SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

                                                     BAB II




     KONSEP


         DASAR


A.                  Pengertian


         Diabetes     melitus         merupakan
penyakit metabolik yang berlangsung kronik dimana
penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau
tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah
kelebihan gula di dalam darah dan baru dirasakan setelah terjadi komplikasi
lanjut pada organ tubuh.
         Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator karena penyakit
ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan dengan gejala sangat bervariasi. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung
lama tanpa diperhatikan sampai ketika orang tersebut pergi ke dokter dan
diperiksa kadar glukosa darahnya. Terkadang gambaran klinik dari diabetes tidak
jelas dan diabetes baru ditemukan pada saat pemeriksaan penyaring atau
pemeriksaan untuk penyakit lain.
             Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes
                                             melitus
merupakan       suatu     kelompok        penyakit      metabolik      dengan       karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf,
jantung, dan pembuluh darah, yang menimbulkan berbagai macam komplikasi,
antara lain     aterosklerosis, neuropati, gagal ginjal, dan retinopati. Sedikitnya
setengah dari populasi penderita diabetes lanjut usia tidak mengetahui kalau


______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

mereka menderita diabetes karena               hal itu dianggap merupakan perubahan
fisiologis yang berhubungan dengan pertambahan usia.
         Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak
tergantung insulin ( NIDDM ). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada
lanjut usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara
berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan
perubahan gaya hidup terutama di kota besar                      menyebabkan peningkatan
prevalensi penyakit degeneratif.
           Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia terus meningkat dimana
saat ini diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia atau berarti 1 dari 40
penduduk Indonesia menderita diabetes.
           Penemuan diagnosa dini dan penanganan yang adekuat pada lanjut usia
yang menderita DM dipandang cukup penting artinya bagi kelangsungan hidup
penderita. Selain itu skrining pada lanjut usia yang termasuk resiko tinggi untuk
menderita DM juga sebaiknya dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit
ataupun menghindari komplikasi yang lebih lanjut


B. Etiologi Dan Patofisiologi


   1. Etiologi
         Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka
intoleransi terhadap glukosa juga meningkat. Jadi untuk golongan lanjut usia
diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi dari pada batas yang dipakai
untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus pada orang dewasa yang bukan
merupakan golongan lanjut usia. Intoleransi glukosa pada lanjut usia berkaitan
dengan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, berkurangnya massa otot, penyakit
penyerta, penggunaan obat-obatan, di samping karena pada lanjut usia sudah
terjadi penurunan sekresi insulin dan resistensi insulin. Pada lebih 50 % lanjut
usia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa




______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

Oral (TTGO) yang abnormal, namun intoleransi glukosa ini masih belum dapat
dikatakan diabetes melitus.
Menurut Jeffrey, peningkatan kadar gula darah pada lanjut usia disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:
 Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang
 Perubahan karena lanjut usia sendiri yang berkaitan dengan resistensi
    insulin, akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskular.
 Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.
 Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi.
 Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.
 Adanya faktor keturunan.




Keberadaan penyakit lain
Genetik
Obat
Aktivitas fisik yang berkurang
Kegemukan
Umur yang berkaitan dengan resistensi insulin
Umur yang berkaitan dengan penurunan insulin
Faktor-faktor penyebab pada usia lanjut




      Gambar 1. Beberapa faktor penyebab diabetes melitus pada lansia


______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___



   2. Patosiologi
         Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan
selanjutnya ke usus. Didalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari
karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh
untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus diolah, dimana
glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang disebut
metabolisme.
         Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila
insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan
tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat.
          Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap
insulin itu sendiri.
         Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor
insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang
masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.
               Tabel 1. Karakteristik diabetes melitus tipe I dan tipe II
                 DM TIPE I                                           DM TIPE II




______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

     Mudah terjadi ketoasidosis                         Sukar terjadi ketoasidosis
     Pengobatan harus dengan insulin                    Pengobatan tidak harus dengan
                                                              insulin
     Onset akut                                         Onset lambat
     Biasanya kurus                                     Gemuk atau tidak gemuk
     Biasanya terjadi pada umur yang                    Biasanya terjadi pada umur > 45
           masih muda                                        tahun
     Berhubungan dengan HLA-DR3                         Tidak berhubungan dengan HLA
           dan DR4
     Didapatkan antibodi sel islet                      Tidak ada antibodi sel islet
     10%nya ada riwayat diabetes                        30%nya ada riwayat diabetes pada
           pada keluarga                                     keluarga
    30-50 % kembar identik terkena       100% kembar identik terkena
Sumber : PERKENI, Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2, 2002


C. KLASIFIKASI ETIOLOGIS DIBETES MELITUS


Klasifikasi etiologis diabetes melitus menurut American Diabetes Association
(1997)
   Diabetes melitus tipe I:
      Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik
melalui        proses imunologik maupun idiopatik.
   Diabetes melitus tipe II:
    Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin.


Diabetes melitus tipe lain:
1. Defek genetik fungsi sel beta :
     Maturity onset diabetes of the young (MODY) 1,2,3
     DNA mitokondria



______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

2. Defek genetik kerja insulin
3.    Penyakit eksokrin pankreas
4.    Endokrinopati :
      Akromegali
      Sindrom Cushing
      Hipertiroidisme
5.    Obat atau zat kimia
6. Infeksi
      Citomegalovirus
      Rubela kongenital
2 Imunologi : Antibodi anti insulin
3. Sindrom genetik lainnya :
      Sindrom Down
      Sindrom Klinefelter
      Sindrom Turner


D. GAMBARAN KLINIS


            Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia
pada DM lanjut usia pada umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering
mengganggu pasien ialah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf. Pada DM lanjut usia, terdapat perubahan patofisiologi
akibat proses menjadi tua sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai dengan komplikasi yang lebih lanjut. Hal yang sering menyebabkan
pasien datang berobat ke dokter ialah adanya keluhan yang mengenai beberapa
organ tubuh, antara lain :
 Gangguan penglihatan : katarak
 Kelainan kulit : gatal dan bisul-bisul
 Kesemutan, rasa baal
 Kelemahan tubuh
 Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh


______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

 Infeksi saluran kemih


               Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital ataupun
daerah lipatan kulit lain, seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka lama
yang tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal sepele seperti luka lecet
karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya. Rasa baal dan kesemutan akibat
sudah terjadinya neuropati juga merupakan keluhan pasien, disamping keluhan
lemah dan mudah merasa lelah. Keluhan lain yang mungkin menyebabkan pasien
datang berobat ke dokter ialah keluhan mata kabur yang disebabkan oleh katarak
ataupun gangguan-gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa
akibat hiperglikemia.


Tanda-tanda dan gejala klinik diabetes melitus pada lanjut usia:


1. Penurunan berat badan yang drastis dan katarak yang sering terjadi pada
    gejala awal
2. Infeksi bakteri dan jamur pada kulit (pruritus vulva untuk wanita) dan infeksi
    traktus urinarius sulit untuk disembuhkan.
3. Disfungsi neurologi, termasuk parestesi, hipestesi, kelemahan otot dan rasa
    sakit, mononeuropati, disfungsi otomatis dari traktus gastrointestinal (diare),
    sistem kardiovaskular (hipotensi ortostatik), sistem reproduksi (impoten), dan
    inkontinensia stress.
4. Makroangiopati yang meliputi sistem kardiovaskular (iskemi, angina, dan
    infark miokard), perdarahan intra serebral (TIA dan stroke), atau perdarahan
    darah tepi (tungkai diabetes dan gangren).
5. Mikroangiopati meliputi mata (penyakit makula, hemoragik, eksudat), ginjal
    (proteinuria, glomerulopati, uremia)


E. DIAGNOSIS



______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

         Banyak pasien dengan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
yang asimptomatik dan baru diketahui adanya peningkatan kadar gula darah pada
pemeriksaan laboratorium rutin.
    Para ahli masih berbeda pendapat mengenai kriteria diagnosis DM pada lanjut
usia . Kemunduran, intoleransi glukosa bertambah sesuai dengan pertambahan
usia , jadi batas glukosa pada DM lanjut usia lebih tinggi dari pada orang dewasa
yang menderita penyakit DM.




