SlideShare a Scribd company logo
1 of 54
KONSEP ROUTING
Pendahuluan
 Dengan menggunakan pengalamatan IP,
memungkinkan kita membangun beberapa
jaringan pada suatu keadaan.
 Pada prinsipnya antar jaringan tidak bisa
melakukan komunikasi. Untuk
mengkomunikasikan antar jaringan kita butuh
peralatan tambahan yang disebut sebagai
Router.
 Router mempunyai fungsi Routing yang
bertanggung jawab membawa data melewati
sekumpulan jaringan dengan cara memilih jalur
terbaik untuk dilewati data
Router
 Router merupakan peralatan yang bertugas atau difungsikan
menghubungkan dua jaringan atau lebih
 Tugas router memforward data (Fungsi IP Forward harus diaktifkan)
menggunakan routing protokol (Algoritma Routing)
Komputer Router
 Komputer Router adalah komputer general purpose (untuk tujuan yang
lebih luas) dengan dua atau lebih interface jaringan (NIC Card) di
dalamnya yang berfungsi menghubungkan 2 jaringan atau lebih,
sehingga dia bisa meneruskan paket dari satu jaringan ke jaringan yang
lain
 Untuk jaringan kecil, interface-nya adalah NIC Card, sehingga router
mempunyai 2 NIC atau lebih yang bisa menghubungkan dengan jaringan
lain.
 Untuk LAN kecil yang terhubung internet, salah satu interface adalah
NIC card, dan interface yang lain adalah sembarang hardware jaringan
misal modem untuk leased line atau ISDN atau koneksi internet ADSL
yang digunakan
Dedicated Router
 Peralatan Khusus yang
dirancang sebagai Router
 Sebagaimana komputer router
mempunyai sistem operasi yang
terintergrasi dengan algoritma
routing di dalamnya
 Mempunyai interface yang
menghubungkan antar jaringan
 Biasanya untuk konfigurasi
melalui komputer
Default Gateway
 Supaya Router bisa meneruskan
data, komputer yang ada pada
jaringan tersebut harus
menugaskan router untuk
meneruskan data
 Penugasan dilakukan dengan cara
setting komputer default gateway
ke router
 Jika kita tidak setting default
gateway maka bisa dipastikan LAN
tersebut tidak bisa terkoneksi
dengan jaringan lainnya
Prinsip Kerja Router
 Router bekerja berdasarkan tabel routing
 Tabel routing berisi informasi tentang semua
jaringan yang ada, forward data didasarkan
pada tabel routing
 Pada dasarnya paket dari komputer berjalan
hop/langkah demi hop/langkah melewati
semua jaringan yang menghadangnya sampai ke
tempat tujuan
 Pada setiap hop, sebuah router meneruskan
paket menuju tujuan.
 Router-lah yang harus memutuskan paket ini
harus melewati router mana saja dengan
menggunakan tabel routing, yang merupakan
sekumpulan aturan yang memberitahu router
mengenai hop berikutnya untuk melanjutkan
paket sampai ke tujuan.
Prinsip Kerja Router (Cont …)
 Router bekerja berdasarkan tabel Routing
 Router1 ketika baru menyala hanya mengetahui jaringan
192.168.2.0/24.
 Perlu ditambahkan dua entrian supaya kenal jaringan
10.1.1.0/24 dan 10.1.2.0/24 karena kedua jaringan tidak
terkoneksi secara langsung dengan Router1
 Untuk menjangkau 10.1.1.0/24 data diteruskan ke interface FastEthernet0/0
 Untuk menjangkau 10.1.2.0/24 data diteruskan ke interface FastEthernet0/0
Cara Membangun Tabel Routing
 Dua cara membangun tabel Routing :
Static Routing
 Dibangun berdasarkan definisi dari administrator
 Administrator harus cermat, satu saja tabel routing salah jaringan tidak
terkoneksi
Dynamic Routing
 Secara otomatis router jalur routingnya, dengan cara bertukar informasi antar
router menggunakan protokol tftp
 Kategori algoritma dinamik :
 Distance Vector
 Link State
 Hybrid
INTERNETISPR1
R3
R2
192.168.20.1
192.168.20.2
192.168.30.1
192.168.30.1
64.110.10.1192.168.2.2
192.168.3.2
192.168.2.1
192.168.3.1
Private
Network
Network 192.168.20.0/24
Network 192.168.30.0/24
PRINSIP ROUTING STSTIK
• Dalam menerapkan routing statik, kita akan mengisikan entry route pada
table routing secara manual di setiap router yang ada dalam jaringan.
• Sebuah entry route static yang akan dimasukkan pada table routing harus
mengandung 3 informasi, yaitu:
 Network address, informarsi ini merupakan network address dari
network yang akan dituju (remote network)
 Subnet mask (prefix), informasi ini merupakan prefix dari network yang
dituju
 Next hop atau gateway, informasi ini berguna memberitahukan kepada
router tentang bagaimana mencapai network tujuan
• Entry-entry pada table routing hanya mengandung informasi bagaimana
mencapai remote network. Tabel routing tidak berisi informasi entry route
kembali yang akan ditempuh paket data dari remote network kembali ke
router
Tabel routing memuat beberapa informasi, yaitu:
• DST-ADDRESS, informasi yang ada dalam kolom ini menunjukkan network
tujuan (destination) yang dapat dijangkau router tersebut
• PREF_SRC, menunjukkan alamat IP address yang digunakan interface router
untuk network yang ada di kolom DST-ADDRESS
• GATEWAY, menunjukkan cara router tersebut menjangkau network yang ada
di kolom DST-ADDRESS. Biasanya berupa interface ataupun IP address dari
router tetangga yang dapat digunakan untuk mencapai remote network.
• DISTANCE, menunjukkan nilai administrative distance. Nilai ini dapat
menunjukkan apakah entry didapat dari static atau dinamik routing, sekaligus
dapat digunakan untuk melihat jenis protocol routing yang digunakan.
192.168.10.2/24 192.168.20.2/24
192.168.10.0/24
10.10.10.0/24
192.168.20.0/24
192.168.10.1/24 192.168.20.1/24
10.10.10.1/24 10.10.10.2/24
Konfigurasi Routing Statik
• Tahapan pertama adalah mengkonfigurasikan IP Address pada interface dari R1
maupun R2 (masing2 router memiliki 2 interface ether1 dan ether2)
• Konfigurasikan IP address pada R1:
 [admin@R1]> ip address add address=10.10.10.1/24 interface=ether1
 [admin@R1]> ip address add address=192.168.10.1/24
interface=ether2
 Setelah mengkonfigurasikan IP address, periksalah hasil konfigurasi dengan
perintah, [admin@mikrotik]> ip address print
• Konfigurasikan IP address pada R2:
 [admin@R2]> ip address add address=10.10.10.2/24 interface=ether1
 [admin@R2]> ip address add address=192.168.20.1/24
interface=ether2
 Setelah mengkonfigurasikan IP address, periksalah hasil konfigurasi dengan
perintah, [admin@mikrotik]> ip address print
• Tabel routing di masing-masing router telah terbentuk. Namun table tersebut
hanya berisi informasi directly connected network, tidak berisi informasi tentang
keberadaan remote network.
 [Admin@R1]> ip route print
# DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAY DISTANCE
0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.1 ether1 0
1 ADC 192.168.10.0/24 192.168.10.1 ether2 0
 [Admin@R2]> ip route print
# DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAY DISTANCE
0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.2 ether1 0
1 ADC192.168.20.0/24 192.168.20.1 ether2 0
• Dari table routing di atas dapat dilihat bahwa R1 tidak mengetahui keberadaan
network 192.168.20.0/24 dan R2 tidak mengetahui keberadaan network
192.168.10.0/24.
• Langkah selanjutnya adalah mengisikan secara manual keberadaan remote
network 192.168.20.0/24 bagi R1 dan network 192.168.10.0/24 bagi R2. Perintah
yang digunakan untuk R1 adalah sebagai berikut:
[Admin@R1]> ip route add dst-address=192.168.20.0/24 gateway=10.10.10.2
[Admin@R2]> ip route add dst-address=192.168.10.0/24 gateway=10.10.10.1
• Untuk melihat apakah setiap router telah mengetahui keberadaan keseluruhan
network, baik directly connected network maupun remote network. Tabel
routing di kedua router akan berisi informasi seperti berikut:
[Admin@R1]> ip route print
# DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAYDISTANCE
0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.1 ether1 0
1 ADC 192.168.10.0/24 192.168.10.1 ether2 0
2 A S 192.168.20.0/24 10.10.10.2 1
[Admin@R2]> ip route print
# DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAYDISTANCE
0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.2 ether1 0
1 A S 192.168.10.0/24 10.10.10.1 1
2 ADC 192.168.20.0/24 192.168.20.1 ether2 0
192.168.10.2/24 192.168.20.2/24
192.168.10.0/24
10.10.10.0/24
