Aqiqah merupakan tradisi Islam untuk anak baru lahir yang terdiri atas mencukur rambut, memberi nama, dan menyembelih hewan. Aqiqah dilakukan pada hari ketujuh sebagaimana contoh Rasulullah. Jenis hewan yang boleh disembelih antara lain kambing dan sapi. Jumlahnya dua ekor untuk laki-laki dan seekor untuk perempuan.
1. DASAR KETENTUAN PELAKSANAAN AQIQAH
A. Pengertian Aqiqah
Aqiqah berasal dari kata ‘Aqq yang berati memutus dan melubangi, dan
ada pula yang mengatakan bahwa aqiqah nama hewan yang di sembelih. Di
namakan demikian karena lehernya di potong, serta di katakana juga bahwa ia
adalah rambut yang dibawa si bayi ketika lahir.
Adapun maknanya secara syari’at, hewan yang di sembelih untuk
menebus bayi yang di lahirkan. Ibnu Faris menyatakan aqiqah merupakan
kambing yang di sembelih dan rambut bayi yang di cukur.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa aqiqah, serangkaian ajaran
Nabi Saw.untuk anak yang baru lahir yang terdiri atas mencukur rambut bayi,
memberi nama dan menyembelih hewan.
Rasulullah Saw.bersabda :
الَ ُم غغُال لغْغاَ ُممُالنٌ ب هَ ُم تَ ُمرْغ مُالهِ ت تِ تقَ ُميْغقِ تعَ ُم بِ تذْغ تُالحُال بَ ُمهُال نْغعَ ُمف ىِ تمِ توْغ يَ ُملاْغب اسَّ العِ ت بِ تقُال لَ ُمحْغ يُالوَ ُمهُال سَ ُم أْغرَ ُم.م ىَّ سَ ُم يُالُم َو
( رواهاحمدوالترمذى )
Artinya : “ tiap – tiap anak itu tergadaikan dengan aqiqahnya yang di sembelih
untuk dia ketika hari ke tujuh dan di cukur lalu di beri nama “. (H.R
Ahmad dan di sahkan oleh Turmudzi)
Ada yang mengisyaratkan aqiqah sesungguhnya bersama anak itu ada
hak di aqiqahi, maka tumpahkanlah darah baginya (dengan menyembelih
2. hewan) dan buanglah penyakit darinya(dengan mencukur rambutnya).1
B. Sejarah Aqiqah
Menurut Buraidah di masa jahiliyah apabila seorang anak laki-laki
dilahirkan, mereka menyembelih seekor kambing, mencukur rambut dan
melumuri kepalanya dengan darah hewan yang disembelih. Kebiasaan
melumurkan darah ini kemudian oleh syariat Islam diganti dengan melumurkan
dengan air bunga (kumkuma).
Ibnu Sakan menyatakan bahwa pada zaman Jahiliyah, kepala (ubun-ubun)
si bayi diusap dengan kapas yang telah dilumuri darah hewan aqiqah. Hal ini
dilarang Rasulullah kemudian diganti dengan kapas yang telah dilumuri katsuri
(parfum). Dengan melihat asal-usul aqiqah ini, nyatalah bahwa tradisi aqiqah
yang dikembangkan oleh syariat Islam (dengan perbaikan), merupakan
penelusuran tradisi yang turun temurun.
Islam meneruskan tradisi ini karena merupakan cerminan luapan
kegembiraan atas kelahiran seorang bayi kedunia, satu cara untuk mensyukuri
nikmat Allah serta membagikan kebahagian kepada para fakir miskin dan
tetangga masyarakat sekitarnya.
C. Hukum Aqiqah
Ada beberapa pendapat yang menyatakan hukum aqiqah, yaitu ;
1. Pendapat dari Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad menurut
beliau aqiqah itu sunnah.
2. Pendapat dari Imam Hasan Al-Bashri, beliau berpendapat bahwa
aqiqah itu wajib. Aqiqah itu wajib berdasarkan pada hadist yang di
1
H.R Salman bin Amar Adh Dhahabi
3. riwayatkan Muraidah dan Ishaq Bin Ruhawiah, yaitu : “sesungguhnya
manusia pada hari kiamat akan di mintakan pertanggung jawabannya
atas aqiqah seperti halnya pertanggung jawaban atas shalat lima
waktu” .
3. Pendapat ahli fiqih Hanafiah, ahli fiqih Hanafiah berpendapat
menolak di syari’atkan aqiqah karena merujuk pada hadits Abu Rafi’
bahwa Rasulullah pernah berkata kepada Fatimah “janganlah engkau
mengakikahinya tetapi cukurlah rambutnya” . Namun, dari mayoritas
para Fukaha berpendapat bahwa konteks hadits tersebut justru
menguatkan di sunnahkan dan di anjurkannya aqiqah, sebab
Rasulullah sendiri telah mengakikahi Hasan dan Husain. Dengan
demikian mengakikahi anak itu sunnah dan di anjurkan, oleh karena
itu hendaklah orang tua melakukannya jika memang memungkinkan
demi menghidupkan sunnah Rasulullah Saw.
D. Waktu Pelaksanaan Aqiqah
Aqiqah waktunya sejak anak itu lahir dan tidak ada batas waktunya.
Kalau anak itu telah baligh dan aqiqahnya belum dilakukan, maka sunat ia
sendiri melakukannya. Rasulullah Saw.mencontohkan pada hari ketujuh
mencukur rambut bayi, memberi nama yang baik dan menyembelih
domba/kambing untuk aqiqah. Hewan aqiqah disembelih pada hari ketujuh,
keempat belas, dan keduapuluh satu.2
Aqiqah merupakan syari’at yang ditekan pada ayah si bayi. Namun, bila
seseorang belum disembelihkan hewan aqiqah oleh orang tuanya hingga ia besar,
maka dia bisa menyembelih aqiqah dari dirinya sendiri. Dan bila tidak di aqiqahi
2
H.R Salman bin Amar Adh Dhahabi
4. oleh ayahnya kemudian ia mengaqiqahi dirinya sendiri maka hal itu tidak apa –
apa.3
Wallahu ‘Alam
E. Syarat Aqiqah
Niat yang benar waktu di syariatkan domba / kambing sehat dan tidak
cacat. Umur minimal setengah tahun untuk jenis kibsy (domba putih) dan untuk
kambing minimal satu tahun untuk anak laki – laki dan dua ekor, serta untuk
anak perempuan satu ekor.
1. Syarat – syarat yang Menyembelih
a. Orang islam atau ahli kitab, maka halal penyembelihan seorang
islam, baik laki – laki maupun perempuan. Binatang halal yang di
sembelih oleh orang yang menyembah api, berhala, matahari atau
bulan, hukumnya haram dimakan
b. Dengan sengaja. Kalau salah seorang memegang pisau, tiba – tiba
ada ayam meloncat dan tepat kena lehernya lalu mati bukan
disengaja disembelih, maka binatang itu mati sebagai bangkai
2. Syarat – syarat Alat Penyembelih
Ialah sesuatu yang tajam dan dapat melukai, seperti besi, tembaga,
emas, perak, bambu, kaca dan sebagainya. Tidak sah menyembelih dengan
tulang, kuku dan gigi.
3. Syarat – syarat Binatang Yang Disembelih
a. Biantang darat yang halal dimakan
3
Syaikh Shalih Al Fauzan
5. b. Sebelum disembelih binatang itu masih hidup bernyawa, dan
melihat serta bergerak dengan ikhtiarnya. Jika ada binatang di
makan harimau atau tergilas kendaraan, kemudian masih
mempunyai hayat mustaqirrah ( bernyawa ), maka halal kita
sembelih. Tanda masih bernyawa ialah seperti masih kuat bergerak
sesudah disembelih atau darahnya masih memancar – mancar
sesudah disembelih.
4. Sunat – sunat Menyembelih
• Menajamkan alat penyembelih
• membaca Basmalah ( bismillahirrahmaanirrahiim) dan Shalawat
atas Nabi Muhammad Saw.
• Menghadapkan diri dan yang disembelih ke kiblat
• Memutuskan kedua urat pada kiri kanan leher mengikuti hulkum
(tenggorokan)
• Menyembelih pangkal leher
• Digulingkan ketulang rusuknya sebelah kiri
Kepada binatang hendaklah kita memberikan kasih sayang kepadanya
bahwasannya Allah memerintahkan berbuat baik atas segala sesuatu, jika kalian
membunuh, bunuhlah yang baik, hendaklah seorang diantara kamu menajamkan
pisaunya dan mempercepat mematikan sembelihnya.4
F. Jenis Hewan Aqiqah
4
H.R Muslim dari Syaddad bin Aus, r.a
6. Adapaun jenis hewan aqiqah di Indonesia yang sesuai adalah hewan
kambing atau biri. Namun kerbau dan sapi pun diperbolehkan, pada umumnya
hewan yang sering dipakai aqiqah di Indonesia adalah kambing dan sapi.
Tidak semua kambing dan sapi boleh disembelih,
• Cukup umur, yaitu kira – kira berumur satu tahun, boleh jantan
atau betina
• Tidak cacat, yaitu bahwa hewan yang disembelih untuk aqiqah
tersebut tidak buta total, buta sebelah, kurus kering (tulangnya
tidak bersumsum) dan pincang. Juga tidak sah beraqiqah dengan
telinga dan ekornya terpotong lebih dari sepertiga, ompong, dan
gila
• Di sunnahkan dimasak terlebih dahulu
Persyaratan diatas bukan hanya sebuah persyaratan belaka, namun
sesungguhnya untuk melatih kita sebagai makhluk Allah yang sempurna agar
senantiasa memakan sesuatu yang baik, sesuai dengan firman Allah SWT.
“ Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-
baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-
benar kepada-Nya kamu menyembah”. ( Q.S Al- Baqarah :172 )
7. Adapun jumlah hewan aqiqah telah ditetapakan seperti yang telah di
riwayatkan oleh Aisyah r.a yang lain yaitu ;
“Rasulullah Saw.memerintahkan kepada kami supaya menyembelih
aqiqah untuk anak laki – laki dua ekor, dan untuk anak perempuan seekor”.
Namun dalam hal ini jika kita tidak mampu menyembelih kambing dua
ekor untuk anak laki – laki, Rasulullah membolehkan seekor untuk anak laki –
laki. Sebagaimana tampak dalam hadist yang bersumber dari Ibnu Abbas,
Rasulullah pernah mengaqiqahi Hasan dan Husain masing – masing seekor
kibasy5
. Hal ini insya Allah tidak akan mengurangi nilai aqiqah, yang terpenting
kita jujur dan tidak berpura – pura tidak mampu. Allah Maha Mengetahui apa
yang kita sembunyikan dan kita lahirkan.
G. Pembagian Daging Aqiqah
Adapun dagingnya maka dia (orang tua anak) bisa memakannya,
menghadiahkan sebagian dagingnya, dan mensedekahkan sebagian lagi. Dan
tidak apa – apa dia mensedekahkan darinya dan mengumpulkan kerabat, tetangga
untuk memakan makanan daging aqiqah yang sudah matang.6
Sunnahnya dia memakan sepertiganya, menghadiahkan sepertiganya
kepada sahabat – sahabatnya dan mensedekahkan sepertiga lagi kepada kaum
muslimin dan boleh mengundang teman – teman atau kerabat untuk memakan
daging aqiqah tersebut dan boleh juga dia mensedekahkan semuanya.7
H. Hikmah Aqiqah
5
Hadist Shahih riwayat Abu Dawud dan Ibnu Al Jurud
6
Syaikh Utsaimin
7
Syaikh Jibrin
8. Banyak hal yang akan didapat dengan beraqiqah, diantaranya
membebaskan anak dari ketergadaian pembelaan orang tua di hari kemudian,
menghindarkan anak dari musibah dan kehancuran (sebagaimana pengorbanan
Nabi Ismail AS dan Ibrahim AS) , pembayaran hutang orang tua kepada
anaknya, pengungkapan rasa gembira demi tegaknya islam dan keluarnya
keturunan yang kemudian dihari akan memperbanyak umat Nabi
Saw.memperkuat tali silahturahmi diantara anggota masyarakat dalam
menyambut kedatangan anak yang baru lahir, sumber jaminan sosial dan
menghapus kemiskinan dimasyarkat serta melepaskan bayi dari godaan setan
dalam urusan dunia dan akhirat.8
KESIMPULAN
Dari berbagai dasar dan keterangan di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa aqiqah harus dikerjakan karena hukum aqiqah adalah setengah wajib
(Sunah Muakadah).
8
Drs. Zaki Akhmad “Kiat Membina Anak Shaleh”
9. Dengan aqiqah tersebut berarti orang tua sudah mendapatkan syafaat dari
kebaikan anaknya. Sehingga sudah dapat beribadah bersama-sama dengan
anaknya tersebut.
Aqiqah disandarkan pada adanya kemampuan, jika tidak dapat
dilaksanakan di hari ke 7 bisa diundur di hari ke 14 atau ke 21. Bahkan bisa
dilakukan oleh anaknya sendiri, bila ternyata orang tuanya belum
melaksanakannya.
Aqiqah merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah SWT
sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karunia yang dianugerahkan Allah
SWT dengan lahirnya sang anak. Aqiqah juga sebagai sarana menampakkan rasa
gembira dalam melaksanakan syari’at islam dan bertambahnya kerurunan
mukmin yang akan memperbanyak umat Rasulullah SAW.pada hari kiamat.
DAFTAR PUSTAKA
10. Suparta, Drs,Ali Hasan.HM Drs, Mas’udi , Materi Pokok Fiqih I , Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas
Terbuka.1992.
Drs. H. Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, PT. Karya Toha Putra:
Semarang.1978.
http;//surudin.wordpress.com/2009/03/23/aqiqah/