Makalah ini membahas manajemen strategik dalam pengembangan mutu pendidikan Islam di MAN 1 Batanghari, Jambi. Terdapat 3 bab utama yaitu tentang manajemen strategik, pengembangan mutu pendidikan Islam, dan metode penelitian yang digunakan.
1. 1
TUGAS AKHIR SEMESTER
Analisis Manajemen Strategik Dalam Pengembangan Manajemen
Mutu Terpadu Berbasis Sekolah Pendidikan Islam
(Studi Pada MAN I Batangahari Jambi)
MATA KULIAH
Manajemen Strategik Dalam MPI
DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. H. Hafzi Ali, M.Pd
Dr. Hj. Armida, M.Pd
Oleh
Ali Pirdaus
Nim. DMP.17.179
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PASCA SARJANA UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2018
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanyalah bagi Allah, Dzat yang menguasai semua makhluk
dengan kebesarannya, yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya
sehingga makalah yang berjudul “Analisis Manajemen Strategik Dalam
Pengembangan Manajemen Mutu Terpadu Berbasis Sekolah Pendidikan
Islam (Studi Pada MAN I Batanghari, Jambi)" dapat terselesaikan dengan baik
semoga ada guna dan manfaatnya. Sholawat serta salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai penuntun terbaik untuk
ummat dalam mencari ridho Allah SWT. Untuk mencapai kebahagiaan Dunia dan
Akhirat.
Banyak pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya dengan ucapan jazakumullah khoirul jaza’, semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi serta memberikan hidayah-Nya kepada mereka semua
dan memberikan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini tidak lepas dari
segala kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik serta saran yang
membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan dan sebagai tolak ukur
perbaikan di masa yang akan datang.
Jambi, Juli 2018
Penulis
Ali Pirdaus
3. 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah… …..………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………… 3
BAB. II TINJAUAN TEORI
A. Manajemen Strategik …….….……………………………………………... 4
B. Lam Pengembangan Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan Islam………. 9
BAB. III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitia …………………………………………………… 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi Strategi Lembaga Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Islam …………………………………………………………………….. 18
B. Formulasi Strategi Lembaga Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
…………………………………………………………………………….20
C. Evaluasi Strategi Lembaga Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Islam ………………………………………………………………
BAB V PENUTUP
A. Kesimpuan …………………………………………………………………………….. 25
B. Implikasi Teoritis ………………………………………………………………………. 25
DAFTAR PUSTKA
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menyelenggarakan Pendidikan berkualitas merupakan amanah Undang-
undang yang tertuang dalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003. Pada pasal 3
disebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab1
Pendidikan yang bermutu adalah Pendidikan yang mampu mengembangkan
kemampuan, membentuk Karakter dan Peradaban Bangsa. Oleh karena itu harus
dikembangkan dalam pendidikan di sekolah aspek: keimanan, ketaqwaan, akhlak
mulia, kesehatan, ilmu, kecakapan, kreativitas, kemandirian, demokrasi dan
tanggung jawab pada anak didik dan seluruh stakeholders Pendidikan.
Kondisi Saat ini kebanyakan sekolah hanya mengembangkan aspek-aspek
pendidikan secara dangkal: Dimensi kognitif (hanya menghafal); Dimensi
ketrampilan (mekanistik); Dimensi nilai tidak terurus dan tidak mendalam; Dimensi
hubungan (ranah interaktif) tidak tergarap. Padahal seharusnya sekolah
berkualitas mampu mengembangkan Dimensi kognitif (menguasai pengetahuan
sesuai dengan bakat, minat siswa/i nya);
Persaingan dalam memperebutkan objek pendidikan, sangat erat kaitannya
dengan kecekatan seseorang yang terjun dalam bidang pendidikan dalam
mengenali selera pasar serta pemilihan strategi. Agar objek pendidikan loyal,
maka harus mempunyai strategi guna mempertahankan mereka agar tidak lari ke
pesaing-pesaing lain. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses
1 Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
5. 5
pembebasan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidak
berdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan dari buruknya hati, akhlak dan
keimanan.
Oleh karena itu, pendidikan tidak boleh menjadikan manusia asing terhadap
dirinya dan asing terhadap hati nuraninya. Pendidikan tidak boleh melahirkan
sikap, pemikiran, dan perilaku semu. Pendidikan tidak boleh menjadikan manusia
berada di luar dirinya. Pendidikan harus mampu menyatukan sikap, pemikiran,
perilaku hati nurani dan keimanan menjadi satu kesatuan yang utuh. Untuk itu,
proses pembelajaran tidak hanya menekankan pada hafalan dan latihan
penguasaan soal-soal ujian. Proses pembelajaran yang demikian telah banyak
menelan korban, di mana para lulusan hanya membawa selembar ijazah. Dibalik
ijazah yang dimilikinya tidak tercermin adanya efek pada perubahan watak/
kepribadian, pemikiran, dan perilakunya.
Perubahan di tingkat perilaku konsumen, dalam hal ini adalah masyarakat
(orang tua dan siswa). Konsumen kini menjadi semakin banyak tuntutan, baik
mengenai kualitas lulusan, fasilitas pendidikan maupun biaya pendidikan. Oleh
karena itu manajemen pendidikan harus mampu memberikan pelayanan yang
optimal kepada masyarakat dan dapat bersaing secara efektif dalam konteks
lokal, nasional bahkan dalam konteks global.
Dalam upaya untuk meningkatkan mutu daya saing dan tuntutan perubahan
akibat derasnya arus globalisasi, maka penerapan manajemen strategi menjadi
sebuah keniscayaan, terutama di lembaga pendidikan. Dengan penerapan
manajemen strategi, lembaga pendidikan akan mampu bersaing dan dapat
meningkatkan kualitas layanan pendidikan serta mampu mengantisipasi dinamika
perubahan. Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem
persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab pihak pimpinan sebagai
manajer pendidikan Melihat fenomena tersebut penulis mencoba untuk
menawarkan sebuah konsep, implementasi dan perkembangan pendidikan Islam
dalam bingkai manajemen strategik, dalam proses pembelajaran di sekolah formal
6. 6
maupun non formal dengan tujuan membentengi siswa diera globalisasi agar tetap
berpegang pada nilai-nilai qur’an, hadist, ijma’ dan qiyas.