192.168.20.0/24
192.168.10.1/24 192.168.20.1/24
10.10.10.1/24 10.10.10.2/24
192.168.30.2/24
10.10.10.3/24
192.168.30.0/24
192.168.30.1/24
SKENARIO LAIN
Dari topologi di atas terdapat 2 remote network, yaitu:
1. Remote network yang pertama adalah 192.168.20.0/24 dan dapat dicapai
melalui 10.10.10.2 yang merupakan ether1 dari R2.
2. Remote network yang kedua adalah 192.168.30.0/24 dan dapat dicapai
melalui 10.10.10.3 yang merupakan interface ether1 dari R3.
3. Konfigurasi routing static yang harus dilakukan untuk masing-masing router
adalah
Router 1
[Admin@R1]> ip route add dst-address=192.168.20.0/24 gateway 10.10.10.2
[Admin@R1]> ip route add dst-address=192.168.30.0/24 gateway 10.10.10.3
[Admin@R1]> ip route print
# DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAY DISTANCE
0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.1 ether1 0
1 ADC 192.168.10.0/24 192.168.10.1 ether2 0
2 A S 192.168.20.0/24 10.10.10.2 1
3 AS 192.168.30.0/24 10.10.10.3 1
Router 2
[Admin@R2]> ip route add dst-address=192.168.10.0/24 gateway 10.10.10.1
[Admin@R2]> ip route add dst-address=192.168.30.0/24 gateway 10.10.10.3
[Admin@R2]> ip route print
# DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAY DISTANCE
0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.2 ether1 0
1 A S 192.168.10.0/24 10.10.10.1 1
2 ADC 192.168.20.0/24 192.168.20.1 ether2 0
3 AS 192.168.30.0/24 10.10.10.3 1
Router 3
[Admin@R3]> ip route add dst-address=192.168.10.0/24 gateway 10.10.10.1
[Admin@R3]> ip route add dst-address=192.168.20.0/24 gateway 10.10.10.2
[Admin@R3]> ip route print
# DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAY DISTANCE
0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.3 ether1 0
1 A S 192.168.10.0/24 10.10.10.1 1
2 A S 192.168.20.0/24 10.10.10.2 1
3 ADC 192.168.30.0/24 192.168.30.1 ether2 0
Kelebihan Routing Statik
• Resource Rendah
Routing static tidak memerlukan router dengan kapasitas CPU dan memori yang
besar. Ini dikarenakan routing static tidak menjalankan algoritma routing yang
dimiliki oleh protocol routing.
• Mudah Dikonfigurasi
Untuk mengkonfigurasikan routing static, hanya diperlukan pengetahuan tentang
keberadaan remote network, gateway (next hop) dan jalur (path) yang dapat
digunakan untuk mencapai remote network tersebut. Tidak diperlukan keahlian
khusus untuk mengkonfigurasikan routing static.
• Lebih Aman
Karena jalur (path) yang akan digunakan menuju remote network sudah
ditentukan oleh administrator jaringan, maka jalur perjalanan paket data akan
tetap. Jalur yang digunakan juga akan mudah ditelusuri dan diketahui dengan
pasti. Jalur perjalanan paket data tidak akan berubah selama administrator
jaringan tidak merubahnya.
Kekurangan Routing Statik
• Waktu konfigurasi lama
Administrator harus menentukan terlebih dahulu jalur (path) yang akan digunakan, kemudian
memasukkan path tersebut satu persatu ke dalam routing sebagai entry routing.
• Maintenance yang lama
Jika terjadi kesalahan dalam topologi jaringan atau pengalamatan jaringan, maka dibutuhkan
perubahan konfigurasi juga pada setiap router. Begitu pula jika terdapat entry route yang tidak
dapat digunakan lagi, maka administrator harus membuat entry route baru untuk
menggantikannya.
• Dapat terjadi kesalahan konfigurasi
Karena dikonfigurasikan secara manual oleh administrator, maka ada kemungkinan administrator
salah dalam membuat membuat entry route.
• Tidak cocok untuk jaringan berskala besar
Untuk jaringan skala besar, penggunaan routing static tidak mudah lagi juga tidak efisien. Karena
proses untuk mengisikan entry route secara manual akan sangat rumit dan membutuhkan
perencanaan yang tepat.
Dynamic Routing
 Secara otomatis router membangun jalur routingnya, dengan
cara bertukar informasi antar router
 Kategori algoritma dinamik :
 Distance Vector
 Link State
Routing Dinamik
• Routing dinamik adalah cara yang digunakan untuk melepaskan
kewajiban mengisi entri-entri forwarding table secara manual.
• Protokol routing mengatur router-router sehingga dapat
berkomunikasi satu dengan yang lain dan saling memberikan
informasi routing yang dapat mengubah isi forwarding table,
tergantung keadaan jaringannya.
• Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang
terakhir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar.
Digunakan untuk :
− Secara otomatis membentuk informasi routing
− Membuat fail over connection
− Load balancing
Fungsi Dinamik Routing
Fail Over
• Fail Over adalah teknik yang menerapkan jalur untuk
mencapai suatu network tujuan
• Dalam keadaan normal hanya satu link yang digunakan. Link
yang lain berfungsi sebagai cadangan dan hanya digunakan
bila link utama terputus.
Default Route
• Default route adalah route atau entry route yang akan digunakan
sebuah router jika menerima paket data dimana network tujuan
dari paket tersebut tidak tercantum dalam table routing
• Jika IP address tujuan dari paket data tidak tercantum dalam
table routing, maka paket tersebut akan dibuang.
• Untuk mencegah hal tersebut maka dikonfigurasikanlah default
route.
• Dengan kata lain, default route merupakan piihan terakhir yang
akan digunakan untuk mengirimkan sebuah paket, jika tidak ada
entry route yang cocok bagi paket tersebut.
Load Balancing
• Apakah yang terjadi jika terdapat dua atau beberapa path yang ternyata
memiliki nilai metric yang sama? Jika kondisi ini terjadi, maka router akan
menggunakan keseluruhan path tersebut untuk menuju remote network.
Kondisi ini disebut load balancing.
• Semua protocol routing mendukung fitur load balancing dan akan
memasukkan keseluruhan best path tersebut dalam table routing.
R1
R2
R3
R4
172.16.2.0/24
Load Balancing
100 Mbps 100 Mbps
100 Mbps 100 Mbps
Dynamic Routing Protocols
Distance Vector
 Router mendapatkan informasi dari router yang berhubungan dgn dia
secara langsung tentang keadaan jaringan router tersebut.
 Berdasarkan informasi tetangga tersebut mengolah tabel routing
 Informasi yang dihasilkan adalah jumlah jarak/hop yang dipakai untuk
mencapai suatu jaringan
Cara Kerja Router
 Asumsi router keadaan baru menyala
 Awal router hanya punya informasi ttg jaringan yang terhubung
secara langsung dengan dia
 Router A (RTA), hanya punya informasi bahwa terdapat jaringan :
 10.1.1.0/24 dan 10.1.2.0/24
 Router B (RTB), hanya punya informasi bahwa terdapat jaringan :
 10.1.2.0/24 dan 10.1.3.0/24
RTA RTB10.1.1.0/24
Routing Table
Net. Hops Ex-Int
10.1.1.0/24 0 e0
10.1.2.0/24 0 s0
10.1.2.0/24 10.1.3.0/24
s0 s0e0 e0
.1 .1.1 .2
Routing Table
Net. Hops Ex-Int
10.1.2.0/24 0 s0
10.1.3.0/24 0 e0
Cara Kerja Distance Vector…
 Setiap router perlu diperkenalkan dengan jaringan yang belum
dikenal
 Untuk Static Routing, administrator melakukan setting secara manual
supaya router mengetahui jaringan diluar jaringan dia
Cara Kerja Distance Vector…
 Router akan saling
mengirimkan informasi
yang dia punya.
 Router RTA mengirimkan
data tentang jaringan yang
terhubung dia secara
langsung
 Router RTB juga
mengirimkan data jaringan
yang terhubung dia secara
langsung
Cara Kerja Distance Vector…
 Setiap router melakukan pemeriksaan thd data yang didapat,
dibandingkan dengan tabel routing masing-masing router
 Bila belum ada dimasukkan, jika sudah dibandingkan jumlah hop
Distance Vector Routing Protokol
 Berdasarkan algorithma routing yang digunakan maka dapat membagi protocol routing
menjadi dua bagian kategori besar yaitu:
 Distance Vektor Routing Protokol
 Link State Routing Protokol
 RIP, IGRP maupun EIGRP termasuk dalam kategori Distance Vektor Routing Protokol
 OSPF dan IS-IS termasuk kategori Link State Routing Protokol
 Protokol routing Distance Vector adalah protocol yang hanya mengetahui arah (vector)
dan jarak (distance) untuk mencapai remote network.
 Router yang menggunakan protocol routing distance vector tidak pernah memiliki
pengetahuan yang menyeluruh tentang topologi jaringan yang ada.
 Router hanya mengetahui interface mana yang dapat digunakan untuk mencapai
