2. Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi
dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar
dalam suatu konflik.
Manajemen konflik termasuk pada suatu
pendekatan yang berorientasi pada proses yang
mengarahkan pada bentuk komunikasi
(termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun
pihak luar dan bagaimana mereka
mempengaruhi kepentingan (interests) dan
interpretasi.
3. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan
perasaan;
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk
pribadi-pribadi yang berbeda pula. seseorang sedikit banyak
akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya;
Perbedaan kepentingan antara individu atau
kelompok, diantaranya menyangkut bidang ekonomi, politik,
dan sosial; dan
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat.
5. Konflik vertikal, yang terjadi antara pimpinan dan bawahan yang tidak
sependapat tentang cara terbaik untuk menyelesaikan sesuatu. Misalnya
konflik antara Rektor dengan tenaga kependidikan;
Konflik horizontal, yang terjadi antar karyawan atau departemen yang
memiliki hierarkhi yang sama dalam organisasi Misalnya antara tenaga
kependidikan;
Konflik lini-staf, yang sering terjadi karena adanya perbedaan persepsi
tentang keterlibatan staf dalam proses pengambilan keputusan oleh manajer
lini. Misalnya konflik antara Rektor dengan tenaga administrasi;
Konflik peran, yang terjadi karena seserang memiliki lebih dari satu peran.
Misalnya Rektor menjabat sebagai ketua dewan pendidikan;
6. Jenis Metode Penyelesaiaan
DOMINASI & PENEKANAN Ketaatan harus dilakukan oleh fihak
yang kalah pada otoritas yang lebih
tinggi atau kekuatan yang lebih besar.
Metode ini lebih terasa diplomatis dlm
upaya menekan dan meminimalkan
ketidaksepahaman.
KOMPROMI Pemisahan pihak2 yang berkonflik;
Abritase (penyelesaian melalui pihak ke
3 )
PEMECAHAN MASALAH INTEGRATIF KONSENSUS, sengaja dipertemukan
untuk mencapai solusi terbaik, bukan
hanya menyelesaikan masalah dgn
cepat
8. Avoiding; gaya seseorang atau organisasi yang cenderung untuk menghindari terjadinya konflik.
Hal-hal yang sensitif dan potensial menimbulkan konflik sedapat mungkin dihindari sehingga tidak
menimbulkan konflik terbuka.
Accomodating; gaya ini mengumpulkan dan mengakomodasikan pendapat-pendapat dan
kepentingan pihak-pihak yang terlibat konflik, selanjutnya dicari jalan keluarnya dengan tetap
mengutamakan kepentingan pihak lain atas dasar masukan-masukan yang diperoleh.
Compromising; merupakan gaya menyelesaikan konflik dengan cara melakukan negosiasi terhadap
pihak-pihak yang berkonflik, sehingga kemudian menghasilkan solusi (jalan tengah) atas konflik
yang sama-sama memuaskan (lose-lose solution).
Competing; artinya pihak-pihak yang berkonflik saling bersaing untuk memenangkan konflik, dan
pada akhirnya harus ada pihak yang dikorbankan (dikalahkan) kepentingannya demi tercapainya
kepentingan pihak lain yang lebih kuat atau yang lebih berkuasa (win-lose solution).
Collaborating; dengan cara ini pihak-pihak yang saling bertentangan akan sama-sama memperoleh
hasil yang memuaskan, karena mereka justru bekerja sama secara sinergis dalam menyelesaikan
persoalan, dengan tetap menghargai kepentingan pihak lain. Singkatnya, kepentingan kedua pihak
tercapai (menghasilkan win-win solution)
.
9. Akibat Negatif Konflik
Menghambat komunikasi.
Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
Mengganggu kerjasama atau “team work”.
Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.
Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
Individu atau personil menga-lami tekanan (stress), mengganggu konsentrasi,
menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme.
Apabila konflik mengarah pada kondisi destruktif, maka hal ini dapat berdampak
pada penurunan efektivitas kerja dalam organisasi baik secara perorangan
maupun kelompok, berupa penolakan, resistensi terhadap perubahan, apatis,
acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif, berupa
demonstrasi.
10. Akibat Positif Konflik
Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan dalam
sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.
Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.
Konflik bisa jadi merupakan sumber energi dan kreativitas yang positif apabila
dikelola dengan baik