SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
1
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN:
DIABETES MELITUS
DOSEN PENGAMPU NS. M. SYIKIR S.KEP., M KEP
KELOMPOK 1 : KLS KEPERAWATAN B
NURHIKMADANI
NUR FADILLAH. N
FARIDA
NASRULLAH
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
“Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin:
Diabetes Melitus” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah KMB 2, selain itu juga bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembaca dan juga penulis mengenai Asuhan keperawatan pada pasien Diabetes melitus.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak yang telah memberikan tugas ini kepada
kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan pembuatan
tugas kami kedepannya.
Polewali, 16 juni 2023
Hormat kami
Penulis
3
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 6
A. Konsep Medis........................................................................................................... 6
1. Definisi .................................................................................................................. 6
2. Etiologi .................................................................................................................. 6
3. menifestasi klinis................................................................................................... 8
4. patofisiologi........................................................................................................... 9
5. pemeriksaan penunjang ....................................................................................... 11
6. penatalaksana medis ............................................................................................ 12
B. PATHWAYS.......................................................................................................... 17
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................... 18
1. Pengkajian ........................................................................................................... 18
2. diagnose............................................................................................................... 20
3. luaran dan intervensi keperawatan ...................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 28
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem dalam tubuh yang terdiri dari sekumpulan kelenjar
endokrin yang memproduksi dan mengeluarkan hormon kedalam darah. Hormon ini
kemudian diangkut oleh aliran darah keseluruh tubuh dan berfungsi sebagai pengatur
sistem tubuh yang berbeda-beda, seperti pertumbuhan, perkembangan, reproduksi,
metabolisme, serta respons terhadap stress dan lingkungan.
Gangguan pada sistem endokrin dapat menyebabkan berbagai masalaha
Kesehatan, seperti gangguan hormonal, gangguan reproduksi, gangguan tiroid,
obesitas, diabetes dan lain sebagainya. Salah satu gangguan yang sering terjadi adalah
diabetes melitus atau yang sering dikenal dengan kencing manis/penyakit gula
merupakan penyakit dimana kadar gula dalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak
dapat melepaskan atau mengguanakan insulin sehinggu gula didalam darah tidak dapat
dimetabolisme.
Diabetes melitus adalah salah satu penyakit kronis yang prevalensinya terus
meningkat secara global. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF),
pada tahun 2021, diperkirakan sekitar 537 juta orang di seluruh dunia memiliki
diabetes melitus. Angka ini diprediksi akan terus meningkat menjadi sekitar 642 juta
pada tahun 2040. Fakta ini menunjukkan pentingnya pengetahuan dan perawatan yang
efektif untuk diabetes melitus.
Diabetes melitus memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup individu
dan masyarakat secara keseluruhan. Diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi
jangka pendek dan jangka panjang, seperti hiperglikemia, hipoglikemia, penyakit
jantung, gagal ginjal, gangguan penglihatan, amputasi, dan gangguan saraf. Dampak
ini menyebabkan peningkatan biaya perawatan kesehatan dan menimbulkan beban
yang signifikan pada pasien dan keluarganya.
Perawat memiliki peran penting dalam asuhan diabetes melitus. Mereka berperan
sebagai anggota tim perawatan kesehatan yang memberikan edukasi, perencanaan, dan
implementasi perawatan kepada pasien dengan diabetes melitus. Perawat juga terlibat
5
dalam manajemen gula darah, pengawasan diet dan aktivitas fisik, pemberian obat,
serta mendukung pasien dan keluarganya dalam mengatasi tantangan yang terkait
dengan diabetes melitus.
Asuhan keperawatan yang efektif untuk pasien diabetes melitus membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan khusus dari perawat. Mereka harus memahami
patofisiologi diabetes melitus, penggunaan dan dosis obat-obatan anti-diabetes,
pengukuran gula darah, interpretasi hasil tes laboratorium terkait diabetes, serta
mampu memberikan edukasi yang tepat kepada pasien dan keluarganya.
Asuhan keperawatan untuk diabetes melitus harus melibatkan pendekatan
holistik, yaitu mempertimbangkan aspek fisik, psikososial, dan spiritual pasien.
Perawat harus mampu mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan individu pasien,
memberikan dukungan emosional, serta mengedukasi pasien tentang pentingnya
mengadopsi gaya hidup sehat untuk mengendalikan diabetes melitus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah:
Bagaimanakah konsep medis, pathways dan konsep keperawatan pada Diabetes
Melitus?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umun
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai
konsep medis dan konsep keperawatan pada diabetes melitus
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep medis diabetes melitus
b. Untuk mengetahui konsep keperawatan diabetes melitus
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
1. Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) dalam Standards of Medical
Care in Diabetes - 2021, diabetes melitus adalah kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan dalam sekresi
insulin, aksi insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus
dapat menyebabkan kerusakan, disfungsi, dan kegagalan organ, terutama pada
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes melitus dibagi menjadi
tiga jenis utama, yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional.
Diabetes tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang dan merusak sel
beta di pankreas yang memproduksi insulin. Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh
tidak dapat menggunakan insulin dengan baik atau tidak dapat memproduksi cukup
insulin. Sementara itu, diabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang belum
memiliki riwayat diabetes sebelumnya dan biasanya berakhir setelah kehamilan.
(ADA, 2021)
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin, 2009).
2. Etiologi
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu:
a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1 Diabetes yang tergantung
pada insulin diandai dengan penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan
oleh:
1) Faktor genetik : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu
7
yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan
proses imun lainnya.
2) Faktor imunologi : Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β
pancreas.
b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) Disebabkan oleh kegagalan
telative beta dan resisten insulin. Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum
diketahui, faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam
sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat
resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat
dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada
pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor.
Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk
mempertahankan euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes
Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk
Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang
dapat timbul pada masa kanak-kanak.
8
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik Hasil pemeriksaan glukosa dalam 2 jam pasca pembedahan
dibagi menjadi 3 yaitu :
a) < 140 mg/dL → normal
b) 140<200 mg/dl→ toleransi glukosa terganggu
c) >200 mg/dL → diabetes
3. Menifestasi Klinis
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM,
yaitu:
a. Gejala awal pada penderita DM adalah
1) Poliuria (peningkatan volume urine)
2) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat
pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic
hormone) dan menimbulkan rasa haus.
3) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi
hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa.
4) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
9
b. Gejala lain yang muncul
1) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.
2) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal,
lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
3) Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama candida.
4) Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan
akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein.
Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer.
5) Kelemahan tubuh
6) Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel
melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
7) Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak
diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan
untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
8) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas
menurun karena kerusakan hormon testosteron.
9) Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia.
4. Patofisiologi
Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah
dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi
10
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala
seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila
tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
11
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).
5. Pemeriksaan Penunjang
Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah , menurut Sujono
& Sukarmin (2008) antara lain:
a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM > 140
mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai gejala
klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prondial < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
diagnostik.
12
c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan diagnostik.
d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam <
200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
e. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan
kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi
absorbsi glukosa.
f. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna.
Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan menurunkan
penggunaan gula darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM
kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
g. Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3 bulan.
h. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa.
i. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat
digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam penelitian diabetes
6. Penatalaksana Medis
Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu tujuan utama
terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah
dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa
terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima
komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
13
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman
3 J yaitu:
a. Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
b. Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
c. Jenis makanan yang manis harus dihindari Penentuan jumlah kalori Diit
Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan
gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body
Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :
1) Kurus (underweight) BBR < 90 %
2) Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3) Gemuk (overweight) BBR > 110%
4) Obesitas apabila BBR > 120%
 Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
 Obesitas sedang BBR 130% - 140%
 Obesitas berat BBR 140% - 200%
 Morbid BBR >200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk
penderita DM yang bekerja biasa adalah :
1) Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
2) Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari
14
2) Latihan/ Olah raga.
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam.
Adanya kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan
penarikan glukosa ke dalam sel. Penderita diabetes dengan kadar glukosa
darah >250mg/dl dan menunjukkan adanya keton dalam urine tidak boleh
melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urin menunjukkan hasil
negatif dan kadar glukosa darah mendekati normal. Latihan dengan kadar
glukosa tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth hormon dan
katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak
glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.Untuk pasien yang
menggunakan insulin setelah latihan dianjurkan makan camilan untuk
mencegah hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya yang akan
memuncak pada saat latihan.
3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
4) Obat-Obatan
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1. Mekanisme kerja sulfanilurea Obat ini bekerja dengan cara
menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang
sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada
penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada
pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2. Mekanisme kerja Biguanida Biguanida tidak mempunyai efek
pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan
efektivitas insulin, yaitu :
15
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
1) Menghambat absorpsi karbohidrat
2) Menghambat glukoneogenesis di hati
3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler
b. Insulin
1. Indikasi penggunaan insulin
a. DM tipe I
b. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan
OAD
c. DM kehamilan
d. DM dan gangguan faal hati yang berat
e. DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f. DM dan TBC paru akut
g. DM dan koma lain pada DM
h. DM operasi
i. DM patah tulang
j. DM dan underweight
k. DM dan penyakit Graves
2. Beberapa cara pemberian insulin
a. Suntikan insulin subkutan
16
b. Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam,
sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan
tergantung pada beberapa faktor antara lain.
17
B. PATHWAYS
18
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut (Santosa, Budi. 2008)
1. Identitas klien, meliputi : Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis
kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
2. Keluhan utama
a. Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak
kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
b. Kondisi hipoglikemi Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa
lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,
patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan
utama gatal-gatal pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,
kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga
mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare
kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus,
pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada
pria.
4. Riwayat kesehatan dahulu DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas,
gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti
glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung
estrogen.
5. Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita
DM
6. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram
otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda: takikardia dan
takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi, disorientasi,
koma
19
b. Sirkulasi Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut,
klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama. Tanda: takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia,
krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas ego Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi. Tanda: ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare. Tanda: urine
encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.
e. Makanan dan cairan Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak
mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan
berat badan, haus, penggunaan diuretik. Tanda: kulit kering bersisik, turgor
jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau
aseton
f. Neurosensori Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia, gangguan penglihatan. Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi,
stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon menurun, kejang.