remote network dan berapa jaraknya.
Skenario 1
R1 R2
192.168.2.0/24
.1.2.1.2
10.10.10.0/24
192.168.1.0/24
Tabel routing R1
AD 10.10.10.0/24 hop 1
AD 192.168.1.0/24 hop 1
Tabel routing R2
AD 10.10.10.0/24 hop 1
AD 192.168.2.0/24 hop 1
R1 R2
192.168.2.0/24
.1.2.1.2
10.10.10.0/24
192.168.1.0/24
Tabel routing R1
AD 10.10.10.0/24 hop 1
AD 192.168.1.0/24 hop 1
Tabel routing R2
AD 10.10.10.0/24 hop 1
AD 192.168.2.0/24 hop 1
Kirim ke R2 Kirim ke R1
 Baik R1 dan R2 akan menerima table routing yang dikirimkan oleh
tetangganya, sehingga table routing pada masing-masing router menjadi
sebagai berikut:
R1 R2
192.168.2.0/24
.1.2.1.2
10.10.10.0/24
192.168.1.0/24
Tabel routing R1
AD 10.10.10.0/24 hop 1
AD 192.168.1.0/24 hop 1
ADr 10.10.10.0/24 hop 2
Adr 192.168.2.0/24 hop 2
Tabel routing R2
AD 10.10.10.0/24 hop 1
AD 192.168.2.0/24 hop 1
ADr 10.10.10.0/24 hop 2
ADr 192.168.1.0/24 hop 2
 R1 akan memasukkan entry 10.10.10.0/24 dan 192.168.2.0/24 yang didapat
dari R2, karena didapat dari protocol routing RIP, maka Router Mikrotik akan
memberikan label ADr didepan entry tersebut, yang berarti entry tersebut
aktif dan dinamik yang didapat dari protocol routing RIP.
 Hal yang sama juga terjadi pada R2.
 R1 akan melihat bahwa dalam table routingnya terdapat dua entry 10.10.10.0/24, satu entry
yang merupakan network terhubung langsung dengan dirinya sedangkan satu network lagi
didapatkan dari protocol routing RIP.
 Jika kita kembali pada nilai AD, nilai AD dari entry network yang terhubung langsung adalah
0, sedangkan entry network yang didapat dari RIP adalah 120. Inilah yang menyebabkan R1
akan menghapus entry 10.10.10.0/24 yang didapat dari protocol routing RIP. Hal ini juga
akan dilakukan oleh R2 yang akan menghapus entry AD 10.10.10.0/24.
R1 R2
192.168.2.0/24
.1.2.1.2
10.10.10.0/24
192.168.1.0/24
Tabel routing R1
AD 10.10.10.0/24 hop 1
AD 192.168.1.0/24 hop 1
ADr 10.10.10.0/24 hop 2
Adr 192.168.2.0/24 hop 2
Tabel routing R2
AD 10.10.10.0/24 hop 1
AD 192.168.2.0/24 hop 1
ADr 10.10.10.0/24 hop 2
ADr 192.168.1.0/24 hop 2
R1 R2
192.168.2.0/24
.1.2.1.2
10.10.10.0/24
192.168.1.0/24
Tabel routing R1
AD 10.10.10.0/24 hop 1
AD 192.168.1.0/24 hop 1
Adr 192.168.2.0/24 hop 2
Tabel routing R2
AD 10.10.10.0/24 hop 1
AD 192.168.2.0/24 hop 1
ADr 192.168.1.0/24 hop 2
 Setelah R1 dan R2 menghapus entry-entry yang dianggap tidak perlu, maka
hasil akhir dari table routing kedua router, R1 telah mengetahui keberadaan
network 192.168.2.0/24 dan R2 juga telah mengetahui keberadaan network
192.168.1.0/24 dengan menggunakan protocol routing RIP.
Link State
 Pada Prinsipnya setiap router harus kenal semua router dalam satu
autonomous sistem
 Semua Router saling bertukar infomasi
 Setiap router menghitung jarak terpendek untuk mencapai setiap router
 Type :
 OSPF
 Link State
Link State …
 Setiap jalur ada
metric, yang
menunjukkan
biaya
 Semakin kecil
biaya semakin
bagus
 Setiap router akan
membuat tree
router tujuan
berdasarkan biaya
yang ada
Router 1 Router 2 Router 3
Router 4 Router 5
Net 5(Cost 3)
Net 1(Cost 4)
Net 2(Cost 6)
Net 3(Cost 4)
Net 6(Cost 3)
Net 4(Cost 6)
Net 7(Cost 2)
Metric
• Untuk menentukan best path maka router menggunakan metric atau sering disebut
dengan routing metric.
• Jenis metric yang digunakan oleh protocol routing adalah sebagai berikut:
a. Hop Count: Protokol routing yang menggunakan hop count akan menghitung jumlah
lompatan (hop) untuk mencapai remote network. Jumlah lompatan terkecil merupakan
nilai yang terbaik
b. Cost: Metric ini akan memberikan harga (cost) pada setiap link yang ada dalam jaringan.
Path yang memiliki cost dengan nilai terkecil yang akan menjadi best path.
c. Bandwidth: Penggunaan bandwidth sebagai metric hampir sama dengan penggunaan cost.
Protokol routing akan menghitung bandwidth pada setiap path dan akan menjadikan path
dengan bandwidth terbesar sebagai best path.
d. Load: Jika load yang dijadikan metric, maka protocol routing menghitung beban dari setiap
path dan akan menjadikan beban terkecil sebagai best path.
e. Delay: waktu yang diperlukan untuk mengirimkan paket data dari setiap path, tentunya
nilai delay terkecil yang akan menjadi best path.
f. Reliability: adalah nilai kehandalan dari sebuah path, misalnya sering terjadinya error atau
kegagalan dalam link tersebut. Nilai realibility tertinggi akan menjadi best path.
Tahap tahap Link-State
 Setiap router memperkenalkan diri, dengan mengirimkan paket hallo
 Setiap router akan tahu tetangga berdasarkan paket hallo beserta biaya, dimasukkan
database
 Setiap router mengirimkan basisdatanya ke tetangganya dalam paket Link State
Advertisements (LSA)
 Router yang menerima paket LSA harus meneruskan ke sel tetangga sebelahnya
 Paket LSA dimasukkan database jika infonya lebih baru
 Awalnya terjadi flooding karena setiap router jika ada update data akan mengirimkan
sampai convergen
 Selanjutnya setiap router menghitung jarak terpendek ke router yang lain dengan Shortest
Path First, dan terbentuklah tree
 Dimungkinkan untuk mencapai Router yang sama, antar router punya tree yang berbeda
Tahap tahap Link-State
 Proses Flooding
Router 1 Router 2 Router 3
Router 4 Router 5
OSPF (Open Shortest Path First)
 Menggunakan link-state routing protocol.
 Open standard routing protocol didiskripsikan pada RFC 2328.
 Menggunakan SPF algorithm untuk menghitung biaya terendah ke
tujuan.
 Jika terjadi perubahan topologi terjadi Routing updates dengan
sistem flooded
Kelebihan Routing Dinamik
• Waktu konfigurasi lebih cepat
Untuk mengkonfigurasikan protocol routing pada router relative tidak begitu
membutuhkan waktu yang lama. Kita cukup mengkonfigurasikan IP address pada setiap
interface, kemudian mengaktifkan protocol routing dan kemudian mengenalkan
jaringan yang terhubung langsung dengan router tersebut.
• Dapat langsung beradaptasi pada perubahan jaringan
Karena menggunakan protocol routing yang secara dinamik memeriksa kondisi jaringan,
maka perubahan jaringan akan dapat diketahui dengan cepat oleh router-router.
• Kemungkinan kesalahan konfigurasi kecil
Karena konfigurasi yang dilakukan tidak dengan menentukan secara manual untuk
setiap entry route, maka kemungkinan kesalahan penentuan jalur (path) jauh lebih
kecil.
• Mendukung untuk jaringan besar
Protokol routing dapat dengan cepat beradaptasi terhadap perubahan jaringan,
sehingga untuk jaringan yang berskala besar akan sangat efisien.
Kekurangan Routing Dinamik
• Membutuhkan resource yang besar
Protokol routing akan menjalankan algoritma routing, membuat database jaringan sampai dengan
urusan kirim-mengirim pesan informasi routing(update routing). Kesemuanya itu membutuhkan
CPU dan memori yang lebih besar dibandingkan jika hanya menjalankan routing statik
• Membutuhkan kemampuan yang lebih dari administrator
Beberapa protocol routing memang tidak terlalu rumit untuk dikonfigurasikan. Namun ada juga
protocol routing tertentu yang penerapannya membutuhkan administrator dengan pengetahuan
yang lebih tentang konsep, konfigurasi, pengujian dan troubleshooting routing.
• Relative kurang aman
Dikatakan kurang aman, karena router akan menentukan sendiri entry route yang akan
digunakan. Ini akan bisa mengakibatkan salah penentuan jalur (path) oleh router-router yang
akan mengakibatkan terjadinya routing loop.
Routing Loop adalah suatu kondisi di mana sebuah paket terus ditransmisikan dalam serangkaian router tanpa pernah mencapai jaringan
tujuan. Sebuah routing loop dapat terjadi ketika dua atau lebih router. memiliki routing informasi yang salah menunjukkan bahwa jalan
yang valid ke destination unreachable.
Gunakan Packet Tracer
 PC1, PC2, PC11 dan PC22 dapat ping satu sama lain.
 Network Mask = 255.255.255.0
PC1 PC2 PC11 PC22
2621 XM
fa0/0 fa0/1
Konfigurasi sebuah topologi jaringan di bawah ini dimana semua PC harus
dapat melakukan ping satu sama lain.
Setiap langkah (step by step)
harus dimasukkan dalam laporan
OPTIMALKAN ROUTING
OPTIMALKAN ROUTING

