Jual beli menurut Islam adalah pertukaran barang atau jasa antara penjual dan pembeli berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. Jual beli dapat mengatur struktur ekonomi masyarakat secara adil dan mendorong pertumbuhan ekonomi, asalkan dilakukan secara suka rela dan tidak melibatkan barang atau aktivitas haram.
3. Jual beli menurut bahasa disebut البيع , secara bahasa
berarti اعطاءشيءفىمقابلةشيء (memberikan sesuatu untuk ditukar
dengan sesuatu). Adapun menurut istilah syara’ adalah:
مقابلة مال بما ل قابلين للتصرف بايجاب وقبول على الوجه المأذ ون فيه
“Menukar suatu barang dengan barang (alat tukar yang syah)
dengan ijab qabul dan berdasarkan suka sama suka.”
Di dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa jual beli harus
dilakukan berdasarkan suka sama suka.
…لاتأكلوااموالكم بينكم با لباطل الا ان تكون تجارة ان تكون تجارة ان تراضمنكم…
Artinya: “…Janganlah kamu makan harta yang ada di
antara kamu dengan jalan batal, melainkan dengan jalan jual
beli suka sama suka….”(QS. An Nisa’: 29)
4. Adapun beberapa ulama mendefinisikan jual beli
sebagai berikut :
Menurut Ulama Hanafiyah
“Saling menukarkan harta dangan harta melalui cara
tertentu.” atau tukar menukar sesuatu yang diingini dengan
yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.”
Menurut Said Sabiq
“Jual beli adalah saling menukar harta dengan harta
atas dasar suka sama suka”.
Menurut Imam An-Nawawi
“Jual beli adalah saling menukar harta dengan harta
dalam bentuk pemindahan kepemilikan”.
Menurut Abu Qudamah
“Jual beli adalah saling menukar harta dengan harta
dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan”.
5.
6. 1. Mubah (boleh) : hukum dasar jual beli
2. Sunah : jual beli orang yg membutuhkan
3. Wajib : bila keadaan memaksa, atau jual beli
yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhannya demi bertahan hidup.
4. Haram : jual beli secara ijon, jual beli barang
haram
7.
8. Keadaan hijab dan qabul berhubungan. Artinya, salah
satu dari keduanya pantas menjadi jawaban dari yang
lainnya dan belum berselang lama.
Makana keduanya hendaklah mufakat (sama)
walaupaun lafal keduanya berlainan.
Kedunanya tidak disangkutkan dengan urusan lainnya
seperti katanya, “kalau saya jadi pergi, saya jual barang
ini sekian”.
Tidak berwaktu, sebab jula beli berwaktu seperti
sebulan atau setahun tidak sah.
9.
10. Penjual dan Pembeli
Syaratnya adalah:
1. Brakal, agar dia tidak terkecoh. Orang yang
gila atau bodoh tidak sah jual belinya.
2. Dengan kehendak sendiri (bukan dipaksa).
Keterangannya yaitu pada surat an nisa’
ayat 29(suka sama suka).
3. Tidak mubazir (pemboros), sebab harta
orang yang mubazir itu si tangan walinya.
Firman Allah Swt:
“Dan janganlah kamu serahkan kepada
orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai
pokok kehidupanmu, berilah mereka
belanja.” (An-Nisa: 5)
11. 4. Baliq (berumur 15 tahun ke
atas/dewasa). Anak kecil tidak
sah jual belinya. Adapun anak-anak
yang sudah mengerti
tetapi belum sampai umur
dewasa, menurut pendapat
sebagian ulama, mereka
diperbolehkan berjual beli
barang yang kecil-kecil; karena
kalau tidak diperbolehkan,
sudah tentu menjadi kesulitan
dan menetapkan peraturan
yang mendatangkan kesulitan
kepada pemeluknya.
12. Uang dan Benda yang di beli
Syaratnya adalah:
1. Suci. Barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh
dijadikan uang untuk dibelikan, seperti kulit
binatang atau bangkai yang belum disamak.
2. Ada manfaatnya. Tidak boleh menjual sesuatu
yang tidak ada manfaatnya. Dilarang pula
mengambil tukarannya karena hal itu termasuk
dalam arti menyia-nyiakan (memboroskan) harta
yang terlarang. Hal ini di jelaskan dalam Al-qur’an
surat Al-Isra’: 27.
3. Barang itu dapat diserahkan. Tidak sah menjual
suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada
yang membeli, misalnya ikan dalam laut, barang
rampasan yang masih berada ditangan yang
merampasnya, barang yang sedang dijaminkan,
sebab semua itu mengandung tipu daya (kecohan).
4. Barang itu diketahui oleh si penjual dan si pembeli.
Zat, bentuk, kadar (ukuran), dan sifat-sifatnya jelas
sehingga antara penjual dan pembeli keduanya
tidak saling kecoh-mengecoh
13. Akad (Ijab Kabul)
Akad ialah ikatan antara penjual dan pembeli, jual beli
belum dikatan sah sebelum ijab dan Kabul dilakuhkan, sebab
ijab Kabul menunjukan kerelaan (keridhaan). Ijab adalah
pernyataan dari pihak penjual, seperti : “Barang ini saya jual
dengan harga sekian....”. Kabul adalah pernyataan dari pembeli,
seperti : “Saya terima dengan harga sekian....”.
Syarat-syarat Sah Ijab Kabul ialah:
1. Jangan ada yang memisahkan, janganlah pembeli diam saja
setelah penjual menyatakan ijab dan sebaliknya.
2. Janganlah diselangi dengan kata-kata lain antara ijab dan kabul.
3. Beragama islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam
benda-benda tertentu, seperti seseorang dilarang menjual
hambanya yang beragam Islam kepada pembeli yang tidak
beragama islam, sebab besar kemungkinan pembeli tersebut
akan merendahkan abid yang beragama islam, sedangkan Allah
melarang orang-orang mukmin memberi jalan kepada orang
kafir untuk merendahkan mukmin,
14. Persetujuan kedua belah pihak
Jual beli tidak sah, apabila tanpa
adanya persetujuan antara penjual
dan pembeli.
15.
16. 1. Terlarang karena kurang syarat atau rukun
Jual beli system ijon (belum jelas barangnya)
Jual beli ini dilarang karena barang yang akan dibeli masih samar.
عن بيع الثما رحتى يبد وصلا حيامتفق عليهعن ابن مر نهى النبىصم
“dari Ibnu Umar ra. Nabi saw melarang jual beli buah-buahansehingga
nyata baiknya buah itu”.(Muttafaq ‘alaih)
Jual beli anak binatang ternak yang masih di dalam kandungan
Jual beli ini dilarang karena barangnya belum ada dan tidak tampak juga.
“Sesungguhnya Rasulullah saw melarang jual beli anak binatang yang
masih dalam kandungan induknya”.(HR. Bukhori dan Muslim)
Jual beli sperma hewan
Jual beli sperma hewan, seperti mengawinkan seekor domba jantan
dengan betina, agar dapat memperoleh turunan.
رواه مسلمعن بيع فضل الماءنهى رسول اللهصمعن جابربن عبدالله قا ل
“Rasulullah saw telah melarang jual beli air jantan binatang.”(HR.
Muslim).
Jual beli barang yang belum dimiliki
قال رسول اللهصد لا تبيعن شيأ استريته حتى تقبضه:رواه احموالبيهقىم
Artinya: “Nabi saw telah bersabda janganlah engkau menjual sesuatu
yang baru saja engkau beli sehingga engkau menerima (memegangbarang
itu)”. (HR. Ahmad Baihaqi).
17. Jual beli barang yang diharamkan.
Seorang muslim dilarang
memperjualkan babi, bangkai,
khamr, barang yang najis atau
barnag yang haram lainnya
18. 2. Jual beli yang sah tetapi terlarang
Jual beli pada waktu khutbah/sholat Jum’at bagi laki-laki.
ذالكم .يأيها الذين امنوآاذانودى للصلوة من يوم الجمعة فا سعواالىذكرالله وذرواالبيع
خيرلكم ان كنتم تعلمون
Jual beli dengan niat untuk ditimbun saat masyarakat membutuhkan
قال رسول اللهصم لا يختكر الا خا طىءمسلم
“Rasulullah saw telah bersabda tidaklah seseorang menimbun
barang kecuali orang yang durhaka”. (HR. Muslim).
Jual beli yang tidak mengetahui harga pasar
Contohnya menemui orang-orang desa sebelum mereka masuk
ke pasar, untuk membeli benda-bendanya dengan harga yang
semurah-murahnya, sebelum mereka tau harga pasaran kemudian ia
menjual dengan harga yang setinggi-tingginya.
Jual beli yang masih dalam tawaran orang lain
Jual beli yang masih dalam tawaran orang lain, umpamanya
seseorang berkata”kembalikan saja barang orang itu kepada
penjualnya, nanti barangku saja kau beli dengan harga yang lebih
murah dari itu.
لا يبع بعضكم علىبيع بعض متفق عليه :عن ابى هريرة قال رسول اللهصم
“Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda: janganlah kamu
menjual atau membeli dari sebagian kamu atas barang yang sudah
dijual atau dibeli oleh orang lain”.(HR. Bukhari dan Muslim).
19. Jual beli dengan cara menipu/memainkan ukuran
timbangan
Jual beli ini sah namun haram hukumnya karena
kaidah ulama fiqih berikut ini “Apabila larangan dalam
urusan muamalat itu karena hal yang di luar urusan
muamalat, larangan itu tidak menghalangi sahnya
akad.
Jual beli untuk kemaksiatan
Jual beli untuk kemaksiatan adalah haram
hukumnya karena jual beli ini akan menimbulkan
perbuatan maksiat yaitu perbuatan dosa.
25. Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi
masyarakat yang menghargai hak milik orang lain.
Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya
atas dasar kerelaan.
Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki
barang yang haram atau secara bathil.
Penjual dan pembeli sama-sama mendapat rizki Allah
Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan.