SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
PERMASALAHAN SOSIAL
           DALAM CERPEN AIR
         KARYA RAS SIREGAR
(TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)

                     Kajian Karya Sastra
           Guru Pengampu: Helena Wulandari, S. S.
Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia
        Mid Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/ 2013


                        Disusun oleh:
                       Vanny Andriani
                         XII IPA 7
                             32




                 Jalan Bangau No. 60/ 1258
                 SMA Xaverius 1 Palembang
                Yayasan Xaverius Palembang
                  Tahun Ajaran 2012/ 2012
PENGANTAR



     Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan kajian karya sastra ini dengan
baik. Peneliti juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Helena Wulandari
karena telah membimbing peneliti hingga selesainya kajian karya satra ini. Peneliti
juga mengucapkan terimakasih kepada orangtua dan teman-teman yang telah
mendukung peneliti dalam penulisan kajian karya sastra ini.
     Dalam kajian karya sastra sederhana ini, peneliti mengkaji permasalahan sosial
apa saja yang dibahas dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar. Hal ini dilakukan
karena peneliti tertarik dengan permasalahan yang diangkat oleh Bung Ras. Dalam
pengkajiannya, peneliti memanfaatkan dan mengaplikasikan tinjauan sosiologi sastra
sebagai pedoman dan panduan pengkajian.
     Dengan adanya kajian karya sastra ini, peneliti berharap agar kajian karya
sastra ini bermanfaat bagi para pembaca agar dapat menjadi bahan referensi,
memperluas pengetahuan, dan menambah informasi serta bagi peneliti sendiri agar
dapat mengembangkan kemampuan menulis dengan baik dan menjawab rasa ingin
tahu peneliti atas permasalahan sosial yang diangkat. Demi terwujudnya kajian karya
sastra yang lebih baik di masa mendatang, peneliti sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca. Peneliti mohon maaf apabila ada kesalahan. Sekian.


                                                        Palembang, September 2012
                                                                Peneliti
ABSTRAK



Andriani, Vanny. 2012. “Permasalahan Sosial dalam Cerpen Air Karya Ras Siregar (Tinjauan
Sosiologi Sastra)”. Palembang: SMA Xaverius 1


          Karya sastra dapat dikatakan sebagai media penyalur penyampaian suatu gambaran
kehidupan sebagai fakta sosial. Diperlukan teori tinjauan atau pendekatan untuk menganalisisnya.
Dari sekian banyak macamnya, teori pendekatan yang paling cocok untuk cerita pendek Air karya Ras
Siregar adalah tinjauan sosiologi sastra. Kajian jenis ini akan lebih menekankan pada hal-hal yang
bersifat sosial kemasyarakatan yang diangkat oleh masyarakat. Oleh karena itu, peneliti mengangkat
judul “Permasalahan Sosial dalam Cerpen Air karya Ras Siregar (Tinjauan Sosiologi Sastra)”.
       Pada kajian karya sastra ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif analisis dengan
menggunakan sumber kepustakaan. Tidak hanya menguraikan dan mendeskripsikan, metode ini juga
memberikan pemahaman dan penjelasan. Sumber data yang digunakan ada dua, primer dan sekunder.
Data primer diambil dari teks cerita pendek Air karya Ras Siregar. Sedangkan data sekunder diambil
dari sumber bacaan yang berkenaan dengan cerita pendek tersebut.
       Berdasarkan penelitian terhadap cerita pendek Air karya Ras Siregar, didapatkan bahwa dalam
ceritanya fenomena sosial yang diangkat oleh Bung Ras adalah dampak penyegelan air ledeng bagi
masyarakat, tepatnya kedua keluarga serumah tersebut. Di samping itu, beliau juga sedikit
mengangkat kisah kesenjangan status sosial di dalam cerita pendeknya tersebut.


Kata kunci: Karya Sastra, Cerpen
DAFTAR ISI



PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................                                    i
PENGANTAR ................................................................................................            ii
ABSTRAK ......................................................................................................        iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................         iv
BAB I PEMBUKAAN
    1. Latar Belakang .....................................................................................           1
    2. Rumusan Masalah ................................................................................               3
    3. Tujuan Penelitian .................................................................................            4
    4. Manfaat Penelitian ...............................................................................             4
BAB II KAJIAN TEORI
    1. Kajian Penelitian yang Relevan ..........................................................                      6
    2. Kajian Teori ..........................................................................................        9
    3. Harmoni ................................................................................................       13
    4. Sinopsis Air ...........................................................................................       14
    5. Ras Siregar ............................................................................................       15
BAB III METODELOGI PENELITIAN
    1. Jenis Penelitian ....................................................................................          17
    2. Motode Penelitian................................................................................              18
    3. Sumber Data ........................................................................................           18
    4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................                       19
    5. Teknik Analisis Data ...........................................................................               19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................                                   20
BAB V PENUTUP
    1.    Simpulan .............................................................................................      28
    2.    Saran ...................................................................................................   28
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................                  30
LAMPIRAN ...................................................................................................          32
TENTANG PENELITI..................................................................................                    34
BAB I
                                PEMBUKAAN



1. Latar Belakang
        Karya sastra dapat didefinisikan sebagai media atau saran untuk
  menyampaikan suatu gambaran kehidupan sebagai fakta sosial. Menurut
  etimologisnya, kata „Sastra‟ berasal dari bahasa Sanskerta yaitu „Shastra‟ yang
  berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman. Menurut Plato, sastra
  merupakan hasil peniruan dari kenyataan (fakta) dan merupakan pengaktualisasi
  alam semesta menjadi fakta. Pendapat senada juga diungkapkan oleh seorang
  budayawan dan sastrawan Indonesia, Mursal Esten. Ia mengungkapkan bahwa
  sastra atau kesusastraan dapat diartikan sebagai pengungkapan fakta artistik dan
  imajinatif. Faktra tersebut dapat dijadikan manifestasi kehidupan bermasyarakat
  melalui medium bahasa. Dengan dibuatnya karya sastra, diharapkan berefek
  positif   terhadap     kehidupan     manusia     (http://asemmanis.wordpress.com
  /2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-dan-menurut-para-ahli/,         diunduh
  pada 12 September 2012).
        Diperlukan pendekatan tertentu untuk mengkaji karya sastra. Banyaknya
  ragam sastra yang berkembang secara dinamis dan terdapatnya kesulitan
  memahami gejala sastra memicu ditemukannya beberapa pendekatan. Beberapa
  pendekatan tersebut antara lain pendekatan mimetik, ekspresif, pragmatik,
  objektif, struktural, semiotik, sosiologi sastra, resepsi sastra, psikologi sastra,
  moral, dan feminisme. Beberapa teori pendekatan ini dapat dijadikan patokan atau
  tolak ukur pengkaji dalam mengkaji karya sastranya. Setiap jenis pendekatan
  memiliki satu fungsi khusus dan berbeda-beda dengan jenis pendekatan yang lain.
  Sebut saja pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra merupakan pendekatan
  yang mengacu dan menghubungkan aspek karya sastra dengan aspek kehidupan
  bermasyarakat        (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Materi%20Kuliah%20
  Pengantar%20Kajian%20Sastra%20II,%20%27Pendekatan%20dalam%20Pengka
  jian%20Sastra%27.ppt, diunduh pada 12 September 2012).
Sosiologi sastra merupakan pendekatan karya sastra yang menghubungkan
aspek masyarakat dengan karya sastra yang akan dikaji. Pendekatan ini lebih
menekankan pada hal-hal yang bersifat sosial kemasyarakatan yang diangkat
pengarang sebagai penjelas fenomena sosial. Menurut Rene Wellek dan Austin
Werren, terdapat tiga macam pendekatan sosiologi sastra. Pertama, sosiologi
pengarang yang mempermasalahkan segala sesuatu yang menyakut pengarang
seperti status sosial dan ideologi yang dianut pengarang. Dalam kajian jenis ini,
latar sosial pengaranglah yang akan dipergunakan untuk mengkaji karya sastra.
Kedua, sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan hal-hal yang tersembunyi
atau tersirat dan tujuan karya sastra itu dibuat. Terakhir, sosiologi antara pembaca
dan pengaruh sosialnya. Pendekatan jenis ini akan menilai seberapa jauh karya
sastra itu berpengaruh pada pembacanya dan seberapa jauh pembacanya
terpengaruh oleh karya sastra tersebut (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/
Materi%20Kuliah%20Pengantar%20Kajian%20Sastra%20II,%20%27Pendekatan
%20dalam%20Pengkajian%20Sastra%27.ppt, diunduh pada 12 September 2012).
      Dari penjelasan mengenai pendekatan sosiologi sastra di atas, jenis
pendekatan yang relevan dan sederhana untuk digunakan sebagai pedoman
pengkajian adalah sosiologi sastra mengenai karya sastra. Di sana, diperlukan
ketelitian dalam menemukan dan memahami permasalahan atau topik utama yang
di angkat oleh pengarang. Pemahaman permasalahan atau topik utama akan
membantu pengkaji dalam menentukan tujuan pengarang dalam membuat karya
sastra tersebut.
      Air merupakan salah satu cerpen karya Ras Siregar. Beliau merupakan
sastrawan Indonesia asal Rantauprapat, Sumatera Utara. Sebelum menjadi seorang
sastrawan, beliau sempat duduk sebagai Kepala Bagian Hubungan Masyarakat
Bank Pembangunan Indonesia Pusat. Karyanya dimulai pada tahun 1964 dengan
kumpulan cerpennya, Harmoni dan romannya Terima Kasih. Kumpulan cerpen
Harmoni mengisahkan tentang perjalanan hidup tinggal di daerah Harmoni,
Jakarta di era 1960an. Mulai dari lika-liku perumahtanggaan, kesulitan ekonomi,
hingga masalah sosial yang timbul. Kemudian dilanjutkan dengan buku Bahasa
Indonesia Jurnalistrik di tahun 1987 dan novel Di Simpang Jalan pada tahun 1988.
Tujuh tahun sebelum beliau wafat, tahun 1986, Mari Bermain Bridge dirilis
(http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2518/Ras-Siregar,     diunduh
  pada 12 Sepetember 2012).
        Alasan peneliti tertarik mengkaji cerita pendek Air karya Ras Siregar ini
  dikarenakan terdapat keistimewaan tersendiri pada topik bahasan atau masalah
  utama yang diangkat. Lewat buku cetakan 1964 itu, beliau memaparkan dan
  menggambarkan bagaimana suasana dan kondisi Indonesia setelah di sekitar 20
  tahun merdeka berlatar setting hidup keseharian keluarga. Alasan kedua yang
  mendasari pemilihan cerita pendek ini adalah adanya julukan sastrawan „ngebut‟
  atau penulis sprint oleh seorang teman Ras. Hal ini dikarenakan beliau terkadang
  hanya membutuhkan waktu 40 menit untuk menulis sebuah artikel di koran
  (http://akhirmh.blogspot.com/2011/04/willem-iskander-dan-lahirnya-tokoh.html,
  diunduh pada 13 September 2012). Alasan berikutnya yang turut mendasari
  pemilihan cerita pendek ini adalah kumpulan cerita pendek Harmoni ini sempat
  menjadi bagian konflik budaya di era 1960an (http://aramdhon.staff.uns.ac.id/,
  diunduh pada 13 September 2012). Dengan ikut andilnya cerita pendek Air karya
  Ras Siregar yang dikemas dalam kumpulan cerita pendek Harmoni, tersulutlah
  rasa ingin tahu peneliti tentang isi cerita tersebut dan ingin mengkajinya lewat
  tinjauan sosiologi sastra.
        Penjabaran latar belakang di atas mendasari peneliti untuk memunculkan
  judul kajian “Permasalahan Sosial dalam Cerpen Air Karya Ras Siregar (Tinjauan
  Sosiologi Sastra)”. Peneliti berharap dengan adanya kajian ini, dapat dijadikan
  referensi, memperluas ilmu pengetahuan, dan menjawab keingintahuan peneliti
  maupun para pembaca.


2. Rumusan Masalah
        Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian
  ini adalah “Bagaimana Permasalahan Sosial dalam Cerpen Air Karya Ras Siregar
  (Tinjauan Sosiologi Sastra)?”
3. Tujuan Penelitian
      Penelitian karya sastra ini bertujuan memaparkan permasalahan sosial dalam
  cerpen Air karya Ras Siregar dengan menggunakan tinjauan sosiologi sastra.


4. Manfaat Penelitian
      Manfaat analisis karya sastra ini adalah
      1. Secara Teoritis
             Manfaat teoritis dari penganalisisan karya sastra cerita pendek Air
          adalah
          1. analisis   ini   diharapkan    dapat    memperkaya     wawasan     ilmu
             pengetahuan, khususnya teori tinjauan sosiologi sastra dalam analisis
             karya sastra,
          2. hasil analisis ini dapat dijadikan model penerapan tinjauan sosiologi
             sastra,
          3. hasil analisis ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang
             memaparkan kehidupan faktual masyarakat, terutama masyarakat di
             ibu kota Jakarta tepatnya di Harmoni.


      2. Secara Praktis
             Manfaat praktis dari penganalisisan karya sastra cerita pendek Air
          adalah
          1. bagi pembaca, hasil analisis ini dapat memperkaya pengetahuan dalam
             menganalisis karya sastra,
          2. bagi pembelajar, hasil analisis ini dapat dijadikan referensi dalam
             mengkaji karya sastra,
          3. bagi guru atau dosen, hasil analisis ini dapat dijadikan referensi dalam
             pembelajaran di sekolah dan mengimplementasikannya ke dalam
             dunia pendidikan,
          4. bagi pecinta karya sastra, hasil analisis ini dapat dijadikan referensi
             dalam memberikan penilaian terhadap karya sastra,
5. bagi penganalisa, analisis karya sastra ini dapat dijadikan penyalur
   pembelajaran pembuatan analisis karya sastra yang baik dan dapat
   memperluas wawasan ilmu pengetahuan.
BAB II
                               KAJIAN TEORI



1. Kajian Penelitian yang Relevan
    1. Penelitian Sosiologi Sastra
        1. Penelitian berjudul “Analisis „Der Brief‟ Karya Otto Flake Menggunakan
           Pendekatan Sosiologi Sastra”, karya Elin Pratiwi, mahasiswi Sastra
           Jerman di Universitas Negeri Surabaya (http://edukasi.kompasiana
           .com/2012/05/22/%E2%80%9Canalisis-%E2%80%9Cderbrief%E2%80
           %9D-karya-otto-flake-menggunakan-pendekatan-sosiologi-sastra%E2
           %80%9Doleh-elin-pratiwi/, diunduh pada 13 September 2012).
              Hasil penelitian tersebut adalah
           1. sastra dapat digunakan sebagai cerminan masalah sosial, cerminan
              budaya serta kebiasaan masyarakat, untuk penyampaian ide dan
              amanat di masa sekarang dan yang akan datang, dan untuk melihat
              struktur kelas pada masyarakat,
           2. sosiologi sastra digunakan untuk menguak segala gejala sosial melalui
              analisis teks,
           3. melalui novel Der Brief, diketahui bahwa karya sastra ini merupakan
              suatu alur cerita yang menggabungkan antara hubungan manusia dan
              kekuatan informasi (fakta) yang saling bertimbal balik, dan
           4. sastra dapat difungsikan dari kajian ini juga dapat disimpulkan bahwa
              karya sastra yang dianalisis dengan tinjauan sosiologi sastra, maka
              penggalan kalimat dalam karya sastra ini merupakan pengadopsian ide
              yang muncul dari kebisaan lingkungan yang mencerminkan kehidupan
              sosial masyarakat saat itu.


