SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
[1]
Chapter 2
Riba dan Jenis-Jenisnya
[2]
[3]
Riba dan
Jenis-Jenisnya
Sahabat shariapreneur yang baik hatinya,
pembahasan kita kali ini sangat penting untuk dicermati.
Karena persoalan ini sangat terkait langsung dengan
aktivitas bisnis. Sangat penting juga karena Allah dan
rasul-Nya menyatakan perang terhadap para pelaku riba
ini. Dosanya sangat besar, jauh lebih besar daripada
dosa pelaku Zina. Naudzubillah.
Mari sama-sama kita simak dan pahami semoga
setelah memahaminya kita akan mudah untuk menjauhi
perbuatan riba tersebut.
Secara bahasa riba bermakna tambahan (al-
ziyadah). Secara istilah riba memiliki definisi yang
diambil berdasarkan dalil-dalil syari’at yang
membicarakan tentang transaksi-transaksi riba.
[4]
Para ulama telah banyak mengemukakan definisi
riba, dimana satu dengan yang lainnya saling
melengkapi. Menurut Syaikh Muhammad Ahmad ad-
Daur riba adalah pertambahan akibat pertukaran jenis
tertentu, baik yang disebabkan oleh kelebihan dalam
pertukaran dua harta yang sejenis di tempat pertukaran
(majlis at-tabâdul), seperti yang terjadi dalam ribâ al-
fadhl, ataupun disebabkan oleh kelebihan tenggang
waktu (al-ajal), sebagaimana yang terjadi dalam ribâ
an-nasî’ah.
Kita akan dapat mengerti lebih jelas lagi tentang
riba dengan memahami secara konkrit tentang jenis-
jenis aktivitas ribawi berdasarkan nash-nash syari’ah
yang akan disampaikan sebentar lagi.
Hukum RibaHukum RibaHukum RibaHukum Riba
Seluruh ‘ulama bersepakat mengenai keharaman
riba, baik yang dipungut sedikit maupun banyak. Al-
Quran dan Sunnah dengan sharih (jelas) telah
menerangkan keharaman riba dalam berbagai
bentuknya; dan seberapapun ia dipungut. Allah swt
berfirman;
[5]
šÏ%©!$#tβθè=à2ù'tƒ(#4θt/Ìh9$#ŸωtβθãΒθà)tƒāωÎ)$yϑx.ãΠθà)tƒ”Ï%©!$#
çµäܬ6y‚tFtƒß≈sÜø‹¤±9$#zÏΒÄb§yϑø9$#4y7Ï9≡sŒöΝßγ‾Ρr'Î/(#þθä9$s%$yϑ‾ΡÎ)ßìø‹t7ø9$#
ã≅÷WÏΒ(#4θt/Ìh9$#3¨≅ymr&uρª!$#yìø‹t7ø9$#tΠ§ymuρ(#4θt/Ìh9$#4yϑsù…çνu!%y`×πsàÏãöθtΒ
ÏiΒϵÎn/§‘4‘yγtFΡ$$sù…ã&s#sù$tΒy#n=y™ÿ…çνãøΒr&uρ’n<Î)«!$#(ï∅tΒuρyŠ$tã
y7Í×‾≈s9'ρé'sùÜ=≈ysô¹r&Í‘$¨Ζ9$#(öΝèδ$pκŽÏùšχρà$Î#≈yz
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila
keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka Berkata (berpendapat), “Sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba,” padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya”. [TQS Al Baqarah (2): 275].
[6]
βÎ*sùöΝ©9(#θè=yèø s?(#θçΡsŒù'sù5>öysÎ/zÏiΒ«!$#Ï&Î!θß™u‘uρ(βÎ)uρóΟçFö6è?
öΝà6n=sùâ¨ρââ‘öΝà6Ï9≡uθøΒr&ŸωšχθßϑÎ=ôàs?Ÿωuρšχθßϑn=ôàè?∩⊄∠∪
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka
jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),
maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu
tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (TQS Al
Baqarah [2]: 279).
Di dalam Sunnah, Rasulullah Muhammad saw
‫ﱡ‬‫د‬َ‫ش‬َ‫أ‬ ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ‫و‬ُ‫ھ‬َ‫و‬ ُ‫ل‬ُ‫ج‬‫ﱠ‬‫ر‬‫ال‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ر‬ ُ‫م‬َ‫ھ‬ْ‫ر‬ِ‫د‬َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ث‬ َ‫ال‬َ‫ث‬َ‫و‬ ‫ﱟ‬‫ت‬ِ‫س‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬
ً‫ة‬َ‫ي‬ْ‫ن‬ِ‫ز‬
“Satu dirham riba yang dimakan seseorang, dan
dia mengetahui (bahwa itu adalah riba), maka itu lebih
berat daripada 60 (enam puluh kali) zina”. (HR. Ahmad
dari Abdullah bin Hanzhalah).
‫ًا‬‫ب‬‫ا‬َ‫ب‬ َ‫ن‬ْ‫ُو‬‫ع‬ْ‫ب‬َ‫س‬َ‫و‬ َ‫ة‬َ‫ث‬‫ال‬َ‫ث‬ ‫ا‬َ‫ب‬ِ‫الر‬ُ‫ه‬‫ﱠ‬‫م‬ُ‫أ‬ ُ‫ل‬ُ‫ج‬‫ﱠ‬‫ر‬‫ال‬ َ‫ح‬ِ‫ك‬ْ‫ن‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ‫َا‬‫ھ‬ُ‫ر‬َ‫س‬ْ‫ي‬َ‫أ‬,
َ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ ِ‫ُل‬‫ج‬‫ﱠ‬‫ر‬‫ال‬ ُ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ب‬‫ﱢ‬‫ر‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ ‫ﱠ‬‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬
[7]
“Riba itu mempunyai 73 pintu, sedang yang paling
ringan seperti seorang laki-laki yang menzinai ibunya,
dan sejahat-jahatnya riba adalah mengganggu
kehormatan seorang muslim”. (HR. Ibn Majah).
ُ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫ك‬ْ‫و‬ُ‫م‬َ‫و‬ َ‫ا‬‫ﱢب‬‫ر‬‫ال‬ َ‫ل‬ِ‫ك‬‫آ‬ َ‫م‬‫ﱠ‬‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ﷲ‬ ‫ى‬‫ﱠ‬‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫ﷲ‬ ُ‫ل‬ْ‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬ َ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ل‬
ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫د‬ِ‫ھ‬‫ا‬َ‫ش‬َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ب‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ك‬َ‫و‬,َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫و‬:ٌ‫ء‬‫ا‬َ‫و‬َ‫س‬ ْ‫م‬ُ‫ھ‬
“Rasulullah saw melaknat orang yang memakan
riba, yang memberi makan dengan riba, penulisnya, dan
dua orang saksinya. Beliau bersabda; Mereka semua
sama”. (HR. Muslim)
Di dalam Kitab al-Mughniy, Ibnu Qudamah
mengatakan, “Riba diharamkan berdasarkan Kitab,
Sunnah, dan Ijma’. Adapun Kitab, pengharamannya
didasarkan pada firman Allah swt, ”Wa harrama al-
riba” (dan Allah swt telah mengharamkan riba) (Al-
Baqarah:275) dan ayat-ayat berikutnya. Sedangkan
Sunnah; telah diriwayatkan dari Nabi saw bahwasanya
beliau bersabda, “Jauhilah oleh kalian 7 perkara yang
membinasakan”. Para shahabat bertanya, “Apa itu, Ya
Rasulullah?”. Rasulullah saw menjawab,
“Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang
diharamkan Allah kecuali dengan haq, memakan riba,
memakan harta anak yatim, lari dari peperangan,
menuduh wanita-wanita Mukmin yang baik-baik
[8]
berbuat zina”. Juga didasarkan pada sebuah riwayat,
bahwa Nabi saw telah melaknat orang yang memakan
riba, wakil, saksi, dan penulisnya”. (HR. Imam Bukhari
dan Muslim)… Dan umat Islam telah bersepakat
mengenai keharaman riba.”
Imam al-Syiraaziy di dalam Kitab al-Muhadzdzab
menyatakan; riba merupakan perkara yang
diharamkan. Keharamannya didasarkan pada firman
Allah swt, “Wa ahall al-Allahu al-bai` wa harrama al-
riba” (Allah swt telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba) (Al-Baqarah:275), dan juga
firmanNya, “al-ladziina ya`kuluuna al-riba laa
yaquumuuna illa yaquumu al-ladziy yatakhabbathuhu
al-syaithaan min al-mass” (orang yang memakan riba
tidak bisa berdiri, kecuali seperti berdirinya orang yang
kerasukan setan)”. (al-Baqarah:275)….. Ibnu Mas’ud
meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah
saw melaknat orang yang memakan riba, wakil, saksi,
dan penulisnya”. (HR. Imam Bukhari dan Muslim)
[9]
JenisJenisJenisJenis----Jenis Transaksi RibaJenis Transaksi RibaJenis Transaksi RibaJenis Transaksi Riba
Untuk memperoleh pemahaman yang utuh
tentang riba maka kita dapat memperolehnya langsung
melalui berbagai macam jenis praktek transaksi riba
yang telah dijelaskan melalui nash.
(1) Riba al-Fadhl
Riba al-Fadhl adalah tambahan harta yang terjadi
karena pertukaran barang tertentu yang sejenis. Riba ini
hanya terjadi dalam enam jenis harta. Ubadah bin
Shamit menuturkan bahwa Rasul saw. pernah bersabda:
ِ‫ب‬ ‫ُرﱡ‬‫ب‬ْ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ة‬‫ﱠ‬‫ض‬ِ‫ف‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ُ‫ة‬‫ﱠ‬‫ض‬ِ‫ف‬ْ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ب‬َ‫ھ‬‫ﱠ‬‫الذ‬ِ‫ب‬ ُ‫َب‬‫ھ‬‫ﱠ‬‫لذ‬َ‫ا‬ُ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬‫ﱠ‬‫ش‬‫ال‬َ‫و‬ ‫ﱢ‬‫ر‬ُ‫ب‬ْ‫ال‬
ِ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ِ‫ب‬ ً‫ال‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ِ‫ح‬ْ‫ل‬ِ‫م‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ُ‫ح‬ْ‫ل‬ِ‫م‬ْ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ر‬َ‫م‬‫ﱠ‬‫ت‬‫ال‬ِ‫ب‬ ُ‫ر‬َ‫م‬‫ﱠ‬‫ت‬‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ع‬‫ﱠ‬‫ش‬‫ال‬ِ‫ب‬.ً‫ء‬‫ا‬َ‫و‬َ‫س‬
ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ئ‬ِ‫ش‬ َ‫ف‬ْ‫ي‬َ‫ك‬ ‫ا‬ْ‫ُو‬‫ع‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ف‬ ُ‫اف‬َ‫ن‬ْ‫ص‬َ ْ‫األ‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ھ‬ ْ‫ت‬َ‫ف‬َ‫ل‬َ‫ت‬ْ‫اخ‬ َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ٍ‫د‬َ‫ي‬ِ‫ب‬ ‫ًا‬‫د‬َ‫ي‬ ٍ‫ء‬‫ا‬َ‫و‬َ‫س‬ِ‫ب‬
ٍ‫د‬َ‫ي‬ِ‫ب‬ ‫ًا‬‫د‬َ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬
”Emas dengan emas, perak dengan perak,
gandum dengan gandum, sya‘ir dengan sya‘ir, kurma
dengan kurma, dan garam dengan garam; sama,
seimbang, dan kontan. Jika berbeda jenis barangnya,
maka perjualbelikanlah sesuai dengan cara yang kalian
suka apabila dilakukan secara kontan" (HR. Muslim).
Kelebihan (riba) dalam pertukaran dua harta
sejenis tersebut bisa terjadi dalam tiga bentuk, yaitu:
[10]
Pertama, dengan kualitas yang sama tetapi
berbeda jumlah, misalnya sekilo kurma baik dengan
satu setengah kilo kurma yang sama.
Kedua, jumlah sama tetapi kualitasnya berbeda,
semisal satu gram emas 22 karat dengan satu gram
emas 24 karat.
Ketiga, jumlah dan kualitas berbeda, seperti
sepuluh gram emas 22 karat dengan delapan gram emas
24 karat. Atau kita juga tidak boleh menukar 10 kg
kurma kualitas jelek dengan 5 kg kurma kualitas bagus,
karena pertukaran kurma dengan kurma harus setakar
atau setimbang.
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim
telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Yahya
dari Abu Salamah dari Abu Sa'id radliallahu 'anhu
berkata: Kami diberikan kurma yang bercampur (antara
yang baik dan yang jelek) dan kami menjual dua sha'
dengan satu sha'. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
ٍ‫َم‬‫ھ‬ْ‫ر‬ِ‫د‬ِ‫ب‬ ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫م‬َ‫ھ‬ْ‫ر‬ِ‫د‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫اع‬َ‫ص‬ِ‫ب‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫ص‬ َ‫ال‬
“Tidak boleh menjual dua sha' dibayar satu sha'
dan dua dirham dengan satu dirham.” (HR. Bukhari)
Dalam banyak hadis, emas dan perak disebutkan
selain dalam konteks zatnya juga dalam konteks
[11]
pertukaran atau sebagai alat tukar dan alat pembayaran.
Karena itu, uang yang ada saat ini, sekalipun esensinya
berbeda, konteksnya sebagai alat tukar dan alat
pembayaran sama dengan emas dan perak itu.
Karena itu pula, terkait dengan pertukaran mata
uang (sharf) bisa terjadi riba di dalamnya. Misalnya
praktik penukaran uang receh yang marak terjadi
menjelang hari raya idul fitri, dimana pecahan Rp.
100.000,- ditukar dengan sembilan pecahan Rp. 10.000,-,
hal ini masuk dalam kategori ribâ al-fadhl ini dan haram
dilakukan.
(2) Riba an-Nasi’ah
Riba an-nasi’ah adalah tambahan harta yang
terjadi karena adanya tenggang waktu. Riba ini bisa
terjadi pada sharf (pertukaran) maupun pinjam-
meminjam (al-qardh). Bentuknya bisa meliputi tiga
bentuk. Yaitu:
Pertama, pada sharf, yaitu pertukaran (jual beli)
dua mata uang berbeda. Semisal rupiah dengan dolar,
tetapi tidak dilakukan secara tunai. Dalilnya adalah
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Hadis riwayat Barra' bin Azib ra.: ia berkata: Dari
Abul Minhal ia berkata: Seorang kawan berserikatku
menjual perak dengan cara kredit sampai musim haji
lalu ia datang menemuiku dan memberitahukan hal itu.
[12]
Aku berkata: Itu adalah perkara yang tidak baik. Ia
berkata: Tetapi aku telah menjualnya di pasar dan tidak
ada seorang pun yang mengingkarinya. Maka aku (Abul
Minhal) mendatangi Barra' bin 'Azib dan menanyakan
hal itu. Ia berkata: Nabi SAW tiba di Madinah sementara
kami biasa melakukan jual beli seperti itu, lalu beliau
bersabda:
‫ًا‬‫ب‬ِ‫ر‬ َ‫و‬ُ‫ھ‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ئ‬‫ي‬ِ‫س‬َ‫ن‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ب‬ َ‫ال‬َ‫ف‬ ٍ‫د‬َ‫ي‬ِ‫ب‬ ‫ًا‬‫د‬َ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬
“Selama dengan serah-terima secara tunai, maka
tidak apa-apa. Adapun yang dengan cara kredit maka
termasuk riba”. (HR. Muslim)
ٍ‫د‬َ‫ي‬ِ‫ب‬‫ًا‬‫د‬َ‫ي‬ َ‫ن‬َ‫ك‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬‫ُو‬‫ر‬َ‫ذ‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ئ‬ْ‫ي‬ِ‫س‬َ‫ن‬ َ‫ان‬َ‫ك‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ذ‬ُ‫خ‬َ‫ف‬
”Apa yang dilakukan secara tunai maka ambillah.
Apa yang dilakukan secara tempo (kredit) maka
tinggalkanlah." (HR. Bukhari).
Kedua, pinjam-meminjam untuk jangka waktu
tertentu dengan syarat ada tambahan pada saat
pengembalian. Bunga bank dan aktivitas rentenir di
tengah-tengah masyarakat saat ini jelas termasuk riba
jenis ini. Meski kadang-kadang ada juga yang menyebut
tambahan tersebut sebagai infak atau biaya
administrasi (dipaksakan banget ☺). Intinya ada
tambahan pada pinjaman (qard) yang disyaratkan, dan
itu adalah riba nasi’ah.
[13]
Ketiga, pinjam-meminjam tanpa syarat tambahan
saat pengembalian, namun ketika jatuh tempo belum
bisa dibayar, lalu diberi tempo dengan kompensasi ada
tambahan. Saat ini, tambahan itu sering disebut denda
keterlambatan angsuran, termasuk denda
keterlambatan angsuran pada jual beli secara kredit.
Ada yang berpendapat, jika tidak disyaratkan sejak
awal, yaitu karena inisiatif peminjam sendiri, apalagi
dalam bentuk selain uang, hal itu boleh karena
merupakan hadiah. Pendapat ini keliru. Tambahan yang
termasuk ribâ itu tidak mesti tambahan berupa uang.
Semua bentuk tambahan berupa manfaat lain yang
muncul dari pinjam-meminjam itu, termasuk riba.
Fadhalah bin ‘Ubayd menuturkan, Rasulullah saw.
pernah bersabda:
ِ‫ه‬ْ‫ُو‬‫ج‬ُ‫و‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫ه‬ْ‫ج‬َ‫و‬ َ‫ُو‬‫ھ‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ع‬َ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫م‬ ‫ﱠ‬‫ر‬َ‫ج‬ ٍ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ق‬ ‫لﱡ‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫ب‬‫ﱢ‬‫ر‬‫ال‬
"Setiap pinjaman yang menarik suatu manfaat
maka itu termasuk salah satu bentuk riba." (HR. al-
Bayhaqi).
Yahya bin Abi Ishaq al-Huna’i menuturkan: Aku
pernah bertanya kepada Anas bin Malik tentang
seseorang yang meminjami saudaranya harta, lalu
saudaranya itu memberinya hadiah. Anas berkata,
Rasulullah saw. pernah bersabda:
[14]
ِ‫ة‬‫ﱠ‬‫ب‬‫ا‬‫ﱠ‬‫د‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ح‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫َى‬‫د‬ْ‫ھ‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ‫ًا‬‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ق‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫د‬َ‫ح‬َ‫أ‬ َ‫ض‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬
َ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬َ‫ر‬َ‫ج‬ َ‫ون‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ﱠ‬‫ال‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬ْ‫ل‬َ‫ب‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ھ‬ْ‫ب‬َ‫ك‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ َ‫ال‬َ‫ف‬
ِ‫ل‬َ‫ذ‬َ‫ك‬
”Jika salah seorang di antara kalian meminjamkan
suatu pinjaman (utang), lalu peminjam memberinya
hadiah atau membawanya di atas hewan tunggangan
maka jangan ia menaikinya dan jangan menerima
hadiah itu, kecuali yang demikian itu biasa terjadi di
antara keduanya sebelum pinjam-meminjam itu". (HR.
Ibn Majah).
Anas juga menuturkan bahwa Rasul saw. pernah
bersabda:
ً‫ة‬‫ﱠ‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ھ‬ ْ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ َ‫ال‬َ‫ف‬ َ‫ض‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬
Jika seseorang memberikan pinjaman maka
janganlah ia mengambil hadiah. (HR. Al-Bukhari).
Berdasarkan nash-nash tersebut, Imam
Taqiyuddin an-Nabhani menyatakan, bahwa pinjaman
yang memunculkan suatu manfaat, jika hal itu telah
disyaratkan, maka tanpa ada perbedaan sedikitpun,
haram. Demikian juga jika seseorang meminjami tanpa
ada syarat, lalu peminjam mengembalikan dengan ada
tambahan uang atas uang yang ia pinjam. Adapun jika
peminjam memberi hadiah (selain uang) sebagai
[15]
tambahan atas apa yang ia pinjam maka perlu dilihat,
jika kebiasaannya (tanpa ada pinjaman) adalah suka
memberi hadiah terhadap orang itu, maka tidak apa-apa
dan orang itu (pemberi pinjaman) boleh menerimanya;
jika tidak, sesuai dengan hadis Anas di atas, maka
pemberi pinjaman itu tidak boleh menerimanya.
Untuk mempertajam pemahaman tentang
transaksi-transaski riba kami sampaikan beberapa
contoh transaksi riba sebagai berikut:
Misalnya, jika si A mengajukan utang sebesar Rp.
20 juta kepada si B dengan tempo satu tahun. Sejak
awal keduanya telah menyepakati bahwa si A wajib
mengembalikan utang ditambah bunga 15%, maka
tambahan 15% tersebut merupakan riba yang
diharamkan, ini riba nasi’ah.
Termasuk riba qardh (hutang piutang) adalah, jika
kedua belah pihak menyepakati ketentuan apabila pihak
yang berutang mengembalikan utangnya tepat waktu
maka dia tidak dikenai tambahan, namun jika dia tidak
mampu mengembalikan utangnya tepat waktu maka
temponya diperpanjang dan dikenakan tambahan atau
denda atas utangnya tersebut. Contoh yang kedua inilah
yang biasa disebut riba jahiliyah karena banyak
dipraktekkan pada zaman pra-Islam.
[16]
Sementara riba utang yang muncul dalam jual-beli
yang tidak tunai contohnya adalah apabila si X membeli
motor kepada Y secara tidak tunai dengan ketentuan
harus lunas dalam tiga tahun. Jika dalam tiga tahun
tidak berhasil dilunasi maka tempo akan diperpanjang
dan si X dikenai denda berupa tambahan sebesar 5%,
misalnya.
Perlu diketahui bahwa dalam konteks utang, riba
atau tambahan diharamkan secara mutlak tanpa
melihat jenis barang yang diutang. Maka, riba jenis ini
bisa terjadi pada segala macam barang. Jika si A
berutang dua liter bensin kepada si B, kemudian
disyaratkan adanya penambahan satu liter dalam
pengembaliannya, maka tambahan tersebut adalah riba
yang diharamkan. Demikian pula jika si A berutang 10 kg
buah apel kepada si B, jika disyaratkan adanya
tambahan pengembalian sebesar 1kg, maka tambahan
tersebut merupakan riba yang diharamkan.
Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa riba biasanya terjadi
dalam utang-piutang dan transaksi penukaran barang
atau jual-beli.
Riba dalam utang adalah tambahan atas utang,
baik yang disepakati sejak awal ataupun yang
ditambahkan sebagai denda atas pelunasan yang
[17]
tertunda. Riba utang ini bisa terjadi dalam qardh (utang-
piutang) ataupun jual-beli secara tempo/kredit. Semua
bentuk riba dalam utang tergolong riba nasi’ah karena
muncul akibat tempo (penundaan).
Riba dalam jual beli terjadi karena pertukaran
tidak seimbang di antara barang ribawi yang sejenis
(seperti emas 5 gram ditukar dengan emas 5,5 gram).
Jenis ini yang disebut sebagai riba fadhl. Riba dalam
jual-beli juga terjadi karena pertukaran antar barang
ribawi yang tidak kontan, seperti emas ditukar dengan
perak secara kredit. Praktek ini digolongkan ke dalam
riba nasi’ah atau secara khusus disebut dengan istilah
riba yad.
1) Besarnya Dosa Riba
Sebagaimana telah disebutkan dalam nash-nash di
atas. Mereka yang melakukan riba yaitu pemakan riba,
pemberi makan riba, penulis dan dua orang saksi riba
menanggung dosa yang sangat besar di sisi Allah.
Bahkan dosa tersebut jauh lebih besar dari dosa
berzina, mencuri dan minum khamr. Jika kita merasa
‘jijik’ melihat pelacur, pencuri, peminum khamr karena
dosanya maka harusnya kita jauh merasa lebih ‘jijik’ lagi
terhadap para pelaku riba tersebut. Sebab dosa mereka
jauh lebih besar lagi.
[18]
Bahkan satu dirham yang mereka peroleh dari
transaksi riba dosanya lebih besar dari 60 kali zina
sesuai hadits riwayat Ahmad di atas.
Ilustrasinya:
Apabila ada seorang pebisnis yang melakukan
pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya atau
dari individu untuk menjalankan aktivitas bisnisnya,
sebesar Rp. 10 M misalnya. Maka kita dapat mengetahui
seberapa besar dosa riba yang harus ditanggungnya.
Jika Rp. 10 M itu menghasilkan riba 12%/tahun atau
1%/bulan maka jumlah bunga atau riba yang harus
dibayar oleh seorang pebisnis adalah Rp. 100 Jt/bln.
Berapa banyak dosa riba yang diterimanya dalam
sebulan:
1 dirham = 2,975 gram perak, senilai kurang lebih
Rp 70.000,- (harga saat tulisan ini dibuat oktober 2013).
Riba yang harus di bayar oleh pengusaha tersebut setiap
bulan adalah sebesar 100 Jt. maka dosanya = (Rp 100
jt/Rp. 70.000) x 60 zina = 85.715 kali/bulan berzina.
Dosa yang harus ditanggungnya setiap hari adalah
sebanyak 2.857 kali berzina atau rata-rata 2 kali berzina
dalam 1 menit. Dapat anda bayangkan besarnya dosa
riba bagi mereka yang melakukannya. Setiap menit
mengalir dosa besar yaitu 2 kali dosa zina kepada
dirinya. Naudzubillah tsumma naudzubillah.
[19]
Selama ia tidak bertobat dan meninggalkan
aktivitas riba, maka selama itu pula ia terus menerus
menerima dosa ribanya. Hal paling besar dari dosa Riba
adalah tidak selamatnya seorang muslim dari siksa
neraka selama-lamanya jika mereka berpaling (ingkar
atau kufur) terhadap dosa besar riba dan tetap
mengambil riba padahal mereka mengetahui hal itu
adalah dosa besar. Kekufurannya terhadap larangan
riba sama saja kekufurannya terhadap Allah yang
menjatuhkan dirinya kepada kemurtadan. Oleh karena
kekufuranya itulah Allah akan mengazab mereka
selama-lamanya di Neraka. Mereka kekal di dalamnya.
Meski mereka sholat, puasa, zakat, shadaqah dan
amalan lainnya. Karena tidak ada gunanya amal-amal
tersebut jika ia sudah berstatus murtad (keluar dari
Islam karena kekufurannya). Sebagaimana difirmankan
pada akhir ayat al-Baqarah 275:
ï∅tΒuρyŠ$tãy7Í×‾≈s9'ρé'sùÜ=≈ysô¹r&Í‘$¨Ζ9$#(öΝèδ$pκŽÏùšχρà$Î#≈yz
Orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya. (TQS. Al-Baqarah [2]: 275)
Naudzubillah, semoga kita terjauhkan sejauh-
jauhnya dari melakukan riba. Amin.
***