Inti dari sebuah konsep manajemen strategik dalam pendidikan Islam dapat
digunakan di dunia pendidikan Islam yang lebih luas serta lebih mengefektifkan
pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional yang bermutu. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknik
analisis SWOT. Jadi mutu lulusan pendidikan Islam tidak dipandang sebelah
mata, justru sangat besar peranannya di lingkungan masyarakat.
Dari sekian banyak lembaga pendidikan Islam saat ini, ada lembaga yang
menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian di lembaga tersebut.
Karena berdasarkan data yang dihimpun MAN I Batanghari ini memiliki banyak
alumni, yang kebanyakan alumninya mempunyai kemandirian dan mempunyai
ketrampilan setelah menyelesaikan pendidikan pada sekolah tersebut, serta
didukung oleh lingkungan yang strategis agak jauh dari pusat perkotaan sehingga
hiruk pikuk perkotaan tidak terdengar, dan dikelilingi oleh rumah penduduk serta
mempunyai lahan yang luas. untuk itulah peneliti menarik mengambil lokasi
penelitian di MAN 1 Batanghari yang berkenaan dengan Analisis Manajemen
Strategik Dalam Pengembangan Manajemen Mutu Terpadu Berbasis Sekolah
Pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka dapat dirumuskan
permsalahan yang akan dibahas diantaranya :
1. Bagaimana penerapan manajemen strategik di Sekolah MAN 1 Batanghari?
2. Apa Upaya sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan?
3. Bagaimana evaluasi yang dilakukan sekolah MAN 1 Muara Bulian?
7. 7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Manajemen Strategik
1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Inggris to manage yang berarti mengatur,
mengurus, atau mengelola. Manajemen seringkali diartikan sebagai ilmu, kiat,
dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick sebagaimana yang
dikutip Nanang Fattah, karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang
pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan
bagaimana orang bekerja. Dikatakan sebagai kiat karena manajemen mencapai
sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas.
Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi keahlian khusus untuk
mencapai prestasi manajer yang dituntun oleh suatu kode etik2.
Meskipun cenderung mengarah pada suatu fokus tertentu, para ahli
memiliki pandangan tersendiri dalam mendefinisikan manajemen secara istilah
(terminologi). Menurut Malayu S. P. Hasibuan manajemen merupakan ilmu dan
seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang
didukung sumber-sumber lain dalam organisasi untuk mencapai tujuan
tertentu3.
G. R. Terry mendefinisikan manajemen sebagai proses khas yang terdiri
atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang
telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya4.
Sementara itu, menurut Mulyono manajemen ialah sebuah proses yang
khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
2 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 1.
3 Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian,dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 2.
4 George R. Terry terj. J. Smith D. F. M., Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 15.
8. 8
pengawasan serta evaluasi yang dilakukan pihak pengelola organisasi untuk
mencapai tujuan bersama dengan memberdayakan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya. Dalam dunia pendidikan manajemen dapat diartikan
sebagai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan
evaluasi dalam kegiatan pendidikan untuk membentuk peserta didik yang
berkualitas sesuai dengan tujuan5.
Dalam bahasa al-Qur'an manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini
merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam al-
Qur’an seperti firman Allah:
Artinya: Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu
naik kepadanya dalam suatu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu
tahun menurut perhitunganmu. (QS. As-Sajadah: 5)
Dari ayat di atas diketahui bahwa Allah SWT merupakan pengatur alam.
Akan tetapi sebagai khalifah di bumi manusia harus mengatur dan mengelola
bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli tersebut, secara garis
besar manajemen dapat diartikan sebagai serangkaian proses yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, pengendalian, dan
evaluasi yang dilakukan pengelola untuk mencapai tujuan bersama secara efektif
dan efisien.
b. Pengertian Strategik
Strategik atau strategi secara etimologi berasal daribahasa Yunani, strategos
atau strategus dengan kata jamak strategi, yang berarti cara. Istilah strategi pada
awalnya digunakan dalam dunia militer, yang diartikan sebagai cara penggunaan
seluruh kekuatan militer untuk memenangkan peperangan. Menurut istilah,
strategi merupakan rencana yang mengandung cara komprehensif dan integratif
5 Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 18.
9. 9
yang dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat guna
memenangkan kompetisi6.
Dalam manajemen sebuah organisasi strategi dapat diartikan sebagai
kiat, cara, dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategik
organisasi. Tanpa strategi sebuah lembaga tidak akan bisa memanfaatkan
peluang-peluang baru.
Strategi diperlukan tidak hanya untuk mengembangkan rencana lembaga.
Signifikansi nyata ialah menjauhkan perhatian manajer dari isu harian dan
menekankan sebuah pengujian kembali terhadap tujuan utama lembaga
dalam hubungannya dengan pelanggan7.
Suatu lembaga membutuhkan strategi sebagai cara untuk mencapai
tujuan yang ditetapkan. Dengan mempertimbangkan peluang dan ancaman
lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan
internal. Menyusun strategi untuk suatu rencana adalah bagian tersulit dari
proses perencanaan. Jika strategi yang diterapkan tepat maka segalanya akan
berjalan dengan lancar, begitu juga sebaliknya. Penetapan strategi berlaku
untuk semua program. Perannya menjadi penting karena memberikan fokus
terhadap usaha yang dilakukan, sehingga dapat membantu mendapatkan hasil
maksimal.
Berdasarkan uraian tersebut, strategi dapat diartikan sebagai cara yang
dirancang secara sistematik untuk mencapai tujuan organisasi dengan
mempertimbangkan aspek eksternal dan internal lembaga guna mencapai
tujuan yang ditetapkan.
c. Pengertian Manajemen Strategik
6 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalamPeningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, 2007), Cet. 2,
hal. 137.
7 Iwan Purwanto, Manajemen Strategi, (Bandung: CV Yrama Widya, 2007), hal. 74.
10. 10
Manajemen strategik dapat diartikan sebagai perencanaan berskala besar
yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang ditetapkan sebagai
keputusan manajemen puncak, agar memungkinkan organisasi berinteraksi
secara efektif dalam usaha menghasilkan sesuatu yang berkualitas dengan
diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran
organisasi8.
Menurut Ismail Solihin manajemen strategik ialah serangkaian keputusan
dan tindakan manajerial yang dihasilkan dari proses formulasidan implementasi
rencana dengan tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif9.
Sedangkan Syaiful Sagala menjelaskan, manajemen strategik erat kaitannya
dengan pendekatan yang bersifat integrative dengan mengedepankan secara
bersama-sama seluruh elemen manajemen. Di dalamnya memuat formulasi
strategik dan implementasi strategik. Jika diterapkan di dunia bisnis, manajemen
strategik dimanfaatkan untuk memprediksi kecenderungan pasar dan peluang
untuk memperoleh keuntungan. Sedangkan dalam dunia pendidikan
manajemen strategic digunakan untuk mengefektifkan sumber daya yang dimiliki
dalam pencapaian tujuan pendidikan.10
Penentuan tujuan diperlukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan
sebuah program. Tujuan-tujuan tersebut ditentukan oleh berbagai macam
kekuatan, baik dari dalam maupun luar lembaga. Misalnya kepala sekolah, guru,
murid, orang tua murid, pemerintah, dan kelompok-kelompok sosial yang menaruh
perhatian terhadap program sekolah.
d. Fungsi-Fungi Manajemen Strategik
Selama proses penciptaan nilai, manajemen membutuhkan kemampuan
untuk menata masalah yang beraneka ragam dan rumit menjadi kesatuan yang
rapi dan teratur. Lingkungan manajemen yang semakin dinamis menuntut
8 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan:dengan Ilustrasi di Bidang
Pendidikan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hlm. 176-177.
9 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 64.
10 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik …, hlm. 128.
11. 11
peranan kepemimpinan yang menerapkan fungsi manajemen secara
berkisanambungan. Penerapan fungsi-fungsi manajemen membuat
pembentukan citra sekolah bisa dinilai keberhasilannya.
Dalam manajemen yang dimaksud fungsi adalah tugas-tugas tertentu
yang harus dilaksanakan sendiri. Setiap pakar mempunyai kunci fungsi
manajemen sendiri. Namun pada umumnya fungsi-fungsi yang dilaksanakan
dalam sebuah lembaga meliputi: Perencanaan (Planing), Pengorganisasian
(Organizing), Pelaksanaan (Actuating), Pengawasan (Controlling), Memotivasi
(Motivating), Pemberdayaan (Empowering), Mempasilitasi (Facilitating),
Mengevaluasi (Evaluating).
e. Perumusan Strategik
Merumuskan suatu strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah
ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi,
menetapkan tujuan strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi
untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan pelayanan terbaik.
Untuk mendapatkan rumusan strategi yang tepat, tidak bisa dilakukan secara
langsung. Sebuah lembaga harus melalui beberapa tahap agar strategi yang
disusun mampu memberikan hasil maksimal. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1) Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki di masa depan dan
menentukan misi untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan
tersebut.
2) Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan
dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh
perusahaan dalam menjalankan misinya.
3) Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari
strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.
12. 12
4) Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi
dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal
yang dihadapi.
Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek
dan jangka panjang.
2. Konsep manajemen strategik dalam pengembangan manajemen mutu
terpadu pendidikan Islam
a. Manajemen mutu terpadu pendidikan Islam
Mutu adalah sesuatu yang melebihi kepuasan dan keinginan konsumen, oleh
karena itu mutu bersifat dinamis karena ditentukan oleh pelanggan.11
Manajemen Mutu Terpadu (MMT) adalah pencapaian tujuan organisasi
dengan cara yang efektif melalui planning, organizing, leading (actuating), dan
controlling sumber daya organisasi. Fungsi manajemen perencanaan adalah
menentukan tujuan-tujuan, menentukan tugas, menentukan sumber daya,
pengorganisasian, menentukan dan mengelompokan tugas-tugas, alokasi
sumber daya, penentuan otoritas. Kepemimpinan pengaruh adalah motivasi,
pengendalian, mengawasi aktivitas, koreksi, mengawasi target dan tujuan proses
manajemen. Input (sumber daya) man, material, money, method, machine,
information. Proses perencanaan: memiliki tujuan dan cara pencapaian,
pnegorganisasian: pemenuhan tanggung jawab untuk pencapaian tujuan,
kepemimpinan: menggunakan pengaruh untuk memotivasi bawahan,
pengendalian: mengawasi kegiatan dan melaksanakan koreksi. Output (kinerja),
mencapai tujuan, produk, jasa, efisiensi, efektivitas.
Kinerja adalah kemampuan organisasi untuk mempertahankan tujuannya
dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien. Sedangkan
organisasi adalah kesatuan sosial yang diarahkan dengan tujuan dan dibentuk
11
Sallis, E. Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan.
(Jogjakarta: IRCiSoD, 2012), hal. 24.
13. 13
dengan penuh pertimbangan. Entitas sosial merupakan dua orang atau lebih,
diarahkan dengan tujuan (dirancang untuk mencapai output tertentu). Efektivitas
yaitu melakukan pekerjaan dengan benar sejauh mana organisasi mencapai
tujuan yang telah ditentukan, dan efisiensi yaitu melakukan pekerjaan dengan
benar atau sesuai standar jumlah sumber daya yang digunakan untuk mencapai
tujuan.
Tujuan manajemen mutu terpadu adalah untuk mewujudkan keleluasaan
dalam mengelola pendidikan. Dengan demikian peran sekolah akan
berkembang. Sekolah diberi hak otonom untuk menentukan nasibnya sendiri.
Paling tidak ada tiga tujuan dilaksanakannya manajemen terpadu yaitu
peningkatan efisiensi, peningkatan mutu, peningkatan seluruh yang terkait di
dalam pendidikan.
Untuk itu Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu
Terpadu dalam bidang pendidikan tujuan akhirnya adalah meningkatkan
kualitas, daya saing bagi output (lulusan) dengan indikator adanya
kompetensi baik intelektual maupun skill serta kompetensi sosial
siswa/lulusan yang tinggi. Dalam mencapai hasil tersebut, implementasi
Total Quality Management (TQM) di dalam organisasi pendidikan perlu
dilakukan dengan sebenarnya, tidak dengan setengah hati.
Dengan memanfaatkan semua kualitas yang ada dalam organisasi
maka pendidikan kita tidak akan jalan di tempat seperti saat ini.
Definisi manajemen mutu terpadu mencakup dua komponen yaitu apa dan
bagaimana menjalankan mutu terpadu, di dalam manajemen mutu terpadu
pelanggan adalah yang berkuasa atau raja yang harus dilayani dengan sebaik-
baiknya. Manajemen mutu terpadu adalah sebuah praktik yang berupa
pendekatan stratejik untuk menyelenggarakan pendidikan yang berfokus pada
kebutuhan pelanggan.
Dalam Menciptakan budaya mutu dimana tujuan setiap anggota ingin
menyenangkan pelanggannya, dimana struktur organisasinya mengizinkan untuk
14. 14
mereka berbuat seperti itu. Manajemen mutu terpadu adalah budaya
peningkatan mutu pendidikan secara terus menerus, fokus pada pelanggan demi
kepuasan jangka panjangnya, dan partisipasi seluruh warga yang ada di sekolah,
keluarga, masyarakat dan pemerintah12.
Sedangkan komponen MMT ada empat, yaitu (1) prinsip-prinsip, (2) proses,
(3) pencegahan, dan (4) manusia.13
Konsep manajemen strategik dalam mutu pendidikan Islam langkah-
langkahnya dapat berupa:
a. Perencanaan Mutu
Menurut Roger A. Kaufman sebagaimana dikutip U. Saefullah, perencanaan
berarti suatu proyeksi (perkiraan) tentang segala sesuatu yang diperlukan dalam
rangka mencapai tujuan yang absah dan bernilai. Perencanaan menjadi jembatan
penghubung kesenjangan antara keadaan masa kini dan masa yang akan
datang14.
Perencanaan berkaitan dengan penentuan tujuan atau sasaran yang hendak
dicapai, menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Perencanaan menjadi salah satu syarat mutlak bagi
setiap kegiatan manajemen. Tanpa adanya perencanaan, pelaksanaan suatu
kegiatan akan mengalami kesulitan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan
yang diinginkan.
Perencanaan mutu menurut Sallis terdiri atas rangkaian rencana untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan15:
1) Apa jenis usaha yang dilakukan? Jenis usaha dalam perencanaan mutu adalah
objek kajian yang akan dibahas yaitu pendidikan. Organisasi pendidikan harus
mempunyai visi dan misi, artinya pendidikan mempunyai arah dan tujuan yaitu
12 Ibid.,hal.17
13
Burnham, J.W. (1997). Managing Quality in School. (London: Prentice Hall.1997), hal.33.
14 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, hlm. 65.
15 Ibid., hal.215
15. 15
menghasilkan peserta didik yang serba unggul dan berakhlak mulia. Tujuan
lembaga pendidikan yaitu lembaga bertaraf internasional dengan pelaksanaan
manajemen mutu di segala bidang serta pendekatan pembelajaran yang kreatif
dan inovatif.
2) Siapa pelanggannya dan apa yang mereka harapkan? Untuk mengetahui calon
pelanggannya, lembaga perlu melaksanakan analisa pasar, siapa yang akan
menjadi pelanggan? apa yang diharapkan oleh pelanggan? apa program
pendidikan yang sesuai? apakah hasil yang sebelumnya mempunyai mutu
baik di masyarakat dan di lembaga tingkat tinggi?
3) Apa yang kita butuhkan agar menjadi baik? Selain membuat analisa pasar,
pendidikan sebagai lembaga formal perlu mempunyai Total Quality
Management (TQM) dan mempunyai evaluasi bisnis guna mencari strategi yang
akan dilaksanakan yaitu menggunakan teori analisa SWOT yang terdiri atas
empat faktor yaitu:
a) Strenght (kekuatan), yaitu kondisi lembaga pendidikan mempunyai kekuatan
yang bisa menjalankan lembaga pendidikan.
b) Weakness (kelemahan), merupakan kondisi kelemahan yang ada dalam
lembaga pendidikan sebagai motivasi untuk memperbaiki kelompok ke arah
yang lebih baik.
c) Opportunities (peluang), yaitu peluang yang akan berkembang di masa
datang dan bersumber dari luar/eksternal lingkungan.
d) Threats (ancaman), merupakan kondisi yang mengancam dari luar.
Dari keempat faktor di atas, akan dapat diketahui aksi dan solusi apa yang
harus dijalankan untuk tetap berjalannya program, pasar yang diinginkan oleh
pelanggan, peserta didik dengan strategi berdasarkan kekuatan dapat dibangun
untuk memajukan sasaran. Dengan strategi bisa meminimalisir kelemahan
dalam menjalankan lembaga pendidikan yang mempunyai kualitas dan
sumber daya manusia yang berpotensi.
16. 16
4) Bagaimana agar kita bisa meraih kesuksesan?
Untuk dapat meraih apa yang diinginkan, sebelumnya dibuat rencana
operasional jangka pendek dan jangka panjang seperti peningkatan kualitas
proses, peningkatan mutu sikap mental pengelola lembaga pendidikan, dan
lain-lain.
5) Bagaimana cara kita berbuat dalam menyampaikan mutu?
Untuk mencapai manajemen mutu, beberapa langkah perlu dilaksanakan,
antara lain: a) fokus kepada pelanggan, b) komitmen jangka panjang, c)
teamwork, d) perbaikan proses memiiki kesatuan tujuan, e) keterlibatan seluruh
anggota lembaga pendidikan, f) perbaikan terus menerus yang
berkesinambungan.
6) Biaya apa yang dibutuhkan mutu?
Dalam rangka peningkatan mutu, perlu tersedianya dana yang memadai.
Dengan cukupnya dana akan memberikan peningkatan output belajar
mengajar. Dengan cukupnya dana, dapat melaksanakan pelatihan bagi para
pendidik.Tersedianya dana dapat mengikuti perkembangan Iptek bila tidak
mengancam ketertinggalan.