        2. Penelitian berjudul “Analisis Novel Sebelas Patriot melalui Pendekatan
           Sosiologi Sastra”, karya Henry Trias Puguh Jatmiko, mahasiswa program
           studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Keguruan dan
           Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (http://edukasi.
kompasiana.com/2012/08/13/analisis-novel-sebelas-patriot-melalui-
  pendekatan-sosiologi-sastra/, diunduh pada 13 September 2012).
     Hasil penelitian tersebut antara lain
  1. sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya dan juga karya
     sastra merupakan karya fiksi yang bersifat imajinatif dan pengarang
     memanfaatkan kondisi sosial di sekitarnya sebagai objek karya sastra,
  2. pada novel Sebelas Patriot terdapat tiga unsur sosial budaya, yaitu
     kondisi budaya di zaman pemerintahan Belanda di Belitong, kondisi
     sosial dan budaya ketika Ikal tumbuh, dan sosial budaya di Eropa,
  3. hubungan sosial budaya dalam tokoh Ikal yakni, sejarah ayahnya di
     masa pemerintahan Belanda dan kehidupan Ikal saat di kampong
     Belitong yang dididik keras dan disiplin.


3. Penelitian berjudul “Analisis Sosiologi Sastra dalam Naskah Drama
  „Lakon Koran‟ Karya Agung Widodo”, karya Herawati Murti Gustiani,
  mahasiswi Prodi S1 Bahasa dan Sastra Indonesia UPI BHMN
  (http://www.scribd.com/doc/82014610/Makalah-Sosiologi-Sastra-Drama,
  diunduh pada 13 September 2012).
     Hasil penelitian tersebut antara lain
  1. naskah „Lakon Koran‟ ini menceritakan tentang masyarakat modern
     yang meliputi kisah perselingkuhan, penipuan identitas, penggusuran
     bangunan, dan lainnya,
  2. naskah „Lakon Koran‟ menggambarkan atau mendeskripsikan
     kehidupan masyarakat Indonesia sekarang ini dan tercermin bahwa
     perselingkuhan bukan hal yang tabu lagi,
  3. dari naskah „Lakon Koran‟ ini juga dapat diketahui bahwa di era serba
     modern, kita dapat mencari informasi dengan cepat dan dibutuhkan
     tindakan jaga diri.


4. Penelitian berjudul “Kajian Sosiologi Sastra Novel Salah Asuhan Karya
  Abdoel Moeis”, karya Wilda Fajaratu Rahmi A., mahasiswi Jurusan
  Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri     Indonesia     (http://orangerango.blog.com/2011/02/07/kajian-
    sosiologi-sastra-novel-salah-asuhan-karya-abdoel-moeis/, diunduh pada
    12 September 2012).
       Berikut hasil penelitiannya
    1. masalah yang diangkat pada novel Salah Asuhan ini adalah ras. Di
       mana dikisahkan seorang pribumi yang berusaha untuk sejajar dengan
       bangsa Eropa,
    2. masalah sosial yang terjadi pada novel Salah Asuhan ini adalah
       dikucilkannya seorang pribumi oleh bangsa pribumi sendiri dan
       bangsa Eropa,
    3. dalam segi sastra, novel Salah Asuhan menampilkan kehidupan sosial
       masyarakat mengenai diskriminasi kelas dan menganggap pernikahan
       campur antar bangsa adalah hal yang tabu.


 5. Penelitian berjudul “Skripsi Ngarto Februana, Konflik Sosial dan Politik
    dalam Novel Nyali Karya Putu Wijaya, Tinjauan Sosiologi Sastra ”,
    karya Setyawati Ayu W., mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas
    Sastra Universitas Gadjah Mada         (www.starbacks.ca/ngartogebruana/
    .htm, diunduh pada 13 September 2012).
       Hasil penelitian tersebut antara lain
    1. pokok permasalahan yang diangkat dalam novel Nyali ini adalah
       konflik sosial dan politik sebuah negara. Konflik digambarkan melalui
       pemberontakan gerombolan Zabaza di bawah pimpinan Kropos.
    2. dalam novel Nyali juga ditunjukkan bahwa adanya konflik
       menyebabkan perubahahan sosial dan politik menjadi lebih baik.
    3. konflik yang diceritakan dalam novel Nyali memiliki persamaan
       dengan konflik sosial dan politik di sejarah Indonesia pasca
       kemerdekaan.


     Perbedaan penelitian cerita pendek Air karya Ras Siregar dengan
penelitian yang telah dipaparkan di atas terletak pada objek karya sastranya.
Sedangkan persamaannya terletak pada teori tinjauan atau pendekatan yang
      diaplikasikan peneliti pada penelitian ini, yaitu teori tinjauan sosiologi sastra.


2. Kajian Teori
   1. Teori Tinjauan atau Pendekatan Sosiologi Sastra
       1.   Sosiologi Sastra
                  Menurut etimologis bahasanya, kata sosiologi sastra berasal dari
            bahasa Yunani dan bahasa Sanskerta. Kata sosiologi sendiri berasal dari
            kata sos (bahasa Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, dan logi
            atau logos yang berarti sabda atau perumpamaan. Sedangkan kata sastra
            berakar dari kata sas (bahasa Sanskerta) yang berarti mengarahkan atau
            member instruksi atau petunjuk dan akhiran tra berarti alat atau sarana
            (http://kajiansastra.blogspot.com/2009/04/sosiologi-sastra-sebagai-
            pendekatan.html, diunduh pada 12 September 2012). Merujuk pada
            definisi secara etimologis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
            sosiologi sastra merupakan sarana pemberian instruksi mengenai
            hubungan dengan lingkungan sekitar dalam suatu kajian karya sastra.


       2.   Sosiologi Sastra sebagai Tinjauan Karya Sastra
                  Sosiologi    sastra   termasuk      salah   satu   teori     yang     dapat
            diaplikasikan peneliti dalam mengkaji suatu karya sastra. Sosiologi
            sastra sendiri merupakan pendekatan atau tinjauan yang melihat sebuah
            karya sastra dalam suatu hubungan kenyataan atau fakta dan
            permasalahan        yang       diangkat       karya       sastra          tersebut
            (http://kajiansastra.blogspot.com/2009/04/sosiologi-sastra-sebagai-
            pendekatan.html, diunduh pada 12 September 2012). Dari penjelasan
            singkat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tinjauan sosiologi sastra
            dalam pengkajiannya, menaruh perhatian pada aspek fakta atau
            dokumenter yang disiratkan maupun telah dituliskan oleh pengarang
            sastra tersebut.
                  Kenyataan atau fakta atau fenomena sosial yang diangkat
            pengarang dalam karyanya merupakan sesuatu yang konkret dan benar-
benar terjadi di lingkungan masyarakat. Oleh pengarang, fakta tersebut
akan diuraikan atau dijabarkan kembali menjadi suatu wacana yang
telah „dibumbui‟ ide atau gagasan kreatif pengarang itu sendiri. wacana
tersebut nantinya akan dihadirkan lewat sastra bersifat evaluatif,
subjektif, dan imajinatif (http://kajiansastra.blogspot.com/2009/04/
sosiologi-sastra-sebagai-pendekatan.html, diunduh pada 12 September
2012).   Sehingga dihasilkanlah suatu karya sastra yang menyajikan
gambaran hidup yang terdiri dari fenomena atau fakta sosial.
      Menurut Ratna dikutip http://kajiansastra.blogspot.com/2009/04/
sosiologi-sastra-sebagai-pendekatan.html (diunduh pada 12 September
2012) mengatakan bahwa ada sejumlah definisi mengenai sosiologi
sastra, antara lain
 1.   sosiologi sastra merupakan pemahaman terhadap karya sastra
      dengan mempertimbangkan aspek kemasyarakatan,
 2.   sosiologi sastra merupakan totalitas karya yang disertai dnegan
      aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya,
 3.   sosiologi sastra merupakan karya sastra yang dilatarbelakangi
      hubungan masyarakat,
 4.   sosiologi sastra dapat didefinisikan sebagai hubungan dua arah
      antara sastra dan masyarakat,
 5.   sosiologi       sastra   diguankan   untuk     menemukan   kualitas
      interdependensi antara masyarakat dan sastra.
      Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi
sastra tidak dapat dilepas dan menumpukan objek yang dibicarakan
pada manusia atau masyarakat.
      Dikutip oleh http://kajiansastra.blogspot.com/2009/04/ sosiologi-
sastra-sebagai-pendekatan.html (diunduh pada 12 September 2012),
Rene Wellek dan Austin Warren mengemukakan bahwa tinjauan
sosiologi sastra terbagi menjadi tiga, antara lain
 1.   sosiologi pengarang, di mana latar belakang pengarang menjadi
      konsentrasi utama dalam pengkajian. Latar belakang pengarang
      tersebut meliputi profesi, institusi, masalah yang pernah dihadapi,
latar belakang sosial dan ekonomi, ideologi atau gagasan yang
                  dianut, dan kegiatan yang kerap dilakukan oleh pengarang.
                  Tinjauan jenis ini dapat dilakukan dengan menjadikan biografi
                  pengarang sebagai sumber utama.
            2.    sosiologi karya sastra, di mana letak permasalahan berada pada
                  permasalahan yang diangkat oleh karya sastra itu sendiri.
                  Sehingga dalam penelaahannya atau kajiannya, peneliti harus
                  mengungkap dan menemukan tujuan yang tersirat maupun
                  tersurat dalam karya sastra tersebut. Tinjauan sosiologi sastra
                  jenis ini dapat dilakukan dengan cara menjadikan dokumen sosial
                  menjadi fenomena sosial. Menurut penyusun seajarah Inggris
                  pertama, Thomas Warton, dokumen sosial dapat dibagi menjadi
                  tiga, yaitu catatan adat istiadat, buku sumber sejarah, dan catatan
                  peradaban.
            3.    pembaca sosiologi sastra dan dampak sosialnya, seperti
                  bagaimana pengaruh karya sastra tersebut dengaan pembacanya
                  dan apakah yang dirasakan pembaca saat karya sastra itu dibaca.
                  Berbagai macam respek dapat diberikan, mulai dari marah,
                  senang, geram, dan lain sebagainya.


2. Cerpen (cerita pendek)
        Cerita pendek atau cerpen merupakan bagian dari prosa, dan prosa
    sendiri termasuk dalam karya sastra. Cerita pendek dapat digolongkan
    sebagai cerita kreatif yang ditulis pendek dengan patokan panjang cerita
    2000 hingga 10000 kata. Menurut panjang-pendeknya cerita, cerpen dibagi
    menjadi empat, yaitu cerita pendek (Short Story), cerita pendek yang pendek
    (Short, Short Story), dan cerita pendek yang sangat pendek (Very Short-
    Short        Story)   serta   cerita   pendek     yang    panjang    (Novelette)
    (http://www.visikata.com/pengertianceritapendek-cerpen/, diunduh pada 15
    September 2012).
        Cerita pendek (Short Story) merupakan cerita yang hanya terdiri 750
    hingga 1000 kata dan biasanya disebut sebagai cerita mini atau cermin.
Sedangkan cerita pendek yang panjang merupakan cerita yang ditulis hingga
10000 kata. Biasanya cerita pendek jenis ini dapat dikembangkan sebagai
novel pendek. Di samping adanya bermacam jenis cerpen menurut panjang-
pendek ceritanya, juga terdapat cerpen yang ideal. Cerpen yang ideal
merupakan cerita pendek yang ditulis dengan 3000 hingga 4000 kata.
Melalui cerpen ini, pengarang menjadikan medium bahasanya mudah
dipahami, sehingga pembacanya hanya membutuhkan waktu kurang dari
satu jam untuk membaca dan memahami isi cerpen (http://www.
visikata.com/pengertian ceritapendek-cerpen/, diunduh pada 15 September
2012).
    Berdasarkan sempurna-tidaknya, cerpen dapat digolongkan menjadi dua
macam yaitu
     1.   cerpen sempurna (Well Made Short-Story), merupakan cerita yang
          ditulis secara fokus pada satu tema dengan satu plot yang sangat
          jelas dan ending atau akhir yang mudah dipahami. Cerpen jenis
          ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami, karena sifatnya
          yang konvensional dan menjadikan suatu fakta sebagai dasar
          ceritanya.
     2.   cerpen tidak sempurna (Slice of Life Short-Story), merupakan
          cerita yang ditulis dengan tema yang tidak fokus dan memencar.
          Oleh pengarang atau penulis, plot atau alur dibuat tidak
          berstruktur dan terkadang dibuat mengambang. Cerpen jenis ini
          sukar dipahami dan diperlukan pembacaan berulang kali. Hal ini
          dikarenakan cerpen ini ditulis dengan gaya kontemporer dan
          bersumber dari ide gagasan pengarang, bukan dari suatu fakta.
Sedangkan berdasarkan jenis masalah yang diangkat dalam cerpen, terdapat
tiga jenis, yaitu cerpen kedaerahan, cerpen nasional, dan cerpen pop
(http://ortipulang.blogspot.com/ 2008/09/definisi-cerpen.html, diunduh pada
15 September 2012).
    Walaupun terdapat berbagai jenis cerpen, masih terdapat persamaan
dari isi atau inti cerita yang diangkat dalam cerpen oleh pengarang, seperti
bercerita tentang manusia atau sesuatu yang dimanusiakan. Selain itu,
cerpen jenis apapun akan menyajikan satu peristiwa lampau atau sekarang,
         atau yang akan datang dengan jumlah tokoh paling banyak tiga orang.
         Cerita pendek juga ditulis dengan kurun waktu peristiwa yang sangat
         terbatas dan diisi dengan dialog dan konflik (http://www.visikata.com/
         pengertianceritapendek -cerpen/, diunduh pada 15 September 2012)
             Dalam penulisannya, cerpen didukung oleh dua unsur yaitu unsur
         intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik terdiri dari tema, amanat, alur
         atau plot, tokoh dan penokohan, latar atau setting, sudut pandang, dan gaya
         bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik dalam cerpen meliputi segala sesuatu
         yang berhubungan dengan pengarang. Seperti biografi, latar belakang
         budaya, moral, dan agama pengarang (http://ortipulang.blogspot.com/
         2008/09/definisi-cerpen.html, diunduh pada 15 September 2012).


3. Air
         Air merupakan salah satu karya sastra milik Ras Siregar, seorang sastrawan
    muda di era tahun 1960. Tahun 1964 tepatnya, cerpen ini sempat diterbitkan dan
    awal 1965 karya ini mulai diedarkan di kalangan masyarakat. Belum sempat
    dinikmati oleh pengarangnya, buku ini telah ludes dibakar. Hal ini dapat
    dibuktikan oleh pernyataan penerbit Pustaka Karya Grafika Utama di kolom
    pengantar (Siregar, 1987: 3) yang mengatakan,”…buku tersebut termasuk yang
    dibakar golongan anti Manifes Kebudayaan. Khususnya di Surabaya. Karena itu,
    praktis tidak beredar.”
         Anti Manifes Kebudayaan sendiri merupakan kelompok sastrawan yang
    bergabung dengan PKI setelah diiming-imingi unsur ekonomis. Anti Manifes
    Kebudayaan sendiri memiliki semboyan yaitu „Seni untuk Rakyat‟. Artinya,
    mereka membuat suatu karya sastra dengan berisikan segala sesuatu yang
    menyangkut rakyat, namun tanpa nilai estetik didalamnya (http://lontar.ui.
    ac.id/file?file=digital/127327-RB01S31m-Manifes%20kebudayaan-Literatur
    .pdf, diunduh pada 15 September 2012).
         Hal ini bertolak belakang pada dasar pikiran sastrawan saat itu, terutama H.
    B. Jassin yang menganut „Humanisme Universal‟. Anti Manifes Kebudayaan
    menganggap semua sastrawan yang menghasilkan karya non-revolusi adalah
sastrawan kontrarevolusioner. Akibatnya, mulailah Anti Manifes Kebudayaan
    membatasi ruang gerak para sastrawan serta tak luput para wartawan
    (http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127327-RB01S31m-Manifes%20
    kebudayaan-Literatur.pdf, diunduh pada 15 September 2012). Tentunya hal ini
    ikut berimbas pada Ras Siregar yang pada saat itu ikut menandatangani
    “Manifes Kebudayaan”.
        Diketahui pula bahwa sekitar 2000 eksemplar buku yang berisi cerita
    pendek Air berhasil lolos dari para Anti Manifes Kebudayaan pada jaman itu.
    Tertulis pada kolom pengantar buku kumpulan cerita pendek Harmoni bahwa
    2000 eksemplar buku berhasil terjual habis di dua toko buku di Surabaya.
    Penerbit Pustaka Karya Grafika Utama juga menyebutkan bahwa toko buku
    yang andil dalam penjualan buku ini adalah Toko Gunung Agung dan Balai
    Budaya (Siregar, 1987: 3).
        Dalam peredarannya, cerita pendek Air dikemas dalam suatu buku
    kumpulan cerpen bersama dengan beberapa judul cerita pendek lainnya. Seperti
    Layang-layang putus talinya, Lewat tengah malam, Amblang           gila Paus
    Harmoni, Berpeluk dengan malam, dan lain sebagainya. Semua cerita pendek
    memiliki satu persamaan, yaitu permasalahan yang diangkat. Oleh Ras, cerpen
    diceritakan sedemikian rupa untuk mendeskripsikan kepada pembacanya
    bagaimana suasana kehidupan di kota Harmoni tersebut.


4. Sinopsis Air
        Air mengisahkan tentang kehidupan di kota Harmoni. Ras menempatkan
    tokoh utama pada tokoh „Aku‟ yang merupakan seorang penulis cerita pendek
    yang bekerja pada suatu „induk semang‟ alias perusahaan. Tokoh „Aku‟ tinggal
    di atas sebuah rumah toko di bilangan Harmoni, tepatnya di deretan toko-toko
    mewah dan kantor-kantor. Tak hanya sendiri, tokoh „Aku‟ tinggal dengan
    keluarga „Rekan‟ yang berjumlah sembilan orang di lain kamar.
        Cerpen ini diawali dengan digambarkannya oleh pengarang bagaimana
    nyamannya seorang yang tinggal di kawasan Harmoni berkaitan dengan air
bersih. Tidak seperti kawasan Kemayoran, Petojo, Menteng, dan Grogol,
    kawasan Harmoni tak pernah luput dari air bersih, tinggal memutar keran saja.
        Dikisahkan pula pada era itu harga sewa air 250 perak, sebesar honorarium
    tokoh „Aku‟ atas sebuah cerita pendek. Keluarga bertambah, keluarga rekan
    memiliki seorang anak dan tokoh „Aku‟ menikah. Jadilah dua belas orang
    tinggal di rumah atas tersebut. Sewa air naik, menjadi 300 perak per bulannya.
    Namun air bersih masih mengalir deras, tidak ada yang dipusingkan.
        Jumlah manusia bertambah, empat belas orang sekarang. Keluarga rekan
    tambah makmur, mereka mengambil dua orang pembantu untuk dipekerjakan.
    Tak hanya pembantu, mereka juga banyak mengundang orang untuk berpesta
    dan menyediakan tempat inap untuk sanak saudaranya. Tokoh „Aku‟ dan istrinya
    tetap santai, selama air bersih masih mengalir.
        Tamu-tamu terus ada, masalah mulai datang menghampiri. Rekening air
    naik menjadi dua ribu delapan ratus rupiah. Tokoh „Aku‟ dan istri terdiam,
    termangu melihat angka itu yang membengkak akibat denda pemakaian air
    berlebihan.
        Air ledeng disegel, keluarga rekan mulai merasakan suatu tanggungan. Pesta
    dan tamu tak sebanyak dulu. Kedua pembantu berhenti bekerja dan banyak
    perabot dijual olehnya. Lalu, mulailah pertengkaran antara kedua keluarga.
    Tokoh „Aku‟ dan istri yang hanya hidup berdua tetap nyaman walau
    menggunakan air belian pikulan seharga 750 perak per bulan dengan 25 perak
    per pikulnya.
        Kini air pikulan naik menjadi 40 perak. Keluarga rekan mulai meradang,
    mencari bahan tengkaran dengan keluargaku. Akhirnya tokoh „Aku‟ mengalah,
    kutemui teman yang bekerja di perusahaan air dan segel rumah pun dibuka. Air
    mengalir kembali. Istri rekan dan istri tokoh „Aku‟ keluar kamar dan berpapasan,
    tersenyum. Rekening air kembali 300 perak perbulan, separuh seorang per
    keluarga.


5. Ras Siregar
        Ras Siregar merupakan salah satu yang ikut penandatanganan “Manifes
    Kebudayaan” di era setelah bergabungnya sastrawan dan kelompok PKI yang
membentuk Lakra. Beliau merupakan sastrawan Indonesia asal Rantauprapat,
Sumatera Utara. Menilik masa lalu, Bung Ras pernah bekerja di Lembaga Ilmu
Bidang Fakultas Kedokteran Hewan (Bogor), Laboratorium Kimia Fakultas
Kedokteran Universitas Hasannuddin Makassar, Laboratorium Talens & Zoom
NV, Laboratorium Pusat Kimia Fanna Jakarta, dan menjabat sebagai Kepala
Bagian Hubungan Masyarakat Bank Pembangunan Indonesia Pusat di Jakarta
(http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2518/Ras-Siregar,    diunduh
pada 12 Sepetember 2012).
    Ras sempat dijuluki sastrawan „ngebut‟ atau penulis sprint oleh rekan
penulisnya. Hal ini dikarenakan Ras terkadang hanya membutuhkan waktu 40
menit untuk menulis sebuah artikel di koran (http://akhirmh.blogspot.com/
2011/04/willem-iskander-dan-lahirnya-tokoh.html, diunduh pada 13 September
2012).
    Beliau memulai karya sastranya pada tahun 1964 dengan kumpulan
cerpennya yaitu Harmoni dan romannya Terima Kasih. Kemudian dilanjutkan
dengan buku Bahasa Indonesia Jurnalistik di tahun 1987 dan novel Di Simpang
Jalan tahun 1988. Tujuh tahun sebelum beliau wafat, tahun 1986, Mari Bermain
Bridge    dirilis   (http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2518/Ras-
Siregar, diunduh pada 12 Sepetember 2012).
BAB III
                       METODELOGI PENELITIAN




1. Jenis Penelitian
       Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif.
  Menurut Nazir (1985: 65 – 68) dikutip http://resources.unpad.ac.id/unpad-content
  /uploads/publikasi_dosen/metode_penelitian_sastra.PDF (diunduh 16 September
  2012) mengatakan bahwa terdapat beberapa jenis metode penelitian deskriptif
  antara lain
        1. metode survei, di mana peneliti perlu menyelidiki karya sastra dan
           sumber lainnya untuk memperoleh fakta dan gejala dalam keterangan
           secara faktual,
        2. metode deskriptif berkesinambungan, di mana peneliti melakukan
           penelitian secara detail pada objek yang ditelitinya. Sehingga dapat
           dihasilkan suatu keterangan atau informasi faktual yang mendetail,
        3. metode studi kasus, biasanya dilakukan peneliti untuk mengetahui status
           subjek penelitian yang berhubungan dengan sesuatu yang spesifik.
           Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga, maupun
           masyarakat. Tujuan diadakan studi kasus ini untuk memberikan
           gambaran mendetail tentang latar belakang, sifat, serta karakter khas
           dasri suatu kasus,
        4. metode studi komparatif, cara ini dapat ditempuh peneliti untuk mencari
           jawaban mendasar sebab akibat dengan menganalisis faktor penyebab
           munculnya suatu fenomena. Metode tersebut dapat ditempuh dengan cara
           ex post facto, yang merupakan pengumpulan data setelah kejadian telah
           selesai.   Namun, faktor penyebab fenomena tersebut terkadang sulit
           sebab jenis penelitian ini tidak mempunyai kontrol.
       Jenis penelitian deskriptif sendiri merupakan suatu metode yang meneliti
  status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, dan suatu sistem
  pemikiran. Tujuan dilakukannya penelitian deskriptif ini guna membuat deskripsi
  dan gambaran secara sistematis. Selain secara sistematis, data atau fakta yang
digunakan harus faktual dan akurat. Dikatakan pula bahwa jenis penelitian
  deskriptif cocok digunakan untuk meneliti tata cara, kegiatan, sikap, pandangan,
  proses, dan pengaruh suatu fenomena dalam suatu masyarakat. Menurut http://
  massofa.wordpress.com/2011/10/19/metode-penelitian-yg-dapat-digunakan-pada-
  penelitian-sastra/ (diunduh pada 16 September 2012) terdapat beberapa ketentuan
  dalam jenis penelitian deskriptif antara lain
        1. secara umum, masalah yang dirumuskan nilai ilmiahnya tidak terlalu
           jelas, tujuan peneliti harus tegas dan tidak terlalu umum, data yang
           digunakan harus fakta terpercaya, standar yang digunakan harus memiliki
           validitas, memiliki deskripsi jelas mengenai tempat dan waktu, dan hasil
           penelitian harus detail,
        2. secara khusus, data yang digunakan dinyatakan dalam nilai, fakta yang
           digunakan mengenai masalah status dan sifat penelitiannya tidak
           memiliki kontrol.


2. Metode Penelitian
      Metode     yang dilakukan       adalah      metode   deskriptif   analisis   dengan
  menggunakan sumber kepustakaan. Lewat metode ini, fakta-fakta dari sumber
  data dideskripsikan kemudian dianalisis. Tidak hanya menguraikan dan
  mendeskripsikan, metode ini juga memberikan pemahaman dan penjelasan
  (http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/
  metode_penelitian_sastra.PDF, diunduh pada 16 September 2012).
      Sumber data juga dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sekunder.
  Sumber data primer yang digunakan peneliti adalah cerita pendek Air karya Ras
  Siregar. Sedangkan sumber data sekunder didapat dari bahan bacaan yang
  berkenaan dengan cerita pendek tersebut.


3. Sumber Data
      Sumber data penelitian ini adalah cerita pendek Air karya Ras Siregar yang
  diterbitkan PT Pustaka Karya Grafika Utama di Jakarta tahun 1987 (cetakan
  kedua). Sumber pendukung didapat peneliti dari sumber bacaan yang berkenaan
  dengan cerita pendek Air karya Ras Siregar ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
      Teknik pengumpulan yang digunakan peneliti adalah teknik deskriptif
  analisis lewat kajian kepustakaan. Penelitian dilakukan dengan menilik langsung
  cerita pendek Air karya Ras Siregar. Berikut langkah kerjanya
        1. membaca, dengan cermat keseluruhan cerita pendek Air karya Ras
          Siregar dibaca,
        2. identifikasi, peneliti hendaknya segera mengidentifikasi masalah sosial
          atau fenomena sosial apa yang diangkat oleh pengarang dalam cerita
          pendek Air karya Ras Siregar. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini
          digunakan tinjauan sosiologi sastra,
        3. mencari data, setelah mengidentifikasi dan menentukan masalah utama,
          peneliti mencari data yang berkaitan dengan cerita pendek Air karya Ras
          Siregar, pengarangnya, serta tinjauan yang akan diaplikasikan,
        4. simpulan, menggabungkan keseluruhan cerita dengan fenomena sosial
          yang diangkat dalam suatu kesimpulan.


