SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Download to read offline
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Kista Ovarium
1. Pengertian Kista Ovarium
Kista ovarium adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang
dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana
pada kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah terjadi perlekatan
ruang bila kehamilan mulai membesar (Prawirohardjo, 2009: 664).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar,
kistik maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007: 346).
Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di
dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena
terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim, 2005: 17).
Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,
normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium)
(Nugroho, 2010: 101).
Kista ovarium adalah kantong berisi cairan atau bahan kental (semi
solid) yang terjadi di ovarium (Maimunah, 2004).
2. Etiologi Kista Ovarium
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh
gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan
ovarium.
8
9
Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan
karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat arang,
bahan-bahan tambang.
Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah
wanita yang biasanya memiliki:
a. Riwayat kista terdahulu
b. Siklus haid tidak teratur
c. Perut buncit
d. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
e. Sulit hamil
f. Penderita hipotiroid
3. Klasifikasi Kista Ovarium
a. Kista non fungsional
Suatu kista inklusi serosa terbentuk dari invaginasi pada epitel
permukaan ovarium, yang dilapisi epitel dan berdiameter <1 cm
(Sinclair, 2003: 603).
Gambar 2.1 Kista Ovarium
10
b. Kista fungsional
1) Kista unilokular atau kista sederhana
Kista ini biasanya terbentuk dari folikel praovulasi yang
mengandung oosit. Kista ini bisa memiliki ukuran 4 cm dan
menetap ke siklus selanjutnya. Kista dapat kembali kambuh dan
sering terjadi pada awal maupun akhir masa reproduksi. Lima
puluh persen kista sembuh dalam 60 hari. Nyeri dapat timbul
akibat ruptur, torsi, atau hemoragi (Sinclair, 2003: 603).
Gambar 2.2 Kista Fungsional
2) Kista folikel
Menurut Benson dan Pernoll (2008: 574) kista folikel
adalah struktur normal, fisiologis, sementara dan sering kali
multiple, yang berasal dari kegagalan resorbsi cairan folikel dari
yang tidak berkembang sempurna. Paling sering terjadi pada
wanita muda yang masih menstruasi dan merupakan kista yang
paling lazim dijumpai dalam ovarium normal.
Kista folikel biasanya tidak bergejala dan menghilang
dengan spontan dalam waktu <60 hari. Jika muncul gejala,
11
biasanya menyebabkan interval antar menstruasi yang sangat
pendek atau sangat panjang. Perdarahan intraperitoneal dan torsi
merupakan komplikasi yang jarang terjadi. Kista yang terus
membesar dan menetap >60 hari memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut.
Gambar 2.3 Kista Folikular
3) Kista korpus luteum
Menurut Wiknjosastro (2007: 353), dalam keadaan normal
korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans.
Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus
luteum persistens). Perdarahan yang sering terjadi di dalamnya
menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah
coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang
daripada kista folikel, dan yang pertama bisa menjadi lebih besar
daripada yang kedua.
12
Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi
gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna
kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka.
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid,
berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya
kista dapat pula menyebabkan rasa berat dibagian bawah.
Perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur.
Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya
amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis
diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika
dilakukan operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum
memudahkan pembuatan diagnosis.
Penanganan kista korpus luteum ialah menunggu sampai
kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan
kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa
mengorbankan ovarium.
Gambar 2.4 Kista Korpus Luteum
13
4) Kista theka-lutein
Kista theka lutein merupakan kista yang berisi cairan
bening dan berwana hitam seperti jerami. Timbulnya kista ini
berkitan dengan tumor ovarium dan terapi hormon (Nugroho,
2010:103).
Kista theka lutein biasanya bilateral, kecil dan lebih jarang
dibandingkan kista folikel atau kista korpus luteum. Kista teka
lutein diisi oleh cairan berwana kekuning-kuningan. Berhubungan
dengan penyakit trofoblastik kehamilan (misalnya mola hidatidosa
dan koriokarsinoma), kehamilan ganda atau kehamilan dengan
penyulit diabetes mellitus atau sensitisasi Rh, penyakit ovarium
polikistik (sindrom Stein-Laventhel) dan pemberian zat perangsang
ovulasi (misalnya klomifen atau terapi hCG). Komplikasi jarang
terjadi meliputi ruptur (dengan perdarahan intraperitoneal) serta
torsi ovarium (Benson dan Pernoll, 2008: 576).
5) Sindrom polikistik ovari (Policystic Ovarian Syndrom-PCOS)
Menurut Yatim (2005: 21-22), polikistik ovarium
ditemukan pada 5-10% perempun usia dewasa tua sampai usia
menopause, yang timbul karena gangguan perkembangan folikel
ovarium hingga tidak timbul ovulasi. Penderita polikistik ini juga
sering terlihat bulimia, androgen meningkat dan prolaktin darah
juga meningkat (hiperprolaktinemia).
14
Polikistik ovarium sering dijumpai pada pemeriksaan USG
perempuan usia pertengahan, tetapi bukan berarti tidak normal,
mungkin ini ada kaitannya dengan prevalensi siklus tidak terjadi
ovulasi tinggi pada kelompok usia ini.
Publikasi lain mengemukaan bahwa sindrom polikistik
terdapat pada 5-10% perempuan menjelang umur menopause.
Kejadian ini berkaitan dengan gangguan hormone yang mulai
terjadi pada kelompok umur tersebut.
Perempuan yang mengandung polikistik dapat diketahui,
antara lain:
a) Darah menstruasi yang keluar sedikit (oligomenorrhea).
b) Tidak keluar darah menstruasi (amenorrhea).
c) Tidak terjadi ovulasi.
d) Mandul.
e) Berjerawat.
Gambar 2.5 Kista Polikistik
15
4. Manifestasi Klinis Kista Ovarium
Menurut Nugroho (2010: 104), kebanyakan wanita yang memiliki
kista ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun
beberapa orang dapat mengalami gejala ini:
a. Nyeri saat menstruasi.
b. Nyeri di perut bagian bawah.
c. Nyeri saat berhubungan seksual.
d. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
e. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
f. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.
5. Patofisiologi Kista Ovarium
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon
dan kegagalan pembentukan salah satu harmon tersebut bisa
mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara
normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam
jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium
karena itu terbentuk kista di dalam ovarium (Corvin, E.J 2008: 649).
16
6. Komplikasi Kista Ovarium
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat
terjadi pada kista ovarium diantaranya:
a. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor
mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi,
sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut
kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat
juga mengakibatkan edema pada tungkai.
b. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
c. Akibat komplikasi kista ovarium
1) Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi
yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.
17
2) Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan
diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau
ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini
dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi
biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA,
massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium
normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia
reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di
kuadran abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam
dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa
dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang,
setiap kista dibuang dan dievaluasi secara histologis.
3) Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
4) Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada
saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul
secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke
dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus
menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.
18
5) Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis
yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya.
Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa kista ovarium
berkembang setelah masa menopause sehingga besar kemungkinan
untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang
menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.
7. Diagnosa Kista Ovarium
Menurut Djuwantono, dkk (2011: 282-287), yang perlu dilakukan
untuk menegakkan diagnosa kista ovarium adalah:
a. Anamnesa
Anamnesa lengkap merupakan bagian penting dari diagnosis
tumor adneksa. Pertanyaan tentang rasa nyeri, lokasi, dan derajat nyeri
serta kapan mulai timbulnya rasa nyeri tersebut akan memudahkan
penegakan diagnosis.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik diagnostik yang lengkap dan tertuju pada
gejala klinis atau tanda dari suatu infeksi atau tumor neoplastik sangat
diperlukan untuk menentukan etiologi dari massa tumor di daerah
rongga panggul. Pemeriksaan payudara secara sistematis diperlukan
karena ovarium merupakan metastasis yang umum dijumpai karsinoma
payudara.
19
Pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan rekto vagina
merupakan pemeriksaan pokok ginekologi yang harus mendapatkan
perhatian lebih untuk menegakkan diagnosis kelainan di daerah rongga
pelvis.
c. Pemeriksaan penunjang/tambahan kista ovarium
1) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih
tinggi daripada kemampuan pendengaran telinga manusia,
sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali. Suara yang
didengar manusia mempunyai frekuensi 20-20.000 Cpd (Cicles per
detik=Hz).
Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence
acustic tertentu. Dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan
bermacam-macam echo, disebut acho free atau bebas echo. Suatu
rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites,
pembuluh darah besar, pericardial atau pleural effusion.
