SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
I. PENDAHULUAN



                                 A. Dasar Teori


       Digesti adalah proses penghancuran zat makanan dari bentuk makro
molekul   menjadi zat yang terlarut (mikro molekul) sehingga zat makanan
tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme.
Proses digesti memerlukan waktu yang diperlukan untuk mencerna makanannya
yang disebut dengan laju digesti. Alat-alat pencernaan terdiri atas dua saluran
yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan meliputi
mulut, rongga mulut, pharink, esophagus, lambung, pilorus, usus, rektum, dan
anus, sedangkan kelenjar pencernaanya terdiri atas hati, empedu, dan pankreas
(Fujaya, 2002).
       Proses digeti pada ikan dimulai dari lambung,dilanjuetkan ke intestine
kemudian berakhir pada anus yang merupakan lubang ekskresi. Praktikum kali ini
menggunakan preparat ikan lele (Clarias batrachus) karena ikan ini memiliki
lambung dam mudah didapat. Ikan lele (Clarias batrachus) termasuk kedalam
golongan omnivora. Pakan alaminya terdiri dari plankton, udang-udang kecil,
siput, cacing, jentik nyamuk dan lain sebagainya. Jika dibudidayakan dikolam,
makanan tambahanya dapat berupa dedak halus, sisa-sisa dapur,daging bekicot,
belatung, dan pelet. Karena itu lele digolongkan sebagai pemakan segala
(omnivora). Namun pendapat lain mengatakan bahwa lele lebih bersifat sebagai
pemakan daging (karnivora). Lele juga digolongkgan sebagai pemakan bengkai
(scavanger) dan bersifat nokturnal (Santono,1994)


                                       B. Tujuan


       Tujuan dari praktikum kali in i adalah untuk melihat laju digesti atau
pengosongan lambung ikan.
II. MATERI DAN METODE



                                       A. Materi


       Alat-alat yang digunakan dalam praktikum laju digesti padfa ikan ini
adalah alat brdah , timbangan analitik, termometer, dan heater.
       Bahan-bahan yang digunakan dalam laju digesti pada ikan in i adalah ikan
lele (Clarias batrachus) sebanyak 3 ekor dan pelet.


                                       B. Metode


1.   Ikan yang sudah diberi makan sampai kenyang diambil dan dilakukan
     pembedahan untuk mengmbil lambung ikan, setelah lambung diambil
     kemudian dilakukuan penimbangan untuk mengetahui bobot lambung ikan.
     Bobot lambung yang diperoleh dinyatakan sebagai bobot lambung dalam
     keadaan kenyang atau nol jam setelah makan.
2.   Setelah 30 menit ikan diberi makan lalu dimbil dan dilakukan pembedahan
     seperti prosedur sebelumnya, bobt lambung yang diperoleh dinyatakan
     sebagai bobot lambung pada waktu 30 menit setelah makan terhadap bobot
     lambung pada waktu kenyang.
3.   Dilakukan kembali seperti prosedur sebelumnya pada waktu 60 menit setelah
     pemberian pakan.
4.   Data hasil pengamatan dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara lama
     pengamatan dengan prosentase lambung.
HASIL DAN PEMBAHASAN



                                                              A. HASIL


Tabel 1. Data pengamatan laju digesti pada ikan lele (Clarias batrachus)

                                                0'                      30’                         60’
 Kelompok
                                        Bx           Bx%         By           By%          Bz               Bz%

                              1        0,5 gr        100         1,5          300          1                 200

                              2        1,4 gr        100         1,1          78,6         0,5               35,7

                              3        0,5 gr        100         1,2          240          0,8               160

                              4        0,3 gr        100        0,45          150          0,4              133,33

                              5        0,3 gr        100         0,4          133,3        0,5              166,67

                              6        0,5 gr        100         0,4              80       0,4               80




                              350
   Persentase Berat Lambung




                              300

                              250

                              200

                              150

                              100

                                  50

                                   0
                                         0 menit                       30 menit                  60 menit
                                                           Waktu Setelah Pemberian Pakan




                              Grafik 1. Hubungan Waktu Pengamatan Dengan Bobot Lambung
Perhitungan (kelompok 1) :


Bobot lambung ikan 0’           = 0,5 gram (Bx)