g. Kardiovaskuler Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h. Pernapasan Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i. Seksualitas Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita
j. Gastro intestinal Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
anseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
k. Muskulo skeletal Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada
kaki, 9
20
l. Integumen Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulku
2. Diagnose
1) Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.
2) Deficit Nutrisi b.d. ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1)
3) Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan
secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan
4) Nyeri akut b.d agen injuri biologis
3. Luaran Dan Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA HASIL INTERVENSI
1 Resiko perfusi perifer
tidak efektif b.d
hipoksemia jaringan
Setelah di lakukan
intervensi selama 3 jam
maka perfusi perifer
meningkat dengan kriteria
hasil
 Pengisian kapiler
(membaik)
 Denyut Nadi
perifer
(meningkat)
 Akral (membaik)
 Turgor kulit
(membaik)
Perawatan sirkulasi (I.02079)
Tindakan
Observasi
 Periksa sirkulasi perifer
(mis,nadi
perifer,edema,pengisian
kapiler,warna,suhu,anki
ebrchial index)
 Identifikasi faktor risiko
gangguan sirkulasi
(mis,diabetes,perokok,o
rang tua,hipertensi,dan
kadar kolestrol tinggi)
 Monitor
panas,kemerahan,nyeri,
atau bengkak pada
ekstremitas.
Trapeutik
 Hindari pemasangan
infus atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran
tekanan darah pada
21
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan
pemasangan loumiquet
pada area yang cederah
 Lakukukan pencegahan
infeksi
 Lakukan hidrasi
Edukasi
 Anjurkan berhenti
merokok
 Anjurkan berolahraga
rutin
 Anjurkan mengunakan
obat penurun tekanan
darah,antikoagulan,dan
penurun kolestrol,jika
perlu
 Anjurkan meminum
obat pngontrol tekanan
darah secara teratur
 Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (melembabkan
kulit kering pada kaki)
 Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis,rendah
lemak jenuh,minyyak
ikan omega 3)
 Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan
(mis,rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat,luka tidak
sembuh,hilangnya rasa.)
2 Resiko defisit nutrisi b.d
ketidakmampuan
menggunakan glukose
(tipe 1)
setelah dilakukan
intervensi selama 3 jam
maka status nutrisi
membaik dengan kriteria
hasil
 Pengetahuan
tentang pilihan
makanan yang
sehat (meningkat)
Manajemen Nutrisi ( I.03119)
Tindakan
Observasi
 Identifikasi status
nutrisi
 Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
22
 Pengetahuan
tentang pilihan
minuman yang
sehat (meningkat)
 Berat badan
(membaik)
 Nafsu makan
(membaik)
 Identifikasi makanan
yang di sukai
 Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrisi
 Identifikasi perlunya
pengunaan selang
nasogastrik
 Monitor asupan
makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Trapeutik
 Lakukan oral hygiene
sebelum maklan,jika
perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet
(mis,piramida makanan)
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen
makanan,jika perlu
 Hentikan pemberiaan
melalaui selang
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk,jika mampu
 Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kalaborasi
 Kalaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis,pereda
nyeri,antiemetik,) jika
perlu.
23
 Kalaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkam,jika perlu.
3 Ketidakseimbangan
Cairan b.d Kehilangan
volume cairan secara
aktif, Kegagalan
mekanisme pengaturan
Setelah dilakukan
intervensi selama 2 jam,
maka keseimbangan
cairan meningkat dengan
kriteria hasil
 Asupan cairan
(meningkat)
 Dehidrasi
(menurun)
 Tekanan darah
(membaik)
 Turgor kulit
(membaik)
 Berat badan
(membaik)
Manajemen cairan (I.03098)
Tindakan
Observasi
 Monitor status hidrasi
(mis,frekuensi
nadi,kekuatan
nadi,akral,pengisian
kapiler,kelembapan
mukosa,turgol
kulit,tekanan darah)
 Monitor berat badan
hariaan
 Monitor berat badan
sebelum dan sesudah
dialisis
 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
(mis,hematokrik,Na,K,
CL,jenis urine,BUN)
 Monitor status
hemodinamik
(mis,MAP,CVP,PAP,P
CWP jika tersedia)
Trapeutik
 Catat intake-ouput dan
hitung balans cairan
24jam
 Berikan asupan
cairan,sesuai kebutuhan
 Berikan cairan
intravena,jika perlu.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
diuretik,jka perlu
4 Nyeri b.d agen injuri
biologis
Setelah dilakukan
intervensi selama 4
jam,maka tingkat nyeri
menurun dengan kriteria
hasil
Manajemen nyeri (I.08238)
Tindakan
Observasi
 Identifikasi
lokasi,karakteristik,dura
24
 Keluhan nyeri
(menurun)
 Meringis
(menurun)
 Sikap protektif
(menurun)
 Gelisah
(menurun)
 Kesulitan tidur
(menurun)
 Pola napas
(membaik)
si,frekuensi,kualitas,inte
nsitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons
nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
 Identifikasi pengaruh
buadaya terhadap
respon nyeri
 Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
 Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah di berikan
 Monitor efek samping
pengunaan analgetik
Trapeutik
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi raasa
nyeri(mis,TENS,hipnosi
s,akupresur,terapi
musik,biofeedback,terap
i pijat,aroma
terapi,teknik imajinasi
terbimbing,konmpres
hangat/dingin,terapi
bermain)
 Kontrak lingkungan
yang memperberat ras
nyeri (mis,suhu
ruangan,pencahayaan,ke
bisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredaksn nyeri
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
25
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi coping
untuk mengurangi
kelelahan
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
priode,dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan tehnik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan
intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan
teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh,
pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan
klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa
aman, nyaman dan keselamatan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
26
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian
dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan
27
BAB III
KESIMPULAN
Menurut American Diabetes Association (ADA) dalam Standards of Medical
Care in Diabetes - 2021, diabetes melitus adalah kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan dalam sekresi insulin, aksi
insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus dapat
menyebabkan kerusakan, disfungsi, dan kegagalan organ, terutama pada mata, ginjal,
saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes melitus dibagi menjadi tiga jenis utama,
yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional. Diabetes tipe 1 terjadi
ketika sistem kekebalan tubuh menyerang dan merusak sel beta di pankreas yang
memproduksi insulin. Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan
insulin dengan baik atau tidak dapat memproduksi cukup insulin. Sementara itu,
diabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang belum memiliki riwayat diabetes
sebelumnya dan biasanya berakhir setelah kehamilan. (ADA, 2021)
Diabetes melitus memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup individu
dan masyarakat secara keseluruhan. Diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi
jangka pendek dan jangka panjang, seperti hiperglikemia, hipoglikemia, penyakit
jantung, gagal ginjal, gangguan penglihatan, amputasi, dan gangguan saraf. Dampak
ini menyebabkan peningkatan biaya perawatan kesehatan dan menimbulkan beban
yang signifikan pada pasien dan keluarganya.
Perawat memiliki peran penting dalam asuhan diabetes melitus. Mereka berperan
sebagai anggota tim perawatan kesehatan yang memberikan edukasi, perencanaan, dan
implementasi perawatan kepada pasien dengan diabetes melitus. Perawat juga terlibat
dalam manajemen gula darah, pengawasan diet dan aktivitas fisik, pemberian obat,
serta mendukung pasien dan keluarganya dalam mengatasi tantangan yang terkait
dengan diabetes melitus.
28
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. (2021). Standards of Medical Care in Diabetes – 2021.
Diabetes Care, 44(Supplement 1), S1-S232. https://doi.org/10.2337/dc21-Sintroduction
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Yogyakarta :
Mediaction Jogja.
Santosa, Budi. 2008. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Yuliana Elin, Andrajat Retnosari, 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI

More Related Content

Similar to Diabetes Konsep

Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melituspjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melituspjj_kemenkes
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...Rini Wahyuni
 
Tugas empimediologi norni eks b
Tugas empimediologi norni eks bTugas empimediologi norni eks b
Tugas empimediologi norni eks bNorniStg
 
Tugas empimediologi norni eks b
Tugas empimediologi norni eks bTugas empimediologi norni eks b
Tugas empimediologi norni eks bNorniStg
 
Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...
Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...
Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...Rini Wahyuni
 
Makala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitusMakala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitusSeptian Muna Barakati
 
Diabetes mellitus pada lanjut usia
Diabetes mellitus pada lanjut  usiaDiabetes mellitus pada lanjut  usia
Diabetes mellitus pada lanjut usiaPiTria HaYati
 
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..Falah123
 
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...elizarman
 
materi diabetes and pharmacy ibu dona.pptx
materi diabetes and pharmacy ibu dona.pptxmateri diabetes and pharmacy ibu dona.pptx
materi diabetes and pharmacy ibu dona.pptxsalsabilaJacob
 
Proposal.docx
Proposal.docxProposal.docx
Proposal.docxTessyaSay
 
Bab i pendahuluan hmmmm
Bab i pendahuluan hmmmmBab i pendahuluan hmmmm
Bab i pendahuluan hmmmmCeria Pradana
 

Similar to Diabetes Konsep (20)

Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
 
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan tentang Jumlah Penderita Diabetes M...
 
DIABETES MELLITUS
DIABETES MELLITUSDIABETES MELLITUS
DIABETES MELLITUS
 
Satpel diabetes melitus
Satpel diabetes melitusSatpel diabetes melitus
Satpel diabetes melitus
 
Tugas empimediologi norni eks b
Tugas empimediologi norni eks bTugas empimediologi norni eks b
Tugas empimediologi norni eks b
 
Tugas empimediologi norni eks b
Tugas empimediologi norni eks bTugas empimediologi norni eks b
Tugas empimediologi norni eks b
 
Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...
Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...
Makalah Penyajian Data Sistem Informasi Kesehatan Tentang Estimasi Jumlah Pen...
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Makala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitusMakala diet untuk penyakit diabetes melitus
Makala diet untuk penyakit diabetes melitus
 
Diabetes mellitus pada lanjut usia
Diabetes mellitus pada lanjut  usiaDiabetes mellitus pada lanjut  usia
Diabetes mellitus pada lanjut usia
 
bab 1-5 makalah.docx
bab 1-5 makalah.docxbab 1-5 makalah.docx
bab 1-5 makalah.docx
 
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
 
Makalah puskesmas
Makalah puskesmasMakalah puskesmas
Makalah puskesmas
 
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
 
Dm bab 1 5
Dm bab 1 5Dm bab 1 5
Dm bab 1 5
 
materi diabetes and pharmacy ibu dona.pptx
materi diabetes and pharmacy ibu dona.pptxmateri diabetes and pharmacy ibu dona.pptx
materi diabetes and pharmacy ibu dona.pptx
 
PPT DIABETES KEL.ppt
PPT DIABETES KEL.pptPPT DIABETES KEL.ppt
PPT DIABETES KEL.ppt
 
Proposal.docx
Proposal.docxProposal.docx
Proposal.docx
 
Bab i pendahuluan hmmmm
Bab i pendahuluan hmmmmBab i pendahuluan hmmmm
Bab i pendahuluan hmmmm
 

Recently uploaded

DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxNadiraShafa1
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptmutupkmbulu
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARGregoryStevanusGulto
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docxhurufd86
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxandibtv
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRJessieArini1
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfMeiRianitaElfridaSin
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxika291990
 
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptxPPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptxnoviariansari
 

Recently uploaded (12)

DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptxDASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
DASAR DASAR EMOSI BIOPSIKOLOGI, PSIKOLOGI.pptx
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.pptKEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
KEBIJAKAN GLOBAL PELAYANAN KEBIDANAN090222 18-Nov-2022 07-29-34.ppt
 
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUARmater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
mater kuliah tentang KELAINAN TELINGA LUAR
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docximplementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
implementasi Revisi Usulan Proposal MHKes PPJ.docx
 
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptxPENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ARTERI DAN ANALISA GAS DARAH.pptx
 
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRBimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
Bimtek TKH 2024.pptxRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdfPROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
PROMOSI KESEHATAN & KESEJAHTERAAN LANSIA compress.pdf
 
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptxMETODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
METODE FOOD RECORD (pENGUKURAN FOOD.pptx
 
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptxPPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
PPT TUGAS PEMBIAYAAN RS DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.pptx
 

Diabetes Konsep

  • 1. 1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN: DIABETES MELITUS DOSEN PENGAMPU NS. M. SYIKIR S.KEP., M KEP KELOMPOK 1 : KLS KEPERAWATAN B NURHIKMADANI NUR FADILLAH. N FARIDA NASRULLAH PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR TAHUN AKADEMIK 2022/2023
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Alhamdulillah dengan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Melitus” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah KMB 2, selain itu juga bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca dan juga penulis mengenai Asuhan keperawatan pada pasien Diabetes melitus. Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan pembuatan tugas kami kedepannya. Polewali, 16 juni 2023 Hormat kami Penulis
  • 3. 3 DAFTAR ISI Contents KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2 DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 4 A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4 B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5 C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 5 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 6 A. Konsep Medis........................................................................................................... 6 1. Definisi .................................................................................................................. 6 2. Etiologi .................................................................................................................. 6 3. menifestasi klinis................................................................................................... 8 4. patofisiologi........................................................................................................... 9 5. pemeriksaan penunjang ....................................................................................... 11 6. penatalaksana medis ............................................................................................ 12 B. PATHWAYS.......................................................................................................... 17 C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................... 18 1. Pengkajian ........................................................................................................... 18 2. diagnose............................................................................................................... 20 3. luaran dan intervensi keperawatan ...................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 28
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem endokrin adalah sistem dalam tubuh yang terdiri dari sekumpulan kelenjar endokrin yang memproduksi dan mengeluarkan hormon kedalam darah. Hormon ini kemudian diangkut oleh aliran darah keseluruh tubuh dan berfungsi sebagai pengatur sistem tubuh yang berbeda-beda, seperti pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, metabolisme, serta respons terhadap stress dan lingkungan. Gangguan pada sistem endokrin dapat menyebabkan berbagai masalaha Kesehatan, seperti gangguan hormonal, gangguan reproduksi, gangguan tiroid, obesitas, diabetes dan lain sebagainya. Salah satu gangguan yang sering terjadi adalah diabetes melitus atau yang sering dikenal dengan kencing manis/penyakit gula merupakan penyakit dimana kadar gula dalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau mengguanakan insulin sehinggu gula didalam darah tidak dapat dimetabolisme. Diabetes melitus adalah salah satu penyakit kronis yang prevalensinya terus meningkat secara global. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2021, diperkirakan sekitar 537 juta orang di seluruh dunia memiliki diabetes melitus. Angka ini diprediksi akan terus meningkat menjadi sekitar 642 juta pada tahun 2040. Fakta ini menunjukkan pentingnya pengetahuan dan perawatan yang efektif untuk diabetes melitus. Diabetes melitus memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup individu dan masyarakat secara keseluruhan. Diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang, seperti hiperglikemia, hipoglikemia, penyakit jantung, gagal ginjal, gangguan penglihatan, amputasi, dan gangguan saraf. Dampak ini menyebabkan peningkatan biaya perawatan kesehatan dan menimbulkan beban yang signifikan pada pasien dan keluarganya. Perawat memiliki peran penting dalam asuhan diabetes melitus. Mereka berperan sebagai anggota tim perawatan kesehatan yang memberikan edukasi, perencanaan, dan implementasi perawatan kepada pasien dengan diabetes melitus. Perawat juga terlibat
  • 5. 5 dalam manajemen gula darah, pengawasan diet dan aktivitas fisik, pemberian obat, serta mendukung pasien dan keluarganya dalam mengatasi tantangan yang terkait dengan diabetes melitus. Asuhan keperawatan yang efektif untuk pasien diabetes melitus membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus dari perawat. Mereka harus memahami patofisiologi diabetes melitus, penggunaan dan dosis obat-obatan anti-diabetes, pengukuran gula darah, interpretasi hasil tes laboratorium terkait diabetes, serta mampu memberikan edukasi yang tepat kepada pasien dan keluarganya. Asuhan keperawatan untuk diabetes melitus harus melibatkan pendekatan holistik, yaitu mempertimbangkan aspek fisik, psikososial, dan spiritual pasien. Perawat harus mampu mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan individu pasien, memberikan dukungan emosional, serta mengedukasi pasien tentang pentingnya mengadopsi gaya hidup sehat untuk mengendalikan diabetes melitus. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah: Bagaimanakah konsep medis, pathways dan konsep keperawatan pada Diabetes Melitus? C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umun Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai konsep medis dan konsep keperawatan pada diabetes melitus 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui konsep medis diabetes melitus b. Untuk mengetahui konsep keperawatan diabetes melitus
  • 6. 6 BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Medis 1. Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA) dalam Standards of Medical Care in Diabetes - 2021, diabetes melitus adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan dalam sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus dapat menyebabkan kerusakan, disfungsi, dan kegagalan organ, terutama pada mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes melitus dibagi menjadi tiga jenis utama, yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional. Diabetes tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang dan merusak sel beta di pankreas yang memproduksi insulin. Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan baik atau tidak dapat memproduksi cukup insulin. Sementara itu, diabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang belum memiliki riwayat diabetes sebelumnya dan biasanya berakhir setelah kehamilan. (ADA, 2021) Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin, 2009). 2. Etiologi Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu: a. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1 Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh: 1) Faktor genetik : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu
  • 7. 7 yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya. 2) Faktor imunologi : Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. 3) Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas. b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
  • 8. 8 Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah: 1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun) 2) Obesitas 3) Riwayat keluarga 4) Kelompok etnik Hasil pemeriksaan glukosa dalam 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3 yaitu : a) < 140 mg/dL → normal b) 140<200 mg/dl→ toleransi glukosa terganggu c) >200 mg/dL → diabetes 3. Menifestasi Klinis Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu: a. Gejala awal pada penderita DM adalah 1) Poliuria (peningkatan volume urine) 2) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus. 3) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa. 4) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
  • 9. 9 b. Gejala lain yang muncul 1) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik. 2) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur. 3) Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida. 4) Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer. 5) Kelemahan tubuh 6) Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal. 7) Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. 8) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas menurun karena kerusakan hormon testosteron. 9) Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. 4. Patofisiologi Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi
  • 10. 10 glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting. Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
  • 11. 11 Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK). Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi). 5. Pemeriksaan Penunjang Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah , menurut Sujono & Sukarmin (2008) antara lain: a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl. b. Gula darah 2 jam post prondial < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan diagnostik.
  • 12. 12 c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan diagnostik. d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl. e. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi absorbsi glukosa. f. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna. Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan menurunkan penggunaan gula darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif. g. Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3 bulan. h. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa. i. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam penelitian diabetes 6. Penatalaksana Medis Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu : a. Diet Syarat diet DM hendaknya dapat : 1) Memperbaiki kesehatan umum penderita 2) Mengarahkan pada berat badan normal 3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik 4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita 5) Menarik dan mudah diberikan Prinsip diet DM, adalah : 1) Jumlah sesuai kebutuhan
  • 13. 13 2) Jadwal diet ketat 3) Jenis : boleh dimakan / tidak Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu: a. Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah b. Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya c. Jenis makanan yang manis harus dihindari Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus : 1) Kurus (underweight) BBR < 90 % 2) Normal (ideal) BBR 90% - 110% 3) Gemuk (overweight) BBR > 110% 4) Obesitas apabila BBR > 120%  Obesitas ringan BBR 120 % - 130%  Obesitas sedang BBR 130% - 140%  Obesitas berat BBR 140% - 200%  Morbid BBR >200 % Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah : 1) Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari 2) Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari 3) Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari 4) Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari
  • 14. 14 2) Latihan/ Olah raga. Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam. Adanya kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glukosa ke dalam sel. Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah >250mg/dl dan menunjukkan adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urin menunjukkan hasil negatif dan kadar glukosa darah mendekati normal. Latihan dengan kadar glukosa tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth hormon dan katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah.Untuk pasien yang menggunakan insulin setelah latihan dianjurkan makan camilan untuk mencegah hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya yang akan memuncak pada saat latihan. 3) Penyuluhan Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya. 4) Obat-Obatan a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO) 1. Mekanisme kerja sulfanilurea Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih. 2. Mekanisme kerja Biguanida Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
  • 15. 15 a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik 1) Menghambat absorpsi karbohidrat 2) Menghambat glukoneogenesis di hati 3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler b. Insulin 1. Indikasi penggunaan insulin a. DM tipe I b. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD c. DM kehamilan d. DM dan gangguan faal hati yang berat e. DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren) f. DM dan TBC paru akut g. DM dan koma lain pada DM h. DM operasi i. DM patah tulang j. DM dan underweight k. DM dan penyakit Graves 2. Beberapa cara pemberian insulin a. Suntikan insulin subkutan
  • 16. 16 b. Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa faktor antara lain.
  • 18. 18 C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Menurut (Santosa, Budi. 2008) 1. Identitas klien, meliputi : Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis. 2. Keluhan utama a. Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala. b. Kondisi hipoglikemi Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran. 3. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria. 4. Riwayat kesehatan dahulu DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen. 5. Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM 6. Pemeriksaan Fisik a. Aktivitas dan Istirahat Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi, disorientasi, koma
  • 19. 19 b. Sirkulasi Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Tanda: takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung. c. Integritas ego Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda: ansietas, peka rangsang. d. Eliminasi Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare. Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare. e. Makanan dan cairan Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton f. Neurosensori Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan penglihatan. Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon menurun, kejang. g. Kardiovaskuler Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK) h. Pernapasan Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat. i. Seksualitas Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita j. Gastro intestinal Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun. k. Muskulo skeletal Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, 9
  • 20. 20 l. Integumen Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulku 2. Diagnose 1) Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan. 2) Deficit Nutrisi b.d. ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1) 3) Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan 4) Nyeri akut b.d agen injuri biologis 3. Luaran Dan Intervensi Keperawatan NO DIAGNOSA HASIL INTERVENSI 1 Resiko perfusi perifer tidak efektif b.d hipoksemia jaringan Setelah di lakukan intervensi selama 3 jam maka perfusi perifer meningkat dengan kriteria hasil  Pengisian kapiler (membaik)  Denyut Nadi perifer (meningkat)  Akral (membaik)  Turgor kulit (membaik) Perawatan sirkulasi (I.02079) Tindakan Observasi  Periksa sirkulasi perifer (mis,nadi perifer,edema,pengisian kapiler,warna,suhu,anki ebrchial index)  Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis,diabetes,perokok,o rang tua,hipertensi,dan kadar kolestrol tinggi)  Monitor panas,kemerahan,nyeri, atau bengkak pada ekstremitas. Trapeutik  Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi  Hindari pengukuran tekanan darah pada
  • 21. 21 ekstremitas dengan keterbatasan perfusi  Hindari penekanan dan pemasangan loumiquet pada area yang cederah  Lakukukan pencegahan infeksi  Lakukan hidrasi Edukasi  Anjurkan berhenti merokok  Anjurkan berolahraga rutin  Anjurkan mengunakan obat penurun tekanan darah,antikoagulan,dan penurun kolestrol,jika perlu  Anjurkan meminum obat pngontrol tekanan darah secara teratur  Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (melembabkan kulit kering pada kaki)  Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis,rendah lemak jenuh,minyyak ikan omega 3)  Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis,rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat,luka tidak sembuh,hilangnya rasa.) 2 Resiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1) setelah dilakukan intervensi selama 3 jam maka status nutrisi membaik dengan kriteria hasil  Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat (meningkat) Manajemen Nutrisi ( I.03119) Tindakan Observasi  Identifikasi status nutrisi  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
  • 22. 22  Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat (meningkat)  Berat badan (membaik)  Nafsu makan (membaik)  Identifikasi makanan yang di sukai  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi  Identifikasi perlunya pengunaan selang nasogastrik  Monitor asupan makanan  Monitor berat badan  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Trapeutik  Lakukan oral hygiene sebelum maklan,jika perlu  Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis,piramida makanan)  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai  Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi  Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein  Berikan suplemen makanan,jika perlu  Hentikan pemberiaan melalaui selang nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi Edukasi  Anjurkan posisi duduk,jika mampu  Anjurkan diet yang diprogramkan Kalaborasi  Kalaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis,pereda nyeri,antiemetik,) jika perlu.
  • 23. 23  Kalaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkam,jika perlu. 3 Ketidakseimbangan Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan Setelah dilakukan intervensi selama 2 jam, maka keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria hasil  Asupan cairan (meningkat)  Dehidrasi (menurun)  Tekanan darah (membaik)  Turgor kulit (membaik)  Berat badan (membaik) Manajemen cairan (I.03098) Tindakan Observasi  Monitor status hidrasi (mis,frekuensi nadi,kekuatan nadi,akral,pengisian kapiler,kelembapan mukosa,turgol kulit,tekanan darah)  Monitor berat badan hariaan  Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis,hematokrik,Na,K, CL,jenis urine,BUN)  Monitor status hemodinamik (mis,MAP,CVP,PAP,P CWP jika tersedia) Trapeutik  Catat intake-ouput dan hitung balans cairan 24jam  Berikan asupan cairan,sesuai kebutuhan  Berikan cairan intravena,jika perlu. Kolaborasi  Kolaborasi pemberian diuretik,jka perlu 4 Nyeri b.d agen injuri biologis Setelah dilakukan intervensi selama 4 jam,maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil Manajemen nyeri (I.08238) Tindakan Observasi  Identifikasi lokasi,karakteristik,dura
  • 24. 24  Keluhan nyeri (menurun)  Meringis (menurun)  Sikap protektif (menurun)  Gelisah (menurun)  Kesulitan tidur (menurun)  Pola napas (membaik) si,frekuensi,kualitas,inte nsitas nyeri  Identifikasi skala nyeri  Identifikasi respons nyeri non verbal  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri  Identifikasi pengaruh buadaya terhadap respon nyeri  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup  Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah di berikan  Monitor efek samping pengunaan analgetik Trapeutik  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi raasa nyeri(mis,TENS,hipnosi s,akupresur,terapi musik,biofeedback,terap i pijat,aroma terapi,teknik imajinasi terbimbing,konmpres hangat/dingin,terapi bermain)  Kontrak lingkungan yang memperberat ras nyeri (mis,suhu ruangan,pencahayaan,ke bisingan)  Fasilitasi istirahat dan tidur  Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredaksn nyeri Edukasi  Anjurkan tirah baring
  • 25. 25  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap  Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang  Ajarkan strategi coping untuk mengurangi kelelahan Edukasi  Jelaskan penyebab, priode,dan pemicu nyeri  Jelaskan strategi meredahkan nyeri  Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri  Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat  Ajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi  Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu 4. Implementasi Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
  • 26. 26 berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan
  • 27. 27 BAB III KESIMPULAN Menurut American Diabetes Association (ADA) dalam Standards of Medical Care in Diabetes - 2021, diabetes melitus adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan dalam sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus dapat menyebabkan kerusakan, disfungsi, dan kegagalan organ, terutama pada mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Diabetes melitus dibagi menjadi tiga jenis utama, yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional. Diabetes tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang dan merusak sel beta di pankreas yang memproduksi insulin. Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan baik atau tidak dapat memproduksi cukup insulin. Sementara itu, diabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang belum memiliki riwayat diabetes sebelumnya dan biasanya berakhir setelah kehamilan. (ADA, 2021) Diabetes melitus memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup individu dan masyarakat secara keseluruhan. Diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang, seperti hiperglikemia, hipoglikemia, penyakit jantung, gagal ginjal, gangguan penglihatan, amputasi, dan gangguan saraf. Dampak ini menyebabkan peningkatan biaya perawatan kesehatan dan menimbulkan beban yang signifikan pada pasien dan keluarganya. Perawat memiliki peran penting dalam asuhan diabetes melitus. Mereka berperan sebagai anggota tim perawatan kesehatan yang memberikan edukasi, perencanaan, dan implementasi perawatan kepada pasien dengan diabetes melitus. Perawat juga terlibat dalam manajemen gula darah, pengawasan diet dan aktivitas fisik, pemberian obat, serta mendukung pasien dan keluarganya dalam mengatasi tantangan yang terkait dengan diabetes melitus.
  • 28. 28 DAFTAR PUSTAKA American Diabetes Association. (2021). Standards of Medical Care in Diabetes – 2021. Diabetes Care, 44(Supplement 1), S1-S232. https://doi.org/10.2337/dc21-Sintroduction Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Jakarta: EGC. Mansjoer, A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Yogyakarta : Mediaction Jogja. Santosa, Budi. 2008. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia Yuliana Elin, Andrajat Retnosari, 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI