Khutbah Idul Adha memberikan pesan utama tentang mengingat Allah dengan mengucapkan kalimat "Allahu Akbar" berulang kali dan menyerukan kepada umat Islam untuk menyembelih kurban serta berbagi dagingnya kepada orang lain, khususnya yang membutuhkan. Khutbah ini juga menekankan pentingnya ketaatan dan syukur kepada Allah.
3. Kaum muslimin jama'ah Idil Adha rahimakumullah.
Yang pertama dan yang paling utama, marilah kita senantiasa bersyukur dan mengucapkan puji
syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Kita masih diberi nikmat
iman dan Islam, kesehatan dan kesempatan untuk melaksanakan berbagai ibadah kepada Allah
SWT, termasuk melaksanakan shalat Idul Adha pada pagi hari ini.
Shalawat serta salam, kita haturkan ke pangkuan baginda Nabi Besar Muhammad SAW, seorang
manusia mulia dan nabi terakhir yang dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi teladah (uswah) bagi
seluruh umat manusia sepanjang masa.
Kaum muslimin jama'ah Idil Adha rahimakumullah.
Pada hari ini kaum Muslimin merayakan Hari Raya Idul Adha dengan melaksanakan shalat id. Shalat
Idul Adha adalah peristiwa besar yang setiap tahun umat Islam sedunia melaksanakannya dan
setelah itu menyembelih hewan-hewan kurban sebagai sunnah muakkadah. Setiap kali merayakan
Idul Adha, kita tidak bisa lepas dari membicarakan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Bapak dan
anak ini menjadi suri tauladan bagi kita semua dalam banyak hal, seperti dalam ketaatan dan
kepasrahan diri kepada Allah SWT, kesabaran dan keikhlasan beribadah, serta dalam menjalani
hidup.
4. Ma’asyiral Muslimin rahimakummullah,
Nabi Ibrahim AS adalah seorang ayah sekaligus seorang hamba Allah yang lurus, berhati lembut, lagi penyantun. Beliau seorang Nabi
dengan teladan kepemimpinan yang mencerahkan. Sedangkan sang anak, Nabi Ismail AS, adalah seorang anak yang sabar dan
berbakti kepada kedua orang tua; dan tentunya juga taat kepada Allah SWT.
Ma’asyiral Muslimin rahimakummullah,
Nabi Ibrahim AS menikah dengan Siti Sarah sudah cukup lama–bertahun-tahun—namun belum dikaruinai seorang anak pun. Beliau
telah lama mengidamkan hadirnya seorang anak. Kemudian oleh Siti Sarah, Nabi Ibrahim dipersilakan untuk menikah lagi dengan Siti
Hajar yang tak lain adalah seorang pembatu bagi keluarga Ibrahim. Dan akhirnya beliau mendapatkan seorang anak hasil
pernikahannya dengan Siti Hajar dan diberinya nama Ismail. Beliau merasa senang dan tenang bersama sang buah hati. Beliau melihat
Ismail menikmati masa kanak-kanaknya dan menemani kehidupannya dengan tentram dan damai.
Tetapi kemudian, Ibrahim bermimpi dalam tidurnya. Beliau menyembelih anak satu-satunya itu. Ibrahim pun menyadari bahwa itu
adalah perintah dari Allah SWT. Kita bisa membayangkan betapa Nabi Ibrahim tengah diuji Allah SWT. Anak satu-satunya yang telah
lama beliau nantikan kehadirannya hingga usia beliau hampir 100 tahun, pada akhirnya harus dikorbankan atas perintah Allah dengan
cara disembelihnya sendiri. Bagaimanakah sikap Nabi Ibrahim menghadapi perintah tersebut? Nabi Ibrahim adalah seorang rasul.
Maka beliau tidak ragu-ragu dalam memahami dan menerima perintrah tersebut. Tidak ada kekacauan dalam pikiran beliau sehingga
beliau tidak melakukan protes atau mencoba bertanya kepada Allah untuk meminta klarifikasi. Misalnya dengan bertanya, ”Kenapa ya
Allah, harus saya sembelih anak tunggal saya ini?, bolehkah saya ganti dengan unta atau lainnya.?” Tapi Nabi Ibrahim tidak pernah
protes dengan kehendak Allah, beliau selalu melaksanakan apa yang diperintahkan Allah.
5. Walaupun itu merupakan perintah Allah, tapi Nabi Ibrahim tidak lantas menyembelih ismail
tanpa meminta pendapat Ismail terlebih dahulu. Nabi Ibrahim pun bermusyawarah, dalam
Al-Quran Surat Ash-Shaffat, ayat 102:
َٰ
ى َرَت اَذاَم ۡ
رُظٱنَف َكُحَبۡذَأ ٓيِنَأ َِامنَمۡٱل يِف َٰ
ى َرَأ ٓيِنِإ َّيَنُبََٰي
Artinya: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ternyata sang anak menyambut niat ayahnya
َين ِ
رِباَّصال َنِم ُ َّ
َّللا َءَاش ْنِإ يِنُد ِجَتَس ُرَمْؤُت اَم ْلَعْفا ِتَبَأ اَي
Artinya: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
kesabaran dan keteguhan kedua manusia tersebut diuji cukup berat. Bahkan dalam
perjalanan menuju tempat penyembelihan, iblis turut menggoda. Agar niat dibatalkan.
Agar kurban diurungkan. Agar Ismail diselamatkan. Karena perintah tidak rasional. Tidak
humanis. Melanggar hak asasi.
6. • Namun, niat keduanya – atas Izin Allah – justru makin kuat. Yakin akan Kebesaran Allah.
Yakin akan Keadilan Allah. Anak hanya titipan. Hidup hanya sementara. Iblis penggoda
pun dilempari batu. Bukan hanya sekali; tapi tiga kali. Kejadian monumental ini dikenang
dan diabadikan sebagai ibadah lempar jumroh sebanyak tiga kali: Ula, wustho, dan
aqobah:
• Sesampainya di tempat penyembelihan. Pisau ditajamkan. Pelipis sang anak diletakkan di
atas landasan. Nabi Ibrahim berusaha menahan segala kasih sayang; berikut berbagai
memorinya bersama sang anak. Sang anak pun demikian. Karena niat dan tekad sudah
bulat, kata pamitan pun diucapkan dengan teguh: Usul agar pisaunya tidak dihadapkan ke
arahnya; agar ia tidak takut dan kuat jiwanya; agar mukanya dihadapkan ke landasan
sembelih, agar tekad ayahnya tidak melemah dan sanggup mengayun pisau.
• Keteguhan dan kepasrahan tersebut diabadikan dalam al-Qur’an. Sebagai kepasrahan
tingkat tinggi dan prima. Taat kepada perintah; meski di luar nalar fikiran manusia.
Karena yang memerintah adalah rabb sekaligus ilah-nya. Saat tangan dikuatkan untuk
mengayun pisau, bersamaan dengan dirasakannya leher anak yang akan dipotong; pisau
yang tajam meluncur. Kuat, pasti, dan disegerakan; agar Ismail tidak menderita.
7. Tapi yang bersuara adalah kabsy, yakni sejenis kambing yang cukup besar dan mengucur pula darahnya. Yang saat itu pula terdengar
ُميِها َْربِإ اَي ْنَأ ُهَانْيَدَان َو
.
َِيننِسْحُمْال ي ِ
زَْجن َكِلََٰذَك اَّنِإ اَيْؤُّالر َتْقَّدَص ْدَق
Artinya: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu; sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang- orang yang berbuat baik”.
Kisah tersebut menggambarkan bahwa, keteguhan hati, keyakinan akan kebenaran perintah Allah, keikhlasan, ketaatan, dan
kesabaran adalah esensi yang melekat dari ibadah Qurban. Nilai-nilai ini telah diimplementasikan dengan baik oleh Nabi Ibrahim dan
Ismail AS dalam peristiwa yang mengharukan itu. Allah SWT memberi perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan
datang bahwa adakah mereka sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayangi demi menegakkan perintah Allah
SWT. Dan adakah mereka juga sanggup memikul amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd
Ibadah kurban memang menekankan latihan ketaqwaan. Mengikhlaskan sebagian harta demi kepentingan umat. Menyembelih
egoisme dan ketamakan. Memotong kuasa setan dalam aliran darah manusia; yang secara simbolis dilambangkan dengan memotong
hewan kurban. Yang terpenting, kesemuanya bernilai ibadah; sosial maupun individual. Utamanya, bahwa yang diterima Allah dari
kurban adalah ketaqwaan; bukan darah atau dagingnya.. Dalam surah al-Hajj ayat 37, Allah SWT menyebutkan:
مٌكْنِم ى َوْقَتال ُهُلَانَي ْنِكَل َو َاهُءاَمِد َأل َو اَهُم ْوُحُل َهللا َلَانَي ْنَل
"Tidak akan sampai kepada Allah daging (hewan) itu, dan tidak pula darahnya, tetapi yang akan sampai kepada-Nya adalah takwa dari
kamu".
8. Penegasan Allah SWT ini mengindikasikan dua hal. Pertama, penyembelihan hewan ternak sebagai kurban,
merupakan bentuk simbolik dari tradisi Nabi Ibrahim AS, dan merupakan syi’ar dari ajaran Islam. Kedua, Allah
SWT hanya menginginkan nilai ketakwaan, dari orang yang menyembelih hewan ternak sebagai ibadah kurban.
Indikasi ini sejalan dengan peringatan Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat bentuk luarmu
dan harta bendamu, tetapi Dia melihat hatimu dan perbuatanmu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Usaha mendekatkan diri kepada Tuhan terutama melalui kurban, kita lakukan secara terus menerus. Karena
itulah agama Islam disebut sebagai jalan menuju dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melakukan kurban
bersifat dinamis dan tiada pernah berhenti, menempuh jalan yang hanya berujung kepada ridha Allah SWT.
Dengan demikian, wujud yang paling penting dari kurban adalah seluruh perbuatan baik.
Sehubungan dengan perintah untuk berkurban di atas, maka Rasulullah saw setiap tahun selalu menyembelih
hewan kurban dan tidak pernah meninggalkannya. Meskipun dari sisi ekonomi beliau termasuk orang yang
menjalani hidup sederhana, tidak mempunyai rumah yang indah nan megah, apalagi mobil yang mewah.
Bahkan tempat tidurnya hanya terbuat dari tikar anyaman daun kurma. Oleh karena itu, orang muslim yang
telah mempunyai kemampuan untuk berkurban tetapi tidak mau melaksanakannya boleh dikenakan sanksi
sosial, ialah diisolasi dari pergaulan masyarakat muslim. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw. dalam
hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah RA:
َانَّالَصُم َّنَب ِ
رْقَي َالَف ِحَضُي ْمَل َو ٌةَعَس ُهَل َانَك ْنَم
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan menyembelih hewan qurban tetapi tidak melaksanakannya, maka
janganlah sekali-kali ia mendekati tempat shalat kita” (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah)
9. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd
Kaum muslimin yang berbahagia,
Kalau ibadah kurban dilaksanakan dengan ikhlas demi mengharap ridla Allah SWT. akan memberi hikmah dan manfaat bagi
pelakukanya, baik di dunia maupun di akhirat. Di antaranya:
1. Meningkat keimanan kepada Allah SWT. Ibadah kurban yang dilaksanakan oleh orang muslim dapat melatih kepatuhan dan
kepasrahan total kepada Allah SWT. Orang-orang yang dekat dengan Allah akan memperoleh predikat muqarrabin, muttaqin serta
mendapat kemuliaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2. Membersihkan diri dari sifat-sifat bahimiyyah. Pada saat hewan kurban jatuh kebumi maka saat itulah sifat kebinatangan harus
sirna, seperti rakus, serakah, kejam dan penindas.
3. Menanamkan rasa kasih sayang dan empati kepada sesama. Ibadah kurban dalam Islam tidak sama dengan persembahan (offering)
dalam agama-agama selain Islam. Islam tidak memerintahkan pemujaan dalam penyembelihan hewan, tetapi Islam memerintahkan
agar dagingnya diberikan kepada orang miskin agar ikut menikmati lezatnya daging hewan. Sehingga timbul rasa empati, berbagi,
memberi, dan ukhuwah islamiyah antar sesama.
4. Melatih kedermawanan. Ibadah kurban dilakukan setiap tahun secara berulang-ulang sehingga orang yang memberi kurban
terbiasa untuk berderma kepada yang lain.
Di akhir khutbah ini, dengan penuh khusyu’ dan tadharru’, kita berdoa kepada Allah SWT semoga perjalanan hidup kita senantiasa
terhindar dari segala keburukan yang menjerumuskan umat Islam. Semoga dengan doa ini pula, kiranya Allah SWT berkenan
menyatukan kita dalam kebenaran agama-Nya dan memberi kekuatan untuk mentaati perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Amin
Ya Rabbal 'Alamain
ْيِكَحال ِ
رْكِالذ َو ِتاَياآل َنِم ِهْيِفاَمِب ْمُكَّايِإ َو ْيِنَعَفَن َو ِْميِظَعال ِآن ْرُقال ْيِف ْمُكَل َو ْيِل ُهللا َك َارَب
ِم
.
َّبَقَت َو
ِْميَِِعال ُُْيِمَّسال َوُه ُهَّنِإ ُهَت َوَالِت ْمُكْنِم َو يِنِم َل
.
َح ْار َو ْرِفْغا ِب َر ْلُق َو
َْنيِم ِاحَّالر ُْريََ َتْنَأ َو ْم
.