Bobot lambung ikan 30’          = 1,5 gram (By)

Bobot lambung ikan 60’          = 1 gram (Bz)

                 Bx                                         Bz
      0’     =          100 %                     60’   =          100 %
                 Bx                                         Bx

                 0 ,5                                        1
             =          100 %                           =          100 %
                 0 ,5                                       0 ,5


             = 100%                                     = 200%

                 By
      30’    =          100 %
                 Bx

                 1, 5
             =          100 %
                 0 ,5


             = 300%
B. Pembahasan


   Grafik pengamatan waktu dengan bobot lambung ikan lele menunjukkan
bahwa pada kondisi lambung pada saat penuh yaitu 0 menit setelah pemberian
pakan lebih kecil dibandingka pemberian pakan setelah 30 menit dan 60 menit.
Menurut Fujaya (2002), makanan yang tersimpan dalam lambung sekin lama
semakin berkurang yang berakibat bobot lambung akan lebih ringan hak ini
dikarenakan makanan yang masuk dan berada didalam lambung sudah dicerna
dan sudah siap di absorpsi yang akan diambil sari-sari makananya guna
pemanfaatan sistem kerja yang lain dan sebagian digunakan untuk pertumbuhan.
Namun pada praktikum yang telah dilakukan mendapatkan hasil yang tidak
sesuai. Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor , diantaranya adalah
ukuran tubuh ikan, aktivitas ikan, dan ritme internal (Mujiman, 1984).

       Pengosongan laju digesti dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya
temperatur lingkungan dan kualitas pakan. Temperatur lingkungan yang optimal
akan menyebabkan metabolisme meningkat dan hal itu harus diimbangi dengan
pasokan pakan dari lingkungan. Perbedaan kualitas pakan akan mnecerminkan
perbedaan komponen penyusun pakan, perbedaan pada akhirnya akan berakibat
pada perbedaan laju dan kemampuan digesti pada ikan (Santono, 1994). Menurut
Seyhan dan Grove (2001), pengosongan laju digesti ikan dipengaruhi oleh faktor
intrinsik dan ekstrinsik seperti tipe makanan yang dikonsumsi, dan jumlah
makanan yang tersedia.

       Proses digesti selain dipengaruhi oleh kinerja enzim dan organ-organ
dalam tubuh, juga berhubungan dengan pakan yang dikonsumsi. Proses digesti
dapat berjalan dengan lancar dengan adanya enzim. Aktivitas enzim dipengaruhi
oleh faktor-faktor lingkungan seperti pH dan suhu. Hampir semua enzim sensitif
terhadap pH. Tingkat suhu menentukan derajat aktivitasnya. Produksi enzim
menurun pada ikan dengan suhu di atas kisaran suhu yang sesuai. Aktivitas enzim
(per unit enzim) jauh lebih meningkat dengan peningkatan suhu. Lokasi-lokasi
proses digesti pada tubuh ikan antara lain mulut dan esophagus, perut atau
lambung, usus besar dan usus kecil (Zonneveld, 1991).
Berdasarkan perangkat yang digunakan, digesti terjadi secara mekanik dan
kimiawi.   Digesti   mekanik   digunakan   untuk   memecah     makanan    besar
menggunakan gigi atau sistem otot. Beberapa hewan air menggunakan gigi untuk
menggigit dan mengoyak pakan misalnya pada ikan lele. Gigi ikan yang
merupakn modifikasi sisik adalah homodont. Digesti kimiawi melibatkan enzim
sebagai katalisator untuk mempercepat reaksinya. Enzim yang dimiliki oleh
hewan biasanya berhubungan dengan makanan yang dikonsumsinya dari alam
sekitarnya. Digesti kimiawi terjadi di dalam perut, sehingga retensi pakan dalam
lambung mempengaruhi efisiensi digesti pada kebanyakan hewan. Perut ikan
karnivora dapat mensekresikan enzim pepsin yang aktif pada pH 2-4 sehingga
aktivitasnya memerlukan HCL yang disekresi mukosa gastric. Makanan yang
telah didigesti dalam perut akan disalurkan ke dalam usus halus (intestine)
(Yuwono, 2001). Laju digesti akan berjalan dengan cepat, dimana bentuk
lambungnya dapat disesuaikan dengan makanan yang dicernanya. Bentuk besar
apabila makanan yang ditampungnya dalam jumlah banyak dan mengempis saat
tidak makan atau dalam keadaan kosong (Rincon, 2008).

       Fungsi pakan terhadap ikan sudah jelas adalah pakan sebagi sumber energi
bagi ikan dalam pertumbuhannya dan dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat menurut Winberg ( 2001 ), faktor
utama yang mempengaruhi kebutuhan energi pada ikan adalah:

   1. Spesies terdapat suatu perbedaan tingkah laku yang besar diantara spesies
       ikan misalnya pola aktivitas yang berbeda
   2. Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari proses yang cenderung
       yang cenderung untuk menurunkan energi tubuh
   3. Ukuran ikan yang memiliki       ukuran yang lebih kecil maka kecepatan
       metabolismenya lebih tinggi dari pada ikan yang memiliki ukuran tubuh
       yang besar
   4. Aktifitas fisiologi ikan perbedaannya dari laju pertumbuhan, dalam
       komposisi pertumbuhan , dalam tingkah laku dan dalm aktifitas efisiensi
       energi   serta pada lamanya mencerna makanan hingga mencapai laju
       pengosongan lambung ang sesuai.
5. Suhu lingkungan
       Laju digesti pakan pada umumnya berkorelasi dengan laju metabolisme
ikan. Kondisi temperatur air yang optimal bagi ikan, maka laju metabolisme ikan
meningkat dan meningkatnya laju metabolisme ini harus diimbangi dengan
pasokan pakan yang diperoleh dari lingkungannya (Zonneveld, 1991).        Pada
umumnya ikan yang bersifat poikiloterm, maka pada temperatur air yang
meningkat nafsu makan ikan mengalami peningkatan, sedangkan apabila terjadi
penurunan temperatur air maka nafsu makan ikan juga menurun (Heath, 1995).
IV.     KESIMPULAN DAN SARAN



                                  A. Kesimpulan


        Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan sebelumnya dapat
disimpulkan sebagai berikut :

1.   Faktor-faktor yang mempengaruhi laju digesti atau laju pengosongan
     lambung dalah temperatur air, suhu, musim, waktu siang dan malam,
     intensitas cahaya, ritme internal, dan kualitas pakan yang dikonsumsi.
2.   Laju digesti berhubungan dengan laju metabolisme ikan sehingga semakin
     lama waktunya, maka isi lambung semakin berkurang.
3.   Laju pengosongan lambung pada menit ke 0 adalah 100%, pada menit ke 30
     adalah 150% dan menit ke 60 adalah 133,33%.


                                     B. Saran


        Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan sebaiknya praktikan
menggunakan sarung tangan agar tangan tetap bersih pada saat pembedahan ikan
dan sebaiknya menggunakan ikan yang memiliki ukuran tubuh yang sama agar
dapat terlihat secara jelas laju digesti yang sebenarnya.
DAFTAR REFERENSI


Alarcon,F.J. et al. 2005. Studies on digestive enzymeisn fish: Characterization
      and practical applications. Journal Vol 2(5): 113-121.

Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional,
       Makassar.

Heath, A. G. 1995. Water Pollution and Fish Physiology Second Edition. CRC
        Press Inc, New York.
Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rincon G., Teodoro V. J. and Carolus M. V.. 2008. Stomach contents and notes
        on the reproduction of the Onefin Skate Gurgesiella dorsalifera
        (Chondrichthyes: Rajidae) off Southern Brazil. Neotropical Ichthyology,
        6(4):689-692.

Santono, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo dan Lokal. Kanisus.
      Yogyakarta.

Seyhan, K. dan D. J. Grove. 2001. A New Approach in Modelling Gastric
    Emptying in Fish. Turk J. Vet Anim Sci.
Winberg, G. G .2001. Rate of Metabolism and Requuirenement of Fishes.
      Translit. Fish . res Bd, Canada.
Yuwono, E. 2001.FisiologiHewan I. FakultasBiologiUnsoed, Purwokerto.

