2. PERJUDIAN
Syara' telah melarang perjudian tersebut dengan
larangan yang tegas. Bahkan, syara' menganggap harta
yang diperoleh dengan cara perjudian tersebut, sebagai harta
yang bukan hak milik. Allah SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamer,
perjudian, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan.
Maka, jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapatkan keberuntungan. Sesungguhnya syaithan itu
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian
di antara kamu lantaran meminum khamer dan berjudi itu, dan
menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
perbuatan itu)."(Q.S. Al Maidah: 90-91)
3. Allah SWT telah mengharamkan khamer dan
perjudian.Allah juga mengaitkan keduanya dengan
menyembah berhala. Disamping itu, Allah juga
menjadikan keduanya najis. Sebagaimana Allah
SWT menyatakan:
"Maka, jauhilah najis dari berhala-berhala."(Q.S. Al
Hajj: 30)
4. RIBA
Syara' telah melarang riba dengan larangan yang
tegas, berapapun jumlahnya, baik sedikit maupun
banyak. Harta hasil riba itu hukumnya jelas-jelas
haram. Dan tidak seorang pun boleh memilikinya,
serta harta itu akan dikembalikan kepada pemiliknya,
jika mereka telah diketahui
5. Allah SWT berfirman:
"Orang-orang yang maka (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaithan, lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai padanya larangan Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yag
mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." (Q.S. Al
Baqarah: 275)
6. PENIPUAN DALAM JUAL BELI
Pada dasarnya transaksi jual beli itu bersifat
mengikat. Apabila transaksi tersebut telah sempurna
dengan adanya ijab dan qabul antara penjual dan
pembeli, lalu "majelis jual beli" tersebut telah
berakhir, maka transaksi tersebut berarti telah
mengikat dan wajib dilaksanakan oleh pembeli dan
penjual yang bersangkutan.
7. Imam Ibnu Majjah meriwayatkan dari Uqbah Bin
Amir dari Nabi SAW yang mengatakan:
"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim
yang lain. Dan tidak halal bagi seorang untuk
menjual barang kepada saudaranya, sementara di
dalamnya terdapat cacat, selain dia menjelaskan
cacatnya kepadanya."
8. PENIMBUNAN
Penimbunan secara mutlak dilarang, dan
hukumnya haram. Karena adanya larangan yang
tegas di dalam hadits. Diriwayatkan di dalam
Shahih Muslim dari Sa'id Bin Al Musaib dari Ma'mar
Bin Abdullah Al Adawi, bahwa Nabi SAW bersabda:
"Tidak akan melakukan penimbunan selain
orang yang salah."
9. penimbun adalah orang yang mengumpulkan
barang-barang dengan menunggu waktu naiknya
harga barang-barang tersebut, sehingga dia bisa
menjualnya dengan harga yang tinggi, hingga
warga setempat sulit untuk menjangkaunya.
10. PEMATOKAN HARGA
Allah SWT telah menjadikan kepada tiap orang
agar membeli dengan harga yang disenangi. Ibnu
Majjah meriwayatkan dari Abi Sa'id yang
mengatakan: Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya jual beli itu (sah karena) sama-
sama suka."Namun, ketika negara mematok harga
untuk umum, maka Allah telah mengharamkannya
untuk membuat patokan harga barang tertentu,
yang dipergunakan untuk menekan rakyat agar
melakukan transaksi jual beli sesuai dengan harga
patokan tersebut. Oleh karena itu, pematokan
harga tersebut dilarang
11. Yang dimaksud dengan pematokan harga di sini
adalah, bahwa seorang penguasa, atau wakilnya,
atau siapa saja dari kalangan pejabat
pemerintahan, memerintahkan kepada kaum
muslimin --yang menjadi pelaku transaksi di pasar--
suatu putusan agar mereka menjual barang-barang
dengan harga ini, dimana mereka dilarang untuk
menaikkan harganya dari harga patokan, sehingga
mereka tidak bisa menaikkan atau mengurangi
harganya dari harga yang dipatok, demi
kemaslahatan umum.