Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
AUDIT INTERNAL DAN DILEMA ETIKA
1. Nama : Dede Angraini
Nim : 55116120049
Dosen : Prof.Dr.Ir.H.Hafzi Ali,Pre-MSc,MM,CMA
“Audit & Internal Control “, hubungan atau pengaruh antara Business Ethics dan Good
Corpaorete Governance,
Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang dijalankan di dalam
organisasi untuk menguji dan mengevaluasi system pengendalian internal organisasi. Kualitas
auditing internal yang dijalankan akan berhubungan dengan kompetensi dan obyektivitas dari
staf internal auditor organisasi tersebut (Adams, 1994; Bou-Raad, 2000). Sebagai pekerja,
internal auditor mendapatkan penghasilan dari organisasi di mana dia bekerja, hal ini berarti
internal auditor sangat bergantung kepada organisasinya sebagai pemberi kerja. Di lain pihak,
internal auditor dituntut untuk tetap independen sebagai bentuk tanggungjawabnya kepada
publik dan profesinya (Abdolmohammadi dan Owhoso, 2000; Windsor; 2002). Di sini
konflik audit muncul ketika auditor internal menjalankan aktivitas auditing internal.
Internal auditor sebagai pekerja di dalam organisasi yang diauditnya akan menjumpai
masalah ketika harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin tidak menguntungkan dalam
penilaian kinerja manajemen atau obyek audit yang dilakukannya. Ketika manajemen atau
subyek audit menawarkan sebuah imbalan atau tekanan kepada internal auditor untuk
menghasilkan laporan audit yang diinginkan oleh manajemen maka menjadi dilema etika.
Untuk itu auditor dihadapkan kepada pilihan-pilihan keputusan yang terkait dengan hal-hal
keputusan etis dan tidak etis.
Kebanyakan perusahaan selalu mempersepsikan etika bisnis sebagai sesuatu yang
normatif, sehingga gagal menjadikannya sebagai perilaku ataupun karakter kerja perusahaan
dan insan perusahaan. Diperlukan kesadaran dan gairah untuk melatih setiap insan
perusahaan agar berperilaku etis, juga menyebarkan energi etis saat harus berurusan dengan
pemangku kepentingan yang hadir dari berbagai latar belakang. Dan ini semua sangatlah
ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang tegas dan jelas di dalam menjalankan etika dari
integritas yang unggul.
Etika bisnis bila menjadi perilaku dari setiap pemangku kepentingan, maka dia akan
menjadi energi positif, yang akan membuat perusahaan menuai kinerja terbaik dari sistem
ekonomi bisnis yang bersih dan sehat. Apalagi bila sistem ekonomi dan bisnis berada di
2. dalam tata kelola yang etis dari energi integritas pemangku kepentingan, maka dapat
dipastikan dilema etika akan hilang secara otomatis.
Dilema etika bisnis muncul karena berkumpulnya energi negatif dari perilaku tidak etis
dan rendah integritas. Hal inilah yang menyebabkan dunia bisnis harus memakan buah
simalakama. Bila semua regulasi, kebijakan, dan pemangku kepentingan memiliki integritas
yang tinggi; untuk menjadikan etika bisnis sebagai perilaku sehari-hari, maka buah
simalakama pastilah menjadi obat yang menyehatkan tubuh perekonomian dan perusahaan.
Interanal Auditor dan Dilema Etika. Dilema internal auditor juga perlu yang nama etika
karena mengaudit suatu perusahaan yang sesuai dengan etika internal audit sebagai berikut:
Auditor internal diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Integritas
Integritas auditor internal membangun kepercayaan dan dengan demikian memberikan dasar
untuk landasan penilaian mereka.
2. Objektivitas
Auditor internal menunjukkan objektivitas profesional tingkat tertinggi dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi tentang kegiatan atau
proses yang sedang diperiksa. Auditor internal membuat penilaian yang seimbang dari semua
keadaan yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan mereka sendiri
atau pun orang lain dalam membuat penilaian
3. Kerahasiaan
Auditor internal menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang mereka terima dan tidak
mengungkapkan informasi tanpa izin kecuali ada ketentuan perundang-undangan atau
kewajiban profesional untuk melakukannya.
4. Kompetensi
Auditor internal menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperlukan
dalam pelaksanaan layanan audit internal.
Aturan Perilaku
1. Integritas
3. Auditor Internal:
1. Harus melakukan pekerjaan mereka dengan kejujuran, ketekunan, dan tanggung jawab.
2. Harus mentaati hukum dan membuat pengungkapan yang diharuskan oleh ketentuan
perundang-undangan dan profesi.
3. Sadar tidak boleh terlibat dalam aktivitas ilegal apapun, atau terlibat dalam tindakan yang
memalukan untuk profesi audit internal atau pun organisasi.
4. Harus menghormati dan berkontribusi pada tujuan yang sah dan etis dari organisasi.
2. Objektivitas
Auditor Internal:
1. Tidak akan berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan apapun yang dapat mengganggu,
atau dianggap dianggap mengganggu, ketidakbiasan penilaian mereka. Partisipasi ini meliputi
kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan yang mungkin bertentangan dengan kepentingan
organisasi.
2. Tidak akan menerima apa pun yang dapat mengganggu, atau dianggap dianggap
mengganggu, profesionalitas penilaian mereka.
3. Harus mengungkapkan semua fakta material yang mereka ketahui yang, jika tidak
diungkapkan, dapat mengganggu pelaporan kegiatan yang sedang diperiksa.
3. Kerahasiaan
Auditor Internal:
1. Harus berhati-hati dalam penggunaan dan perlindungan informasi yang diperoleh dalam
tugas mereka.
2. Tidak akan menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi atau yang dengan cara
apapun akan bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan atau merugikan tujuan
yang sah dan etis dari organisasi.
4..Kompetensi
Auditor Internal:
1. Hanya akan memberikan layanan sepanjang mereka memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman yang diperlukan.
4. 2. Harus melakukan audit internal sesuai dengan Standar Internasional Praktik Profesional
Audit Internal.
3. Akan terus-menerus meningkatkan kemampuan dan efektivitas serta kualitas layanan
mereka.
Dari audit internal dan internal control yang efektif dapat memberikan kepercayaan
sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Demi kepentingan pemegang saham maka
perusahaan perlu memastikan kepada mereka bahwa dana-dana tersebut digunakan secara
tepat dan seefisien mungkin serta memastikan bahwa manajemen bertindak yang terbaik
untuk kepentingan perusahaan. Kepastian itu diberikan oleh sistem corporate governance.
Sistem Audit
Audit Sistem adalah sebuah proses yang sistematis dalam mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti-bukti untuk menentukan bahwa sebuah sistem informasi berbasis
komputer yang digunakan oleh organisasi telah dapat mencapai tujuannya.
Tujuan itu antara lain adalah:
1. Pengamanan atas aktiva}
Dukungan sistem informasi berbasis komputer dalam pengamanan aktiva yang terdapat di
bagian atau fungsi pengolahan data elektronik, yang meliputi: hardware, software,
personel, file data dan pendukung sistem informasi. Hardware dapat saja rusak, data dapat
hilang dan masih banyak kemingkinan yang terjadi. Seperti halnya aktiva lain, sistem
informasi juga harus didukung oleh suatu sistem pengendalian internal yang memadai.
Dukungan sistem informasi berbasis komputer dalam pengamanan aktiva
2. Pemeliharaan atas integritas data. Integritas data (data integrity) di dalam sebuah sistem
informasi berbasis komputer mempunyai pengertian bahwa data yang diolah dalam suatu
sistem informasi berbasis komputer haruslah data yang memenuhi syarat:
* lengkap (completeness)
* mencerminkan suatu fakta yang sebenarnya (soundness)
* asli, belum diubah (purity)
* dapat dibuktikan kebenarannya
Pengertian SPI
Sistem pengendalian intern merupakan suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi
dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan
dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan
kebenaran data akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.
5. C. Tujuan SPI
Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan adanya pengendalian intern:
1. Menjaga kekayaan organisasi.
2. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.
3. Mendorong efisiensi.
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
D. Jenis SPI
Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Pengendalian Intern Akuntansi (Preventive Controls)
Pengendalian Intern Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang
tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data
akuntansi. Contoh : adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit
organisasi.
2. Pengendalian Intern Administratif (Feedback Controls).
Pengendalian Administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen.(dikerjakan setelah adanya
pengendalian akuntansi) Contoh : pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan
yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.
E. Peran Penting SPI
1. Membantu manajemen dalam mengendalikan dan memastikan keberhasilan kegiatan
organisasi.
2. Menciptakan pengawasan melekat, menutupi nkelemahan dan keterbatasan personel,
serta mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan.
3. Membantu auditor dalam menentukan ukuran sampel dan pendekatan audit yang akan
diterapkan.
4. Membantu auditor dalam memastikan efektifitas
5. audit, dengan keterbatasan waktu dan biaya audit
F. Keterbatasan SPI
1. Kekeliruan pengoperasian sistem (mistake in judgement) karena terbatasnya informasi
dan waktu, karena tekanan lingkungan, atau karena terbatasnya kemampuan,
meskipun SPI sudah dilengkapi dengan pedoman penyelesaian masalah.
2. Pelanggaran sistem (breakdowns), baik disengaja atau tidak, misalnya karena
kesalahan interpretasi, kecerobohan, gangguan lingkungan, perubahan personalia,
atau perubahan sistem dan prosedur.
3. Kolusi, atau kerjasama negatif sekelompok orang.
4. Pelanggaran dengan sengaja oleh manajemen (management override)
5. Dilema biaya-manfaat (costs versus benefits)