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum modul 3 (erd notasi peterchen) -
Laporan praktikum modul 3 (erd notasi peterchen) -Laporan praktikum modul 3 (erd notasi peterchen) -
Laporan praktikum modul 3 (erd notasi peterchen) -Devi Apriansyah
 
Laporan pemrograman berbasis web (CSS)
Laporan pemrograman berbasis web (CSS)Laporan pemrograman berbasis web (CSS)
Laporan pemrograman berbasis web (CSS)gufron_ar
 
K-Means Clustering.ppt
K-Means Clustering.pptK-Means Clustering.ppt
K-Means Clustering.pptAdam Superman
 
Sistem interkoneksi dan bus
Sistem interkoneksi dan busSistem interkoneksi dan bus
Sistem interkoneksi dan busbutterfly_rahmat
 
Sistem Basis Data(PPT)
Sistem Basis Data(PPT)Sistem Basis Data(PPT)
Sistem Basis Data(PPT)tafrikan
 
5 transformasi model data
5 transformasi model data5 transformasi model data
5 transformasi model dataSimon Patabang
 
03 enkapsulasi
03 enkapsulasi03 enkapsulasi
03 enkapsulasiKuliahKita
 
pertemuan 7 basis data relational.ppt
pertemuan 7 basis data relational.pptpertemuan 7 basis data relational.ppt
pertemuan 7 basis data relational.pptbagjanugraha15
 
Ppt perangkat jaringan
Ppt perangkat jaringanPpt perangkat jaringan
Ppt perangkat jaringandedesrinur
 
Kriptografi - Algoritma Diffie Hellman
Kriptografi - Algoritma Diffie HellmanKriptografi - Algoritma Diffie Hellman
Kriptografi - Algoritma Diffie HellmanKuliahKita
 
JARINGAN KOMPUTER LANJUTAN “NETWORK ADDRESS TRANSLATION (NAT) dan ACCESS CON...
JARINGAN KOMPUTER LANJUTAN “NETWORK ADDRESS TRANSLATION (NAT) dan  ACCESS CON...JARINGAN KOMPUTER LANJUTAN “NETWORK ADDRESS TRANSLATION (NAT) dan  ACCESS CON...
JARINGAN KOMPUTER LANJUTAN “NETWORK ADDRESS TRANSLATION (NAT) dan ACCESS CON...Lusiana Diyan
 
Erd perpustakaan
Erd perpustakaanErd perpustakaan
Erd perpustakaanNae Nay
 
ARSITEKTUR MODEL BASIS DATA
ARSITEKTUR MODEL BASIS DATAARSITEKTUR MODEL BASIS DATA
ARSITEKTUR MODEL BASIS DATAEDIS BLOG
 
Pertemuan 2 - Organisasi dan Arsitektur Komputer.ppt
Pertemuan 2 - Organisasi dan Arsitektur Komputer.pptPertemuan 2 - Organisasi dan Arsitektur Komputer.ppt
Pertemuan 2 - Organisasi dan Arsitektur Komputer.pptagro6
 

What's hot (20)

Laporan praktikum modul 3 (erd notasi peterchen) -
Laporan praktikum modul 3 (erd notasi peterchen) -Laporan praktikum modul 3 (erd notasi peterchen) -
Laporan praktikum modul 3 (erd notasi peterchen) -
 
Laporan pemrograman berbasis web (CSS)
Laporan pemrograman berbasis web (CSS)Laporan pemrograman berbasis web (CSS)
Laporan pemrograman berbasis web (CSS)
 
20731 21 visualisasi data
20731 21 visualisasi data20731 21 visualisasi data
20731 21 visualisasi data
 
K-Means Clustering.ppt
K-Means Clustering.pptK-Means Clustering.ppt
K-Means Clustering.ppt
 
1. cover
1. cover1. cover
1. cover
 
Sistem interkoneksi dan bus
Sistem interkoneksi dan busSistem interkoneksi dan bus
Sistem interkoneksi dan bus
 
Sistem Basis Data(PPT)
Sistem Basis Data(PPT)Sistem Basis Data(PPT)
Sistem Basis Data(PPT)
 
5 transformasi model data
5 transformasi model data5 transformasi model data
5 transformasi model data
 
Pengantar Database
Pengantar DatabasePengantar Database
Pengantar Database
 
03 enkapsulasi
03 enkapsulasi03 enkapsulasi
03 enkapsulasi
 
Sistem Keamanan Jaringan
Sistem Keamanan JaringanSistem Keamanan Jaringan
Sistem Keamanan Jaringan
 
Erd dan contoh kasus
Erd dan contoh kasusErd dan contoh kasus
Erd dan contoh kasus
 
pertemuan 7 basis data relational.ppt
pertemuan 7 basis data relational.pptpertemuan 7 basis data relational.ppt
pertemuan 7 basis data relational.ppt
 
Ppt perangkat jaringan
Ppt perangkat jaringanPpt perangkat jaringan
Ppt perangkat jaringan
 
Kriptografi - Algoritma Diffie Hellman
Kriptografi - Algoritma Diffie HellmanKriptografi - Algoritma Diffie Hellman
Kriptografi - Algoritma Diffie Hellman
 
JARINGAN KOMPUTER LANJUTAN “NETWORK ADDRESS TRANSLATION (NAT) dan ACCESS CON...
JARINGAN KOMPUTER LANJUTAN “NETWORK ADDRESS TRANSLATION (NAT) dan  ACCESS CON...JARINGAN KOMPUTER LANJUTAN “NETWORK ADDRESS TRANSLATION (NAT) dan  ACCESS CON...
JARINGAN KOMPUTER LANJUTAN “NETWORK ADDRESS TRANSLATION (NAT) dan ACCESS CON...
 
