Dokumen tersebut membahas tentang warisan Ismail dan ajaran tauhid Ibrahim. Terdapat ayat Al Quran yang menjelaskan tentang pencarian tuhan oleh manusia pada zaman dahulu serta kepatuhan Ismail terhadap perintah Allah untuk disunat. Dokumen ini juga mengutip hadis yang menjelaskan tentang kesetiaan Hajar kepada Allah.
4. Pencarian tuhan QS 6
Bintang tuhanku (Ayat 76)
Bulan tuhanku (Ayat 77)
Matahari tuhanku (Ayat 78)
Allah Rabbul ‘alamin (Ayat 79)
5. Ajaran Tauhid Ibrahim
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan
sebahagian keturunanku di lembah yang tidak
mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang
demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka
jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada
mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur. (37)
6. Aqidah Tauhid Hajar
HR Bukhari 3114
Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata; "Ketika Ibrahim keluar berkelana
bersama Isma'il dan ibu Isma'il, mereka membawa geriba (kantung empat air) yang
berisi air, ibu Isma'il minum dari persediaan air dalam geriba tersebut sehingga dia
dapat menyusui bayinya. Ketika tiba di Makkah, Ibrahim menempatkan keduanya
di bawah sebuah gubuk. Tatkala Ibrahim hendak kembali kepada keluarganya,
ibu Isma'il mengikutinya di belakang hingga ketika sampai di dataran yang agak
tinggi/gundukan, ibu Isma'il memanggilnya dari belakang; "Wahai Ibrahim, kepada
siapa engkau meninggalkan kami?". Ibrahim menjawab; "Kepada Allah". Hajar
berkata; "Kalau begitu, Aku telah ridla kepada Allah".
7. Taat ala Ismail QS
37:102ِنأ يّأ ي أَ مِ نماَ مَ لْم ا فأ يِ ىٰ ف رَ أَ ِنأ يّأ ي إِ أ يَّ نَ بُن يماَ لَ قماَ أ يَ عْم سَّ ال هُن عَ مَ غَ لَ بَ مماَّ لَ فَ
ىٰ ف رَ تَ ذاَ مماَ رْم ظُن فماِنَ كَ حُن بَ ذْم أَ ۚرُن مَ ؤْم تُن مماَ لْم عَ فْم ا تِ بَ أَ يماَ لَ قماَ ۖإ نِ ِنأ يِ دُن جِ تَ سَ
نَ ريِ بِ صماَّ ال نَ مِ هُن ُهـلَّ ال ءَ شماَ ﴿١٠٢﴾
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar".
8. Fadilah Dzul Hijjah
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, rahimahullah, dari
Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'anhuma bahwa Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada
hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai
oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu : Sepuluh
hari dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : Ya
Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah ?. Beliau
menjawab : Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali
orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan
hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu
apapun".
9. Amal Sholeh apa saja?
Umroh & Haji
Berpuasa 9 hari (Shaum Arafah)
Takbir & Dzikir
Taubat Nasuha
Berkurban
Dilarang memotong kuku & rambut
Shalat Idul Adha & Mendengar Khotbah
10. Do your best, Be the best, Allah will take care of the rest
Doddy Al Jambary 0816 884 844
2ABED4A6 jambary67@gmail.com
slideshare.net/Aljambary
www.cordova.co.id
كَ نَ حاَ بْ سُكَ نَ حاَ بْ سُمّ هُ لّ المّ هُ لّ الكَ دِ مْ حَ بِ وَكَ دِ مْ حَ بِ وَدُ هَ شْ أَدُ هَ شْ أَنْ أَنْ أَلَلَهَ إلِهَ إلِلّ إِلّ إِتَ نْ أَتَ نْ أَكَ رُ فِ غْ تَ سْ أَكَ رُ فِ غْ تَ سْ أَ
بُ وْ تُ أَ وَبُ وْ تُ أَ وَكَ يْ لَ إِكَ يْ لَ إِ
Khotimah
Editor's Notes
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam". ( 76 ) Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat". ( 77 ) Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. ( 78 ) Se sungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. ( 79 )
Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Muhammad telah bercerita kepada kami Abu 'Amir 'Abdul Malik bin 'Amru berkata telah bercerita kepadaku Ibrahim bin Nafi' dari Katsir bin Katsir dari Sa'id bin Jubair dari ... Perawi berkata; "Lalu Hajar kembali (ke tempat semula dia dan minum geriba kunonya dan bisa menyusui bayinya hingga ketika air persediaan habis dia berkata; "Sebaiknya aku pergi dan melihat-lihat barangkali ada orang". Perawi berkata; "Maka dia pergi dan naik ke atas bukit Shafaa lalu melihat-lihat apakah ada orang namun dia tidak merasakan ada seorangpun. Ketika sampai di lembah dia lari-lari kecil dan mendatangi Marwa, ia lakukan yang demikian berkali-kali. Kemudian dia berkata; "Sebaiknya aku pergi dan melihatnya, yang dimaksudnya adalah bayinya. Maka dia pergi mendatangi bayinya yang ternyata keadaannya seperti ketika ditinggalkan