Modul 2 membahas pengolahan data GNSS secara online menggunakan metode NRTK dan PPP. NRTK menggunakan stasiun referensi untuk memberikan koreksi posisi secara nyata waktu untuk meningkatkan akurasi, sedangkan PPP menggunakan model orbit dan jam satelit dari jaringan IGS. Kedua metode meningkatkan akurasi penentuan posisi dibandingkan metode absolut.
2. 1
Panduan Praktikum Survei GNSS 2021
Dibuat untuk:
Mata kuliah Survei GNSS
Teknik Geodesi dan Geomatika – ITB
Daftar Isi
TUJUAN.............................................................................................................2
KEGIATAN ........................................................................................................2
PERSONIL..........................................................................................................3
PERALATAN DAN PERANGKAT LUNAK.......................................................3
LOKASI..............................................................................................................4
TIMELINE PRAKTIKUM...................................................................................4
JADWAL PRAKTIKUM PER KELAS ................................................................4
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) .....5
KELOMPOK.......................................................................................................6
MODUL 1: PENGUKURAN METODE ABSOLUT/NAVIGASI .........................9
MODUL 2: ONLINE DATA PROCESSING (NRTK DAN CRSPPP).................10
MODUL 3: PENGENALAN ALAT (KAMPUS)................................................12
MODUL 4: PERENCANAAN SURVEY METODE JARING.............................13
MODUL 5: METODE STATIK.........................................................................15
MODUL 6: METODE RTK...............................................................................16
MODUL 7: METODE RTPPP ...........................................................................17
MODUL 8: PENGOLAHAN DATA..................................................................17
TUGAS BESAR: PEMBUATAN PROPOSAL MANAJEMEN PROYEK GNSS 18
3. 2
TUJUAN
Memfasilitasi dalam memantapkan pemahaman konsep setiap mahasiswa mengenai
pelaksanaan survei GNSS mulai dari perencanaan, persiapan, pengumpulan data,
pengolahan data hingga pelaporan.
KEGIATAN
Pengukuran Metode
Absolut/Navigasi
| Menggunakan GPS receiver untuk
keperluan navigasi dan pengukuran luas
Pengenalan Pengukuran Virtual
Melalui Video
| Melakukan pengenalan alat melalui video
yang telah disediakan
Perencanaan Survey Metode Jaring | Menggunakan GPS receiver untuk
keperluan penentuan posisi dengan metode
jaring.
Metode Statik | Menggunakan GPS receiver untuk
keperluan penentuan posisi dengan metode
statik.
Metode RTK | Menggunakan GPS receiver untuk
keperluan penentuan posisi dengan metode
RTK.
Metode RTPPP | Menggunakan GPS receiver untuk
keperluan penentuan posisi dengan metode
RTPPP.
Pengolahan Data | Melakukan QC data dan pengolahan data
survei statik jaring
4. 3
PERSONIL
Dosen
K01: Prof. Ir. Hasanuddin Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D.
K02: Dr. Irwan Meilano, S.T, M.Sc.
K03: Dr. Irwan Gumilar, S.T. M.Si.
K04: Dr. Heri Andreas, S.T. M.T.
Asisten
Rachel Theresia
Rico Aditya
Irma Amaliah Nur Kuswanti
Zola Saputra
Peserta 105 Peserta dalam 18~20 Kelompok (5-6 personil)
PERALATAN DAN PERANGKAT LUNAK
Smartphone, Mobile Topographer, GPS Field Area Measure, Tersus Geo Office
Software, RTKLIB, RTPPP Trimble NetR9 RTX, GNSS NAVCOM (2), TOPCON
GR3/GR5 (5), Juno GPS genggam, GARMIN (18), Teqc, Tersus Geo Office Software,
Hemisphere (4), E survey (2).
Rincian kebutuhan peralatan untuk praktikum luring di Pulau Seribu dan Kampus
ITB dapat dilihat pada tabel berikut :
Nama Alat Jumlah
Hemisphere 4
NAVCOM 2
eSurvey e600 2
Topcon 4
Statif 8
Bipol & Jalon 8 set
Rompi Praktikum 105
Helm Praktikum 105
Patok Kayu 1
Paku 7
Formulir Pengukuran GNSS 20
5. 4
LOKASI
Rumah masing-masing untuk pelaksanaan praktikum daring, Kampus ITB untuk
pengenalan alat dan Pulau Seribu untuk pelaksanaan praktikum luring.
TIMELINE PRAKTIKUM
Daring
Minggu
1
Minggu
2
Minggu
3
Minggu
4
Minggu
5
Minggu
6
Minggu
7
Minggu
8
27/09-
01/10
04/10-
08/10
11/10-
15/10
18/10-
22/10
25/10-
29/10
1/11-
5/11
8/11-
12/11
15/11-
19/11
Modul 1
Modul 2
Modul 3
Modul 4
Modul 5
Modul 6
Modul 7
Modul 8
Tugas
Besar
Dalam pelaksanaan praktikum luring di Pulau Seribu, jadwal kegiatan secara umum
adalah sebagai berikut.
Waktu Kelas 01&02 Kelas 03&04
08.00 - 09.00 Briefing dan pengambilan alat
09.00 – 12.00 Metode Statik
12.00 – 13.00 Istirahat
13.00-15.00 RTK RTPPP
15.00-17.00 RTPPP RTK
JADWAL PRAKTIKUM PER KELAS
Seluruh Kelas
Hari : Kamis
Pukul : 11.00 – 12.00 (WIB)
Platform : Zoom Meeting (link akandiberitahukan kemudian)
6. 5
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN
LINGKUNGAN (K3L)
Kegiatan praktikum ini harus menjadi kegiatan tanpa kecelakaan, kerusakan,
kehilangan dan kematian. Oleh karena itu setiap personil diwajibkan memahami bahaya
yang ada, sehingga pencegahan dapat dilakukan.
Peralatan
praktikum
| Selalu perhatikan peralatan praktikum yang
digunakan. Gunakan prosedur yang benar dalam
menggunakan peralatan. Jangan meninggalkan
peralatan tanpa pengawasan.
Pribadi | Selalu perhatikan keselamatan anda. Selalu gunakan
helm yang disediakan Lab. Survei dan Pemetaan
selama kegiatan praktikum. Persiapkan obat-obatan
pribadi. Sampaikan kelemahan/penyakit anda ke
teman anda.
Terik matahari | Persiapkan jaket atau kemeja lengan panjang, topi,
payung dan/atau sun-block lotion.
Hujan | Persiapkan jas hujan atau payung.
Hidrasi | Persiapkan air minum.
Barang bawaan | Selalu perhatikan barang bawaan anda. Jangan
meninggalkan barang bawaan di mana pun.
Peraturan kampus | Selalu patuhi peraturan kampus. Jangan
membuang sampah sembarangan. Peserta
praktikum sangat dilarang merokok saat
praktikum.
Protokol
Kesehatan
COVID-19 (5M)
| 1. Mencuci tangan
2. Memakai masker
3. Menjaga jarak
4. Menjauhi kerumunan
5. Mengurangi mobilitas
7. 6
KELOMPOK
1 Koordinator Jody Satrio Nugroho
Anggota Talitha Az Zahra
Ricky Jaya Kusuma
Eka Wahyuni
Khusnun Nurlina
Muhammad Andhika Pratama
2 Koordinator MatthewAlvin Millen Hasianta
Anggota Muhammad Faizin F M
Adam Nurhadianto
Salsabila Isma Mufidah
Like Hana Fournida Purba
Putri Hayyuningtyas
3 Koordinator Panji Perkasa Sulung
Anggota Rangga Sulaiman
Aufa Qoulan Karima
Fathur Adlan Ramadhan
Hudaya Hibatul Wafi
Salsabila Paradisa
4 Koordinator Hanif Satrio Dwiandoko
Anggota Alvaz Adnan Naufal
Vindi Nur Astri
Purnama Syari Dewiti
Gina Valentina Jiel Tarukponno
Ardhani Virdian
5 Koordinator Muhammad Rizky Altasya
Anggota Araswati D. C. P. Bannegau
Jasmine Nur Mahdani
Muhammad Asa
Dito Taru Syahuwa
Briantara Revidinda Putra
6 Koordinator Deby Oksela Putri
Anggota Tio Sihombing
Septio Hanif Rahmantya
Gabriella Azzahra Roup
Maharani Rengganis Sukma
Muhammad Rafi Ramadhan
7 Koordinator Afnan Dwi Suseno
Anggota Nikita Veronica
Muhamad Hanif Resgi Putranto
Bagaskoro Pamungkas
Muhammad Saddam Maladi
8. 7
Rafi Hexa Fauzan
8 Koordinator Alvin Amanda
Anggota Marsyanisa Shafa Salsabila
Ifandra Kusuma Cahya Reynaldi
Raihan Makarim Imran
Berto Noven Marsekal
Titus Arya Bimantoro
9 Koordinator Handi Chandra Chairiadi
Anggota Axal Maori
Faura Achtamirella Rudanty G.