7) Bagaimana kita tahu bahwa kita sukses?
Melihat rencana atau target yang dibuat, pada periode tertentu dilaksanakan
monitoring atas kinerja maupun hasil yang telah dilajani, apabila sasaran
tercapai bahkan melebihi target berarti sukses dicapai. Walaupun sukses telah
dicapai, tetap perlu dilaksanakan evaluasi untuk melihat dan mempelajari
keberhasilan yang cukup tinggi untuk bahan yang akan datang, atau sebaliknya
bila menurut sebagai bahan untuk dilakukan penyesuaian dengan kondisi yang
ada.
b. Pelaksanaan Mutu
Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk mengusahakan agar para anggota
melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik. Semua anggota harus dimotivasi
17. 17
untuk segera melaksanakan rencana dalam aktivitas konkret yang diarahkan pada
tujuan lembaga. Dengan selalu mengadakan komunikasi yang baik, kepemimpinan
yang efektif, membuat perintah dan instruksi serta mengadakan pengawasan
kepada anggota16.
Pelaksanaan mutu menurut Crosby harus melaksanakan empat belas langkah
yang runtut yaitu:
a) Komitmen manajemen (management commitment);
b) Membangun tim peningkatan mutu (quality improvement teams) di atas dasar
komitmen;
c) Pengukuran mutu (quality measurement),
d) Mengukur biaya mutu (the cost of quality);
e) Membangun kesadaran mutu (quality awareness);
f) Menumbuhkan kesadaran setiap rang dalam organisasi tentang biaya mutu
(the cost of quality) dan mengharuskan untuk mengimplementasikan program
yang dicanangkan tim peningkatan mutu (quality improvement team);
g) Kegiatan perbaikan (corrective action);
h) Perencanaan tanpa cacat (zeri deffects planning);
i) Meneknakan perlunya pelatihan pengawas (supervisor training);
j) Penyusunan tujuan (goal setting);
k) Penghapusan sebab kesalahan (error causal removal);
l) Pengakuan (recognition);
m) Mendirikan dewan mutu (quality concils);
n) Lakukan lagi (do it over again).
c. Penilaian Mutu
16 U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), hal.42
18. 18
Penilaian mutu sebagai konsep relatif memandang mutu bukan sebagai
suatu atribut produk atau layanan, tetapi seuatu yang dianggap berasal dari
produk atau layanan tersebut. Mutu dapat dikatakan ada apabila sebuah layanan
memenuhi spesifikasi yang ada. Menurut Sallis (2012) TQM adalah sebuah
filosofi tentang perbaikan terus menerus yang dapat memberikan sepereangkat
alat praktis kepada institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan,
dan harapan para pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang.
Total Quality Management (TQM) adalah suatu keinginan untuk selalu mencoba
mengerjakan segala sesuatu dengan selalu baik.
Kata total (terpadu) menegaskan bahwa setiap orang yang berada di
dalam organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan peningkatan secara
terus menerus. Kata manajemen berlaku bagi setiap orang, sebab setiap orang
dalam sebuah institusi apapun statusnya, peranannya adalah manajer bagi
tanggung jawabnya masing-masing.
Definisi realatif tentang mutu tersebut memiliki dua aspek. Pertama,
menyesuaikan diri dengan spesifikasi. Kedua, memenuhi kebutuhan
pelanggan. Penyesuaian diri terhadap spesifikasi sering disimpulkan sebagai
„sesuai dengan tujuan dan manfaat‟. Definisi ini sering dinamai definisi produsen
tentang mutu. Para produsen menunjukkan bahwa mutu memiliki sebuah sistem
yang biasa disebut sistem jaminan mutu (quality assurance system). Sebuah
produk dikatakan bermutu selama produk tersebut secara konsisten sesuai
dengan tuntutan pembuatnya.
Keberhasilan manajemen mutu terpadu menurut Hadari Nawawi ditandai
dengan beberapa indikator antara lain:
1) Konsistensi
Tingkat konsistensi dalam memberikan pelayanan umum dan pembangunan
dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan dan kepentingan peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang terus menerus dan makin meningkat.
19. 19
2) Kekeliruan dalam bekerja berdampak menimbulkan ketidakpuasan pelanggan
dan komplain masyarakat, serta masyarakat yang dilayani makin berkurang.
3) Displin dalam waktu dan disiplin dalam bekerja harus terus meningkat.
4) Inventarisasi asset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak
berkurang atau hilang tanpa diketahui sebab-sebabnya.
5) Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
Apabila dalam pelaksaan pendidikan setiap anggota organisasi
memperhatikan dan menjalankan indikator tersebut diatas, maka pelaksanaan
program kerja dan pelayanan kepada pelanggan serta tujuan yang dicanangkan
akan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.
Indikator mutu dapat dilihat dari tiga unsure komponen system yaitu; input,
proses dan output. Input adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses input yang meliputi sumber daya sekolah
perangkat lunak,dan harapan sekolah (Depdiknas,2004). Input sumber daya
yaitu,kepala sekolah,guru,siswa dan dana, input perangkat lunak yaitu,perangkat
sekolah yang terdiri dari struktur organisasi, peraturan tatatertib, deskripsi tugas
pokok dan fungsi, jadwal dan kurikulum,sedangkan input harapan adalah visi, misi,
tujuan dan sasaran sekolah.
20. 20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang ditujukan untuk mengmbarkan
kejadian-kejadian yang ada dilapangan sesuai dengan kondisi apa yang terkait
dengan manajemen strategik lembaga pendidikan Islam dalam meningkatkan mutu
pendidikan, metode yang digunakan adalah mengumpulkan data yang berkaitan
dengan judul dan observasi dilapangan.
21. 21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi Strategi Lembaga Pendidikan Islam dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan
Implementasi strategi dalam kajian manajemen strategik adalah proses
menterjmahkan strategi yang telah dirumuskan dan merangkum segala sumber
daya dalm organisasi untuk diimplementasikan agar sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Setidaknya ada beberapa pokok bahasan untuk melihat efektifitas
pelaksanaan strategi, yaitu, (1) struktur siapa yang memiliki tanggung jawab tugas,
kepala sekolah bertanggungjawab kepada siapa; (2) proses bagaimana masing-
masing tugas dikerjakan secara personal; (3) tingkah laku, etika, motivasi disiplin,
penghargaan.
Komponen tersebut menyangkut kegiatan sumber daya yang tersedia dan
pelimpahan wewenang yang diberikan oleh kepala sekolah. Hasil temuan penelitian
yang diperoleh di MAN I Batanghari adalah dengan melakukan tinjauan, analisa
dan pelakasanaan program secara menyeluruh. Implementasi tersebut
diselaraskan degan program masing-masing wakil kepala madrasah yang telah
ditentukan. Hal tersebut berarti terdapat pelimpahan weweanang antara pimpinan
ke bagian wakil- wakilnya di madrasah. Bagian waka kurikulum disisni membuat
seperangkat program pembelajaran dan analisa mengenai intrakurikuler dan
ekstrakurikuler sekolah. Intrakurikuler tersebut lebih diprioritaskan pengembangan
diwilayah keagamaan. Waka kesiswaan berperan sebagai kordinator utama
pelaksanaan kegiatan pengembangan siswa dalam berbagai hal, baik kompetisi
dan kegiatan keorganisasian.
MAN 1 Batanghari lebih secara eksplisit dan khusus mencetak siswa yang
berkemampuan life. Target dari kedua lembaga memperlihatkan lebih dominan
untuk meningkatkan mutu lulusan dengan program keagamaan, kewirausahaan
sesuai keinginan masyarakat dan penerima lulusan. Program ini dimaksudkan
sebagai jawaban dari kebutuhan pasar atau masyarakat. Sehingga seperti halnya
22. 22
teori mutu dengan usaha ntuk memuaskan pelanggan baik secara internal dan
eksternal maka diharapka mutu akan tercapai.
Di MAN 1 Batnghari bentuk implementasi strategi yang dilaksanakan mulai
dari tingkat pimpinan hingga kepada wakil dan kepala jurusan. Melalui system ini
kordinasi yang dilakukan berlangsung secara teratur. Pelaksanaan srtategi pada
wilayah kesiswaan lebih mendominasi dengan kegiatan organisasi kesiswaan.
Sedangkan kegiatan kurikulum melaksanakan kordinasi anatara kepala sekolah,
staf dan dengan ketua jurusan yang ada. Kegiatan tersebut mencakup
penegembangan kurikulum, analisis jurusan dan pengmbangan potensi dan
kualitas pendidik.
MAN 1 Batanghari melakukan pengembangan kurikulum muatan local
kemuhammadiyahan dan keagamaan dan melakukan peningkatan dalam segi
praktikum jurusan bagi siswa. Pengembagan SDM yang dilakukan juga mempunyai
pendelegasian asesor karena kebutuhan jurusan sekolah dan juga keikutsertaan
dalam MGMP kabupaten. Kepala sekolah sebagai pimpinan yang memahami
kondisi internal dan mampu membaca segala kemungkinan mesti menjawabnya
dengan berbagai keputusan yang berimbas pada pelaksanaan program. Dalam hal
ini pelimpahan wewenang dalam setiap pelaksanan program dan pengawasan baik
secara langsung maupun tidak langsung atas kinerja bawahan menjadi pilihan yang
paling tepat yang dilakukan sekolah ini.
E. Mulyasa menjelaskan bahwa sarana pendidikan adalah peralatan dan
perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses
pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja
kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan
prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman
sekolah, jalan menuju sekolah.17 Berkaitan dengan hal diatas lembaga
berkomitmen dalam memenuhinya dengan meyusun strategi yang dapat mengarah
ke pada hal tersebut. Sebab lembaga meyakini bahwa peningkatan kualitas siswa
salah satuya ditunjang dengan kelengkapan fasilitas.
17 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 49
23. 23
B. Formulasi Strategi Lembaga Pendidikan Islam dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan
Formulasi strategi merupakan bagian awal dari runtutan manajemen
strategic yang didalamnya mengandung alasan, harapan dan langkah jelas untuk
melaksanakan roda organisasi. Cakupan formulasi meliputi tahapan perumusan
visi dan misi lembaga yang dibentuk sesuai dengan karakteristik lingkungannya
yang dibawah naungan Kemenag. Target yang diusung lembaga pendidikan
tersebut mengacu pada kebutuhan dan kondisi internal lembaga. Penetapan
strategi yang mampu menjawab kebutuhan dan dapat dijalankan menjadikan
tahapan formulasi lebih hidup dan berkesinambungan dengan visi dan misi
organisasi.
Langkah-langkah sistematis perlu dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
lembaga. Langkah tersebut diawali dengan perencanaan dan analisa mengenai
kemugkinan- kemungkinan serta kemampuan suatu lembaga dalam
mengaktualisasikan kinerjanya. Aalisa diperluan agar organisasi mampu
memperkirakan apakah strategi tersebut sampai kedalam tujuan yang diharapkan
atau tidak. Bentuk analisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan keputusan
dan tindakan lanjutan lembaga pendidikan Islam guna meraih mutu yang
diinginkan. Analisis lingkungan internal dan eksternal seperti yang dikemukakan
oleh Akdon meliputi Analisis Lingkngan Internal (ALI), merupakan analisa yang
mencakup kekuatan dan kelemahan ditubuh lembaga. Sedangkan Analisa
Lingkungan Eksternal (ALE) merupakan perpaduan antara peluang dan tantangan
dari luar lembaga.18
Seperti yang telah dijelaskan pada bab II bahwa tujuan dan target
merupakan kerangka jelas dari organisasi yang harus dicapai baik dalam jangka
pendek ataupun jangka panjang serta sukar untuk berubah tanpa dipengaruhi oleh
unsur hasil analisa lingkungan yang sangat memaksa. Tujuan yang di buat
mengisyaratkan sebagai pandangan nyata dari visi dan misi organisasi.
Sedangkan dalam kaitannya penelitian di kedua lembaga memperlihatkan bahwa
18
Akdon, Strategic Manajement for Educational Manajement,(Bandung: Alfabeta, 2006), hal. 234
24. 24
tujuan dan target selaras dengan perumusan visi dan misi, yaitu lebih menekan
kan pada upaya peningkatan kemampuan ilmu dan agama peserta didik serta
kreativitas dalam menumbuhkan potensi diri siswa.
Langkah terakhir dalam melakukan formulasi adalah berupaya agar impian
dan tujuan dapat dijalankan. Perlu strategi yang mampu menjawab melalui
metode dan pendekatan yang membumi. Strategi yang dibawa oleh kedua
lembaga diarahkan pada kegiatan yang memperkenalkan sekolah pada publik
melalui berbagai jalur program. Maka arah strategi dihadapkan untuk peningkatan
kapasitas kemampuan siswa dan juga amaliyah kepada unsurmasyarakat yang
membutuhkan sebagai wujud pengabdian untuk pedidikan.
Berkaitan dengan analisa dan penyusunan visi, misi,tujuan, target dan
strategi lembaga maka mengedepankan kebutuhan masyarakat dalam menyusun
langkah formulasi strategi. Melalui analisa eksternal ini MAN I Batanghari
menampung keinginan masyarakat kedalam berbagai program yang ditawarkan.
Madrasah ini memulainya dengan pengembangan kurikulum dan lingkungan yang
mendukung di internal madrasah serta dukungan dari masyarakat Kondisi
eksternal lingkungan yang diamati oleh lembaga ini yaitu dengan melihat peluang
akan kebutuhan lulusan yang berjiwa interpreneur dan mampu dalam materi
agama Islam. Sehingga hasil dari proses analisa tersebut dipadukan menjadi visi
dan misi yang diselaraskan. Pada aspek keilmuan yang belum masuk pada teknis
keprofesian tertentu serta membaca peluang di masyarakat dan kegiatan
keagamaan. Sedangkan misi lembaga juga mempunyai kesamaan terutama
diwilayah pengembangan tujuan pembentukan karakter siswa yang berdasar
ajaran agama. Sehingga diharapkan strategi yang difokuskan pada aspek
kurikulum dan kesiswaan dikedua lembaga akan membawa dampak positif untuk
peningkatan mutu lembaga pendidikan.
MAN 1 Batanghari melakukan langkah strategi untuk merubah kebiasaan
anak pesisir kearah pembenahan sikap dan akhlak dengan cara memaksimalkan
pemberian program sosial dan keagamaan bagi mereka. Strategi lain yang
diterapkan oleh lembaga ini yaitu melalui bantuan langsung dan kerja sama
terhadap masyarakat melalui wadah kurikulum dan bantuan sosial. Sekolah ini
25. 25
juga memberikan peluang bagi siswanya dengan membuka akses bagi pemberi
informasi tenaga kerja bagi lulusan.
Strategi yang dijalankan untuk mengembangkan kurikulum dan peningkatan
kualitas keagamaan, bagi lembaga adalah meningkatan pengalaman siswa di
bidang ilmu pengetahuan agama dan keterampilan lain yang mendorong siswa
berfikir untuk mandiri selepas sekolah. Keagamaan adalah salah satu item penting
yang diprioritaskan dilembaga pendidikan sedangkan keterampilan kerja yang
mesti menjalankan system kurikulum dari pemerintah tentunya diimbuhi dengan
aspek materi kewirausahaan Strategi melibatkan masyarakat dalam setiap
kegiatan ini adalah bagian dari membalas dengan respon positif dari keinginan
pelanggan. Hal tersebut sesuai dengan konsep peningkatan mutu dengan
memperhatikan pelanggan baik secara internal maupun pelanggan ekternal dalam
hal ini adalah masyarakat.
C. Evaluasi Strategi Lembaga Pendidikan Islam dalam MeningkatkanMutu
Pendidikan
Evaluasi merupakan kegiatan yang sistematis dan periodik, didalamnya
berusaha melihat kondisi sebenarnya suatau obyek dibandingkan terhadap
kriteria- kriteria yang telah tersusun sebelumnya. Gambaran tersebut adalah
langah terakhir dalam proses manajemen strategik. Melalui evaluasi maka
diharapkan lembaga akan melihat kondisi yang sedang dihadapi dibandingkan
dengan kriteria yang mesti dijalankan. Sebab evaluasi akan memberikan wacana
tentang kualitas kinerja dan program yang telah dilalui terhadap berbagai kondisi
yang sedang dihadapai. Sehingga organisasi akan dapat menilai diri untuk
berbenah atau melakukan peningkatan yang berkelanjutan.
Dunia pendidikan diharapkan untuk terus melakukan pengembangan
sehingga perlu adanya penilaian terhadap berbagai program yang telah
dijalankan. Hasil yang didapatkan dari penilaian tesebut akan menghasilkan
jawaban atas berbagai pertanyaan, yaitu apakah tujuan lembaga telah tercapai
atau belum. Proses evaluasi setidaknya ada tiga jenis manfaat, seperti yang telah
disinggung di bagian bab sebelumnya, yaitu proses evaluasi dilakukan beriringan
26. 26
dengan pencetusan program dan implementasiya, selain itu evaluasi strategi
dilakukan sebagai informasi atas jawaban dari kendala strategi, sedangkan
evaluasi juga mampu menjadi alat ukur atas criteria proses formulasi terhadap
implementasi yang telah terlaksana. Munculnya tahap evaluasi kemudaian
menjadi siklus berkelanjutan untuk melakukan pembenahan lembaga di tahap
berikutnya.
Seperti halnya menurut Akdon, secara garis besar terdapat dua jenis
evaluasi, yaitu (1) evaluasi formatif meliputi evaluasi yang dilakukan sebelum
program berjalan, atau sedang dalam pelaksanaan, atau setelah program selesai
dan dapat diteliti hasil dan dampaknya. (2) evaluasi sumatif, yakni evaluasi yang
dilakukan untuk beberapa periode/tahun sehingga memerlukan pengumpulan data
time series untuk beberapa tahun yang dievaluasi.19 Kinerja yang telah terlaksana
dalam satauan manajemen strategic akan terlihat hasil yang dicapai jika dalam
proses evaluasi dapat muncul kesimpulan. Penilaian kinerja akan dijadikan refleksi
bagi lembaga untuk senantiasa berbenah.
