3. DEFINISI
Tetanus berasal dari bahasa Yunani “tetanus” yang artinya “berkontraksi”. Tetanus
merupakan suatu penyakit bersifat akut yang ditandai dengan kekakuan otot dan spasme.
Akibat toksin yang dihasilkan Clostridium tetani yang menyebabkan nyeri biasanya pada
rahang bawah dan leher. Spora Clostridium tetani ditemukan di tanah, debu, kotoran hewan
dan benda berkarat seperti paku, jarum, kawat berduri dan lain-lain. Bakteri ini sangat tahan
terhadap panas dan sporanya dapat bertahan selama bertahun-tahun
Putri SR. Pencegahan tetanus. Jurnal Penelitian Perawat Profesional. 2020; 2(4).
5. ETIOLOGI
• Tetanus disebabkan oleh infeksi bakteri Clostridium tetani yang merupakan
basil gram positif, pembentuk spora, dan anaerobic obligat. Bakteri ini
ditemukan di tanah, debu atau kotoran hewan seperti kuda dan sapi
• Clostridium tetani adalah bakteri yang memiliki bentuk basil tipis, berukuran lebar 0,3-2
mikron dan panjang 1,5-2 mikro.
• Spora yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ini tumbuh di ujung terminal bakteri dan diameternya melebihi lebar
bakteri. Spora ini sangat tahan terhadap panas sampai 121ᵒc dan oksigen. Ini dapat tetap berada di tanah, dormant
selama kurang lebih 40 tahun dan berbentuk seperti drumstick.
• Syarat bakteri ini untuk tumbuh dan berkembang adalah suhu rata-rata 37 ° C, serta perkiraan
tingkat pH antara 7 dan 7,5. Selain itu, membutuhkan banyak asam amino dan vitamin.
Tejpratap S.P. Tiwari, MD; et al. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Disease. 2020.
6. • Sumber infeksi yang paling umum adalah laserasi kecil dari serpihan kayu, logam atau duri. Infeksi pada manusia terjadi
melalui kontaminasi langsung pada luka. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Apabila spora ini
menginfeksi luka seseorang, kemudian spora ini akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang
bernama tetanospasmin.
• Infeksi tetanus pada neonatal terjadi pada bayi berusia kurang dari 28 hari. Penyebabnya
adalah pemotongan tali pusar bayi saat lahir menggunakan alat yang tidak steril.
Penyebab tetanus yang sangat umum adalah kurangnya imunisasi.
• Masyarakat yang tidak mendapatkan vaksinasi, usia lebih dari 65 tahun, penderita diabetes memiliki
faktor risiko tinggi terhadap tetanus. Oleh karena itu, vaksinasi ini berfungsi untuk mencegah terjadinya
tetanus. Akan tetapi imunitas yang didapat dari vaksin tidak berlangsung seumur hidup, masih
diperlukan injeksi booster pada pasien yang mengalami luka rentan tetanus
• Bae C, Bourget D. Tetanus. [Updated 2021 May 12]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan
• Tejpratap S.P. Tiwari, MD; et al. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Disease. 2020.
8. EPIDEMIOLOGI
Tetanus ditemukan di seluruh dunia namun lebih
sering ditemukan di daerah padat penduduk,
cuaca panas dan lembap dengan tanah yang kaya
akan bahan organic.
Case fatality rate berkisar antara 10-80% dan
angka paling tinggi pada bayi dan lansia.
Di Amerika, tahun 2009-2018, diperoleh rata-rata
29 kasus (18-37 kasus) dilaporkan tiap tahun.
Dari 297 kasus yang dilaporkan selama jarak 10
tahun, didapati 19 kematian, semuanya orang
dewasa dengan umur >55 tahun. Pada 2018,
didapati 23 kasus tetanus tanpa mortalitas.
9. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data dari Kemenkes RI, laporan kasus tetanus pada tahun 1994 di
Indonesia berjumlah 3.843 kasus, dengan kasus terbanyak ditemukan di provinsi
Jawa Timur yakni 1.229 kasus.
Di tahun 2017, WHO melaporkan insidensi tetanus neonatorum di Indonesia
sebanyak 25 kasus, dan insidensi tetanus secara keseluruhan adalah 506 kasus.
Jumlah kasus TN menurun pada tahun 2020, yaitu sebesar 4 kasus, dimana
sebelumnya terdapat 17 kasus pada tahun 2019. Meski demikian, CFR meningkat
menjadi 50% pada tahun 2020 dimana sebelumnya tahun 2019 CFR sebesar
11,76%.
Dari 2 provinsi yang terdapat kasus TN pada tahun 2020 yaitu Sumatera Selatan
dan Papua, hanya di Papua terdapat kasus meninggal sebanyak 2 kasus kematian.
Jumlah kasus TN pada tahun 2020 terbanyak juga di Provinsi Papua yaitu
sebanyak 3 kasus, dengan CFR sebesar 66,7%.
11. KLASIFIKASI
JENIS TETANUS MANIFESTASI KLINIS
TETANUS UMUM - Pola spasme otot yang menurun, diawali dengan lockjaw dan
risus sardonicus, berkembang menjadi kaku leher, kesulitan
menelan dan otot pectoral dan paha yang kaku.
- Instabilitas otonom dengan demam, disaritmia, tekanan darah
dan nadi tidak stabil, kesulitan bernapas, eksresi katekolamin
dan mortalitas.
TETANUS LOKAL - Kontraksi otot persisten di daerah yang terkena injuri.
12. KLASIFIKASI
JENIS TETANUS MANIFESTASI KLINIS
TETANUS
SEFALIK/SEREBRAL
- Terbatas pada otot dan saraf di kepala. Umumnya muncul
setelah trauma kepala seperti fraktur kepala, laerasi, injuri mata,
otitis media.
- Gejala berupa kaku leher, disfagia, trismus, kelopak mata
tertarik dan risus sardonicus.
- Dapat berkembang menjadi komplikasi seperti bronko-aspirasi,
paralisis otot respiratori dan laryngeal, dan gagal napas.
TETANUS
NEONATORUM
- Tetanus lokal yang terjadi pada bayi baru lahir dari ibu yang
tidak menerima imunisasi atau infeksi dari instrument yang
terkontaminasi ketika memotong tali pusar.
- Gejala berupa iritabilitas, wajah meringis, kekakuan dan
kontraksi spastik.
- Komplikasi jangka panjang berupa gangguan perkembangan
saraf, gangguan perilaku, deficit perkembangan motor,
berbicara dan Bahasa.
15. • Luka bakar
• Abortus
• Otitis media
• Luka tidak terlihat
Bae C, Bourget D. Tetanus. [Updated 2022 Aug 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459217
Rahmanto, Danawan and Farhanah, Nur (2017) FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH PADA KEMATIAN
PASIEN TETANUS DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG. Undergraduate thesis, Faculty of Medicine.
16. C. Tetani Masuk ke aliran darah lalu ke terminal pre-
sinaptik endplate neuron motorik otot
Hancurkan protein membran sinaptik vesikular
Inaktivasi neurotransmitter inhibitor
(Glisin & GABA)
Bae C, Bourget D. Tetanus. [Updated 2022 Aug 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459217
Rahmanto, Danawan and Farhanah, Nur (2017) FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH PADA KEMATIAN
PASIEN TETANUS DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG. Undergraduate thesis, Faculty of Medicine.
17. Transpor aksonal retrogade ke SSP
Gagal hambat respon refleks motorik terhadap stimulasi sensorik
Kejang tetanik
SSP
Batang
otak Disfungsi
otonom
Bae C, Bourget D. Tetanus. [Updated 2022 Aug 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459217
Rahmanto, Danawan and Farhanah, Nur (2017) FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH PADA KEMATIAN
PASIEN TETANUS DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG. Undergraduate thesis, Faculty of Medicine.
19. Cephalic Tetanus
Tetanus neonatorum
Tetanus lokal
• Luka daerah mata, kulit kepala,
muka, telinga, otitis media kronis
• Disfungsi saraf kranial
• berupa nyeri, kekakuan otot–otot
pada bagian proksimal dari tempat
luka
• Gejala tidak khas
Bae C, Bourget D. Tetanus. [Updated 2022 Aug 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459217
Rahmanto, Danawan and Farhanah, Nur (2017) FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH PADA KEMATIAN
PASIEN TETANUS DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG. Undergraduate thesis, Faculty of Medicine.
21. Anamnesis
Riwayat luka :
- luka tusuk - luka terbuka
- luka kecelakaan - luka dengan nanah
- gigitan binatang
Riwayat vaksin DT atau TT
Pemeriksaan Laboratorium
Lab darah : mungkin ditemukan leukositosis
Pemeriksaan serum anti-toksin : ≥ 0.01 IU/mL (dianggap sebagai pelindung,
membuat kemungkinan tetanus lebih kecil)
Kultur bakteriologik: hanya 30 % kasus tetanus dapat mengisolasi C.tetani pada
pemeriksaan bakteriologik
22. Pemeriksaan Fisik :
Uji Spatula
• Spatula lidah dimasukkan ke
dalam mulut pasien untuk
memicu refleks muntah
• Pada pasien tetanus, merangsang
spasme otot masseter, sehingga
pasien akan menggigit spatula yang
dimasukkan.
Ditemukan gejala klinis berupa;
trismus, risus sarcodinus, atau spasme
otot yang nyeri
Demam, keringat berlebih, kesulitan
menelan
25. DERAJAT KEPARAHAN
TETANUS MENURUT ABLETT :
Derajat I (Ringan) trismus ringan sampai sedang,
spastisitas generalisata,
tanpa gangguan pernafasan,
tanpa spasme,
sedikit atau tanpa disfagia
Derajat II (Sedang) trismus sedang,
rigiditas jelas,
spasme singkat ringan sampai sedang,
gangguan pernafasan sedang dengan frekuensi nafas > 30
x/menit,
disfagia ringan.
26. DERAJAT KEPARAHAN
TETANUS OLEH ABLETT :
Derajat III (Berat) trismus berat,
spastisitas generalisata,
spasme refleks berkepanjangan,
frekuensi nafas > 40 kali/ menit,
serangan apnea,
disfagia berat
dan takikardia (nadi > 120 x/menit).
Derajat IV (Sangat
Berat)
derajat tiga dengan gangguan otonomik berat melibatkan
sistem kardiovaskuler
hipertensi berat dan takikardia terjadi berselingan dengan
hipotensi dan bradikardia, salah satunya dapat menetap
27. REFERENSI
https://emedicine.medscape.com/article/229594-overview#a6
Bae C, Bourget D. Tetanus. [Updated 2022 Aug 19]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482484/
Afshar, Majid & Raju, Mahesh & Ansell, David & Bleck, Thomas. (2011).
Narrative Review: Tetanus-A Health Threat After Natural Disasters in
Developing Countries. Annals of internal medicine. 154. 329-35.
10.1059/0003-4819-154-5-201103010-00007.
29. Manajemen luka untuk
pencegahan tetanus
Debridement
Cuci dengan air sabun minimal 10
menit.
Povidone iodine 10% atau
desinfektan lainnya pada luka.
Netralisasi tosksin
Antitoksin
human tetanus immunoglobulin (HTIG)
segera diinjeksikan intramuskular
dengan dosis total 3.000- 6.000 unit,
dibagi tiga dosis yang sama dan
diinjeksikan di tiga tempat berbeda
Bila tidak tersedia maka digunakan ATS
dengan dosis 100.000- 200.000 unit
diberikan 50.000 unit intramuscular dan
50.000 unit intravena pada hari
pertama, kemudian 60.000 unit dan
40.000 unit intra muskular masing-
masing pada hari kedua dan ketiga.
30. Pengendalian infeksi klostridial
Antibiotik
Metronidazole diberikan secara iv
dengan dosis 500 mg setiap 6 jam
selama 7-10 hari.
penicillin procain 50.000-100.000
U/kgBB/hari selama 7-10 hari secara
intravena.
jika hipersensitif terhadap penicillin
dapat diberi tetracycline 50
mg/kgBB/hari secara iv.
Kontrol kejang
Anti kejang
Ringan : 5-20 mg melalui oral,
setiap 8 jam
Sedang : 5-10 mg i.v. tidak melebihi
80-120 mg dalam 24 jam
Berat : 50-100 mg dalam 500 ml
dekstrose 5% dan diinfuskan dengan
kecepatan 10/15 mg/jam.
31. Manajemen jalan napas
Penanganan jalan napas merupakan
prioritas. Spasme otot, spasme laring,
aspirasi, atau dosis besar sedatif
semuanya dapat mengganggu
respirasi.
Sekresi bronkus yang berlebihan
memerlukan tindakan suctioning yang
sering.
Trakeostomi ditujukan untuk menjaga
jalan nafas terutama jika ada
opistotonus dan keterlibatan otot-otot
punggung, dada, atau distres
pernapasan.
34. Organ komplikasi
Jalan napas Laringospasme
aspirasi
Obstruksi terkait obat
penenang
pernapasan Apnoea
Hipoksia
Atelektasis, aspirasi,
pneumonia
cardiovascula
r
Takikardi, hipertensi,
iskemia
Hipotensi, bradikardi
Takiaritmia, bradiaritmia
organ komplikasi
renal Stasis dan infeksi urin
Gagal ginjal oligurik
Gastro-
intestinal
Stasis lambung
Ileus
diare
Lain-lain Penurunan berat badan
tromboemboli
35. Taylor AM. Tetanus. In : Bersten AD, Soni N, eds, oh’s intensive care
manual. 6 ed. Philadelphia:Butterworth heinemenn elseiver;
2009.p593-7
Edlich RF, Hill LC, Mahler CA,Cox MJ, Becker DG, Horowitz JH, et al.
management and prevention of tetanus. Niger J Paed. 2003; 1
3(3):139-54
37. PROGNOSIS
Prognosis tetanus diklasifikasikan dari tingkat keparahannya menjadi ringan (bila tidak ada
kejang umum/generalized spam), sedang (bila sekali muncul kejang umum), berat (bila kejang
umum yang berat sering terjadi). Berat ringannya penyakit juga tergantung pada lamanya masa
inkubasi. Makin pendek masa inkubasi, prognosis makin buruk. Terdapat beberapa sistem
penilaian tetanus. Skala yang diusulkan Ablett adalah yang paling banyak digunakan.
KLASIFIKASI ABLETT