SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
KEJANG DAN SPASME
PADA NEONATUS
Shinta Riana Setiawati
PENDAHULUAN
DEFINISI
Kejang neonatorum adalah perubahan tiba-tiba
dari fungsi neurologis seperti perilaku, motorik,
dan fungsi otonom sistem saraf; yang terjadi
pada bayi berumur 0 - 28 hari
2
Pendahuluan…
 Perubahan tiba-tiba tersebut terjadi akibat
loncatan listrik pada otak
 Kejang  keadaan gawat darurat 
menyebabkan hipoksia otak 
membahayakan hidup dan menimbulkan
gejala sisa di kemudian hari
3
 Kejang : tanda atau gejala dari suatu penyakit
yg mengenai SSP  dicari penyebabnya
 Penyebabnya :
 Gangguan SSP : perdarahan
 Gangguan metabolik : ensefalopati
iskemik hipoksik , hipoglikemia
 Infeksi SSP : meningitis, ensefalitis
 Hiperbilirubinemia  kernikterus
4
Pendahuluan…
 Bangkitan kejang yang terjadi saat proses
diferensiasi neuron, mielinisasi, dan
proliferasi sel glia  menyebabkan
kerusakan otak
 Efek jangka panjang akibat kejang pada
neonatus :
 Penurunan ambang kejang
 Gangguan belajar
 Gangguan daya ingat
 Gangguan perkembangan
5
 Manifestasi klinis : sangat bervariasi, sulit
dibedakan dari gerakan normal  tetap perlu
diagnosis cepat dan terapi yg tepat 
mencegah kerusakan saraf yang lebih luas
 Spasme pada tetanus neonatorum mirip
kejang  tapi perlu penanganan tersendiri
6
EPIDEMIOLOGI
 Insiden : bervariasi, dari 1,5 sampai 14 dari
1000 kelahiran
 Di AS sekitar 0,8 – 1,2 dari 1000 kelahiran
 Insiden meningkat pada bayi kurang bulan
yaitu sebesar 60:1000 kelahiran hidup
dibandingkan dgn bayi cukup bulan sebesar
3:1000 kelahiran hidup
 Angka kematian sekitar 21-58%  30% yg
hidup menderita kelainan neurologis
7
MASALAH
 Kejang pd BBL  berhubungan dg penyakit
berat  penanganan spesifik
 Perlu intervensi khusus serta bantuan nutrisi
dan respirasi
 Dapat menimbulkan jejas atau kelainan otak
 menyebabkan gejala sisa dan gangguan
perkembangan anak
8
 Kejang terus menerus  hipoksia serebral
progresif, perubahan aliran darah otak,
edema serebral, asidosis metabolik 
kerusakan sel-sel saraf
9
KEJANG HARUS DIKENALI
SEGERA DIHENTIKAN
PATOFISIOLOGI
 Mekanisme dasar terjadinya kejang  akibat
loncatan muatan listrik yg berlebihan
 Normal, tdp perbedaan muatan sebesar -70 mV
antara intra dan ekstra sel saraf (neuron) 
intrasel lebih negatif
 Na+ lebih banyak di ekstrasel dan K+ di intrasel
 dipertahankan oleh pompa Na-K ATPase
 Pompa ini memerlukan glukosa sbg sumber
energi (ATP ) dan oksigen untuk metabolisme
glukosa
10
11
Patofisiologi…
 Karena suatu sebab, Na+ masuk ke dalam sel,
K+ ke luar sel  jumlah Na+ yg masuk lebih
banyak daripada K+  muatan intra sel
menjadi lebih positif (-40 mV) 
DEPOLARISASI
 DEPOLARISASI  loncatan muatan listrik 
bangkitan kejang
12
Patofisiologi…
Penyebab depolarisasi :
1. Gangguan fungsi pompa Na-K ATP ase
akibat gangguan produksi energi  akibat
hipoksemia dan hipoglikemia
2. Eksitasi yang meningkat
3. Inhibisi yang menurun
13
NEURO
TRANSMITER
FISIOLOGI
Pada keadaan normal :
 Sinaps eksitasi berkembang mendahului
inhibisi
 Neuron kortikal dan hipokampus masih
immatur
 Inhibisi kejang oleh substansi nigra belum
berkembang
14
 Gambaran klinis bangkitan kejang
neonatorum sangat berbeda dgn anak,
disebabkan :
1. Perbedaan status neuroanatomik, fisiologis,
biokimia pada berbagai tahap perkembangan
otak
2. Sinaps aksodendrik masih kurang
3. Mielinisasi sel otak belum sempurna terutama di
kedua hemisfer
15
SULIT MENENTUKAN NEONATUS INI
SEDANG KEJANG ATAUTIDAK
ETIOLOGI
Penyebab kejang neonatorum :
1. Primer  proses intra kranial : meningitis,
cerebrospinal accident, ensefalitis,
perdarahan intrakranial, tumor
2. Sekunder  masalah sistemik atau
metabolik : iskemia hipoksik, hipokalsemia,
hipoglikemia, hiponatremia
16
ETIOLOGI
17
ETIOLOGI
1. ASFIKSIA PERINATAL
 Penyebab tersering
 Kejang terjadi dalam 24 jam pertama
 Menyebabkan ensefalopati iskemik
hipoksik  ringan, sedang, berat
 Kejang terjadi pd stadium sedang dan berat
 Bentuk kejang : subtle, multifokal, klonik,
atau fokal klonik
18
19
2. PERDARAHAN INTRAKRANIAL
 Penyebab tersering pd bayi preterm
 Perdarahan subarachnoid, periventrikuler,
intraventikuler  disebabkan hipoksia
atau trauma lahir
 Manifestasi kejang muncul pada hari I - III
20
A. Perdarahan subarachnoid
 Sobekan vena superfisial akibat partus lama
 Bayi mulanya baik  kejang pada hari I atau
II  bayi tampak sakit berat dgn tanda2
peningkatanTIK
 PX : CT scan dan pembekuan darah
21
22
Perdarahan Subarachnoid
B. Perdarahan subdural
 Robekan tentorium di dekat falks serebri
akibat molase kepala yg berlebihan 
presentasi puncak kepala, letak muka, partus
lama
 Dpt menekan batang otak : pernapasan tdk
teratur, kesadaran menurun, tangis
melengking (high pitch cry), muntah, UUB
menonjol, kejang.
 Mortalitas tinggi, gejala sisa neurologis (+)
23
24
Perdarahan epidural dan subdural
25
Perdarahan subdural
C. Perdarahan periventrikular/intraventrikular
 Gambaran klinis  tergantung beratnya
penyakit dan saat terjadinya perdarahan
 Bayi cukup bulan : riwayat trauma
intrapartum, pasca pemberian cairan
hipertonik dgn cepat
26
 Manifestasi : bervariasi  kejang fokal,
multifokal, atau umum, apnu, sianosis,
letargi, jitteriness, muntah, UUB menonjol,
high picth cry, perubahan tonus otot
 Diagnosis : pungsi lumbal, darah (Hb, Ht,
trombosit), EEG, USG kepala
27
28
Perdarahan intraventrikel
Etiologi...
3. GANGGUAN METABOLIK
a. Hipoglikemia
 Kadar GDS < 45 mg/dl
 Risiko tinggi hipoglikemi :
 Bayi kecil sesuai masa kehamilan
 Bayi besar
 Bayi dari ibu DM
29
b. Hipokalsemia/hipomagnesia
 Hipokalsemia : kadar Ca < 7,5 mg/dl
 Sering terjadi bersamaan
 Merubah potensial membran  Na+ masuk ke
dalam sel
 Pada hr I & II, terutama BBLR
 Berhubungan dgn asfiksia, prematuritas, bayi
dari ibu DM
30
c. HIPONATREMIA atau HIPERNATREMIA
 Kadar Na sangat tinggi atau rendah, atau
berubah cepat  SIADH (Syndrome of
Inappropriate Anti Diuretic Hormone) :
meningitis, perdarahan intrakranial, dll.
 Hiponatremia, terjadi karena minum air,
infus IV berlebihan, pengeluaran Na
berlebihan
 Hipernatremia, terjadi karena dehidrasi
berat, asupan Na berlebihan
31
4. INFEKSI
Terjadi 5-10% penyebab kejang BBL
Infeksi bakteri atau non bakteri
Terjadi setelah minggu I kehidupan
a. Infeksi akut
 Berhubungan dgn meningitis
 Etiologi : kuman gram (-)  grup B
Streptococcus, E. Coli, Listeria sp, Staphylococcus,
Pseudomonas
b. Infeksi kronis
 Infeksi intrauterin yg berlangsung lama :
TORCH, treponema pallidum
32
5. KERNIKTERUS/ENSEFALOPATI BILIRUBIN
 Kadar bilirubin indirek > 20 mg/dl : kerusakan
otak pada BBL
 Manifestasi klinis :
 Hipotoni, letargi, refleks menghisap lemah
 Hari ke-2 : demam, rigiditas, posisi
opistotonus
 Sindrom klinis setelah thn I
 Disfungsi ekstrapiramidal : khorea, atetosis
 Ggn gerak bola mata (90% kasus)
 Ggn pendengaran frekuensi tinggi (60% kasus)
 Retardasi mental (25 kasus)
33
AWITAN (Onset) KEJANG
NEONATUS
 12-48 jam setelah lahir
 3-13 jam setelah hiposik iskemik
 Kejang onset lanjut : meningitis, kejang
familial benigna
34
MANIFESTASI KLINIS
 Gambaran klinis kejang pd BBL sangat
berbeda dgn bayi yg lebih besar dan anak
 Kejang tonik klonik jarang  perbedaan
susunan neuroanatomik, fisiologis, dan
biokimia pd berbagai tahapan perkembangan
otak
 BBL : sinaps aksodendrit kurang, mieliniasi
kedua hemisfer belum sempurna
 Kejang fokal, sulit dikenali
35
Manifestasi klinis...
 Membran neuron di korteks BBL lebih mudah
bocor  Na masuk sel, K keluar sel 
depolarisasi
 Kadar pompa Na-K ATP lebih rendah  sel
kurang mampu memompa Na secara sempurna
 neuron relatif dlm keadaan depolarisasi
 Lobus temporal dan struktur subkortikal :
perkembangan aksodendrit dan mielinisasi lebih
maju  aktivitas epileptik lebih tinggi  klinis
kejang : menyeringai, mengunyah, menelan,
mata berkedip2 dan perubahan irama napas
36
37
Manifestasi klinis...
SUBTLE
 Bentuk kejang yg hampir tdk terlihat (subtle)
 paling sering terjadi
 Bentuk bangkitannya berupa :
1. Orofasial : deviasi mata, kedipan mata, gerakan
alis, mata berbuka dgn bola mata terfiksasi pd
satu arah, gerakan spt menghisap, mengunyah,
gerakan pd bibir
2. Ekstremitas : gerakan spt renang, mendayung,
bersepeda
3. Manifestasi pernapasan : apnu, hiperpnea
38
Manifestasi klinis...
TONIK
 BBLR usia gestasi < 34 mgg
 Perdarahan intrakranial
 Gerakan tonik 1 ekstremitas atau tonik umum
KLONIK
Infark korteks atau ggn metabolik  2 bentuk :
 Fokal :gerakan bergetar 1 atau 2 ekstremitas
unilateral, dgn atau tanpa gerakan wajah
39
Manifestasi klinis...
 Multifokal : lebih dari 1 fokus yg berpindah2
dari 1 ekstremitas ke ekstremitas lainnya
MIOKLONIK
 Cenderung pd kelompok otot fleksor  fokal,
multifokal, umum
 Bayi kurang bulan dan bayi cukup bulan saat
tidur
40
GERAKAN SERUPA KEJANG
APNU
 BBLR  derajat prematuritas
 Pusat napas dibatang otak belum sempurna
JITTERINESS
 Sering membingungkan
 Terjadi pada bayi normal yg lapar (hipoglikemia),
hipokalsemia dgn hiperiritabilitas neuromuskular
pd BBLR
 Gerakan tremor simetris, 5-6 x/detik
 Akibat sensitifitas stimulus, berhenti bila
anggota gerak ditahan
 Tdk dijumpai takikardi dan hipertensi
41
Gerakan serupa kejang...
Manifestasi klinis Jitteriness Kejang
Gerakan abnormal bola
mata
Peka thd rangsang
Bentuk gerakan dominan
Gerakan dihentikan dg fleksi
pasif
Perubahan fgs otonom
PerubahanTV dan Sat. O2
(-)
(+)
Tremor
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
Klonik
(-)
(+)
(+)
42
Perbedaan jitteriness dari kejang pada BBL
Gerakan serupa kejang...
SPASME
 Spasme pada tetanus neonatorum sangat mirip
dgn kejang
 Kontraksi otot tdk terkendali, bbrp detik 
menit
 Dipicu sentuhan, suara, atau cahaya
 Bayi tetap sadar, sering menangis kesakitan
 Trismus, bibir mencucu spt mulut ikan
 Opistotonus
 Gerakan tangan spt meninju dan mengepal
43
DIAGNOSIS
ANAMNESIS  faktor risiko :
 Riwayat kejang sebelumnya, riwayat kejang
dlm keluarga
 Riwayat kehamilan/prenatal :
 InfeksiTORCH atau lainnya
 Preeklamsi, gawat janin
 Obat gol narkotika
 Imunisasi anti tetanus, rubella
 Riwayat persalinan : jenis persalinan, trauma
persalinan, asfiksia berat, KPD, anestesi lokal
44
Diagnosis...
 Riwayat pasca natal
 Infeksi BBL
 ikterik
 Infeksi tali pusat
45
Diagnosis...
PEMERIKSAAN FISIK
 PF lengkap  pediatrik dan neurologis
secara sistematis dan berurutan
 Identifikasi manifestasi kejang yg terjadi 
melihat langsung
 KU tampak sakit, letargis
 Kesadaran tiba2 menurun, hipoventilasi,
apnu, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi
cahaya (-), kuadriplegi flaksid  curiga
perdarahan intrakranial
46
 Pantau perubahan tanda vital
 Pemeriksaan kepala : fraktur, depresi,
moulding berlebihan
 UUB tegang dan menonjol  peningkatan
TIK  curiga perdarahan subarachnoid,
subdural, meningitis
 Funduskopi : perdarahan retina 
patognomonik untuk hematoma subdural.
Khoreoretinitis  toksoplasmosis, infeksi
CMV, infeksi rubella
47
 Tali pusat : infeksi, berbau busuk , tdp bahan
tdk steril, alat pemotong tali pusat  curiga
tetanus neonatorum
48
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LAB
 Darah rutin, gds dan elektrolit, amonia,
laktat, BUN
 Analisis gas darah
 Analisis LCS
 Kultur dan uji sensitifitas kuman
 Kadar bilirubin
49
Pemeriksaan penunjang...
ELEKTRO ENSEFALOGRAFI (EEG)
Membantu diagnosis, lama terapi, dan
prognosis
PENCITRAAN
 USG kepala : curiga perdarahan intrakranial
 CT Scan : mengetahui kelainan parenkim
otak
 MRI : paling sensitif untuk mengetahui
malformasi subtle
50
TATALAKSANA
Tatalaksana penyebab, hentikan kejang, dan
penunjang
HENTI KEJANG
1. Fenobarbital
 Dosis awal: 20-40 mg/kgBB IV selama 5-10 mnt
 Dosis rumatan 3-5 mg/kgBB dibagi dlm 2 dosis
 Monitoring depresi napas danTD
2. Fenitoin
 Jika dgn fenobarbital, kejang belum teratasi
 Dosis awal: 15-20 mg/kgBB IV pelan2 dgn
kecepatan 1-2 mg/kgBB/menit. Obat diencerkan
dgn NaCl 0,9%
51
Tatalaksana...
 Dosis rumatan : 5-8 mg/kgBB/hari dibagi 2 atau 3
dosis
 Monitoring bradikardi, aritmia, hipotensi
3. Lorazepam
 Apabila tdk ada respon yg adekuat thd fenitoin
 Dosis efektif : 0,05 – 0,1 mg/kgBB IV pelan dlm
beberapa menit
 Monitoring depresi napas dan hipotensi
DIAZEPAM : kontra indikasi  menyebabkan
depresi napas pada neonatus
52
Efek samping obat antikonvulsan :
 Depresi SSP
 Hipotensi
 Bradikardi
 Depresi pernapasan : fenobarbital dan
diazepam
 Aritmia jantung : fenitoin
 Pemantauan tanda vital
53
TATALAKSANA…
54
SUPORTIF
1. Pemantauan ketat  monitoring jantung
dan respirasi
2. Pasang jalur IV  infus dekstrosa
3. Beri O2 dan bantuan respirasi, jika
diperlukan
4. Koreksi ggn metabolik
TERIMA KASIH
55

More Related Content

Similar to KEJANG NEONATUS (20)

Tugas eke AKPER PEMKAB MUNA
Tugas eke  AKPER PEMKAB MUNATugas eke  AKPER PEMKAB MUNA
Tugas eke AKPER PEMKAB MUNA
 
Japanese encep
Japanese encepJapanese encep
Japanese encep
 
Diagnosa gangguan kesadaran
Diagnosa gangguan kesadaranDiagnosa gangguan kesadaran
Diagnosa gangguan kesadaran
 
Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Epilepsi
 
38128375 epilepsi
38128375 epilepsi38128375 epilepsi
38128375 epilepsi
 
Kejang demam ppt
Kejang demam pptKejang demam ppt
Kejang demam ppt
 
Modul 4 kb 1
Modul 4 kb 1Modul 4 kb 1
Modul 4 kb 1
 
Bedah iskandar japardi46
Bedah iskandar japardi46Bedah iskandar japardi46
Bedah iskandar japardi46
 
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptxKelompok 5 Skenario 1.pptx
Kelompok 5 Skenario 1.pptx
 
askep Seizure atau epilepsi
askep Seizure atau epilepsiaskep Seizure atau epilepsi
askep Seizure atau epilepsi
 
Gadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.pptGadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.ppt
 
Lapkas anak
Lapkas anakLapkas anak
Lapkas anak
 
2. askep anak dengan meningitis
2. askep anak dengan meningitis2. askep anak dengan meningitis
2. askep anak dengan meningitis
 
Demam pada anak
Demam pada anakDemam pada anak
Demam pada anak
 
Hie referat
Hie referatHie referat
Hie referat
 
Demam pada anak
Demam pada anakDemam pada anak
Demam pada anak
 
EPILEPSI
EPILEPSIEPILEPSI
EPILEPSI
 
Demam pada anak AKPER PEMKAB MUNA
Demam pada anak AKPER PEMKAB MUNA Demam pada anak AKPER PEMKAB MUNA
Demam pada anak AKPER PEMKAB MUNA
 
3. KEJANG NEONATUS.pdf
3. KEJANG NEONATUS.pdf3. KEJANG NEONATUS.pdf
3. KEJANG NEONATUS.pdf
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 

Recently uploaded

MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 

Recently uploaded (20)

MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 

KEJANG NEONATUS

  • 1. KEJANG DAN SPASME PADA NEONATUS Shinta Riana Setiawati
  • 2. PENDAHULUAN DEFINISI Kejang neonatorum adalah perubahan tiba-tiba dari fungsi neurologis seperti perilaku, motorik, dan fungsi otonom sistem saraf; yang terjadi pada bayi berumur 0 - 28 hari 2
  • 3. Pendahuluan…  Perubahan tiba-tiba tersebut terjadi akibat loncatan listrik pada otak  Kejang  keadaan gawat darurat  menyebabkan hipoksia otak  membahayakan hidup dan menimbulkan gejala sisa di kemudian hari 3
  • 4.  Kejang : tanda atau gejala dari suatu penyakit yg mengenai SSP  dicari penyebabnya  Penyebabnya :  Gangguan SSP : perdarahan  Gangguan metabolik : ensefalopati iskemik hipoksik , hipoglikemia  Infeksi SSP : meningitis, ensefalitis  Hiperbilirubinemia  kernikterus 4 Pendahuluan…
  • 5.  Bangkitan kejang yang terjadi saat proses diferensiasi neuron, mielinisasi, dan proliferasi sel glia  menyebabkan kerusakan otak  Efek jangka panjang akibat kejang pada neonatus :  Penurunan ambang kejang  Gangguan belajar  Gangguan daya ingat  Gangguan perkembangan 5
  • 6.  Manifestasi klinis : sangat bervariasi, sulit dibedakan dari gerakan normal  tetap perlu diagnosis cepat dan terapi yg tepat  mencegah kerusakan saraf yang lebih luas  Spasme pada tetanus neonatorum mirip kejang  tapi perlu penanganan tersendiri 6
  • 7. EPIDEMIOLOGI  Insiden : bervariasi, dari 1,5 sampai 14 dari 1000 kelahiran  Di AS sekitar 0,8 – 1,2 dari 1000 kelahiran  Insiden meningkat pada bayi kurang bulan yaitu sebesar 60:1000 kelahiran hidup dibandingkan dgn bayi cukup bulan sebesar 3:1000 kelahiran hidup  Angka kematian sekitar 21-58%  30% yg hidup menderita kelainan neurologis 7
  • 8. MASALAH  Kejang pd BBL  berhubungan dg penyakit berat  penanganan spesifik  Perlu intervensi khusus serta bantuan nutrisi dan respirasi  Dapat menimbulkan jejas atau kelainan otak  menyebabkan gejala sisa dan gangguan perkembangan anak 8
  • 9.  Kejang terus menerus  hipoksia serebral progresif, perubahan aliran darah otak, edema serebral, asidosis metabolik  kerusakan sel-sel saraf 9 KEJANG HARUS DIKENALI SEGERA DIHENTIKAN
  • 10. PATOFISIOLOGI  Mekanisme dasar terjadinya kejang  akibat loncatan muatan listrik yg berlebihan  Normal, tdp perbedaan muatan sebesar -70 mV antara intra dan ekstra sel saraf (neuron)  intrasel lebih negatif  Na+ lebih banyak di ekstrasel dan K+ di intrasel  dipertahankan oleh pompa Na-K ATPase  Pompa ini memerlukan glukosa sbg sumber energi (ATP ) dan oksigen untuk metabolisme glukosa 10
  • 11. 11
  • 12. Patofisiologi…  Karena suatu sebab, Na+ masuk ke dalam sel, K+ ke luar sel  jumlah Na+ yg masuk lebih banyak daripada K+  muatan intra sel menjadi lebih positif (-40 mV)  DEPOLARISASI  DEPOLARISASI  loncatan muatan listrik  bangkitan kejang 12
  • 13. Patofisiologi… Penyebab depolarisasi : 1. Gangguan fungsi pompa Na-K ATP ase akibat gangguan produksi energi  akibat hipoksemia dan hipoglikemia 2. Eksitasi yang meningkat 3. Inhibisi yang menurun 13 NEURO TRANSMITER
  • 14. FISIOLOGI Pada keadaan normal :  Sinaps eksitasi berkembang mendahului inhibisi  Neuron kortikal dan hipokampus masih immatur  Inhibisi kejang oleh substansi nigra belum berkembang 14
  • 15.  Gambaran klinis bangkitan kejang neonatorum sangat berbeda dgn anak, disebabkan : 1. Perbedaan status neuroanatomik, fisiologis, biokimia pada berbagai tahap perkembangan otak 2. Sinaps aksodendrik masih kurang 3. Mielinisasi sel otak belum sempurna terutama di kedua hemisfer 15 SULIT MENENTUKAN NEONATUS INI SEDANG KEJANG ATAUTIDAK
  • 16. ETIOLOGI Penyebab kejang neonatorum : 1. Primer  proses intra kranial : meningitis, cerebrospinal accident, ensefalitis, perdarahan intrakranial, tumor 2. Sekunder  masalah sistemik atau metabolik : iskemia hipoksik, hipokalsemia, hipoglikemia, hiponatremia 16
  • 18. ETIOLOGI 1. ASFIKSIA PERINATAL  Penyebab tersering  Kejang terjadi dalam 24 jam pertama  Menyebabkan ensefalopati iskemik hipoksik  ringan, sedang, berat  Kejang terjadi pd stadium sedang dan berat  Bentuk kejang : subtle, multifokal, klonik, atau fokal klonik 18
  • 19. 19
  • 20. 2. PERDARAHAN INTRAKRANIAL  Penyebab tersering pd bayi preterm  Perdarahan subarachnoid, periventrikuler, intraventikuler  disebabkan hipoksia atau trauma lahir  Manifestasi kejang muncul pada hari I - III 20
  • 21. A. Perdarahan subarachnoid  Sobekan vena superfisial akibat partus lama  Bayi mulanya baik  kejang pada hari I atau II  bayi tampak sakit berat dgn tanda2 peningkatanTIK  PX : CT scan dan pembekuan darah 21
  • 23. B. Perdarahan subdural  Robekan tentorium di dekat falks serebri akibat molase kepala yg berlebihan  presentasi puncak kepala, letak muka, partus lama  Dpt menekan batang otak : pernapasan tdk teratur, kesadaran menurun, tangis melengking (high pitch cry), muntah, UUB menonjol, kejang.  Mortalitas tinggi, gejala sisa neurologis (+) 23
  • 26. C. Perdarahan periventrikular/intraventrikular  Gambaran klinis  tergantung beratnya penyakit dan saat terjadinya perdarahan  Bayi cukup bulan : riwayat trauma intrapartum, pasca pemberian cairan hipertonik dgn cepat 26
  • 27.  Manifestasi : bervariasi  kejang fokal, multifokal, atau umum, apnu, sianosis, letargi, jitteriness, muntah, UUB menonjol, high picth cry, perubahan tonus otot  Diagnosis : pungsi lumbal, darah (Hb, Ht, trombosit), EEG, USG kepala 27
  • 29. Etiologi... 3. GANGGUAN METABOLIK a. Hipoglikemia  Kadar GDS < 45 mg/dl  Risiko tinggi hipoglikemi :  Bayi kecil sesuai masa kehamilan  Bayi besar  Bayi dari ibu DM 29
  • 30. b. Hipokalsemia/hipomagnesia  Hipokalsemia : kadar Ca < 7,5 mg/dl  Sering terjadi bersamaan  Merubah potensial membran  Na+ masuk ke dalam sel  Pada hr I & II, terutama BBLR  Berhubungan dgn asfiksia, prematuritas, bayi dari ibu DM 30
  • 31. c. HIPONATREMIA atau HIPERNATREMIA  Kadar Na sangat tinggi atau rendah, atau berubah cepat  SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretic Hormone) : meningitis, perdarahan intrakranial, dll.  Hiponatremia, terjadi karena minum air, infus IV berlebihan, pengeluaran Na berlebihan  Hipernatremia, terjadi karena dehidrasi berat, asupan Na berlebihan 31
  • 32. 4. INFEKSI Terjadi 5-10% penyebab kejang BBL Infeksi bakteri atau non bakteri Terjadi setelah minggu I kehidupan a. Infeksi akut  Berhubungan dgn meningitis  Etiologi : kuman gram (-)  grup B Streptococcus, E. Coli, Listeria sp, Staphylococcus, Pseudomonas b. Infeksi kronis  Infeksi intrauterin yg berlangsung lama : TORCH, treponema pallidum 32
  • 33. 5. KERNIKTERUS/ENSEFALOPATI BILIRUBIN  Kadar bilirubin indirek > 20 mg/dl : kerusakan otak pada BBL  Manifestasi klinis :  Hipotoni, letargi, refleks menghisap lemah  Hari ke-2 : demam, rigiditas, posisi opistotonus  Sindrom klinis setelah thn I  Disfungsi ekstrapiramidal : khorea, atetosis  Ggn gerak bola mata (90% kasus)  Ggn pendengaran frekuensi tinggi (60% kasus)  Retardasi mental (25 kasus) 33
  • 34. AWITAN (Onset) KEJANG NEONATUS  12-48 jam setelah lahir  3-13 jam setelah hiposik iskemik  Kejang onset lanjut : meningitis, kejang familial benigna 34
  • 35. MANIFESTASI KLINIS  Gambaran klinis kejang pd BBL sangat berbeda dgn bayi yg lebih besar dan anak  Kejang tonik klonik jarang  perbedaan susunan neuroanatomik, fisiologis, dan biokimia pd berbagai tahapan perkembangan otak  BBL : sinaps aksodendrit kurang, mieliniasi kedua hemisfer belum sempurna  Kejang fokal, sulit dikenali 35
  • 36. Manifestasi klinis...  Membran neuron di korteks BBL lebih mudah bocor  Na masuk sel, K keluar sel  depolarisasi  Kadar pompa Na-K ATP lebih rendah  sel kurang mampu memompa Na secara sempurna  neuron relatif dlm keadaan depolarisasi  Lobus temporal dan struktur subkortikal : perkembangan aksodendrit dan mielinisasi lebih maju  aktivitas epileptik lebih tinggi  klinis kejang : menyeringai, mengunyah, menelan, mata berkedip2 dan perubahan irama napas 36
  • 37. 37
  • 38. Manifestasi klinis... SUBTLE  Bentuk kejang yg hampir tdk terlihat (subtle)  paling sering terjadi  Bentuk bangkitannya berupa : 1. Orofasial : deviasi mata, kedipan mata, gerakan alis, mata berbuka dgn bola mata terfiksasi pd satu arah, gerakan spt menghisap, mengunyah, gerakan pd bibir 2. Ekstremitas : gerakan spt renang, mendayung, bersepeda 3. Manifestasi pernapasan : apnu, hiperpnea 38
  • 39. Manifestasi klinis... TONIK  BBLR usia gestasi < 34 mgg  Perdarahan intrakranial  Gerakan tonik 1 ekstremitas atau tonik umum KLONIK Infark korteks atau ggn metabolik  2 bentuk :  Fokal :gerakan bergetar 1 atau 2 ekstremitas unilateral, dgn atau tanpa gerakan wajah 39
  • 40. Manifestasi klinis...  Multifokal : lebih dari 1 fokus yg berpindah2 dari 1 ekstremitas ke ekstremitas lainnya MIOKLONIK  Cenderung pd kelompok otot fleksor  fokal, multifokal, umum  Bayi kurang bulan dan bayi cukup bulan saat tidur 40
  • 41. GERAKAN SERUPA KEJANG APNU  BBLR  derajat prematuritas  Pusat napas dibatang otak belum sempurna JITTERINESS  Sering membingungkan  Terjadi pada bayi normal yg lapar (hipoglikemia), hipokalsemia dgn hiperiritabilitas neuromuskular pd BBLR  Gerakan tremor simetris, 5-6 x/detik  Akibat sensitifitas stimulus, berhenti bila anggota gerak ditahan  Tdk dijumpai takikardi dan hipertensi 41
  • 42. Gerakan serupa kejang... Manifestasi klinis Jitteriness Kejang Gerakan abnormal bola mata Peka thd rangsang Bentuk gerakan dominan Gerakan dihentikan dg fleksi pasif Perubahan fgs otonom PerubahanTV dan Sat. O2 (-) (+) Tremor (+) (-) (-) (+) (-) Klonik (-) (+) (+) 42 Perbedaan jitteriness dari kejang pada BBL
  • 43. Gerakan serupa kejang... SPASME  Spasme pada tetanus neonatorum sangat mirip dgn kejang  Kontraksi otot tdk terkendali, bbrp detik  menit  Dipicu sentuhan, suara, atau cahaya  Bayi tetap sadar, sering menangis kesakitan  Trismus, bibir mencucu spt mulut ikan  Opistotonus  Gerakan tangan spt meninju dan mengepal 43
  • 44. DIAGNOSIS ANAMNESIS  faktor risiko :  Riwayat kejang sebelumnya, riwayat kejang dlm keluarga  Riwayat kehamilan/prenatal :  InfeksiTORCH atau lainnya  Preeklamsi, gawat janin  Obat gol narkotika  Imunisasi anti tetanus, rubella  Riwayat persalinan : jenis persalinan, trauma persalinan, asfiksia berat, KPD, anestesi lokal 44
  • 45. Diagnosis...  Riwayat pasca natal  Infeksi BBL  ikterik  Infeksi tali pusat 45
  • 46. Diagnosis... PEMERIKSAAN FISIK  PF lengkap  pediatrik dan neurologis secara sistematis dan berurutan  Identifikasi manifestasi kejang yg terjadi  melihat langsung  KU tampak sakit, letargis  Kesadaran tiba2 menurun, hipoventilasi, apnu, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi cahaya (-), kuadriplegi flaksid  curiga perdarahan intrakranial 46
  • 47.  Pantau perubahan tanda vital  Pemeriksaan kepala : fraktur, depresi, moulding berlebihan  UUB tegang dan menonjol  peningkatan TIK  curiga perdarahan subarachnoid, subdural, meningitis  Funduskopi : perdarahan retina  patognomonik untuk hematoma subdural. Khoreoretinitis  toksoplasmosis, infeksi CMV, infeksi rubella 47
  • 48.  Tali pusat : infeksi, berbau busuk , tdp bahan tdk steril, alat pemotong tali pusat  curiga tetanus neonatorum 48
  • 49. PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN LAB  Darah rutin, gds dan elektrolit, amonia, laktat, BUN  Analisis gas darah  Analisis LCS  Kultur dan uji sensitifitas kuman  Kadar bilirubin 49
  • 50. Pemeriksaan penunjang... ELEKTRO ENSEFALOGRAFI (EEG) Membantu diagnosis, lama terapi, dan prognosis PENCITRAAN  USG kepala : curiga perdarahan intrakranial  CT Scan : mengetahui kelainan parenkim otak  MRI : paling sensitif untuk mengetahui malformasi subtle 50
  • 51. TATALAKSANA Tatalaksana penyebab, hentikan kejang, dan penunjang HENTI KEJANG 1. Fenobarbital  Dosis awal: 20-40 mg/kgBB IV selama 5-10 mnt  Dosis rumatan 3-5 mg/kgBB dibagi dlm 2 dosis  Monitoring depresi napas danTD 2. Fenitoin  Jika dgn fenobarbital, kejang belum teratasi  Dosis awal: 15-20 mg/kgBB IV pelan2 dgn kecepatan 1-2 mg/kgBB/menit. Obat diencerkan dgn NaCl 0,9% 51
  • 52. Tatalaksana...  Dosis rumatan : 5-8 mg/kgBB/hari dibagi 2 atau 3 dosis  Monitoring bradikardi, aritmia, hipotensi 3. Lorazepam  Apabila tdk ada respon yg adekuat thd fenitoin  Dosis efektif : 0,05 – 0,1 mg/kgBB IV pelan dlm beberapa menit  Monitoring depresi napas dan hipotensi DIAZEPAM : kontra indikasi  menyebabkan depresi napas pada neonatus 52
  • 53. Efek samping obat antikonvulsan :  Depresi SSP  Hipotensi  Bradikardi  Depresi pernapasan : fenobarbital dan diazepam  Aritmia jantung : fenitoin  Pemantauan tanda vital 53
  • 54. TATALAKSANA… 54 SUPORTIF 1. Pemantauan ketat  monitoring jantung dan respirasi 2. Pasang jalur IV  infus dekstrosa 3. Beri O2 dan bantuan respirasi, jika diperlukan 4. Koreksi ggn metabolik