Akdon juga berpendapat bahwa ada dua cara dalam melakukan evaluasi
yaitu: (a) evaluasi dilakukan melingkupi tiga proses dalam manajemen lembaga
mencakup input, proses dan output, hal tersebut cenderung sering dilakukan
secara periodik sesuai pola monitoring kerja. (b) evaluasi dari sisi input dan
output, ini mempermudah dan mempercepat proses evaluasi dan sering dilakukan
dengan periode yang relative lama.
Evaluasi dilaksanakan oleh para pimpinan dan wakil-wakilnya dengan
memperhatikan ketercapaian program di setiap bidang. Evaluasi diwilayah
pimpinan dan wakil ini menjadikan efektifitas dalam pengambilan keputusan untuk
ditindaklanjuti sebagai bahan rekomendasi dalam menyusun formulasi strategik
ditahapan berikutnya. MAN 1 Batanghari melakukan evaluasi pimpinan secara
informal ditengah-tengah pelaksanaan program. Evaluasi strategi yang dilakukan
adalah dengan mengadakan rapat rutin yang bersifat internal dengan melibatkan
semua unsur pendidik. Selain itu agenda evaluasi juga melibatkan unsur kemenag
dan juga masyarakat melalui bentuk pendelegasian. Proses evaluasi juga
19 Akdon, Strategic Manajemen …, 176-177.
27. 27
ditempuh dengan melakukan rapat yang bersifat non formal yang hanya
melibatkan kepala sekolah dan wakil kepala serta beberapa staf. Rapat dilakukan
dengan bahsan evaluasi dan juga pembenahan program yang telah dilaksanakan
setiap harinya.
Kegiatan evaluasi yang melibatkan seluruh dewan guru dilakukan setiap
semeter sekaligus meminta laporan pertanggungjawabankepada masing-masing
jurusan agar nantinya sekolah memilki analisisis untuk mentapkan program
lanjutan kedepan. Kegiatan evaluasi menujukkan adanya system pemantauan.
Kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh elemen sekolah tersebut dalam
pengerian yang dijelaskan Akdon memiliki beberapa bagian yaitu mencakup:
1. Pencatatan, kodifikasi hasil kinerja lembaga atas dari implementasi dengan
proses formulasinya.
2. Pelaporan, melakukan komunikasi dengan bagian- bagian tertetu yang memiliki
kewenangan atas lembga, yang berisi hasil pencatatan dalam proses
pemantauan.
3.Tanggapan, respon dari pihak yang berwenang atas laporan hasil kinerja
lembaga yang di pantau.
Analisa dari peneliti dari hasil temauan penelitian dalam konteks evaluasi
strategi terlihat jelas bahwa lembaga melaksanakan evaluasi mencakup analisa
program sebelum, selama dan sesudah dilaksnakan. Terlihat dari proses
pelaksanaannya tesebut. Sehingga hasil evaluasi strategi merupakan bahan
pertimbangan dan acuan untuk memperbaiki lembaga dengan bantuan dan
dukungan dari pihak masyarakat. Sebab evaluasi akan berguna jika hasilnya
digunakan untuk perbaikan sesuai tuntutan pendidikan dan kebutuhan
masyarakat.
28. 28
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti
memberi kesimpulkan sebagai berikut:
1. Formulasi strategi di MAN I Batanghari dilakukan dengan terlebih dahulu
merumuskan visi dan misi melalui analisa lingkungan internal dan eksternal serta
penselarasan dengan lembaga, yang kemudian dirumuskan tujuan, target serta
strategi yang akan dijalankan.
2. MAN I Batanghari mengimplementasikan progam dari langkah formulasi strategi
yang telah tersusun sebelumnya. Implementasi strategi dipertegas pada wilayah
kurikulum, pengembangan siswa dan fasilitas sekolah. Pelaksanaan progam
diprioritaskan diwilayah keagamaan, kekaryaan dan profesionalisme lulusan
yang berpedoman pada formulasi strategi serta dilakukan oleh bagian-bagian
tertentu dalam lembaga yaitu wakil dari kepala sekolah dan jurusan.
3. Evaluasi strategi di MAN I Batanghari dilakukan yaitu: a). Evaluasi ditingkat
pimpinan kepala sekolah/madrasah dengan wakil-wakilnya dilaksnakan dengan
intensitas waktu yang sering. b). Evaluasi menyeluruh dilaksnakan dengan seluru
dewan guru dan karyawan seiap bulan dan diawal serta diakhir smester. c).
Evaluasi eksternal dilakukan oleh lembaga pemeritah dan masyarakat dengan
system pendelagasian sebagai bentuk kotrol.
B. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen strategic adalah konsep
dalam stategi manajemen yang bertujuan untuk mengatur pola perjalanan
organisasi mulai dari tahap perumusan visi dan misi hingga tahap peninjauan
kembalai atau evaluasi. Melalui manajemen strategic ini dapat diterapkan dalam
lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan Islam sebagai upaya untuk
29. 29
mencapai peningkatan mutu yang diharapkan. Saat ini kebutuhan pasar menjadi
salahsatu acuan lembaga pendidikan untuk mengembangkannya baik dari segi
intern ataupun ekstern.
30. 30
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, (2006), Strategic Manajement for Educational Manajement, Bandung: Alfabeta.
Burnham, J.W. (1997). Managing Quality in School. London: Prentice Hall.
E. Mulyasa, 2011, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
George R. Terry terj. J. Smith D. F. M., Prinsip-Prinsip Manajemen, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009.
Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan:
dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005.
Ismail Solihin, Manajemen Strategik, Jakarta: Erlangga, 2012.
Iwan Purwanto, Manajemen Strategi, Bandung: CV Yrama Widya, 2007.
Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta: Bumi
Aksara, 2007.
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2009).
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009.
Sallis, E. Total Quality Management in Education: Manajemen Mutu Terpadu
Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD, 2012.
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung:
Alfabeta, 2007), Cet. 2.
U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional