1. Dokumen ini membahas tentang kepedulian umat Islam terhadap jenazah, mulai dari perawatan, memandikan, mengafani, menyalati, menguburkan hingga ziarah kubur.
2. Setiap yang Berjiwa akan Mati
•
ت ْوَمْال ُةَقِٕىۤاَذ ٍ
سْفَن ُّلُك
َةنْتِف ِ
ْريَخْال َو ِ
رَّشالِب ْمُك ْوُلْبَن َو
َن ْوُعَج ْرُت َانْيَلِا َو
• Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan
dikembalikan hanya kepada Kami. (Al-Anbiya/21:36)
•
ُب ْيِف ْمُتْنُك ْوَل َو ُت ْوَمْال ُمُّكْك ِ
رْدُي ا ْوُن ْوُكَت اَم َْنيَا
ٍٍَدَّيَشُّم ٍٍ ْوُر
…
• Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun
kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh…. (An-Nisa/4:78)
3. Kondisi Jiwa bertemu Maut
Husnul Khotimah
• Apa yang kalian ketahui?
Su’ul Khotimah
• Apa yang kalian ketahui?
4. Perawatan Jenazah
• Pejamkanlah matanya dan mohonkanlah ampun kepada Allah
Swt. atas segala dosanya.
• Tutuplah seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan
dan agar tidak kelihatan auratnya.
• Ditempatkan di tempat yang aman dari jangkauan binatang.
• Bagi keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya tidak dilarang
mencium si mayat.
• “Mematahkan tulang rusuk mayat sama dengan mematahkan
tulang rusuk orang yang masih hidup.”
5. Memandikan Jenazah
• Syarat wajib memandikan jenazah
– Jenazah itu orang Islam. Apa pun aliran, mazhab, ras, suku, dan profesinya.
– Didapati tubuhnya walaupun sedikit.
– Bukan mati syahid (mati dalam peperangan untuk membela agama Islam seperti yang terjadi pada
masa Nabi Muhammad saw.).
• Yang berhak memandikan jenazah
– Apabila jenazah itu laki-laki, yang memandikannya hendaklah laki-laki pula. Perempuan yang
dibolehkan adalah istri dan mahramnya.
– Apabila jenazah itu perempuan, hendaklah dimandikan oleh perempuan pula, laki-laki tidak boleh
memandikan kecuali suami atau mahramnya.
– Apabila jenazah itu seorang istri, sementara suami dan mahramnya ada semua, suami lebih
berhak untuk memandikan istrinya.
– Apabila jenazah itu seorang suami, sementara istri dan mahramnya ada semua, istri lebih berhak
untuk memandikan suaminya.
6. 1. Di tempat tertutup
2. Mayat diletakkan di tempat
yang tinggi seperti dipan.
3. Dipakaikan kain basahan
seperti sarung agar auratnya
tidak terbuka.
4. Mayat didudukkan atau
disandarkan pada sesuatu,
lantas disapu perutnya
sambil ditekan pelan-pelan
agar semua kotorannya
keluar.
Memandikan Jenazah
5. Bersihkan mulut dan gigi
si mayat.
6. Membersihkan semua
kotoran dan najis.
7. Mewudhukan, setelah itu
membasuh seluruh
badannya.
8. Disunahkan membasuh
tiga sampai lima kali.
7. • Abu Salamah ra. menceritakan, bahwa ia pernah bertanya kepada ‘Aisyah ra.
“Berapa lapiskah kain kafan Rasulullah saw.?” “Tiga lapis kain putih,” jawab
Aisyah. (HR. Muslim)
• Pembelian kain kafan diambilkan dari uang si mayat sendiri. Apabila tidak
ada, orang yang selama ini menghidupinya yang membelikan kain kafan.
Jika ia tidak mampu, boleh diambilkan dari uang kas masjid, atau kas
RT/RW, atau yang lainnya secara sah. Apabila tidak ada sama sekali, wajib
atas orang muslim yang mampu untuk membiayainya.
Mengafani Jenazah
8. • Orang yang meninggal dunia dalam keadaan Islam berhak
untuk diṡalatkan. Sabda Rasulullah saw. “Ṡalatkanlah orang-
orang yang telah mati.” (HR. Ibnu Majah).
Menyalati Jenazah
9. • Sebelum jenazah disholati, jenazah harus
– Suci
– Dimandikan dan dikafani
– Diposisikan di depan orang yang hendak menyalati
• Posisi imam
– Jika perempuan dewasa posisi imam di tengah (sejajar dengan pusar)
– Jika laki-laki posisi imam sejajar dengan kepala jenazah
– Jika anak-anak posisi imam di kepala jenazah
Menyalati Jenazah
10. • Jenazah diletakkan di depan
• Jamaah (makmum) sebisa mungkin dibuat 3 shaf
• Niat shalat jenazah
– “Aku berniat ṡalat atas jenazah ini empat takbir fardu kifayah sebagai makmum
karena Allah ta’ala.”
• Takbir pertama (membaca al-Fatihah)
• Takbir kedua (membaca shalawat)
• Takbir ketiga (membaca doa: Allahummagh firlahu(ha) warhamhu(ha)
wa’afihi wa’fu’anhu(ha)
• Takbir ke-empat (Membaca doa: Allahumma la tahrimna ajrohu(ha) wala
taftinna ba’dahu(ha) waghfirlana walahu(ha)
• Salam
Tatacara Shalat Jenazah
11. Menguburkan Jenazah
• Hendaknya disegerakan dalam hal penguburan
• Hendaknya dilakukan pada siang hari
• Kubur diluaskan pada bagian kepala dan kaki
• Ketika meletakkan jenazah dalam liang kubur mengucapkan
doa “Bismillah wa’ala millati Rasulillah”/ “Bismillah wa’ala
millati Rasulillah, wa’ala sunnati Rasulillah”
• Larangan memperindah kubur
• Sebelum jenazah dikuburkan, ahli waris hendaknya menjadi
penjamin atas tanggungan jenazah
12. • Adab
– Mendoakan baik mayit maupun keluarga yang ditinggalkan
– Menghindari pembicaraan yang membuat sedih keluarga
– Menghindari bercanda dan tertawa
– Turut menyalati dan menguburkan jenazah
– Membuatkan makanan bagi keluarga yang ditinggalkan
Ta’ziyah
13. • Secara bahasa berarti berkunjung
• Awalnya merupakan sesuatu yang dilarang
• “Dari Abdullah bin Buraidah berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang
berziarahlah kalian ke kubur.” (HR. Nasā’i)
Ziarah
14. • Hikmah ziarah
– Mengingat kematian
– Meningkatkan zuhud
– Mengingatkan pentiungnya beramal baik
– Mendoakan mayat untuk kebaikan mayat
• Adab
– Ikhlas karena Allah
– Mengucap salam saat masuk area kuburan
– Menjaga agar tidak bicara sia-sia
– Berdoa untuk ampunan dan kesejahteraan mayit
– Tidak melangkahi kubur
Ziarah