Zonneveld, N. Huisman. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia
      Pustaka Utama, Jakarta.
LAJU DIGESTI PADA IKAN




               Oleh :
         Nama           : Muhamad Ma’arif
         NIM            : B1J010148
         Rombongan      :V
         Kelompok       :1
         Asisten        : Arya Nugraha




LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I




 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
  UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
         FAKULTAS BIOLOGI
           PURWOKERTO
                2011
Laju digesti

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum porifera kelompok 6
Laporan praktikum porifera kelompok 6Laporan praktikum porifera kelompok 6
Laporan praktikum porifera kelompok 6Nor Hidayati
 
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTERLaporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTERnurahlina08
 
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanLaporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanFirlita Nurul Kharisma
 
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiPencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiJessy Damayanti
 
Pengenalan Genus-Genus Karang
Pengenalan Genus-Genus KarangPengenalan Genus-Genus Karang
Pengenalan Genus-Genus KarangYayasan TERANGI
 
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilLaporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilSelly Noviyanty Yunus
 
Makalah Protozoa, Filum Infusoria dan Sporozoa
Makalah Protozoa, Filum Infusoria dan SporozoaMakalah Protozoa, Filum Infusoria dan Sporozoa
Makalah Protozoa, Filum Infusoria dan Sporozoayuliartiramli
 
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...Biology Education
 
Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Heri Abrianto
 
Persamaan sel tumbuhan dan hewan
Persamaan sel tumbuhan dan hewanPersamaan sel tumbuhan dan hewan
Persamaan sel tumbuhan dan hewanrenaldi_b
 

What's hot (20)

Laporan praktikum porifera kelompok 6
Laporan praktikum porifera kelompok 6Laporan praktikum porifera kelompok 6
Laporan praktikum porifera kelompok 6
 
Laporan Praktikum 1 Chondrichtyes
Laporan Praktikum 1 ChondrichtyesLaporan Praktikum 1 Chondrichtyes
Laporan Praktikum 1 Chondrichtyes
 
Monera cyanobacteria
Monera cyanobacteriaMonera cyanobacteria
Monera cyanobacteria
 
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTERLaporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
Laporan siklus hidup lalat buah " DROSOPHILA MELANOGASTER
 
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairanLaporan ekosistem darat, buatan, perairan
Laporan ekosistem darat, buatan, perairan
 
Makalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan pakuMakalah tumbuhan paku
Makalah tumbuhan paku
 
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti TaksonomiPencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
Pencirian, Konsep Sifat, dan Sumber Bukti Taksonomi
 
Pengenalan Genus-Genus Karang
Pengenalan Genus-Genus KarangPengenalan Genus-Genus Karang
Pengenalan Genus-Genus Karang
 
Kloroplas
KloroplasKloroplas
Kloroplas
 
Laporan ekologi
Laporan ekologi Laporan ekologi
Laporan ekologi
 
Laporan Praktikum 2 Osteichtyes
Laporan Praktikum 2 OsteichtyesLaporan Praktikum 2 Osteichtyes
Laporan Praktikum 2 Osteichtyes
 
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilLaporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
 
Makalah Protozoa, Filum Infusoria dan Sporozoa
Makalah Protozoa, Filum Infusoria dan SporozoaMakalah Protozoa, Filum Infusoria dan Sporozoa
Makalah Protozoa, Filum Infusoria dan Sporozoa
 
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
Laporan Praktikum Sistematika Hewan Invertebrata "Classis Arachnida dan Myria...
 
Sumber Bukti Taksonomi
Sumber Bukti TaksonomiSumber Bukti Taksonomi
Sumber Bukti Taksonomi
 
Plankton net
Plankton netPlankton net
Plankton net
 
Mekanisme Spesiasi dan Kepunahan
Mekanisme Spesiasi dan KepunahanMekanisme Spesiasi dan Kepunahan
Mekanisme Spesiasi dan Kepunahan
 
Tumbuhan paku
Tumbuhan pakuTumbuhan paku
Tumbuhan paku
 
Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18
 
Persamaan sel tumbuhan dan hewan
Persamaan sel tumbuhan dan hewanPersamaan sel tumbuhan dan hewan
Persamaan sel tumbuhan dan hewan
 

Similar to Laju digesti

Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...Abi Haura
 
PAKAN SATWA LIAR.pptx
PAKAN SATWA LIAR.pptxPAKAN SATWA LIAR.pptx
PAKAN SATWA LIAR.pptxedywiranata
 
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN POPULASI PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN POPULASI PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN POPULASI PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN POPULASI PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
Kondisi tubuh
Kondisi tubuhKondisi tubuh
Kondisi tubuhBBPP_Batu
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaRamaiyulis Ramai
 
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Syauqy Nurul Aziz
 

Similar to Laju digesti (8)

Kecernaan digestibility
Kecernaan digestibilityKecernaan digestibility
Kecernaan digestibility
 
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
Kinerja pertumbuhan-juvenil-ikan-lele-dumbo-clarias-sp.-yang-diberi-pakan-den...
 
Pengaruh taurin
Pengaruh taurinPengaruh taurin
Pengaruh taurin
 
PAKAN SATWA LIAR.pptx
PAKAN SATWA LIAR.pptxPAKAN SATWA LIAR.pptx
PAKAN SATWA LIAR.pptx
 
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN POPULASI PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN POPULASI PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN POPULASI PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN DAN POPULASI PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Kondisi tubuh
Kondisi tubuhKondisi tubuh
Kondisi tubuh
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
 
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
Optimalisasi Penggunaan Automatic Feeder Pada Budidaya Udang Litopenaeus Vann...
 

Laju digesti

  • 1. I. PENDAHULUAN A. Dasar Teori Digesti adalah proses penghancuran zat makanan dari bentuk makro molekul menjadi zat yang terlarut (mikro molekul) sehingga zat makanan tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme. Proses digesti memerlukan waktu yang diperlukan untuk mencerna makanannya yang disebut dengan laju digesti. Alat-alat pencernaan terdiri atas dua saluran yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan meliputi mulut, rongga mulut, pharink, esophagus, lambung, pilorus, usus, rektum, dan anus, sedangkan kelenjar pencernaanya terdiri atas hati, empedu, dan pankreas (Fujaya, 2002). Proses digeti pada ikan dimulai dari lambung,dilanjuetkan ke intestine kemudian berakhir pada anus yang merupakan lubang ekskresi. Praktikum kali ini menggunakan preparat ikan lele (Clarias batrachus) karena ikan ini memiliki lambung dam mudah didapat. Ikan lele (Clarias batrachus) termasuk kedalam golongan omnivora. Pakan alaminya terdiri dari plankton, udang-udang kecil, siput, cacing, jentik nyamuk dan lain sebagainya. Jika dibudidayakan dikolam, makanan tambahanya dapat berupa dedak halus, sisa-sisa dapur,daging bekicot, belatung, dan pelet. Karena itu lele digolongkan sebagai pemakan segala (omnivora). Namun pendapat lain mengatakan bahwa lele lebih bersifat sebagai pemakan daging (karnivora). Lele juga digolongkgan sebagai pemakan bengkai (scavanger) dan bersifat nokturnal (Santono,1994) B. Tujuan Tujuan dari praktikum kali in i adalah untuk melihat laju digesti atau pengosongan lambung ikan.
  • 2. II. MATERI DAN METODE A. Materi Alat-alat yang digunakan dalam praktikum laju digesti padfa ikan ini adalah alat brdah , timbangan analitik, termometer, dan heater. Bahan-bahan yang digunakan dalam laju digesti pada ikan in i adalah ikan lele (Clarias batrachus) sebanyak 3 ekor dan pelet. B. Metode 1. Ikan yang sudah diberi makan sampai kenyang diambil dan dilakukan pembedahan untuk mengmbil lambung ikan, setelah lambung diambil kemudian dilakukuan penimbangan untuk mengetahui bobot lambung ikan. Bobot lambung yang diperoleh dinyatakan sebagai bobot lambung dalam keadaan kenyang atau nol jam setelah makan. 2. Setelah 30 menit ikan diberi makan lalu dimbil dan dilakukan pembedahan seperti prosedur sebelumnya, bobt lambung yang diperoleh dinyatakan sebagai bobot lambung pada waktu 30 menit setelah makan terhadap bobot lambung pada waktu kenyang. 3. Dilakukan kembali seperti prosedur sebelumnya pada waktu 60 menit setelah pemberian pakan. 4. Data hasil pengamatan dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara lama pengamatan dengan prosentase lambung.
  • 3. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Tabel 1. Data pengamatan laju digesti pada ikan lele (Clarias batrachus) 0' 30’ 60’ Kelompok Bx Bx% By By% Bz Bz% 1 0,5 gr 100 1,5 300 1 200 2 1,4 gr 100 1,1 78,6 0,5 35,7 3 0,5 gr 100 1,2 240 0,8 160 4 0,3 gr 100 0,45 150 0,4 133,33 5 0,3 gr 100 0,4 133,3 0,5 166,67 6 0,5 gr 100 0,4 80 0,4 80 350 Persentase Berat Lambung 300 250 200 150 100 50 0 0 menit 30 menit 60 menit Waktu Setelah Pemberian Pakan Grafik 1. Hubungan Waktu Pengamatan Dengan Bobot Lambung
