis dan merangsang penanaman-penanaman modal dari pihak masyarakat pada umumnya. Pembangunan yang sungguh-sungguh dapat dirasakan oleh Rakyat hanya dapat dicapai dengan mobilisasi modal dan seluruh masyarakat. Karena itu Undang-Undang tentang Penanaman Modal Dalam Negeri ini mengandung ketentuan-ketentuan yang dapat merangsang dan menjamin pemupukan modal baik yang kecil maupun yang besar. Antara lain pemupukan modal dengan cara tabungan-tabungan, deposito-deposito berjangka, pembelian kertas-kertas berharga, mendapat perangsang-perangsang supaya makin lama makin menjadi sumber-sumber modal yang berarti. Undang-Undang ini sesungguhnya tidak hanya mengatur modal dalam negeri, akan tetapi juga mengatur dalam garis besar pengusaha-pengusaha dan perusahaan- perusahaannya. Sejalan dengan itu, maka dalam Undang-Undang ini juga terdapat ketentuan-ketentuan yang pada hakekatnya merupakan pembaharuan dan peningkatan daripada, Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1959. Karena itu Undang-Undang ini seyogyanya dijadikan Undang-Undang pokok yang dapat dipakai sebagai landasan untuk semua ketentuan-ketentuan yang mengatur hal-hal dalam berbagai bidang usaha. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Modal dalam negeri diartikan sebagai sumber produktip dari masyarakat Indonesia yang dapat dipergunakan bagi pembangunan ekonomi pada umumnya. Modal dalam negeri adalah modal yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda (bergerak dan tidak bergerak), yang dapat disisihkan/disediakan untuk menjalankan suatu usaha/Perusahaan. (Contoh dari kekayaan termaksud adalah: tanah bangunan, kayu dihutan, dan lain-lain). Kekayaan tersebut dapat dimiliki oleh Negara (Pemerintah) dan swasta. Kekayaan yang dimiliki oleh pihak swasta selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi: a. yang dimiliki oleh swasta nasional (warga-negara Indonesia), baik perorangan maupun badan hukum, termasuk koperasi;
  • 10. b. yang dimiliki oleh swasta asing (warga-negara asing), baik perorangan maupun badan hukum. Disamping itu alat-alat pembayaran luar negeri yang dimiliki oleh Negara dan swasta nasional yang disisihkan/disediakan untuk menjalankan usahanya di Indonesia termasuk pula sebagai modal dalam negeri. Pasal 2 Yang dimaksud dengan penanaman modal dalam negeri ialah penggunaan modal tersebut dalam Pasal 1 bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya. Penanaman tersebut dapat dilakukan secara langsung, yakni oleh pemiliknya sendiri, atau tidak langsung, yakni melalui pembelian obligasi-obligasi, surat-surat kertas perbendaharaan negara, emisi-emisi lainnya (saham-saham) yang dikeluarkan oleh Perusahaan, serta deposito dan tabungan yang berjangka sekurang- kurangnya satu tahun. Pasal 3 Perusahaan yang menggunakan modal dalam negeri dapat dibedakan antara perusahaan nasional dan perusahaan asing. Perusahaan Nasional dapat dimiliki seluruhnya oleh Negara dan/atau swasta nasional, ataupun sebagai usaha gabungan antara Negara dan/atau swasta nasional dengan swasta asing, dengan pengertian bahwa sekurang-kurangnya 51% dari modalnya dimiliki oleh Negara dan/atau swasta nasional. Jumlah 51% ini sudah dianggap cukup mengingat kesanggupan dari swasta nasional pada dewasa ini. Dimaksudkan bahwa jumlah yang dimiliki oleh Negara dan/atau swasta nasional secara bertahap menjadi lebih besar, yakni bahwa pada tanggal 1 Januari 1974 persentase modal tersebut tidak boleh kurang dari 75%. Jika perusahaan itu berbentuk Perseroan Terbatas persentase ini adalah terhadap modal yang ditempatkan. Pembuktian bahwa sekurang-kurangnya 51% dari modal yang ditanam adalah milik Negara dan/atau swasta nasional, dilakukan dengan menunjukkan antara lain saham atas nama, akte-akte notaris, dan sebagainya. Apabila pembuktiannya tidak cukup, maka perusahaan termaksud ditetapkan sebagai perusahaan asing. Dalam hal kerja-sama seperti tersebut diatas seyogyanya usaha itu dijalankan dalam bentuk Perseroan Terbatas. Alasan untuk tidak mengharuskan semua saham dikeluarkan atas nama, adalah untuk memperluas pasaran modal, dan dengan demikian memperbesar kemungkinan pihak nasional untuk memperkuat modal dan usahanya. Pasal 4 Pemberian kebebasan bagi swasta untuk berusaha disemua sektor perekonomi ini, kecuali dibidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak dan strategis, pada prinsipnya adalah untuk merangsang dan mengarahkan daya kreatip dan dinamik
  • 11. masyarakat kepada usaha-usaha produktip yang dapat mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia. Dalam usaha mengatur penanaman modal dalam negeri perlu dipakai sebagai landasan pokok Ketetapan M.P.R.S. No. XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, dimana dalam demokrasi ekonomi tidak dikenal sistem quot;free-fight liberalismquot; sistim quot;estatismequot;, dan monopoli yang merugikan masyarakat. Berhubung dengan itu maka tiap penanaman modal tidak boleh membatasi bertumbuhnya potensi, inisiatip dan daya kreasi rakyat, misalnya dengan timbulnya berbagai macam monopoli yang merugikan masyarakat, baik itu datang dari Negara maupun dari pihak swasta. Pasal 46 Ketetapan M.P.R.S. No. XXIII/MPRS/1966 mengatakan: perkembangan usaha swasta tidak boleh menyimpang dari azas demokrasi ekonomi didalam lingkungannya. Untuk ini diperlukan pengawasan dari aparatur Pemerintah. Dilain pihak demi perkembangan kegiatannya, maka golongan swasta nasional berhak memperoleh pelayanan, pengayoman dan bantuan yang wajar dari aparatur Pemerintah. Dalam hubungan ini perlu adanya satu forum swasta. Bidang-bidang usaha Negara yang wajib dilaksanakan oleh Pemerintah adalah bidang-bidang usaha seperti yang dimaksudkan oleh Pasal 33 ayat Undang-Undang dasar 1945 dan Ketetapan M.P.R.S. yang mengharuskannya. Pasal 5 Izin usaha pada umumnya diatur oleh Pemerintah, akan tetapi ada yang diatur oleh Undang-Undang, misalnya quot;kuasa pertambanganquot;, yang diatur dalam Undang- Undang No. 11 tahun 1967 tentang Pertambangan. Pemberian izin usaha kepada perusahaan asing dilakukan oleh atau atas nama Menteri yang bersangkutan. Berdasarkan atas usul Kepala Pemerintahan yang bersangkutan maka Menteri dapat menutup sesuatu bidang usaha bagi perusahaan-perusahaan asing sebelum batas waktu yang tercantum dalam Pasal 6. Menteri juga dapat mengeluarkan keputusan, setelah mendengar pendapat Kepala Pemerintahan yang bersangkutan, untuk menutup sesuatu daerah terhadap kegiatan perdagangan orang-orang atau perusahaan-perusahaan asing. Yang sedemikian itu adalah dalam rangka memberi arti yang lebih positip terhadap penampungan inti materi P.P. No. 10 tahun 1959. Pasal 6 Dalam perekonomian Indonesia ada kenyataan bahwa modal dalam negeri untuk bagian yang sangat penting dikuasai oleh orang asing. Keadaan ini yang telah berlangsung berabad-abad, tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Sebaliknya tidak pula boleh diabaikan kenyataan bahwa keadaan tersebut tidak bisa diakhiri dalam waktu yang singkat. Untuk menghilangkan dominasi asing atas modal dan perekonomian Indonesia, mulai sekarang sudah harus diadakan persiapan-persiapan. Persiapan- persiapan tersebut adalah kewajiban masyarakat Indonesia, baik swasta nasional maupun Pemerintah, yang harus jelas memberi fasilitas-fasilitas untuk menjamin kelancaran peralihan kekuasaan dalam perekonomian dari orang kepada pihak nasional.
  • 12. Karena itu pada prinsipnya orang asing tidak diperbolehkan berusaha dengan modal dalam negeri, akan tetapi mengingat perkembangan tersebut diatas, orang asing masih diperbolehkan berusaha dengan batas waktu, yaitu antara 10 tahun untuk perdagangan dan 30 tahun untuk industri. Tidak ditentukannya batas waktu yang lebih pendek, adalah karena mengingat kepentingan kelancaran jalannya perekonomian, sedangkan kemampuan-kemampuan sesungguhnya dari pihak nasional masih sangat terbatas dalam segala bidang. Dalam bidang-bidang lain, termasuk jasa-jasa yang sangat diperlukan bagi rakyat banyak, Pemerintah dapat menentukan batas waktu antara 10 tahun dan 30 tahun. Ini tidak berarti bahwa sebelum berakhirnya batas waktu itu tidak dapat diadakan peralihan kekuasaan atas modal. Batas-batas waktu tersebut berlaku untuk semua perusahaan asing, baik yang baru maupun yang lama. Pasal 7 Ketentuan-ketentuan ini mengandung dua maksud: Pertama, supaya modal dalam negeri pada umumnya dan yang dimiliki oleh orang asing khususnya tidak terlalu tertarik kepada bidang perdagangan atau lain-lain bidang yang kurang penting bagi perkembangan ekonomi. Dengan begini modal akan lebih diberi perangsang untuk ditanam dalam bidang produksi umumnya dan industri khususnya. Kedua, supaya modal yang dikuasai oleh orang asing diberi perangsang untuk kerja- sama dengan swasta nasional dan memperkuat usaha nasional. Dengan penyelesaian secara bertahap maka dominasi modal dalam negeri oleh orang asing dapat diakhiri tanpa menghambat kelancaran berkembangnya perekonomian Indonesia. Pasal 8 Sejak beberapa tahun Pemerintah maupun swasta nasional menjalankan berbagai usaha untuk mengakhiri dominasi modal dan perekonomian Indonesia oleh orang asing. Bahkan berbagai Peraturan-peraturan Pemerintah dan tindakan- tindakan/kebijaksanaan penguasa-penguasa di daerah telah dikeluarkan dan dilaksanakan untuk mengambil alih kekuasaan dalam ekonomi, akan tetapi semua itu tidak atau belum membawa hasil yang memuaskan. Tiap kali ternyata bahwa persiapan- persiapan tidak ada sehingga tindakan-tindakan tersebut lebih banyak menimbulkan kegoncangan (kemunduran-kemunduran) daripada kemajuan. Untuk ini memang perlu diadakan tindakan-tindakan persiapan yang konkrit dan memerlukan cukup waktu. Dalam persiapan-persiapan ini Pemerintah memegang peranan dan tanggung-jawab untuk mempersiapkan pihak nasional secara tegas dan berencana. Pihak nasional, baik Pemerintah maupun swasta, harus telah siap dengan kemampuan yang cukup baik secara ekonomis (keuangan dan lain-lain fasilitas) maupun mental (management, organisasi dan lain-lain) jika waktunya telah datang untuk mengakhiri dominasi ekonomi Indonesia oleh orang asing.
  • 13. Pasal 9 Disamping untuk pembangunan baru, dianggap perlu untuk memberi perangsang di bidang perpajakan kepada usaha-usaha rehabilitasi, pembaharuan dan perluasan dari kapasitas produksi yang sudah ada, karena usaha termaksud dapat dilaksanakan dalam waktu agak singkat dan dengan biaya yang lebih rendah daripada pembangunan baru. Modal baru yang ditanam dalam bidang-bidang yang disebut dalam pasal ini diberikan fasilitas dalam bidang perpajakan, yang lazim disebut quot;pemutihanquot; modal, yakni tidak diadakan pengusutan oleh instansi pajak terhadap asal-usulnya serta tidak dikenakan pajak. Jangka waktu lima tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini dimaksud agar proses penanaman modal dipercepat. Modal yang diputihkan menurut ketentuan- ketentuan ini dikemudian hari tetap tidak diusut akan asal-usulnya serta tidak dikenakan pajak. Modal yang ditanam dalam bidang perdagangan tidak diberi kelonggaran ini karena tidak perlu diberi perangsang lagi. Pasal 10 Maksud dari ketentuan dalam pasal ini adalah untuk lebih mengarahkan penanaman modal kebidang-bidang tersebut dalam Pasal 9 ayat (1). Deposito dan tabungan yang sekurang-kurangnya berjangka satu tahun dianggap cukup lama untuk dimanfaatkan oleh bank sebagai pemupukan modal. Dengan bank dimaksud semua bank, baik yang milik Negara maupun yang milik swasta, yang didirikan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku. Pasal 11 Seperti dalam pasal sebelumnya maksudnya adalah untuk tidak membebani modal yang ditanam dalam usaha-usaha dibidang-bidang yang produktip. Pasal 12 Pembebasan pajak (tax holiday) yang dimaksud adalah pembebasan dari pengenaan Pajak Perseroan yang dikenakan atas laba dari Perusahaan, baik yang berbentuk Perseroan Terbatas maupun perseroan-perseroan lain,serta daripada Pajak Devidend atas bagian laba yang dibayarkan kepada pemegang saham. Pembebasan pajak termaksud diberikan untuk sekurang-kurangnya dua tahun dan untuk selama-lamanya 6 tahun tergantung dari dipenuhinya ketentuan-ketentuan untuk memperoleh tambahan seperti tercantum dalam ayat 2, 3, 4 dan 5 pasal ini. Pembebasan pajak termaksud merupakan hak dari yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan pembebasan pajak termaksud diatas adalah mengenai bagian laba berdasarkan keseimbangan antara modal baru yang ditanam dan modal lama.
  • 14. Pasal 13 Keringanan Pajak Perseroan dapat berbentuk tarip selektip, sistim penyusutan yang bermanfaat bagi perusahaan, dan lain-lain. Pasal 14 Maksud dari pasal ini selain untuk memberi perangsang bagi penanaman modal dalam usaha-usaha dibidang-bidang tersebut dalam pasal 9 ayat (1) adalah juga untuk memberi hubungan terhadap fasilitas yang diberikan dalam pasal 9, dengan kecualikan bagian laba perusahaan yang ditanam (kembali) dalam perhitungan laba yang dikenakan pajak. Yang diartikan dengan pengecualian dalam perhitungan laba termasuk adalah pengurangan jumlah seluruh laba dengan bagian laba yang ditanam (kembali). Dalam hal ini perhitungan pendapatan perorangan yang dikenakan Pajak Pendapatan, diperlukan sama dengan laba perusahaan yang dikenakan Pajak Perseroan sebagaimana diuraikan tersebut diatas. Pasal 15 Departemen yang bersangkutan harus menjamin bahwa alat-alat itu digunakan untuk pembangunan baru atau rehabilitasi dalam bidang-bidang tersebut dalam pasal 9 ayat (1) untuk mencegah penyalah-gunaan. Keringanan Bea Masuk ditentukan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar Menteri yang bersangkutan. Menteri Keuangan menentukan jumlah keringanan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pasal 16 Dalam hal koperasi diperkenankan mengadakan kerja sama dengan modal asing seperti dimaksud dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1967, dalam bentuk usaha gabungan, maka baginyapun diperlukan ketentuan pasal 16. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Sewajarnya pemilik modal mempunyai wewenang untuk menentukan direksinya, karena pemilik modal ingin menyerahkan pengusutan modalnya kepada orang yang dipercayakan. Pasal 19 Ketentuan-ketentuan Pemerintah itu dilandaskan kepada ketentuan-ketentuan perundangan yang berlaku.
  • 15. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Maksud pelaporan ini adalah agar perobahan status dari perusahaan seperti disebut dalam Pasal 3, dapat diketahui. Pasal 22 Pendaftaran termaksud merupakan bahan penting bagi berbagai aktifitas Pemerintah, antara lain penyusunan rencana pembangunan, sehingga perlu dilaksanakan setelah Pemerintah selesai dengan mempersiapkan aparatur yang diperlukan. Pasal 23 (1) Maksud pasal ini adalah untuk mengerahkan supaya modal dalam negeri milik orang asing bekerja-sama dengan perusahaan nasional, sebaliknya supaya modal asing yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1967 hanya melakukan usaha gabungan dengan perusahaan nasional. (2) Perusahaan yang pada waktu yang lalu statusnya perusahaan asing berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku diantaranya yang pernah dikuasai Pemerintah, tetap dijamin hak-hak khusus berdasarkan peraturan-peraturan dan ketentuan- ketentuan yang berlaku bagi mereka. Pasal 24 Materie Undang-Undang No. 26 dan 27 tahun 1964 sudah ditampung dalam Undang-Undang ini. Pasal 25 Cukup jelas.