Penyakit tetanus neonatorum disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat. Gejalanya berupa kekakuan otot mulut dan tubuh yang dimulai pada hari ketiga setelah kelahiran. Penanganannya meliputi pencegahan kejang, membersihkan infeksi, dan perawatan intensif untuk mencegah komplikasi seperti pneumonia. Imunisasi ibu hamil sangat penting untuk mencegah terjadinya penyakit ini.
Tetanus neonatorum, penyakit berbahaya bayi baru lahir
1. Penyakit tetanus neonatorum mengancam sikecil
Tetanus neonatorum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada bayi yang berusia dibawah
28 hari, dengan gejala klinik yang khas dimana timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai
dengan kesulitan membuka mulut dan menetek, serta kejang-kejang pada saat beberapa hari
setelah lahir. Penyakit tetanus neonatorummerupakan suatu penyakit yang berbahaya dan
memiliki tingkat morbiditas yang tinggi. Maka dari itu penyakit tetanus neonatorumharus segera
ditangani.
Apa sih penyebab penyakit tetanus neonatorum?
Penyakit tetanus neonatorum disebabkan oleh bakteri closiridium tetani, yang merupakan
organisme ibligat anacrob (tidak membutuhkan oksigen). Biasanya datangnya bakteri disebabkan
infeksi selama masa neonatan, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau
perawatan tidak aseptik, dan proses partus yang kurang steril.
Faktor Penyebab penyakit tetanus neonatorum
Penggunaan alat yang tidak steril untuk memotong tali pusat juga seringkali
meningkatkan risiko penularan penyakit tetanus neonatorum. Kejadian ini masih lagi berlaku
di negara-negara berkembang dimana bidan-bidan yang melakukan pertolongan persalinan
masih menggunakan peralatan seperti pisau dapur atau sembilu untuk memotong tali bayi
baru lahir.
Cara perawatan tali pusat dengan teknik tradisional seperti menggunakan ramuan untuk
menutup luka tali pusat dengan kunyit dan abu dapur, kemudian tali pusat tersebut dibalut
dengan menggunakan kain pembalut yang tidak steril, serta tempat pelayanan persalinan
yang tidak bersih dan steril.
2.
Kekebalan ibu terhadap tetanus, merupakan faktor-faktor yang berperan untuk
meningkatkan risiko terjadinya neonatus neonatorum.
Patofisiologi penyakit tetanus neonatorum
Kuman tetanus masuk kedalam tubuh bayi, melalui tali pusat yang dipotong dengan
menggunakan alat yang tidak steril atau pada tali pusat yang dirawat tidak steril. Awalnya kuman
masuk dalam bentuk spora. Kemudian bila didaerah potongan tali pusat tidak mengandung
oksigen yang cukup, maka spora akan berkembang menjadi bentuk vegetatif yang dapat
menghasilkan racun (toksin).
Toksin tersebut dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukasit, menyerang sistem
saraf dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat
menyebabkan kekakuan / ketegangan dan spasme otot. Kekakuan dimulai pada tempat
masuknya kuman atau pada otot yang kecil seperti otot pipi/ masseter disebut: trismus).
Jika toksin masuk ke sum-sum tulang belakang, maka terjadi kekakuan yang makin berat pada
anggota gerak, otot-otot bergaris di dada, perut dan timbul kejang seluruh tubuh, jika toksin
mencapai sistem saraf pusat. Toksin pada sistem saraf otonom juga berpengaruh, sehingga
terjadi gangguan pada pernafasan, metabolisme, hemodonamika, hormonal, saluran cerna,
saluran kemih, dan neuromuskular, penyempitan jalan nafas, hipertensi, gangguan irama
jantung, demam tinggi, merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom, yang dulu jarang
dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala timbul.
Bagaimana gejala penyakit tetanus neonatorum?
Penyakit tetanus neonatorum biasanya baru memperlihatkan gejala-gejala tetanus pada hari
ketiga setelah kelahiran. Hal ini disebabkan karena adanya masa inkubasi tetanus yang
umumnya antara 3 – 12 hari. Penyakit tetanus neonatorum terjadi mendadak dengan otot yang
makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam 48 jam penyakit menjadi nyata dengan
adanya trismus. Tanda dan gejala sebagai berikut:
1.
Bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum ( karena tidak dapat menghisap)
2.
Mulut mencucut seperti mulut ikan
3.
Mudah terangsang dan sering kejang disertai sianosis
4.
Kaku kuduk sampai opistotonus
5.
Dinding Abdomen kaku, mengeras, dan kadang-kadang terjadi kejang
6.
Dari berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik kebawah, muka thisus sardunikus.
7.
Ekstermitas biasanya terulur atau kaku
8.
Tiba-tiba bayi sensitive terhadap rangsangan, gelisah dan kadang-kadang menangis
lemah.
9.
Terjadi penurunan kesadaran
3. Penanganan penyakit tetanus neonatoum
Dalam penanganan penyakit tetanus neonatorum harus dilakukan perawatan intensif. Prinsip
penanganan yang dilakukan pada penderita penyakit tetanus neonatorum adalah mencegah
terjadinya kejang kekakuan otot, menetralisasi racun dan membunuh kuman tetanus yang ada
pada tubuh. Untuk mencegah kejang/ kekakuan otot, diberikan obat golongan benzodiazepin.
Obat ini mempunyai aktivitas sebagai penenang, anti kejang, dan pelemas otot yang kuat. Efek
samping dapat berupa depresi pernafasam, terutama terjadi bila diberikan dalam dosis besar.
Untuk menetralisasir racun didalam tubuh, diberikan obat anti tetanus serum atau Human
Tetanus Immunuglobulin (HTIG). Terapi antibiotik diberikan bertujuan untuk memberantas kuman
tetanus, kuman ini peka terhadap penisilin grup beta laktam termasuk penisilin G, ampisilin,
karbenisilin, dan tikarsilin. Selain itu kuman ini juga peka terhadap obat klorampenikol,
metronidazol, aminoglikosida dan sefalosporin generasi ketiga. Tindakan bedah yang diperlukan
untuk memberantas kuman tersebut adalah dengan perawatan luka. Luka bekas potongan tali
pusat dibersihkan dari benda asing dengan menggunakan betadine dan hidorgen peroksida.
Kemudian luka dibiarkan terbuka agar oksigen dapat bersirkulasi baik kedalam luka.
4. Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit akut yang dapat dicegah namun dapat
berakibat fatal, yang disebabkan oleh produksi eksotoksin dari kumanClostridium
tetani gram positif, dimana kuman ini mengeluarkan toksin yang dapat menyerang sistem
syaraf pusat.
Masa inkubasi kuman 3-28 hari, namun biasanya 6 hari, dimana kematian 100% terjadi
terutama pada masa inkubasi < 7 hari.
Faktor predisposisi
•
Adanya spora tetanus
•
Adanya jaringan yang mengalami injury, mislanya pemotongan tali pusat
•
Kondisi luka tidak bersih, yang memungkinkan perkembangan
mikroorganisme host yang rentan
Faktor resiko
•
Imunisasi TT tidak dilakukan/tidak sesuai dengan ketentuan program
•
Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai APN
•
Perawatan tali pusat tidak memenuhi standar kesehatan
Pencegahan
•
Imunisasi TT
•
Memperhatikan sterilitas saat pemotongan dan perawatan tali pusat
Kekebalan diperoleh melalui imunisasi TT
Sembuh tidak berarti kebal terhadap tetanus
Toksin tetanus ;
5. •
Menyebabkan penyakit tetanus
•
Tidak cukup merangsang pembentukan zat antibody terhadap tetanus
•
Harus tetap imunisasi TT
Imunisasi TT merangsang pembentukan antibody spesifik yang mempunyai peranan
penting dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil mendapatkan imunisasi TT,
sehingga terbentuk antibody dalam tubuhnya. Antibody tetanus termasuk golongan Ig G,
melewati sawar plasenta, masuk dan menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh
tubuh janin yang dapat mencegah terjadinya tetanus neonatorum.
Gejala
•
Bayi yang semula dapat menetek, kemudian sulit menetek karena kejang otot
rahang dan faring
•
Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan
•
Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara, sentuhan
•
Kadang disertai sesak nafas dan mulut bayi membiru
•
Suhu tubuh meningkat
•
Kaku kuduk
•
Kekakuan disertai sianosis
•
Nadi meningkat
•
Berkeringat banyak
•
Tidak dapat menangis lagi
•
Mata terus tertutup
•
Dinding perut keras
•
Kesadaran baik
Komplikasi
•
Bronkopneumonia
•
Asfiksia
•
Sianosis akibat obstruksi jalan nafas oleh lendir/sekret
Prognosa
•
Bayi mengalmi panas atau peningkatan suhu (prognosa buruk)
•
Bayi dapat bertahan lebih dari 4 hari (dapat disembuhkan)
6. •
Untuk penyembuhan sempurna membutuhkan waktu beberapa minggu
•
Angka mortalitas 30%
•
Penyakit ini fatal pada BBL
Penanganan
•
Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan antispasmodik
•
Membersihkan jalan nafas agar bayi dapat menghirup udara dengan bebas
•
Pemasangan spatel lidah yang dibungkus dengan kain untuk mencegah lidah
tergigit
•
Mencari tempat masuknya spora tetanus pada tali pusat atau telinga
•
Mengobati penyebab tetanus dengan antibiotika
•
Melakukan perawatan yang adekuat, dengan pemberian oksigen, nutrisi serta
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
•
Ditempatkan di ruang tenang dengan sedikit sinar
7. •
Untuk penyembuhan sempurna membutuhkan waktu beberapa minggu
•
Angka mortalitas 30%
•
Penyakit ini fatal pada BBL
Penanganan
•
Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan antispasmodik
•
Membersihkan jalan nafas agar bayi dapat menghirup udara dengan bebas
•
Pemasangan spatel lidah yang dibungkus dengan kain untuk mencegah lidah
tergigit
•
Mencari tempat masuknya spora tetanus pada tali pusat atau telinga
•
Mengobati penyebab tetanus dengan antibiotika
•
Melakukan perawatan yang adekuat, dengan pemberian oksigen, nutrisi serta
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
•
Ditempatkan di ruang tenang dengan sedikit sinar