USG pada kista ovarium akan terlihat sebagai struktur
kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat
echolucent dengan dinding-dinding yang tipis/tegas/licin dan di
tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari
dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unilokuler (tidak
bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang
20
terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di
dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista.
a) Transabdominal sonogram
Pemeriksaan cara sonogram menggunakan gelombang bunyi
untuk melihat gambaran organ tubuh. Pemeriksaan jenis ini
bisa dilakukan melalui dinding perut atau bisa juga dimasukkan
melalui vagina dan memerlukan waktu sekitar 30 menit, bisa
diketahui ukuran dan bentuk kistanya. Syarat pemeriksaan
transabdominal sonogram dilakukan dalam keadaan vesica
urinaria terisi/penuh.
b) Endovaginal sonogram
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan atau memperlihatkan
secara detail struktur pelvis. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan
vesica urinaria kosong.
c) Kista endometriosis
Menunjukkan karakteristik yang difuse, low level/echoes pada
endometrium, yang memberikan gambaran yang padat.
d) Polikistik ovarium
Menunjukkan jumlah folikel perifer dan hiperechoid stroma.
2) CT-Scan
Akan didapat massa kistik berdinding tipis yang
memberikan penyangatan kontras pada dindingnya.
21
3) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus
dibandingkan dengan CT-scan, serta ketelitian dalam
mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-scan dapat
memberikan petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada. MRI
tidak terlalu dibutuhkan dalam beberapa/banyak kasus.
USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista
ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-scan.
4) CA-125
Dokter juga memeriksa kadar protein di dalam darah yang
disebut CA-125. Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan
subur, meskipun tidak ada proses keganasan. Tahap pemeriksaan
CA-125 biasanya dilakukan pada perempuan yang berisiko terjadi
proses keganasan.
8. Penatalaksanaan Kista Ovarium
a. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor
(dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang
dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini
diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).
b. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka
tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada
22
gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu
dengan seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan
biasanya memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita
menopause yang memiliki kista ovarium juga disarankan operasi
pengangkatan untuk meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium.
Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker
jenis ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut
ovarian cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium
termasuk tuba fallopi, maka disebut salpingo-oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain
tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak,
kondisi ovarium dan jenis kista.
Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit
(twisted) dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan
tindakan darurat pembedahan (emergency surgery) untuk
mengembalikan posisi ovarium.
Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi)
menurut Yatim, (2005: 23) yaitu:
1) Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada
pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan
cara ini, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul
23
dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan
searah dengan garis rambut kemaluan.
2) Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan
dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah
mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam
proses keganasan, operasi sekalian mengangkat ovarium dan
saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe.
9. Perawatan Post Operasi
Menurut Johnson (2008) perawatan post operasi yang perlu
dilakukan antara lain:
a. Perawatan luka insisi/post operasi
Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain:
1) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca
operasi.
2) Luka harus dikaji setelah operasi sampai hari pasca operasi sampai
klien diperbolehkan pulang.
3) Luka mengeluarkan cairan atau tembus, pembalut harus segera
diganti.
4) Pembalutan dilakukan dengan teknik aseptik.
b. Pemberian cairan
Pada 24 jam pertama klien harus puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan mengandung
24
elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi hipotermia, dehidrasi, dan
komplikasi pada organ-organ lainnya.
Cairan yang dibutuhkan biasanya dekstrose 5-10%, garam
fisiologis, dan ranger laktat (RL) secara bergantian. Jumlah tetesan
tergantung pada keadaan dan kebutuhan, biasanya kira-kira 20 tetes
per menit. Bila kadar hemoglobin darah rendah, berikan transfusi
darah atau pocked-cell sesuai dengan kebutuhan.
c. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah klien
flatus, lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral,
sebenarnya pemberian sedikit minuman sudah boleh diberikan 6-10
jam pasca operasi berupa air putih atau air teh yang jumlahnya dapat
dinaikkan pada hari pertama dan kedua pasca operasi.
Setelah infuse dihentikan, berikan makanan bubur saring,
minuman, buah dan susu. Selanjutnya secara bertahap diperbolehkan
makan bubur dan akhirnya makanan biasa.
d. Nyeri
Dalam 24 jam pertama, rasa nyeri masih dirasakan di daerah
operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan obat-obatan anti
sakit dan penenang seperti suntikan intramuskuler (IM) pethidin
dengan dosis 100-150 mg atau morpin sebanyak 10-15 mg atau secara
perinfus atau obat-obatan lainnya.
25
e. Mobilisasi
Mobilisasi segera sangat berguna untuk membantu jalannya
penyembuhan klien. Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai
6-10 jam pertama pasca operasi setelah klien sadar. Latihan pernafasan
dapat dilakukan sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar.
Pada hari kedua pasien dapat latihan duduk selama 5 menit dan tarik
nafas dalam-dalam. Kemudian posisi tidur diubah menjadi setengah
duduk atau semi fowler.
Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari klien
dianjurkan belajar duduk sehari, belajar berjalan dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca operasi.
f. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
nyaman pada klien. Karena itu dianjurkan pemasangan kateter tetap
(balon kateter) yang terpasang 24-48 jam atau lebih lama tergantung
jenis operasi. Dengan cara ini urine dapat ditampung dan diukur dalam
kantong plastik secara periodik. Bila tidak dipasang kateter tetap
dianjurkan untuk melakukan pemasangan kateter rutin kira-kira 12 jam
pasca operasi, kecuali bila klien dapat berkemih sendiri.
g. Pemberian Obat-obatan
1) Antibiotik, kemoterapi dan anti inflamasi
2) Obat-obatan pencegah perut kembung
3) Obat-obatan lainnya
26
h. Perawatan Rutin
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran
adalah:
1) Tanda-tanda vital, meliputi: tekanan darah (TD), nadi, pernafasan,
dan suhu.
2) Jumlah cairan yang masuk dan yang keluar.
3) Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi dan kasus.
27
Pathways kista ovarium
Bagan 2.1 Pathways Kista Ovarium (Taufan Nugroho, 2010 & Imam Rasjidi, 2010)
Etiologi:
Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
Pertumbuhan folikel tidak seimbang
Degenerasi ovarium
Infeksi ovarium
Tanda dan gejala:
Tanpa gejala
Nyeri saat menstruasi.
Nyeri di perut bagian bawah.
Nyeri saat berhubungan seksual.
Nyeri saat berkemih atau BAB.
Siklus menstruasi tidak teratur
Diagnosa:
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Kista fungsional Kista non-fungsional
Konservatif:
Observasi 1-2 bulan
Keluhan tetap:
Aktivitas hormon
Discomfort
Komplikasi:
Pembenjolan perut
Pola haid berubah
Perdarahan
Torsio (putaran tangkai)
Infeksi
Dinding kista robek
Perubahan keganasan
Laparatomi
Ovarian
cystectomy
Salpingo-
oophorectomy
Penyulit Post Operasi:
Nyeri
Perdarahan
Infeksi
Gangguan reproduksi
Kista ovarium
Laparoskopi
Perawatan Post Operasi:
Obat Analgetik
Mobilisasi
Personal hygiene
28
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis
mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (Sofyan, 2007).
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan
masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat
(Depkes RI, 2005).
Menurut Hellen Varney 1997, manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tidakan berdasarkan teori ilmiah
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
2. Prinsip Manajemen Kebidanan
Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah
pemecahan masalah. Dalam text book masalah kebidanan yang ditulisnya
pada tahun 1981 proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5
langkah.
Setelah menggunakannya, Varney (1997) melihat ada beberapa hal
yang penting disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen
yang dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi masalah atau
29
diagnosa potensial. Dengan kemampuan yang lebih dalam melakukan
analisa kebidanan akan menemukan diagnosa atau masalah potensial.
Kadang kala bidan juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan
masalah tertentu dan mungkin juga harus melakukan kolaborasi,
konsultasi bahkan mungkin juga harus merujuk kliennya.
Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan
menjadi 7 langkah. Ia menambahkan langkah ke III agar bidan lebih
kritikal mengantisipasi masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada
kliennya. Varney juga menambahkan langkah ke IV dimana bidan
diharapkan dapat menggunakan kemanpuannya untuk melakukan deteksi
dini dalam proses majemen, sehingga bila klien membutuhkan tindakan
segera atau kolaborasi, konsultasi bahkan dirujuk segera dapat
dilaksanakan. Proses manajemen kebidanan ini ditulis oleh Varney
berdasarkan proses manajemen kebidanan American College of Nurse
Midwife (ACNM) yang pada dasarnya mempunyai pemikiran sama dengan
proses manajemen menurut Varney.
3. Proses Manajemen Kebidanan Menurut Hellen Varney
a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
30
manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi (Muslihatun,
dkk. 2009: 115).
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien
(Anggraeni, Yeti, 2010: 131).
1) Data subyektif
a) Identitas pasien
(1) Nama
Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak keliru
dengan pasien-pasien lain.
(2) Umur
Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa
reproduksi.
(3) Agama
Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai
gangguan reproduksi.
(4) Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya.
(5) Suku/bangsa
Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari pasien.
31
(6) Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya.
(7) Alamat
Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
b) Alasan Kunjungan
Alasan apa yang mendasari ibu datang. Tuliskan sesuai
uangkapan.
c) Keluhan Utama
Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk
mengetahui permasalahanutama yang dihadapi ibu mengenai
kesehatan reproduksi.
d) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah
diderita yang dapat mempengaruhi dan memperparah
penyakit yang saat ini diderita.
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan
dengan gangguan reproduksi terutama kista ovarium.
32
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gaangguan kesehatan
pasien.
e) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah,
syah atau tidak, umur berapa menikah dan lama pernikahan.
f) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus, lama
menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan warna darah,
disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan system reproduksi
sehubungan dengan menstruasi.
g) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit, maka
bidan harus menggali lebih spesifik untuk memastikan bahwa
apa yang terjadi pada ibu adalah normal atau patologis.
h) Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan saat
ini digunakan ibu yang kemungkinan menjadi penyebab atau
berpengaruh pada penyakityang diderita saat ini.
33
i) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan
makanan yang masih mentah dan apakah ibu suka minum
minuman beralkohol karena dapat merangsang
pertumbuhan tumor dalam tubuh.
(2) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi dan bau serta kebiasaan air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah.
(3) Hubungan seksul
Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut
apakah menimbulkan keluhan pada hubungan seksual atau
sebaliknya.
(4) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang
cukup atau tidak.
(5) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.
34
(6) Aktivitas
Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-
hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya.
2) Data Objektif
Seorang bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa
keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam
komponen-komponen pengkajian data obyektif ini adalah:
a) Pemeriksaan umum
(1) Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
(2) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
(3) Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya.
(a) Tekanan darah
(b) Temperatur/ suhu
(c) Nadi
(d) Pernafasan
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung
kaki.
35
(1) Kepala
Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan rambut
rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.
(2) Muka
Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau tidak,
pucat atau tidak.
(3) Mata
Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik atau
tidak, konjungtiva anemis atau tidak.
(4) Hidung
Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau
tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.
(5) Telinga
Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan sekret
atau tidak.
(6) Mulut
Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah atau
tidak, stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
(7) Leher
Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar
tiroid, limfe, vena jugularis atau tidak.
36
(8) Ketiak
Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar
limfe atau tidak.
(9) Dada
Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak.
(10) Abdomen
Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan
pembesaran perut.
(11) Ekstermitas atas
Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak,
ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.
(12) Ekstermitas bawah
Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak,
sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek patella positif
atau tidak.
(13) Genitalia
Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses ataupun
pengeluaran yang tidak normal.
(14) Anus
Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau tidak.
37
c) Pemeriksaan khusus
(1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat
keadaan muka, payudara, abdomen dan genetalia.
(2) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau
tangan, digunakan untuk memeriksa payudara dan
abdomen.
d) Pemeriksaan Penunjang
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi,
kelainan dan penyakit.
b. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar
terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan
(Muslihatun, dkk. 2009: 115).
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah.
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan dapat ditegakkan yang berkaitan dengan
nama ibu, umur ibu dan keadaan gangguan reproduksi.
38
Data dasar meliputi:
a) Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang keterangan umur serta keluhan yang
dialami ibu.
b) Data Obyektif
Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkaan pernyataan pasien
Data dasar meliputi:
a) Data Subyektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien.
b) Data Obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.
c. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah
Potensial
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau
diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi. Jika
memungkinkan, dilakukan pencegahan. Sambil mengamati kondisi
klien, bidan diharapkan dapat bersiap jika diagnosis atau masalah
potensial benar-benar terjadi. Langkah ini menentukan cara bidan
melakukan asuhan yang aman (Purwandari, 2008:79).
39
d. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan
yang Memerlukan Penanganan Segera
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan
dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu (Muslihatun, dkk. 2009: 117).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi
yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus
menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainya bisa saja tidak
merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter (Muslihatun, dkk. 2009: 117).
e. Langkah V (kelima): Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Purwandari, 2008: 81).
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut tentang apa yang akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan untuk masalah sosial ekonomi, budaya, atau
40
psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan.
Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
merupakan bagian pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada
langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai
hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya (Purwandari, 2008:
81).
f. Langkah VI (keenam): Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim
kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari asuhan klien (Muslihatun, dkk. 2009: 118).
g. Langkah VII (terakhir): Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan
yang diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Ada kemungkinan
rencana tersebut efektif, sedang sebagian yang lain belum efektif.
41
Mengingat proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum,
perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
melalui proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian
pada rencana asuhan tersebut (Purwandari, 2008: 82).
Langkah proses manajemen pada umumnya merupakan
pengkajian yang memperjelas proses pemikiran dan mempengaruhi
tindakan serta orientasi proses klinis. Karena proses manajemen
tersebut berlangsung di dalam situasi klinis dan dua langkah yang
terakhir tergantung pada klien dan situasi klinis, tidak mungkin
manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja (Purwandari, 2008: 83).
4. Data Perkembangan
Menurut Muslihatun, (2009: 123-124) pendokumentasian atau
catatan manajemen kebidanan dapat deterapkan dengan metode SOAP,
yang merupakan singkatan dari:
a) S (Subjektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Hellen
Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh dari anamnesis.
b) O (Objektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Hellen
Varney langkah pertama (pengkajian data, terutama data yang
diperoleh dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium)
pemeriksaan diagnostik lain.
42
c) A (Assessment)
Merupakaan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
d) P (Planning)
Berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil analisis
dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraannya.
C. Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan meliputi :
1. Bab III Penyelenggaraan Praktik
a. Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi:
1) Pelayanan kesehatan ibu.
2) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
43
b. Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,
berwenang untuk:
1) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
c. Pasal 13
1) Selain kewenangan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 10,
11, dan 12, bidan yang menjalankan program Pemerintah
berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi,
a) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus
penyakit kronis tertentu di bawah supervise dokter.
b) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan
penyehatan lingkungan.
c) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.
d) Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk
pemberian kondom, dan penyakit lainnya, dan
e) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program
pemerintah.
44
2) Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal
terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan
melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya.
Dari uraian di atas sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia
(Permenkes) Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010 Bidan berwenang
memberikan pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan, bidan memiliki
tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan tidak hanya kepada
perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Konseling dalam hal ini adalah mengenai Kista Ovarium pada wanita
dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala, faktor resiko wanita yang dapat
terkena kista ovarium dan penatalaksanaan. Kegiatan ini harus mencakup
dapat meluas pada kesehatan perempuan terutama kesehatan reproduksi.

More Related Content

What's hot

08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasi08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasiJoni Iswanto
 
BENJOLAN PADA PAYUDARA
BENJOLAN PADA PAYUDARABENJOLAN PADA PAYUDARA
BENJOLAN PADA PAYUDARAAenzu Fm's
 
7d persalinan sungsang
7d persalinan sungsang7d persalinan sungsang
7d persalinan sungsangJoni Iswanto
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
 
10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsiaJoni Iswanto
 
LBP penyuluhan.pptx
LBP penyuluhan.pptxLBP penyuluhan.pptx
LBP penyuluhan.pptxReza Hambali
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanDokter Tekno
 
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahitDafid Rozi
 
Fisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalFisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalDokter Tekno
 
Low back pain
Low back pain Low back pain
Low back pain cili htbrt
 
Luka &amp; debridement trauma plus
Luka &amp; debridement trauma plusLuka &amp; debridement trauma plus
Luka &amp; debridement trauma plusfikri asyura
 
Kista ovarium kelompok 3
Kista ovarium kelompok 3Kista ovarium kelompok 3
Kista ovarium kelompok 3Radna Vilusa
 
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalMekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalHendrik Sutopo
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritisPradasary
 

What's hot (20)

Referat mioma uteri
Referat mioma uteriReferat mioma uteri
Referat mioma uteri
 
08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasi08. manajemen laktasi
08. manajemen laktasi
 
