Tulisan ini membahas tatalaksana konservatif untuk low back pain. Penulis menjelaskan anatomi tulang belakang, definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding, dan tatalaksana untuk low back pain secara umum. Tulisan ini juga membahas prognosis dari low back pain.
1. i
REFRAT
PENATALAKSANAAN KONSERVATIF LOW BACK PAIN
Disusun Oleh :
Achmad Rezki Chairamsyah
G1A216009
Pembimbing:
Dr. Charles A Simanjuntak, Sp.OT, K MPD
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU BEDAH RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
2. ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan clinical science session ini
yang berjudul “Tatalaksana Konservatif Low Back Pain”, tulisan ini dimaksudkan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan stase di kepaniteraan klinik bagian
Ilmu Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi. Selain itu juga agar penulis memahami
teori yang diberikan selama menjalani kepaniteraan klinik di bagian Ilmu bedah
serta dapat menerapkannya langsung di lapangan.
Terwujudnya clinical science session ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan, dan dorongan dari Dr. dr. Charles A Simanjuntak, Sp.OT (K); M.Pd
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, sehingga
sebagai ungkapan hormat dan penghargaan penulis mengucapkan banyak terima
kasih.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan kedokteran dan
kesehatan. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Jambi, Januari 2017
Penulis
3. iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 2
2.1 Anatomi Tulang Belakang........................................................................... 2
2.2 Definisi........................................................................................................ 3
2.3Epidemiologi................................................................................................. 3
2.4 Etiologi......................................................................................................... 4
2.5Klasifikasi..................................................................................................... 7
2.6 Gambaran Klinis.......................................................................................... 8
2.7 Diagnosis ..................................................................................................... 9
2.8 Diagnosis Banding...................................................................................... 13
2.9 Tatalaksana ................................................................................................ 13
2.10 Prognosis .................................................................................................. 22
BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... .......... 24
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) adalah salah satu
penyebab utama masalah kesehatan di hampir semua negara. LBP merupakan
salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang
kurang baik yang sering dialami oleh orang usia lanjut, tapi tidak menutup
kemungkinan dapat dialami oleh orang usia muda yang ditandai dengan gejala
utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak dan tidak nyaman di daerah
punggung bawah.1,2
Meskipun perkiraan prevalensi bervariasi, studi di negara maju
melaporkan titik prevalensi 12% menjadi 33% dan prevalensi satu tahun dari 22%
menjadi 65%. Prevalensi di Amerika Serikat sekitar 15-20%, dan tertinggi pada
usia 45-60 tahun, dalam penelitian multisenter di 14 rumah sakit pendidikan
Indonesia, yang dilakukan kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) PERDOSSI pada
bulan Mei tahun 2002 menunjukkan bahwa jumlah penderita nyeri sebanyak 4456
orang (25% dari total kunjungan), dimana didapatkan 1598 orang (35,86%)
merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) merupakan penderita
nyeri punggung bawah.
Berdasarkan perjalanan kliniknya LBP dibedakan menjadi dua yaitu: acute
low back pain dan chronic low back pain. Acute low back pain adalah rasa nyeri
yang menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar. Rasa nyeri
ini dapat hilang atau sembuh dalam beberapa hari. Sedangkan chronic low back
pain adalah rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan dan rasa nyeri ini dapat
berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang
berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama.
5. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Tulang Belakang
Tulang belakang atau columna vetebralis dibentuk oleh 33 buah os
vertebra yang terdiri atas 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thorakalis, 5 vertebra
lumbalis, 5 vertebra sacralis (yang bersatu membentuk os sacrum), dan empat
vertebra coccygeus. Tulang vertebra memiliki korpus yang terletak di anterior,
yang membentuk bangunan utama sebagai tumpuan beban. Korpus vertebra
dipisahkan oleh diskus intervertebralis, dan ditopang di sebelah anterior dan
posterior oleh ligametum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan bagian
posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus
tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung
kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebra antara satu dan lain dihubungkan
dengan sendi apofisial.
Gambar 2.1 Columna vertebralis (gambaran anterior dan lateral)
6. 3
Secara anatomik, punggung bawah atau vertebra lumbal adalah daerah
tulang belakang L1 sampai seluruh tulang sacrum dan otot-otot sekitarnya.
2.2 Definisi Low Back Pain (LBP)
Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung
bawah, dapat berupa nyeri yang bersifat lokal, radikular, dan menjalar (referred
pain). Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat menjalar ke daerah lain, atau
sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dapat dirasakan di daerah punggung
bawah (referred pain).
Low Back Pain (LBP) adalah nyeri pada daerah punggung bawah yang
berkaitan dengan masalah vertebra lumbar, diskus intervertebralis, ligamentum
diantara tulang belakang dengan diskus, medula spinalis, dan saraf otot punggung
bawah, organ internal pada pelvis dan abdomen atau kulit yang menutupi area
lumbar. Nyeri punggung bawah dapat terjadi karena cedera atau trauma
punggung, tapi rasa sakit juga dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti
penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi
pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan bawaan pada tulang belakang.
Obesitas, berat badan saat hamil, stres, kondisi fisik yang buruk, postur yang tidak
sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, posisi duduk dan posisi tidur yang buruk
juga dapat menyebabkan nyeri punggung bawah. Pemahaman terhadap ragam
7. 4
jaringan yang merupakan sumber nyeri punggung bawah akan mempermudah
penanggulangan nyeri.
Sedangkan menurut Kravitz (2009) Low Back Pain (LBP) mengacu pada
nyeri di daerah lumbosakral tulang belakang yang meliputi jarak dari vertebra
lumbal pertama ke tulang vertebra sacral pertama. Ini adalah area tulang belakang
dimana berbentuk kurva lordotic.
2.3 Epidemiologi Low Back Pain (LBP)
Dampak negatif nyeri punggung bawah atau low back pain dapat
dirasakan hampir semua orang di seluruh dunia. Nyeri punggung bawah juga lebih
dampak pada negara-negara berkembang. Di Indonesia, menurut Setyawati bahwa
dari para pegawai yang datang berobat ke Poliklinik, pada suatu perusahaan lebih
daripada 57% pekerjanya mengeluh nyeri punggung bawah. Sehingga
diperkirakan bahwa lebih dari 57% tenaga kerja di Indonesia menderita penyakit
tersebut dan berakibat menyebabkan gangguan pada ekonomi. Di Amerika Serikat
diperkirakan lebih 15% orang dewasa mengeluh nyeri punggung bawah atau nyeri
8. 5
yang bertahan hampir dua minggu. Sedangkan penelitian Community Oriented
Program for Controle of Rheumatic Disease (COPORD) Indonesia menunjukan
prevalensi nyeri punggung 18,2 % pada laki-laki dan 13,6 % pada wanita.
2.4 Etiologi Low Back Pain (LBP)
Etiologi nyeri punggung bawah bermacam – macam, yang paling banyak
adalah penyebab sistem neuromuskuloskeletal. Proses infeksi, neoplasma dan
inflasi daerah panggul dapat juga menimbulkan LBP. Nyeri punggung dapat
disebabkan oleh berbagai kelaianan yang terjadi pada tulang belakang, otot, discus
intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang menyokong tulang belakang.
Kelainan tersebut antara lain :
1. Kelainan kongenital atau kelainan perkembangan, seperti spondylosis,
kiposcoliosis, spina bifida, ganggguan korda spinalis.
2. Trauma minor, seperti regangan, cedera whiplash.
3. Fraktur, seperti traumatik misalnya jatuh, atraumatik misalnya osteoporosis,
infiltrasi neoplastik, steroid eksogen.
4. Herniasi Nukleus Pulposus (HNP).
5. Degeneratif kompleks diskus misalnya osteofit, gangguan discus internal,
stenosis spinalis dengan klaudikasio neurogenik, gangguan sendi vertebra,
gangguan sendi atlantoaksial misalnya arthritis reumatoid.
6. Arthritis spondylosis, seperti artropati facet atau sacroiliaka, autoimun misalnya
ankylosing spondilitis, sindrom reiter.
7. Neoplasma, seperti metastasis, hematologic, tumor tulang primer.
8. Infeksi atau inflamasi, seperti osteomyelitis vertebral, abses epidural, sepsis
discus, meningitis, arachnoiditis lumbal.
9. Metabolik osteoporosis – hiperparatiroid
10. Lainnya, seperti nyeri alih atau menjalar dari gangguan organ visera
intraabdomen, retroperitoneal maupun pelvis, sikap tubuh, psikiatrik, sindrom
nyeri kronik.
9. 6
Ada beberapa faktor resiko yang dapat mengakibatkan terjadinya nyeri
punggung bawah, yaitu :
a. Usia
Usia merupakan faktor yang dapat memperberat terjadinya nyeri
punggung bawah, sehingga biasanya diderita oleh orang yang berusia
lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuh terutama tulangnya. Biasanya
nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan
insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri
pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55
tahun.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pada seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan
nyeri pinggang. Pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada
saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat
menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri punggung bawah.
c. Obesitas
Orang yang memiliki berat badan yang berlebih berisiko timbulnya nyeri
pinggang lebih besar karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri punggung
bawah.
d. Aktivitas Fisik dan Postur Tubuh
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri punggung bawah yang
sering tidak disadari oleh penderitanya. Postur tubuh yang tidak
proporsional yang dikombinasikan dengan gerak tubuh yang tidak benar
dapat menyebabkan stres pada lumbal spine. Kebiasaan seperti duduk,
berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat
mengakibatkan nyeri punggung bawah.
e. Riwayat Cedera atau Trauma
Satu-satunya alat prediksi terbaik nyeri punggung bawah adalah riwayat
cedera atau trauma. Seseorang yang pernah mengalami cedera atau trauma
10. 7
sebelumnya beresiko mengalami nyeri punggung bawah dikarenakan
faktor kekambuhan atau karena cedera tersebut dapat berlangsung kronis.
f. Riwayat Penyakit
Merupakan penyakit yang berhubungan dengan keluhan otot-otot skeletal
yang sudah dimiliki oleh penderita. Contohnya adalah skoliosis, yaitu
kelainan bentuk tulang belakang yang dapat menyebabkan tekanan yang
lebih besar pada saat seseorang duduk sehingga dapat mengakibatkan
nyeri punggung belakang.
2.5 Klasifikasi Low Back Pain (LBP)
1. Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara
tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai
beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain
dapat disebabkan karena trauma seperti kecelakaan kendaraan bermotor atau
terjatuh, angkat berat, latihan fisik yang berat, pasien dengan osteoporosis, dan
terlalu lama duduk. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat
melukai otot, ligamen dan tendon. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri
pinggang akut terfokus pada istirahat tirah baring pada alas yang keras
dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang punggung dan pemakaian
analgetik.6,7 Tujuan pengobatan untuk LBP akut yaitu untuk menghilangkan rasa
sakit, meningkatkan fungsi, dan mengembangkan strategi koping melalui latihan
atau berkomunikasi dengan keluarga. Mengoptimalkan pengobatan dapat
meminimalkan perkembangan nyeri kronis.6
2. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada pasien chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Pasien yang
mengalami fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada
waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoartritis,
11. 8
rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertabralis dan tumor. Selain
hal tersebut, terdapat juga klasifikasi patologis yang klasik yang dapat juga
dikaitkan dengan LBP seperti, trauma, infeksi, neoplasma, degenerasi, ataupun
konginetal.
Evaluasi awal, termasuk riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik pada
pasien dengan LBP kronis harus menempatkan pasien pada salah satu kategori
berikut: (1) nyeri pinggang nonspesifik; (2) nyeri punggung yang berhubungan
dengan radiculopathy atau stenosis tulang belakang; (3) nyeri punggung yang
sumber dari nonspinal; atau (4) nyeri punggung yang berhubungan dengan
penyebab spesifik lain tulang belakang. Untuk pasien yang mempunyai nyeri
punggung yang terkait dengan radiculopathy, stenosis tulang belakang, atau
penyebab spesifik lain tulang belakang, magnetic resonance imaging (MRI) atau
computed tomography (CT) dapat menegakkan diagnosis dan manajemen.3
2.6 Gambaran Klinis Low Back Pain (LBP)
Gejala klinis yang utama pada LBP adalah nyeri. Keluhan nyeri dapat
beragam dan diklasifikasikan sebagai nyeri yang bersifat lokal, radikular, dan
menjalar (referred pain). Berikut keluhan nyeri yang dirasakan pada penderita
LBP :
1. Nyeri yang bersifat lokal, terjadi di area tertentu di punggung bagian
bawah, bersifat tajam atau tumpul, nyeri umumnya menetap, atau
terkadang hilang timbul, nyeri jenis ini paling sering terjadi.
Penyebabnya karena terkilir atau keseleo atau cedera lainnya. Nyeri
lokal dapat dipengaruhi dengan perubahan posisi. Punggung bawah
dapat sakit saat dipegang dan dapat terjadi spasme otot.
2. Nyeri yang menjalar (referred pain), nyeri bersifat tumpul dan terasa
lebih dalam. Nyeri dapat menjalar dari punggung bawah ke tungkai,
biasanya nyeri juga dapat terasa sampai ke kaki atau hanya sampai
lutut. Nyeri yang menjalar biasanya menandakan adanya penekanan
12. 9
dari pangkal saraf, misalnya karena HNP, osteoartritis atau stenosis
tulang belakang.
3. Nyeri radikular, nyeri berkaitan erat dengan distribusi radiks saraf
spinal (spinal nerve root), nyeri dirasakan pada lokasi berbeda dari
lokasi penyebab nyeri sebenarnya dan keluhan ini lebih berat
dirasakan pada posisi yang mengakibatkan tarikan seperti
membungkuk; serta dapat berkurang dengan istirahat. Salah satu
penyebab yang perlu diperhatikan adalah tumor pada korda spinalis
yang ditandai oleh tidak berkurangnya nyeri dengan istirahat atau
lebih memburuk terutama pada malam hari.
2.7 Diagnosis Low Back Pain (LBP)
2.7.1. Anamnesis
Dalam anamnesis perlu diketahui:
1. Waktu dan riwayat penyakit
Perlu ditanyakan kepada pasien kapan mulai merasakan nyeri pada
punggung bawah, apakah pernah megalami hal serupa sebelumnya, apakah
memiliki riwayat trauma atau cedera sebelumnya. Kelainan yang dapat
menyebabkan rasa nyeri pada punggung bawah contohnya adalah
skoliosis, yaitu kelainan bentuk tulang belakang yang dapat menyebabkan
tekanan yang lebih besar pada saat seseorang duduk sehingga dapat
mengakibatkan nyeri punggung bawah.
2. Lama dan frekuensi serangan
Nyeri punggung bawah akibat sebab mekanik dapat berlangsung beberapa
hari sampai beberapa bulan.
3. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan dari nyeri punggung bawah berlokasi di L1-S1. Nyeri yang
menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah mengarah ke
iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan
oleh peradangan dari sendi sakroiliaka.
13. 10
4. Faktor yang memperberat atau memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat
aktivitas. Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa
menyebabkan bertambahnya nyeri LBP, yaitu seperti duduk dan
mengendarai mobil, nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan
setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-
abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan
sewaktu defekasi. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap
jika berbaring.
5. Kualitas atau intensitas nyeri
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat
membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara
nyeri punggung bawah dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan
dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan
nyeri radikular. Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan,
karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya
suatu keganasan ataupun infeksi.
2.7.2 Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Pada inspeksi yang perlu diperhatikan adalah :
1. Lihat bentuk punggung dan pelvis simetris atau asimetris, apakah ada tidak
postur tungkai yang abnormal.
2. Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama penderita bergerak
apakah ada hambatan atau keterbatasan selama melakukan gerakan.
3. Pada saat penderita melepaskan atau mengenakan pakaian, apakah ada
keterbatasan gerakan.
4. Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring dan
bangun dari berbaring.
5. Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, pembengkakan, perubahan
warna kulit.
14. 11
2. Palpasi
1 Pada saat palpasi, tulang belakang di palpasi untuk menentukan adanya
nyeri tekan.
2 Ketika meraba kolumna vertebralis perlu dicari apakah ada kemungkinan
adanya deviasi ke lateral atau anterior – posterior.
3. Pemeriksaan Neurologis
1. Pemeriksaan refleks
Reflek tendon akan menurun atau menghilang pada lesi motor neuron
bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah
yang disebabkan oleh HNP maka reflek tendon dari segmen yang terkena
akan menurun atau menghilang
1. Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat
berbaring atau duduk dengan tungkai menjuntai), tendo patela
dipukul dengan palu refleks. Apabila ada reaksi ekstensi tungkai
bawah, maka refleks patela postitif. Pada HNP lateral di L4-L5,
refleksi ini negatif.
2. Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut
dalam posisi fleksi, tumit diletakkan di atas tungkai yang satunya,
dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian
tendo achiles dipukul. Apabila terjadi gerakan plantar fleksi maka
refleks achiles positif. Pada HNP lateral di L5-S1, refleksi ini
negatif.
2. Sensorik
Bila nyeri punggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf
tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan
menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat
diketahui. Pemeriksaan sensorik ini meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa
sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar. Bila ada kelainan maka
tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan dermatom mana yang
terganggu.
15. 12
3. Motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana
yang terganggu akan diketahui. Pemeriksaan yang dilakukan :
a. Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki,
ibu jari, dan jari lainnya.
b. Atrofi : perhatikan ada tidaknya atrofi otot.
2.7.3 Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada LBP mencakup:
a. X-ray : Khususnya foto polos daerah lumbosakral AP dan lateral,
Gambaran radiologis sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruang diskus intervertebral, osteofit pada
sendi facet dan penumpukan kalsium pada vertebrae, pergeseran
korpus vertebrae (spondilolistesis), infiltasi tulang oleh tumor.
b. CT scan: Merupakan sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan
level neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang
b. Myelogram. Memungkinkan identifikasi masalah dalam tulang
belakang, sumsum tulang belakang dan akar saraf. Suntikan pewarna
kontras menerangi tulang belakang sebelum x-ray atau CT-scan.
c. MRI. Menampilkan rinci penampang komponen tulang belakang.
Berguna untuk menilai masalah dengan cakram lumbar dan akar
saraf, serta mengesampingkan penyebab nyeri punggung bawah
seperti infeksi tulang belakang atau tumor. Biasanya spesialis tulang
belakang akan memiliki gambaran yang baik dari penyebab nyeri
pasien dari gejala-gejala pasien dan pemeriksaan fisik, dan akan
menggunakan tes diagnostik di atas untuk mengkonfirmasi dan
mengklarifikasi diagnosis dan atau untuk menyingkirkan
kemungkinan penyebab lain dari gejala-gejala pasien.
16. 13
2.8 Diagnosis Banding Low Back Pain (LBP)
Diagnosa banding LBP, diantaranya :
1. Pada inflamasi sistemik pada tulang belakang, penyakit inflamasi
sistemik seperti artritis reumatoid seringkali menyebabkan kelainan
pada vertebra lumbalis.
2. Infeksi, osteomielitis piogenik dengan penyebaran hematogen kuman
golongan stafilokok atau basil gram negatif, seringkali memiliki
predileksi pada kolumna vertebralis. Infeksi lain yang memberikan
gamabaran nyeri punggung bawah diantaranya adalah blastomikosis,
kriptokokosis, antinomikosis, tuberkulosis, dan kista hidatid.
3. Spondilolisis atau Spondilolistesis, dapat disebabkan oleh proses
degeneratif pada diskus dan biasanya disertai dengan stenosis spinalis
lokal atau akibat ruda paksa. Kebanyakan akibat ruda paksa ini
menyebabkan fraktur pada bagian posterior vertebra seperti pedikel
atau faset.
2.9 Tatalaksana Low Back Pain (LBP)
Jika penyebab spesifik terjadinya nyeri punggung bawah dapat diketahui,
maka perlu diatasi penyebab tersebut. Untuk mengatasi nyeri punggung bawah
bervariasi, dimulai dengan edukasi dan konseling tentang masalah untuk
meringankan kegelisahan pasien sehingga sampai tahap resolve. Istirahat beberapa
hari sering dapat meringankan nyeri. Penderita harus tetap berbaring di tempat
tidur selama beberapa hari dengan sikap tertentu. Tirah baring ini sangat
bermanfaat untuk nyeri punggung mekanik akut, fraktur, dan HNP. Terapi
bantuan lainnya seperti fisioterapi, yaitu terapi panas, terapi dingin, pemijatan
atau massage, ultrasound, stimulation listrik.
Pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi Low Back Pain (LBP), yaitu :
terapi konservatif dan operatif.
17. 14
a. Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki
kondisi fisik pasien, melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara
keseluruhan. Pilihan terapi digolongkan sebagai “konservatif” apabila bersifat non
invasive (seperti pemberian obat-obatan) atau jauh lebih non invasif dibandingkan
dengan tindakan pembedahan. Secara umum, tindakan pembedahan untuk nyeri
punggung bawah baru dipertimbangkan apabila terapi konservatif gagal dan nyeri
punggung bawah (low back pain) atau nyeri tungkai yang menetap untuk waktu
yang lama.
Terapi konservatif bukan merupakan pilihan pertama apabila pasien
kehilangan bowel control atau bladder control, atau mengalami kelemahan yang
progresif pada tungkai, gejala-gejala ini merupakan kegawatdaruratan medis dan
memerlukan tindakan pembedahan yang segera. Meskipun demikian, kegawat
daruratan bedah untuk nyeri punggung sangat jarang ditemui dan sebagian besar
serangan nyeri punggung bawah dapat diterapi secara konservatif.7
Jangka waktu pemberian terapi konservatif sangat bervariasi. Secara
umum, semakin banyak nyeri dan disfungsi yang dialami pasien, maka terapi
pembedahan dini akan lebih dipertimbangkan. Pada sebagian besar pasien, nyeri
punggung bawah memiliki kecenderungan untuk mengalami perbaikan dalam
jangka waktu dua minggu sampai tiga bulan. Selama periode waktu tersebut, saat
keluhan nyeri punggung bawah berada dalam proses resolusi, atau apabila nyeri
punggung bawah bersifat kronis, maka perlu dipertimbangkan penatalaksanaan
konservatif yang tepat dalam rangka untuk:7
1. Mengurangi rasa nyeri dan spasme.
2. Memberikan pengkondisian untuk tulang belakang.
3. Membantu mengatasi masalah-masalah yang sering menyertai nyeri
punggung bawah, seperti kurang tidur atau depresi.
Terapi konservatif meliputi tirah baring (bed rest), mobilisasi,
medikamentosa, terapi fisik, dan terapi fisik pasif (modalitas).
18. 15
1. Tirah baring, tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan
menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke
aktivitas biasa. penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa
hari dengan sikap tertentu. Tidur di atas tempat tidur dengan alas keras dan atau
bisa juga dengan posisi semi flowler. Posisi ini berguna untuk mengelimir
gravitasi, mempertahankan kurvatura anatomi vertebra, relaksasi otot, mengurangi
hiperlordosis lumbal, dan mengurangi tekanan intradiskal.
2. Mobilisasi, pada fase permulaan, mobilisasi dilakukan dengan bantuan korset.
Manfaat pemakaian korset adalah untuk membatasi gerak, mengurangi aktivitas
otot (relaksasi otot), membantu mengurangi beban terhadap vertebra dan otot
paraspinal, dan mendukung vertebra dengan peninggian tekanan intra abdominal.
Mobilisasi sebaiknya dimulai dengan gerakan-gerakan ringan untuk jangka
pendek. Kemudian diperberat dan diperlama.
3. Medikamentosa, terdapat dua jenis obat-obatan bebas yang disarankan untuk
mengurangi nyeri punggung bawah, yaitu asetaminofen dan obat-obatan anti
inflamasi non steroid (OAINS). Asetaminofen dan OAINS bekerja dengan
mekanisme yang berbeda, sehingga keduanya dapat digunakan secara bersamaan.
Untuk jangka waktu yang pendek, obat-obatan terbatas (seperti obat-obatan anti
nyeri narkotik dan relaksan otot) dapat bermanfaat dalam mengurangi nyeri atau
komplikasi lain yang terkait. Golongan obat yang lain (seperti obat-obatan
antidepresan atau obat-obatan anti kejang) juga dapat berguna mengurangi sensasi
nyeri dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
1. Asetaminofen
Asetaminofen kemungkinan merupakan obat bebas yang paling
efektif untuk nyeri punggung bawah dengan efek samping yang paling
sedikit. Tylenol merupakan salah satu contoh obat dengan kandungan
aktif asetaminofen yang banyak dikenal. Tidak seperti aspirin atau
OAINS, asetaminofen tidak memiliki efek anti inflamasi. Obat ini
19. 16
mengurangi nyeri dengan bekerja secara sentral di otak untuk mematikan
persepsi rasa nyeri.
Dosis sebesar 1000 mg asetaminofen dapat dikonsumsi setiap
empat jam sekali, dengan dosis maksimal 4000 mg per 24 jam.
Selain efektivitasnya, asetaminofen sering dianjurkan karena efek
sampingnya yang minimal.
a) Sama sekali tidak menimbulkan kecanduan
b) Pasien tidak mengalami efek toleransi terhadap obat
c) Pada penggunaan jangka panjang tidak menimbulkan gangguan
gastrointestinal (lambung)
e) Hanya sedikit pasien yang alergi terhadap obat ini
Asetaminofen dimetabolisme oleh hepar, sehingga pasien dengan
gangguan hepar harus memeriksakan diri terlebih dahulu pada dokternya.
Pasien tidak boleh mengkonsumsi lebih dari 1000 mg setiap empat jam
(dosis maksimal yang dianjurkan), karena dosis lebih tinggi tidak
memberikan efek anti nyeri tambahan dan memperberat risiko kerusakan
hepar.
2. Obat-obatan Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Karena sebagian besar serangan nyeri punggung bawah melibatkan
suatu komponen inflamasi, obat-obatan anti inflamasi sering menjadi
pilihan terapi yang efektif. OAINS bekerja seperti aspirin dengan
menghambat terjadinya proses inflamasi, namun memiliki efek samping
gastrointestinal yang lebih sedikit dibandingkan dengan aspirin.
OAINS melingkupi golongan obat yang luas dengan banyak pilihan.
Ibuprofen (misalnya Advil, Nuprin, Motrin) merupakan salah satu obat
OAINS yang pertama ditemukan dan sekarang dijual bebas. Dosis yang
dianjurkan adalah 400 mg setiap delapan jam. Jenis OAINS lainnya adalah
naproksen (misalnya Naprosyn, Aleve).
OAINS di metabolisme dari aliran darah oleh ginjal, dengan
demikian bagi pasien diatas usia 65 tahun yang mengidap kelainan ginjal
20. 17
sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai
penggunaan obat-obatan ini. Apabila seorang pasien mengkonsumsi
OAINS dalam jangka waktu yang lama 6 bulan atau lebih, maka perlu
dilakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk mendeteksi tanda-tanda
awal kerusakan ginjal. OAINS juga dapat menimbulkan gangguan
lambung, sehingga pasien dengan riwayat ulkus lambung perlu
berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Kelas baru OAINS, yaitu penyekat COX-2, sudah tersedia.
Perbedaan utama antara kelompok obat ini dengan obat-obatan OAINS
sebelumnya adalah penyekat COX-2 menghambat secara selektif reaksi
kimiawi yang berujung pada inflamasi, tetapi di lain pihak tidak
menghambat produksi kimiawi lapisan pelindung lambung. Karena efek
samping utama dari OAINS adalah pembentukan ulkus lambung, maka
obat-obatan ini memiliki angka komplikasi yang lebih rendah dan
cenderung untuk tidak menghasilkan ulkus. Celebrex merupakan
penyekat COX-2 yang pertama dipasarkan, dan Vioxx merupakam obat
yang baru saja dipasarkan.
4. Terapi fisik aktif, biasanya diperlukan untuk merehabilitasi tulang belakang dan
membantu mengurang nyeri. Lebih penting lagi, suatu rutinitas latihan yang
memberikan pasien cara untuk menghindari kekambuhan nyeri punggung bawah
dan mengurangi intensitas serta durasi serangan nyeri di kemudian hari. Secara
umum, program latihan pasien perlu meliputi peregangan (seperti peregangan
hamstring), penguatan otot (seperti latihan stabilisasi dinamik lumbal), dan latihan
aerobic low impact (seperti berjalan, bersepeda atau berenang).7
1. Peregangan. Hampir semua orang yang telah mengalami nyeri punggung
bawah perlu meregangkan otot-otot hamstring mereka sebanyak satu
sampai dua kali sehari.7 Latihan peregangan rutin melibatkan penekanan
untuk meregang otot hamstring selama 30 sampai 45 detik, satu sampai
dua kali sehari. Tekanan pada otiot perlu dilakukan secara merata dan
tidak boleh disertai dengan pemijatan karena pemijatan dapat memicu
21. 18
respon spasme pada otot yang sedang diregang. Otot hamstring dapat
diregang dengan berbagai cara. Pilihan metode peregangan otot hamstring
dari yang paling mudah sampai paling sulit meliputi:
Teknik paling umum adalah dengan membungkuk, dengan tungkai
yang relative lurus dan tangan berupaya untuk menggapai jari kaki,
kemudian bertahan pada posisi ini.
Apabila pendekatan ini tidak dapat ditolerir, tarikan pada
punggung dapat dikurangi dengan duduk di kursi meyangga kaki
pada kursi lain dihadapannya sehingga tungkai dalam posisi lurus.
Kemudian dilakukan upaya menyentuh jari kaki. Peregangan dapat
dilakukan bergantian pada sisi kiri dan kanan.
Teknik yang paling ringan adalah untuk berbaring pada lantai dan
menarik tungkai kea rah dada dan kemudian meluruskannya
dengan bantuan handuk kecil yang dikaitkan pada tumit. Metode
ini dilakukan bergantian pada sisi kanan dan kiri.
Pilihan lain yang ringan adalah dengan berbaring di lantai, dengan
bokong ditempelkan pada dinding. Kaki dinaikkan pada dinding
dan kemudian berusaha meluruskan sendi lutut.
2. Penguatan. Untuk menguatkan otot belakang, stabilisasi lumbar selama 15
sampai 20 menit setiap hari atau jenis latihan lain yang diresepkan
sebaiknya dilakukan tiap hari. Terdapat dua bentuk utama latihan untuk
memperkuat dan/atau mengurangi nyeri yang cenderung digunakan pada
kondis-kondisi spesifik tertentu : latihan McKenzie dan latihan stabilisasi
lumbal dinamis. Apabila mungkin, kedua bentuk terapi fisik ini dapat
dikombinasikan.
1. Latihan McKenzie
Latihan ini dinamai sesuai dengan ahli terapi fisik dari New
Zealand yang menemukan bahwa ekstensi tulang belakang dapat
mengurangi nyeri yang ditimbulkan dari daerah discus
intervertebralis. Secara teori, ekstensi juga dapat mengurangi
discus yang terherniasi dan mengurangi penekanan pada cabang
22. 19
saraf. Pada pasien yang menderita nyeri tungkai akibat herniasi
discus (suatu radikulopati), ekstensi tulang belakang dapat
mengurangi nyeri tungkai dengan “memusatkan” nyeri
(memindahkan nyeri dari tungkai ke arah pinggang). Bagi sebagian
besar pasien, nyeri punggung bawah masih lebih dapat ditolerir
dibandingkan dengan nyeri tungkai, dan apabila pasien dapat
memusatkan nyeri maka mereka dapat meneruskan dengan terapi
konservatif serta tidak memerlukan pembedahan.
Apabila nyeri bersifat akut, latihan perlu dilakukan lebih sering
(setiap satu sampai dua jam). Pasien juga sebaiknya menghindari
fleksi tulang belakang (membungkuk ke depan). Latihan McKenzie
juga dapat membantu pasien yang mengalami nyeri punggung
bawah akibat penyakit discus degenerative. Saat berada dalam
posisi duduk atau membungkuk ke depan, nyeri punggung bawah
dapat menjadi lebih berat pada pasien dengan penyakit discus
degenerative, sedangkan ekstensi tulang belakang dapat
mengurangi penekanan pada discus. Perlu dicatat bahwa pada
pasien usia lanjut dengan osteoarthritis facet joint dan/atau stenosis
lumbal, hal yang sebaliknya yang terjadi (Ekstensi akan menekan
facet joint dan meningkatkan tekanan pada sendi tersebut sehingga
pasien-pasien ini akan merasa lebih nyaman saat duduk).
2. Latihan stabilisasi lumbal dinamis
Pada teknik ini, terapis akan berupaya menemukan posisi netral
tulang belakang pasien, yaitu posisi tulang belakang yang paling
nyaman bagi pasien. Otot-otot punggung kemudian dilatih untuk
melatih tulang belakang agar bertahan pada posisi tersebut. Teknik
ini mengandalkan propriosepsi, yaitu kesadaran akan posisi sendi
diri sendiri. Apabila dilakukan secara rutin, latihan ini dapat
memelihara agar punggung tetap kuat dan berada dalam posisi
yang baik.
23. 20
Latihan stabilisasi ini juga dapat dilakukan besamaan dengan
latihan McKenzie.Latihan McKenzie berperan mengurangi nyeri
punggung bawah, sedangkan latihan stabilisasi membantu
memperkuat tulang belakang. Latihan stabilisasi biasanya berat dan
intensif, sehingga tidak semua pasien dapat mentolerirnya dengan
baik. Disarankan pada pasien usia
3. Latihan aerobic low-impact. Latihan aerobic low impact (seperti jalan
kaki, bersepeda atau berenang) sebaiknya dilakukan 30 sampai 40 menit
tiga kali dalam seminggu, berselingan dengan latihan penguatan otot.7
Terdapat beberapa jenis latihan aerobik yang aman bagi tulang belakang,
dan apabila dilakukan secara teratur sangat bermanfaat dalam
pengkondisian.7
Berjalan kaki. Secara umum, berjalan kaki sangan aman bagi
pinggang, dan berjalan sejauh dua sampai tiga mil per minggu
sangat membantu pasien.
Bersepeda statis. Apabila berjalan kaki terasa nyeri, bersepeda
statis juga efektif serta mungkin lebih aman bagi tulang belakang.
Terapi air. Latihan di dalam air memungkinakn pengkondisian
yang efektif sambil neminimalisir stress pada pinggang (baca juga
terapi air di bawah ini). Memulai latihan aerobic juga memiliki
efek tambahan berupa menghilangkan beban dari tulang belakang,
sehingga memungkinkan mobilisasi yang lebih baik dengan nyeri
yang lebih sedikit. Terkadang, seiring dengan berjalannya terapi,
latihan dapat diganti secara bertahap dengan latihan di darat.
Terapi air sangat bermanfaat bagi pasien yang berada dalam nyeri
yang terlalu hebat sehingga tidak dapat mentolerir latihan di darat.
Bagi pasien yang menderita osteoarthritis, terutama pada pasien
usia lanjut, terapi air dan latihan aerobic yang berkelanjutan
mungkin merupakan pilihan terapi yang paling efektif.
24. 21
5. Terapi fisik pasif (modalitas), berbagai modalitas sering digunakan untuk
mengurangi nyeri punggung bawah. Modalitas-modalitas ini sangat bermanfaat
untuk mengurangi nyeri punggung bawah akut (misalnya serangan nyeri yang
hebat dan melumpuhkan). Terapis biasanya menggunakan modalitas pasif seperti:7
1. Diatermi/kompres panas/dingin, tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan
mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada keadaan akut biasanya dapat
digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri
kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
2. Iontophoresis, iontophoresis merupakan metode pemberian steroid melalui
kulit. Steroid diletakkan pada permukaan kulit dan kemudian dialirkan
aliran listrik yang akan menyebabkan steroid tersebut untuk bermigrasi ke
bawah kulit. Steroid tersebut kemudian menimbulkan efek anti inflamasi
pada daerah yang menyebabkan nyeri. Modalitas ini terutama efektif
dalam mengurangi serangan nyeri akut.
3. Unit TENS, sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung
bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak.
Biasanya dilakukan percobaan terlebih dahulu, dan apabila nyeri
berkurang secara signifikan maka unit TENS dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri punggung bawah dalam jangka waktu yang lama.
4. Ultrasound, ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan
dalam dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus
sampai jaringan lunak dibawahnya. Ultrasound terutama berguna dalam
menghilangkan serangan nyeri akut dan dapat mendorong terjadinya
penyembuhan jaringan.
b. Terapi Operatif, dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan defisit neurologik.7
25. 22
2.10 Prognosis Low Back Pain (LBP)
Setelah 1 bulan pengobatan, 35% pasien dilaporkan membaik, dan 85%
pasien membaik setelah 3 bulan. Dilaporkan tingkat kekambuhan LBP mencapai
62% pada tahun pertama.
26. 23
BAB III
KESIMPULAN
1. Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah nyeri yang
dirasakan di daerah punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal (inflamasi)
maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung
bawah dapat menjalar ke daerah lain, atau sebaliknya nyeri yang berasal dari
daerah lain dapat dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain).
2. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan radiologis.
3. Penatalaksaan low back pain dibagi menjadi terapi konservatif dan
operatif.
4. Terapi konservatif meliputi tirah baring (bed rest), mobilisasi,
medikamentosa, terapi fisik, dan terapi fisik pasif (modalitas).
27. 24
DAFTAR PUSTAKA
1. Roger Chou, Lauria Hoyt Huffman, Clinical guideline for the evaluation
and management of low back pain. American Pain Society.
2. De Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2004.
3. Livingston C, King V, Little A, Pettinari C, Thielke A, & Gordon C. State
of Oregon Evidence-based Clinical Guidelines Project. Evaluation and
management of low back pain: A clinical practice guideline based on the
joint practice guideline of the American College of Physicians and the
American Pain Society (Diagnosis and treatment of low back pain).
Salem: Oregon Health Policy and Research. 2011.
4. Jenkins H. Classification of low back pain. ACO. 2006 Nov ; vol 7.
5. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6.
Jakarta: EGC; 2006.
6. Casazza B. Diagnosis and treatment of acute low back pain. Indian Journal
of Clinical Practice. 2012 ;85(4):343-350.
7. Rahim Hadian Agus, Priharto Kusmedi. Terapi Konservatif untuk Low
Back Pain. Divisi Spine, Bagian Orthopaedi & Traumatologi Rumah Sakit
Hasan Sadikin.
8. Sudoyo A.W. dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid Ke-dua. Jakarta.
Pusat penerbitan Departemen ilmu penyakit dalam FKUI; 2007.
9. Rasad S. Radiologi diagnostic. Edisi ke-dua. Jakarta: FKUI; 2005.