MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Ayu nina mirania laporan akhir penelitian
1. LAPORAN AKHIR
RESEARCH IN ACTION
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN
PENDAMPING ASI (MP-ASI ) DENGAN STATUS GIZI
PADA ANAK USIA 6-24 BULAN
Disusun oleh:
Ayu Nina Mirania, SST, M.Bmd 0205029101 Ketua
Stephanie Lexy Louis, SST., M.Biomed 0229018905 Anggota
Dita Peronika 1732005 Anggota
Oktarinda Napitupulu 1732011 Anggota
Program Studi DIII Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
Mei 2020
3. iii
SURAT PERNYATAAN
KEABSAHAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ayu Nina Mirania, SST., M.Bmd
NIP : 24620171
NIDN : 0205029101
Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 05 Februari 1991
Pangkat, Golongan, TMT : IIIa
Jabatan, TMT : Dosen Tetap Prodi DIII Kebidanan
Bidang Ilmu/Mata Kuliah : Kebidanan
Jurusan/Program Studi : DIII Kebidanan
Unit Kerja : Fikes UKMC
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah, seperti di bawah ini:
N
o
.
Karya
Ilmiah
Judul Identitas Karya Ilmiah
(ISBN/ISSN/Edisi/Tah
un Terbit/Penerbit)
Alamat Unggah
Online
1 Laporan
Penelitia
n/Artikel
Hubungan Pemberian
Makanan
Pendamping ASI
(MP-ASI) dengan
Status Gizi Pada
Anak Usia 6-24
2020 https://mail.google.co
m/mail/u/1/#sent/Ktbx
LzGHjXLcPCWLBzWwcz
XhNVmlKNFRgB
1. Adalah benar karya saya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain dan saya ajukan
sebagai bahan Laporan Beban Kerja Dosen.
2. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah ini bukan karya saya sendiri atau
plagiat hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Palembang, 10 Mei 2020
Yang Membuat Pernyataan,
Ayu Nina Mirania, SST., M.Bmd
NIDN.0205029101
4. iv
ABSTRAKSI
Balita hidup penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasaran (IQ) hingga
10%. Keadaan ini dapat berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Usia
0-24 bulan merupakan masa kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, karena
dimasa inilah periode tumbuh kembang anak yang paling optimal baik untuk intelegensi
maupun fisiknya. Periode ini dapat terwujud apabila anak mendapatkan asupan gizi sesuai
dengan kebutuhannya secara optimal Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pemberian Makanan Pendamping ASI dengan status gizi pada anak 6-24 bulan. Jenis
penelitian ini survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian
ini diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Teknik analisa data menggunakan
uji chi square dengan uji alternatif fisher. Hasil penelitian menunjukkan ada dua variabel
memiliki hubungan yaitu Usia pemberian MP-ASI (p=0,000) dan frekuensi pemberian
MP-ASI (p=0,002) dengan status gizi anak usia 6-24 bulan dengan keeratan hubungan
kategori sedang, sedangkan untuk tekstur MP-ASI (p=0,172) dan jenis MP-ASI (p=0,082)
tidak terdapat hubungan yang bermakna. Saran untuk puskesmas 11 ilir untuk dapat selalu
memberikan informasi pentingnya memperhatikan dalam pemberian MP-ASI.
Kata Kunci: MP-ASI, Status Gizi
5. v
ABSTRACT
Under-five children with poor nutrition may suffer a decrease up to 10 percent in
intelligence. It, in turn, may has some negative impact in form of deteriorating human
resource quality. Age of 0-24 months is a critical period in children growth and
development, given that it is during the time period where chidren are naturally growing
most optimally both in intelligence and physically. The optimal growth can be realized if
the children receive sufficient nutrient intakes. The purpose of the present research is to
determine the relationship between giving foods as supplement to mother’s milk (MP-ASI)
and the nutritional status of 6-24 month children. The research method was an analytical
survey, with a cross sectional approach. The research sample was selected by using a total
sampling technique. The data analysis technique used was chi squard test. With a Fisher
alternative test. The research result revealed that there were two related variables, namely:
Age where MP-ASI was given (p=0.000) and the frequency of giving MP-ASI (p=0.002)
with 6-24 month children’s nutritional status by a relationship falling into a category of
moderate, wheras MP-ASI texture (p=0.172) and MP-ASI type have no significant
relationship. It was suggested for Puskesmas 11 Ilir to consistently convey information on
the importance of paying attention to giving MP-ASI.
Key word: Supplement to Mother’s Milk (MP-ASI), Nutritional Status
6. vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan akhir penelitian dengan judul “Hubungan
Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Pada Anak Usia 6-24 Bulan”. Penelitian ini
dilaksanakan sebagai salah satu dari Tridharma Perguruan Tinggi.
Pelaksanan penelitian ini banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak yang
telah membantu untuk kelancaran penelitian ini, oleh karena itu peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. Slamet Santoso Sarwono, M.B.A, D.B.A selaku Rektor Universitas Katolik Musi
Charitas
2. Maria Nuraeni, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Katolik Musi Charitas
3. Theresia Anita, M.Tr.keb selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
4. Dr.Hj. Masayu Meidiawani selaku Kepala Puskesmas 11 Ilir Kota Palembang
5. Staf dan karyawan di Puskesmas 11 Ilir Kota Palembang
6. Warga Puskesmas 11 Ilir kota Palembang
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami
terbuka menerima masukan serta saran yang dapat membangun dan menyempurnakan
laporan penelitian ini.
Palembang, 10 Mei 2020
Penulis
7. vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KEABSAHAN KARYA ILMIAH.................... iii
ABSTRAKSI................................................................................................ iv
ABSTRACT ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR BAGAN........................................................................................ x
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah................................................................................. 3
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Status Gizi........................................................................................... 5
2.1 1 Pengertian Status Gizi................................................................ 5
2.1.2 Penilaian Status Gizi.................................................................. 5
2.1.3 Parameter Penilaian Status Gizi................................................. 6
2.1.4 Kategori Status Gizi................................................................... 7
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi.................................... 9
2.2 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).............................................. 10
2.2.1 Pengertian Makanan Pendamping ASI.................................... 10
2.2.2 Tujuan Pemberian MP-ASI ..................................................... 10
2.2.3 Persyaratan MP-ASI................................................................ 10
2.2.4 Bentuk MP-ASI ....................................................................... 11
2.2.5 Waktu Pemberian MP-ASI...................................................... 11
2.2.6 Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian MP-ASI........ 12
2.2.7 Prinsip Pemberian MP-ASI yang Baik.................................... 12
2.2.8 Tahapan Pemberian MP-ASI................................................... 14
2.2.9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI ........ 15
2.3 Kerangka Teori ................................................................................. 16
2.4 Penelitian Terdahulu......................................................................... 17
8. viii
2.5 Hipotesi Penelitian............................................................................ 17
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT
3.1 Tujuan Penelitian.............................................................................. 18
3.2 Manfaat Penelitian............................................................................ 18
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 20
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 20
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian........................................................ 20
4.4 Kerangka Konsep.............................................................................. 21
4.5 Definisi Operasional ......................................................................... 22
4.6 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data........................ 23
4.7 Teknik Analisa Data ......................................................................... 23
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian................................................................................. 26
5.2 Pembahasan ...................................................................................... 28
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Seminar Hasil Penelitian................................................................... 34
6.2 Publikasi Penelitian .......................................................................... 34
BAB 7 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
7.1 Simpulan........................................................................................... 35
7.2 Keterbatasan dan Saran..................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Biaya Peneliti
Lampiran 2 Kuesioner responden
Lampiran 3 Surat Tugas
Lampiran 3 Format Biodata dan Tim Peneliti
9. ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Status Gizi.................................................................. 8
Tabel 2.2 Prinsip Pemberian MP-ASI .................................................... 13
Tabel 4.1 Defini Operasional.................................................................. 22
Tabel 4.2 Interpretasi Uji Hipotesis Korelatif ........................................ 25
Tabel 5.1 Karakteristik responden.......................................................... 24
Tabel 5.2 Hubungan Usia Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi ....... 27
Tabel 5.3 Hubungan Tekstur Pemberian MP-ASI dengan
Status Gizi............................................................................... 27
Tabel 5.4 Hubungan Frekuensi Pemberian MP-ASI dengan
Status Gizi................................................................................ 28
Tabel 5.5 Hubungan Jenis MP-ASI dengan Status Gizi......................... 28
10. x
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori................................................... 16
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................... 21
11. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
bayi, gizi memiliki keterkaitan yang erat dengan kesehatan dan kecerdasan. Bayi akan
mudah terkena infeksi apabila terkena defisiensi gizi bahkan kemungkinan besar sekali
dapat menyebabkan kematian pada bayi terutama jika didapatkan pada bayi yang
menderita dengan gizi buruk (Maryam, 2016). Status gizi buruk pada balita dapat
menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun
kemampuan berfikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Balita
hidup penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasaran (IQ) hingga 10%.
Keadaan ini dapat berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia (Oktavia,
2017)
Menurut laporan organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO),
permasalahan gizi dapat ditunjukan dengan besarnya angka kejadian gizi buruk yang
menunjukan kesehatan masyarakat Indonesia terendah di ASEAN, dan menduduki
peringkat ke 142 dari 170 negara (Afriyani dkk, 2016).
Pemantauan status gizi (PSG) di Indonesia yang diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa pada tahun 2018 presentase gizi buruk pada
balita 3,9%, sedangkan presentasi gizi kurang adalah 13,8%. Data tersebut mengalami
peningkatan dari tahun 2017 yaitu dengan presentasi gizi buruk pada balita sebesar 3,8 %
sedangkan presentasi gizi kurang 14%. Pada tahun 2016 presentasi gizi buruk pada balita
sebesar 3,4 % dan presentase gizi kurang 14,43 % (Kemenkes, 2017:2018).
Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan (2018), pada Provinsi Sumatera
Selatan terjadi peningkan status gizi buruk dan kurang setiap tahunnya, peningkatan
terjadi pada tahun 2016, 2017 dan 2018. Pada tahun 2016 gizi buruk sebesar 1,9 %, gizi
kurang 9,3%, dan gizi baik 87,2%. Pada tahun 2017 gizi buruk sebesar 2,10%, gizi
kurang 10,20% dan gizi baik 86,70%. Pada tahun 2018 gizi buruk sebesar 4, 90%, gizi
kurang 12,30% dan gizi baik 78,60 %.
Berdasarkan data dari Dinkes Kota Palembang Tahun 2018, dilaporkan terjadi
peningkatan pada tahun 2015 yaitu gizi buruk sebanyak 0,02%, gizi kurang 1,13%, gizi
baik 97,30%, gizi lebih 1,55%. Pada tahun 2016 gizi buruk 0,03%, gizi kurang 2,45%.
Gizi baik 96,02%, gizi lebih 1,15%. Dan pada tahun 2017 gizi buruk 0,02%, gizi kurang
12. 2
96,77%, gizi lebih 1,22%. Permasalah gizi khususnya gizi buruk dapat dipengaruhi baik
dari faktor luar kesehatan maupun faktor kesehatan. Faktor dari luar kesehatan seperti
pola asuh, sosial ekonomi, kebiasaan dan adat istiadat, faktor kesehatan antara lain
monitoring pemberian makanan tambahan pada anak yang masih kurang, kunjungan
rumah (Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, 2019).
Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih
diperhatikan pada kelompok bayi dan balita. Diketahui bahwa balita dengan kasus gizi
bawah garis merah di wilayah Puskesmas 11 ilir pada tahun 2017 sebanyak 41 kasus
dengan jumlah bayi laki-laki umur 0-23 bulan sebanyak 15 bayi dan perempuan
sebanyak 26 bulan dari jumlah balita di Kota Palembang tahun 2017 yaitu sebanyak 404
balita. Pada tahun 2018 status gizi buruk sebanyak 1 kasus, gizi kurang sebanyak 54
kasus, gizi baik sebanyak 359 kasus, gizi lebih 18 kasus (Dinkes Kota Palembang, 2018:
Puskesmas 11 Ilir Kota Palembang, 2019).
Usia 0-24 bulan merupakan masa kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak, karena dimasa inilah periode tumbuh kembang anak yang paling optimal baik
untuk intelegensi maupun fisiknya. Periode ini dapat terwujud apabila anak mendapatkan
asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya secara optimal (Lestari, dkk 2012). Air Susu Ibu
(ASI) sebagai satu-satunya nutrisi bayi sampai usia 6 bulan dianggap berperan penting
untuk tumbuh kembang anak. WHO dan UNICEF menganjurkan agar para ibu
memberikan ASI Eksklusif saja tanpa makanan pendamping lainnya hingga bayi berusia
enam bulan (Widdyawati, dkk 2016).
Setelah anak berusia 6 bulan ASI eksklusif hanya mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi sebanyak 60%-70% oleh karena itu setelah usia 6 bulan anak perlu diberikan
makanan pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI adalah makanan yang diberikan
bersamaan dengan pemberian ASI sampai dengan anak berusia dua tahun (Septikassari,
2018).
MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang hanya berbasis susu menuju
ke makanan yang semi padat. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara
bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan
bayi/anak.Pemberian MP-ASI yang tepat diharapkan tidak hanya dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi, namun juga merangsang keterampilan makan dan merangsang rasa
percaya diri pada bayi (Mufida, dkk 2015). Pada penelitian Mukhopadhyay, dkk (2013),
bahwa praktik pemberian MP-ASI yang tidak tepat banyak terjadi pada anak yang
13. 3
kurang gizi. Pengukuran praktik makan anak pada penelitian ini berdasarkan anjuran
pemberian MP-ASI WHO UNICEF.
Hasil penelitian Septiani (2014), menyatakan bahwa prevalensi gizi kurang
sebesar 31,1% dengan rata-rata umur pemberian MP-ASI < 6 bulan sebesar 59,7%. Pada
analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh
terhadap status gizi bayi 0-11 bulan adalah pemberian MP-ASI dini, setelah dikontrol
oleh variabel pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan, bayi yang di beri MP-ASI dini
mempunyai peluang berstatus gizi tidak nornal 16,694 kali dibandingkan dengan
pemberian MP-ASI > 6 bulan.
Berdasarakan penelitian Wilujeng, dkk (2017), menyatakan bahwa faktor yang
berpengaruh terhadap berat badan anak usia 6-24 bulan adalah usia awal dan jenis
pemberian MP-ASI. Anak yang mendapatkan jenis pemberian MP-ASI yang salah akan
mengalami berat badan yang tidak normal dengan kemungkinan resiko terjasinya adalah
13,9 kali dari pada anak yang pemberian MP ASInya sesuai dengan jenisnya. Pemberian
MP-ASI juga harus memperhatikan kebutuhan nutrisi anak. MP-ASI harus mencakup
semua zat gizi yang dibutuhkan, utamakan memberikan MP-ASI dari bahan makanan
lokal buatan sendiri karena lebih beragam baik tekstur maupun rasanya (Septikasari,
2018).
Selain itu, dalam pemberian MP-ASI banyak faktor lain yang mempengaruhi
status gizi yaitu pemberian MP-ASI harus memadai, yang berarti bahwa makanan
pendamping harus diberikan dalam jumlah, frekuensi, responsif, hygiene, konsistensi dan
menggunakan berbagai makanan untuk menutupi kebutuhan gizi anak tumbuh dengan
tetap menyusui (WHO, 2006).
Berdasarkan data diatas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan Status Gizi pada Anak Usia 6-
24 Bulan”
1.2. Perumusan Masalah
Balita hidup penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasaran (IQ)
hingga 10%. Keadaan ini dapat berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya
manusia (Oktavia, 2017). Diketahui bahwa balita dengan kasus gizi bawah garis merah
di wilayah Puskesmas 11 ilir pada tahun 2017 sebanyak 41 kasus dengan jumlah bayi
laki-laki umur 0-23 bulan sebanyak 15 bayi dan perempuan sebanyak 26 bulan dari
14. 4
jumlah balita di Kota Palembang tahun 2017 yaitu sebanyak 404 balita. Pada tahun
2018 status gizi buruk sebanyak 1 kasus, gizi kurang sebanyak 54 kasus, gizi baik
sebanyak 359 kasus, gizi lebih 18 kasus (Dinkes Kota Palembang, 2018: Puskesmas 11
Ilir Kota Palembang, 2019). Setelah anak berusia 6 bulan ASI eksklusif hanya mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi sebanyak 60%-70% oleh karena itu setelah usia 6 bulan
anak perlu diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) agar mendapatkan asupan
gizi yang sesuai.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan
penelitian ini “Bagaimanakah Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) dengan Status Gizi Pada Anak 6-24 bulan?”
15. 5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status Gizi
2.1.1. Pengertian Status Gizi
Terdapat tiga konsep gizi yang meliputi: gizi (nutrition), nutritur (nutriture)
dan status gizi. Gizi adalah proses dimana makhluk hidup menggunakan makanan
atau lainnya yang dikonsumsi melalui proses pencernaan, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, pertumbuhan serta menjaga fungsi normal tubuh. Nutritur adalah
status yang dihasilkan dari keseimbangan anatara suplai gizi dengan pengeluaran.
Status gizi adalah ekspresi dari nutritur dalam variabel yang yang spesifik
misalnya status gizi yang dilihat dari itnggi badan menurut usia (Paramashanti,
2019).
Menurut Septikasari (2018), status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, dimana zat gizi sangat
dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh, serta pengatur proses tubuh.
2.1.2. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dilakukan karena beberapa alasan sebagai berikut
(Paramashanti, 2019).:
1. Untuk mengidentifikasi orang yang berisiko malnutrisi di awal intervensi
atau rujukan
2. Untuk mengidentifikasi klien malnutrisi untuk pengobatan
3. Untuk memantau pertumbuhan anak
4. Untuk mengidentifikasi komplikasi medis yang mempengaruhi kemampuan
tubuh dalam mencerna makanan
5. Untuk mendeteksi praktik yang dapat meningkatkan risiko malnutrisi dan
infeksi
6. Untuk memberikan edukasi dan konseling gizi
7. Untuk menegakkan perencanaan gizi yang tepat
16. 6
Penilaian status gizi seseorang ada dua metode yaitu melakukannya secara
langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung diantaranya adalah
menggunakan antropometri, klinis, biokimia dan biofisik, sedangkan penilaian
secara tidak langsung diantaranya adalah dengan menggunakan survei konsumsi
pangan, statistik vital dan faktor ekologi. Untuk penilaian status gizi pada anak
lebih sering dilakukan dengan metode antropometri (Paramashanti, 2019).
2.1.3. Parameter Penilaian Status Gizi
Variabel atau parameter antropometri yang sering digunakan untuk
menentukan status gizi adalah sebagai berikut (Paramashanti, 2019):
1. Umur
Dalam menentukan status gizi anak, umur memegang peranan. Jika salah
dalam menentukan umur, maka bisa salah dalam melakukan interprestasi
terhadap status gizi. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan
yang akurat menjadi tidak berarti apabila tidak disertai dengan penentuan
umur yang tepat. Batasan umur yang dipakai dalam pengukuran ini adalah
tahun umur penuh (completed year). Sementara untuk bayi digunakan bulan
usia penuh (completed month) artinya sisa umur dalam hari tidak
diperhitungkan.
2. Berat Badan
Berat badan adalah ukuran antropometri yang terpenting. Parameter ini dipakai
setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur.
Berat Badan (BB) menjadi parameter yang penting dalam penilaian status gizi
karena BB merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang
ada pada tubuh, tetapi parameter BB dapat memberikan hasil yang tepat
apabila mendapatkan data yang tepat tentang umur anak. Pengukuran BB
memerlukan alat yang hasil ukurnya akurat, untuk itu terdapat beberapa
persyaratan alat ukur berat diantaranya alat ukur harus mudah digunakan dan
dibawa, mudah endapatkannya, harga alat relatif murah terjangkau, ketelitian
alat ukut sebaiknya 0,1 kg, skala jelas, dan mudah dibaca, cukup aman jika
digunakan dan alat sealu dikalibrasi.
3. Tinggi Badan
Tinggi badan adalah variabel yang dapat memberikan gambaran tentang
mekanisme pertumbuhan dalam diri anak. Salah satu indikato rdari
17. 7
berjalannya fungsi pertumbuhan anak adalah kondisi tubuh atau fisik anak.
Dalam penentuan status gizi ini, tinggi badan jarang dilakukan, karena harus
mengetahui perubahan yang terjadi pada tinggi badan dan itu berlangsung
cukup lama.
2.1.4. Kategori Status Gizi
Kategori status gizi adalah bagian dari sistem klasifikasi penggolongan
indikator status gizi. Tujuannya adalah memberikan ukuran yang pasti dari setiap
indikator yang bermanfaat untuk menentukan status gizi (Paramashanti, 2019).
Berdasarkan Riskesdas (2013), status gizi anak balita diukur berdasarkan
umur, berat badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) atau Panjang Badan (PB). Berat
badan anak balita ditimbang menggunakan timbangan injak atau digital yang
memiliki presisi 0,1 kg, panjang atau tinggi badan diukur menggunakan alat ukur
dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB dapat disajikan dalam bentuk tiga
indeks antropometri yaitu BB/U, TB/U dan BB/TB.
Menurut Septikasari (2018), untuk menilai status gizi anak balita, maka
dikonverensikan ke dalam nilai terstandar (Zscore) menggunakan baku
antropometri anak balita WHO 2005. Pengukuran Skor Simpangan Baku (Z-
score) dapat diperoleh dengan cara:
Keterangan:
NIS : Nilai Individual Subjek
NMBR: Nilai Median Baku Rujukan
NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan
Berdasarkan nilai Z-Score masing-masing indikator, ditentukan status gizi
balita dengan batasan sebagai berikut (Septikasari, 2018);
1. Berdasarkan indikator BB/U
Berat Badan merupakan parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.
Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,
seperti adanya penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya
jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, keadaan kesehatan
baik dan kesimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka
Z-Score = (NIS-NMBR) / NSBR
18. 8
berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam
keadan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan,
yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat menurut umur digunakan
sebagai salah satu cara pengukuran status gizi.
2. Berdasarkan indikator TB/U
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, pertumbuhan tinggi badan
sejalan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang
sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek, sehingga
pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu
yang relatif lama. Dengan demikian indikator TB/U sangat baik untuk melihat
keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan
lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita.
3. Berdasarkan indikator BB/TB
BB/TB merupakan indikator pengukuran antropometri yang paling baik,
karena dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan
spesifik. Berat badan berkolerasi linier dengan tinggi badan, artinya
perkembangan berat badan yang normal akan proposional dengan tinggi
badannya.
Tabel 2.1 Kategori Status Gizi
Indeks Kategori
Kategori Status
Gizi
Ambang Batas (Z-Score)
Berat Badan menurut
Umur (BB/U)
Gizi buruk < -3 SD
Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
Panjang Badan menurut
Umur (PB/U) atau
Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U)
Sangat Pendek < -3 SD
Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi >2SD
Berat Badan menurut
Panjang Badan (BB/PB)
atau Berat Badan
menurut Tinggi Badan
(BB/TB)
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2SD
Sumber: Kemenkes (2011)
19. 9
2.1.5. Faktor yang mempengaruhi status gizi
Menurut Paramashanti (2019), ada dua faktor yang mempengaruhi status
gizi pada bayi yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri bayi atau orang
tua bayi, diantaranya adalah:
a) Usia
Usia yang dimaksud bukan hanya usia bayi tetapi juga usia orang tua bayi.
Faktor usia akan mempengaruhi kemempuan atau pengalaman yang
dimiliki orang tua dalam pemberian zat gizi pada bayi. Selain itu, usia yang
semakin matang juga menambah pengetahuan dari berbagai sumber
pengetahuan yang ada.
b) Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah faktor internal yang sangat penting agar bida
mendapatkan status gizi yang baik dan memadai. Kondisi yang baik
merupakan salah satu yang dapat menentukan seberapa jauh seseorang bisa
menjalani hidupnya dengan berkualitas. Ketika seorang bayi sakit, dan
kondisi fisiknya berada dalam keadaan baik, maka proses penyembuhannya
akan berjalan dengan lebih cepat.
c) Infeksi
Infeksi serta demam adalah berbagai hal yang dapat menyebabkan
menurunnya nafsu makan, bahkan dapat menimbukkan kesulitan menelan,
serta mencerna makanan. Jika tidak cermat dalam menjaga daya tahan
tubuh dan mengawasi berbagai asupan gizi yang masuk dalam tubuh, maka
sangat besar kemungkinan bayi akan terkena infeksi.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar bayi atau luar orang
tua bayi, yang mempengaruhi status gizi bayi antara lain:
a) Pemberian ASI
Bayi dengan usia dibawah 6 bulan harus diberikan makanan cair dan yang
paling tepat makanan tersebut adalah ASI tanpa tambahan cairan lainnya
selama 6 bulan.
20. 10
b) Pemberian Makanan Tambahan/Pendamping ASI
Makanan tambahan di luar ASI adalah salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi pengukuran status gizi. Makanan tambahan dapat
dikenalkan setelah bayi berumur 6 bulan, sementara selama pemberian
makanan tambahan, pemberian ASI tetap diberikan sampai bayi berumur 2
tahun.
2.2 Makanan Pendamping ASI
2.2.1. Pengertian Makanan Pendamping ASI
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman
yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan
yang berguna untuk memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI merupakan
makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga (Mufida, dkk, 2015).
MP-ASI adalah pemberian makanan tambahan selain ASI, makanan
tambahan disebut juga makanan pelengkap dan harus merupakan makanan
bergizi dalam jumlah yang cukup sehingga anak dapat terus tumbuh dan
berkembang (WHO, 2006).
MP-ASI adalah makanan pendamping ASI bukan makanan pengganti
ASI, karena ketika anak berusia ≥ 6 bulan, pemberian ASI saja tidak cukup
memenuhi semua kebutuhan energi yang diperlukan anak untuk tubuh dan
berkembang (Pratiwi, 2017).
2.2.2. Tujuan Pemberian MP-ASI
Menurut Mufida, dkk, (2015), tujuan dari pemberian MP-ASI adalah
untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus, dengan demikian makanan
tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan anatara kebutuhan nutrisi total
pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI.
2.2.3. Persyaratan MP-ASI
Pemberian MP-ASI harus memenuhi persyaratan jumlah beragam gizi
yang diperlukan bayi misalnya protein, energi, lemak, vitamin, mineral serta
beragam zat tambahan lainnya. Menurut Lilian Juwono (2014) dalam
Paramashanti (2019), MP-ASI yang memenuhi syarat adalah:
21. 11
1. Kaya energi, protein, dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium,
vitamin A, vitamin C dan folat).
2. Bersih dan aman. MP-ASI tidak mengandung patogen bakteri penyebab
penyakit atau organisme yang berbahaya. Tidak mengandung bahan kimia
yang berbahaya atau racun. Tidak ada potongan tulang atau bagian yang
keras atau yang membuat anak tersedak. MP-ASI juga jangan terlalu panas,
dan jangan terlalu pedas atau asin.
3. MP-ASI harus mudah dimakan oleh anak
4. MP-ASI juga harus disukai anak
5. Bahan MP-ASI ini tersedia dan terjangkau
6. MP-ASI harus mudah disiapkan.
2.2.4. Bentuk MP-ASI
Macam-macam bentuk MP-ASI yang dapat diberikan pada bayi setelah
usia 6 bulan sesuai tahapan usianya adalah sebagai berikut (Maryam, 2016):
1. Makanan saring adalah makanan yang dihancurkan atau disaring sampai
tampak merasa bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus. Contoh bubur
susu, bubur sumsum, pisang saring/dikerok, pepaya saring, tomat saring, nasi
tim saring dan lain-lain.
2. Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak
berair, seperti bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentan lumat, dan lain-lain.
3. Makanan padat adalah makanan lunak dan biasanya disebut makanan
kelu.arga, seperti lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit, dan lain-lain
2.2.5. Waktu Pemberian MP-ASI
Menurut Aning dan Kristianto (2017), untuk memulai pemberian MP-ASI
yang terpenting adalah kesiapan bayi untuk memulai menerimanya. Berikut ini
tanda-tanda yang menunjukkan bayi telah siap menerima makanan selain ASI
adalah:
1. Mempunyai kemampuan mempertahankan posisi kepala yang tegak dan
mantap
2. Memiliki kemampuan untuk duduk dengan nyaman minimal 10 menit
3. Membuat gerakan mengunyah
4. Menunjukkan adanya peningkatan berat badan
22. 12
5. Mulai tertarik terhadap makanan yaitu dengan merespon biskuit/makanan
yang diberikan dengan cara membuka mulut saat digoda dengan makanan
6. Sering memasukkan jari-jari ke dalam mulut dan mencoba mengunyahnya.
2.2.6. Hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian MP-ASI
Dibawah ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI
adalah (Sitompul, 2014):
1. Variasikan menu. Misalnya menambahkan sayuran hijau sehingga
memudahkan proses penyerapan zat besi oleh tubuh
2. Perhatikan konsistensi, tekstur dan ukuran sesuai tahapan usis. Misalnya pada
tahap awal diberikan makanan semi cair secara bertahap berikan makanan
mengental, lalu bertahap kasar hingga pada usia 1 tahun dapat makan makanan
keluarga.
3. Perkenalkan setiap jenis makanan satu persatu hingga teramati betul bahwa
makanan dapat diterima dengan baik (tidak menimbulkan reaksi/alergi)
4. Atur jadwal makan sedemikian rupa sehingga setiap kali diberikan MP-ASI,
anak akan memakan makanannya
5. Jangan pernah memberi makan bayi dengan memaksa
6. Makanan instan sangatlah praktis tetapi lebih baik bila mengolah sendiri
sehingga tekstur dan rasanya lebih beragam, serta terjaga kebersihannya
Menurut Kolm, dkk (2016) makanan yang tidak sesuai untuk dijadikan
makanan pendamping ASI pada bayi adalah sebagai berikut:
1. Telur, ikan, daging yang mentah karena berisiko membawa penyakit
2. Garam dan makanan yang mengandung garam
3. Biji-bijian yang tidak haluskarena beresiko mengganggu pernafasan
4. Produk olahan pabrik/siap saji
5. Makanan yang terlalu panas
6. Makanan yang mengandung gula dan minuman yang mengandung gula
2.2.7. Prinsip Pemberian MP-ASI yang baik
Pemberian MP-ASI yang baik harus memenuhi prinsip mengandung
beraneka ragam jenis bahan makanan dengan tekstur, frekuensi dan porsi yang
juga disesuaikan kebutuhan nutrisi anak. Berikut ini merupakan tabel prinsip
dalam pemberian MP-ASI yang baik.
23. 13
Tabel 2.2 Prinsip pemberian MP-ASI
Komponen
Usia
6-9 bulan 9-12 bulan 12-24 bulan
Bahan
makanan
1 jenis bahan dasar
(6 bulan)
3-4 jenis bahan dasar
(sajikan secara
terpisah atau
dicampurkan
Makanan
keluarga
Tekstur
Semi cair
(dihaluskan) secara
bertahan kurangi
campuran air
sehingga menjadi
semi padat/lumat
Makanan yang
dicincang halus atau
lunak (disaring
kasar) ditingkatkan
sampai semakin
kasar sehingga bisa
digenggam
Padat
Frekuensi
Makanan utama 2-
3 kali sehari
cemilan 1-2 kali
sehari
Makanan utama 3-4
kali sehari, cemilan
1-2 kali sehari
Makanan utama
3-4 kali sehari,
cemilan 1-2 kali
sehari
Porsi setiap
kali makan
Dimulai dengan 2-
3 sendok makan
dan ditingkatkan
bertahap sampai ½
mangkok kecil atau
setara dengan 125
ml
½ mangkuk kecil
atau setara dengan
125 ml
¾ sampai 1
mangkuk kecil
atau setara
dengan 175-250
ml
ASI Sesuka bayi Sesuka bayi Sesuka bayi
Sumber: Septikasari (2018)
Berdasarkan guideline dari WHO, ada 10 prinsip pemberian MP-ASI yang
baik, yaitu harus tepat waktu pemberiannya, tetap mempertahankan pemberian
ASI, responsive feeding, persiapan dan penyimpanan MP-ASI yang aman, jumlah
Mp-ASI dan kandungan gizi sesuai kebutuhan, konsistensi, frekuensi dan
kepadatan MP-ASI yang baik, serta penggunaan suplemen dan pemberian MP-
ASI saat sakit dengan baik (Pancarani, 2017).
Jenis makanan MP-ASI yang dibuat sendiri harus mengandung bahan
makanan pokok (beras, jagung, singkokng, ubi jalar, sagu, talas, kentang, dan
lain-lain), kacang-kacangan (kacang tanah, kacang hijau, kedelai, kacang merah
dan lain-lain), bahan pangan hewani (dagingsapi, ayam, ikan, telur, susu, keju dan
lain-lain), sayuran berwana (wortel, tomat, bayam, dan lain-lain), buah-buahan
(pepaya, pisang, jeruk manis, dan lain-lain) serta lemak dan minyak (minyak,
santan, dan lain-lain). Jenis MP-ASI instan dapat diberikan dengan
24. 14
memperhatikan kandungan gizi dan cara penyajian yang tercantum dalam
kemasan (Septikasari, 2018) .
2.2.8. Tahapan Pemberian MP-ASI
Tahapan dalam pemberian MP-ASI anak umur 0-24 bulan yang baik dan
benar adalah sebagai berikut (Mufida, dkk 2015:Aning dan Kristianto, 2017):
1. Makanan bayi umur 0-6 bulan
a) Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)
Kontak fisik dari hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama
pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini Asi saja sudah dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi, ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.
Menyusui sangat baik untuk ibu dan bayi, dengan menyusui akan terbina
hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
b) Berikan Klostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan
berwarna kekuning-kuningan. Klostrum mengandung zat-zat gizi dan zat
kekebalan yang tinggi
c) Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke
payudara lainnya, ASI diberikan 8-10 kali setiap hari.
2. Makanan bayi umur 6-9 bulan
a) Pemberian ASI diteruskan
b) Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga
secara bertahap, karena merupakan makanan peralihan ke makanan
keluarga
c) Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti bubur kacang hijau, buah
dan lain-lain
d) Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan, seperti
lauk pauk dan sayuran secara berganti-gantian
3. Makanan bayi 12-24 bulan
a) Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI berkurang,
tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi
25. 15
b) Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali
sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan.
Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
c) Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan
makanan. Misalnya nasi diganti dengan mie, bihun, roti, kentang dan lain-
lain. Hati ayan diganti dengan telur, tahu, tempe dan ikan. Bayam diganti
dengan daun kangkung, wortel dan tomat. Bubur susu diganti dengan
bubur kacang ijo, bubur sum-sum, biskuit dan lain-lain
d) Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi
frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.
2.2.9. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemberian MP-ASI
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi seseorang untuk menerima
informasi. Orang tua dengan pendidikan rendah akan lebih mempertahankan
tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan seperti pantang makan
tertentu sehingga sulit menerima pengetahuan baru mengenai gizi terutama
dalam pendamping ASI (Sebataraja, dkk, 2014)
2. Pengetahuan
Pengetahuan ibu berhubungan dengan tingkat informasi tentang pemberian
makanan tambahan pada bayi. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kebutuhan
gizi yang harus dipenuhi untuk bayi sehingga tidak dapat diterapkan pada
pemberian MP-ASI merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah gizi
kurang (Putri, dkk., 2015).
3. Pengalaman
Menurut Notoatmodjo dalam Pancarani (2017), Pengalaman pribadi diwaktu
yang sudah berlalu akan mempengaruhi seseorang dalam memecah masalah
dimasa depan. Ibu yang memliki anak lebih dari satu cebderung akan memiliki
pengalaman yang cukup dalam mengasuh anaknya termasuk dalam hal
pemberian MP-ASI.
4. Pekerjaan
Pekerjaan ibu terkait dengan rrendahnya jam berada di rumah dan harus
kembali bekerja sebelum bayi berusia 6 bulan sehingga membuat ibu tidak
dapat memberi makanan yang tepat untuk bayinya, sehingga cenderung tidak
26. 16
memberikan ASI Eksklusif dan memberi makanan bayi sebelum waktunya.
Namun ada ibu bekerja yang masih dapat memberi ASI Eksklusif dengan baik
dan menyiapkan terlebih dahulu makanan untuk bayi sebelum bekerja
(Pancarani, 2017).
5. Ekonomi
Suatu keluarga dengan status ekonomi yang lebih baik akan lebih mudah
mencukupi kebutuhan primer maupun sekunder dibanding keluarga dengan
status ekonomi yang lebih buruk (Pancarani, 2017).
2.3 Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
27. 17
2.4 Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian Wilujeng (2017) menyatakan bahwa faktor yang paling
berpengaruh terhadap berat badan anak usia 6-24 bulan adalah usia awal dan jenis
pemberian MP ASI dengan nilai pvalue 0,000 (p < 0,05). Anak usia 6-24 bulan yang
mendapatkan jenis MP-ASI yang salah akan mengalami berat badan yang tidak normal
dengan kemungkinan resiko terjadinya 13,9 kali daripada anak yang pemberian MP-
ASInya sesuai dengan jenisnya, dan anak yang mendapatkan pemberian MP-ASI pada
usia yang salah atau tidak sesuai usianya akan mengalami berat badan tidak normal
dengan kemungkinan resiko terjadinya adalah 6,8 kali daripada anak yang pemberian
MP-ASInya sesuai usianya.
Menurut penelitian Septiani (2014), menyatakan bahwa prevalenci gizi kurang
sebesar 31,1% dengan rata-rata umur pemberian MP-ASI < 6 bulan sebesar 59,7% dan
pada analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling berpengaruh adalah
pemberian MP-ASI secara dini setelah dikontrol oleh variabel pendidikan, pengetahuan
dan pekerjaan.
2.5 Hipotesis Penelitian
Ha : Ada hubungan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan status
gizi pada anak usia 6-24 bulan
H0 : Tidak ada hubungan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan
status gizi pada anak usia 6-24 bulan
28. 18
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT
3.1 Tujuan
3.1.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pemberian Makanan Pendamping ASI
dengan Status Gizi Pada Anak 6-24 bulan
3.1.2 Tujuan Khusus
3.1.2.1 Untuk mengetahui hubungan usia pemberian makanan Pendamping ASI
dengan status gizi pada anak usia 6-24 bulan
3.1.2.2 Untuk mengetahui hubungan jenis makanan pendamping ASI dengan
status gizi pada anak usia 6-24 bulan
3.1.2.3 Untuk mengetahui hubungan tekstur makanan Pendamping ASI dengan
status gizi pada anak usia 6-24 bulan
3.1.2.4 Untuk mengetahui hubungan frekuensi pemberian makanan pendamping
ASI dengan status gizi pada anak usia 6-24 bulan
3.2 Manfaat
1. Bagi Puskesmas 11 Ilir Palembang
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya pemberian
ASI eksklusif serta pemberian makanan tambahan mulai dari umur 6 bulan sehingga
dapat disosialisasikan ke masyarakat
2. Bagi Institusi
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan tambahan kajian dan pengembangan
serta referenci bacaan dibidang kesehatan terutama berkaitan dengan MP-ASI dan
status gizi.
3. Bagi Profesi Tenaga Kesehatan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan kajian terutama berkaitan dengan
makanan pendamping ASI sehingga petugas dapat meningkatkan pelayanan asuhan
kebidanan pada ibu dan anak
29. 19
4. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengalaman, informasi, wawasan dan pengetahuan yang
berkaitan dengan status gizi serta ilmu kebidanan berupa asuhan kebidanan pada anak,
balita dan anak pra sekolah
5. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi sehingga masyarakat lebih
meningkatkan kepeduliannya terhadap pentingnya dan perlunya perhatian dalam
pemberian makanan pendamping ASI yang tepat dan sehat pada anak
30. 20
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan
cross sectional. Jenis penelitian survey adalah penelitian yang menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data tanpa memberikan intervensi kepada sampel yang diteliti.
Pendekatan cross sectional adalah pendekatan yang mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor resiko dan efek dengan diukur menurut keadaan atau status waktu
observasi (Sulistyaningsih, 2011). Pada penelitian ini dilakukan pengambilan data
tentang pemberian makanan pendamping ASI dan status gizi pada anakusia 6-24 bulan
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas 11 Ilir Jln. Slamet Riyadi No.455 11 Ilir
Kec. Ilir Timur II Kota Palembang pada bulan Oktober 2019- Februari 2020
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini semua ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan di
Wilayah Puskesmas Ilir Palembang. Jumlah anak 6-24 bulan di wilayah
Puskesmas 11 Ilir Palembang pada bulan Juli-Agustus sebanyak 94 orang
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian adalah semua ibu yang memiliki anakusia 6-24 bulan
yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling, yaitu dengan cara mengambil semua responden yang datang ke
Puskesmas 11 Ilir dari bulan Desember 2019-Februari 2020, dengan kriteria
sebagai berikut:
a) Kriteria Inklusi
1) Ibu yang bersedia menjadi responden
2) Ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan
3) Ibu yang telah memberikan MP-ASI pada anaknya
b) Kriteria Eksklusi
1) Ibu yang menolak menjadi responden
2) Anak yang memiliki kelainan kongenital
31. 21
4.4 Kerangka Konsep
Bagan 4.1 Kerangka Konsep
Pemberian MP-ASI:
1. Usia pemberian MP-ASI
2. Frekuensi pemberian MP-ASI
3. Jenis MP-ASI
4. Tekstur MP-ASI
Status Gizi Bayi
Usia 6-24 bulan
32. 22
4.5 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Definisi Operasional
No
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variabel Independent
1 Usia
pemberian
MP-ASI
Usia bayi saat
pertama kali
mendapatkan MP-ASI
Kuesioner 1. Tidak tepat (<
6 bulan
2. Tepat ( 6-24
bulan)
Nominal
2 Tekstur
MP-ASI
Bentuk makanan
tambahan yang
diberikan kepada bayi
dengan konsistensi:
1. Lumat (usia 6-9
bulan)
2. Lunak (9-12 bulan)
3. Padat (12-24)
Kuesioner 1. Sesuai
2. Tidak sesuai
Nominal
3 Frekuensi
Pemberian
MP-ASI
Jumlah pemberian
makanan pendamping
ASI sesuai dengan
usianya:
1. 6-9 bulan (2-
3x/hari)
2. 9-24 bulan (3-4
x/hari)
Kuesioner 1. Sesuai
2. Tidak sesuai
Nominal
4 Jenis MP-
ASI
Macam-macam bahan
makanan MP-ASI
yang diberikan pada
bayi
Kuesioner 1. Buatan
Sendiri
2. Pabrik
Nominal
Variabel Dependent
1 Status gizi Status gizi adalah
suatu keadaan tingkat
gizi pada tubuh bayi
yang diakibatkan dari
keseimbangan antara
asupan zat gizi dan
kebutuhan zat gizi
dari makanan oleh
tubuh berdasarkan
pengukuran
antropometri dengan
indek BB/U
Timbangan Kriteria skor
menurut Z-score
1) Gizi Buruk
(<-3SD)
2) Gizi kurang
(-3 SD sampai
<-2 SD)
3) Gizi baik
-2 SD sampai
2SD
4) Gizi Lebih
(>2SD)
Ordinal
33. 23
4.6 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan data
4.6.1 Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner dan
pengukuran. Pada penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang pemberian
MP-ASI menggunakan kuesioner. Untuk mengetahui status gizi pada anakusia 6-
24 bulan menggunakan timbangan bayi (baby scale) yang digunakan untuk
menimbang berat badan anak.
4.6.2 Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
primer. Data primer adalah data yang diambil sendiri (bukan oleh orang lain) dari
sumber utama guna kepentingan studi kasus dan data tersebut sebelumnya tidak
ada, seperti (Juliandi dkk, 2014)
Pada penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara langsung
dengan responden menggunakan kuesioner dan melalui penimbangan anak untuk
mengetahui status gizi yang diukur dengan indeks BB/U kemudian dihitung
menggunakan rumus Z-Score yaitu (NIS-NMBR)/NSBR dengan nilai NIS adalah
hasil penimbangan BB pada anak, NMBR dan NSBR adalah nilai yang
disesuaikan pada tabel standar BB/U menurut Kemenkes (2011).
4.7 Teknik Analisa Data
4.7.1 Pengelolaan Data
a) Editing
Data editing adalah kegiatan memeriksa data, kelengkapan, kebenaran
pengisian data, keseragaman ukuran, keterbacaan tulisan dan konsistensi data
berdasarkan tujuan penelitian (Sulistyaningsih, 2011).
Pada penelitian ini, proses editing dimulai saat menyusun dan
memeriksa lembar observasi yang sudah diisi oleh responden yang bertujuan
untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada.
b) Coding
Coding merupakan kegiatan untuk merubah data yan bersifat uraian ke
dalam bentuk angka sehingga memudahkan analisis (Sulistyaningsih, 2011).
Pada penelitian ini proses coding yaitu melakukan pengkodean pada data
yang telah didapat untuk mempermudah dalam pembacaan data
34. 24
c) Entry
Data Entry adalah memasukkan data yang telah di coding ke dalam
program komputer yang perlu ketelitian dan kecermatan peneliti
(Sulistyaningsih, 2011). Data penelitian yang telah dikode dimasukkan ke
dalam program atau software computer dengan menggunakan aplikasi
program SPSS
d) Cleaning
Data cleaning adalah proses pembersihan datat sebelum diolah statistik
(Sulistyaningsih, 2011). Pada tahap ini, apabila semua data responden sudah
dimasukkan maka dilakukan pemeriksaan kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidaklengkapan.
e) Tabulating
Data tabulating adalah memasukkan data ke dalam tabel berdasarkan
tujuan penelitian (Sulistyaningsih, 2011). Pada tahap ini data yang diperoleh
untuk setiap variabel didistribusikan kedalam tabel
4.7.2 Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan tabel distribusi frekuensi baik
variabel independent (frekuensi, jenis, usia dan tekstur pemberian MP-ASI) ,
variabel dependen (status gizi anak usia 6-24 bulan), dan deskripsi
karakteristik responden berdasarkan pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, jenis
kelamin dan umur
2. Analisis Bivariat
Analis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI
dengan status gizi anak usia 6-24 bulan di Puskesmas 11 Ilir Kota Palembang.
Analisis ini menggunakan uji statistik Chisquare dan Uji Fisher sebagai
alternatifnya,apabila niai p value≤ 0,05 maka dapat dikatakan ada hubungan
antara pemberian MP-ASI dengan status gizi anak usia 6-24 bulan, apabila nila
p value> 0,05 dapat dikatakan tidak ada hubungan antara variabel independent
dan dependen Dilakukan uji korelasi untuk melihat seberapa kuat hubungan
antar variabel.
35. 25
Tabel 4.2 Interpretasi Uji Hipotesis Korelatif
Nilai Interpretasi
0,0 - <0,2 Sangat Lemah
0,2 - <0,4 Lemah
0,4 - <0,6 Sedang
0,6 - <0,8 Kuat
0,8 – 1,00 Sangat Kuat
Sumber: Dahlan, 2017
36. 26
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan penelitian tentang hubungan pemberian makanan pendamping
(MP-ASI) dengan status gizi pada anak usia 6-24 bulan di Puskesmas 11 Ilir Palembang.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2019 sampai Februari 2020 dengan sampel
berjumlah 63 responden ibu yang memiliki anak usia 6-24 bulan dan telah menandatangani
surat persetujuan responden.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Karakteristik responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dikelompokkan
berdasarkan usia anak, usia, pendidikan dan pekerjan ibu.
Tabel 5.1 Karakteristik Responden
Karakteristik Responden Frekuensi Presentasi (%)
Usia Anak
6-9 Bulan
9-12 Bulan
12-24 Bulan
15
10
38
23,8
15,9
60,3
Usia Ibu
19-35 Tahun
>35 Tahun
50
13
79,4
20,6
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
19
17
25
2
30,2
27
39,7
3,2
Pekerjaan
IRT
Wiraswasta
PNS
60
2
1
95,2
3,2
1,6
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa mayoritas responden berusia 19-35
tahun berjumlah 50 orang ( 79,4%), pendidikan SMA berjumlah 25 orang (39,7%)
dan pekerjaan IRT berjumlah 60 orang (95,2%) dan mempunyai anak yang
mayoritas berusia 12-24 bulan berjumlah 38 anak (60,3%)..
37. 27
5.1.2 Hubungan Usia Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi
Tabel 5.2 Hubungan Usia Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi
Usia
Pemberian
MP-ASI
Status Gizi Anak
Total
Nilai p rBaik Kurang Buruk
f % f % f % f %
Tepat
(6 bulan)
43 68,3 1 1,6 0 0 44 69,8
0,000 0,493Tidak tepat
(< 6 bulan)
10 15,9 8 12,7 1 1,6 19 30,2
Total 53 84,1 9 14,3 1 1,6 63 100
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 84,1% yang mempunyai
status gizi baik, sebanyak 68,3% anak yang usia pemberian MP-ASInya dengan
tepat, sedangkan dari 14,3% anak yang status gizi kurang sebanyak 12,7% anak
yang usia pemberian MP-ASInya tidak tepat. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0,000 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara usia
pertama pemberian MP-ASI dengan status gizi anak, dari hasil uji r = 0,493 dapat
disimpulkan bahwa mempunyai keeratan hubungan kategori sedang.
5.1.3 Hubungan Tekstur MP-ASI dengan Status Gizi
Tabel 5.3 Hubungan Tekstur Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi
Tekstur
MP-ASI
Status Gizi Anak
Total
Nilai p rBaik Kurang Buruk
f % f % f % f %
Sesuai 42 66,7 6 9,5 0 0 48 76,2
0,172 0,242Tidak sesuai 11 17,5 3 4,8 1 1,6 15 23,8
Total 53 84,1 9 14,3 1 1,6 63 100
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 84,1% yang mempunyai
status gizi baik, sebanyak 66,3%anakyang tekstur MP-ASInya sesuai, sedangkan
dari 14,3% anak yang status gizi kurang sebanyak 9,5% anak yang tekstur MP-
ASInya sesuai. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,172 yang
berartitidak ada hubungan yang signifikan antara tekstur MP-ASI dengan status gizi
anak.
38. 28
5.1.4 Hubungan Frekuensi Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi
Tabel 5.4 Hubungan Frekuensi Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi
Frekuensi
Pemberian
MP-ASI
Status Gizi Anak
Total
Nilai p rBaik Kurang Buruk
f % f % f % f %
Sesuai 44 69,8 3 4,8 0 0 47 74,6
0,002 0,414Tidak sesuai 9 14,3 6 9,5 1 1,6 18 25,4
Total 53 84,1 9 14,3 1 1,6 63 100
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 84,1% yang mempunyai
status gizi baik, sebanyak 69,8%anak yang frekuensi pemberian MP-ASInya
sesuai, sedangkan dari 14,3% anak yang status gizi kurang sebanyak 9,5% anak
yang frekuensi pemberian MP-ASInya tidak sesuai. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0,002 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara frekuensi
pemberian MP-ASI dengan status gizi anak, dari hasil uji r = 0,414 dapat
disimpulkan bahwa mempunyai keeratan hubungan kategori sedang.
5.1.5 Hubungan Jenis MP-ASI dengan Status Gizi
Tabel 5.5 Hubungan Jenis MP-ASI dengan Status Gizi
Jenis
MP-ASI
Status Gizi Anak
Total
Nilai p rBaik Kurang Buruk
f % f % f % f %
Buatan
Sendiri
42 66,7 5 7,9 0 0 47 74,6
0,082 0,278
Pabrik 11 17,5 4 6,3 1 1,6 16 25,4
Total 53 84,1 9 14,3 1 1,6 63 100
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 84,1% anakyang
mempunyai anak yang status gizi kurang sebanyak 7,9% anak yang jenis MP-
ASInya buatan sendiri. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,082 yang
berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis MP-ASI dengan status gizi
anak.
39. 29
5.2. Pembahasan
5.2.1 Hubungan Usia Pemberian MP-ASI dengan status gizi
Berdasarkan hasil uji statistik Chi square dengan uji alternatif
fisherdidapatkan nilai p=0,000 < α =0,05. Hasil penelitian menunjukkan sebagian
besar dari 53 anak dengan status gizi baik sebanyak 43 anak yang tepat usia dalam
pemberian pertama MP-ASI, sedangkan dari 9 anak dengan status gizi kurang 8
anakyang tidak tepat dalam usia pemberian pertama MP-ASI, serta 1 anak dengan
gizi buruk juga tidak tepat usia pemberian pertama MP-ASI. Hal ini menunjukkan
adanya hubungan usia pemberian MP-ASI dengan status gizi pada anak. Anak
yang diberikan MP ASI saat usia ≥ 6 bulan mempunyai status gizi yang lebih baik
dibandingkan dengan anak yang diberikan MP-ASI dini, hal ini karena anak yang
berusia ≥ 6 bulan sistem pencernaannya relatif sudah siap mencerna makanan
selain ASI. Beberapa perilaku yang sering muncul dikarenakan ketidaktahuan
tentang cara pemberian makanan anak serta adanya kebiasaan yang merugikan
kesehatan secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya
masalah kurang gizi pada anak (Sulistyoningsih, 2012).
MP-ASI diberikan karena kebutuhan anak akan nutrisi untuk pertumbuhan
tidak dapat dipenuhi lagi hanya dengan pemberian ASI, tetapi apabila diberikan
secara dini maka dapat berakibat mengalami diare atau konstipasi, hal ini karena
kemampuan pencernaan anak yang belum menerima makanan tambahan selain ASI
(Mufida, dkk, 2015).
Hasil penelitian Kasumayanti dan Elina (2018) dengan jumlah sampel 39
anak sebagian besar anak dberikan MP-ASI dini yaitu sebanyak 21 (53,8) anak dari
hasil uji statistik chi square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
pemberian MP-ASI dini dengan kejadian diare pada anak 0-6 bulan dengan
p=0,002. Hasil ini sejalan dengan penelitian Lestari dkk (2014), status gizi kurang
pada anak usia 1-3 tahun lebih banyak terjadi pada anak yang diberikan MP-ASI
secara dini (33%).
Menurut WHO (2006), faktor yang dapat mempengaruhi status gizi tidak
hanya dilihat dari usia pemberian MP-ASI melainkan harus terdapat bahan
makanan yang ada, memperhatikan jumlah, frekuensi, responif, hygiene,
konsistensi dan menggunakan berbagai makanan untuk menunjang kebutuhan gizi
anak tumbuh dengan tetap menyusui. Menurut DepKes RI (2006), menjelaskan
40. 30
bahwa tekstur, frekuensi dan porsi dalam pemberian MP-ASI harus disesuaikan
dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak usia 6-24 bulan.
Menurut Abeshu, dkk (2016) usia yang tepat untuk menerima MP-ASI
adalah antara 6-23 bulan, dimana pada usia tersebut anak sudah mencapai tahap
perkembangan umum (mengunyah, menelan, pencernaan dan sekresi) yang
memungkinkan anak sudah dapat diberi makanan selain ASI. Hasil penelitian
Ciptaningtyas (2012), menunjukkan adanya hubungan antara usia awal pemberian
MP-ASI dengan status gizi anak usia 4-24 bulan dengan nilai p=0,044.
Menurut Widdyawati, dkk, (2016) menyatakan bahwa apabila usia pertama
pemberian MP-ASI tidak tepat dapat meningkatkan faktor resiko gizi kurus 1,2 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan usia pertama pemberian MP-ASI yang tepat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Septiani (2014), dengan analisis mutivariat
menunjukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap status gizi adalah
anak yang diberi MP-ASI < 6 bulan dengan peluang status gizi tidak normal
16,694 kali dibandingkan pemberian MP-ASI > 6 bulan setelah di kontrol oleh
variabel pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan.
5.2.2 Hubungan Tekstur MP-ASI dengan Status Gizi
Berdasarkan hasil uji statistik Chi square dengan uji alternatif fisher
didapatkan nilai p=0,172 > α =0,05. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
tekstur pemberian MP-ASI dengan status gizi pada anak, hal ini karena dari data
yang didapat jumlah anak yang berusia > 12 tahun lebih banyak dibandingkan
dengan anak yang berusia < 12 tahun, sehingga MP-ASI yang diberikan responden
ke anaknya sudah bertekstur padatkarena diusia anak dengan > 12 bulan sudah sama
dengan makanan dewasa.
Pada usia 12 bulan anak sudah dapat mengkonsumsi makanan pada atau
makanan keluarga, meskipun masih ada yang di berikan makanan semi padat
(Brown, dkk, 2002). Menurut WHO (2006) MP-ASI anak usia 6 bulan berupa bubur
kental sebagai tahap pengenalan awal, selanjutnya dari usia 9-12 bulan diberikan
makanan keluarga yang dicincangatau dilumatkan dan diusia 12-24 bulan diberikan
makanan keluarga.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Gulo dan Nurmiyati (2015),
didapatkan konsistensi atau tekstur MP-ASI tidak mempunyai hubungan yang
bermakna dengan status gizi usia 6-24 bulan, hal ini karena pemberian MP-ASI
41. 31
dihaluskan dan dilumatkan terlebih dahulu dan untuk makanan yang dilumatkan dan
dihaluskan tidak akan mengurangi nilai gizi yang terkandung didalam makanan.
Senada dengan hasil penelitian Sakti, dkk (2013) juga menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pemberian MP-ASI berdasarkan konsistensinya
dengan status gizi anak usia 6-23 bulan berdasarkan kategori BB/U.
Penelitian ini bertentangan dengan penelitian Pibriyanti dan Atmojo (2017)
yang menyatakan bahwa hasil uji statistik dengn menggunakan chi square
didapatkan nilai p=0,005 yang berarti ada hubungan antara tekstur MP-ASI dengan
status gizi anak usia 6-12 bulan.
Tekstur MP-ASI yang padat atau keras dapat memicu kerja ginjal dan
pencernaan terlalu ekstra apabila tidak sesuai dengan tahapan usia dalam
pemberiannya karena dalam pemberian MP-ASI anak perlu proses belajar
mengulum, mengunyah dan menelan serta mengenal berbagai jenis makanan bukan
hanya sekedar menaikkan berat badan.Menurut Sitompul (2014), tahapan awal MP-
ASI yang diberikan berupa makanan semi cair secara bertahap berikan makanan
mengental/lunak, lalu bertahap kasar hingga pada usia 1 tahun dapat makanan-
makanan keluarga.
5.2.3 Hubungan Frekuensi Pemberian dengan Status Gizi
Berdasarkan hasil uji statistik Chi square dengan uji alternatif fisher
didapatkan nilai p=0,002 < α =0,05. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar dari
53 anak dengan status gizi baik sebanyak 44 anak yang tepat dalam frekuensi
pemberian MP-ASI, sedangkan dari 9 anak dengan status gizi kurang 6 anak yang
tidak tepat dalam frekuensi pemberian MP-ASI, serta 1 anak dengan gizi buruk juga
tidak tepat frekuensi pemberian MP-ASI. Hal ini menunjukkan adanya hubungan
frekuensi pemberian MP-ASI dengan status gizi pada anak. Anak yang frekuensi
pemberian MPASInyayang sesuai usianya mempunyai status gizi yang lebih baik
dibandingkan dengananak yang frekuensi pemberian MP-ASI tidak sesuai dengan
usianya.
Frekuensi MP-ASI dalam sehari tergantung seberapa banyak energi dari
kebutuhan anak, WHO merekomendasikan anak berusia 6-8 bulan membutuhkan 2-
3 kali makan/hari, sementara usia 9-24 membutuhkan 3-4 kali/hari dengan 1-2 kali
camilan tambahan (WHO, 2010).
42. 32
Menurut Oktavia, dkk (2017), pemberian MP-ASI harus memperhatikan
kuantitas dan kualitas pada setiap tahapan, apabila frekuensi pemberiannya tidak
sesuai dengan persyaratan kesehatan yang sudah ditetapkan ,maka dapat berakibat
malnutrisi dan akibat lainnya gizi lebih.
Penelitian Widdyawati, dkk, (2016), menyatakan bahwa frekuensi yang tidak
sesuai dapat meningkatkan resiko kejadian gizi kurus 2,4 sampai 18,2 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan frekuensi pemberian MP-ASI yang sesuai. Dari uji chi
square diperoleh p value 0,0001 menunjukkan bahwa hubungan frekuensi
pemberianMP-ASI memberikan hubungan yang bermakna dengan kejadian gizi
kurus.
Penelitian Wilujeng, dkk, (2017) menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara frekuensi pemberian MP-ASI dengan berat badan anak usia 6-24
bulan dengan uji statistik p = 0,000. Dan penelitian Agustina dan Listiowati (2012),
menyatakan bahwa ada hubungan frekuensi pemberian MP-ASI dengan peningkatan
berat badan anak usia dibwah 2 tahun, yang menunjukkan bahwa semakin sering
pemberian MP-ASI sesuai dengan kebutuhan anak akan meningkatkan berat badan
sesuai dengan kondisi dan umur anak.
5.2.4 Hubungan Jenis MP-ASI dengan Status Gizi
Berdasarkan hasil uji statistik Chi square dengan uji alternatif fisher
didapatkan nilai p=0,082 > α =0,05. Hasil penelitian didapatkan dari 53 status gizi
anak yang baik 42 anak jenis MP-ASI nya buatan sendiri, dari 9 status gizi anak
yang kurang 5 anak yang jenis MP-ASInya buatan sendiri, sehingga menunjukkan
tidak adanya hubungan jenis MP-ASI dengan status gizi pada anak. Peneliti
berasumsi tidak adanya hubungan yang signifikan dikarenakan sebagian besar 95,2
% pekerjaan ibu adalah IRT, sehingga memiliki waktu dalam membuat dan
mensajikan makanan untuk anaknya. Penelitian Septiani (2014), menyatakan bahwa
ibu yang bertatus tidak bekerja dengan sebesar 70,1% berkemungkinan mempunyai
waktu yang banyak untuk dapat mengurus atau merawat anaknya terutama dalam
pemenuhan zat gizi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Lestari, dkk (2014), dari uji statistik
chi square tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis MP-ASI dengan
status gizi (indeks BB/TB) anak usia 1-3 tahun dengan nilai p=0,456. Menurut
Septikassari (2018), jenis MP-ASI instan dapat diberikan dengan memperhatikan
43. 33
kandungan gizi dan cara penyajian yang tercantum dalam kemasan. Senada dengan
penelitian Vita (2003), ibu yang memberikan bubur beras kepada anak sebagai MP-
ASI masih ditemukan anak dengan status gizi kurang baik. Hal ini dikarenakan
kualitas MP-ASI yang diberikan masih kurang memadai. Hasil penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis makanan
terhadap status gizi anak.
Jenis MP-ASI yang dibuat sendiri harus memperhatikan kandungan
makananannya misalnya mengandung karbohidrat, kacang-kacangan, protein
hewani, sayuran dan buah-buahan serta lemak (Septikassari, 2018). Hasil penelitian
Lestari (2014), didapatkan tidak ada hubungan bermakna antara jenis MP-ASI
dengan status gizi anak dengan p=0,456, hal ini menunjukkan antara MP-ASI pabrik
dan MP-ASI home made atau buatan sendiri memiliki manfaat yang sama selama
diberikan dalam jumlah yang cukup dan bermutu.
Menurut Utami, dkk, (2018), tingkat kesehatan yang terbaik adalah
kesehatan gizi yang tergantung dari tingkat konsumsinya, sehingga dapat
disimpulkan bahwa apabila asupan makanan yang dikonsumsi kurang tepat dapat
memicu terjadinya gizi kurang tetapi jika makanan yang dikonsumsi tubuh berlebih
maka dapat memicu terjadinay gizi lebih.
Penelitian ini tidak sejalan dengan Penelitian Utami,dkk (2018), Menyatakan
bahwa dari hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara jenis MP-ASI
dengan status gizi anak usia 6-12 bulan dengan p=0,022 , yang didapatkan 33,3%
jenis MP-ASI pabrikan berstatus gizi kurang dibandingkan dengan jenis MP-ASI
lokal 11,8 %.
44. 34
BAB 6
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
6.1 Seminar Hasil Penelitian
Peneliti berencana setelah menyelesaikan laporan penelitian ini akan melakukan seminar
internal pada semester genap tahun ajaran 2019/2020
6.2 Publikasi Penelitian
Hasil penelitian ini rencananya akan dipublikasikan di Jurnal Kesehatan Saelmakers
PERDANA.
https://mail.google.com/mail/u/1/#sent/KtbxLzGHjXLcPCWLBzWwczXhNVmlKNFRgB
45. BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Adanya hubungan antara usia pemberian MP-ASI dengan status gizi anak usia 6-24
bulan dengan nilai p=0,000 dengan keeratan hubungan kategori sedang (r=0,493).
2. Tidak adanya hubungan antara tekstur MP-ASI dengan status gizi anak usia 6-24
bulan dengan nilai p=0,172.
3. Adanya hubungan frekuensi pemberian MP-ASI dengan status gizi dengan nilai
p=0,002 dengan keeratan hubungan kategori sedang (r=0,414).
4. Tidak adanya hubungan jenis MP-ASI dengan status gizi anak usia 6-24 bulan
dengan nilai p=0,082.
Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua variabel
yang memiliki hubungan yaitu usia pemberian MP-ASI dan frekuensi pemberian MP-
ASI dengan status gizi anak usia 6-24 bulan dengan keeretan hubungan kategori
sedang di wilayah Puskemas 11 Ilir Palembang dengan keeratan hubungan sedang.
7.2 Keterbatasan Penelitian
1. Responden tergesa-gesa saat mengisi kuesioner
2. Responden sedikit kesulitan dalam mengisi kuesioner (misalnya tidak bisa membaca,
menulis dan sedang menggendong anaknya)
3. Ada beberapa responden yang lupa mengenai riwayat pemberian MP-ASI anaknya
46. 7.3 Saran
1. Bagi petugas kesehatan di Puskemas 11 Ilir Palembang hendaknya dapat
mempertahankan dan meningkatkan kegiatan seperti penyuluhan agar informasi
pentingnya pemberian MP-ASI dapat tersampaikan kepada masyarakat.
2. Bagi peneliti hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi pemberian MP-ASI dengan status gizi pada anak usia 6-24
bulan.
3. Bagi masyarakat hendaknya lebih memperhatikan dan dapat ikut berpartisipasi pada
kegiatan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan di wilayah setempat mengenai
pentinganya MP-ASI terhadap status gizi anak.
47. DAFTAR PUSTAKA
Abeshu, M.A., Adish, A., Haki, G.D., Lellisa, A., Geleta, B.2016. Assessment of Caregiver’s
Knowledge, Complementary Feeding Practices, and Adequacy of Nutrient Intake From
Homemade Foods For Children of 6-23 Months in Food Insecure Woredar of Wolayita
Zone, Ethiopia:Original Research:doi:10.3389/fnut.2016.00032.
Afriyani, R., Malahayati, N., Hartati. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Wasting Pada Balita Usia 1-5 Tahun Di Puskesmas Talang Betutu Kota Palembang.
Jurnal Kesehatan: Vol 7, No 1.
Agustina, SW, Listiowati, E.2012.Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun.Artikel
penelitian mutara medika vol 12 no 2.
Aning, I. P., Kristianto, Y. 2017. Menu Sehat ddan Antialergi MPASI.Surabaya:Genta Group
Production.
Brown, K.H, Dewey, K., Allen, L.2002.Breastfeeding and Complimentary Feeding,
Complimentary of Young Chilrdren in Developing Countries: A review of Curent
Scientific Knowledge.Geneva:WHO
Ciptaningtyas, Ratri. 2012. Evaluation on Failure Weight Gain among Toddlers of Low
Economy Family After Complimentary Biscuits Feeding. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, Vol. 7, No. 5.
Dahlan, SM.2017.Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan:Deskriptif, Bivariat dan
Multivariat Dilengkapi Aplikasi Menggunakan SPSS.Jakarta:Epidemiologi Indonesia.
DepKesRI. 2006. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI). Jakarta : Direktorat Gizi
Masyarakat.
Dinkes Kota Palembang. 2018. Profil Kesehatan Kota Palembang.Palembang: Dinkes Kota
Palembang.
Dinkes Provinsi Sumatera Selatan, 2019.Rencana Kerja Tahunan Dekonsentralisasi Dinas
Kesehatan 2019.Palembang: Dinkes Provinsi Sumatera Selatan
Gulo, M.J. dan Nurmiyati, T..2015.Hubungan Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Bayi
usia 6-24 Bulan di Puskesmas Curug Kabupaten Tanggerang.Jurnal Bina Cendikia
Keidanan:Vol 1 No.1.
Juliandi A., Irfan., dan Manurung S. 2014. Metodologi penelitian bisnis. Medan: UMSU
Press, pp: 65-66.
Kasumayanti, E., Elina, Y.2018. Hubungan Pemberian MP-ASI dengan Kejadian Diare Pada
Bayi 0-6 Bulan Di Desa Marsawa Wilayah kerja UPTD Sentajo Kecamatan Sentajo
48. Raya Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2016.Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini:Vol
1, No.2
Kolm, A., Hitthaler, A., Ruso, P., Hold, E. 2016. Determinants Of Complementary Feeding
Behaviour.Part 1: Review of European Literature. Ernahrungs Umschau 63 (06):120-
125
Kemenkes RI. 2011. Sandar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Kemenkes RI. 2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
Lestari, M., U., Lubis, G., Pertiwi, D. 2014. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) dengan Status Gizi Usia 1-3 Tahun di Kota Padang Tahun 2012. Jurnal
Kesehatan Andalas:3 (2).Hal: 188-190
Maryam, S. 2016. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi.Jakarta:Salemba Medika
Mufida, L., Widyaningsih, T. D., Maligan, J.M. 2015. Prinsip Dasar Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MP-ASI) Untuk Bayi 6-24 Bulan:Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan
Agroindustri Vol. 3 No 4:p 1646-1651
Mukhopadhyay, D.K, Sinhababu, A., Saren A.B., Biswas, A.B.2013..Association of Child
Feeding Practices with Nutritional Status of Under-two Slum Dwelling Children: A
Community-based Study from West Bengal India. Indian Journal of Public Health :
2013. [on line], Volume 57 (3):169-72
Oktavia, S., Widajanti, L., Aruben, R. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Gizi Buruk Pada Balita Di Kota Smearang Tahun 2017.Jurnal kesehatan
Masyarakat Vol.5 No.3.ISSN:2356-3346
Pancarani, L.M., Pramono, D., Nugraheni, A. 2017. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu
Pada Informasi MP-ASI di Buku KIA dengan Pemberian MP-ASI Balita Usis 6-24
Bulan Di Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara.Jurnal Kedokteran Diponegoro Vol.
6 No. 2.Hal 716-727
Paramashanti, B. A. 2019. Gizi Bagi Ibu dan Anak Untuk Mahasiswa Kesehatan dan
Kalangan Umum.Yogyakarta:PT Pustaka Baru
Pratiwi, W., M., Taufiqa, Z. 2017. Diary Pintar Bunda menyusui dan MP-ASI. Jakarta:PT
Elex Media Komputindo.
Puskesmas 11 Ilir Kota Palembang.2019.Rekapan Data Puskesmas 11 Ilir Kota Palembang
2019.Palembang
49. Putri, R., F., Sulastri, D., Lestari, Y. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status
Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Naggalo Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas:4 (1).
Pibriyanti, K, Atmojo, D.2017.Hubungan Tekstur Makanan Pendamping ASI dengan Status
Gizi Bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Trucuk 1 Kecamatan Trucuk Kabupaten
Klaten.Jurnal Gizi dan Kesehatan:Vol, No 22.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar.Jakarta:Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Sakti, RE, Hadja, V., Rochimiwati, SN.2013.Hubungan Pola Pemberian MP-ASI dengan
Status Gizi Anak Usia 6-23 Bulan di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota Makassar
Tahun 2013.
Sebataraja L.R., Oenzeil, F., Asterina. 2014. Hubungan Status Gizi dengan Status Sosial
Ekonomi Keluarga Murid Sekolah Dasar di Daerah Pusat dan Pinggiran Kota Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas 3 (2):182-187.
Septikassari, M. 2018. Status Gizi Anak dan Faktor Yang Mempengaruhi.Yogyakarta:UNY
Press
Septiani, W. 2014. HubunganPemberian Makanan Pendamping ASI Dini dengan Status Gizi
Bayi 0-11 Bulan di Puskesmas Bangko Rokan Hilir.Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol.
2, No. 4.
Sitompul, E.M. 2014. Buku Pintar MPASI:Bayi 6 bulan sampai dengan 1
tahun.Jakarta:Lembar Langit Indonesia
Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-
Kualitatif.Yogyakarta:Graha Ilmu.
Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.Yogyakarta:Graha Ilmu.
Utami, H.M., Suyatno, Nugraheni, S.A.2018.Hubungan Konsumsi Jenis MP-ASI dan Faktor
Lain dengan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan .Jurnal Kesehatan Masyarakat:vol.6 no 1
Vita, K, Abbas, B. 2003. Studi Dampak Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI) Terhadap Tingkat Pertumbuhan Anak Umur 5 Bulan. Pust Penelitian dan
Pengembangan Gizi dan Makanan, 26 (1), hal. 1-10.
Widdyawati, Febry, F., Destriatania, S. 2016. Analisis Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi
Pada Anak Usia 12-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lebung Batu Empat
Lawang.Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 7 (2):Hal 139-149.
Wilujeng, C.S., Sariati, Y., Pratiwi, R. 2017. Faktor yang mempengaruhi Pemberian
Makanan Pendamping ASI Terhadap Berat Badan Anak Usia 6-24 Bulan di Puskesmas
Cluwak Kabupaten Pati. Majalah Kesehatan Vol 4 No.2: Hal 88-95
50. WHO.2006.Infant and Young Child Feeding Counselling : An Integrated
Course.Switzerland:WHO
WHO.2010.Child Growth Standards and The Identification Of Severe Acute Malnutrition in
Infants and Children.World Health Organization
51. Lampiran 1. Biaya Peneliti
No Nama anggaran Biaya yang disusulkan (Rp)
1 Tempat Penelitian (Puksesmas 11 Ilir)
63 sampel = @ Rp.15.000
RP.950.000,-
2 Bahan habis pakai dan peralatan:
• ATK
Kertas A4 = Rp. 36.000
Tinta warna = Rp. 160.000
Tinta hitam = Rp 80.000
• Proposal
Fotocopy Proposal = Rp. 21.600
Fotocopy kuesioner= Rp. 48.000
Jilid = Rp.9500
Materai = Rp.13 000
• Laporan
Fotocopy laporan = Rp. 24.800
Jilid = Rp. 7.000
Materai = Rp. 19.500
Rp. 419.400
3 Souvenir Responden 80 x @Rp.20.000
(peralatan makan anak)
Rp. 1.600.000,-
4 Perjalanan
• Survey
• Pengampilan sampling
Rp.225.000,-
5 Biaya Publikasi Rp. 400.000,-
Jumlah Rp. 3.594.400,-
52. Lampiran 2. Pernyataan Kesediaan dan Kuesioner Penelitian
PENELITIAN
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)
DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama ibu : _____________________________________________
Umur ibu : _____________________________________________
Alamat : _____________________________________________
No telepon : _____________________________________________
Menerangkan bahwa :
Nama bayi : _____________________________________________
TTL bayi/ umur bayi : _____________________________________________
Bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden penelitian dengan judul “Hubungan
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan Status Gizi Pada Anak Usia 6-24
bulan di Puskesmas 11 Ilir Kota Palembang”.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari siapa
pun.
Palembang, ………………………...
Responden
(____________________)
53. KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)
DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN
No Urut Responden :
Tanggal :
PETUNJUK PENGISIAN
a. Tulislah identitas ibu dan bayi pada tempat yang disediakan
b. Bacalah setiap pernyataan di dalam kolom dengan teliti agar anda lebih paham
c. Berikanlah tanda centang (√) pada kolom “Ya” jika pernyataan anda anggap benar
atau kolom “Tidak” jika pernyataan anda anggap salah
I. IDENTITAS RESPONDEN
Identitas Ibu
1. Nama : _______________________________________
2. Umur : _______________________________________
3. Pendidikan : (lingkari salah satu)
a. Tidak Sekolah/ Tidak Tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Perguruan Tinggi : D1/ D3/ S1/ S2
4. Pekerjaan : (lingkari salah satu)
a. Ibu RumahTangga
b. Petani
c. Buruh
d. Pedagang/ Wiraswasta
e. PNS
5. Alamat Rumah : _______________________________________
54. Identitas Anak
1. Nama : _______________________________________
2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
3. Tanggal Lahir : _______________________________________
4. Umur : _________bulan
5. Anakke- : _________
55. II. PERNYATAAN TENTANG PEMBERIAN MP-ASI
Berilah tanda centang (√) pada pernyataan dibawah ini yang ibu anggap sesuai
No Pernyataan Ya Tidak
1 Ibu mulai memberikan MP-ASI kepada anak mulai usia <6 bulan
2 Ibu memberikan MP-ASI saat anak memasuki usia ≥6 bulan
3 Pada usia anak 6-9 bulan, ibu memberikan makanan selingan
4
Bubur dan biskuit bukan jenis makanan yang baik untuk
dikonsumsi anak saat berusia <6 bulan
5 Ibu memberikan makanan instan (buatan pabrik) kepada anak
6
Ibu memasak makanan sendiri di rumah untuk anak dari bahan-
bahan yang terjangkau dan bergizi
7
Ibu memperkenalkan aneka jenis makanan yang mengandung
protein (seperti : daging, ikan, telur, tempe, tahu)
8
Makanan instan (buatan pabrik) lebih bergizi dibandingkan
makanan yang dibuat sendiri di rumah
9
Pemberian MP-ASI pada usia 6-9 bulan diberikan makanan
lumat
10
Pemberian MP-ASI pada usia 9-12 bulan diberikan makanan
lunak
11
Pemberian MP-ASI pada usia >12 bulan diberikan makanan
padat
12
Pada usia 6-9 bulan, anak diberi makanan utama (seperti bubur
saring/ bubur susu, lauk pauk) dengan frekuensi 2-3 kali/hari
13
Pada usia 9-12 bulan, anak diberikan makanan utama (seperti
bubur nasi lunak, lauk pauk) dengan frekuensi 3-4 kali/hari
14
Pada usia 12 bulan, anak diberikan makanan utama yang lebih
padat dengan frekuensi 3-4 kali/hari
15 Makanan keluarga harus saya berikan pada usia bayi <12 bulan
III. Status Gizi Bayi
BB sekarang : ____________
Umur sekarang : ____________
Keterangan : (diisi oleh peneliti)
( ) Gizi Baik ( ) Gizi Buruk
( ) Gizi Kurang ( ) Gizi Lebih
59. Lampiran 3. Biodata Ketua Dan Anggota
Biodata Ketua/Anggota
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ayu Nina Mirania, SST., M.Bmd
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Dosen
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 247.2017.0
5 NIDN 0205029101
6 Tempat, Tanggal Lahir Palembang, 05 Februari 1991
7 E-mail mirania@ukmc.ac.id
8 Nomor Telepon/HP 085279654127
9 Alamat kantor Jln. Kol H. Burlian Lr. Suka Senang Km 7
Palembang
10 Nomor telepon /Faks 0711-412806
11 Lulusan yang telah dihasilkan
12 Nomor telepon /Faks
13 Mata Kuliah yang diampu Kebidanan
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Perguruan Tinggi STIKES Mitra Adiguna
Palembang
Universitas Sriwijaya -
Bidang Ilmu DIV Pendidik Biomedik -
Tahun masuk-lulus 2012-2013 2014-2016 -
Judul
Skripsi/Tesis
/Disertasi
Gambaran Pengetahuan dan
Sikap Remaja Putri tentang
Perilaku SADARI di MAN
Baturaja Tahun 2013
Perubahan Berat dan
Histologi Epididimis Tikus
Putih Jantan (Rattus
norvegicus) Akibat Fraksi
daun Jambu Biji Merah
(Psidium guajava L.)
-
Nama
Pembimbing/Promotor
Nesi Novita, S.SiT., M.Kes 1.Prof. Dr. H. MT.
Kamaluddin, Sp.FK, M.Sc
2.dr. Triwani, M.Si
-
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir
(Bukan skripsi, thesis, maupun disertasi)
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah (Rp)
1
2
3
4
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun terakhir
No Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
Sumber Jumlah (Rp)
1 2017 Penyuluhan: Kesehatan Reproduksi
remaja
Institusi 3.000.000,-
2 2018 Penyuluhan:tanda bahaya kehamilan
dan Deteksi dini komplikasi
kehamilan
Institusi dan
Mandiri
4.000.000,-
3
60. E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 tahun terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun
1 Pengaruh Pemberian Fraksi
Daun Jambu Biji Merah
(Psidium gujava L.) Terhadap
Tebal Epitel Epididimis Tikus
putih Jantan (Rattus
norvegicus)
Jurnal Kesehatan Kementrian
Kesehatan Tanjung Karang
Vol.10/No.2/Tahun 2019
2
3
F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 tahun terakhir
No. Nama Pertemuan
Ilmiah/Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1
G. Karya Buku dalam 5 tahun terakhir
No. Judul Buku Tahun Jumlah
Halaman
Penerbit
1 - - - -
H. Perolehan HKI Dalam 5-10 tahun terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 - - - -
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 tahun
terakhir
No. Judul/Tema Rekayasa Sosial Lainnya
yang telah diterapkan
Tahun Tempat
Penerapan
Respon Masyarakat
1 - - - -
J. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1
2 - - -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.Demikian biodata
ini dibuat dengan sebenarnya.
Palembang, 10 Mei 2020
Ketua,
Ayu Nina Mirania, SST., M.Bmd
61. Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Stephanie Lexy Louis, SST., M.Biomed
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Dosen
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 103.2009.1
5 NIDN 0229018905
6 Tempat, Tanggal Lahir Palembang, 29 Januari 1989
7 E-mail Stephanie.lexy@ukmc.ac.id
8 Nomor Telepon/HP 082178906696
9 Alamat kantor Jln. Kol H. Burlian Lr. Suka Senang Km 7
Palembang
10 Nomor telepon /Faks 0711-412806
11 Lulusan yang telah dihasilkan
12 Nomor telepon /Faks
13 Mata Kuliah yang diampu Kebidanan
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Respati Yogyakarta Universitas Sriwijaya
Bidang Ilmu DIV Pendidik Biomedik
Tahun masuk-lulus 2011-2012 2016-2018
Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi
Hubungan Dukungan Suami
dengan Ketidaknyamanan Ibu
Selama Kehamilan Trimester I
Di LPTP KIA Bapelkes
Godean Kabupaten Sleman
Yogyakarta
Pengaruh Pemberian Fraksi
Daun Kemangi (ocimum
americanum L.) terhadap
Berat, Diameter, Tebal
Epitel Epididimis, Motilitas,
dan Viabilitas Spermatozoa
Tikus Putih Jantan (Rattus
norvegicus)
Nama
Pembimbing/Promotor
1. dr. Andaru Dahesihdewi,
Sp. PK (K)
2. Sri Wulandari, S.SiT
1. Dr. Salni, M.Si
2. Sri Nita, S.Si., M.Si
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir
(Bukan skripsi, thesis, maupun disertasi)
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah (Rp)
1
2
3
4
K. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun terakhir
No Tahun Judul Pengabdian Kepada
Masyarakat
Pendanaan
Sumber Jumlah (Rp)
1 2018 Penyuluhan:tanda bahaya
kehamilan dan Deteksi dini
komplikasi kehamilan
Institusi dan
Mandiri
4.000.000,-
2
3
62. A. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 tahun terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/Nomor/Tahun
1 Pengaruh Pemberian Fraksi
Daun Kemangi (Ocimum
americanum L.) Terhadap
Berat, Diameter, Tebal Epitel
Epididimis, Motillitas dan
Viabilitas Spermatozoa Tikus
putih Jantan (Rattus
norvegicus)
Jurnal Kesehatan Kementrian
Kesehatan Tanjung Karang
Vol.10/No.1/Tahun 2019
2
3
B. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 tahun terakhir
No. Nama Pertemuan
Ilmiah/Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat
1
A. Karya Buku dalam 5 tahun terakhir
No. Judul Buku Tahun Jumlah
Halaman
Penerbit
1 - - - -
B. Perolehan HKI Dalam 5-10 tahun terakhir
No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID
1 - - - -
C. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 tahun
terakhir
No. Judul/Tema Rekayasa Sosial Lainnya
yang telah diterapkan
Tahun Tempat
Penerapan
Respon Masyarakat
1 - - - -
D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1
2 - - -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.Demikian biodata ini
dibuat dengan sebenarnya.
Palembang, Mei 2020
Anggota Tim
Stephanie Lexy Louis, SST., M.Bmd
63. Biodata Anggota 2 (Mahasiswa)
1 Nama Dita Peronika
2 NIM 1732005
3 Jenis Kelamin Perempuan
4 Program Studi DIII Kebidanan
5 Semester V (Lima)
6 Tempat, Tanggal Lahir Jambi, 02 Februari 2000
7 E-mail Ditavrn123@gmail.com
8 Nomor Telepon/HP 085268909969
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini
dibuat dengan sebenarnya.
Palembang, Mei 2020
Anggota Tim
Dita Peronika
64. Biodata Anggota 3 (Mahasiswa)
1 Nama Oktarinda Napitupulu
2 NIM 1732011
3 Jenis Kelamin Perempuan
4 Program Studi DIII Kebidanan
5 Semester V (Lima)
6 Tempat, Tanggal Lahir Palembang, 19 Oktober 1999
7 E-mail Oktanapitupulu01@gmai.com
8 Nomor Telepon/HP 0895370591922
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini
dibuat dengan sebenarnya.
Palembang, Mei 2020
Anggota Tim
Oktarinda Napitupulu