5. • Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri
dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis. Meningitis merupakan
inflamasi akut atau subakut dari meningen (selaput yang melapisi otak dan
sumsum tulang belakang). Meningitis adalah peradangan pada selaput
meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses
infeksi pada SSP (Suria dan Rita Yuliani, 2017)
• Meningitis adalah inflamasi lapisan sekeliling otak dan medulla spinalis yang
disebabkan oleh bakteri atau virus. Meningitis diklasifikasikan sebagai
meningitis septik atau aseptic. Bentuk aseptic mungkin merupakan dampak
primer atau sekunder dari limfoma, leukemia, atau HIV. Bentuk septik
disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus pneumoniae dan Nesseria
meningitides (brunner and suddart, 2013)
7. Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme,
bakteri; tersebut diantaranya: haemophilus influenza (tipe B),
streptoccus pneumonia, Neisseria meningitis, hemolytic
streptococcus, staphylococcus auera, e.coli
tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai
factor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,
operasi otak atau sum-sum tulang belakang.
9. Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu :duramater, arachnoid, dan piamater. Adanya
etiologi yang menginvasi selaput otak menimbukan reaksi antigen dan antibody
yang menimbulkan peradangan. Dengan adanya radang terbentuk transudat dan
eksudat yang menimbulkan odem pada selaput otak. Odem menyebabkan
sirkulasi jaringan cerebral menurun akibatnya timbul hipoksia. Adanya Hipoksia
disatu sisi menyebabkan penurunan kesadaran dan disisi lain menyebabkan
perubahan polaritas sel saraf. Penurunan kesadaran memunculkan masalah
Risiko Cedera dan perubahan polaritas sel saraf menimbulkan kejang. Odem
selapu totak selain menyebabkan sirkulasi cerebral mengalami penurunan juga
menyebabkan peningkatan TIK akibat membesarnya volume desak ruang otak.
Peningkatan TIK menyebabkan mual muntah sehingga dapat muncul masalah
Risiko Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh. Dengan adanya
peradangan juga akan memunculkan masalah Hipertermia.
11. o Nyeri kepala
o Rasa nyeri ini dapat menyebar ketengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kakukuduk
disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus,
yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi,
kesadaran menurun. Tanda Kernig &Brudzinskypositif. (AriefMansjoer : 2000)
o Panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang, nafsu makan berkurang, minum
sangat berkurang
o Konstipasi diare, biasanya disertai septicemia dan pneumonitis.
o Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab hemofilusinflenza, 25%
streptokok pneumonia, 78% olehstreptokokdan 10% oleh infeksi meningokuok.
o Gangguan kesadaran berupa apatis, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi koagulasi
intravaskularisdiseminata.
o Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan fontanela
menonjol
12. TANDA DAN GEJALA
Demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan
perubahan sensori, kejang, halusinasi terstimuli dan
teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif
atau maniak, stupor, koma kaku kuduk, opositotonus. Tanda
kernig dan brudzinski positif, reflex fisiologis hiperaktif
ptechiae atau pruritus (menunjukan adanya infeksi
meningococcal)
13. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
• Darah : Pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel darah
putih(10.000-40.000/mm3), pemeriksaan koagulasi, kultur
adanya mikroorganisme pathogen
• Urine : Albumin, sel darah merah, sel darah putih ada dalam
urine
1. Radiografi : Untuk menentukan adanya sumber infeksi
misalnya Rongen dada untuk menentukan adanya penyakit
paru seperti TBC paru, pneumonia, abses paru. Scan otak
untuk menentukan kelainan otak.
2. Pemeriksaan lumbal pungsi : untuk membandingkan
keadaan CSF normal dengan meningitis.
14. KOMPLIKASI
1. Trombosis vena cerebral, yang menyebabkan kejang, koma, atau
kelumpuhian.
2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpakan cairan diruangan subdural karena adanya
infeksi karena kuman.
3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang disebabkan
oleh penyumbatan cairan serebrospinalis
4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak.
5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah diotak.
6. Artritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infark otak karena adanya infeksi
pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan otak.
7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
pendengaran.
8. Gangguan perkembangan mental dan intelegensi karena adanya retardasi mental yang
mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak terganggu (Harsono, 2011).
15. PENATALAKSAAN
1. Pasien di isolasi
2. Pasien di istirahatkan/bedrest
3. Kontrol hipertermia dengan kompres, pemberian
antipiretik seperti parasetamol, asam salisilat
4. Kontrol kejang : Diazepam, fenobarbital
5. Kontrol peningkatan tekanan intracranial : Manitol,
kortikosteroid
6. Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan
aspirasi.
7. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
18. o Biodata klien
Meliputi nama, Umur, Jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, nomor regitrasi, status
pekawinan, agama, suku
o Riwayat kesehatan yang lalu
Keluhan utama: Biasanya pasien datang dengan keluhan utama sakit kepala, mual dan muntah,
kejang, sesak nafas, penurunan tingkat kesadaran, demam.
Riwayat kesehatan sekarang: Kesadaran pasien menurun apatis sampai dengan nilai GCS yang
berkisar antara 3 sampai dengan 9. Kondisi ini diikuti dengan peningkatan denyut jantung yang
terkesan lemah dan frekuensi > 100x/menit. Frekuensi pernapasan meningkat (30x/menit)
dengan irama kadang dangkal kadang dalam.
Riwayat kesehatan dahulu: kaji apakah pernah mengalami infeksi jalan nafas, otitis media,
anemia sel sabit, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala.
o Sirkulasi
Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia. Adanya
riwayat kardiopatologi: endokarditis dan PJK,
19. • Pernafasan
adanya riwayat infeksi sinus atau paru, peningkatan pernafasan
o Eliminasi
Terjadi inkontinensia atau retensi
o Nutrisi dan Cairan
Hilang nafsu makan, sulit menelan, anoreksia, muntah, turgor kulit dan membran mukosa
kering.
o Neurosensori
Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi,
hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, letargi, koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori,
afasia, kejang, hemiparese. tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, reflek babinski
positif,reflek abdominal menurun
o Aktivitas
Malaise, aksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
20. o Nyeri/kenyamanan
Sakit kepala yang terasa kuat, pasien gelisah.
o Higiene
Tanda Ketergantungan terhadap kebutuhan perawatan diri
o Pengkajian psikososial-spititual
Pengkajian psikologis klien meningitis meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk
memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif dan perilaku klien.
21. NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS:
-Keluarga
mengatakan pasien
sakit kepala, mual
dan muntah dan
gelisah
DO:
-Klien tampak
mengalami
penurunan
kesadaran.
-Rangsangan
meningeal kaku
kuduk positif
- Nafas Cepat
(>20x permenit)
Resiko perfusi
serebral tidak
efektif
Infeksi otak
ANALISIS DATA
22. 2 DS: Keluarga
mengatakan
anggota gerak.
pasien lemah
-Keluarga
mengatakan
aktivitas dibantu
keluarga
DO:
-aktivitas pasien
tampak dibantu
-Rentang gerak
pasien tampak
menurun
-Gerakan pasien
tampak terbatas
-Tampak kaku
sendi
-Fisik pasien
tampak lemah
Gangguan
MobIlitas fisik
Gangguan
Neuromuskular
23. 3 DS: pasien
mengatakan nyeri
di
bagian kepala
DO:
-Pasientampak
meringis -pasien
tampak
gelisah
-frekuensi nadi
meningkat
Nyeri akut Agen Pencedera
fisiologis
(inflamasi)
25. 1. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan
infeksi otak
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(inflamasi)
27. No DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN
(SLKI)
INTERVENSI
(SIKI)
1 Resiko perfusi
serebral tidak
efektif
berhubungan
dengan infeksi otak
Perfusi Serebral
Setlah dilakukan
tindakan
keperawatan 3x24
jam diharapkan
perfusi serebral
meningkat, dengan
kteria hasil:
1. Tingkat
kesadaran
meningkat
2. Sakit kepala
menurun
3. Gelisah
menurun
4. Tekanan intra
kranial membaik
Manajemen
Peningkatan
Tekanan
Intrakranial
O: monitor
tanda/gejala
peningkatan TIK
(mis. Tekanan
darah meningkat,
tekanan nadi
melebar,
bradikardi,
kesadaran
menurun)
T: sediakan
lingkungan tenang,
posisikan semoi
fowler, cegah
kejang
28. 2 Gangguan
Mobilitas Fisik
berhubungan
dengan gangguan
neuromuskular
Mobilitas Fisik
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
mobilitas fisik
meningkat.
Kriteria hasil :
1. Pergerakan
ekstremitas
meningkat
2. kekuatan otot
meningkat
3. Rentang gerak
(ROM) meningkat
Dukungan
Mobilisasi
O: monitor
kondisi umum
selama
melakukan
mobilisasi
T: fasilitasi
aktivitas
mobilisasi (pagar
tempat tidur),
fasilitasi
melakukan
pergerakan
K: anjurkan
mobilisasi dini
29. 3 Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
pencedera fisiologis
(inflamasi)
Tingkat Nyeri
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
tingkat nyeri
menurun.
Kriteria hasil
1. Keluhan nyeri
menurun
2. Gelisah
menurun
3. Frekuensi nadi
membaik
Manajemen Nyeri
O: identifikasi
skala nyeri,
identifikasi respon
nyeri non verbal
T: fasilitas istirahat
dan tidur, berikan
teknik non
farmakologis
E: jelaskan strategi
meredakan nyeri
K: kolaborasi
pemberian
Ketorolak,
ranitidin
31. Meningitis merupakan radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
Intervensi yang dapat diberikan kepada pasien dengan meningitis antara lain:
• Beri tindakan tirah baring dengan posisi kepala nyaman, kepala elevasi 30°
• monitor tanda-tanda vital
• Pantau adanya kejang
• Latihan rentang gerak aktif atau pasif dan massage otot leher
• kaji derajat imobilisasi pasien
• Pantau perubahan orientasi, kemampuan berbicara alam perasaaan, sensorik dan proses
pikir.
• Kaji status mental dan ansietasnya