F. Komplikasi Diabetes Melitus


1. Komplikasi akut


Ketoasidosis Diabetikum


     Ketika kadar insulin rendah, tubuh tidak bisa menggunakan glukosa sebagai
energi dan karenanya lemak tubuh dimobilisasi tempat penyimpanannya.
Penghancuran lemak untuk melepas energi menghasilkan formasi asam lemak.
Asam lemak ini melewati hepar dan membentuk satu kelompok senyawa kimia
bernama benda keton, benda keton dikeluarkan lewat urin disebut ketonuria.
    Kadar benda keton yang meningkat dalam tubuh disebut ketosis. Ketosis bisa
meningkatkan keasaman cairan tubuh dan jaringan sehingga kadar yang sangat
tinggi dan menyebabkan satu kondisi yang disebut asidosis. Asidosis akibat dari
benda keton yang meningkat disebut ketoasidosis.
   Gejala-Gejalanya :
a. Dehidrasi: kekeringan di mulut dan hilangnya elastisitas kulit
b. Napas berbau kecut
c. Mual-mual, muntah-muntah dan rasa sakit di perut
d. Napas berat
e. Tarikan napas meningkat


______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

f. Merasa sangat lemah dan mengantuk


Hipoglikemia
    Merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak jarang terjadi dan seringkali
membahayakan hidup penderitannya serta ditandai dengan kadar gula darah yang
melonjak turun di bawah 50-60 mg/dl. Komplikasi ini dapat disebabkan faktor
eksogen maupun endogen.




                  Faktor eksogen diantaranya akibat pemakaian insulin atau obat
hipoglikemia oral yang tidak terkontrol dan tidak diikuti dengan asupan kalori
yang memadai. Di negara maju, hipoglikemia sering ditemukan pada penderita
diabetes yang mengunakan insulin atau obat hipoglikemia oral bersamaan dengan
alkohol yang berlebihan tanpa asupan kalori yang baik.
          Gejala hipoglikemia mula-mula berupa gejala adrenergik seperti : pucat,
berkeringat, takikardi, palpitasi, lapar, lemas, dan gugup. Kemudian pada fase



______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

selanjutnya disusul gejala neuroglikopenia yang meliputi : cepat lelah, cepat
marah, sakit kepala, kehilangan konsentrasi, gangguan kesadaran, gangguan
sensorik dan motorik, bingung, kejang dan bahkan koma.


Infeksi
   Pengidap diabetes, cenderung terkena infeksi karena 3 alasan utama:
a. Bakteri tumbuh baik jika kadar glukosa darah tinggi
b. Mekanisme pertahanan tubuh rendah pada orang yang terkena diabetes
c. Komplikasi terkait diabetes yang meningkatkan resiko infeksi.
     Infeksi yang umumnya menyerang pengidap diabetes termasuk infeksi kulit,
infeksi saluran kencing, penyakit pada gusi, tuberkulosis, dan beberapa jenis
infeksi jamur.


2. Komplikasi kronis


Penyakit jantung dan pembuluh darah


     Aterosklerosis adalah sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit
karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri
di kaki bisa mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah yang
mengakibatkan kram, rasa tidak nyaman atau lemas saat berjalan. Jika suplai
darah pada kaki sangat kurang atau terputus dalam waktu lama bisa terjadi
kematian pada jaringan.




______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___




 .      Gambar 2. Aterosklerosis pada DM dan Pengaruhnya terhadap Kaki


Kerusakan pada ginjal ( Nefropati)


     Diabetes mempengaruhi pembuluh darah kecil ginjal akibatnya efisiensi ginjal
untuk menyaring darah terganggu. Pasien dengan nefropati menunjukan gambaran
gagal ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak napas
akibat penimbunan cairan. Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar
kreatinin atau ureum serum yang berkisar antara 2% sampai 7,1% pasien diabetes
melitus. Adanya proteinuria yang persisten tanpa adanya kelainan ginjal yang lain
merupakan salah satu tanda awal nefropati diabetik.


Kerusakan saraf ( Neuropati )


______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___



    Gula darah tinggi menghancurkan serat saraf dan satu lapisan lemak di sekitar
saraf. Saraf yang rusak tidak bisa mengirimkan sinyal ke otak dan dari otak
dengan baik, sehingga akibatnya bisa kehilangan indra perasa, meningkatnya
indra perasa atau nyeri di bagian yang terganggu. Kerusakan saraf tepi tubuh lebih
sering terjadi. Kerusakan dimulai dari jempol kaki serta berlanjut hingga telapak
kaki dan seluruh kaki yang menimbulkan mati rasa, kesemutan, seperti terbakar,
rasa sakit, rasa tertusuk, atau kram pada otot kaki.


Kerusakan pada mata ( Retinopati )


       Retina mata terganggu sehinga terjadi kehilangan sebagian atau seluruh
penglihatan. Pasien dengan retinopati diabetik akan mengalami gejala penglihatan
kabur sampai kebutaan




                                                   Gambar 4. Non Proliferatif
                                                   Retinopati


                                                   G. Keadaan Fisik Penderita
                                                   DM


Keadaan kepala penderita DM


a. Rambut
    Penderita DM yang sudah menahun dan tidak terawat secara baik, biasanya
rambutnya lebih tipis. Bila akar rambut terserang, rambut mudah rontok.
b.Telinga :




______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

      Karena urat saraf bagian pendengaran DM mudah rusak, telinga sering
mendenging dan bila tidak diobati dapat terjadi ketulian.
c. Mata :
 Bila kadar glukosa di dalam darah mendadak tinggi, lensa mata menjadi
    cembung
 Penyakit DM dapat menyebabkan lensa mata menjadi keruh (tampak putih),
    penderita mengeluh penglihatan menjadi kabur (katarak).
 Komplikasi menahun pada mata yang lain adalah meningkatnya tekanan bola
    mata yang disebut glaukoma.
 Gangguan pada retina mata akibat DM disebut retinopati diabetik dimana
    terjadi penyempitan pembuluh darah kapiler disertai eksudasi dan perdarahan
    pada retina.
Keadaan rongga mulut penderita DM


a. Lidah :
     Lidah penderita DM sering membesar dan terasa tebal sehingga                          terjadi
gangguan pengecapan pada lidahnya
b. Ludah :
   Ludah penderita DM seringkali menjadi lebih kental, sehingga mulutnya terasa
kering, disebut xerostomia diabetic
c. Gigi dan gusi :
    Karena jaringan yang mengikat gigi pada rahang yang disebut periodontium
mudah rusak, gigi penderita DM mudah goyah dan mudah lepas, gusi
membengkak sehingga gigi tampak keluar ( modot).


Keadaan paru dan jantung penderita DM


a. Paru :
   Penderita DM mudah terjadi TBC paru.
b. Jantung :




______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

         Penderita DM mudah terkena penyakit jantung koroner, penyakit jantung
yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner, mudah terjadi infark
miokard dimana otot jantung menjadi lemah karena kekurangan suplai oksigen.


Keadaan organ hati penderita DM


         Penderita DM akan mengalami penyakit lever akibat diabetesnya kelainan
ini   disebut “Penyakit Hati Diabetik”. Penderita DM lebih mudah mengidap
radang hati karena virus Hepatitis B dan hepatitis C dibanding orang yang tidak
menderita penyakit DM.


Keadaan alat pencernaan penderita DM


a.Lambung :
         Pada penderita DM, akhirnya urat saraf pemelihara lambung akan rusak,
lambung menggelembung sehingga proses pengosongan lambung terganggu.
b.usus :
         Pada Penderita DM mengeluh sukar BAB yang disebut obstipasi diabetic


Keadaan ginjal dan kandung kemih


a. Ginjal :
         Pada penderita DM mempunyai kecenderungan tujuh belas kali lebih
mudah mengalami gangguan fungsi ginjal yang disebabkan oleh faktor infeksi
berulang yang timbul pada DM dan adanya penyempitan pembuluh darah kapiler
yang disebut mikroangiopati diabetic
b. Kandung kemih
         Pada penderita DM sering mengalami infeksi saluran kemih (ISK) yang
berulang, selain itu urat saraf yang memelihara kandung kemih sering rusak
sehingga dinding kandung kemih menjadi lemah. Sifat kontrol urat saraf




______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

terganggu menyebabkan penderita sering ngompol atau air kencingnya keluar
sendiri tanpa disadari yang disebut inkontinesia urine.


Kemampuan seksual penderita diabetes melitus
         Jika kerusakan sarafnya sudah berat dan permanen biasanya penderita DM
akan menderita impoten yang menetap. Impoten pada penderita DM dapat
dibedakan 2 jenis, impotensi neurogenik dan impotensi psikogenik.
Keadaan urat saraf penderita DM
          Karena glukosa di dalam darah penderita DM demikian tinggi, akan
merusak urat saraf penderita jika prosesnya berlangsung lama. Kelainan urat saraf
akibat penyakit DM disebut neuropati diabetic.
   Gejala yang sering muncul:
 Kesemutan
 Rasa panas atau rasa tertusuk – tusuk jarum
 Rasa tebal terjadi di telapak kaki
 Kram
 Badan sakit terutama malam hari
 Bila ada kerusakan urat saraf disebut polineuropati diabetic.


Keadaan pembuluh darah pada penderita DM


       Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai
(makroangiopati diabetik), tungkai akan lebih mudah mengalami gangren
diabetic, yaitu luka pada kaki yang merah kehitam – hitaman dan busuk. Bila
sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar penderita DM akan
merasa tungkainya sakit sesudah ia berjalan pada jarak tertentu karena aliran
darah ke tungkai tersebut berkurang dan disebut claudicatio intermitten.