BENJOLAN PADA PAYUDARA
BENJOLAN PADA PAYUDARABENJOLAN PADA PAYUDARA
BENJOLAN PADA PAYUDARA
 
Pemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggulPemeriksaan panggul
Pemeriksaan panggul
 
7d persalinan sungsang
7d persalinan sungsang7d persalinan sungsang
7d persalinan sungsang
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
PENYULUHAN OA GENU untuk awam
PENYULUHAN OA GENU untuk awamPENYULUHAN OA GENU untuk awam
PENYULUHAN OA GENU untuk awam
 
Rupture uteri
Rupture uteriRupture uteri
Rupture uteri
 
10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia10 preeklampsia eklampsia
10 preeklampsia eklampsia
 
LBP penyuluhan.pptx
LBP penyuluhan.pptxLBP penyuluhan.pptx
LBP penyuluhan.pptx
 
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinanPartograf dan penilaian kemajuan persalinan
Partograf dan penilaian kemajuan persalinan
 
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
222312121 cara-menjahit-luka-jenis-benang-dan-jarum-jahit
 
Fisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normalFisiologi persalinan dan nifas normal
Fisiologi persalinan dan nifas normal
 
Low back pain
Low back pain Low back pain
Low back pain
 
Luka &amp; debridement trauma plus
Luka &amp; debridement trauma plusLuka &amp; debridement trauma plus
Luka &amp; debridement trauma plus
 
Kista ovarium kelompok 3
Kista ovarium kelompok 3Kista ovarium kelompok 3
Kista ovarium kelompok 3
 
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan NormalMekanisme Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan Normal
 
Manuver leopold
Manuver leopoldManuver leopold
Manuver leopold
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis4. endometritis & metritis
4. endometritis & metritis
 

Similar to kista ovarium pdf.pdf

Bab ii. tinjauan pustaka
Bab ii. tinjauan pustakaBab ii. tinjauan pustaka
Bab ii. tinjauan pustakafitriandiny
 
Askeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haidAskeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haidnor rahmah
 
Kegawat daruratan obstetri
Kegawat daruratan obstetriKegawat daruratan obstetri
Kegawat daruratan obstetrinaroi munthe
 
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOVeranica Widi
 
KISTA OVARIUM PPT.pptx
KISTA OVARIUM PPT.pptxKISTA OVARIUM PPT.pptx
KISTA OVARIUM PPT.pptxRianaAryanti2
 
Makalah bab i kista ovarium
Makalah bab i kista ovarium Makalah bab i kista ovarium
Makalah bab i kista ovarium Radna Vilusa
 
Referat tumor ovarium (ppt)
Referat tumor ovarium  (ppt)Referat tumor ovarium  (ppt)
Referat tumor ovarium (ppt)Kezia Sitorus
 
maternitas.pptx
maternitas.pptxmaternitas.pptx
maternitas.pptxSaptikaaw
 
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanitaJenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanitarayiputri
 

Similar to kista ovarium pdf.pdf (20)

Kista askep 2
Kista askep 2Kista askep 2
Kista askep 2
 
Tumor jinak ovarium
Tumor jinak ovariumTumor jinak ovarium
Tumor jinak ovarium
 
Bab i bab ii
Bab i bab iiBab i bab ii
Bab i bab ii
 
Kista ovarium
Kista ovariumKista ovarium
Kista ovarium
 
Abortus iminnens
Abortus iminnensAbortus iminnens
Abortus iminnens
 
Bab ii. tinjauan pustaka
Bab ii. tinjauan pustakaBab ii. tinjauan pustaka
Bab ii. tinjauan pustaka
 
Askeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haidAskeb iv pada perdarahan diluar haid
Askeb iv pada perdarahan diluar haid
 
PPT KET
PPT KETPPT KET
PPT KET
 
Kegawat daruratan obstetri
Kegawat daruratan obstetriKegawat daruratan obstetri
Kegawat daruratan obstetri
 
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
 
KISTA OVARIUM PPT.pptx
KISTA OVARIUM PPT.pptxKISTA OVARIUM PPT.pptx
KISTA OVARIUM PPT.pptx
 
Makalah bab i kista ovarium
Makalah bab i kista ovarium Makalah bab i kista ovarium
Makalah bab i kista ovarium
 
-Alat-Kuretase.docx
-Alat-Kuretase.docx-Alat-Kuretase.docx
-Alat-Kuretase.docx
 
-Alat-Kuretase.docx
-Alat-Kuretase.docx-Alat-Kuretase.docx
-Alat-Kuretase.docx
 
Referat tumor ovarium (ppt)
Referat tumor ovarium  (ppt)Referat tumor ovarium  (ppt)
Referat tumor ovarium (ppt)
 
maternitas.pptx
maternitas.pptxmaternitas.pptx
maternitas.pptx
 
Mioma dan cyst
Mioma dan cystMioma dan cyst
Mioma dan cyst
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanitaJenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
Jenis dan penyebab penyakit pada alat reproduksi pada wanita
 
Kista
KistaKista
Kista
 

Recently uploaded

serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxDesiNatalia68
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 

Recently uploaded (20)

serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 

kista ovarium pdf.pdf

  • 1. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Kista Ovarium 1. Pengertian Kista Ovarium Kista ovarium adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar (Prawirohardjo, 2009: 664). Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007: 346). Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim, 2005: 17). Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho, 2010: 101). Kista ovarium adalah kantong berisi cairan atau bahan kental (semi solid) yang terjadi di ovarium (Maimunah, 2004). 2. Etiologi Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. 8
  • 2. 9 Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat arang, bahan-bahan tambang. Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah wanita yang biasanya memiliki: a. Riwayat kista terdahulu b. Siklus haid tidak teratur c. Perut buncit d. Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda) e. Sulit hamil f. Penderita hipotiroid 3. Klasifikasi Kista Ovarium a. Kista non fungsional Suatu kista inklusi serosa terbentuk dari invaginasi pada epitel permukaan ovarium, yang dilapisi epitel dan berdiameter <1 cm (Sinclair, 2003: 603). Gambar 2.1 Kista Ovarium
  • 3. 10 b. Kista fungsional 1) Kista unilokular atau kista sederhana Kista ini biasanya terbentuk dari folikel praovulasi yang mengandung oosit. Kista ini bisa memiliki ukuran 4 cm dan menetap ke siklus selanjutnya. Kista dapat kembali kambuh dan sering terjadi pada awal maupun akhir masa reproduksi. Lima puluh persen kista sembuh dalam 60 hari. Nyeri dapat timbul akibat ruptur, torsi, atau hemoragi (Sinclair, 2003: 603). Gambar 2.2 Kista Fungsional 2) Kista folikel Menurut Benson dan Pernoll (2008: 574) kista folikel adalah struktur normal, fisiologis, sementara dan sering kali multiple, yang berasal dari kegagalan resorbsi cairan folikel dari yang tidak berkembang sempurna. Paling sering terjadi pada wanita muda yang masih menstruasi dan merupakan kista yang paling lazim dijumpai dalam ovarium normal. Kista folikel biasanya tidak bergejala dan menghilang dengan spontan dalam waktu <60 hari. Jika muncul gejala,
  • 4. 11 biasanya menyebabkan interval antar menstruasi yang sangat pendek atau sangat panjang. Perdarahan intraperitoneal dan torsi merupakan komplikasi yang jarang terjadi. Kista yang terus membesar dan menetap >60 hari memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Gambar 2.3 Kista Folikular 3) Kista korpus luteum Menurut Wiknjosastro (2007: 353), dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum persistens). Perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang daripada kista folikel, dan yang pertama bisa menjadi lebih besar daripada yang kedua.
  • 5. 12 Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat dibagian bawah. Perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis. Penanganan kista korpus luteum ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan ovarium. Gambar 2.4 Kista Korpus Luteum
  • 6. 13 4) Kista theka-lutein Kista theka lutein merupakan kista yang berisi cairan bening dan berwana hitam seperti jerami. Timbulnya kista ini berkitan dengan tumor ovarium dan terapi hormon (Nugroho, 2010:103). Kista theka lutein biasanya bilateral, kecil dan lebih jarang dibandingkan kista folikel atau kista korpus luteum. Kista teka lutein diisi oleh cairan berwana kekuning-kuningan. Berhubungan dengan penyakit trofoblastik kehamilan (misalnya mola hidatidosa dan koriokarsinoma), kehamilan ganda atau kehamilan dengan penyulit diabetes mellitus atau sensitisasi Rh, penyakit ovarium polikistik (sindrom Stein-Laventhel) dan pemberian zat perangsang ovulasi (misalnya klomifen atau terapi hCG). Komplikasi jarang terjadi meliputi ruptur (dengan perdarahan intraperitoneal) serta torsi ovarium (Benson dan Pernoll, 2008: 576). 5) Sindrom polikistik ovari (Policystic Ovarian Syndrom-PCOS) Menurut Yatim (2005: 21-22), polikistik ovarium ditemukan pada 5-10% perempun usia dewasa tua sampai usia menopause, yang timbul karena gangguan perkembangan folikel ovarium hingga tidak timbul ovulasi. Penderita polikistik ini juga sering terlihat bulimia, androgen meningkat dan prolaktin darah juga meningkat (hiperprolaktinemia).
  • 7. 14 Polikistik ovarium sering dijumpai pada pemeriksaan USG perempuan usia pertengahan, tetapi bukan berarti tidak normal, mungkin ini ada kaitannya dengan prevalensi siklus tidak terjadi ovulasi tinggi pada kelompok usia ini. Publikasi lain mengemukaan bahwa sindrom polikistik terdapat pada 5-10% perempuan menjelang umur menopause. Kejadian ini berkaitan dengan gangguan hormone yang mulai terjadi pada kelompok umur tersebut. Perempuan yang mengandung polikistik dapat diketahui, antara lain: a) Darah menstruasi yang keluar sedikit (oligomenorrhea). b) Tidak keluar darah menstruasi (amenorrhea). c) Tidak terjadi ovulasi. d) Mandul. e) Berjerawat. Gambar 2.5 Kista Polikistik
  • 8. 15 4. Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104), kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini: a. Nyeri saat menstruasi. b. Nyeri di perut bagian bawah. c. Nyeri saat berhubungan seksual. d. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki. e. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB. f. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak. 5. Patofisiologi Kista Ovarium Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu harmon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium (Corvin, E.J 2008: 649).
  • 9. 16 6. Komplikasi Kista Ovarium Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya: a. Akibat pertumbuhan kista ovarium Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan edema pada tungkai. b. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon. c. Akibat komplikasi kista ovarium 1) Perdarahan ke dalam kista Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut.
  • 10. 17 2) Torsio atau putaran tangkai Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap kista dibuang dan dievaluasi secara histologis. 3) Infeksi pada tumor Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen. 4) Robek dinding kista Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.
  • 11. 18 5) Perubahan keganasan Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting. 7. Diagnosa Kista Ovarium Menurut Djuwantono, dkk (2011: 282-287), yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa kista ovarium adalah: a. Anamnesa Anamnesa lengkap merupakan bagian penting dari diagnosis tumor adneksa. Pertanyaan tentang rasa nyeri, lokasi, dan derajat nyeri serta kapan mulai timbulnya rasa nyeri tersebut akan memudahkan penegakan diagnosis. b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik diagnostik yang lengkap dan tertuju pada gejala klinis atau tanda dari suatu infeksi atau tumor neoplastik sangat diperlukan untuk menentukan etiologi dari massa tumor di daerah rongga panggul. Pemeriksaan payudara secara sistematis diperlukan karena ovarium merupakan metastasis yang umum dijumpai karsinoma payudara.
  • 12. 19 Pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan rekto vagina merupakan pemeriksaan pokok ginekologi yang harus mendapatkan perhatian lebih untuk menegakkan diagnosis kelainan di daerah rongga pelvis. c. Pemeriksaan penunjang/tambahan kista ovarium 1) Ultrasonografi (USG) Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi daripada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali. Suara yang didengar manusia mempunyai frekuensi 20-20.000 Cpd (Cicles per detik=Hz). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence acustic tertentu. Dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, disebut acho free atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites, pembuluh darah besar, pericardial atau pleural effusion. USG pada kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding-dinding yang tipis/tegas/licin dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unilokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang
  • 13. 20 terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista. a) Transabdominal sonogram Pemeriksaan cara sonogram menggunakan gelombang bunyi untuk melihat gambaran organ tubuh. Pemeriksaan jenis ini bisa dilakukan melalui dinding perut atau bisa juga dimasukkan melalui vagina dan memerlukan waktu sekitar 30 menit, bisa diketahui ukuran dan bentuk kistanya. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh. b) Endovaginal sonogram Pemeriksaan ini dapat menggambarkan atau memperlihatkan secara detail struktur pelvis. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan vesica urinaria kosong. c) Kista endometriosis Menunjukkan karakteristik yang difuse, low level/echoes pada endometrium, yang memberikan gambaran yang padat. d) Polikistik ovarium Menunjukkan jumlah folikel perifer dan hiperechoid stroma. 2) CT-Scan Akan didapat massa kistik berdinding tipis yang memberikan penyangatan kontras pada dindingnya.
  • 14. 21 3) MRI (Magnetic Resonance Imaging) Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-scan dapat memberikan petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam beberapa/banyak kasus. USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan dengan CT-scan. 4) CA-125 Dokter juga memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA-125. Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur, meskipun tidak ada proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan pada perempuan yang berisiko terjadi proses keganasan. 8. Penatalaksanaan Kista Ovarium a. Observasi Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105). b. Terapi bedah atau operasi Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada
  • 15. 22 gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama. Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang memiliki kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi, maka disebut salpingo-oophorectomy. Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis kista. Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit (twisted) dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan tindakan darurat pembedahan (emergency surgery) untuk mengembalikan posisi ovarium. Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim, (2005: 23) yaitu: 1) Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara ini, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul
  • 16. 23 dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan. 2) Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses keganasan, operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe. 9. Perawatan Post Operasi Menurut Johnson (2008) perawatan post operasi yang perlu dilakukan antara lain: a. Perawatan luka insisi/post operasi Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain: 1) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama pasca operasi. 2) Luka harus dikaji setelah operasi sampai hari pasca operasi sampai klien diperbolehkan pulang. 3) Luka mengeluarkan cairan atau tembus, pembalut harus segera diganti. 4) Pembalutan dilakukan dengan teknik aseptik. b. Pemberian cairan Pada 24 jam pertama klien harus puasa pasca operasi, maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan mengandung
  • 17. 24 elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi hipotermia, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ lainnya. Cairan yang dibutuhkan biasanya dekstrose 5-10%, garam fisiologis, dan ranger laktat (RL) secara bergantian. Jumlah tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan, biasanya kira-kira 20 tetes per menit. Bila kadar hemoglobin darah rendah, berikan transfusi darah atau pocked-cell sesuai dengan kebutuhan. c. Diet Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah klien flatus, lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral, sebenarnya pemberian sedikit minuman sudah boleh diberikan 6-10 jam pasca operasi berupa air putih atau air teh yang jumlahnya dapat dinaikkan pada hari pertama dan kedua pasca operasi. Setelah infuse dihentikan, berikan makanan bubur saring, minuman, buah dan susu. Selanjutnya secara bertahap diperbolehkan makan bubur dan akhirnya makanan biasa. d. Nyeri Dalam 24 jam pertama, rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan obat-obatan anti sakit dan penenang seperti suntikan intramuskuler (IM) pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morpin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus atau obat-obatan lainnya.
  • 18. 25 e. Mobilisasi Mobilisasi segera sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan klien. Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai 6-10 jam pertama pasca operasi setelah klien sadar. Latihan pernafasan dapat dilakukan sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua pasien dapat latihan duduk selama 5 menit dan tarik nafas dalam-dalam. Kemudian posisi tidur diubah menjadi setengah duduk atau semi fowler. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari klien dianjurkan belajar duduk sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca operasi. f. Kateterisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman pada klien. Karena itu dianjurkan pemasangan kateter tetap (balon kateter) yang terpasang 24-48 jam atau lebih lama tergantung jenis operasi. Dengan cara ini urine dapat ditampung dan diukur dalam kantong plastik secara periodik. Bila tidak dipasang kateter tetap dianjurkan untuk melakukan pemasangan kateter rutin kira-kira 12 jam pasca operasi, kecuali bila klien dapat berkemih sendiri. g. Pemberian Obat-obatan 1) Antibiotik, kemoterapi dan anti inflamasi 2) Obat-obatan pencegah perut kembung 3) Obat-obatan lainnya
  • 19. 26 h. Perawatan Rutin Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran adalah: 1) Tanda-tanda vital, meliputi: tekanan darah (TD), nadi, pernafasan, dan suhu. 2) Jumlah cairan yang masuk dan yang keluar. 3) Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi dan kasus.
  • 20. 27 Pathways kista ovarium Bagan 2.1 Pathways Kista Ovarium (Taufan Nugroho, 2010 & Imam Rasjidi, 2010) Etiologi: Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron Pertumbuhan folikel tidak seimbang Degenerasi ovarium Infeksi ovarium Tanda dan gejala: Tanpa gejala Nyeri saat menstruasi. Nyeri di perut bagian bawah. Nyeri saat berhubungan seksual. Nyeri saat berkemih atau BAB. Siklus menstruasi tidak teratur Diagnosa: Anamnesa Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Kista fungsional Kista non-fungsional Konservatif: Observasi 1-2 bulan Keluhan tetap: Aktivitas hormon Discomfort Komplikasi: Pembenjolan perut Pola haid berubah Perdarahan Torsio (putaran tangkai) Infeksi Dinding kista robek Perubahan keganasan Laparatomi Ovarian cystectomy Salpingo- oophorectomy Penyulit Post Operasi: Nyeri Perdarahan Infeksi Gangguan reproduksi Kista ovarium Laparoskopi Perawatan Post Operasi: Obat Analgetik Mobilisasi Personal hygiene
  • 21. 28 B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Sofyan, 2007). Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2005). Menurut Hellen Varney 1997, manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tidakan berdasarkan teori ilmiah penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. 2. Prinsip Manajemen Kebidanan Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan masalah. Dalam text book masalah kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah. Setelah menggunakannya, Varney (1997) melihat ada beberapa hal yang penting disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi masalah atau
  • 22. 29 diagnosa potensial. Dengan kemampuan yang lebih dalam melakukan analisa kebidanan akan menemukan diagnosa atau masalah potensial. Kadang kala bidan juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan masalah tertentu dan mungkin juga harus melakukan kolaborasi, konsultasi bahkan mungkin juga harus merujuk kliennya. Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7 langkah. Ia menambahkan langkah ke III agar bidan lebih kritikal mengantisipasi masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya. Varney juga menambahkan langkah ke IV dimana bidan diharapkan dapat menggunakan kemanpuannya untuk melakukan deteksi dini dalam proses majemen, sehingga bila klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi, konsultasi bahkan dirujuk segera dapat dilaksanakan. Proses manajemen kebidanan ini ditulis oleh Varney berdasarkan proses manajemen kebidanan American College of Nurse Midwife (ACNM) yang pada dasarnya mempunyai pemikiran sama dengan proses manajemen menurut Varney. 3. Proses Manajemen Kebidanan Menurut Hellen Varney a. Langkah I (pertama) : Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
  • 23. 30 manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi (Muslihatun, dkk. 2009: 115). Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien (Anggraeni, Yeti, 2010: 131). 1) Data subyektif a) Identitas pasien (1) Nama Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak keliru dengan pasien-pasien lain. (2) Umur Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa reproduksi. (3) Agama Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai gangguan reproduksi. (4) Pendidikan Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (5) Suku/bangsa Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari pasien.
  • 24. 31 (6) Pekerjaan Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya. (7) Alamat Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. b) Alasan Kunjungan Alasan apa yang mendasari ibu datang. Tuliskan sesuai uangkapan. c) Keluhan Utama Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk mengetahui permasalahanutama yang dihadapi ibu mengenai kesehatan reproduksi. d) Riwayat Kesehatan (1) Riwayat kesehatan yang lalu Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah diderita yang dapat mempengaruhi dan memperparah penyakit yang saat ini diderita. (2) Riwayat kesehatan sekarang Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan dengan gangguan reproduksi terutama kista ovarium.
  • 25. 32 (3) Riwayat kesehatan keluarga Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gaangguan kesehatan pasien. e) Riwayat Perkawinan Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah, syah atau tidak, umur berapa menikah dan lama pernikahan. f) Riwayat menstruasi Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan warna darah, disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji untuk mengetahui ada tidaknya kelainan system reproduksi sehubungan dengan menstruasi. g) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit, maka bidan harus menggali lebih spesifik untuk memastikan bahwa apa yang terjadi pada ibu adalah normal atau patologis. h) Riwayat KB Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan saat ini digunakan ibu yang kemungkinan menjadi penyebab atau berpengaruh pada penyakityang diderita saat ini.
  • 26. 33 i) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari (1) Nutrisi Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan makanan yang masih mentah dan apakah ibu suka minum minuman beralkohol karena dapat merangsang pertumbuhan tumor dalam tubuh. (2) Eliminasi Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. (3) Hubungan seksul Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut apakah menimbulkan keluhan pada hubungan seksual atau sebaliknya. (4) Istirahat Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang cukup atau tidak. (5) Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.
  • 27. 34 (6) Aktivitas Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien sehari- hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. 2) Data Objektif Seorang bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data obyektif ini adalah: a) Pemeriksaan umum (1) Keadaan umum Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak. (2) Kesadaran Dikaji untuk menilai kesadaran pasien. (3) Vital sign Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya. (a) Tekanan darah (b) Temperatur/ suhu (c) Nadi (d) Pernafasan b) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
  • 28. 35 (1) Kepala Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala. (2) Muka Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau tidak, pucat atau tidak. (3) Mata Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak. (4) Hidung Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak. (5) Telinga Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan sekret atau tidak. (6) Mulut Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah atau tidak, stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak. (7) Leher Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, vena jugularis atau tidak.
  • 29. 36 (8) Ketiak Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak. (9) Dada Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak. (10) Abdomen Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan pembesaran perut. (11) Ekstermitas atas Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak. (12) Ekstermitas bawah Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik atau tidak, sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek patella positif atau tidak. (13) Genitalia Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses ataupun pengeluaran yang tidak normal. (14) Anus Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau tidak.
  • 30. 37 c) Pemeriksaan khusus (1) Inspeksi Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat keadaan muka, payudara, abdomen dan genetalia. (2) Palpasi Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau tangan, digunakan untuk memeriksa payudara dan abdomen. d) Pemeriksaan Penunjang Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan dan penyakit. b. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan (Muslihatun, dkk. 2009: 115). Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. 1) Diagnosa Kebidanan Diagnosa kebidanan dapat ditegakkan yang berkaitan dengan nama ibu, umur ibu dan keadaan gangguan reproduksi.
  • 31. 38 Data dasar meliputi: a) Data Subyektif Pernyataan ibu tentang keterangan umur serta keluhan yang dialami ibu. b) Data Obyektif Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. 2) Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkaan pernyataan pasien Data dasar meliputi: a) Data Subyektif Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien. b) Data Obyektif Data yang didapat dari hasil pemeriksaan. c. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah Potensial Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi. Jika memungkinkan, dilakukan pencegahan. Sambil mengamati kondisi klien, bidan diharapkan dapat bersiap jika diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi. Langkah ini menentukan cara bidan melakukan asuhan yang aman (Purwandari, 2008:79).
  • 32. 39 d. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu (Muslihatun, dkk. 2009: 117). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter (Muslihatun, dkk. 2009: 117). e. Langkah V (kelima): Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Purwandari, 2008: 81). Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut tentang apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan untuk masalah sosial ekonomi, budaya, atau
  • 33. 40 psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya (Purwandari, 2008: 81). f. Langkah VI (keenam): Melaksanakan perencanaan Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien (Muslihatun, dkk. 2009: 118). g. Langkah VII (terakhir): Evaluasi Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Ada kemungkinan rencana tersebut efektif, sedang sebagian yang lain belum efektif.
  • 34. 41 Mengingat proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Purwandari, 2008: 82). Langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran dan mempengaruhi tindakan serta orientasi proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinis dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinis, tidak mungkin manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja (Purwandari, 2008: 83). 4. Data Perkembangan Menurut Muslihatun, (2009: 123-124) pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat deterapkan dengan metode SOAP, yang merupakan singkatan dari: a) S (Subjektif) Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis. b) O (Objektif) Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium) pemeriksaan diagnostik lain.
  • 35. 42 c) A (Assessment) Merupakaan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. d) P (Planning) Berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. C. Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan meliputi : 1. Bab III Penyelenggaraan Praktik a. Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: 1) Pelayanan kesehatan ibu. 2) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
  • 36. 43 b. Pasal 12 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, berwenang untuk: 1) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. c. Pasal 13 1) Selain kewenangan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 10, 11, dan 12, bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi, a) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu di bawah supervise dokter. b) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan. c) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas. d) Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya, dan e) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah.
  • 37. 44 2) Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya. Dari uraian di atas sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010 Bidan berwenang memberikan pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan, bidan memiliki tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Konseling dalam hal ini adalah mengenai Kista Ovarium pada wanita dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala, faktor resiko wanita yang dapat terkena kista ovarium dan penatalaksanaan. Kegiatan ini harus mencakup dapat meluas pada kesehatan perempuan terutama kesehatan reproduksi.