  • 4. Perhitungan (kelompok 1) : Bobot lambung ikan 0’ = 0,5 gram (Bx) Bobot lambung ikan 30’ = 1,5 gram (By) Bobot lambung ikan 60’ = 1 gram (Bz) Bx Bz 0’ = 100 % 60’ = 100 % Bx Bx 0 ,5 1 = 100 % = 100 % 0 ,5 0 ,5 = 100% = 200% By 30’ = 100 % Bx 1, 5 = 100 % 0 ,5 = 300%
  • 5. B. Pembahasan Grafik pengamatan waktu dengan bobot lambung ikan lele menunjukkan bahwa pada kondisi lambung pada saat penuh yaitu 0 menit setelah pemberian pakan lebih kecil dibandingka pemberian pakan setelah 30 menit dan 60 menit. Menurut Fujaya (2002), makanan yang tersimpan dalam lambung sekin lama semakin berkurang yang berakibat bobot lambung akan lebih ringan hak ini dikarenakan makanan yang masuk dan berada didalam lambung sudah dicerna dan sudah siap di absorpsi yang akan diambil sari-sari makananya guna pemanfaatan sistem kerja yang lain dan sebagian digunakan untuk pertumbuhan. Namun pada praktikum yang telah dilakukan mendapatkan hasil yang tidak sesuai. Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor , diantaranya adalah ukuran tubuh ikan, aktivitas ikan, dan ritme internal (Mujiman, 1984). Pengosongan laju digesti dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya temperatur lingkungan dan kualitas pakan. Temperatur lingkungan yang optimal akan menyebabkan metabolisme meningkat dan hal itu harus diimbangi dengan pasokan pakan dari lingkungan. Perbedaan kualitas pakan akan mnecerminkan perbedaan komponen penyusun pakan, perbedaan pada akhirnya akan berakibat pada perbedaan laju dan kemampuan digesti pada ikan (Santono, 1994). Menurut Seyhan dan Grove (2001), pengosongan laju digesti ikan dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti tipe makanan yang dikonsumsi, dan jumlah makanan yang tersedia. Proses digesti selain dipengaruhi oleh kinerja enzim dan organ-organ dalam tubuh, juga berhubungan dengan pakan yang dikonsumsi. Proses digesti dapat berjalan dengan lancar dengan adanya enzim. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti pH dan suhu. Hampir semua enzim sensitif terhadap pH. Tingkat suhu menentukan derajat aktivitasnya. Produksi enzim menurun pada ikan dengan suhu di atas kisaran suhu yang sesuai. Aktivitas enzim (per unit enzim) jauh lebih meningkat dengan peningkatan suhu. Lokasi-lokasi proses digesti pada tubuh ikan antara lain mulut dan esophagus, perut atau lambung, usus besar dan usus kecil (Zonneveld, 1991).
  • 6. Berdasarkan perangkat yang digunakan, digesti terjadi secara mekanik dan kimiawi. Digesti mekanik digunakan untuk memecah makanan besar menggunakan gigi atau sistem otot. Beberapa hewan air menggunakan gigi untuk menggigit dan mengoyak pakan misalnya pada ikan lele. Gigi ikan yang merupakn modifikasi sisik adalah homodont. Digesti kimiawi melibatkan enzim sebagai katalisator untuk mempercepat reaksinya. Enzim yang dimiliki oleh hewan biasanya berhubungan dengan makanan yang dikonsumsinya dari alam sekitarnya. Digesti kimiawi terjadi di dalam perut, sehingga retensi pakan dalam lambung mempengaruhi efisiensi digesti pada kebanyakan hewan. Perut ikan karnivora dapat mensekresikan enzim pepsin yang aktif pada pH 2-4 sehingga aktivitasnya memerlukan HCL yang disekresi mukosa gastric. Makanan yang telah didigesti dalam perut akan disalurkan ke dalam usus halus (intestine) (Yuwono, 2001). Laju digesti akan berjalan dengan cepat, dimana bentuk lambungnya dapat disesuaikan dengan makanan yang dicernanya. Bentuk besar apabila makanan yang ditampungnya dalam jumlah banyak dan mengempis saat tidak makan atau dalam keadaan kosong (Rincon, 2008). Fungsi pakan terhadap ikan sudah jelas adalah pakan sebagi sumber energi bagi ikan dalam pertumbuhannya dan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat menurut Winberg ( 2001 ), faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan energi pada ikan adalah: 1. Spesies terdapat suatu perbedaan tingkah laku yang besar diantara spesies ikan misalnya pola aktivitas yang berbeda 2. Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari proses yang cenderung yang cenderung untuk menurunkan energi tubuh 3. Ukuran ikan yang memiliki ukuran yang lebih kecil maka kecepatan metabolismenya lebih tinggi dari pada ikan yang memiliki ukuran tubuh yang besar 4. Aktifitas fisiologi ikan perbedaannya dari laju pertumbuhan, dalam komposisi pertumbuhan , dalam tingkah laku dan dalm aktifitas efisiensi energi serta pada lamanya mencerna makanan hingga mencapai laju pengosongan lambung ang sesuai.
  • 7. 5. Suhu lingkungan Laju digesti pakan pada umumnya berkorelasi dengan laju metabolisme ikan. Kondisi temperatur air yang optimal bagi ikan, maka laju metabolisme ikan meningkat dan meningkatnya laju metabolisme ini harus diimbangi dengan pasokan pakan yang diperoleh dari lingkungannya (Zonneveld, 1991). Pada umumnya ikan yang bersifat poikiloterm, maka pada temperatur air yang meningkat nafsu makan ikan mengalami peningkatan, sedangkan apabila terjadi penurunan temperatur air maka nafsu makan ikan juga menurun (Heath, 1995).
  • 8. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju digesti atau laju pengosongan lambung dalah temperatur air, suhu, musim, waktu siang dan malam, intensitas cahaya, ritme internal, dan kualitas pakan yang dikonsumsi. 2. Laju digesti berhubungan dengan laju metabolisme ikan sehingga semakin lama waktunya, maka isi lambung semakin berkurang. 3. Laju pengosongan lambung pada menit ke 0 adalah 100%, pada menit ke 30 adalah 150% dan menit ke 60 adalah 133,33%. B. Saran Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan sebaiknya praktikan menggunakan sarung tangan agar tangan tetap bersih pada saat pembedahan ikan dan sebaiknya menggunakan ikan yang memiliki ukuran tubuh yang sama agar dapat terlihat secara jelas laju digesti yang sebenarnya.
  • 9. DAFTAR REFERENSI Alarcon,F.J. et al. 2005. Studies on digestive enzymeisn fish: Characterization and practical applications. Journal Vol 2(5): 113-121. Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional, Makassar. Heath, A. G. 1995. Water Pollution and Fish Physiology Second Edition. CRC Press Inc, New York. Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya, Jakarta. Rincon G., Teodoro V. J. and Carolus M. V.. 2008. Stomach contents and notes on the reproduction of the Onefin Skate Gurgesiella dorsalifera (Chondrichthyes: Rajidae) off Southern Brazil. Neotropical Ichthyology, 6(4):689-692. Santono, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo dan Lokal. Kanisus. Yogyakarta. Seyhan, K. dan D. J. Grove. 2001. A New Approach in Modelling Gastric Emptying in Fish. Turk J. Vet Anim Sci. Winberg, G. G .2001. Rate of Metabolism and Requuirenement of Fishes. Translit. Fish . res Bd, Canada. Yuwono, E. 2001.FisiologiHewan I. FakultasBiologiUnsoed, Purwokerto. Zonneveld, N. Huisman. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
  • 10. LAJU DIGESTI PADA IKAN Oleh : Nama : Muhamad Ma’arif NIM : B1J010148 Rombongan :V Kelompok :1 Asisten : Arya Nugraha LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2011