Erd perpustakaan
Erd perpustakaanErd perpustakaan
Erd perpustakaan
 
Contoh Makalah Routing Dinamis
Contoh Makalah Routing DinamisContoh Makalah Routing Dinamis
Contoh Makalah Routing Dinamis
 
ARSITEKTUR MODEL BASIS DATA
ARSITEKTUR MODEL BASIS DATAARSITEKTUR MODEL BASIS DATA
ARSITEKTUR MODEL BASIS DATA
 
Pertemuan 2 - Organisasi dan Arsitektur Komputer.ppt
Pertemuan 2 - Organisasi dan Arsitektur Komputer.pptPertemuan 2 - Organisasi dan Arsitektur Komputer.ppt
Pertemuan 2 - Organisasi dan Arsitektur Komputer.ppt
 

Similar to OPTIMALKAN ROUTING

Similar to OPTIMALKAN ROUTING (20)

Routing
RoutingRouting
Routing
 
Makalah jaringan komputer
Makalah jaringan komputerMakalah jaringan komputer
Makalah jaringan komputer
 
Makalah jaringan komputer
Makalah jaringan komputerMakalah jaringan komputer
Makalah jaringan komputer
 
Konsep Routing - v2.pptx
Konsep Routing - v2.pptxKonsep Routing - v2.pptx
Konsep Routing - v2.pptx
 
Routing statis vs routing dinamis
Routing statis vs routing dinamisRouting statis vs routing dinamis
Routing statis vs routing dinamis
 
9 routing
9 routing9 routing
9 routing
 
Routing information protocol v 2
Routing information protocol v 2Routing information protocol v 2
Routing information protocol v 2
 
Laporan 5 routing static
Laporan 5 routing staticLaporan 5 routing static
Laporan 5 routing static
 
Rip versi 1
Rip versi 1Rip versi 1
Rip versi 1
 
10module 22 troubleshooting-router
10module 22 troubleshooting-router10module 22 troubleshooting-router
10module 22 troubleshooting-router
 
10module 22 troubleshooting-router
10module 22 troubleshooting-router10module 22 troubleshooting-router
10module 22 troubleshooting-router
 
10module 22 troubleshooting-router
10module 22 troubleshooting-router10module 22 troubleshooting-router
10module 22 troubleshooting-router
 
Laporan 5
Laporan 5Laporan 5
Laporan 5
 
Routing
RoutingRouting
Routing
 
Routing
RoutingRouting
Routing
 
Routing Static Menggunakan Winbox
Routing Static Menggunakan WinboxRouting Static Menggunakan Winbox
Routing Static Menggunakan Winbox
 
Protokol_Routing basic fundamental knowledge.ppt
Protokol_Routing basic fundamental knowledge.pptProtokol_Routing basic fundamental knowledge.ppt
Protokol_Routing basic fundamental knowledge.ppt
 
Bab II routing
Bab II routingBab II routing
Bab II routing
 
Manajemen Jaringan Dalam IT
Manajemen Jaringan Dalam ITManajemen Jaringan Dalam IT
Manajemen Jaringan Dalam IT
 
Routing
RoutingRouting
Routing
 

More from DanuSetiawan5

Rancang Bangun Monitoring Cairan Infus Berbasis Nirkabel
Rancang Bangun Monitoring Cairan Infus Berbasis NirkabelRancang Bangun Monitoring Cairan Infus Berbasis Nirkabel
Rancang Bangun Monitoring Cairan Infus Berbasis NirkabelDanuSetiawan5
 
Total Network Aplication
Total Network AplicationTotal Network Aplication
Total Network AplicationDanuSetiawan5
 
Proyek Pembangunan Jaringan
Proyek Pembangunan JaringanProyek Pembangunan Jaringan
Proyek Pembangunan JaringanDanuSetiawan5
 
Contoh Proposal Pembangunan
Contoh Proposal PembangunanContoh Proposal Pembangunan
Contoh Proposal PembangunanDanuSetiawan5
 
Sistem Informasi SDM
Sistem Informasi SDMSistem Informasi SDM
Sistem Informasi SDMDanuSetiawan5
 
Sistem Informasi SDM
Sistem Informasi SDMSistem Informasi SDM
Sistem Informasi SDMDanuSetiawan5
 

More from DanuSetiawan5 (10)

Teknologi 5G
Teknologi 5GTeknologi 5G
Teknologi 5G
 
Rancang Bangun Monitoring Cairan Infus Berbasis Nirkabel
Rancang Bangun Monitoring Cairan Infus Berbasis NirkabelRancang Bangun Monitoring Cairan Infus Berbasis Nirkabel
Rancang Bangun Monitoring Cairan Infus Berbasis Nirkabel
 
Total Network Aplication
Total Network AplicationTotal Network Aplication
Total Network Aplication
 
Proyek Pembangunan Jaringan
Proyek Pembangunan JaringanProyek Pembangunan Jaringan
Proyek Pembangunan Jaringan
 
Contoh Proposal Pembangunan
Contoh Proposal PembangunanContoh Proposal Pembangunan
Contoh Proposal Pembangunan
 
Sistem Informasi SDM
Sistem Informasi SDMSistem Informasi SDM
Sistem Informasi SDM
 
Sistem Informasi SDM
Sistem Informasi SDMSistem Informasi SDM
Sistem Informasi SDM
 
Ilmu Budaya Dasar
Ilmu Budaya DasarIlmu Budaya Dasar
Ilmu Budaya Dasar
 
Ilmu Budaya Dasar
Ilmu Budaya DasarIlmu Budaya Dasar
Ilmu Budaya Dasar
 
Ilmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial DasarIlmu Sosial Dasar
Ilmu Sosial Dasar
 

Recently uploaded

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 

OPTIMALKAN ROUTING

  • 2. Pendahuluan  Dengan menggunakan pengalamatan IP, memungkinkan kita membangun beberapa jaringan pada suatu keadaan.  Pada prinsipnya antar jaringan tidak bisa melakukan komunikasi. Untuk mengkomunikasikan antar jaringan kita butuh peralatan tambahan yang disebut sebagai Router.  Router mempunyai fungsi Routing yang bertanggung jawab membawa data melewati sekumpulan jaringan dengan cara memilih jalur terbaik untuk dilewati data
  • 3. Router  Router merupakan peralatan yang bertugas atau difungsikan menghubungkan dua jaringan atau lebih  Tugas router memforward data (Fungsi IP Forward harus diaktifkan) menggunakan routing protokol (Algoritma Routing)
  • 4. Komputer Router  Komputer Router adalah komputer general purpose (untuk tujuan yang lebih luas) dengan dua atau lebih interface jaringan (NIC Card) di dalamnya yang berfungsi menghubungkan 2 jaringan atau lebih, sehingga dia bisa meneruskan paket dari satu jaringan ke jaringan yang lain  Untuk jaringan kecil, interface-nya adalah NIC Card, sehingga router mempunyai 2 NIC atau lebih yang bisa menghubungkan dengan jaringan lain.  Untuk LAN kecil yang terhubung internet, salah satu interface adalah NIC card, dan interface yang lain adalah sembarang hardware jaringan misal modem untuk leased line atau ISDN atau koneksi internet ADSL yang digunakan
  • 5. Dedicated Router  Peralatan Khusus yang dirancang sebagai Router  Sebagaimana komputer router mempunyai sistem operasi yang terintergrasi dengan algoritma routing di dalamnya  Mempunyai interface yang menghubungkan antar jaringan  Biasanya untuk konfigurasi melalui komputer
  • 6. Default Gateway  Supaya Router bisa meneruskan data, komputer yang ada pada jaringan tersebut harus menugaskan router untuk meneruskan data  Penugasan dilakukan dengan cara setting komputer default gateway ke router  Jika kita tidak setting default gateway maka bisa dipastikan LAN tersebut tidak bisa terkoneksi dengan jaringan lainnya
  • 7. Prinsip Kerja Router  Router bekerja berdasarkan tabel routing  Tabel routing berisi informasi tentang semua jaringan yang ada, forward data didasarkan pada tabel routing  Pada dasarnya paket dari komputer berjalan hop/langkah demi hop/langkah melewati semua jaringan yang menghadangnya sampai ke tempat tujuan  Pada setiap hop, sebuah router meneruskan paket menuju tujuan.  Router-lah yang harus memutuskan paket ini harus melewati router mana saja dengan menggunakan tabel routing, yang merupakan sekumpulan aturan yang memberitahu router mengenai hop berikutnya untuk melanjutkan paket sampai ke tujuan.
  • 8. Prinsip Kerja Router (Cont …)  Router bekerja berdasarkan tabel Routing  Router1 ketika baru menyala hanya mengetahui jaringan 192.168.2.0/24.  Perlu ditambahkan dua entrian supaya kenal jaringan 10.1.1.0/24 dan 10.1.2.0/24 karena kedua jaringan tidak terkoneksi secara langsung dengan Router1  Untuk menjangkau 10.1.1.0/24 data diteruskan ke interface FastEthernet0/0  Untuk menjangkau 10.1.2.0/24 data diteruskan ke interface FastEthernet0/0
  • 9. Cara Membangun Tabel Routing  Dua cara membangun tabel Routing : Static Routing  Dibangun berdasarkan definisi dari administrator  Administrator harus cermat, satu saja tabel routing salah jaringan tidak terkoneksi Dynamic Routing  Secara otomatis router jalur routingnya, dengan cara bertukar informasi antar router menggunakan protokol tftp  Kategori algoritma dinamik :  Distance Vector  Link State  Hybrid
  • 10.
  • 12. PRINSIP ROUTING STSTIK • Dalam menerapkan routing statik, kita akan mengisikan entry route pada table routing secara manual di setiap router yang ada dalam jaringan. • Sebuah entry route static yang akan dimasukkan pada table routing harus mengandung 3 informasi, yaitu:  Network address, informarsi ini merupakan network address dari network yang akan dituju (remote network)  Subnet mask (prefix), informasi ini merupakan prefix dari network yang dituju  Next hop atau gateway, informasi ini berguna memberitahukan kepada router tentang bagaimana mencapai network tujuan • Entry-entry pada table routing hanya mengandung informasi bagaimana mencapai remote network. Tabel routing tidak berisi informasi entry route kembali yang akan ditempuh paket data dari remote network kembali ke router
  • 13. Tabel routing memuat beberapa informasi, yaitu: • DST-ADDRESS, informasi yang ada dalam kolom ini menunjukkan network tujuan (destination) yang dapat dijangkau router tersebut • PREF_SRC, menunjukkan alamat IP address yang digunakan interface router untuk network yang ada di kolom DST-ADDRESS • GATEWAY, menunjukkan cara router tersebut menjangkau network yang ada di kolom DST-ADDRESS. Biasanya berupa interface ataupun IP address dari router tetangga yang dapat digunakan untuk mencapai remote network. • DISTANCE, menunjukkan nilai administrative distance. Nilai ini dapat menunjukkan apakah entry didapat dari static atau dinamik routing, sekaligus dapat digunakan untuk melihat jenis protocol routing yang digunakan.
  • 15. Konfigurasi Routing Statik • Tahapan pertama adalah mengkonfigurasikan IP Address pada interface dari R1 maupun R2 (masing2 router memiliki 2 interface ether1 dan ether2) • Konfigurasikan IP address pada R1:  [admin@R1]> ip address add address=10.10.10.1/24 interface=ether1  [admin@R1]> ip address add address=192.168.10.1/24 interface=ether2  Setelah mengkonfigurasikan IP address, periksalah hasil konfigurasi dengan perintah, [admin@mikrotik]> ip address print • Konfigurasikan IP address pada R2:  [admin@R2]> ip address add address=10.10.10.2/24 interface=ether1  [admin@R2]> ip address add address=192.168.20.1/24 interface=ether2  Setelah mengkonfigurasikan IP address, periksalah hasil konfigurasi dengan perintah, [admin@mikrotik]> ip address print
  • 16. • Tabel routing di masing-masing router telah terbentuk. Namun table tersebut hanya berisi informasi directly connected network, tidak berisi informasi tentang keberadaan remote network.  [Admin@R1]> ip route print # DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAY DISTANCE 0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.1 ether1 0 1 ADC 192.168.10.0/24 192.168.10.1 ether2 0  [Admin@R2]> ip route print # DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAY DISTANCE 0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.2 ether1 0 1 ADC192.168.20.0/24 192.168.20.1 ether2 0 • Dari table routing di atas dapat dilihat bahwa R1 tidak mengetahui keberadaan network 192.168.20.0/24 dan R2 tidak mengetahui keberadaan network 192.168.10.0/24. • Langkah selanjutnya adalah mengisikan secara manual keberadaan remote network 192.168.20.0/24 bagi R1 dan network 192.168.10.0/24 bagi R2. Perintah yang digunakan untuk R1 adalah sebagai berikut:
  • 17. [Admin@R1]> ip route add dst-address=192.168.20.0/24 gateway=10.10.10.2 [Admin@R2]> ip route add dst-address=192.168.10.0/24 gateway=10.10.10.1
  • 18. • Untuk melihat apakah setiap router telah mengetahui keberadaan keseluruhan network, baik directly connected network maupun remote network. Tabel routing di kedua router akan berisi informasi seperti berikut: [Admin@R1]> ip route print # DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAYDISTANCE 0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.1 ether1 0 1 ADC 192.168.10.0/24 192.168.10.1 ether2 0 2 A S 192.168.20.0/24 10.10.10.2 1 [Admin@R2]> ip route print # DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAYDISTANCE 0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.2 ether1 0 1 A S 192.168.10.0/24 10.10.10.1 1 2 ADC 192.168.20.0/24 192.168.20.1 ether2 0
  • 19. 192.168.10.2/24 192.168.20.2/24 192.168.10.0/24 10.10.10.0/24 192.168.20.0/24 192.168.10.1/24 192.168.20.1/24 10.10.10.1/24 10.10.10.2/24 192.168.30.2/24 10.10.10.3/24 192.168.30.0/24 192.168.30.1/24 SKENARIO LAIN
  • 20. Dari topologi di atas terdapat 2 remote network, yaitu: 1. Remote network yang pertama adalah 192.168.20.0/24 dan dapat dicapai melalui 10.10.10.2 yang merupakan ether1 dari R2. 2. Remote network yang kedua adalah 192.168.30.0/24 dan dapat dicapai melalui 10.10.10.3 yang merupakan interface ether1 dari R3. 3. Konfigurasi routing static yang harus dilakukan untuk masing-masing router adalah Router 1 [Admin@R1]> ip route add dst-address=192.168.20.0/24 gateway 10.10.10.2 [Admin@R1]> ip route add dst-address=192.168.30.0/24 gateway 10.10.10.3 [Admin@R1]> ip route print # DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAY DISTANCE 0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.1 ether1 0 1 ADC 192.168.10.0/24 192.168.10.1 ether2 0 2 A S 192.168.20.0/24 10.10.10.2 1 3 AS 192.168.30.0/24 10.10.10.3 1
  • 21. Router 2 [Admin@R2]> ip route add dst-address=192.168.10.0/24 gateway 10.10.10.1 [Admin@R2]> ip route add dst-address=192.168.30.0/24 gateway 10.10.10.3 [Admin@R2]> ip route print # DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAY DISTANCE 0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.2 ether1 0 1 A S 192.168.10.0/24 10.10.10.1 1 2 ADC 192.168.20.0/24 192.168.20.1 ether2 0 3 AS 192.168.30.0/24 10.10.10.3 1 Router 3 [Admin@R3]> ip route add dst-address=192.168.10.0/24 gateway 10.10.10.1 [Admin@R3]> ip route add dst-address=192.168.20.0/24 gateway 10.10.10.2 [Admin@R3]> ip route print # DST-ADDRESS PREF-SRC GATEWAY DISTANCE 0 ADC 10.10.10.0/24 10.10.10.3 ether1 0 1 A S 192.168.10.0/24 10.10.10.1 1 2 A S 192.168.20.0/24 10.10.10.2 1 3 ADC 192.168.30.0/24 192.168.30.1 ether2 0
  • 22.
  • 23. Kelebihan Routing Statik • Resource Rendah Routing static tidak memerlukan router dengan kapasitas CPU dan memori yang besar. Ini dikarenakan routing static tidak menjalankan algoritma routing yang dimiliki oleh protocol routing. • Mudah Dikonfigurasi Untuk mengkonfigurasikan routing static, hanya diperlukan pengetahuan tentang keberadaan remote network, gateway (next hop) dan jalur (path) yang dapat digunakan untuk mencapai remote network tersebut. Tidak diperlukan keahlian khusus untuk mengkonfigurasikan routing static. • Lebih Aman Karena jalur (path) yang akan digunakan menuju remote network sudah ditentukan oleh administrator jaringan, maka jalur perjalanan paket data akan tetap. Jalur yang digunakan juga akan mudah ditelusuri dan diketahui dengan pasti. Jalur perjalanan paket data tidak akan berubah selama administrator jaringan tidak merubahnya.
  • 24. Kekurangan Routing Statik • Waktu konfigurasi lama Administrator harus menentukan terlebih dahulu jalur (path) yang akan digunakan, kemudian memasukkan path tersebut satu persatu ke dalam routing sebagai entry routing. • Maintenance yang lama Jika terjadi kesalahan dalam topologi jaringan atau pengalamatan jaringan, maka dibutuhkan perubahan konfigurasi juga pada setiap router. Begitu pula jika terdapat entry route yang tidak dapat digunakan lagi, maka administrator harus membuat entry route baru untuk menggantikannya. • Dapat terjadi kesalahan konfigurasi Karena dikonfigurasikan secara manual oleh administrator, maka ada kemungkinan administrator salah dalam membuat membuat entry route. • Tidak cocok untuk jaringan berskala besar Untuk jaringan skala besar, penggunaan routing static tidak mudah lagi juga tidak efisien. Karena proses untuk mengisikan entry route secara manual akan sangat rumit dan membutuhkan perencanaan yang tepat.
  • 25. Dynamic Routing  Secara otomatis router membangun jalur routingnya, dengan cara bertukar informasi antar router  Kategori algoritma dinamik :  Distance Vector  Link State
  • 26. Routing Dinamik • Routing dinamik adalah cara yang digunakan untuk melepaskan kewajiban mengisi entri-entri forwarding table secara manual. • Protokol routing mengatur router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan saling memberikan informasi routing yang dapat mengubah isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya. • Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar.
  • 27. Digunakan untuk : − Secara otomatis membentuk informasi routing − Membuat fail over connection − Load balancing Fungsi Dinamik Routing
  • 28. Fail Over • Fail Over adalah teknik yang menerapkan jalur untuk mencapai suatu network tujuan • Dalam keadaan normal hanya satu link yang digunakan. Link yang lain berfungsi sebagai cadangan dan hanya digunakan bila link utama terputus.
  • 29. Default Route • Default route adalah route atau entry route yang akan digunakan sebuah router jika menerima paket data dimana network tujuan dari paket tersebut tidak tercantum dalam table routing • Jika IP address tujuan dari paket data tidak tercantum dalam table routing, maka paket tersebut akan dibuang. • Untuk mencegah hal tersebut maka dikonfigurasikanlah default route. • Dengan kata lain, default route merupakan piihan terakhir yang akan digunakan untuk mengirimkan sebuah paket, jika tidak ada entry route yang cocok bagi paket tersebut.
  • 30. Load Balancing • Apakah yang terjadi jika terdapat dua atau beberapa path yang ternyata memiliki nilai metric yang sama? Jika kondisi ini terjadi, maka router akan menggunakan keseluruhan path tersebut untuk menuju remote network. Kondisi ini disebut load balancing. • Semua protocol routing mendukung fitur load balancing dan akan memasukkan keseluruhan best path tersebut dalam table routing. R1 R2 R3 R4 172.16.2.0/24 Load Balancing 100 Mbps 100 Mbps 100 Mbps 100 Mbps
  • 32. Distance Vector  Router mendapatkan informasi dari router yang berhubungan dgn dia secara langsung tentang keadaan jaringan router tersebut.  Berdasarkan informasi tetangga tersebut mengolah tabel routing  Informasi yang dihasilkan adalah jumlah jarak/hop yang dipakai untuk mencapai suatu jaringan
  • 33. Cara Kerja Router  Asumsi router keadaan baru menyala  Awal router hanya punya informasi ttg jaringan yang terhubung secara langsung dengan dia  Router A (RTA), hanya punya informasi bahwa terdapat jaringan :  10.1.1.0/24 dan 10.1.2.0/24  Router B (RTB), hanya punya informasi bahwa terdapat jaringan :  10.1.2.0/24 dan 10.1.3.0/24 RTA RTB10.1.1.0/24 Routing Table Net. Hops Ex-Int 10.1.1.0/24 0 e0 10.1.2.0/24 0 s0 10.1.2.0/24 10.1.3.0/24 s0 s0e0 e0 .1 .1.1 .2 Routing Table Net. Hops Ex-Int 10.1.2.0/24 0 s0 10.1.3.0/24 0 e0
  • 34. Cara Kerja Distance Vector…  Setiap router perlu diperkenalkan dengan jaringan yang belum dikenal  Untuk Static Routing, administrator melakukan setting secara manual supaya router mengetahui jaringan diluar jaringan dia
  • 35. Cara Kerja Distance Vector…  Router akan saling mengirimkan informasi yang dia punya.  Router RTA mengirimkan data tentang jaringan yang terhubung dia secara langsung  Router RTB juga mengirimkan data jaringan yang terhubung dia secara langsung
  • 36. Cara Kerja Distance Vector…  Setiap router melakukan pemeriksaan thd data yang didapat, dibandingkan dengan tabel routing masing-masing router  Bila belum ada dimasukkan, jika sudah dibandingkan jumlah hop
  • 37. Distance Vector Routing Protokol  Berdasarkan algorithma routing yang digunakan maka dapat membagi protocol routing menjadi dua bagian kategori besar yaitu:  Distance Vektor Routing Protokol  Link State Routing Protokol  RIP, IGRP maupun EIGRP termasuk dalam kategori Distance Vektor Routing Protokol  OSPF dan IS-IS termasuk kategori Link State Routing Protokol  Protokol routing Distance Vector adalah protocol yang hanya mengetahui arah (vector) dan jarak (distance) untuk mencapai remote network.  Router yang menggunakan protocol routing distance vector tidak pernah memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang topologi jaringan yang ada.  Router hanya mengetahui interface mana yang dapat digunakan untuk mencapai remote network dan berapa jaraknya.
  • 38. Skenario 1 R1 R2 192.168.2.0/24 .1.2.1.2 10.10.10.0/24 192.168.1.0/24 Tabel routing R1 AD 10.10.10.0/24 hop 1 AD 192.168.1.0/24 hop 1 Tabel routing R2 AD 10.10.10.0/24 hop 1 AD 192.168.2.0/24 hop 1
  • 39. R1 R2 192.168.2.0/24 .1.2.1.2 10.10.10.0/24 192.168.1.0/24 Tabel routing R1 AD 10.10.10.0/24 hop 1 AD 192.168.1.0/24 hop 1 Tabel routing R2 AD 10.10.10.0/24 hop 1 AD 192.168.2.0/24 hop 1 Kirim ke R2 Kirim ke R1
  • 40.  Baik R1 dan R2 akan menerima table routing yang dikirimkan oleh tetangganya, sehingga table routing pada masing-masing router menjadi sebagai berikut: R1 R2 192.168.2.0/24 .1.2.1.2 10.10.10.0/24 192.168.1.0/24 Tabel routing R1 AD 10.10.10.0/24 hop 1 AD 192.168.1.0/24 hop 1 ADr 10.10.10.0/24 hop 2 Adr 192.168.2.0/24 hop 2 Tabel routing R2 AD 10.10.10.0/24 hop 1 AD 192.168.2.0/24 hop 1 ADr 10.10.10.0/24 hop 2 ADr 192.168.1.0/24 hop 2  R1 akan memasukkan entry 10.10.10.0/24 dan 192.168.2.0/24 yang didapat dari R2, karena didapat dari protocol routing RIP, maka Router Mikrotik akan memberikan label ADr didepan entry tersebut, yang berarti entry tersebut aktif dan dinamik yang didapat dari protocol routing RIP.  Hal yang sama juga terjadi pada R2.
  • 41.  R1 akan melihat bahwa dalam table routingnya terdapat dua entry 10.10.10.0/24, satu entry yang merupakan network terhubung langsung dengan dirinya sedangkan satu network lagi didapatkan dari protocol routing RIP.  Jika kita kembali pada nilai AD, nilai AD dari entry network yang terhubung langsung adalah 0, sedangkan entry network yang didapat dari RIP adalah 120. Inilah yang menyebabkan R1 akan menghapus entry 10.10.10.0/24 yang didapat dari protocol routing RIP. Hal ini juga akan dilakukan oleh R2 yang akan menghapus entry AD 10.10.10.0/24. R1 R2 192.168.2.0/24 .1.2.1.2 10.10.10.0/24 192.168.1.0/24 Tabel routing R1 AD 10.10.10.0/24 hop 1 AD 192.168.1.0/24 hop 1 ADr 10.10.10.0/24 hop 2 Adr 192.168.2.0/24 hop 2 Tabel routing R2 AD 10.10.10.0/24 hop 1 AD 192.168.2.0/24 hop 1 ADr 10.10.10.0/24 hop 2 ADr 192.168.1.0/24 hop 2
  • 42. R1 R2 192.168.2.0/24 .1.2.1.2 10.10.10.0/24 192.168.1.0/24 Tabel routing R1 AD 10.10.10.0/24 hop 1 AD 192.168.1.0/24 hop 1 Adr 192.168.2.0/24 hop 2 Tabel routing R2 AD 10.10.10.0/24 hop 1 AD 192.168.2.0/24 hop 1 ADr 192.168.1.0/24 hop 2  Setelah R1 dan R2 menghapus entry-entry yang dianggap tidak perlu, maka hasil akhir dari table routing kedua router, R1 telah mengetahui keberadaan network 192.168.2.0/24 dan R2 juga telah mengetahui keberadaan network 192.168.1.0/24 dengan menggunakan protocol routing RIP.
  • 43. Link State  Pada Prinsipnya setiap router harus kenal semua router dalam satu autonomous sistem  Semua Router saling bertukar infomasi  Setiap router menghitung jarak terpendek untuk mencapai setiap router  Type :  OSPF  Link State
  • 44. Link State …  Setiap jalur ada metric, yang menunjukkan biaya  Semakin kecil biaya semakin bagus  Setiap router akan membuat tree router tujuan berdasarkan biaya yang ada Router 1 Router 2 Router 3 Router 4 Router 5 Net 5(Cost 3) Net 1(Cost 4) Net 2(Cost 6) Net 3(Cost 4) Net 6(Cost 3) Net 4(Cost 6) Net 7(Cost 2)
  • 45. Metric • Untuk menentukan best path maka router menggunakan metric atau sering disebut dengan routing metric. • Jenis metric yang digunakan oleh protocol routing adalah sebagai berikut: a. Hop Count: Protokol routing yang menggunakan hop count akan menghitung jumlah lompatan (hop) untuk mencapai remote network. Jumlah lompatan terkecil merupakan nilai yang terbaik b. Cost: Metric ini akan memberikan harga (cost) pada setiap link yang ada dalam jaringan. Path yang memiliki cost dengan nilai terkecil yang akan menjadi best path. c. Bandwidth: Penggunaan bandwidth sebagai metric hampir sama dengan penggunaan cost. Protokol routing akan menghitung bandwidth pada setiap path dan akan menjadikan path dengan bandwidth terbesar sebagai best path. d. Load: Jika load yang dijadikan metric, maka protocol routing menghitung beban dari setiap path dan akan menjadikan beban terkecil sebagai best path. e. Delay: waktu yang diperlukan untuk mengirimkan paket data dari setiap path, tentunya nilai delay terkecil yang akan menjadi best path. f. Reliability: adalah nilai kehandalan dari sebuah path, misalnya sering terjadinya error atau kegagalan dalam link tersebut. Nilai realibility tertinggi akan menjadi best path.
  • 46. Tahap tahap Link-State  Setiap router memperkenalkan diri, dengan mengirimkan paket hallo  Setiap router akan tahu tetangga berdasarkan paket hallo beserta biaya, dimasukkan database  Setiap router mengirimkan basisdatanya ke tetangganya dalam paket Link State Advertisements (LSA)  Router yang menerima paket LSA harus meneruskan ke sel tetangga sebelahnya  Paket LSA dimasukkan database jika infonya lebih baru  Awalnya terjadi flooding karena setiap router jika ada update data akan mengirimkan sampai convergen  Selanjutnya setiap router menghitung jarak terpendek ke router yang lain dengan Shortest Path First, dan terbentuklah tree  Dimungkinkan untuk mencapai Router yang sama, antar router punya tree yang berbeda
  • 47. Tahap tahap Link-State  Proses Flooding Router 1 Router 2 Router 3 Router 4 Router 5
  • 48. OSPF (Open Shortest Path First)  Menggunakan link-state routing protocol.  Open standard routing protocol didiskripsikan pada RFC 2328.  Menggunakan SPF algorithm untuk menghitung biaya terendah ke tujuan.  Jika terjadi perubahan topologi terjadi Routing updates dengan sistem flooded
  • 49. Kelebihan Routing Dinamik • Waktu konfigurasi lebih cepat Untuk mengkonfigurasikan protocol routing pada router relative tidak begitu membutuhkan waktu yang lama. Kita cukup mengkonfigurasikan IP address pada setiap interface, kemudian mengaktifkan protocol routing dan kemudian mengenalkan jaringan yang terhubung langsung dengan router tersebut. • Dapat langsung beradaptasi pada perubahan jaringan Karena menggunakan protocol routing yang secara dinamik memeriksa kondisi jaringan, maka perubahan jaringan akan dapat diketahui dengan cepat oleh router-router. • Kemungkinan kesalahan konfigurasi kecil Karena konfigurasi yang dilakukan tidak dengan menentukan secara manual untuk setiap entry route, maka kemungkinan kesalahan penentuan jalur (path) jauh lebih kecil. • Mendukung untuk jaringan besar Protokol routing dapat dengan cepat beradaptasi terhadap perubahan jaringan, sehingga untuk jaringan yang berskala besar akan sangat efisien.
  • 50. Kekurangan Routing Dinamik • Membutuhkan resource yang besar Protokol routing akan menjalankan algoritma routing, membuat database jaringan sampai dengan urusan kirim-mengirim pesan informasi routing(update routing). Kesemuanya itu membutuhkan CPU dan memori yang lebih besar dibandingkan jika hanya menjalankan routing statik • Membutuhkan kemampuan yang lebih dari administrator Beberapa protocol routing memang tidak terlalu rumit untuk dikonfigurasikan. Namun ada juga protocol routing tertentu yang penerapannya membutuhkan administrator dengan pengetahuan yang lebih tentang konsep, konfigurasi, pengujian dan troubleshooting routing. • Relative kurang aman Dikatakan kurang aman, karena router akan menentukan sendiri entry route yang akan digunakan. Ini akan bisa mengakibatkan salah penentuan jalur (path) oleh router-router yang akan mengakibatkan terjadinya routing loop. Routing Loop adalah suatu kondisi di mana sebuah paket terus ditransmisikan dalam serangkaian router tanpa pernah mencapai jaringan tujuan. Sebuah routing loop dapat terjadi ketika dua atau lebih router. memiliki routing informasi yang salah menunjukkan bahwa jalan yang valid ke destination unreachable.
  • 51. Gunakan Packet Tracer  PC1, PC2, PC11 dan PC22 dapat ping satu sama lain.  Network Mask = 255.255.255.0 PC1 PC2 PC11 PC22 2621 XM fa0/0 fa0/1
  • 52. Konfigurasi sebuah topologi jaringan di bawah ini dimana semua PC harus dapat melakukan ping satu sama lain. Setiap langkah (step by step) harus dimasukkan dalam laporan