More Related Content

What's hot

Kaedah Urus Niaga Barangan Ribawi
Kaedah Urus Niaga Barangan RibawiKaedah Urus Niaga Barangan Ribawi
Kaedah Urus Niaga Barangan RibawiNor Azhar Aduka
 
Materi 1 IBC Mengapa Bisnis Harus Sesuai Syariah
Materi 1 IBC Mengapa Bisnis Harus Sesuai SyariahMateri 1 IBC Mengapa Bisnis Harus Sesuai Syariah
Materi 1 IBC Mengapa Bisnis Harus Sesuai SyariahUmi Sa'adah
 
01. membangun bisnis syariah
01. membangun bisnis syariah01. membangun bisnis syariah
01. membangun bisnis syariahRendra Visual
 
Riba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islamRiba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islamsalmy1001
 
Ekonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang ribaEkonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang ribanadhifarahma
 
Resume buku teori pembungaan uang
Resume buku teori pembungaan uangResume buku teori pembungaan uang
Resume buku teori pembungaan uangErvina Cranberry's
 
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Anas Wibowo
 
Akibat memakan harta riba
Akibat memakan harta ribaAkibat memakan harta riba
Akibat memakan harta ribaridhofharis
 
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)fissilmikaffah1
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMiftah Iqtishoduna
 
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELIfissilmikaffah1
 
04 hukum jual beli 1 2015
04 hukum jual beli 1 201504 hukum jual beli 1 2015
04 hukum jual beli 1 2015Encep Bahauddin
 

What's hot (20)

06.1 HUKUM RIBA
06.1 HUKUM RIBA06.1 HUKUM RIBA
06.1 HUKUM RIBA
 
Kaedah Urus Niaga Barangan Ribawi
Kaedah Urus Niaga Barangan RibawiKaedah Urus Niaga Barangan Ribawi
Kaedah Urus Niaga Barangan Ribawi
 
Materi 1 IBC Mengapa Bisnis Harus Sesuai Syariah
Materi 1 IBC Mengapa Bisnis Harus Sesuai SyariahMateri 1 IBC Mengapa Bisnis Harus Sesuai Syariah
Materi 1 IBC Mengapa Bisnis Harus Sesuai Syariah
 
riba
ribariba
riba
 
28 jual beli-mata_uang
28 jual beli-mata_uang28 jual beli-mata_uang
28 jual beli-mata_uang
 
01. membangun bisnis syariah
01. membangun bisnis syariah01. membangun bisnis syariah
01. membangun bisnis syariah
 
Riba’
Riba’Riba’
Riba’
 
Riba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islamRiba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islam
 
Ekonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang ribaEkonomi syariah tentang riba
Ekonomi syariah tentang riba
 
Resume buku teori pembungaan uang
Resume buku teori pembungaan uangResume buku teori pembungaan uang
Resume buku teori pembungaan uang
 
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1
 
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
 
Akibat memakan harta riba
Akibat memakan harta ribaAkibat memakan harta riba
Akibat memakan harta riba
 
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)
05.4 HUKUM JUAL BELI (KLASIK)
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
 
Makalah muamalah
Makalah muamalahMakalah muamalah
Makalah muamalah
 
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
 
04 hukum jual beli 1 2015
04 hukum jual beli 1 201504 hukum jual beli 1 2015
04 hukum jual beli 1 2015
 
02.2 AKIBAT HARTA HARAM
02.2 AKIBAT HARTA HARAM02.2 AKIBAT HARTA HARAM
02.2 AKIBAT HARTA HARAM
 
Muamalat
MuamalatMuamalat
Muamalat
 

Similar to JENIS TRANSAKSI RIBA

Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam  Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam alhazimy
 
riba gharar and maysir
riba gharar and maysirriba gharar and maysir
riba gharar and maysirISEFID
 
Riba, bank dan asuransi
Riba, bank dan asuransiRiba, bank dan asuransi
Riba, bank dan asuransimadanhibban
 
SLIDE RIBA DARIPADA BANK ISLAM TENTANG RIBA
SLIDE RIBA DARIPADA BANK ISLAM TENTANG RIBASLIDE RIBA DARIPADA BANK ISLAM TENTANG RIBA
SLIDE RIBA DARIPADA BANK ISLAM TENTANG RIBAfirdaus813387
 
ayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beliayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beliTaufik Rahman
 
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docx
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docxAYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docx
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docxIsmanLeandro
 
Ensiklopedia jual beli dalam islam
Ensiklopedia jual beli dalam islamEnsiklopedia jual beli dalam islam
Ensiklopedia jual beli dalam islamEdi Awaludin
 
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptxRIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptxMikaMee
 
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerjaKes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerjaezz_ally
 
Riba dan bahayanya
Riba dan bahayanyaRiba dan bahayanya
Riba dan bahayanyamr_haryono
 
Riba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransiRiba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransifawaida
 

Similar to JENIS TRANSAKSI RIBA (20)

Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam  Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
 
Fikihmuamalah
FikihmuamalahFikihmuamalah
Fikihmuamalah
 
Amss5403 sistem muamalat
Amss5403 sistem muamalatAmss5403 sistem muamalat
Amss5403 sistem muamalat
 
riba gharar and maysir
riba gharar and maysirriba gharar and maysir
riba gharar and maysir
 
EKONOMI ISLAM KELOMPOK 10.pptx
EKONOMI ISLAM KELOMPOK 10.pptxEKONOMI ISLAM KELOMPOK 10.pptx
EKONOMI ISLAM KELOMPOK 10.pptx
 
Riba, bank dan asuransi
Riba, bank dan asuransiRiba, bank dan asuransi
Riba, bank dan asuransi
 
Konsep riba
Konsep ribaKonsep riba
Konsep riba
 
SLIDE RIBA DARIPADA BANK ISLAM TENTANG RIBA
SLIDE RIBA DARIPADA BANK ISLAM TENTANG RIBASLIDE RIBA DARIPADA BANK ISLAM TENTANG RIBA
SLIDE RIBA DARIPADA BANK ISLAM TENTANG RIBA
 
ayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beliayat muamalat jual beli
ayat muamalat jual beli
 
Real riba
Real ribaReal riba
Real riba
 
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docx
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docxAYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docx
AYAT_AYAT_TENTANG_RIBA.docx
 
RIBA.pdf
RIBA.pdfRIBA.pdf
RIBA.pdf
 
Ensiklopedia jual beli dalam islam
Ensiklopedia jual beli dalam islamEnsiklopedia jual beli dalam islam
Ensiklopedia jual beli dalam islam
 
4.teori dasar ekonomi islam (1)
4.teori dasar ekonomi islam (1)4.teori dasar ekonomi islam (1)
4.teori dasar ekonomi islam (1)
 
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptxRIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
RIBA DAN HUTANG PIUTAN.pptx
 
Ppt muamalah
Ppt muamalah Ppt muamalah
Ppt muamalah
 
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerjaKes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
 
Mencari keuntungan atau redha allah swt 26 mac 2021
Mencari keuntungan atau redha allah swt  26 mac 2021Mencari keuntungan atau redha allah swt  26 mac 2021
Mencari keuntungan atau redha allah swt 26 mac 2021
 
Riba dan bahayanya
Riba dan bahayanyaRiba dan bahayanya
Riba dan bahayanya
 
Riba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransiRiba bank dan asuransi
Riba bank dan asuransi
 

Recently uploaded

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 

Recently uploaded (20)

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 

JENIS TRANSAKSI RIBA

  • 1. [1] Chapter 2 Riba dan Jenis-Jenisnya
  • 2. [2]
  • 3. [3] Riba dan Jenis-Jenisnya Sahabat shariapreneur yang baik hatinya, pembahasan kita kali ini sangat penting untuk dicermati. Karena persoalan ini sangat terkait langsung dengan aktivitas bisnis. Sangat penting juga karena Allah dan rasul-Nya menyatakan perang terhadap para pelaku riba ini. Dosanya sangat besar, jauh lebih besar daripada dosa pelaku Zina. Naudzubillah. Mari sama-sama kita simak dan pahami semoga setelah memahaminya kita akan mudah untuk menjauhi perbuatan riba tersebut. Secara bahasa riba bermakna tambahan (al- ziyadah). Secara istilah riba memiliki definisi yang diambil berdasarkan dalil-dalil syari’at yang membicarakan tentang transaksi-transaksi riba.
  • 4. [4] Para ulama telah banyak mengemukakan definisi riba, dimana satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Menurut Syaikh Muhammad Ahmad ad- Daur riba adalah pertambahan akibat pertukaran jenis tertentu, baik yang disebabkan oleh kelebihan dalam pertukaran dua harta yang sejenis di tempat pertukaran (majlis at-tabâdul), seperti yang terjadi dalam ribâ al- fadhl, ataupun disebabkan oleh kelebihan tenggang waktu (al-ajal), sebagaimana yang terjadi dalam ribâ an-nasî’ah. Kita akan dapat mengerti lebih jelas lagi tentang riba dengan memahami secara konkrit tentang jenis- jenis aktivitas ribawi berdasarkan nash-nash syari’ah yang akan disampaikan sebentar lagi. Hukum RibaHukum RibaHukum RibaHukum Riba Seluruh ‘ulama bersepakat mengenai keharaman riba, baik yang dipungut sedikit maupun banyak. Al- Quran dan Sunnah dengan sharih (jelas) telah menerangkan keharaman riba dalam berbagai bentuknya; dan seberapapun ia dipungut. Allah swt berfirman;
  • 5. [5] šÏ%©!$#tβθè=à2ù'tƒ(#4θt/Ìh9$#ŸωtβθãΒθà)tƒāωÎ)$yϑx.ãΠθà)tƒ”Ï%©!$# çµäܬ6y‚tFtƒß≈sÜø‹¤±9$#zÏΒÄb§yϑø9$#4y7Ï9≡sŒöΝßγ‾Ρr'Î/(#þθä9$s%$yϑ‾ΡÎ)ßìø‹t7ø9$# ã≅÷WÏΒ(#4θt/Ìh9$#3¨≅ymr&uρª!$#yìø‹t7ø9$#tΠ§ymuρ(#4θt/Ìh9$#4yϑsù…çνu!%y`×πsàÏãöθtΒ ÏiΒϵÎn/§‘4‘yγtFΡ$$sù…ã&s#sù$tΒy#n=y™ÿ…çνãøΒr&uρ’n<Î)«!$#(ï∅tΒuρyŠ$tã y7Í×‾≈s9'ρé'sùÜ=≈ysô¹r&Í‘$¨Ζ9$#(öΝèδ$pκŽÏùšχρà$Î#≈yz “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), “Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,” padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang- orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. [TQS Al Baqarah (2): 275].
  • 6. [6] βÎ*sùöΝ©9(#θè=yèø s?(#θçΡsŒù'sù5>öysÎ/zÏiΒ«!$#Ï&Î!θß™u‘uρ(βÎ)uρóΟçFö6è? öΝà6n=sùâ¨ρââ‘öΝà6Ï9≡uθøΒr&ŸωšχθßϑÎ=ôàs?Ÿωuρšχθßϑn=ôàè?∩⊄∠∪ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”. (TQS Al Baqarah [2]: 279). Di dalam Sunnah, Rasulullah Muhammad saw ‫ﱡ‬‫د‬َ‫ش‬َ‫أ‬ ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ‫و‬ُ‫ھ‬َ‫و‬ ُ‫ل‬ُ‫ج‬‫ﱠ‬‫ر‬‫ال‬ ُ‫ه‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ر‬ ُ‫م‬َ‫ھ‬ْ‫ر‬ِ‫د‬َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ث‬ َ‫ال‬َ‫ث‬َ‫و‬ ‫ﱟ‬‫ت‬ِ‫س‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ً‫ة‬َ‫ي‬ْ‫ن‬ِ‫ز‬ “Satu dirham riba yang dimakan seseorang, dan dia mengetahui (bahwa itu adalah riba), maka itu lebih berat daripada 60 (enam puluh kali) zina”. (HR. Ahmad dari Abdullah bin Hanzhalah). ‫ًا‬‫ب‬‫ا‬َ‫ب‬ َ‫ن‬ْ‫ُو‬‫ع‬ْ‫ب‬َ‫س‬َ‫و‬ َ‫ة‬َ‫ث‬‫ال‬َ‫ث‬ ‫ا‬َ‫ب‬ِ‫الر‬ُ‫ه‬‫ﱠ‬‫م‬ُ‫أ‬ ُ‫ل‬ُ‫ج‬‫ﱠ‬‫ر‬‫ال‬ َ‫ح‬ِ‫ك‬ْ‫ن‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ‫َا‬‫ھ‬ُ‫ر‬َ‫س‬ْ‫ي‬َ‫أ‬, َ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ ِ‫ُل‬‫ج‬‫ﱠ‬‫ر‬‫ال‬ ُ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ب‬‫ﱢ‬‫ر‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫أ‬ ‫ﱠ‬‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬
  • 7. [7] “Riba itu mempunyai 73 pintu, sedang yang paling ringan seperti seorang laki-laki yang menzinai ibunya, dan sejahat-jahatnya riba adalah mengganggu kehormatan seorang muslim”. (HR. Ibn Majah). ُ‫ه‬َ‫ل‬ِ‫ك‬ْ‫و‬ُ‫م‬َ‫و‬ َ‫ا‬‫ﱢب‬‫ر‬‫ال‬ َ‫ل‬ِ‫ك‬‫آ‬ َ‫م‬‫ﱠ‬‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ﷲ‬ ‫ى‬‫ﱠ‬‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫ﷲ‬ ُ‫ل‬ْ‫ُو‬‫س‬َ‫ر‬ َ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ل‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫د‬ِ‫ھ‬‫ا‬َ‫ش‬َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ب‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ك‬َ‫و‬,َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫و‬:ٌ‫ء‬‫ا‬َ‫و‬َ‫س‬ ْ‫م‬ُ‫ھ‬ “Rasulullah saw melaknat orang yang memakan riba, yang memberi makan dengan riba, penulisnya, dan dua orang saksinya. Beliau bersabda; Mereka semua sama”. (HR. Muslim) Di dalam Kitab al-Mughniy, Ibnu Qudamah mengatakan, “Riba diharamkan berdasarkan Kitab, Sunnah, dan Ijma’. Adapun Kitab, pengharamannya didasarkan pada firman Allah swt, ”Wa harrama al- riba” (dan Allah swt telah mengharamkan riba) (Al- Baqarah:275) dan ayat-ayat berikutnya. Sedangkan Sunnah; telah diriwayatkan dari Nabi saw bahwasanya beliau bersabda, “Jauhilah oleh kalian 7 perkara yang membinasakan”. Para shahabat bertanya, “Apa itu, Ya Rasulullah?”. Rasulullah saw menjawab, “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan haq, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari peperangan, menuduh wanita-wanita Mukmin yang baik-baik
  • 8. [8] berbuat zina”. Juga didasarkan pada sebuah riwayat, bahwa Nabi saw telah melaknat orang yang memakan riba, wakil, saksi, dan penulisnya”. (HR. Imam Bukhari dan Muslim)… Dan umat Islam telah bersepakat mengenai keharaman riba.” Imam al-Syiraaziy di dalam Kitab al-Muhadzdzab menyatakan; riba merupakan perkara yang diharamkan. Keharamannya didasarkan pada firman Allah swt, “Wa ahall al-Allahu al-bai` wa harrama al- riba” (Allah swt telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba) (Al-Baqarah:275), dan juga firmanNya, “al-ladziina ya`kuluuna al-riba laa yaquumuuna illa yaquumu al-ladziy yatakhabbathuhu al-syaithaan min al-mass” (orang yang memakan riba tidak bisa berdiri, kecuali seperti berdirinya orang yang kerasukan setan)”. (al-Baqarah:275)….. Ibnu Mas’ud meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah saw melaknat orang yang memakan riba, wakil, saksi, dan penulisnya”. (HR. Imam Bukhari dan Muslim)
  • 9. [9] JenisJenisJenisJenis----Jenis Transaksi RibaJenis Transaksi RibaJenis Transaksi RibaJenis Transaksi Riba Untuk memperoleh pemahaman yang utuh tentang riba maka kita dapat memperolehnya langsung melalui berbagai macam jenis praktek transaksi riba yang telah dijelaskan melalui nash. (1) Riba al-Fadhl Riba al-Fadhl adalah tambahan harta yang terjadi karena pertukaran barang tertentu yang sejenis. Riba ini hanya terjadi dalam enam jenis harta. Ubadah bin Shamit menuturkan bahwa Rasul saw. pernah bersabda: ِ‫ب‬ ‫ُرﱡ‬‫ب‬ْ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ة‬‫ﱠ‬‫ض‬ِ‫ف‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ُ‫ة‬‫ﱠ‬‫ض‬ِ‫ف‬ْ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ب‬َ‫ھ‬‫ﱠ‬‫الذ‬ِ‫ب‬ ُ‫َب‬‫ھ‬‫ﱠ‬‫لذ‬َ‫ا‬ُ‫ر‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬‫ﱠ‬‫ش‬‫ال‬َ‫و‬ ‫ﱢ‬‫ر‬ُ‫ب‬ْ‫ال‬ ِ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ِ‫ب‬ ً‫ال‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ِ‫ح‬ْ‫ل‬ِ‫م‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ُ‫ح‬ْ‫ل‬ِ‫م‬ْ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ر‬َ‫م‬‫ﱠ‬‫ت‬‫ال‬ِ‫ب‬ ُ‫ر‬َ‫م‬‫ﱠ‬‫ت‬‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ْر‬‫ي‬ِ‫ع‬‫ﱠ‬‫ش‬‫ال‬ِ‫ب‬.ً‫ء‬‫ا‬َ‫و‬َ‫س‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ئ‬ِ‫ش‬ َ‫ف‬ْ‫ي‬َ‫ك‬ ‫ا‬ْ‫ُو‬‫ع‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ف‬ ُ‫اف‬َ‫ن‬ْ‫ص‬َ ْ‫األ‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ھ‬ ْ‫ت‬َ‫ف‬َ‫ل‬َ‫ت‬ْ‫اخ‬ َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ٍ‫د‬َ‫ي‬ِ‫ب‬ ‫ًا‬‫د‬َ‫ي‬ ٍ‫ء‬‫ا‬َ‫و‬َ‫س‬ِ‫ب‬ ٍ‫د‬َ‫ي‬ِ‫ب‬ ‫ًا‬‫د‬َ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫ا‬ ”Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya‘ir dengan sya‘ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam; sama, seimbang, dan kontan. Jika berbeda jenis barangnya, maka perjualbelikanlah sesuai dengan cara yang kalian suka apabila dilakukan secara kontan" (HR. Muslim). Kelebihan (riba) dalam pertukaran dua harta sejenis tersebut bisa terjadi dalam tiga bentuk, yaitu:
  • 10. [10] Pertama, dengan kualitas yang sama tetapi berbeda jumlah, misalnya sekilo kurma baik dengan satu setengah kilo kurma yang sama. Kedua, jumlah sama tetapi kualitasnya berbeda, semisal satu gram emas 22 karat dengan satu gram emas 24 karat. Ketiga, jumlah dan kualitas berbeda, seperti sepuluh gram emas 22 karat dengan delapan gram emas 24 karat. Atau kita juga tidak boleh menukar 10 kg kurma kualitas jelek dengan 5 kg kurma kualitas bagus, karena pertukaran kurma dengan kurma harus setakar atau setimbang. Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim telah menceritakan kepada kami Syaiban dari Yahya dari Abu Salamah dari Abu Sa'id radliallahu 'anhu berkata: Kami diberikan kurma yang bercampur (antara yang baik dan yang jelek) dan kami menjual dua sha' dengan satu sha'. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ٍ‫َم‬‫ھ‬ْ‫ر‬ِ‫د‬ِ‫ب‬ ِ‫ْن‬‫ي‬َ‫م‬َ‫ھ‬ْ‫ر‬ِ‫د‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫اع‬َ‫ص‬ِ‫ب‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ع‬‫ا‬َ‫ص‬ َ‫ال‬ “Tidak boleh menjual dua sha' dibayar satu sha' dan dua dirham dengan satu dirham.” (HR. Bukhari) Dalam banyak hadis, emas dan perak disebutkan selain dalam konteks zatnya juga dalam konteks
  • 11. [11] pertukaran atau sebagai alat tukar dan alat pembayaran. Karena itu, uang yang ada saat ini, sekalipun esensinya berbeda, konteksnya sebagai alat tukar dan alat pembayaran sama dengan emas dan perak itu. Karena itu pula, terkait dengan pertukaran mata uang (sharf) bisa terjadi riba di dalamnya. Misalnya praktik penukaran uang receh yang marak terjadi menjelang hari raya idul fitri, dimana pecahan Rp. 100.000,- ditukar dengan sembilan pecahan Rp. 10.000,-, hal ini masuk dalam kategori ribâ al-fadhl ini dan haram dilakukan. (2) Riba an-Nasi’ah Riba an-nasi’ah adalah tambahan harta yang terjadi karena adanya tenggang waktu. Riba ini bisa terjadi pada sharf (pertukaran) maupun pinjam- meminjam (al-qardh). Bentuknya bisa meliputi tiga bentuk. Yaitu: Pertama, pada sharf, yaitu pertukaran (jual beli) dua mata uang berbeda. Semisal rupiah dengan dolar, tetapi tidak dilakukan secara tunai. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Hadis riwayat Barra' bin Azib ra.: ia berkata: Dari Abul Minhal ia berkata: Seorang kawan berserikatku menjual perak dengan cara kredit sampai musim haji lalu ia datang menemuiku dan memberitahukan hal itu.
  • 12. [12] Aku berkata: Itu adalah perkara yang tidak baik. Ia berkata: Tetapi aku telah menjualnya di pasar dan tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Maka aku (Abul Minhal) mendatangi Barra' bin 'Azib dan menanyakan hal itu. Ia berkata: Nabi SAW tiba di Madinah sementara kami biasa melakukan jual beli seperti itu, lalu beliau bersabda: ‫ًا‬‫ب‬ِ‫ر‬ َ‫و‬ُ‫ھ‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ئ‬‫ي‬ِ‫س‬َ‫ن‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ب‬ َ‫ال‬َ‫ف‬ ٍ‫د‬َ‫ي‬ِ‫ب‬ ‫ًا‬‫د‬َ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ “Selama dengan serah-terima secara tunai, maka tidak apa-apa. Adapun yang dengan cara kredit maka termasuk riba”. (HR. Muslim) ٍ‫د‬َ‫ي‬ِ‫ب‬‫ًا‬‫د‬َ‫ي‬ َ‫ن‬َ‫ك‬‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬‫ُو‬‫ر‬َ‫ذ‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ئ‬ْ‫ي‬ِ‫س‬َ‫ن‬ َ‫ان‬َ‫ك‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ُ‫ه‬‫و‬ُ‫ذ‬ُ‫خ‬َ‫ف‬ ”Apa yang dilakukan secara tunai maka ambillah. Apa yang dilakukan secara tempo (kredit) maka tinggalkanlah." (HR. Bukhari). Kedua, pinjam-meminjam untuk jangka waktu tertentu dengan syarat ada tambahan pada saat pengembalian. Bunga bank dan aktivitas rentenir di tengah-tengah masyarakat saat ini jelas termasuk riba jenis ini. Meski kadang-kadang ada juga yang menyebut tambahan tersebut sebagai infak atau biaya administrasi (dipaksakan banget ☺). Intinya ada tambahan pada pinjaman (qard) yang disyaratkan, dan itu adalah riba nasi’ah.
  • 13. [13] Ketiga, pinjam-meminjam tanpa syarat tambahan saat pengembalian, namun ketika jatuh tempo belum bisa dibayar, lalu diberi tempo dengan kompensasi ada tambahan. Saat ini, tambahan itu sering disebut denda keterlambatan angsuran, termasuk denda keterlambatan angsuran pada jual beli secara kredit. Ada yang berpendapat, jika tidak disyaratkan sejak awal, yaitu karena inisiatif peminjam sendiri, apalagi dalam bentuk selain uang, hal itu boleh karena merupakan hadiah. Pendapat ini keliru. Tambahan yang termasuk ribâ itu tidak mesti tambahan berupa uang. Semua bentuk tambahan berupa manfaat lain yang muncul dari pinjam-meminjam itu, termasuk riba. Fadhalah bin ‘Ubayd menuturkan, Rasulullah saw. pernah bersabda: ِ‫ه‬ْ‫ُو‬‫ج‬ُ‫و‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫ه‬ْ‫ج‬َ‫و‬ َ‫ُو‬‫ھ‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ع‬َ‫ف‬ْ‫ن‬َ‫م‬ ‫ﱠ‬‫ر‬َ‫ج‬ ٍ‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ق‬ ‫لﱡ‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫ب‬‫ﱢ‬‫ر‬‫ال‬ "Setiap pinjaman yang menarik suatu manfaat maka itu termasuk salah satu bentuk riba." (HR. al- Bayhaqi). Yahya bin Abi Ishaq al-Huna’i menuturkan: Aku pernah bertanya kepada Anas bin Malik tentang seseorang yang meminjami saudaranya harta, lalu saudaranya itu memberinya hadiah. Anas berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda:
  • 14. [14] ِ‫ة‬‫ﱠ‬‫ب‬‫ا‬‫ﱠ‬‫د‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫م‬َ‫ح‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫َى‬‫د‬ْ‫ھ‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ‫ًا‬‫ض‬ْ‫ر‬َ‫ق‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫د‬َ‫ح‬َ‫أ‬ َ‫ض‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ى‬َ‫ر‬َ‫ج‬ َ‫ون‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫ﱠ‬‫ال‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬ْ‫ل‬َ‫ب‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ھ‬ْ‫ب‬َ‫ك‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ َ‫ال‬َ‫ف‬ ِ‫ل‬َ‫ذ‬َ‫ك‬ ”Jika salah seorang di antara kalian meminjamkan suatu pinjaman (utang), lalu peminjam memberinya hadiah atau membawanya di atas hewan tunggangan maka jangan ia menaikinya dan jangan menerima hadiah itu, kecuali yang demikian itu biasa terjadi di antara keduanya sebelum pinjam-meminjam itu". (HR. Ibn Majah). Anas juga menuturkan bahwa Rasul saw. pernah bersabda: ً‫ة‬‫ﱠ‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ھ‬ ْ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ َ‫ال‬َ‫ف‬ َ‫ض‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ Jika seseorang memberikan pinjaman maka janganlah ia mengambil hadiah. (HR. Al-Bukhari). Berdasarkan nash-nash tersebut, Imam Taqiyuddin an-Nabhani menyatakan, bahwa pinjaman yang memunculkan suatu manfaat, jika hal itu telah disyaratkan, maka tanpa ada perbedaan sedikitpun, haram. Demikian juga jika seseorang meminjami tanpa ada syarat, lalu peminjam mengembalikan dengan ada tambahan uang atas uang yang ia pinjam. Adapun jika peminjam memberi hadiah (selain uang) sebagai
  • 15. [15] tambahan atas apa yang ia pinjam maka perlu dilihat, jika kebiasaannya (tanpa ada pinjaman) adalah suka memberi hadiah terhadap orang itu, maka tidak apa-apa dan orang itu (pemberi pinjaman) boleh menerimanya; jika tidak, sesuai dengan hadis Anas di atas, maka pemberi pinjaman itu tidak boleh menerimanya. Untuk mempertajam pemahaman tentang transaksi-transaski riba kami sampaikan beberapa contoh transaksi riba sebagai berikut: Misalnya, jika si A mengajukan utang sebesar Rp. 20 juta kepada si B dengan tempo satu tahun. Sejak awal keduanya telah menyepakati bahwa si A wajib mengembalikan utang ditambah bunga 15%, maka tambahan 15% tersebut merupakan riba yang diharamkan, ini riba nasi’ah. Termasuk riba qardh (hutang piutang) adalah, jika kedua belah pihak menyepakati ketentuan apabila pihak yang berutang mengembalikan utangnya tepat waktu maka dia tidak dikenai tambahan, namun jika dia tidak mampu mengembalikan utangnya tepat waktu maka temponya diperpanjang dan dikenakan tambahan atau denda atas utangnya tersebut. Contoh yang kedua inilah yang biasa disebut riba jahiliyah karena banyak dipraktekkan pada zaman pra-Islam.
  • 16. [16] Sementara riba utang yang muncul dalam jual-beli yang tidak tunai contohnya adalah apabila si X membeli motor kepada Y secara tidak tunai dengan ketentuan harus lunas dalam tiga tahun. Jika dalam tiga tahun tidak berhasil dilunasi maka tempo akan diperpanjang dan si X dikenai denda berupa tambahan sebesar 5%, misalnya. Perlu diketahui bahwa dalam konteks utang, riba atau tambahan diharamkan secara mutlak tanpa melihat jenis barang yang diutang. Maka, riba jenis ini bisa terjadi pada segala macam barang. Jika si A berutang dua liter bensin kepada si B, kemudian disyaratkan adanya penambahan satu liter dalam pengembaliannya, maka tambahan tersebut adalah riba yang diharamkan. Demikian pula jika si A berutang 10 kg buah apel kepada si B, jika disyaratkan adanya tambahan pengembalian sebesar 1kg, maka tambahan tersebut merupakan riba yang diharamkan. Kesimpulan Dapat kita simpulkan bahwa riba biasanya terjadi dalam utang-piutang dan transaksi penukaran barang atau jual-beli. Riba dalam utang adalah tambahan atas utang, baik yang disepakati sejak awal ataupun yang ditambahkan sebagai denda atas pelunasan yang
  • 17. [17] tertunda. Riba utang ini bisa terjadi dalam qardh (utang- piutang) ataupun jual-beli secara tempo/kredit. Semua bentuk riba dalam utang tergolong riba nasi’ah karena muncul akibat tempo (penundaan). Riba dalam jual beli terjadi karena pertukaran tidak seimbang di antara barang ribawi yang sejenis (seperti emas 5 gram ditukar dengan emas 5,5 gram). Jenis ini yang disebut sebagai riba fadhl. Riba dalam jual-beli juga terjadi karena pertukaran antar barang ribawi yang tidak kontan, seperti emas ditukar dengan perak secara kredit. Praktek ini digolongkan ke dalam riba nasi’ah atau secara khusus disebut dengan istilah riba yad. 1) Besarnya Dosa Riba Sebagaimana telah disebutkan dalam nash-nash di atas. Mereka yang melakukan riba yaitu pemakan riba, pemberi makan riba, penulis dan dua orang saksi riba menanggung dosa yang sangat besar di sisi Allah. Bahkan dosa tersebut jauh lebih besar dari dosa berzina, mencuri dan minum khamr. Jika kita merasa ‘jijik’ melihat pelacur, pencuri, peminum khamr karena dosanya maka harusnya kita jauh merasa lebih ‘jijik’ lagi terhadap para pelaku riba tersebut. Sebab dosa mereka jauh lebih besar lagi.
  • 18. [18] Bahkan satu dirham yang mereka peroleh dari transaksi riba dosanya lebih besar dari 60 kali zina sesuai hadits riwayat Ahmad di atas. Ilustrasinya: Apabila ada seorang pebisnis yang melakukan pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya atau dari individu untuk menjalankan aktivitas bisnisnya, sebesar Rp. 10 M misalnya. Maka kita dapat mengetahui seberapa besar dosa riba yang harus ditanggungnya. Jika Rp. 10 M itu menghasilkan riba 12%/tahun atau 1%/bulan maka jumlah bunga atau riba yang harus dibayar oleh seorang pebisnis adalah Rp. 100 Jt/bln. Berapa banyak dosa riba yang diterimanya dalam sebulan: 1 dirham = 2,975 gram perak, senilai kurang lebih Rp 70.000,- (harga saat tulisan ini dibuat oktober 2013). Riba yang harus di bayar oleh pengusaha tersebut setiap bulan adalah sebesar 100 Jt. maka dosanya = (Rp 100 jt/Rp. 70.000) x 60 zina = 85.715 kali/bulan berzina. Dosa yang harus ditanggungnya setiap hari adalah sebanyak 2.857 kali berzina atau rata-rata 2 kali berzina dalam 1 menit. Dapat anda bayangkan besarnya dosa riba bagi mereka yang melakukannya. Setiap menit mengalir dosa besar yaitu 2 kali dosa zina kepada dirinya. Naudzubillah tsumma naudzubillah.
  • 19. [19] Selama ia tidak bertobat dan meninggalkan aktivitas riba, maka selama itu pula ia terus menerus menerima dosa ribanya. Hal paling besar dari dosa Riba adalah tidak selamatnya seorang muslim dari siksa neraka selama-lamanya jika mereka berpaling (ingkar atau kufur) terhadap dosa besar riba dan tetap mengambil riba padahal mereka mengetahui hal itu adalah dosa besar. Kekufurannya terhadap larangan riba sama saja kekufurannya terhadap Allah yang menjatuhkan dirinya kepada kemurtadan. Oleh karena kekufuranya itulah Allah akan mengazab mereka selama-lamanya di Neraka. Mereka kekal di dalamnya. Meski mereka sholat, puasa, zakat, shadaqah dan amalan lainnya. Karena tidak ada gunanya amal-amal tersebut jika ia sudah berstatus murtad (keluar dari Islam karena kekufurannya). Sebagaimana difirmankan pada akhir ayat al-Baqarah 275: ï∅tΒuρyŠ$tãy7Í×‾≈s9'ρé'sùÜ=≈ysô¹r&Í‘$¨Ζ9$#(öΝèδ$pκŽÏùšχρà$Î#≈yz Orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (TQS. Al-Baqarah [2]: 275) Naudzubillah, semoga kita terjauhkan sejauh- jauhnya dari melakukan riba. Amin. ***