Raindo Sianturi
Rizki Hidayatturrohman
M. Habibie Masherudin
10 Koordinator Galih Aditya S W
Anggota Hafizh Labiib Ondra
Raihan Ramadhani
Mustika Rosari
Fahmi Mahardika
Hazel Yordan Komara
11 Koordinator Muhammad Wahyu Al Ghifari
Anggota Ivani Christin Nugraheni
Salsabila Ramadhani
Gauri Amida Parvati
Muhammad Rafif Erison
Mohammad Muzamil
12 Koordinator Andin Husna Sakina
Anggota Razi Ashary
Gina Amara
Ali Aditya Rachman
Kurnia Putri Adillah
Fadillah Azhar Deaudin K
13 Koordinator Amalia Fadilla R. D.
Anggota Serly Nur Azizah
Maudy Nabilah
Muhammad Ardhacandra Azhari R
Cokro Santoso
Dwiputra Sam Mulia
14 Koordinator Burhan Maulana
Anggota Raihan Naufaldi Aviz
Muhammad Zetti Nugraha
Arya Bima Makmunar Syamsi
Adinda Dheren Mirenza
Ma'ruf Fatoni Aziz
9. 8
15 Koordinator Arvin Rafi Muhammad
Anggota Legana Rafa
Annisa Alhusna
Ika Novia Taryuni
Nafa Ariesa Evani
Leonardo Vincent
16 Koordinator Yoga Suryo Pambagyo
Anggota Alphon Tonggi Sinaga
Ana Iffah Sabila
Argi Hendrawan
Aufa Risa Septaviari
17 Koordinator Farras Rizqy Hafizh
Anggota Freija Maharani Yasminnajla
Muhammad Daffa Rizki El-Islami
Maurits Arif Fathoni Lubis
Habibi Apriyonanda
18 Koordinator Rika Prillya Mustafida
Anggota Muhammad Zhafran
Wahyu Agung Primantaka
Karin Eva Mukaromah
Muhammad Fasya Arryputra
10. 9
MODUL 1: PENGUKURAN METODE ABSOLUT/NAVIGASI
Navigasi merupakan salah satu kegiatan yang sudah lama dilakukan oleh manusia
bahkan menjadi salah satu ilmu tertua di dunia dan menjadi salah satu tolak ukur dalam
perkembangan ilmu pengetahuan suatu bangsa. Zaman dahulu ilmu navigasi sangat
berkaitan dengan ilmu perbintangan karena yang menjadi acuan untuk bernavigasi adalah
benda-benda langit. Semakin lama dengan berkembangnya zaman manusia memasuki era
informasi dimana satelit-satelit mulai bermunculan. Sehingga manusia berpikir untuk
membuat acuan navigasi sendiri dengan menggunakan teknologi satelit, dari situlah
muncul GNSS yang diluncurkan pada tahun 1978. Dengan munculnya teknologi GNSS
maka proses navigasi menjadi lebih mudah dan akurat disbanding dengan zaman dahulu.
GNSS pun berkembang dari yang dahulu sangat besar berubah menjadi sangat kecil
bahkan dapat berbentuk kartu sehingga lebih murah dan fleksibel. Walaupun ketelitian
koordinat masih dalam kisaran 3-10 meter namun untuk navigasi sederhana keberadaan
GPS terutama Handheld sangatlah berguna.
Receiver GPS tipe navigasi ini digunakan untuk:
1. Menentukan koordinat pendekatan awal.
2. Reconnaissance.
3. Navigasi (Pencarian lokasi).
4. Penentuan posisi yang tidak membutuhkan ketelitian tinggi.
Fitur umum dalam receiver tipe navigasi:
1. Pengamatan untuk medapatkan koordinat yang tidak memerlukan ketelitian
tinggi
2. Menyimpan koordinat
3. Tracking
4. Navigasi
5. Menghitung luas area yang tidak membutuhkan ketelitian tinggi
6. Input koordinat device
7. Setting Datum
8. Setting sistem koordinat
Instruksi:
1. Tentukan posisi satu sebanyak 20 kali dengan interval waktu per 10 detik.
Menggunakan GNSS Viewer.
11. 10
2. Lakukan plotting titik tersebut di MATLAB, kemudian lakukan analisis dari
ketelitian horizontal dan vertikal dari metode tersebut.
3. Tentukan suatu area di sekitar rumah praktikan yang terbuka, bebas obstruksi dan
memiliki luas area minimum 50m2.
4. Lakukan juga perkiraan plotting titik berupa poligon di Google Earth. Dalam
melakukan plotting dapat dihasilkan luas bidang.
5. Lakukan pengukuran luas di batas bidang tersebut sebanyak minimal 3 kali.
6. Hitung luas dari bidang tersebut dan lakukan analisis dari hasil yang didapatkan
(bandingkan dengan luas yang didapat dari Google Earth).
7. Dokumentasikan kondisi pengukuran dalam bentuk foto pada 4 arah mata angin,
di setiap titik pengukuran.
MODUL 2: ONLINE DATA PROCESSING (NRTK DAN
CRCS PPP)
Ada dua mode operasi umum yang diturunkan metode penentuan posisi dengan
GPS, absolut dan relatif (atau diferensial). Dalam masing-masing dari dua mode ini,
pengukuran jangkauan ke satelit dapat dilakukan dengan melacak fase sinyal pembawa
satelit atau kode PRN yang dimodulasi pada sinyal pembawa. Selain itu, pemosisian GPS
dapat dilakukan dengan penerima yang beroperasi di lingkungan statis atau dinamis
(kinematik). Variasi opsi operasional ini menghasilkan berbagai tingkat akurasi yang
dapat diperoleh dari GPS.
Sumber : Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya (Abidin, 2000)
12. 11
Sistem DGPS (Differential GPS) pada dasarnya adalah sistem untuk memberikan
koreksi posisi pada sinyal GPS. DGPS menggunakan posisi tetap yang diketahui untuk
menyesuaikan sinyal GPS waktu nyata untuk menghilangkan kesalahan pseudorange. Hal
penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa koreksi DGPS hanya meningkatkan
keakuratan data posisi. DGPS tidak berpengaruh pada hasil yang didasarkan pada data
kecepatan, seperti hasil brake stop. Umumnya sistem DGPS digunakan pada posisi obyek
yang bergerak. Dalam merealisasikan tuntutan real-timenya, monitor reference station
harus mengirimkan koreksim diferensial ke pengguna secara real-time menggunakan
sistem komunikasi data tertentu.
PPP (Precise Point Positioning) merupakan salah satu mode penentuan posisi
dengan metoda absolute positioning. Untuk melakukan PPP dibutuhkan informasi orbit
dan jam satelit yang presisi (precise ephemeris) yang di-publish oleh International GPS
Service for Geodynamics (IGS). Precise Ephemeris di-publish dalam 3 jenis produk yaitu
final (latensi 2 minggu, ketelitian 5 cm), rapid (latensi 2 hari, ketelitian 10 cm), dan ultra-
rapid (latensi 6 jam, ketelitian 50 cm) PPP umumnya dilakukan dengan dual-frequency
GPS receiver. L1 dan L2 dapat dikombinasi-linearkan untuk memperoleh pengamatan
bebas ionosfer (ionsphere-free observation).
Beberapa website menyediakan jasa online post-processing secara gratis.
Contohnya: GAPS (http://gaps.gge.unb.ca/index.html), OPUS
(http://www.ngs.noaa.gov/OPUS/),APPS (http://apps.gdgps.net/apps_file_upload.p hp),
dan AUSPOS (http://www.ga.gov.au/bin/gps.pl), NRTK (http://nrtk.big.go.id/) dan
CRSPPP().(https://webapp.geod.nrcan.gc.ca/geod/tools-outils/ppp.php?locale=en).
Untuk menggunakannya pengguna cukup mengunggah file RINEX pengamatan GPS dan
memasukkan beberapa parameter. Solusi akan dikirimkan ke email pengguna dalam
waktu beberapa menit. Dalam modul ini, hanya akan dilakukan online processing
menggunkan website NRTK dan CRCS PPP.
Instruksi:
1. Potong data RINEX sesuai dengan ketentuan berikut (UTC)
a. 1 jam pada jam 00.00, 12.00, dan jam 18.00
b. 6 jam pada jam 00.00 dan 18.00
c. 12 jam pada jam 00.00 dan 12.00
d. 24 jam
2. Lakukan post-processing dengan menggunakan CRCS PPP dan NRTK.
13. 12
3. Plot semua hasil dalam satu grafik.
4. Bandingkan hasil antara ke 2 penyedia online processing data tersebut terhadap nilai
referensi dan lakukan analisis terhadap hasil yang didapatkan untuk masing-masing
kondisi panjang data.
MODUL 3: PENGENALAN ALAT (KAMPUS)
Dalam melakukan pengukuran GNSS dengan metode apapun sangat penting untuk
memahami penggunaan sehingga dapat diketahui akurasi ketelitian yang diharapkan.
Akurasi tersebut sangat berkaitan dengan kulaitas data yang dihasilkan baik dari
pengamatan maupun pengolahan. Ketelitian data GPS pada dasarnya akan tergantung
pada tiga faktor yaitu : jenis data (pseudorange atau fase), kualitas dari receiver GPS yang
digunakan pada saat pengamatan, serta level dari kesalahan dan bias yang mempengaruhi
data pengamatan. Karena pada survei dengan GPS data yang umum digunakan adalah
data fase, maka hanya dua faktor terakhir yang perlu mendapatkan perhatian yang lebih
serius.
Kualitas dari receiver GPS dikarakterisir oleh banyak parameter seperti jumlah
sinyal yang dapat diamati (satu atau dua), jumlah kanal (channel), karakteristik dan level
noise dari antenanya, kecanggihan metode pemrosesan sinyal yang digunakan, dan lain-
lainnya. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa dalam pemilihan receiver GPS
yang akan digunakan untuk survei, disamping pertimbangan-pertimbangan teknis yang
terkait dengan kualitas receiver, faktor-faktor non-teknis lainnya juga harus
diperhitungkan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut :
Gambar 1, Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan receiver GPS untuk keperluan survei
14. 13
Dalam Modul 3, akan dibahas terkait penggunaan receiver GPS itu sendiri baik dari
pengukuran hingga pengunduhan data. Sebelum mengerjakan intruksi alangkah baiknya
untuk melihat video tutorial pengukuran GNSS sebagai berikut:
No Judul Video Link
1 Pengenalan Alat GNSS Tipe Geodetik https://youtu.be/YWZGllPe-yo
2
Pengenalan alat Handheld dan Simulasi
pengukuran dengan Handheld
https://youtu.be/kTGpyAWIr5U
3
Simulasi pengukuran GNSS metode
Statik
https://youtu.be/q6m7DKI_L9Y
4 Simulasi pengukuran GNSS metode RTK https://youtu.be/UmL-l3obq8c
5
Simulasi pengukuran GNSS metode
RTPPP
https://youtu.be/Awx9MphCeR8
6 Download data dan convert to Rinex https://youtu.be/_4FsP7ULP3w
*Apabila memungkinkan, akan dilakukan pengenalan alat di kampus.
Instruksi:
Jawablah pertanyaan berikut ini:
1. Jelaskan perlengkapan apa saja yang dibutuhkan dalam pengamatan GNSS tipe
geodetic (minimal terdapat gambar, nama dan kegunaan)
2. Jelaskan alur simulasi pengukuran GNSS metode handeld, metode static, metode
RTK dan metode RTPP (dalam bentuk flowchart)
3. Jelaskan langkah pengunduhan data pengukuran dari alat dan cara convert data ke
RINEX (dalam bentuk flowchart) dengan jenis alat GNSS.
MODUL 4: PERENCANAAN SURVEY METODE JARING
Pada penentuan posisi statik jaring secara diferensial ini posisi suatu titik (rover)
ditentukan relatif terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya (stasiun
referensi atau base). Stasiun referensi juga dapat ditentukan dari titik yang memiliki
ketelitian orde lebih tinggi berdasarkan SNI SNI 19-6724-2002. Pada metode Statik
Jaring diferensial, dilakukan pengurangan data yang diamati oleh dua buah receiver GPS
atau lebih pada waktu yang bersamaan yang dimana bertujuan untuk mereduksi dan
menghilangkan beberapa jenis kesalahan dan bias GPS sehingga diharapkan akan
didapatkan akurasi pada kisaran cm (centimeter)– mm (millimeter). Penentuan posisi
secara statik jaring diferensial ini dilakukan secara posisi diam (statik) dalam jangka
15. 14
waktu tertentu tergantung jarak antara base atau rover lainnya sehingga ukuran lebih
yang didapat lebih banyak. Hal ini lah yang menyebabkan ketelitian atau akurasi
mencapai orde mm (millimeter). Pada prinsipnya metode GPS static jaring ini
menggunakan data fase dan data pseudorange. Pada metode statik jaring ini
pengamatannya dilakukan baseline per baseline selama waktu tertentu (beberapa menit
hingga beberapa jam tergantung tingkat keandalan yang ingin didapatkan) dalam suatu
jaring atau kerangka dari titik titik yang ingin diketahui posisinya.
Pengukuran GNSS Statik Jaring
Waktu dan lama pengamatan GPS akan mempengaruhi tingkat ketelitian posisi
yang diperoleh, tingkat kesuksesan dari penentuan ambiguitas fase sinyal GPS,
serta efek dan proses penjalaran dari kesalahan dan bias terhadap ketelitian posisi.
Lama pengamatan yang lebih panjang, satelit akan meliput perubahan geometri
yang lebih besar serta perubahan kondisi atmosfer (ionosfer dan troposfer yang
bervariasi) sehingga akan menyebabkan randomisasi yang lebih baik terhadap
efek dari kesalahan orbit serta efek bias ionosfer dan troposfer pada data ukuran
jarak maksimal 10 km.
Perubahan geometri yang lebih besar juga akan memudahkan penentuan dari
ambiguitas fase. Data ukuran yang lebih banyak dan selang pengamatan yang
lebih lama akan menghasilkan kualitas posisi yang lebih baik namun pengukuran
data yang lebih banyak akan menyebabkan memanjangkan waktu pelaksanaan
survey sehingga lebih lama dan biaya operasional relatif lebih mahal.
Desain Jaring
Baseline trivial adalah baseline yang dapat diturunkan dari baseline-baseline
lainnya dari satu sesi pengamatan.
Apabila dalam satu sesi pengamatan digunakan sejumlah n-receiver maka akan
terdapat sejumlah (n-1) baseline bebas.
Instruksi:
1. Tentukan lokasi titik yang akan diukur (maksimal 10 titik)
2. Tentukan titik referensi
3. Tentukan jumlah alat
4. Tentukan baseline yang akan diukur
5. Tentukan baseline setiap sesi pengukuran
16. 15
6. Buat tabel rencana pengukuran sesuai standar
MODUL 5: METODE STATIK
Pada penentuan posisi statik jaring secara diferensial ini posisi suatu titik (rover)
ditentukan relatif terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya (stasiun
referensi atau base). Pada metode Statik Jaring diferensial, dilakukan pengurangan data
yang diamati oleh dua buah receiver GPS atau lebih pada waktu yang bersamaan yang
dimana bertujuan untuk mereduksi dan menghilangkan beberapa jenis kesalahan dan bias
GPS. Pereduksiaan dan pengeleminasian kesalahan tersebut ada sehingga akurasi pada
statik jaring diferensial kisaran cm (centimeter)– mm (millimeter). Penentuan posisi
secara statik jaring diferensial ini penentuan posisi diam (statik) dalam jangka waktu
tertentu tergantung jarak antara base atau rover lainnya sehingga ukuran lebih yang
didapat lebih banyak. Hal ini lah yang menyebabkan ketelitian atau akurasi mencapai orde
mm (millimeter). Pada prinsipnya metode GPS statik jaring ini menggunakan data fase
dan data pseudorange. Pada metode statik jaring ini pengamatannya dilakukan baseline
per baseline selama waktu tertentu (beberapa menit hingga beberapa jam tergantung
tingkat keandalan yang ingin didapatkan) dalam suatu jaring atau kerangka dari titik titik
yang ingin diketahui posisinya.
Pengukuran GNSS Statik Jaring
Waktu dan lama pengamatan GPS akan mempengaruhi tingkat ketelitian posisi
yang diperoleh, tingkat kesuksesan dari penentuan ambiguitas fase sinyal GPS ,
serta efek dan proses penjalaran dari kesalahan dan bias terhadap ketelitian posisi.
Lama pengamatan yang lebih panjang, satelit akan meliput perubahan geometri
yang lebih besar serta perubahan kondisi atmosfer (ionosfer dan troposfer yang
bervariasi) sehingga akan menyebabkan randomisasi yang lebih baik terhadap
efek dari kesalahan orbit serta efek bias ionosfer dan troposfer pad adata ukuran
jarak.
Perubahan geometri yang lebih besar juga akan memudahkan penentuan dari
ambiguitas fase
Data ukuran yang lebih banyak dan selang pengamatan yang lebih lama akan
menghasilkan kualitas posisi yang lebih baik namun pengukuran data yang lebih
banyak akan menyebabkan memanjangkan waktu pelaksanaan survey sehingga
lebih lama dan biaya operasional relatif lebih mahal. Desain Jaring
17. 16
Baseline trivial adalah baseline yang dapat diturunkan dari baseline-baseline
lainnya dari satu sesi pengamatan.
Apabila dalam satu sesi pengamatan digunakan sejumlah n-receiver maka akan
terdapat sejumlah (n-1) baseline bebas.
Instruksi:
1. Lakukan pengukuran statik sesuai dengan modul 4 (Perencanaan Survey Metode
Jaring).
2. Lama pengamatan GPS setiap sesi 30 menit dan durasi pergerakan alat 30 menit.
3. Lakukan pencacatan kegiatan pengukuran pada formulir pengukuran.
4. Lakukan kembali penentuan posisi kembali dan pengambilan data lagi sesuai
dengan jadwal yang telah direncanakan.
5. Unduh data setelah pengukuran terakhir.
MODUL 6: METODE RTK
Dalam penentuan posisi, data posisi yang diperoleh dapat diperoleh secara real time
ataupun post processing. Metode Real Time Kinematik (RTK) merupakan metode
penentuan posisi yang bersifat real time sesuai namanya, di mana data posisi titik yang
diamati dapat diperoleh langsung ketika melakukan pengamatan. Setiap pengukuran
koordinat titik menggunakan GPS metode RTK, harus menggunakan minimal 2 buah
receiver GPS yang memiliki fungsi sebagai:
1. Base
Base merupakan referensi pengamatan. Base didirikan di atas titik yang sudah
diketahui secara pasti nilai koordinatnya dan koordinat titik tersebut di-input
dalam base.
2. Rover
Rover merupakan receiver yang posisinya akan ditentukan. Dalam penentuan
posisinya rover menerima koreksi dari base. Base dan rover dapat dihubungkan
menggunakan sinyal radio, GSM, maupun sinyal internet. Jika menggunakan
sinyal radio, maka frekuensi/channel keduanya (base dan rover) harus disamakan
terlebih dahulu.
Instruksi:
1. Berdirikan alat di titik referensi (base), lalu nyalakan alat dan atur alat dalam mode
18. 17
RTK.
2. Nyalakan alat yang berfungsi sebagai rover kemudian amati titik yang akan diukur
posisinya.
3. Lakukan pengukuran RTK hingga mendapatkan solusi yang fix disemua titik dalam
pengukuran metode statik.
4. Dalam perpindahan, jangan matikan alat untuk menghindari inisialisasi ulang.
5. Catat dan dokumentasikan hasil pengukuran.
MODUL 7: METODE RTPPP
Metode RTPPP (Real Time Precise Point Positioning) merupakan metode
penentuan posisi GPS secara absolut yang menggunakan data one-way fase dan
seudorange dalam bentuk kombinasi bebas ionosfer. Metode RTPPP (Real Time Precise
Point Positioning) dalam operasinya digunakan dalam metode statik dan memerlukan data
GPS dua frekuensi menggunakan receiver GPS tipe geodetik. Nilai koordinat dari
pengukuran GPS metode RTPPP diperoleh secara real time tanpa melalui proses
pengolahan data GPS. Metode RTPPP mengasumsikan bahwa kesalahan orbit dan
kesalahan jam satelit tidak ada karena diasumsikan bahwa orbit yang digunakan adalah
orbit teliti dan jam satelit mengacu pada jam satelit teliti dari IGS.
Instruksi:
1. Lakukan pengukuran GPS dengan menggunakan metode RTPPP di setiap titik
yang telah ditentukan.
2. Dalam perpindahan, jangan matikan alat untuk menghindari inisialisasi ulang.
3. Catat dan dokumentasikan hasil pengukuran.
MODUL 8: PENGOLAHAN DATA
Salah satu tahap penting dalam metode survey GNSS postprocessing adalah tahap
pengolahan data. Tanpa metode dan aplikasi pengolahan data yang memadai maka
metode akuisisi data sebaik apapun akan menghasilkan output yang tidak sesuai dengan
kualitas minimal yang diinginkan. Hal pertama yang perlu dilakukan dalam pengolahan
data yaitu data hasil pengamatan GPS diubah menjadi format RINEX (Receiver
Independent Exchange). RINEX adalah format pertukaran untuk data sistem navigasi
satelit mentah menjadi format ASCII, sedangkan bentuk binarnya dalam bentuk BINEX.
Salah satu software yang digunakan untuk pengolahan data tersbut yaitu Tersus Geo
Office yang bersifat open source. Softwaretersebut dapat digunakan untuk mengolah data
19. 18
GPS dari single positioning, pengolahan baseline, perataan jarinf, dan transformasi
koordinat.
Instruksi:
1. Ubah format raw data GPS menjadi format RINEX menggunakan perangkat lunak
Teqc.
2. Lakukan Quality Control terhadap data GNSS menggunakan RTKLib.
3. Olah data RINEX hasil pengamatan GPS metode statik jaring dengan
menggunakan software Tersus Geo Office.
4. Ikuti langkah pengerjaan sesuai dengan modul yang diberikan.
TUGAS BESAR: PEMBUATAN PROPOSAL MANAJEMEN
PROYEK GNSS
Dalam pelaksanaan survei dengan GPS, permasalahan umumnya timbul bukan
karena hal-hal yang terkait dengan teknologi namun karena hal-hal yang terkait dengan
manajemen survei. Untuk mengatasi hal tersebut proses perencanaan survei yang
komprehensif, mendetil, dan realistis harus dilakukan. Proses perencanaan meiputi
pemilihan receiver GPS, menentukan jumlah receiver yang optimal, kelengkapan
peralatan survei GPS, lokasi titik, konfigurasi jaringan, juga strategi pengamatan.
Instruksi: Buatlah satu proposal perencanaan survei GPS untuk wilayah Pulau
Batam meliputi metodologi, rencana anggaran biaya, dan linimasa kerja. Jumlah titik
kontrol minimal 100 titik dengan segala ketentuan terkait teknis mengacu kepada SNI
19-6724- 2002 tentang Jaring kontrol horizontal dan untuk keperluan tugas besar
digunakan standar orde tiga,