MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
Ppt pancasila
1. LUNTURNYA IDEOLOGI
PANCASILA
Disusun oleh :
Dewi Norantika
Marita Mulyaningrum
Moh. Makhbub Aly
Ari Sutono
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
2. A. Sejarah Pancasila
Rakyat Indonesia bagian Timur
mengusulkan agar pada alinea keempat
preambul, di belakang kata “ketuhanan”
yang berbunyi “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” dihapus. Jika tidak maka
rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik
memisahkan diri dari negara RI yang
baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh
Muh. Hatta disampaikan kepada sidang
pleno PPKI, demi persatuan dan
kesatuan bangsa.
3. Oleh karena pendekatan yang terus-
menerus dan demi persatuan dan
kesatuan, mengingat Indonesia baru
saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh
Islam merelakan dicoretnya “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang
kata Ketuhanan dan diganti dengan
“Yang Maha Esa”.
4. B. Sebab Lunturnya Ideologi
Pancasila
1. Fanatisme
Fanatisme yang berlebihan dalam
berbagai aspek kehidupan baik Agama,
suku, ras, dan juga golongan akan
melahirkan suatu sikap yang berlebihan
sehingga mereka akan berbuat sesuka
hatinya karena beranggapan bahwa
orang diluar pemahaman dirinya adalah
salah dan keliru.
Fanatisme inilah yang kemudian
melunturkan nilai-nilai kesatuan dalam
perbedaan yang tertera didalam nilai
5. 2. Egoisme
Egoisme negative yang merugikan orang
lain tidak bisa dipertahankan bahkan
harus dikikis karena justru akan berakibat
merugikan orang lain. Begitu pula
egoisme kelompok, justru itu yang sangat
berbahaya karena justru merusak sendi-
sendi keragaman bangsa, Egoisme juga
akan melahirkan sifat penindasan yang
kuat kepada yang lemah.
6. 3. Hedonisme
Hedonisme sebagai istilah yang
menunjukan paham kesenangan berasal
dari kata hedone yang berarti
kesenangan. Dalam kamus Bahasa
Indonesia, hedonisme berarti paham
yang beranggapan bahwa kesenangan
adalah yang paling benar di dunia ini.
Paham ini telah mengikis rasapeduli
danberbagi terhadap sesama, karena
hanya mementingkan kesenangan diri
sendiri.
7. 4. Opportunisme
Oportunis tidak lebih sebagai sebuah
parasit, tidak mau mengambil resiko,
oportunis seperti bajing loncat. Tidak
tuntas dalam persoalan lalu lari ketempat
aman dimana dia bisa diuntungkan
dengan pelariannya dan menyisakan
kerugian pada apa yang ditinggalkannya.
Sikap oportunis yang terpenting adalah
bagaimana hasratnya terpenuhi, tidak
mau tahu apakah ada yang rugi atau
tidak dengan sikap yang diambilnya
8. C. Bentuk Lunturnya Ideologi
Pancasila
1. Hilangnya manusia yang ber-
“Ketuhanan Yang Maha Esa”
Kemajuan teknologi sejatinya bisa
memberikan kemudahan dan peningkatan
mutu kehidupan siapapun yang
menggunakan kemajuan teknologi tersebut,
akan tetapi kemajuan teknologi ini pula
yang bisa membawa manusia pada
umumnya dan masyarakat Indonesia pada
khususnya lupa akan jati dirinya yang harus
berpegang teguh atas nilai-nilai sila
pertama, yaitu sebagai mahluk yang ber-
9. 2. Langkanya “Kemanusiaan yang adil
dan beradab”
Kemanusiaan yang adil dan beradab
semakin jauh dari kata terwujud apabila
kita melihat fakta-fakta yang terjadi di
masyarakat. Dari sisi hukum kita
dihadapkan kepada ketidakadilan hukum
yang berlaku di Indonesia yang seperti
‘pisau’ tajam kebawah, akan tetapi
tumpul keatas.
10. 3. Retaknya “Persatuan Indonesia”
Kita bisa melihat bahwa di Pulau Jawa
kemajuan teknologi, transportasi,
telekomunikasi, akses pendidikan dan
kesehatan sudah sangat maju dan mudah
didapatkan, hal ini sangat kontradiksi dengan
keadaan yang terjadi di pulau-pulau yang
jauh dari Ibukota Jakarta, misalnya saja
pulau Papua.
Apabila pemerintah masih bersikap acuh tak
acuh, maka bukan tidak mungkin dalam 30-
40 tahun kemudian akan banyak organisasi-
organisasi separatisme akan bermunculan di
berbagai daerah dengan tujuan yang sama
yaitu untuk melepaskan diri dari Republik
Indonesia.
11. 4.Tidak adanya “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan dan perwakilan”
Apabila kita melihat dari fakta dan kenyataan
yang ada di masyarakat, mungkin Indonesia
bisa dikatakan masih belum sepenuhnya
menerapkan nilai-nilai yang terkandung
dalam sila keempat. Hal ini bisa dilihat dari
hasil-hasil sidang, rapat, atau berbagai
pertemuan para elite politik dimana
kebanyakan tidak menghasilkan sesuatu hal
yang secara konkrit memihak rakyat.
12. 5.Mimpi Indonesia tentang “Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
Kondisi Indonesia saat ini masih jauh dari
kata sejahtera, hal ini bisa dilihat dari
berbagai macam indikator, misalnya dengan
melihat masih banyaknya rakyat miskin
diberbagai daerah diseluruh Indonesia.
Tingkat kemiskinan di Indonesia sangat
tinggi, data terakhir yang dikeluarkan
pemerintah pada tahun 2011 menunjukkan
angka sebesar 17.7 juta orang masih hidup
dibawah garis kemiskinan Indonesia.
13. D. Kesimpulan
Dalam era terbuka ini negara Indonesia tidak
bisa menghindari akan adanya tantangan
globalisasi, Indonesia harus tetap siap
menghadapinya dan melakukan preventisasi
budaya Hedonis, Egois, Oportunis, dan
budaya-budaya luar lainnya yang
masuk dengan dan harus mulai memformat
ulang dengan menjadikan Pancasila sebagai
pedoman dalam menghadapi globalisasi
bangsa agar nilai-nilai Pancasila yang kini
mulai redup, akan kembali hidup dalam diri