seolah-olah menghisap napas-napas kematian sehingga hati Hajar tidak tenang. Dia berkata; "Sebaiknya aku pergi dan melihat-lihat barangkali ada orang". Maka dia pergi untuk mendaki bukit Shafaa lalu melihat-lihat namun tidak ada seorangpun yang ditemuinya hingga ketika dia telah melakukan upaya itu sebanyak tujuh kali (antara bukir Shafaa dan Marwah) dia berkata; "Sebaiknya aku pergi dan melihat apa yang terjadi dengan bayiku", ternyata dia mendengar suara, maka dia berkata; "Tolonglah (aku) jika memang kamu baik". Ternyata (suara itu) adalah malaikat Jibril 'Alaihissalam. Perawi berkata; Lalu Jibril berbuat dengan tumitnya begini. Dia mengais-ngais tanah dengan tumitnya". Perawi berkata; "Maka memancarlah air dan ibu Ism'ail menjadi terperanjat dan segera menampungnya". Perawi berkata; Berkata Abu Al Qasim shallallahu 'alaihi wasallam: "Seandainya Hajar membiarkannya pasti air akan mengalir". Perawi berkata; "Maka Hajar minum dari air (zamzam) itu sehingga dapat menyusui bayinya". Kemudian serombongan orang dari suku Jurhum lewat di dasar lembah dan mereka melihat ada seekor burung, seakan mereka tidak percaya, Mereka berkata: "Tidak akan ada burung melainkan pasti karena ada air". Akhirnya mereka mengutus seorang utusan mereka untuk melihatnya yang ternyata mereka memang berada di kawasan yang ada air. Utusan itu kemudian kembali kepada mereka dan mengabarkan (apa yang dilihatnya). Kemudian mereka menemui Hajar dan berkata; "Wahai Ibu Isma'il, apakah kamu mengizinkan kami untuk tinggal bersama kamu atau kami hidup bertetangga bersama kamu?". Kemudian anaknya (Isma'il) tumbuh menjadi seorang pemuda lalu menikah dengan seorang wanita". Perawi berkata; "Kemudian timbul keinginan pada diri Ibrahim maka dia berkata kepada keluarganya; "Aku akan pergi melihat keluargaku yang aku tinggalkan". Perawi berkata; "Maka Ibrahim datang dan memberi salam seraya berkata; "Kemana Isma'il?". Istri isma'il berkata; "Pergi berburu". Ibrahim berkata; "Katakanlah kepadanya jika sudah datang supaya dia mengubah daun pintu rumahnya". Ketika Isma'il datang istrinya menceritakan kedatangan Ibrahim. Maka Isma'il berkata; "Kamulah yang dimaksud dengan daun pintu itu, maka kembalilah kamu kepada keluargamu"."Kemudian timbul lagi keinginan pada diri Ibrahim maka dia berkata kepada keluarganya; "Aku akan pergi melihat keluargaku yang aku tinggalkan". Ketika tiba, Ibrahim bertanya; Kemana Isma'il". Istrinya menjawab; "Dia pergi berburu. Apakah tidak sebaiknya anda singgah dulu dan makan minum bersama kami?". Ibrahim bertanya; "Apa makanan dan minuman kalian?". Istri Isma'il menjawab; "Makanan kami daging dan minuman kami air". Lalu Ibrahim berdo'a; "Ya Allah, berkahilah mereka dalam daging dan air mereka". Abu Al Qasim shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Daging dan air disini penuh dengan barakah karena barokah doa Ibrahim 'Alaihissalam."Kemudian timbul lagi keinginan pada diri Ibrahim maka dia berkata kepada keluarganya; "Aku akan pergi melihat keluargaku yang aku tinggalkan". Maka Ibrahim datang dan bertemu dengan Isma'il dari balik (sumur) zamzam sedang memperbaiki panahnya lalu berkata; "Wahai Isma'il, sesungguhnya Rabbmu telah memerintahkan aku agar membangun rumah". Isma'il berkata; "Taatilah Rabbmu". Ibrahim berkata lagi; "Sesungguhnya Dia telah memerintahkan aku agar kamu membantu aku dalam pembangunan rumah yang dimaksud". Isma'il berkata; "Kalau begitu aku akan lakukan", atau seperti yang dikatakannya. Perawi berkata; Maka keduanya mulai membangun, Ibrahim yang membangun sedangkan Isma'il membawa bebatuan, keduanya sambil membaca do'a; ("Rabb kami, terimalah (amal) dari kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui". Keduanya terus saja membangun hingga mengelilingi Baitullah dan keduanya terus saja membaca do'a; ("Rabb kami, terimalah (amal) dari kami sesunggunya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui"). Perawi berkata; "Keduanya terus membangun hingga ketika bangunan sudah tinggi dan Ibrahim sebagai orangtua yang sudah renta agak kepayahan untuk mengangkat batu ke susunan tembok yang lebih tinggi, dia berdiri di atas batu sebagai tempat berdirinya (al-Maqam) sedangkan Ismail terus memberinya bebatuan sambil keduanya terus membaca do'a; ("Rabb kami, terimalah (amal) dari kami sesunggunya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui") (QS. Albaqarah 128).