______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___




                 Gambar 5. Gangren diabetik pada penderita DM
G. PENATALAKSANAAN
          Tujuan penanganan DM pada lanjut usia tidak jauh berbeda dengan orang
dewasa umumnya yaitu untuk mencegah terjadinya dekompensasi metabolik akut
dan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat komplikasi. Satu hal
yang tidak boleh diabaikan, yaitu walaupun pencapaian kualitas hidup yang lebih
baik merupakan tujuan utama penanganan DM pada lanjut usia, namun
pemberiaan obat-obatan secara agresif dan non prosedural adalah tidak benar.
             Penanganan DM pada lansia seringkali kurang optimal, misalnya saja
pada sebuah penelitian oleh “Cardiovascular Heart Study (CHS)” di Amerika dari
tahun 1996-1997 didapati hanya 12 % populasi lanjut usia dengan DM yang
mencapai kadar gula darah di bawah nilai acuan yang ditetapkan American
Diabetes Association. Pada penelitaian tersebut juga diketahui 50% dari lanjut
usia dengan DM mengalami gangguan pembuluh darah besar dan 33% dari
jumlah tersebut aktif mengkonsumsi aspirin. Disisi lain banyak dari populasi
lanjut usia dengan DM memiliki tekanan darah > 140/90 mmHg, hanya 8% lanjut
usia dengan kadar kolesterol LDL < 100 mg/dl.
                Saat ini, pola penanganan DM baik tipe 1 maupun tipe 2 telah maju
sedemikian pesat terutama dalam hal terapi farmakologis, namun intervensi obat-
obatan bagi lansia mutlak perlu dilakukan dengan lebih hati-hati. Untuk itu,
American Geriatric Society (AGS) menetapkan beberapa langkah-langkah dalam
upaya memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap DM pada lansia.




______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___




    Tabel 4. Langkah-Langkah Pokok untuk Meningkatkan Penanganan
                               Diabetes
       Melitus pada Lansia Menurut American Geriatric Society (AGS)

         Edukasi dan penanganan individual
         Pencegahan dan penanganan terhadap adanya faktor risiko kardiovaskuler
         secara agresif
         Mengendalikan stres glikemik sebagai elemen dalam mencegah dan
         menangani komplikasi mikrovaskular
         Penyaringan dan penanganan terhadap timbulnya sindroma geriatri yang
             sering terjadi pada lansia yang menderita DM, misalnya depresi,
    gangguan
         kognitif, inkontinensia urine, jatuh, nyeri, dan polifarmasi

Sumber : DE Elson, MD, PhD ; SL Norris, MD, MPH. Diabetes in Older Adults : Overviews of
            AGS guidelines for the treatment of diabetes mellitus in geriatric populations,2004

             Di samping langkah-langkah tersebut, juga terdapat nilai-nilai “kunci”
yang digunakan untuk meningkatkan tata penanganan DM pada lansia.


    Diperkirakan 25-50 % dari DM lanjut usia dapat dikendalikan dengan baik
hanya dengan diet saja, 3 % membutuhkan insulin dan 20-45 % dapat diobati
dengan anti diabetik oral dan diet saja. Para ahli berpendapat bahwa sebagian
besar DM pada lanjut usia adalah tipe II dan dalam penatalaksanaannya perlu
diperhatikan secara khusus, baik cara hidup pasien, keadaan gizi dan
kesehatannya, penyakit lain yang menyertai serta ada atau tidaknya komplikasi
DM.
   Pedoman penatalaksanaan diabetes pada lanjut usia adalah:
 Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada
    pasien dan keluarganya.
 Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia.


______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

 Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi
    (200 –220 mg/dl)          dan tidak terlampau rendah karena bahaya terjadinya
    hipoglikemia
 Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko
    hipoglikemi.
        Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu ( 2 – 4 minggu ). Apabila kadar glukosa darah belum
mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan pemberian obat
hipoglikemik oral ( OHO ) atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu OHO
dapat segera diberikan sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik
berat, misalnya ketoasidosis, stress berat, berat badan yang                   menurun cepat,
insulin dapat segera diberikan. Pada kedua keadaan tersebut perlu diwaspadai
kemungkinan terjadinya hipoglikemia. Pemantauan kadar glukosa darah dapat
dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
   Pilar Pengelolaan DM
A. Edukasi
B. Perencanaan Makan
C. Latihan Jasmani
D. Intervensi Farmakologi


A. Edukasi
    Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk     dengan       kokoh.     Keberhasilan        pengelolaan       diabetes     mandiri
membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan
harus mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai
keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif,
pengembangan keterampilan dan motivasi.
    Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang:
 Penyakit DM
 Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
 Penyulit DM


______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

 Intervensi farmakologis dan non farmakologis
 Hipoglikemia
 Masalah khusus yang dihadapi
 Perawatan kaki pada diabetes
 Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan
 Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
     Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah
merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan Perilaku hampir
sama dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan,
implementasi, dokumentasi, dan evaluasi.




B. Perencanaan makanan
           Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk dapat
dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan dan
teratur.
           Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolan diabetes, meski
sampai saat ini tidak ada satu pun perencanaan makan yang sesuai untuk semua
pasien. Perencanaan makan harus disesuaikan menurut kebiasaan masing-masing
individu. Yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung, serat. Faktor
yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses
penyiapan makanan, dan bentuk makan serta komposisi makanan ( karbohidrat,
lemak, dan protein). Jumlah masukan kalori makanan yang berasal dari
karbohidrat lebih penting daripada sumber atau macam karbohidratnya. Gula pasir
sebagai bumbu masakan tetap diijinkan. Pada keadaan glukosa darah terkendali,
masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa ( gula pasir) sampai 5 %
kebutuhan kalori.
           Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:
 Karbohidrat 60 – 70 %
 Protein            10 – 15 %


______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

 Lemak              20 – 25 %
            Makanan dengan komposisi sampai 70 – 7 5 % masih memberikan hasil
yang baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari, diusahakan
lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA (Mono Unsurated
Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poli Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak
jenuh. Jumlah kandungan serat             25 g / hari, diutamakan serat larut. Pemanis
buatan dapat dipakai secukupnya. Pemanis buatan yang aman dan dapat diterima
untuk digunakan pasien diabetes termasuk yang sedang hamil adalah: sakarin,
aspartame, acesulfame, potassium, dan sukralose. Jumlah kalori disesuaikan
dengan status gizi,umur , ada tidaknya stress akut, kegiatan jasmani. Untuk
penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks Massa tubuh (IMT) dan rumus Broca.


Indeks massa tubuh ( IMT ) dapat dihitung dengan rumus:


IMT = BB ( Kg ) / TB ( M2 )


 IMT Normal Wanita = 18.5 – 23.5
 IMT Normal Pria          = 22.5 – 25
 BB kurang                = < 18.5


BB lebih
 Dengan resiko            = 23.0- 24.9
 Obes I                   = 2.5.0 - 29.9
 Obes II                  = ≥ 30.0


   Petunjuk Umum untuk Asupan Diet bagi Diabetes:


 Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan pada waktu makan
 Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan minuman berkalori rendah
    lainnya pada waktu makan
 Makanlah dengan waktu yang teratur



______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

 Hindari makan makanan manis dan gorengan
 Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan
 Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama setiap makan
 Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus
 Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil
 Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil


C. Latihan Jasmani
                Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani teratur ( 3 – 4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit ), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali
glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud ialahjalan, bersepeda santai,
jogging, berenang.
       Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran
jasmani. Kegiatan sehari – hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan
tangga, berkebun tetap dilakukan tetap dilakukan. Batasi atau jangan terlalu lama
melakukan kegiatan yang kurang gerak seperti menonton televisi.
     Prinsip latihan jasmani yang dilakukan :
1. Continous :
   Latihan jasmani harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa
     berhenti. Contoh: Jogging 30 menit , maka pasien harus melakukannya selama
30
   menit tanpa henti.
2. Rhytmical :
      Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan
relaksasi
   secara teratur, contoh berlari, berenang, jalan kaki.
3. Interval :
   Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat.
   Contoh: jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselangi jalan


______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

4. Progresive :
          Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari intensitas
           ringan sampi sedang selama mencapai 30 – 60 menit
          Sasaran HR      = 75 – 85 % dari maksimal HR
          Maksimal HR = 220 – ( umur )

 5. Endurance :

    Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti
    jalan jogging dan sebagainya
         Latihan dengan prinsip seperti di atas minimal dilakukan 3 hari dalam
seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olah raga
kesenangannya.
        Modifikasi senam sederhana dapat diberikan kepada penderita DM Lansia,
misalnya:
1. Menepuk kedua tangan di atas kepala kemudia dipaha
2. Secara bergantian menempatkan tangan di dada dan dibelakang kepala
3. Latihan meregangkan bagian atas dan bagian bawah tubuh, leher, dan paha
4. Membuat gerakan lingkaran dengan 2 lengan secara paralel di depan badan.
                Olah raga yang teratur memainkan peran yang sangat penting dalam
menangani diabetes, manfaat – manfaat utamanya sebagai berikut:
1. Olah raga membantu membakar kalori karena dapat mengurangi berat badan.
2. Olah raga teratur dapat meningkatkan jumlah reseptor pada dinding sel tempat
    insulin bisa melekatkan diri.
3. Olah raga memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan otot jantung.
4. Olah raga meningkatkan kadar kolesterol “baik” dan mengurangi kadar
    kolesterol “jahat”
5. Olah raga teratur bisa membantu melepaskan kecemasan stress, dan
    ketegangan, sehingga memberikan rasa sehat dan bugar.
    .
D. Intervensi Farmakologis




______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

        Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan
gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemik oral. Di Indonesia umumnya
OHO yang dipakai ialah Metformin 2 – 3 X 500 mg sehari.




Cara pemberian obat hipoglikemik oral :
1. Sulfonilurea 15-30 menit sebelum makan
2. Glimepirid sebelum atau sesaat sebelum makan
3. Repaglinid, nateglinid sesaat atau sebelum makan
4. Metformin sebelum atau pada saat atau sesudah makan karbohidrat (sesuai
    toleransi)
5. Penghambat glukosidase alfa (acarbose) bersama suapan pertama
6. Tiazolidindion insulin sensityzing hormon tidak tergantung jadwal makan


B. Insulin
    Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans
    kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel
    dan    kemudian       meningkatkan         sintesa    protein.    Insulin     meningkatkan
    penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi.
    Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk digunakan
    sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen didalam sel otot
    dan hati.
    Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedang insulin
    eksogen adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu produk farmasi.


    Efek Metabolik Terapi Insulin:
         Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa
         Supresi produksi glukosa oleh hati
         Stimulasi utilisasi glukosa perifer
         Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot


______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

        Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal
        Mengurangi glucose toxicity
        Perbaiki kemampuan sekresi endogen
        Mengurangi Glicosilated end product


    Cara pemberian insulin :
    Insulin kerja singkat :
        IV, IM, SC
        Infus ( AA / Glukosa / elektrolit )
        Jangan bersama darah ( mengandung enzim merusak insulin )
    Cara penyuntikan insulin :
    Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan). Pada
    keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip.
    Insulin dapat diberikan tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja
    menengah atau kerja panjang) tetapi juga dapat diberikan kombinasi insulin
    kerja cepat dan kerja menengah, sesuai dengan respons individu terhadap
    insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian.
    Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula mengenai
    rotasi tempat suntik. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan
    terjamin, semprit insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh
    pasien yang sama. Harus diperhatikan kesesuaian kosentrasi insulin (U40,
    U100) dengan semprit yang dipakai. Dianjurkan dipakai konsentrasi yang
    tetap.
                  Gambar 9. Predileksi tempat penyuntikan insulin




______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___




                           Gambar 10. Tempat penyuntikan insulin
         Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen yang kemudian diikuti
    oleh daerah lengan, paha bagian atas bokong. Bila disuntikan secara
    intramuskular dalam maka penyerapan akan terjadi lebih cepat dan masa kerja
    akan lebih singkat. Kegiatan jasmaniyang dilakukan segera setelah
    penyuntikan akan mempercepat onset kerja dan juga mempersingkat masa
    kerja
         Kesulitan pemberiaan insulin pada pasien lanjut usia ialah karena pasien
    tidak mau menyuntik sendiri karena persoalnnya pada matanya, tremor, atau
    keadaan fisik yang terganggu serta adanya demensia. Dalam keadaan seperti
    ini tentulah sangat diperlukan bantuan dari keluarganya


    Efek samping penggunaan insulin :
    1.   Hipoglikemia
    2.   Lipoatrofi
    3.   Lipohipertrofi
    4.   Alergi sistemik atau lokal



______________________________________________________________________________________________
____
DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA
Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND
___________________________________________________________________________________________________
___

    5.   Resistensi insulin
    6.   Edema insulin
    7.   Sepsis


         Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat
    terjadi bila terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan jumlah
    insulin. Pada 25-75% pasien yang diberikan insulin konvensional dapat terjadi
    Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit tempat suntikan akibat atrofi
    jaringan lemak. Hal ini diduga disebabkan oleh reaksi imun dan lebih sering
    terjadi pada wanita muda terutama terjadi di negara yang memakai insulin
    tidak begitu murni. Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak
    subkutan di tempat suntikan akibat lipogenik insulin. Lebih banyak ditemukan
    di negara yang memakai insulin murni. Regresi terjadi bila insulin tidak lagi
    disuntikkan di tempat tersebut.
         Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik
    terutama pada penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa
    eritem dan indurasi di tempat suntikan yang terjadi dalam beberpa menit atau
    jam dan berlagsung selama beberapa hari. Reaksi ini biasanya terjadi beberapa
    minggu sesudah pengobatan insulin dimulai. Inflamasi lokal atau infeksi
    mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptik yang
    menimbulkan sensitisasi atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan
    hilang secara spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit,
    angioudem, gangguan gastrointestinal, gangguan pernapasan dan yang sangat
    jarang ialah hipotensi dan syok yang di akhiri kematian.


PENCEGAHAN DAN ANJURAN


A. Pencegahan

   Pada penyakit Diabetes melitus usaha pencegahan terdiri dari :
    a. Pencegahan primer            : Mencegah agar tidak timbul penyakit DM



______________________________________________________________________________________________
____

More Related Content

What's hot

Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Muh Saleh
 
Diabetes mellitus pada lansia
Diabetes mellitus pada lansiaDiabetes mellitus pada lansia
Diabetes mellitus pada lansiaVerar Oka
 
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Ulfah Hanum
 
Sumber informasi obat
Sumber informasi obatSumber informasi obat
Sumber informasi obatNurul Hidayah
 
Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013Ulfah Hanum
 
Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1marwahhh
 
penggolongan obat menurut pemerintah
 penggolongan obat menurut pemerintah penggolongan obat menurut pemerintah
penggolongan obat menurut pemerintahGdiss Yogaswara
 
Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat nisha althaf
 
Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidratMetabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidratshafhandustur
 
TATA LAKSANA DAN MANAJEMEN KLINIS GANGGUAN GINJAL AKUT
TATA LAKSANA DAN MANAJEMEN KLINIS GANGGUAN GINJAL AKUTTATA LAKSANA DAN MANAJEMEN KLINIS GANGGUAN GINJAL AKUT
TATA LAKSANA DAN MANAJEMEN KLINIS GANGGUAN GINJAL AKUTCIkumparan
 
Farmakologi interaksi obat dengan makanan
Farmakologi interaksi obat dengan makananFarmakologi interaksi obat dengan makanan
Farmakologi interaksi obat dengan makananEster Muki
 
HERBAL UNTUK HIPERTENSI
HERBAL UNTUK HIPERTENSIHERBAL UNTUK HIPERTENSI
HERBAL UNTUK HIPERTENSILilis c'Ben
 
Penislin,sefalosporin dan antibiotik beta laktam
Penislin,sefalosporin dan antibiotik beta  laktamPenislin,sefalosporin dan antibiotik beta  laktam
Penislin,sefalosporin dan antibiotik beta laktamfikri asyura
 

What's hot (20)

Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Tahun 2018
 
Diabetes mellitus pada lansia
Diabetes mellitus pada lansiaDiabetes mellitus pada lansia
Diabetes mellitus pada lansia
 
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
 
Sumber informasi obat
Sumber informasi obatSumber informasi obat
Sumber informasi obat
 
Analisis resep
Analisis resepAnalisis resep
Analisis resep
 
Ppt farmakologi diabetes
Ppt farmakologi diabetesPpt farmakologi diabetes
Ppt farmakologi diabetes
 
Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013Daftar obat esensial nasional 2013
Daftar obat esensial nasional 2013
 
Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1
 
penggolongan obat menurut pemerintah
 penggolongan obat menurut pemerintah penggolongan obat menurut pemerintah
penggolongan obat menurut pemerintah
 
Nutrisi enteral parenteral
Nutrisi enteral parenteralNutrisi enteral parenteral
Nutrisi enteral parenteral
 
Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat Rasionalitas penggunaan obat
Rasionalitas penggunaan obat
 
Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidratMetabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat
 
Epidemiologi Diabetes Mellitus
Epidemiologi Diabetes MellitusEpidemiologi Diabetes Mellitus
Epidemiologi Diabetes Mellitus
 
TATA LAKSANA DAN MANAJEMEN KLINIS GANGGUAN GINJAL AKUT
TATA LAKSANA DAN MANAJEMEN KLINIS GANGGUAN GINJAL AKUTTATA LAKSANA DAN MANAJEMEN KLINIS GANGGUAN GINJAL AKUT
TATA LAKSANA DAN MANAJEMEN KLINIS GANGGUAN GINJAL AKUT
 
Farmakologi interaksi obat dengan makanan
Farmakologi interaksi obat dengan makananFarmakologi interaksi obat dengan makanan
Farmakologi interaksi obat dengan makanan
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 
HERBAL UNTUK HIPERTENSI
HERBAL UNTUK HIPERTENSIHERBAL UNTUK HIPERTENSI
HERBAL UNTUK HIPERTENSI
 
Penislin,sefalosporin dan antibiotik beta laktam
Penislin,sefalosporin dan antibiotik beta  laktamPenislin,sefalosporin dan antibiotik beta  laktam
Penislin,sefalosporin dan antibiotik beta laktam
 
PPT PROTEIN
PPT PROTEINPPT PROTEIN
PPT PROTEIN
 
Pedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomiPedoman farmakoekonomi
Pedoman farmakoekonomi
 

Viewers also liked

Masalah Seksual Wanita Lansia
Masalah Seksual Wanita LansiaMasalah Seksual Wanita Lansia
Masalah Seksual Wanita LansiaAsyifa Adawiyah
 
Management of diabetes in elderly
Management of diabetes in elderlyManagement of diabetes in elderly
Management of diabetes in elderlyAditya Sarin
 
Clinical management of elderly people with diabetes
Clinical management of elderly people with diabetesClinical management of elderly people with diabetes
Clinical management of elderly people with diabetesPrimary Care Diabetes Europe
 
The Clinical management of type 2 diabetes for the elderly
The Clinical management of type 2 diabetes for the elderlyThe Clinical management of type 2 diabetes for the elderly
The Clinical management of type 2 diabetes for the elderlyPrimary Care Diabetes Europe
 
Menjaga kesehatan mata
Menjaga kesehatan mataMenjaga kesehatan mata
Menjaga kesehatan mataakunslide
 
Presentasi mata
Presentasi mataPresentasi mata
Presentasi matasahobby68
 
Penyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusPenyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusYunita Manurung
 
Diabetes Facts and Tips for a Healthy Lifestyle
Diabetes Facts and Tips for a Healthy LifestyleDiabetes Facts and Tips for a Healthy Lifestyle
Diabetes Facts and Tips for a Healthy LifestyleSlideShop.com
 

Viewers also liked (9)

Senam lansia
Senam lansiaSenam lansia
Senam lansia
 
Masalah Seksual Wanita Lansia
Masalah Seksual Wanita LansiaMasalah Seksual Wanita Lansia
Masalah Seksual Wanita Lansia
 
Management of diabetes in elderly
Management of diabetes in elderlyManagement of diabetes in elderly
Management of diabetes in elderly
 
Clinical management of elderly people with diabetes
Clinical management of elderly people with diabetesClinical management of elderly people with diabetes
Clinical management of elderly people with diabetes
 
The Clinical management of type 2 diabetes for the elderly
The Clinical management of type 2 diabetes for the elderlyThe Clinical management of type 2 diabetes for the elderly
The Clinical management of type 2 diabetes for the elderly
 
Menjaga kesehatan mata
Menjaga kesehatan mataMenjaga kesehatan mata
Menjaga kesehatan mata
 
Presentasi mata
Presentasi mataPresentasi mata
Presentasi mata
 
Penyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusPenyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitus
 
Diabetes Facts and Tips for a Healthy Lifestyle
Diabetes Facts and Tips for a Healthy LifestyleDiabetes Facts and Tips for a Healthy Lifestyle
Diabetes Facts and Tips for a Healthy Lifestyle
 

Similar to DIABETES LANJUT USIA

Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melituspjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melituspjj_kemenkes
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusWarnet Raha
 
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"Daniel Gani
 
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...elizarman
 
Pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus
Pengetahuan tentang penyakit diabetes melitusPengetahuan tentang penyakit diabetes melitus
Pengetahuan tentang penyakit diabetes melitusRosania Aninditari
 
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetesPengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetesNiakhairani
 
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...Operator Warnet Vast Raha
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSMenanti Senja
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
 

Similar to DIABETES LANJUT USIA (20)

Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
 
DIABETES MELLITUS
DIABETES MELLITUSDIABETES MELLITUS
DIABETES MELLITUS
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
 
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus
Pengetahuan tentang penyakit diabetes melitusPengetahuan tentang penyakit diabetes melitus
Pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus
 
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetesPengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
Pengaruh diet mikrobiotik tehadap penyakit diabetes
 
Eklamsia 1
Eklamsia 1Eklamsia 1
Eklamsia 1
 
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
 
PPT DIABETES KEL.ppt
PPT DIABETES KEL.pptPPT DIABETES KEL.ppt
PPT DIABETES KEL.ppt
 
Askep gadar akbid paramata muna
Askep gadar akbid paramata muna Askep gadar akbid paramata muna
Askep gadar akbid paramata muna
 
Askep gadar akbid paramata muna
Askep gadar akbid paramata muna Askep gadar akbid paramata muna
Askep gadar akbid paramata muna
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
 
Askep gadar AKPER PEMKAB MUNA
Askep gadar  AKPER PEMKAB MUNA Askep gadar  AKPER PEMKAB MUNA
Askep gadar AKPER PEMKAB MUNA
 
Dm
DmDm
Dm
 

DIABETES LANJUT USIA

  • 1. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik dimana penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah kelebihan gula di dalam darah dan baru dirasakan setelah terjadi komplikasi lanjut pada organ tubuh. Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala sangat bervariasi. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan sampai ketika orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya. Terkadang gambaran klinik dari diabetes tidak jelas dan diabetes baru ditemukan pada saat pemeriksaan penyaring atau pemeriksaan untuk penyakit lain. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah, yang menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain aterosklerosis, neuropati, gagal ginjal, dan retinopati. Sedikitnya setengah dari populasi penderita diabetes lanjut usia tidak mengetahui kalau ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 2. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ mereka menderita diabetes karena hal itu dianggap merupakan perubahan fisiologis yang berhubungan dengan pertambahan usia. Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak tergantung insulin ( NIDDM ). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada lanjut usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif. Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia terus meningkat dimana saat ini diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia atau berarti 1 dari 40 penduduk Indonesia menderita diabetes. Penemuan diagnosa dini dan penanganan yang adekuat pada lanjut usia yang menderita DM dipandang cukup penting artinya bagi kelangsungan hidup penderita. Selain itu skrining pada lanjut usia yang termasuk resiko tinggi untuk menderita DM juga sebaiknya dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit ataupun menghindari komplikasi yang lebih lanjut B. Etiologi Dan Patofisiologi 1. Etiologi Beberapa ahli berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka intoleransi terhadap glukosa juga meningkat. Jadi untuk golongan lanjut usia diperlukan batas glukosa darah yang lebih tinggi dari pada batas yang dipakai untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus pada orang dewasa yang bukan merupakan golongan lanjut usia. Intoleransi glukosa pada lanjut usia berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, berkurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaan obat-obatan, di samping karena pada lanjut usia sudah terjadi penurunan sekresi insulin dan resistensi insulin. Pada lebih 50 % lanjut usia diatas 60 tahun yang tanpa keluhan ditemukan hasil Tes Toleransi Glukosa ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 3. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ Oral (TTGO) yang abnormal, namun intoleransi glukosa ini masih belum dapat dikatakan diabetes melitus. Menurut Jeffrey, peningkatan kadar gula darah pada lanjut usia disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:  Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang  Perubahan karena lanjut usia sendiri yang berkaitan dengan resistensi insulin, akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskular.  Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.  Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress, operasi.  Sering menggunakan bermacam-macam obat-obatan.  Adanya faktor keturunan. Keberadaan penyakit lain Genetik Obat Aktivitas fisik yang berkurang Kegemukan Umur yang berkaitan dengan resistensi insulin Umur yang berkaitan dengan penurunan insulin Faktor-faktor penyebab pada usia lanjut Gambar 1. Beberapa faktor penyebab diabetes melitus pada lansia ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 4. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ 2. Patosiologi Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan selanjutnya ke usus. Didalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus diolah, dimana glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat. Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri. Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat. Tabel 1. Karakteristik diabetes melitus tipe I dan tipe II DM TIPE I DM TIPE II ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 5. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___  Mudah terjadi ketoasidosis  Sukar terjadi ketoasidosis  Pengobatan harus dengan insulin  Pengobatan tidak harus dengan insulin  Onset akut  Onset lambat  Biasanya kurus  Gemuk atau tidak gemuk  Biasanya terjadi pada umur yang  Biasanya terjadi pada umur > 45 masih muda tahun  Berhubungan dengan HLA-DR3  Tidak berhubungan dengan HLA dan DR4  Didapatkan antibodi sel islet  Tidak ada antibodi sel islet  10%nya ada riwayat diabetes  30%nya ada riwayat diabetes pada pada keluarga keluarga  30-50 % kembar identik terkena  100% kembar identik terkena Sumber : PERKENI, Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2, 2002 C. KLASIFIKASI ETIOLOGIS DIBETES MELITUS Klasifikasi etiologis diabetes melitus menurut American Diabetes Association (1997) Diabetes melitus tipe I: Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui proses imunologik maupun idiopatik. Diabetes melitus tipe II: Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Diabetes melitus tipe lain: 1. Defek genetik fungsi sel beta :  Maturity onset diabetes of the young (MODY) 1,2,3  DNA mitokondria ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 6. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ 2. Defek genetik kerja insulin 3. Penyakit eksokrin pankreas 4. Endokrinopati :  Akromegali  Sindrom Cushing  Hipertiroidisme 5. Obat atau zat kimia 6. Infeksi  Citomegalovirus  Rubela kongenital 2 Imunologi : Antibodi anti insulin 3. Sindrom genetik lainnya :  Sindrom Down  Sindrom Klinefelter  Sindrom Turner D. GAMBARAN KLINIS Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM lanjut usia pada umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien ialah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lanjut usia, terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menjadi tua sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai dengan komplikasi yang lebih lanjut. Hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter ialah adanya keluhan yang mengenai beberapa organ tubuh, antara lain :  Gangguan penglihatan : katarak  Kelainan kulit : gatal dan bisul-bisul  Kesemutan, rasa baal  Kelemahan tubuh  Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 7. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___  Infeksi saluran kemih Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital ataupun daerah lipatan kulit lain, seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka lama yang tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal sepele seperti luka lecet karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya. Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati juga merupakan keluhan pasien, disamping keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Keluhan lain yang mungkin menyebabkan pasien datang berobat ke dokter ialah keluhan mata kabur yang disebabkan oleh katarak ataupun gangguan-gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa akibat hiperglikemia. Tanda-tanda dan gejala klinik diabetes melitus pada lanjut usia: 1. Penurunan berat badan yang drastis dan katarak yang sering terjadi pada gejala awal 2. Infeksi bakteri dan jamur pada kulit (pruritus vulva untuk wanita) dan infeksi traktus urinarius sulit untuk disembuhkan. 3. Disfungsi neurologi, termasuk parestesi, hipestesi, kelemahan otot dan rasa sakit, mononeuropati, disfungsi otomatis dari traktus gastrointestinal (diare), sistem kardiovaskular (hipotensi ortostatik), sistem reproduksi (impoten), dan inkontinensia stress. 4. Makroangiopati yang meliputi sistem kardiovaskular (iskemi, angina, dan infark miokard), perdarahan intra serebral (TIA dan stroke), atau perdarahan darah tepi (tungkai diabetes dan gangren). 5. Mikroangiopati meliputi mata (penyakit makula, hemoragik, eksudat), ginjal (proteinuria, glomerulopati, uremia) E. DIAGNOSIS ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 8. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ Banyak pasien dengan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang asimptomatik dan baru diketahui adanya peningkatan kadar gula darah pada pemeriksaan laboratorium rutin. Para ahli masih berbeda pendapat mengenai kriteria diagnosis DM pada lanjut usia . Kemunduran, intoleransi glukosa bertambah sesuai dengan pertambahan usia , jadi batas glukosa pada DM lanjut usia lebih tinggi dari pada orang dewasa yang menderita penyakit DM. F. Komplikasi Diabetes Melitus 1. Komplikasi akut Ketoasidosis Diabetikum Ketika kadar insulin rendah, tubuh tidak bisa menggunakan glukosa sebagai energi dan karenanya lemak tubuh dimobilisasi tempat penyimpanannya. Penghancuran lemak untuk melepas energi menghasilkan formasi asam lemak. Asam lemak ini melewati hepar dan membentuk satu kelompok senyawa kimia bernama benda keton, benda keton dikeluarkan lewat urin disebut ketonuria. Kadar benda keton yang meningkat dalam tubuh disebut ketosis. Ketosis bisa meningkatkan keasaman cairan tubuh dan jaringan sehingga kadar yang sangat tinggi dan menyebabkan satu kondisi yang disebut asidosis. Asidosis akibat dari benda keton yang meningkat disebut ketoasidosis. Gejala-Gejalanya : a. Dehidrasi: kekeringan di mulut dan hilangnya elastisitas kulit b. Napas berbau kecut c. Mual-mual, muntah-muntah dan rasa sakit di perut d. Napas berat e. Tarikan napas meningkat ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 9. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ f. Merasa sangat lemah dan mengantuk Hipoglikemia Merupakan salah satu komplikasi akut yang tidak jarang terjadi dan seringkali membahayakan hidup penderitannya serta ditandai dengan kadar gula darah yang melonjak turun di bawah 50-60 mg/dl. Komplikasi ini dapat disebabkan faktor eksogen maupun endogen. Faktor eksogen diantaranya akibat pemakaian insulin atau obat hipoglikemia oral yang tidak terkontrol dan tidak diikuti dengan asupan kalori yang memadai. Di negara maju, hipoglikemia sering ditemukan pada penderita diabetes yang mengunakan insulin atau obat hipoglikemia oral bersamaan dengan alkohol yang berlebihan tanpa asupan kalori yang baik. Gejala hipoglikemia mula-mula berupa gejala adrenergik seperti : pucat, berkeringat, takikardi, palpitasi, lapar, lemas, dan gugup. Kemudian pada fase ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 10. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ selanjutnya disusul gejala neuroglikopenia yang meliputi : cepat lelah, cepat marah, sakit kepala, kehilangan konsentrasi, gangguan kesadaran, gangguan sensorik dan motorik, bingung, kejang dan bahkan koma. Infeksi Pengidap diabetes, cenderung terkena infeksi karena 3 alasan utama: a. Bakteri tumbuh baik jika kadar glukosa darah tinggi b. Mekanisme pertahanan tubuh rendah pada orang yang terkena diabetes c. Komplikasi terkait diabetes yang meningkatkan resiko infeksi. Infeksi yang umumnya menyerang pengidap diabetes termasuk infeksi kulit, infeksi saluran kencing, penyakit pada gusi, tuberkulosis, dan beberapa jenis infeksi jamur. 2. Komplikasi kronis Penyakit jantung dan pembuluh darah Aterosklerosis adalah sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki bisa mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah yang mengakibatkan kram, rasa tidak nyaman atau lemas saat berjalan. Jika suplai darah pada kaki sangat kurang atau terputus dalam waktu lama bisa terjadi kematian pada jaringan. ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 11. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ . Gambar 2. Aterosklerosis pada DM dan Pengaruhnya terhadap Kaki Kerusakan pada ginjal ( Nefropati) Diabetes mempengaruhi pembuluh darah kecil ginjal akibatnya efisiensi ginjal untuk menyaring darah terganggu. Pasien dengan nefropati menunjukan gambaran gagal ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat sampai keluhan sesak napas akibat penimbunan cairan. Adanya gagal ginjal dibuktikan dengan kenaikan kadar kreatinin atau ureum serum yang berkisar antara 2% sampai 7,1% pasien diabetes melitus. Adanya proteinuria yang persisten tanpa adanya kelainan ginjal yang lain merupakan salah satu tanda awal nefropati diabetik. Kerusakan saraf ( Neuropati ) ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 12. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ Gula darah tinggi menghancurkan serat saraf dan satu lapisan lemak di sekitar saraf. Saraf yang rusak tidak bisa mengirimkan sinyal ke otak dan dari otak dengan baik, sehingga akibatnya bisa kehilangan indra perasa, meningkatnya indra perasa atau nyeri di bagian yang terganggu. Kerusakan saraf tepi tubuh lebih sering terjadi. Kerusakan dimulai dari jempol kaki serta berlanjut hingga telapak kaki dan seluruh kaki yang menimbulkan mati rasa, kesemutan, seperti terbakar, rasa sakit, rasa tertusuk, atau kram pada otot kaki. Kerusakan pada mata ( Retinopati ) Retina mata terganggu sehinga terjadi kehilangan sebagian atau seluruh penglihatan. Pasien dengan retinopati diabetik akan mengalami gejala penglihatan kabur sampai kebutaan Gambar 4. Non Proliferatif Retinopati G. Keadaan Fisik Penderita DM Keadaan kepala penderita DM a. Rambut Penderita DM yang sudah menahun dan tidak terawat secara baik, biasanya rambutnya lebih tipis. Bila akar rambut terserang, rambut mudah rontok. b.Telinga : ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 13. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ Karena urat saraf bagian pendengaran DM mudah rusak, telinga sering mendenging dan bila tidak diobati dapat terjadi ketulian. c. Mata :  Bila kadar glukosa di dalam darah mendadak tinggi, lensa mata menjadi cembung  Penyakit DM dapat menyebabkan lensa mata menjadi keruh (tampak putih), penderita mengeluh penglihatan menjadi kabur (katarak).  Komplikasi menahun pada mata yang lain adalah meningkatnya tekanan bola mata yang disebut glaukoma.  Gangguan pada retina mata akibat DM disebut retinopati diabetik dimana terjadi penyempitan pembuluh darah kapiler disertai eksudasi dan perdarahan pada retina. Keadaan rongga mulut penderita DM a. Lidah : Lidah penderita DM sering membesar dan terasa tebal sehingga terjadi gangguan pengecapan pada lidahnya b. Ludah : Ludah penderita DM seringkali menjadi lebih kental, sehingga mulutnya terasa kering, disebut xerostomia diabetic c. Gigi dan gusi : Karena jaringan yang mengikat gigi pada rahang yang disebut periodontium mudah rusak, gigi penderita DM mudah goyah dan mudah lepas, gusi membengkak sehingga gigi tampak keluar ( modot). Keadaan paru dan jantung penderita DM a. Paru : Penderita DM mudah terjadi TBC paru. b. Jantung : ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 14. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ Penderita DM mudah terkena penyakit jantung koroner, penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner, mudah terjadi infark miokard dimana otot jantung menjadi lemah karena kekurangan suplai oksigen. Keadaan organ hati penderita DM Penderita DM akan mengalami penyakit lever akibat diabetesnya kelainan ini disebut “Penyakit Hati Diabetik”. Penderita DM lebih mudah mengidap radang hati karena virus Hepatitis B dan hepatitis C dibanding orang yang tidak menderita penyakit DM. Keadaan alat pencernaan penderita DM a.Lambung : Pada penderita DM, akhirnya urat saraf pemelihara lambung akan rusak, lambung menggelembung sehingga proses pengosongan lambung terganggu. b.usus : Pada Penderita DM mengeluh sukar BAB yang disebut obstipasi diabetic Keadaan ginjal dan kandung kemih a. Ginjal : Pada penderita DM mempunyai kecenderungan tujuh belas kali lebih mudah mengalami gangguan fungsi ginjal yang disebabkan oleh faktor infeksi berulang yang timbul pada DM dan adanya penyempitan pembuluh darah kapiler yang disebut mikroangiopati diabetic b. Kandung kemih Pada penderita DM sering mengalami infeksi saluran kemih (ISK) yang berulang, selain itu urat saraf yang memelihara kandung kemih sering rusak sehingga dinding kandung kemih menjadi lemah. Sifat kontrol urat saraf ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 15. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ terganggu menyebabkan penderita sering ngompol atau air kencingnya keluar sendiri tanpa disadari yang disebut inkontinesia urine. Kemampuan seksual penderita diabetes melitus Jika kerusakan sarafnya sudah berat dan permanen biasanya penderita DM akan menderita impoten yang menetap. Impoten pada penderita DM dapat dibedakan 2 jenis, impotensi neurogenik dan impotensi psikogenik. Keadaan urat saraf penderita DM Karena glukosa di dalam darah penderita DM demikian tinggi, akan merusak urat saraf penderita jika prosesnya berlangsung lama. Kelainan urat saraf akibat penyakit DM disebut neuropati diabetic. Gejala yang sering muncul:  Kesemutan  Rasa panas atau rasa tertusuk – tusuk jarum  Rasa tebal terjadi di telapak kaki  Kram  Badan sakit terutama malam hari  Bila ada kerusakan urat saraf disebut polineuropati diabetic. Keadaan pembuluh darah pada penderita DM Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai (makroangiopati diabetik), tungkai akan lebih mudah mengalami gangren diabetic, yaitu luka pada kaki yang merah kehitam – hitaman dan busuk. Bila sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar penderita DM akan merasa tungkainya sakit sesudah ia berjalan pada jarak tertentu karena aliran darah ke tungkai tersebut berkurang dan disebut claudicatio intermitten. ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 16. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ Gambar 5. Gangren diabetik pada penderita DM G. PENATALAKSANAAN Tujuan penanganan DM pada lanjut usia tidak jauh berbeda dengan orang dewasa umumnya yaitu untuk mencegah terjadinya dekompensasi metabolik akut dan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat komplikasi. Satu hal yang tidak boleh diabaikan, yaitu walaupun pencapaian kualitas hidup yang lebih baik merupakan tujuan utama penanganan DM pada lanjut usia, namun pemberiaan obat-obatan secara agresif dan non prosedural adalah tidak benar. Penanganan DM pada lansia seringkali kurang optimal, misalnya saja pada sebuah penelitian oleh “Cardiovascular Heart Study (CHS)” di Amerika dari tahun 1996-1997 didapati hanya 12 % populasi lanjut usia dengan DM yang mencapai kadar gula darah di bawah nilai acuan yang ditetapkan American Diabetes Association. Pada penelitaian tersebut juga diketahui 50% dari lanjut usia dengan DM mengalami gangguan pembuluh darah besar dan 33% dari jumlah tersebut aktif mengkonsumsi aspirin. Disisi lain banyak dari populasi lanjut usia dengan DM memiliki tekanan darah > 140/90 mmHg, hanya 8% lanjut usia dengan kadar kolesterol LDL < 100 mg/dl. Saat ini, pola penanganan DM baik tipe 1 maupun tipe 2 telah maju sedemikian pesat terutama dalam hal terapi farmakologis, namun intervensi obat- obatan bagi lansia mutlak perlu dilakukan dengan lebih hati-hati. Untuk itu, American Geriatric Society (AGS) menetapkan beberapa langkah-langkah dalam upaya memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap DM pada lansia. ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 17. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ Tabel 4. Langkah-Langkah Pokok untuk Meningkatkan Penanganan Diabetes Melitus pada Lansia Menurut American Geriatric Society (AGS) Edukasi dan penanganan individual Pencegahan dan penanganan terhadap adanya faktor risiko kardiovaskuler secara agresif Mengendalikan stres glikemik sebagai elemen dalam mencegah dan menangani komplikasi mikrovaskular Penyaringan dan penanganan terhadap timbulnya sindroma geriatri yang sering terjadi pada lansia yang menderita DM, misalnya depresi, gangguan kognitif, inkontinensia urine, jatuh, nyeri, dan polifarmasi Sumber : DE Elson, MD, PhD ; SL Norris, MD, MPH. Diabetes in Older Adults : Overviews of AGS guidelines for the treatment of diabetes mellitus in geriatric populations,2004 Di samping langkah-langkah tersebut, juga terdapat nilai-nilai “kunci” yang digunakan untuk meningkatkan tata penanganan DM pada lansia. Diperkirakan 25-50 % dari DM lanjut usia dapat dikendalikan dengan baik hanya dengan diet saja, 3 % membutuhkan insulin dan 20-45 % dapat diobati dengan anti diabetik oral dan diet saja. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar DM pada lanjut usia adalah tipe II dan dalam penatalaksanaannya perlu diperhatikan secara khusus, baik cara hidup pasien, keadaan gizi dan kesehatannya, penyakit lain yang menyertai serta ada atau tidaknya komplikasi DM. Pedoman penatalaksanaan diabetes pada lanjut usia adalah:  Menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarganya.  Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia. ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 18. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___  Lebih bersifat konservatif, usahakan agar glukosa darah tidak terlalu tinggi (200 –220 mg/dl) dan tidak terlampau rendah karena bahaya terjadinya hipoglikemia  Mengendalikan glukosa darah dan berat badan sambil menghindari resiko hipoglikemi. Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu ( 2 – 4 minggu ). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan pemberian obat hipoglikemik oral ( OHO ) atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu OHO dapat segera diberikan sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stress berat, berat badan yang menurun cepat, insulin dapat segera diberikan. Pada kedua keadaan tersebut perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya hipoglikemia. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus. Pilar Pengelolaan DM A. Edukasi B. Perencanaan Makan C. Latihan Jasmani D. Intervensi Farmakologi A. Edukasi Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan motivasi. Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang:  Penyakit DM  Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM  Penyulit DM ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 19. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___  Intervensi farmakologis dan non farmakologis  Hipoglikemia  Masalah khusus yang dihadapi  Perawatan kaki pada diabetes  Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan  Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan Perilaku hampir sama dengan proses edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi, dan evaluasi. B. Perencanaan makanan Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk dapat dikendalikan hanya dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan dan teratur. Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolan diabetes, meski sampai saat ini tidak ada satu pun perencanaan makan yang sesuai untuk semua pasien. Perencanaan makan harus disesuaikan menurut kebiasaan masing-masing individu. Yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung, serat. Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makan serta komposisi makanan ( karbohidrat, lemak, dan protein). Jumlah masukan kalori makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting daripada sumber atau macam karbohidratnya. Gula pasir sebagai bumbu masakan tetap diijinkan. Pada keadaan glukosa darah terkendali, masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa ( gula pasir) sampai 5 % kebutuhan kalori. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:  Karbohidrat 60 – 70 %  Protein 10 – 15 % ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 20. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___  Lemak 20 – 25 % Makanan dengan komposisi sampai 70 – 7 5 % masih memberikan hasil yang baik. Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari, diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh MUFA (Mono Unsurated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poli Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat 25 g / hari, diutamakan serat larut. Pemanis buatan dapat dipakai secukupnya. Pemanis buatan yang aman dan dapat diterima untuk digunakan pasien diabetes termasuk yang sedang hamil adalah: sakarin, aspartame, acesulfame, potassium, dan sukralose. Jumlah kalori disesuaikan dengan status gizi,umur , ada tidaknya stress akut, kegiatan jasmani. Untuk penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks Massa tubuh (IMT) dan rumus Broca. Indeks massa tubuh ( IMT ) dapat dihitung dengan rumus: IMT = BB ( Kg ) / TB ( M2 ) IMT Normal Wanita = 18.5 – 23.5 IMT Normal Pria = 22.5 – 25 BB kurang = < 18.5 BB lebih  Dengan resiko = 23.0- 24.9  Obes I = 2.5.0 - 29.9  Obes II = ≥ 30.0 Petunjuk Umum untuk Asupan Diet bagi Diabetes:  Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan pada waktu makan  Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan minuman berkalori rendah lainnya pada waktu makan  Makanlah dengan waktu yang teratur ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 21. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___  Hindari makan makanan manis dan gorengan  Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan  Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama setiap makan  Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus  Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil  Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil C. Latihan Jasmani Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani teratur ( 3 – 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit ), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud ialahjalan, bersepeda santai, jogging, berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Kegiatan sehari – hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun tetap dilakukan tetap dilakukan. Batasi atau jangan terlalu lama melakukan kegiatan yang kurang gerak seperti menonton televisi. Prinsip latihan jasmani yang dilakukan : 1. Continous : Latihan jasmani harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa berhenti. Contoh: Jogging 30 menit , maka pasien harus melakukannya selama 30 menit tanpa henti. 2. Rhytmical : Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, contoh berlari, berenang, jalan kaki. 3. Interval : Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat. Contoh: jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselangi jalan ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 22. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ 4. Progresive :  Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari intensitas ringan sampi sedang selama mencapai 30 – 60 menit  Sasaran HR = 75 – 85 % dari maksimal HR  Maksimal HR = 220 – ( umur ) 5. Endurance : Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti jalan jogging dan sebagainya Latihan dengan prinsip seperti di atas minimal dilakukan 3 hari dalam seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olah raga kesenangannya. Modifikasi senam sederhana dapat diberikan kepada penderita DM Lansia, misalnya: 1. Menepuk kedua tangan di atas kepala kemudia dipaha 2. Secara bergantian menempatkan tangan di dada dan dibelakang kepala 3. Latihan meregangkan bagian atas dan bagian bawah tubuh, leher, dan paha 4. Membuat gerakan lingkaran dengan 2 lengan secara paralel di depan badan. Olah raga yang teratur memainkan peran yang sangat penting dalam menangani diabetes, manfaat – manfaat utamanya sebagai berikut: 1. Olah raga membantu membakar kalori karena dapat mengurangi berat badan. 2. Olah raga teratur dapat meningkatkan jumlah reseptor pada dinding sel tempat insulin bisa melekatkan diri. 3. Olah raga memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan otot jantung. 4. Olah raga meningkatkan kadar kolesterol “baik” dan mengurangi kadar kolesterol “jahat” 5. Olah raga teratur bisa membantu melepaskan kecemasan stress, dan ketegangan, sehingga memberikan rasa sehat dan bugar. . D. Intervensi Farmakologis ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 23. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemik oral. Di Indonesia umumnya OHO yang dipakai ialah Metformin 2 – 3 X 500 mg sehari. Cara pemberian obat hipoglikemik oral : 1. Sulfonilurea 15-30 menit sebelum makan 2. Glimepirid sebelum atau sesaat sebelum makan 3. Repaglinid, nateglinid sesaat atau sebelum makan 4. Metformin sebelum atau pada saat atau sesudah makan karbohidrat (sesuai toleransi) 5. Penghambat glukosidase alfa (acarbose) bersama suapan pertama 6. Tiazolidindion insulin sensityzing hormon tidak tergantung jadwal makan B. Insulin Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi pemasukan asam amino kedalam sel dan kemudian meningkatkan sintesa protein. Insulin meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah penggunaan lemak sebagai bahan energi. Insulin menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan membantu penyimpanan glikogen didalam sel otot dan hati. Insulin endogen adalah insulin yang dihasilkan oleh pankreas, sedang insulin eksogen adalah insulin yang disuntikan dan merupakan suatu produk farmasi. Efek Metabolik Terapi Insulin:  Menurunkan kadar gula darah puasa dan post puasa  Supresi produksi glukosa oleh hati  Stimulasi utilisasi glukosa perifer  Oksidasi glukosa / penyimpanan di otot ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 24. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___  Perbaiki komposisi lipoprotein abnormal  Mengurangi glucose toxicity  Perbaiki kemampuan sekresi endogen  Mengurangi Glicosilated end product Cara pemberian insulin : Insulin kerja singkat :  IV, IM, SC  Infus ( AA / Glukosa / elektrolit )  Jangan bersama darah ( mengandung enzim merusak insulin ) Cara penyuntikan insulin : Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan). Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau drip. Insulin dapat diberikan tunggal (satu macam insulin kerja cepat, kerja menengah atau kerja panjang) tetapi juga dapat diberikan kombinasi insulin kerja cepat dan kerja menengah, sesuai dengan respons individu terhadap insulin, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian. Lokasi penyuntikan juga harus diperhatikan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh pasien yang sama. Harus diperhatikan kesesuaian kosentrasi insulin (U40, U100) dengan semprit yang dipakai. Dianjurkan dipakai konsentrasi yang tetap. Gambar 9. Predileksi tempat penyuntikan insulin ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 25. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ Gambar 10. Tempat penyuntikan insulin Penyerapan paling cepat terjadi di daerah abdomen yang kemudian diikuti oleh daerah lengan, paha bagian atas bokong. Bila disuntikan secara intramuskular dalam maka penyerapan akan terjadi lebih cepat dan masa kerja akan lebih singkat. Kegiatan jasmaniyang dilakukan segera setelah penyuntikan akan mempercepat onset kerja dan juga mempersingkat masa kerja Kesulitan pemberiaan insulin pada pasien lanjut usia ialah karena pasien tidak mau menyuntik sendiri karena persoalnnya pada matanya, tremor, atau keadaan fisik yang terganggu serta adanya demensia. Dalam keadaan seperti ini tentulah sangat diperlukan bantuan dari keluarganya Efek samping penggunaan insulin : 1. Hipoglikemia 2. Lipoatrofi 3. Lipohipertrofi 4. Alergi sistemik atau lokal ______________________________________________________________________________________________ ____
  • 26. DIABETES MELITUS PADA LANJUT USIA Program Studi Ilmu Keperawatan UNAND ___________________________________________________________________________________________________ ___ 5. Resistensi insulin 6. Edema insulin 7. Sepsis Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan dapat terjadi bila terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan jasmani dan jumlah insulin. Pada 25-75% pasien yang diberikan insulin konvensional dapat terjadi Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit tempat suntikan akibat atrofi jaringan lemak. Hal ini diduga disebabkan oleh reaksi imun dan lebih sering terjadi pada wanita muda terutama terjadi di negara yang memakai insulin tidak begitu murni. Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak subkutan di tempat suntikan akibat lipogenik insulin. Lebih banyak ditemukan di negara yang memakai insulin murni. Regresi terjadi bila insulin tidak lagi disuntikkan di tempat tersebut. Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik terutama pada penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi lokal berupa eritem dan indurasi di tempat suntikan yang terjadi dalam beberpa menit atau jam dan berlagsung selama beberapa hari. Reaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu sesudah pengobatan insulin dimulai. Inflamasi lokal atau infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit kurang baik, penggunaan antiseptik yang menimbulkan sensitisasi atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan hilang secara spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit, angioudem, gangguan gastrointestinal, gangguan pernapasan dan yang sangat jarang ialah hipotensi dan syok yang di akhiri kematian. PENCEGAHAN DAN ANJURAN A. Pencegahan Pada penyakit Diabetes melitus usaha pencegahan terdiri dari : a. Pencegahan primer : Mencegah agar tidak timbul penyakit DM ______________________________________________________________________________________________ ____