5. Teknik Analisis Data
      Teknik analisis data dilakukan peneliti secara bertahap. Berikut penjabaran
  tahapannya
        1. membaca dan merumuskan masalah sosial yang diangkat pengarang
          dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar,
        2. memberikan kurun wilayah atau sejauh mana kajian tersebut dilakukan
          peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi diri pada masalah
          sosial yang diangkat oleh cerita pendek Air karya Ras Siregar,
        3. menelusuri sumber kepustakaan, terutama yang berhubungan dengan
          masalah yang ingin dikaji,
        4. menyimpulkan permasalahan yang diangkat dalam cerita pendek Air
          karya Ras Siregar dan mengkajinya.
BAB IV
                       HASIL DAN PEMBAHASAN



     Penelitian sosiologi sastra dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar dapat
dilakukan dalam beberapa tahap dengan menggunakan teknik deskriptif analisis
lewat kajian kepustakaan. Pada tahap pertama, peneliti membaca dan merumuskan
masalah sosial yang diangkat pengarang dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar.
Dilanjutkan dengan memberikan kurun wilayah atau sejauh mana kajian tersebut
akan diteliti. Setelah membaca, merumuskan, dan memberi kurun wilayah kajian,
peneliti segera menelusuri sumber kepustakaan terutama yang berhubungan dengan
masalah yang ingin dikaji. Terakhir, peneliti akan menyimpulkan permasalahan yang
diangkat dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar dan mengkajinya.
        1. Meneliti dan merumuskan masalah sosial yang diangkat pengarang
           dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar.
                 Pada cerita pendek Air karya Ras Siregar, masalah atau fenomena
           sosial utama yang diangkat adalah masalah air bersih di kawasan ibu kota
           Jakarta, tepatnya di Harmoni.
                 Diceritakan bahwa Harmoni merupakan kawasan elit dengan
           berbagai macam bangunan menjulang menghiasinya. Berikut kutipan
           cerita pendek Air karya Ras Siregar (1987: 28) yang mengatakan
           bahwa,”Harmoni! Di satu deretan toko-toko mewah dan kantor-kantor
           yang menghasilkan banyak. Harmoni!” Dengan kesan sebagai kawasan
           elit, tak heran jasa air ledeng di Harmoni tak pernah bermasalah. Hal ini
           dapat dibuktikan dengan kutipan cerita pendek Air karya Ras Siregar
           (1987: 28) yang mengungkapkan,”Aku rasa, Harmoni ialah satu daerah
           yang surplus air.”
                 Di lain daerah di ibukota Jakarta, berbeda lagi. Masih banyak
           kawasan yang kekurangan air bersih, malah langka. Hal ini disimpulkan
           peneliti dari kutipan cerita pendek Air karya Ras Siregar (1987: 28) yang
           mengungkapkan
Beberapa tahun yang lalu, aku pernah tinggal d
     Daerah Kemayoran. Airnya setetes-setetes. Kalau
     aku mandi lebih dari lima gayung, induk semangku
     akan bermuka masam. Lantas, ketika aku pindah ke
     Petojo, airnya mengucur sebesar kencing monyet.
     Tapi tetap, jika aku mandi lebih dari lima gayung,
     induk semangku akan mengomel panjang. Katanya
     air mahal! Ketika aku tinggal di Grogol hanya mandi
     dengan air sumur. Coklatnya memang tidak secoklat
     Kali Ciliwung. Gerutuan tetap saja sama. Air mahal!
     Maksudnya tentu air minum! Lebih dari itu, mereka
     merasa iri dengan orang yang sudah hidup dengan
     air ledeng. Kecuali daerah elite Menteng dan
     Kebayoran Baru, semua orang menggerutu tentang
     air.

     Tidak hanya kawasan ibukota yang tidak terlewati jasa air ledeng
saja yang disebutkan pada kutipan di atas. Juga dari kutipan tersebut
dapat dilihat bahwa setelah sekitar 20 tahun Indonesia merdeka, di daerah
ibukota Jakarta saja masih banyak orang yang hidup tanpa air ledeng
mengaliri. Tentu ini akan mempengaruhi fenomena dan gejala sosial
yang ditimbulkan.
     Dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar ini juga sempat
diceritakan bagaimana pengaruh air bersih itu sendiri pada kehidupan
masyarakat. Indonesia yang dikelilingi oleh air tidak mampu memberi air
bersih pada rakyatnya, tentu akan menuai pro dan kontra di lingkungan.
Berikut kutipan yang didapat dari cerita pendek Air karya Ras Siregar
(1987: 29)


     Indonesia penuh dengan air. Tapi akhirnya
     diharuskan membeli air dari pemikul-pemikul
     dengan harga tinggi. Ini pun biasa! Seperti harga
     barang naik, mulanya menggerutu, protes kiri dan
     kanan, akhirnya protes ituditelan keprotesan massa.
     Lantas jadi biasa.

     Tak terkecuali, tokoh „Aku‟ dalam cerita pendek Air karya Ras
Siregar juga merasakan dampak kekeringan air, sejak ledeng tempat
tinggalnya disegel. Pertengkaran mulai terdengar di antara istri rekan dan
istri tokoh „Aku‟. Lilitan masalah ekonomi keluarga rekan makin
kencang. Dan pada klimaksnya, harga air pikulan yang digunakan dua
keluarga dalam satu rumah itu naik 15 perak per pikulnya. Berikut
kutipan pendukung pernyataan di atas dari cerita pendek Air karya Ras
Siregar (1987: 34 – 35)


     Sial bagi tamu itu yang datang itu karena sehari
     kemudian ledeng air disegel berhubung peringatan
     untuk ketigakalinya tidak kami indahkan. Dan sejak
     itu, keran air terkunci dan setetes air pun tiada.
     Wastafel di kamarku menguning. Kloset berbau
     yang sangat menusuk dan memualkan. Tahi anak-
     anak dan warna air kencing kuning kemerah-
     merahan.


     Dilanjutkan dengan kutipan yang mendukung pernyataan bahwa
pertengkaran antara istri rekan dan istri tokoh „Aku‟ mulai terdengar

     Ketika aku pulang dari kantor, kudengar isteri rekan
     serumah dan isteriku sedang bertengkar.
     “Kamu, sih, buka air besar-besar!” bentak istri
     rekan.
     “Habis!”
     “Habis apa? Mandi semaunya! Make air
     sesukanya!”
     “Bayarnya sama saja,” balas isteriku kalam.
     “Mentang-mentang suamimu mampu!”
     …
     “Terlalu! Make air semaunya! Kalau sudah distop,
     eh-eh, malah sok tenang!” gerutu isteri rekan dengan
     berani.
     “Kalian yang mandi berapa? Kami kan hanya
     berdua! Tapi, bayaran jumlah kamu semua dan kami
     berdua, yah sama saja! Jadi, yang royal itu, buakn
     kami,” kataku kalam (Siregar, 1987: 35 – 36).
Dilanjutkan dengan kutipan yang mendukung pernyataan bahwa
keadaan semakin parah akibat disegelnya air di rumah toko itu, berikut
kutipan dari cerpen Air karya Ras Siregar (1987: 36 – 37)


     Wastafel itu makin kuning kehijau-hijauan. Kloset
     berbau sengit. Karena sengitnya, tak seorang pun
     berani masuk ke kamar kecil itu. Aku sendiri buang
     air di kantor dan isteriku mengungsi ke rumah
     temannya yang tak jauh dari rumah itu.

     …

     Dari wajah mereka aku dapat menduga bahwa
     mereka kehilangan segala. Kemerdekaan mereka
     terlihat diperkosa dan direnggutkan. Akhirnya
     pertengkaran antara mereka sering terdengar. Juga
     aku dapat kabar dari isteriku, isteriku sesekali
     bertengkar juga dengan isteri rekan.

     Dari kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masalah
layanan jasa seperti air ledeng dapat menjadi pemicu masalah sosial antar
masyarakatnya.    Dalam    cerita   pendek   Air   karya    Ras   Siregar
kebersitegangan tersebut terjadi pada keluarga rekan dan keluarga tokoh
„Aku‟.
     Selain terjadi percikan tengkar di antara kedua keluarga serumah
tersebut, juga ada permasalahan lain yang diangkat Bung Ras dalam
cerita pendeknya Air. Permasalahan lain yang diangkat Bung Ras adalah
masalah terjadinya kesenjangan antara orang berada dan tidak. Hal ini
dapat dilihat saat rekan serumah dan sepekerja tokoh „Aku‟ yang
bertindak seperti ia yang paling tahu dan ia boleh bicara sesukanya
setelah ia menjadi orang berada. Pernyataan tersebut diperkuat dengan
kutipan cerita pendek Air karya Ras Siregar (1987: 31 – 32) yang
mengatakan


     …. Terkadang kami pernah berdebat soal
     penggunaan kaporit dan pemakaiannya. Tapi aku
merasa tidak senang sebab dia sendiri tidak tahu, apa
         dan bagaimana kegunaan kaporit. Dia tak tahu soal
         kaporit tetapi mengajak berdebat soal kaporit. Dan
         dari nada debatnya, aku melihat watak berikutnya. Ia
         kini merasa telah punya segala, berarti ia boleh
         bicara tentang apa saja.

         …

         Sejak itu sikapku kepadanya dingin saja. Aku
         berusaha menghindarkan pertemuan dan percakapan
         dengannya karena pembicaraannya akan lebih
         banyak merupakan percakapan sok kuasa.

         Adanya kutipan di atas memperjelas fenomena sosial yang terjadi
  pada keluarga rekan dan keluarga tokoh „Aku‟ dalam cerita pendek Air
  karya Ras Siregar. Keluarga rekan memperoleh rejeki berlebih lewat
  menyatut dan hidup sejahtera. Mereka sekeluarga bahagia, namun di lain
  pihak sifat mereka berangsur berubah menjadi lebih ego dan sombong.
  Namun roda berputar, kini keluarga itu mulai merasakan berat beban
  tanggungan keluarga. Hal itu dikarenakan pencatutan rekan tokoh „Aku‟
  tidak mendapat komisi lagi.


2. Memberikan kurun wilayah atau sejauh mana kajian tersebut akan
  diteliti.
         Cerita pendek Air karya Ras Siregar berlokasikan pada kawasan
  Harmoni, Jakarta dan berada pada era 1960an. Dari cerita pendek
  tersebut, peneliti membatasi diri dalam pengkajiannya. Hal ini
  dikarenakan banyak yang dapat diteliti lewat cerita pendek tersebut
  mengingat lokasi dan era cerita tersebut. Maka dari itu, peneliti memilih
  hanya membahas masalah sosial atau fenomena sosial apa saja yang
  berada pada cerita pendek tersebut.


3. Menelusuri sumber kepustakaan.
     1. Sejarah kawasan Harmoni
Harmoni merupakan nama salah satu kawasan di ibukota
  yang berasal dari kata Harmonie, yang merupakan nama sebuah
  gedung. Harmoni dulunya merupakan kawasan elit tempat para
  noni atau perempuan Belanda untuk berkumpul dan berpesta.
  Namun kini gedung Harmonie tersebut telah rata dengan tanah
  sejak Maret 1982. Hal ini dilakukan pemerintah demi tata kota
  Jakarta. Kepala UPT Kota Tua Chandrian dikutip http://
  indonesiaindonesia.com/f/68840-legenda-harmoni-jakarta/
  (diunduh pada 17 Maret 2012) mengatakan,”Memang gedung itu
  diratakan oleh pemerintah, dengan alasan untuk perluasan gedung
  secretariat negara, kini jejak gedung itu pun sudah sirna,”
        Disebutkan dalam catatan sejarah, pelopor pendirian gedung
  Harmonie adalah seorang Belanda yaitu Reiner de Klerk pada
  tahun 1776. Kemudian saat Inggris menjajah Indonesia, Gubernur
  Jenderal Herman Williem Daendels memindahkan gedung tersebut.
  Selain memiliki gedung Harmonie, kawasan Harmoni juga
  memiliki hotel papan atas yang setara dengan hotel Raffles di
  Singapura. Namanya Hotel des Indes dengan pemiliki Reiner de
  Klerk dan beroperasi mulai 1856. Namun saat pembanguan 1971,
  hotel tersebut ikut dirata-tanahkan oleh pemerintah demi tata kota
  (http://indonesiaindonesia.com/f/68840-legenda-harmoni-jakarta/
  ,diunduh pada 17 Maret 2012) Berbagai gedung dan fasilitas
  mewah dimiliki kawasan Harmoni turut menguatkan bahwa
  Harmoni merupakan kawasan yang tak pernah „mati‟.
2. Lika-liku peredaran kumpulan cerpen Air karya Ras Siregar
        Harmoni merupakan salah satu karya sastra milik Ras
  Siregar, seorang sastrawan muda di era tahun 1960. Tahun 1964
  tepatnya, kumpulan cerpen ini sempat diterbitkan dan awal 1965
  karya ini mulai diedarkan di kalangan masyarakat. Belum sempat
  dinikmati oleh pengarangnya, buku ini telah ludes dibakar. Hal ini
  dapat dibuktikan oleh pernyataan penerbit Pustaka Kita di kolom
  pengantar (Harmoni, 1987: 3) yang mengatakan,”…buku tersebut
termasuk yang dibakar golongan anti Manifes Kebudayaan.
Khususnya di Surabaya. Karena itu, praktis tidak beredar.”
     Anti Manifes Kebudayaan sendiri merupakan kelompok
sastrawan yang bergabung dengan PKI setelah diiming-imingi
unsur ekonomis. Anti Manifes Kebudayaan sendiri memiliki
semboyan yaitu „Seni untuk Rakyat‟. Artinya, mereka membuat
suatu karya sastra dengan berisikan segala sesuatu yang
menyangkut rakyat, namun tanpa nilai estetik didalamnya
(http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127327-RB01S31m-
Manifes%20kebudayaan-Literatur.pdf, diunduh pada 15 September
2012).
     Hal ini bertolak belakang pada dasar pikiran sastrawan saat
itu, terutama H. B. Jassin yang menganut „Humanisme Universal‟.
Anti Manifes Kebudayaan menganggap semua sastrawan yang
menghasilkan      karya     non-revolusi      adalah      sastrawan
kontrarevolusioner. Akibatnya, mulailah Anti Manifes Kebudayaan
membatasi ruang gerak para sastrawan serta tak luput para
wartawan    (http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127327-RB01S31
m-Manifes%20kebudayaan-Literatur.pdf,        diunduh     pada    15
September 2012). Tentunya hal ini ikut berimbas pada Ras Siregar
yang pada saat itu ikut menandatangani “Manifes Kebudayaan”.
     Perjalanan peredaran buku Harmoni tidak berhenti di sana.
Beruntung bagi Ras Siregar, tidak semua bukunya dibakar habis
oleh Anti Manifes Kebudayaan. Sekitar 2000 eksemplar bukunya
sempat diedarkan dan habis terjual walaupun tidak merata. Berikut
kutipan penerbit Pustaka Kita (Harmoni, 1987: 3)
     Beruntung bagi Bung Ras, honor baginya
     sejumlah 2000 buku yang diedarkannya lewat
     Toko Gunung Agung dan Balai Budaya pada
     akhirnya terjual habis. Cuma, peredarannya
     tidak merata.

     Di dalam buku 135 halaman ini, terdapat beberapa judul
cerpen antara lain Harmoni, Air, Layang-layang putus talinya,
Lewat tengah malam, Hadiah ulang tahun buat istriku, Darah
       tinggi, Di bawah serumpun pohon bambu, Dering lonceng di
       tengah malam, Amblang gila Paus Harmoni, Berpeluk dengan
       malam, dan Pembantu Rumah Tangga. Semua cerpen tersebut
       memiliki satu persamaan, yaitu permasalahan yang diangkat. Oleh
       Ras, cerpen diceritakan sedimikian rupa untuk mendeskripsikan
       kepada pembacanya bagaimana suasana kehidupan di kota
       Harmoni tersebut.


4. Menyimpulkan permasalahan yang diangkat dalam cerita pendek
  Air karya Ras Siregar dan mengkajinya
       Lewat cerita pendek Air, Ras Siregar memaparkan fenomena sosial
  yang sedang berlangsung saat itu. Melalui cerita pendeknya, tokoh „Aku‟
  ditempatkan sebagai tokoh utama. Tokoh „Aku‟ diposisikan untuk
  mewakili keadaan di era 1960an. Lewat tokoh „Aku‟ juga, peneliti dapat
  mengetahui fenomena sosial apa saja yang ingin disampaikan Bung Ras
  kepada pembaca cerita pendeknya.
       Tokoh „Aku‟ memberi gambaran bahwa kawasan tempat
  tinggalnya, Harmoni, merupakan kawasan elit. Sehingga jasa pelayanan
  air ledeng siap sedia. Juga diceritakan bagaimana dampak yang dialami
  tokoh „Aku‟ saat jasa air ledeng tersebut disegel. Selain dampak
  penyegelan jasa air, Ras Siregar juga menyelipkan nilai sosial mengenai
  kesenjangan status sosial di masyarakat. Hal ini disiratkannya lewat
  tindak tanduk keluarga rekan tokoh „Aku‟ sesaat setelah menjadi orang
  berada.
BAB V
                                  PENUTUP



1. Simpulan
      Sosiologi sastra merupakan salah satu teori tinjauan untuk mengkaji suatu
  karya sastra yang menghubungkan kenyataan atau fakta sosial dan permasalahan
  yang diangkat dalam karya sastra tersebut. Dalam pengakajiannya, peneliti hanya
  menaruh perhatian pada aspek fakta atau dokumenter yang disiratkan maupun
  disuratkan oleh pengarang karya sastra.
      Dalam pengkajian cerita pendek Air karya Ras Siregar, dibutuhkan empat
  tahap pengkajian. Pada tahap pertama, peneliti membaca dan merumuskan
  masalah sosial yang diangkat pengarang dalam cerita pendek Air karya Ras
  Siregar. Dilanjutkan dengan memberikan kurun wilayah atau sejauh mana kajian
  tersebut akan diteliti. Setelah membaca, merumuskan, dan memberi kurun
  wilayah kajian, peneliti segera menelusuri sumber kepustakaan terutama yang
  berhubungan dengan masalah yang ingin dikaji. Terakhir, peneliti akan
  menyimpulkan permasalahan yang diangkat dalam cerita pendek Air karya Ras
  Siregar dan mengkajinya.
      Berdasarkan penelitian, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa cerita
  pendek Air karya Ras Siregar menempatkan tokoh „Aku‟ sebagai pencitraan atau
  perwakilan dari era 1960an. Lewat tokoh „Aku‟, Ras Siregar memaparkan
  fenomena sosial yang sedang berlangsung di era itu. Fenomena sosial yang
  ditemukan peneliti dalam cerita pendek ini adalah dampak penyegelan air bersih
  dan timbulnya kesenjangan status sosial berdasarkan harta benda.


2. Saran
      Dari penelitian ini, peneliti dapat menyarankan bahwa dalam melakukan
  pengkajian karya sastra tinjauan sosiologi sastra harus dilandaskan pada
  pemahaman yang kuat. Sehingga bagi pembaca atau peneliti yang tertarik pada
  penelitian sejenis dapat mengaplikasi tinjauan sosiologi sastra dengan lebih
  cermat dan tidak terburu-buru dalam membaca karya sastra. Karena dalam
tinjauan ini diperlukan pemahaman yang dalam akan masalah yang diangkat
penulis.
    Diharapkan hasil penelitian cerita pendek Air karya Ras Siregar dapat
dijadikan suatu yang positif bagi pembacanya, seperti dijadikan pengetahuan.
Nilai-nilai sosial yang tersirat dalam cerita pendek pun sebaiknya juga diserap
pembacanya dan hal positif dari nilai tersebut segera diaplikasikan pada dunia
nyata.
DAFTAR PUSTAKA



A., Wilda Fajaratu Rahmi. 2011. “Kajian Sosiologi Sastra Novel Salah Asuhan
     Karya Abdoel Moeis”. http://orangerango.blog.com/2011/02/07/kajian-
     sosiologi-sastra-novel-salah-asuhan-karya-abdoel-moeis/, diunduh pada 13
     September 2012
Azis, Siti Aida. 2009. “Sosiologi Sastra sebagai Pendekatan Menganalisis Karya
      Sastra”. http://kajiansastra.blogspot.com/2009/04/sosiologi-sastra-sebagai-
      pendekatan.html, diunduh pada 13 September 2012
Gustiani, Herawati Murti. 2012. “Analisis Sosiologi Sastra dalam Naskah Drama
     „Lakon Koran‟ Karya Agung Widodo”. http://www.scribd.com/doc/82014610/
     Makalah-Sosiologi-Sastra-Drama, diunduh pada 13 September 2012
Hastuti, Saktiana Dwi. 2009. “Latar Belakang Lahirnya Manifes Kebudayaan”.
     http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127327-RB01S31m-Manifes%20
     kebudayaan-Literatur.pdf, diunduh pada 15 September 2012
Hudayat, Asep Yusup. 2007. “Metode Penelitian Sastra”. http://resources.unpad
    .ac.id/unpad-content /uploads/publikasi/dosen /metode_penelitian_sastra.PDF,
    diunduh pada 16 September 2012
Jatmiko, Henry Trias Pungguh. 2012. “Analisis Novel Sebelas Patriot melalui
     Pendekatan Sosiologi Sastra”. http://edukasi. kompasiana.com/2012/08/13/
     analisis-novel-sebelas-patriot-melalui-pendekatan-sosiologi-sastra/, diunduh
     pada 13 September 2012
Massofa. 2011. “Metode Penelitian yang dapat Digunakan pada Penelitian Sastra”.
    http:// massofa.wordpress.com/2011/10/19/metode-penelitian-yg-dapat-
    digunakan-pada-penelitian-sastra/, diunduh pada 16 September 2012
Pranoto, Naning. 2009. “Pengertian Cerita Pendek (Cerpen)”. http://www.
     visikata.com/pengertianceritapendek-cerpen/, diunduh pada 15 September
     2012
Pratiwi, Elin. 2012. “Analisis „Der Brief‟ Karya Otto Flake Menggunakan
      Pendekatan Sosiologi Sastra”. http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/22
      /%E2%80%9Canalisis-%E2%80%9Cderbrief%E2%80 %9D-karya-otto-flake-
      menggunakan-pendekatan-sosiologi-sastra%E2 %80%9Doleh-elin-pratiwi/,
      diunduh pada 13 September 2012
Saddhilie, Hassan. 2009. “Pengertian Sastra secara Umum dan Menurut para Ahli”.
     http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-
     dan-menurut-para-ahli/, diunduh pada 12 September 2012
Siregar, Ras. 1987. Air. Jakarta: Pustaka Karya Grafika Utama
tt. “Bermula di Tempat Kongkow Noni Belanda”. http:// indonesiaindonesia.com
      /f/68840-legenda-harmoni-jakarta/, diunduh pada 17 September 2012
tt. “Definisi Cerpen”. http://ortipulang.blogspot.com/%202008/09/definisi-
      cerpen.html, diunduh pada 15 September 2012
tt. “Ras Siregar”. http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/2518, diunduh
      pada 12 September 2012
tt. “Willem Iskander dan Lahirnya Tokoh-tokoh Sastrawan Nasional dari Tapanuli
      Bagian Selatan”. http://akhirmh.blogspot.com/2011/04/willem-iskander-dan-
      lahirnya-tokoh.html, diunduh pada 12 September 2012
tt. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/
       Materi%20Kuliah%20Pengantar%20Kajian%20Sastra%20II,%20%27Pendeka
       tan%20dalam%20Pengkajian%20Sastra%27.ppt, diunduh pada 12 September
       2012
LAMPIRAN



Sinopsis Air
        Air mengisahkan tentang kehidupan di kota Harmoni. Ras menempatkan
    tokoh utama pada tokoh „Aku‟ yang merupakan seorang penulis cerita pendek
    yang bekerja pada suatu „induk semang‟ alias perusahaan. Tokoh „Aku‟ tinggal
    di atas sebuah rumah toko di bilangan Harmoni, tepatnya di deretan toko-toko
    mewah dan kantor-kantor. Tak hanya sendiri, tokoh „Aku‟ tinggal dengan
    keluarga „Rekan‟ yang berjumlah sembilan orang di lain kamar.
        Cerpen ini diawali dengan digambarkannya oleh pengarang bagaimana
    nyamannya seorang yang tinggal di kawasan Harmoni berkaitan dengan air
    bersih. Tidak seperti kawasan Kemayoran, Petojo, Menteng, dan Grogol,
    kawasan Harmoni tak pernah luput dari air bersih, tinggal memutar keran saja.
        Dikisahkan pula pada era itu harga sewa air 250 perak, sebesar honorarium
    tokoh „Aku‟ atas sebuah cerita pendek. Keluarga bertambah, keluarga rekan
    memiliki seorang anak dan tokoh „Aku‟ menikah. Jadilah dua belas orang
    tinggal di rumah atas tersebut. Sewa air naik, menjadi 300 perak per bulannya.
    Namun air bersih masih mengalir deras, tidak ada yang dipusingkan.
        Jumlah manusia bertambah, empat belas orang sekarang. Keluarga rekan
    tambah makmur, mereka mengambil dua orang pembantu untuk dipekerjakan.
    Tak hanya pembantu, mereka juga banyak mengundang orang untuk berpesta
    dan menyediakan tempat inap untuk sanak saudaranya. Tokoh „Aku‟ dan istrinya
    tetap santai, selama air bersih masih mengalir.
        Tamu-tamu terus ada, masalah mulai datang menghampiri. Rekening air
    naik menjadi dua ribu delapan ratus rupiah. Tokoh „Aku‟ dan istri terdiam,
    termangu melihat angka itu yang membengkak akibat denda pemakaian air
    berlebihan.
        Air ledeng disegel, keluarga rekan mulai merasakan suatu tanggungan. Pesta
    dan tamu tak sebanyak dulu. Kedua pembantu berhenti bekerja dan banyak
    perabot dijual olehnya. Lalu, mulailah pertengkaran antara kedua keluarga.
    Tokoh „Aku‟ dan istri yang hanya hidup berdua tetap nyaman walau
menggunakan air belian pikulan seharga 750 perak per bulan dengan 25 perak
per pikulnya.
    Kini air pikulan naik menjadi 40 perak. Keluarga rekan mulai meradang,
mencari bahan tengkaran dengan keluargaku. Akhirnya tokoh „Aku‟ mengalah,
kutemui teman yang bekerja di perusahaan air dan segel rumah pun dibuka. Air
mengalir kembali. Istri rekan dan istri tokoh „Aku‟ keluar kamar dan berpapasan,
tersenyum. Rekening air kembali 300 perak perbulan, separuh seorang per
keluarga.

More Related Content

What's hot

النكرة والمعرفة
النكرة والمعرفةالنكرة والمعرفة
النكرة والمعرفةaidhafitriyanti
 
KRITIK SASTRA.pptx
KRITIK SASTRA.pptxKRITIK SASTRA.pptx
KRITIK SASTRA.pptxAbiAziz3
 
Aliran Asyariyah (Aswaja), Mata kuliah Tauhid Ilmu kalam
Aliran Asyariyah (Aswaja), Mata kuliah Tauhid Ilmu kalam Aliran Asyariyah (Aswaja), Mata kuliah Tauhid Ilmu kalam
Aliran Asyariyah (Aswaja), Mata kuliah Tauhid Ilmu kalam annisa berliana
 
Periodisasi sastra (Angkatan 80, Angkatan Reformasi dan Angkatan 2000)
Periodisasi sastra (Angkatan 80, Angkatan Reformasi dan Angkatan 2000)Periodisasi sastra (Angkatan 80, Angkatan Reformasi dan Angkatan 2000)
Periodisasi sastra (Angkatan 80, Angkatan Reformasi dan Angkatan 2000)Fadia Rizqi
 
Gaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik laguGaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik laguDeny Pranata
 
Contoh rubrik penilaian psikomotorik
Contoh rubrik penilaian psikomotorikContoh rubrik penilaian psikomotorik
Contoh rubrik penilaian psikomotorikMuhammad Idris
 
Presentasi Sidang Skripsi - Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Presentasi Sidang Skripsi - Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaPresentasi Sidang Skripsi - Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Presentasi Sidang Skripsi - Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaMARWI ANDARI
 
Bahasa Indonesia - Pengertian Novel
Bahasa Indonesia - Pengertian Novel Bahasa Indonesia - Pengertian Novel
Bahasa Indonesia - Pengertian Novel hanakamilah4
 
Makalah sosiologi sastra
Makalah sosiologi sastraMakalah sosiologi sastra
Makalah sosiologi sastrarentalaka
 

What's hot (20)

النكرة والمعرفة
النكرة والمعرفةالنكرة والمعرفة
النكرة والمعرفة
 
Pengertian dan Jenis Frasa
Pengertian dan Jenis FrasaPengertian dan Jenis Frasa
Pengertian dan Jenis Frasa
 
KRITIK SASTRA.pptx
KRITIK SASTRA.pptxKRITIK SASTRA.pptx
KRITIK SASTRA.pptx
 
Aliran Asyariyah (Aswaja), Mata kuliah Tauhid Ilmu kalam
Aliran Asyariyah (Aswaja), Mata kuliah Tauhid Ilmu kalam Aliran Asyariyah (Aswaja), Mata kuliah Tauhid Ilmu kalam
Aliran Asyariyah (Aswaja), Mata kuliah Tauhid Ilmu kalam
 
Madrasah ad diwan
Madrasah ad diwanMadrasah ad diwan
Madrasah ad diwan
 
Sintaksis
SintaksisSintaksis
Sintaksis
 
Periodisasi sastra (Angkatan 80, Angkatan Reformasi dan Angkatan 2000)
Periodisasi sastra (Angkatan 80, Angkatan Reformasi dan Angkatan 2000)Periodisasi sastra (Angkatan 80, Angkatan Reformasi dan Angkatan 2000)
Periodisasi sastra (Angkatan 80, Angkatan Reformasi dan Angkatan 2000)
 
Gaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik laguGaya bahasa dalam lirik lagu
Gaya bahasa dalam lirik lagu
 
Makalah semantik
Makalah semantikMakalah semantik
Makalah semantik
 
Materi teori sastra
Materi teori sastraMateri teori sastra
Materi teori sastra
 
Contoh rubrik penilaian psikomotorik
Contoh rubrik penilaian psikomotorikContoh rubrik penilaian psikomotorik
Contoh rubrik penilaian psikomotorik
 
Presentasi Sidang Skripsi - Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Presentasi Sidang Skripsi - Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaPresentasi Sidang Skripsi - Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Presentasi Sidang Skripsi - Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
 
Kohesi gramatikal 2
Kohesi gramatikal 2Kohesi gramatikal 2
Kohesi gramatikal 2
 
Bahasa powerpoint
Bahasa powerpointBahasa powerpoint
Bahasa powerpoint
 
Ppt sejarah sastra
Ppt sejarah sastraPpt sejarah sastra
Ppt sejarah sastra
 
Kritik satra
Kritik satraKritik satra
Kritik satra
 
Bahasa Indonesia - Pengertian Novel
Bahasa Indonesia - Pengertian Novel Bahasa Indonesia - Pengertian Novel
Bahasa Indonesia - Pengertian Novel
 
Periodisasi sejarah sastra indonesia
Periodisasi sejarah sastra indonesiaPeriodisasi sejarah sastra indonesia
Periodisasi sejarah sastra indonesia
 
Puisi Kontemporer.ppt
Puisi Kontemporer.pptPuisi Kontemporer.ppt
Puisi Kontemporer.ppt
 
Makalah sosiologi sastra
Makalah sosiologi sastraMakalah sosiologi sastra
Makalah sosiologi sastra
 

Viewers also liked

4 cerpen dan resensi
4 cerpen dan resensi4 cerpen dan resensi
4 cerpen dan resensibuwarnisutopo
 
Resensi Cerpen Bahasa Indonesia
Resensi Cerpen Bahasa IndonesiaResensi Cerpen Bahasa Indonesia
Resensi Cerpen Bahasa IndonesiaIsti Tibah Atiroh
 
Analisis novel pdktn mimesis
Analisis novel pdktn mimesisAnalisis novel pdktn mimesis
Analisis novel pdktn mimesisSri Rejeki Manalu
 
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1ErFani RetNo
 
Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Refrein di Sudut Dam Karya D. Zawawi Imron
Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Refrein di Sudut Dam Karya D. Zawawi ImronKritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Refrein di Sudut Dam Karya D. Zawawi Imron
Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Refrein di Sudut Dam Karya D. Zawawi ImronDEPDIKNASBUD
 
Bagian tumbuhan dan fungsinya
Bagian tumbuhan dan fungsinyaBagian tumbuhan dan fungsinya
Bagian tumbuhan dan fungsinyabettytp
 
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADUKAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADUMomee Rain
 

Viewers also liked (11)

4 cerpen dan resensi
4 cerpen dan resensi4 cerpen dan resensi
4 cerpen dan resensi
 
Resensi Cerpen Bahasa Indonesia
Resensi Cerpen Bahasa IndonesiaResensi Cerpen Bahasa Indonesia
Resensi Cerpen Bahasa Indonesia
 
Teori mimetik 1
Teori mimetik 1Teori mimetik 1
Teori mimetik 1
 
Analisis novel pdktn mimesis
Analisis novel pdktn mimesisAnalisis novel pdktn mimesis
Analisis novel pdktn mimesis
 
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
 
Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Refrein di Sudut Dam Karya D. Zawawi Imron
Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Refrein di Sudut Dam Karya D. Zawawi ImronKritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Refrein di Sudut Dam Karya D. Zawawi Imron
Kritik Sosial dalam Kumpulan Puisi Refrein di Sudut Dam Karya D. Zawawi Imron
 
Cerita rakyat daerah muna
Cerita rakyat daerah munaCerita rakyat daerah muna
Cerita rakyat daerah muna
 
Sosiologi sastra
Sosiologi sastraSosiologi sastra
Sosiologi sastra
 
Bagian tumbuhan dan fungsinya
Bagian tumbuhan dan fungsinyaBagian tumbuhan dan fungsinya
Bagian tumbuhan dan fungsinya
 
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADUKAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
KAJIAN NOVEL TANGISAN BULAN MADU
 
RPP Bahasa Indonesia Lingkungan
RPP Bahasa Indonesia LingkunganRPP Bahasa Indonesia Lingkungan
RPP Bahasa Indonesia Lingkungan
 

Similar to PERMASALAHAN SOSIAL

Analisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang JepunAnalisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang JepunChurifiani Eva
 
KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU KARYA YAB SARPOTE: ANALISIS WACANA KRITIS VAN ...
KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU KARYA YAB SARPOTE: ANALISIS WACANA KRITIS VAN ...KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU KARYA YAB SARPOTE: ANALISIS WACANA KRITIS VAN ...
KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU KARYA YAB SARPOTE: ANALISIS WACANA KRITIS VAN ...Ira Florencia
 
ppt_kelompok3_teorisastra_A.pptx
ppt_kelompok3_teorisastra_A.pptxppt_kelompok3_teorisastra_A.pptx
ppt_kelompok3_teorisastra_A.pptxLilaOktavia
 
Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..Arwifach Reza
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarahwifauzi
 
Male Feminis dan Kontra Male Feminis dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk...
Male Feminis dan Kontra Male Feminis dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk...Male Feminis dan Kontra Male Feminis dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk...
Male Feminis dan Kontra Male Feminis dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk...DEPDIKNASBUD
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarahWildan Insan Fauzi
 
Kritik sastra prosa(rev 01)
Kritik sastra prosa(rev 01)Kritik sastra prosa(rev 01)
Kritik sastra prosa(rev 01)Nuril anwar
 
03-BUKU AJAR ISBD 2013.pdf
03-BUKU AJAR ISBD 2013.pdf03-BUKU AJAR ISBD 2013.pdf
03-BUKU AJAR ISBD 2013.pdflabPK
 
Apresiasi puisi kontemporer jurnal
Apresiasi puisi kontemporer jurnalApresiasi puisi kontemporer jurnal
Apresiasi puisi kontemporer jurnalbuwarnisutopo
 
Filsafat Sejarah.pdf
Filsafat Sejarah.pdfFilsafat Sejarah.pdf
Filsafat Sejarah.pdfmarzon3
 
Analisis stilistika cerpen celoteh sepatu karya
Analisis stilistika cerpen celoteh sepatu karyaAnalisis stilistika cerpen celoteh sepatu karya
Analisis stilistika cerpen celoteh sepatu karyamurhqahmohdneng
 

Similar to PERMASALAHAN SOSIAL (20)

Analisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang JepunAnalisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang Jepun
 
KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU KARYA YAB SARPOTE: ANALISIS WACANA KRITIS VAN ...
KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU KARYA YAB SARPOTE: ANALISIS WACANA KRITIS VAN ...KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU KARYA YAB SARPOTE: ANALISIS WACANA KRITIS VAN ...
KRITIK SOSIAL DALAM LIRIK LAGU KARYA YAB SARPOTE: ANALISIS WACANA KRITIS VAN ...
 
Makalah dorlima manik
Makalah dorlima manikMakalah dorlima manik
Makalah dorlima manik
 
ppt_kelompok3_teorisastra_A.pptx
ppt_kelompok3_teorisastra_A.pptxppt_kelompok3_teorisastra_A.pptx
ppt_kelompok3_teorisastra_A.pptx
 
A310060126
A310060126A310060126
A310060126
 
Kritik sastra
Kritik sastraKritik sastra
Kritik sastra
 
Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..
 
Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..Tugas kajian cerita anak..
Tugas kajian cerita anak..
 
Kritik sastra
Kritik sastraKritik sastra
Kritik sastra
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
 
Male Feminis dan Kontra Male Feminis dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk...
Male Feminis dan Kontra Male Feminis dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk...Male Feminis dan Kontra Male Feminis dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk...
Male Feminis dan Kontra Male Feminis dalam Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk...
 
SOSIOSASTRA.ppt
SOSIOSASTRA.pptSOSIOSASTRA.ppt
SOSIOSASTRA.ppt
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
 
Karya ilmiah populer (1)
Karya ilmiah populer (1)Karya ilmiah populer (1)
Karya ilmiah populer (1)
 
Kritik sastra prosa(rev 01)
Kritik sastra prosa(rev 01)Kritik sastra prosa(rev 01)
Kritik sastra prosa(rev 01)
 
03-BUKU AJAR ISBD 2013.pdf
03-BUKU AJAR ISBD 2013.pdf03-BUKU AJAR ISBD 2013.pdf
03-BUKU AJAR ISBD 2013.pdf
 
Apresiasi puisi kontemporer jurnal
Apresiasi puisi kontemporer jurnalApresiasi puisi kontemporer jurnal
Apresiasi puisi kontemporer jurnal
 
Filsafat Sejarah.pdf
Filsafat Sejarah.pdfFilsafat Sejarah.pdf
Filsafat Sejarah.pdf
 
Analisis stilistika cerpen celoteh sepatu karya
Analisis stilistika cerpen celoteh sepatu karyaAnalisis stilistika cerpen celoteh sepatu karya
Analisis stilistika cerpen celoteh sepatu karya
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 

More from Vanny Andriani Huang

English Speaking Project Tour Guide to West Borneo - Example
English Speaking Project Tour Guide to West Borneo - ExampleEnglish Speaking Project Tour Guide to West Borneo - Example
English Speaking Project Tour Guide to West Borneo - ExampleVanny Andriani Huang
 
Dialog Antar Umat Beragama-Buddha ppt
Dialog Antar Umat Beragama-Buddha pptDialog Antar Umat Beragama-Buddha ppt
Dialog Antar Umat Beragama-Buddha pptVanny Andriani Huang
 
Biogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic Waste ppt
Biogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic Waste pptBiogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic Waste ppt
Biogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic Waste pptVanny Andriani Huang
 
Biogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic Waste
Biogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic WasteBiogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic Waste
Biogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic WasteVanny Andriani Huang
 
Halogen- Fluorin Klorin Bromin Iodin Astatin ppt
Halogen- Fluorin Klorin Bromin Iodin Astatin pptHalogen- Fluorin Klorin Bromin Iodin Astatin ppt
Halogen- Fluorin Klorin Bromin Iodin Astatin pptVanny Andriani Huang
 
Halogen-Fluorin Klorin Bromin Iodin dan Astatin
Halogen-Fluorin Klorin Bromin Iodin dan AstatinHalogen-Fluorin Klorin Bromin Iodin dan Astatin
Halogen-Fluorin Klorin Bromin Iodin dan AstatinVanny Andriani Huang
 
Memperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis
Memperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan HarmonisMemperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis
Memperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan HarmonisVanny Andriani Huang
 
Memperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis ppt
Memperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis pptMemperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis ppt
Memperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis pptVanny Andriani Huang
 
G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa
G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi BangsaG30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa
G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi BangsaVanny Andriani Huang
 
Pengaruh Faktor Eksternal Jenis Air dan Massa Tanah terhadap Pertumbuhan Kaca...
Pengaruh Faktor Eksternal Jenis Air dan Massa Tanah terhadap Pertumbuhan Kaca...Pengaruh Faktor Eksternal Jenis Air dan Massa Tanah terhadap Pertumbuhan Kaca...
Pengaruh Faktor Eksternal Jenis Air dan Massa Tanah terhadap Pertumbuhan Kaca...Vanny Andriani Huang
 
Pengaruh Bahan Penyedap Sodium Glutamat terhadap Emosi Murid SMA Xaverius 1 P...
Pengaruh Bahan Penyedap Sodium Glutamat terhadap Emosi Murid SMA Xaverius 1 P...Pengaruh Bahan Penyedap Sodium Glutamat terhadap Emosi Murid SMA Xaverius 1 P...
Pengaruh Bahan Penyedap Sodium Glutamat terhadap Emosi Murid SMA Xaverius 1 P...Vanny Andriani Huang
 
Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaver...
Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaver...Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaver...
Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaver...Vanny Andriani Huang
 
Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...
Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...
Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...Vanny Andriani Huang
 

More from Vanny Andriani Huang (20)

Real Subjunctive
Real SubjunctiveReal Subjunctive
Real Subjunctive
 
Panggilan hidup berkeluarga
Panggilan hidup berkeluargaPanggilan hidup berkeluarga
Panggilan hidup berkeluarga
 
English Speaking Project Tour Guide to West Borneo - Example
English Speaking Project Tour Guide to West Borneo - ExampleEnglish Speaking Project Tour Guide to West Borneo - Example
English Speaking Project Tour Guide to West Borneo - Example
 
Dialog Antar Umat Beragama-Buddha ppt
Dialog Antar Umat Beragama-Buddha pptDialog Antar Umat Beragama-Buddha ppt
Dialog Antar Umat Beragama-Buddha ppt
 
Biogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic Waste ppt
Biogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic Waste pptBiogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic Waste ppt
Biogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic Waste ppt
 
Biogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic Waste
Biogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic WasteBiogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic Waste
Biogeochemical Cycle, Pollution, and Recycling of Organic Waste
 
Kimia: Bahan Pangan
Kimia: Bahan PanganKimia: Bahan Pangan
Kimia: Bahan Pangan
 
Dialog Antar Umat Beragama-Buddha
Dialog Antar Umat Beragama-BuddhaDialog Antar Umat Beragama-Buddha
Dialog Antar Umat Beragama-Buddha
 
Halogen- Fluorin Klorin Bromin Iodin Astatin ppt
Halogen- Fluorin Klorin Bromin Iodin Astatin pptHalogen- Fluorin Klorin Bromin Iodin Astatin ppt
Halogen- Fluorin Klorin Bromin Iodin Astatin ppt
 
Halogen-Fluorin Klorin Bromin Iodin dan Astatin
Halogen-Fluorin Klorin Bromin Iodin dan AstatinHalogen-Fluorin Klorin Bromin Iodin dan Astatin
Halogen-Fluorin Klorin Bromin Iodin dan Astatin
 
Memperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis
Memperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan HarmonisMemperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis
Memperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis
 
Memperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis ppt
Memperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis pptMemperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis ppt
Memperjuangkan Lingkungan Hidup yang Indah dan Harmonis ppt
 
Mata
MataMata
Mata
 
Sejarah
SejarahSejarah
Sejarah
 
G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa
G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi BangsaG30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa
G30 S PKI dan Supersemar serta Disintegrasi Bangsa
 
The Invention of Hugo Cabret
The Invention of Hugo CabretThe Invention of Hugo Cabret
The Invention of Hugo Cabret
 
Pengaruh Faktor Eksternal Jenis Air dan Massa Tanah terhadap Pertumbuhan Kaca...
Pengaruh Faktor Eksternal Jenis Air dan Massa Tanah terhadap Pertumbuhan Kaca...Pengaruh Faktor Eksternal Jenis Air dan Massa Tanah terhadap Pertumbuhan Kaca...
Pengaruh Faktor Eksternal Jenis Air dan Massa Tanah terhadap Pertumbuhan Kaca...
 
Pengaruh Bahan Penyedap Sodium Glutamat terhadap Emosi Murid SMA Xaverius 1 P...
Pengaruh Bahan Penyedap Sodium Glutamat terhadap Emosi Murid SMA Xaverius 1 P...Pengaruh Bahan Penyedap Sodium Glutamat terhadap Emosi Murid SMA Xaverius 1 P...
Pengaruh Bahan Penyedap Sodium Glutamat terhadap Emosi Murid SMA Xaverius 1 P...
 
Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaver...
Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaver...Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaver...
Pengaruh Bahan Penyedap Monosodium Glutamat terhadap Emosi Murid di SMA Xaver...
 
Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...
Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...
Analisis Kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berdasarkan Berita dan Taj...
 

Recently uploaded

Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 

Recently uploaded (20)

Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 

PERMASALAHAN SOSIAL

  • 1. PERMASALAHAN SOSIAL DALAM CERPEN AIR KARYA RAS SIREGAR (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) Kajian Karya Sastra Guru Pengampu: Helena Wulandari, S. S. Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia Mid Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/ 2013 Disusun oleh: Vanny Andriani XII IPA 7 32 Jalan Bangau No. 60/ 1258 SMA Xaverius 1 Palembang Yayasan Xaverius Palembang Tahun Ajaran 2012/ 2012
  • 2. PENGANTAR Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan kajian karya sastra ini dengan baik. Peneliti juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Helena Wulandari karena telah membimbing peneliti hingga selesainya kajian karya satra ini. Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada orangtua dan teman-teman yang telah mendukung peneliti dalam penulisan kajian karya sastra ini. Dalam kajian karya sastra sederhana ini, peneliti mengkaji permasalahan sosial apa saja yang dibahas dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar. Hal ini dilakukan karena peneliti tertarik dengan permasalahan yang diangkat oleh Bung Ras. Dalam pengkajiannya, peneliti memanfaatkan dan mengaplikasikan tinjauan sosiologi sastra sebagai pedoman dan panduan pengkajian. Dengan adanya kajian karya sastra ini, peneliti berharap agar kajian karya sastra ini bermanfaat bagi para pembaca agar dapat menjadi bahan referensi, memperluas pengetahuan, dan menambah informasi serta bagi peneliti sendiri agar dapat mengembangkan kemampuan menulis dengan baik dan menjawab rasa ingin tahu peneliti atas permasalahan sosial yang diangkat. Demi terwujudnya kajian karya sastra yang lebih baik di masa mendatang, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Peneliti mohon maaf apabila ada kesalahan. Sekian. Palembang, September 2012 Peneliti
  • 3. ABSTRAK Andriani, Vanny. 2012. “Permasalahan Sosial dalam Cerpen Air Karya Ras Siregar (Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Palembang: SMA Xaverius 1 Karya sastra dapat dikatakan sebagai media penyalur penyampaian suatu gambaran kehidupan sebagai fakta sosial. Diperlukan teori tinjauan atau pendekatan untuk menganalisisnya. Dari sekian banyak macamnya, teori pendekatan yang paling cocok untuk cerita pendek Air karya Ras Siregar adalah tinjauan sosiologi sastra. Kajian jenis ini akan lebih menekankan pada hal-hal yang bersifat sosial kemasyarakatan yang diangkat oleh masyarakat. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul “Permasalahan Sosial dalam Cerpen Air karya Ras Siregar (Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Pada kajian karya sastra ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif analisis dengan menggunakan sumber kepustakaan. Tidak hanya menguraikan dan mendeskripsikan, metode ini juga memberikan pemahaman dan penjelasan. Sumber data yang digunakan ada dua, primer dan sekunder. Data primer diambil dari teks cerita pendek Air karya Ras Siregar. Sedangkan data sekunder diambil dari sumber bacaan yang berkenaan dengan cerita pendek tersebut. Berdasarkan penelitian terhadap cerita pendek Air karya Ras Siregar, didapatkan bahwa dalam ceritanya fenomena sosial yang diangkat oleh Bung Ras adalah dampak penyegelan air ledeng bagi masyarakat, tepatnya kedua keluarga serumah tersebut. Di samping itu, beliau juga sedikit mengangkat kisah kesenjangan status sosial di dalam cerita pendeknya tersebut. Kata kunci: Karya Sastra, Cerpen
  • 4. DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ i PENGANTAR ................................................................................................ ii ABSTRAK ...................................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv BAB I PEMBUKAAN 1. Latar Belakang ..................................................................................... 1 2. Rumusan Masalah ................................................................................ 3 3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4 BAB II KAJIAN TEORI 1. Kajian Penelitian yang Relevan .......................................................... 6 2. Kajian Teori .......................................................................................... 9 3. Harmoni ................................................................................................ 13 4. Sinopsis Air ........................................................................................... 14 5. Ras Siregar ............................................................................................ 15 BAB III METODELOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian .................................................................................... 17 2. Motode Penelitian................................................................................ 18 3. Sumber Data ........................................................................................ 18 4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 19 5. Teknik Analisis Data ........................................................................... 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 20 BAB V PENUTUP 1. Simpulan ............................................................................................. 28 2. Saran ................................................................................................... 28 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30 LAMPIRAN ................................................................................................... 32 TENTANG PENELITI.................................................................................. 34
  • 5. BAB I PEMBUKAAN 1. Latar Belakang Karya sastra dapat didefinisikan sebagai media atau saran untuk menyampaikan suatu gambaran kehidupan sebagai fakta sosial. Menurut etimologisnya, kata „Sastra‟ berasal dari bahasa Sanskerta yaitu „Shastra‟ yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman. Menurut Plato, sastra merupakan hasil peniruan dari kenyataan (fakta) dan merupakan pengaktualisasi alam semesta menjadi fakta. Pendapat senada juga diungkapkan oleh seorang budayawan dan sastrawan Indonesia, Mursal Esten. Ia mengungkapkan bahwa sastra atau kesusastraan dapat diartikan sebagai pengungkapan fakta artistik dan imajinatif. Faktra tersebut dapat dijadikan manifestasi kehidupan bermasyarakat melalui medium bahasa. Dengan dibuatnya karya sastra, diharapkan berefek positif terhadap kehidupan manusia (http://asemmanis.wordpress.com /2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-dan-menurut-para-ahli/, diunduh pada 12 September 2012). Diperlukan pendekatan tertentu untuk mengkaji karya sastra. Banyaknya ragam sastra yang berkembang secara dinamis dan terdapatnya kesulitan memahami gejala sastra memicu ditemukannya beberapa pendekatan. Beberapa pendekatan tersebut antara lain pendekatan mimetik, ekspresif, pragmatik, objektif, struktural, semiotik, sosiologi sastra, resepsi sastra, psikologi sastra, moral, dan feminisme. Beberapa teori pendekatan ini dapat dijadikan patokan atau tolak ukur pengkaji dalam mengkaji karya sastranya. Setiap jenis pendekatan memiliki satu fungsi khusus dan berbeda-beda dengan jenis pendekatan yang lain. Sebut saja pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang mengacu dan menghubungkan aspek karya sastra dengan aspek kehidupan bermasyarakat (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Materi%20Kuliah%20 Pengantar%20Kajian%20Sastra%20II,%20%27Pendekatan%20dalam%20Pengka jian%20Sastra%27.ppt, diunduh pada 12 September 2012).
  • 6. Sosiologi sastra merupakan pendekatan karya sastra yang menghubungkan aspek masyarakat dengan karya sastra yang akan dikaji. Pendekatan ini lebih menekankan pada hal-hal yang bersifat sosial kemasyarakatan yang diangkat pengarang sebagai penjelas fenomena sosial. Menurut Rene Wellek dan Austin Werren, terdapat tiga macam pendekatan sosiologi sastra. Pertama, sosiologi pengarang yang mempermasalahkan segala sesuatu yang menyakut pengarang seperti status sosial dan ideologi yang dianut pengarang. Dalam kajian jenis ini, latar sosial pengaranglah yang akan dipergunakan untuk mengkaji karya sastra. Kedua, sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan hal-hal yang tersembunyi atau tersirat dan tujuan karya sastra itu dibuat. Terakhir, sosiologi antara pembaca dan pengaruh sosialnya. Pendekatan jenis ini akan menilai seberapa jauh karya sastra itu berpengaruh pada pembacanya dan seberapa jauh pembacanya terpengaruh oleh karya sastra tersebut (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ Materi%20Kuliah%20Pengantar%20Kajian%20Sastra%20II,%20%27Pendekatan %20dalam%20Pengkajian%20Sastra%27.ppt, diunduh pada 12 September 2012). Dari penjelasan mengenai pendekatan sosiologi sastra di atas, jenis pendekatan yang relevan dan sederhana untuk digunakan sebagai pedoman pengkajian adalah sosiologi sastra mengenai karya sastra. Di sana, diperlukan ketelitian dalam menemukan dan memahami permasalahan atau topik utama yang di angkat oleh pengarang. Pemahaman permasalahan atau topik utama akan membantu pengkaji dalam menentukan tujuan pengarang dalam membuat karya sastra tersebut. Air merupakan salah satu cerpen karya Ras Siregar. Beliau merupakan sastrawan Indonesia asal Rantauprapat, Sumatera Utara. Sebelum menjadi seorang sastrawan, beliau sempat duduk sebagai Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Bank Pembangunan Indonesia Pusat. Karyanya dimulai pada tahun 1964 dengan kumpulan cerpennya, Harmoni dan romannya Terima Kasih. Kumpulan cerpen Harmoni mengisahkan tentang perjalanan hidup tinggal di daerah Harmoni, Jakarta di era 1960an. Mulai dari lika-liku perumahtanggaan, kesulitan ekonomi, hingga masalah sosial yang timbul. Kemudian dilanjutkan dengan buku Bahasa Indonesia Jurnalistrik di tahun 1987 dan novel Di Simpang Jalan pada tahun 1988. Tujuh tahun sebelum beliau wafat, tahun 1986, Mari Bermain Bridge dirilis
  • 7. (http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2518/Ras-Siregar, diunduh pada 12 Sepetember 2012). Alasan peneliti tertarik mengkaji cerita pendek Air karya Ras Siregar ini dikarenakan terdapat keistimewaan tersendiri pada topik bahasan atau masalah utama yang diangkat. Lewat buku cetakan 1964 itu, beliau memaparkan dan menggambarkan bagaimana suasana dan kondisi Indonesia setelah di sekitar 20 tahun merdeka berlatar setting hidup keseharian keluarga. Alasan kedua yang mendasari pemilihan cerita pendek ini adalah adanya julukan sastrawan „ngebut‟ atau penulis sprint oleh seorang teman Ras. Hal ini dikarenakan beliau terkadang hanya membutuhkan waktu 40 menit untuk menulis sebuah artikel di koran (http://akhirmh.blogspot.com/2011/04/willem-iskander-dan-lahirnya-tokoh.html, diunduh pada 13 September 2012). Alasan berikutnya yang turut mendasari pemilihan cerita pendek ini adalah kumpulan cerita pendek Harmoni ini sempat menjadi bagian konflik budaya di era 1960an (http://aramdhon.staff.uns.ac.id/, diunduh pada 13 September 2012). Dengan ikut andilnya cerita pendek Air karya Ras Siregar yang dikemas dalam kumpulan cerita pendek Harmoni, tersulutlah rasa ingin tahu peneliti tentang isi cerita tersebut dan ingin mengkajinya lewat tinjauan sosiologi sastra. Penjabaran latar belakang di atas mendasari peneliti untuk memunculkan judul kajian “Permasalahan Sosial dalam Cerpen Air Karya Ras Siregar (Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Peneliti berharap dengan adanya kajian ini, dapat dijadikan referensi, memperluas ilmu pengetahuan, dan menjawab keingintahuan peneliti maupun para pembaca. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Permasalahan Sosial dalam Cerpen Air Karya Ras Siregar (Tinjauan Sosiologi Sastra)?”
  • 8. 3. Tujuan Penelitian Penelitian karya sastra ini bertujuan memaparkan permasalahan sosial dalam cerpen Air karya Ras Siregar dengan menggunakan tinjauan sosiologi sastra. 4. Manfaat Penelitian Manfaat analisis karya sastra ini adalah 1. Secara Teoritis Manfaat teoritis dari penganalisisan karya sastra cerita pendek Air adalah 1. analisis ini diharapkan dapat memperkaya wawasan ilmu pengetahuan, khususnya teori tinjauan sosiologi sastra dalam analisis karya sastra, 2. hasil analisis ini dapat dijadikan model penerapan tinjauan sosiologi sastra, 3. hasil analisis ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang memaparkan kehidupan faktual masyarakat, terutama masyarakat di ibu kota Jakarta tepatnya di Harmoni. 2. Secara Praktis Manfaat praktis dari penganalisisan karya sastra cerita pendek Air adalah 1. bagi pembaca, hasil analisis ini dapat memperkaya pengetahuan dalam menganalisis karya sastra, 2. bagi pembelajar, hasil analisis ini dapat dijadikan referensi dalam mengkaji karya sastra, 3. bagi guru atau dosen, hasil analisis ini dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran di sekolah dan mengimplementasikannya ke dalam dunia pendidikan, 4. bagi pecinta karya sastra, hasil analisis ini dapat dijadikan referensi dalam memberikan penilaian terhadap karya sastra,
  • 9. 5. bagi penganalisa, analisis karya sastra ini dapat dijadikan penyalur pembelajaran pembuatan analisis karya sastra yang baik dan dapat memperluas wawasan ilmu pengetahuan.
  • 10. BAB II KAJIAN TEORI 1. Kajian Penelitian yang Relevan 1. Penelitian Sosiologi Sastra 1. Penelitian berjudul “Analisis „Der Brief‟ Karya Otto Flake Menggunakan Pendekatan Sosiologi Sastra”, karya Elin Pratiwi, mahasiswi Sastra Jerman di Universitas Negeri Surabaya (http://edukasi.kompasiana .com/2012/05/22/%E2%80%9Canalisis-%E2%80%9Cderbrief%E2%80 %9D-karya-otto-flake-menggunakan-pendekatan-sosiologi-sastra%E2 %80%9Doleh-elin-pratiwi/, diunduh pada 13 September 2012). Hasil penelitian tersebut adalah 1. sastra dapat digunakan sebagai cerminan masalah sosial, cerminan budaya serta kebiasaan masyarakat, untuk penyampaian ide dan amanat di masa sekarang dan yang akan datang, dan untuk melihat struktur kelas pada masyarakat, 2. sosiologi sastra digunakan untuk menguak segala gejala sosial melalui analisis teks, 3. melalui novel Der Brief, diketahui bahwa karya sastra ini merupakan suatu alur cerita yang menggabungkan antara hubungan manusia dan kekuatan informasi (fakta) yang saling bertimbal balik, dan 4. sastra dapat difungsikan dari kajian ini juga dapat disimpulkan bahwa karya sastra yang dianalisis dengan tinjauan sosiologi sastra, maka penggalan kalimat dalam karya sastra ini merupakan pengadopsian ide yang muncul dari kebisaan lingkungan yang mencerminkan kehidupan sosial masyarakat saat itu. 2. Penelitian berjudul “Analisis Novel Sebelas Patriot melalui Pendekatan Sosiologi Sastra”, karya Henry Trias Puguh Jatmiko, mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (http://edukasi.
  • 11. kompasiana.com/2012/08/13/analisis-novel-sebelas-patriot-melalui- pendekatan-sosiologi-sastra/, diunduh pada 13 September 2012). Hasil penelitian tersebut antara lain 1. sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya dan juga karya sastra merupakan karya fiksi yang bersifat imajinatif dan pengarang memanfaatkan kondisi sosial di sekitarnya sebagai objek karya sastra, 2. pada novel Sebelas Patriot terdapat tiga unsur sosial budaya, yaitu kondisi budaya di zaman pemerintahan Belanda di Belitong, kondisi sosial dan budaya ketika Ikal tumbuh, dan sosial budaya di Eropa, 3. hubungan sosial budaya dalam tokoh Ikal yakni, sejarah ayahnya di masa pemerintahan Belanda dan kehidupan Ikal saat di kampong Belitong yang dididik keras dan disiplin. 3. Penelitian berjudul “Analisis Sosiologi Sastra dalam Naskah Drama „Lakon Koran‟ Karya Agung Widodo”, karya Herawati Murti Gustiani, mahasiswi Prodi S1 Bahasa dan Sastra Indonesia UPI BHMN (http://www.scribd.com/doc/82014610/Makalah-Sosiologi-Sastra-Drama, diunduh pada 13 September 2012). Hasil penelitian tersebut antara lain 1. naskah „Lakon Koran‟ ini menceritakan tentang masyarakat modern yang meliputi kisah perselingkuhan, penipuan identitas, penggusuran bangunan, dan lainnya, 2. naskah „Lakon Koran‟ menggambarkan atau mendeskripsikan kehidupan masyarakat Indonesia sekarang ini dan tercermin bahwa perselingkuhan bukan hal yang tabu lagi, 3. dari naskah „Lakon Koran‟ ini juga dapat diketahui bahwa di era serba modern, kita dapat mencari informasi dengan cepat dan dibutuhkan tindakan jaga diri. 4. Penelitian berjudul “Kajian Sosiologi Sastra Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis”, karya Wilda Fajaratu Rahmi A., mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
  • 12. Negeri Indonesia (http://orangerango.blog.com/2011/02/07/kajian- sosiologi-sastra-novel-salah-asuhan-karya-abdoel-moeis/, diunduh pada 12 September 2012). Berikut hasil penelitiannya 1. masalah yang diangkat pada novel Salah Asuhan ini adalah ras. Di mana dikisahkan seorang pribumi yang berusaha untuk sejajar dengan bangsa Eropa, 2. masalah sosial yang terjadi pada novel Salah Asuhan ini adalah dikucilkannya seorang pribumi oleh bangsa pribumi sendiri dan bangsa Eropa, 3. dalam segi sastra, novel Salah Asuhan menampilkan kehidupan sosial masyarakat mengenai diskriminasi kelas dan menganggap pernikahan campur antar bangsa adalah hal yang tabu. 5. Penelitian berjudul “Skripsi Ngarto Februana, Konflik Sosial dan Politik dalam Novel Nyali Karya Putu Wijaya, Tinjauan Sosiologi Sastra ”, karya Setyawati Ayu W., mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (www.starbacks.ca/ngartogebruana/ .htm, diunduh pada 13 September 2012). Hasil penelitian tersebut antara lain 1. pokok permasalahan yang diangkat dalam novel Nyali ini adalah konflik sosial dan politik sebuah negara. Konflik digambarkan melalui pemberontakan gerombolan Zabaza di bawah pimpinan Kropos. 2. dalam novel Nyali juga ditunjukkan bahwa adanya konflik menyebabkan perubahahan sosial dan politik menjadi lebih baik. 3. konflik yang diceritakan dalam novel Nyali memiliki persamaan dengan konflik sosial dan politik di sejarah Indonesia pasca kemerdekaan. Perbedaan penelitian cerita pendek Air karya Ras Siregar dengan penelitian yang telah dipaparkan di atas terletak pada objek karya sastranya.
  • 13. Sedangkan persamaannya terletak pada teori tinjauan atau pendekatan yang diaplikasikan peneliti pada penelitian ini, yaitu teori tinjauan sosiologi sastra. 2. Kajian Teori 1. Teori Tinjauan atau Pendekatan Sosiologi Sastra 1. Sosiologi Sastra Menurut etimologis bahasanya, kata sosiologi sastra berasal dari bahasa Yunani dan bahasa Sanskerta. Kata sosiologi sendiri berasal dari kata sos (bahasa Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, dan logi atau logos yang berarti sabda atau perumpamaan. Sedangkan kata sastra berakar dari kata sas (bahasa Sanskerta) yang berarti mengarahkan atau member instruksi atau petunjuk dan akhiran tra berarti alat atau sarana (http://kajiansastra.blogspot.com/2009/04/sosiologi-sastra-sebagai- pendekatan.html, diunduh pada 12 September 2012). Merujuk pada definisi secara etimologis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra merupakan sarana pemberian instruksi mengenai hubungan dengan lingkungan sekitar dalam suatu kajian karya sastra. 2. Sosiologi Sastra sebagai Tinjauan Karya Sastra Sosiologi sastra termasuk salah satu teori yang dapat diaplikasikan peneliti dalam mengkaji suatu karya sastra. Sosiologi sastra sendiri merupakan pendekatan atau tinjauan yang melihat sebuah karya sastra dalam suatu hubungan kenyataan atau fakta dan permasalahan yang diangkat karya sastra tersebut (http://kajiansastra.blogspot.com/2009/04/sosiologi-sastra-sebagai- pendekatan.html, diunduh pada 12 September 2012). Dari penjelasan singkat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tinjauan sosiologi sastra dalam pengkajiannya, menaruh perhatian pada aspek fakta atau dokumenter yang disiratkan maupun telah dituliskan oleh pengarang sastra tersebut. Kenyataan atau fakta atau fenomena sosial yang diangkat pengarang dalam karyanya merupakan sesuatu yang konkret dan benar-
  • 14. benar terjadi di lingkungan masyarakat. Oleh pengarang, fakta tersebut akan diuraikan atau dijabarkan kembali menjadi suatu wacana yang telah „dibumbui‟ ide atau gagasan kreatif pengarang itu sendiri. wacana tersebut nantinya akan dihadirkan lewat sastra bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif (http://kajiansastra.blogspot.com/2009/04/ sosiologi-sastra-sebagai-pendekatan.html, diunduh pada 12 September 2012). Sehingga dihasilkanlah suatu karya sastra yang menyajikan gambaran hidup yang terdiri dari fenomena atau fakta sosial. Menurut Ratna dikutip http://kajiansastra.blogspot.com/2009/04/ sosiologi-sastra-sebagai-pendekatan.html (diunduh pada 12 September 2012) mengatakan bahwa ada sejumlah definisi mengenai sosiologi sastra, antara lain 1. sosiologi sastra merupakan pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek kemasyarakatan, 2. sosiologi sastra merupakan totalitas karya yang disertai dnegan aspek kemasyarakatan yang terkandung di dalamnya, 3. sosiologi sastra merupakan karya sastra yang dilatarbelakangi hubungan masyarakat, 4. sosiologi sastra dapat didefinisikan sebagai hubungan dua arah antara sastra dan masyarakat, 5. sosiologi sastra diguankan untuk menemukan kualitas interdependensi antara masyarakat dan sastra. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra tidak dapat dilepas dan menumpukan objek yang dibicarakan pada manusia atau masyarakat. Dikutip oleh http://kajiansastra.blogspot.com/2009/04/ sosiologi- sastra-sebagai-pendekatan.html (diunduh pada 12 September 2012), Rene Wellek dan Austin Warren mengemukakan bahwa tinjauan sosiologi sastra terbagi menjadi tiga, antara lain 1. sosiologi pengarang, di mana latar belakang pengarang menjadi konsentrasi utama dalam pengkajian. Latar belakang pengarang tersebut meliputi profesi, institusi, masalah yang pernah dihadapi,
  • 15. latar belakang sosial dan ekonomi, ideologi atau gagasan yang dianut, dan kegiatan yang kerap dilakukan oleh pengarang. Tinjauan jenis ini dapat dilakukan dengan menjadikan biografi pengarang sebagai sumber utama. 2. sosiologi karya sastra, di mana letak permasalahan berada pada permasalahan yang diangkat oleh karya sastra itu sendiri. Sehingga dalam penelaahannya atau kajiannya, peneliti harus mengungkap dan menemukan tujuan yang tersirat maupun tersurat dalam karya sastra tersebut. Tinjauan sosiologi sastra jenis ini dapat dilakukan dengan cara menjadikan dokumen sosial menjadi fenomena sosial. Menurut penyusun seajarah Inggris pertama, Thomas Warton, dokumen sosial dapat dibagi menjadi tiga, yaitu catatan adat istiadat, buku sumber sejarah, dan catatan peradaban. 3. pembaca sosiologi sastra dan dampak sosialnya, seperti bagaimana pengaruh karya sastra tersebut dengaan pembacanya dan apakah yang dirasakan pembaca saat karya sastra itu dibaca. Berbagai macam respek dapat diberikan, mulai dari marah, senang, geram, dan lain sebagainya. 2. Cerpen (cerita pendek) Cerita pendek atau cerpen merupakan bagian dari prosa, dan prosa sendiri termasuk dalam karya sastra. Cerita pendek dapat digolongkan sebagai cerita kreatif yang ditulis pendek dengan patokan panjang cerita 2000 hingga 10000 kata. Menurut panjang-pendeknya cerita, cerpen dibagi menjadi empat, yaitu cerita pendek (Short Story), cerita pendek yang pendek (Short, Short Story), dan cerita pendek yang sangat pendek (Very Short- Short Story) serta cerita pendek yang panjang (Novelette) (http://www.visikata.com/pengertianceritapendek-cerpen/, diunduh pada 15 September 2012). Cerita pendek (Short Story) merupakan cerita yang hanya terdiri 750 hingga 1000 kata dan biasanya disebut sebagai cerita mini atau cermin.
  • 16. Sedangkan cerita pendek yang panjang merupakan cerita yang ditulis hingga 10000 kata. Biasanya cerita pendek jenis ini dapat dikembangkan sebagai novel pendek. Di samping adanya bermacam jenis cerpen menurut panjang- pendek ceritanya, juga terdapat cerpen yang ideal. Cerpen yang ideal merupakan cerita pendek yang ditulis dengan 3000 hingga 4000 kata. Melalui cerpen ini, pengarang menjadikan medium bahasanya mudah dipahami, sehingga pembacanya hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk membaca dan memahami isi cerpen (http://www. visikata.com/pengertian ceritapendek-cerpen/, diunduh pada 15 September 2012). Berdasarkan sempurna-tidaknya, cerpen dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu 1. cerpen sempurna (Well Made Short-Story), merupakan cerita yang ditulis secara fokus pada satu tema dengan satu plot yang sangat jelas dan ending atau akhir yang mudah dipahami. Cerpen jenis ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami, karena sifatnya yang konvensional dan menjadikan suatu fakta sebagai dasar ceritanya. 2. cerpen tidak sempurna (Slice of Life Short-Story), merupakan cerita yang ditulis dengan tema yang tidak fokus dan memencar. Oleh pengarang atau penulis, plot atau alur dibuat tidak berstruktur dan terkadang dibuat mengambang. Cerpen jenis ini sukar dipahami dan diperlukan pembacaan berulang kali. Hal ini dikarenakan cerpen ini ditulis dengan gaya kontemporer dan bersumber dari ide gagasan pengarang, bukan dari suatu fakta. Sedangkan berdasarkan jenis masalah yang diangkat dalam cerpen, terdapat tiga jenis, yaitu cerpen kedaerahan, cerpen nasional, dan cerpen pop (http://ortipulang.blogspot.com/ 2008/09/definisi-cerpen.html, diunduh pada 15 September 2012). Walaupun terdapat berbagai jenis cerpen, masih terdapat persamaan dari isi atau inti cerita yang diangkat dalam cerpen oleh pengarang, seperti bercerita tentang manusia atau sesuatu yang dimanusiakan. Selain itu,
  • 17. cerpen jenis apapun akan menyajikan satu peristiwa lampau atau sekarang, atau yang akan datang dengan jumlah tokoh paling banyak tiga orang. Cerita pendek juga ditulis dengan kurun waktu peristiwa yang sangat terbatas dan diisi dengan dialog dan konflik (http://www.visikata.com/ pengertianceritapendek -cerpen/, diunduh pada 15 September 2012) Dalam penulisannya, cerpen didukung oleh dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik terdiri dari tema, amanat, alur atau plot, tokoh dan penokohan, latar atau setting, sudut pandang, dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik dalam cerpen meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan pengarang. Seperti biografi, latar belakang budaya, moral, dan agama pengarang (http://ortipulang.blogspot.com/ 2008/09/definisi-cerpen.html, diunduh pada 15 September 2012). 3. Air Air merupakan salah satu karya sastra milik Ras Siregar, seorang sastrawan muda di era tahun 1960. Tahun 1964 tepatnya, cerpen ini sempat diterbitkan dan awal 1965 karya ini mulai diedarkan di kalangan masyarakat. Belum sempat dinikmati oleh pengarangnya, buku ini telah ludes dibakar. Hal ini dapat dibuktikan oleh pernyataan penerbit Pustaka Karya Grafika Utama di kolom pengantar (Siregar, 1987: 3) yang mengatakan,”…buku tersebut termasuk yang dibakar golongan anti Manifes Kebudayaan. Khususnya di Surabaya. Karena itu, praktis tidak beredar.” Anti Manifes Kebudayaan sendiri merupakan kelompok sastrawan yang bergabung dengan PKI setelah diiming-imingi unsur ekonomis. Anti Manifes Kebudayaan sendiri memiliki semboyan yaitu „Seni untuk Rakyat‟. Artinya, mereka membuat suatu karya sastra dengan berisikan segala sesuatu yang menyangkut rakyat, namun tanpa nilai estetik didalamnya (http://lontar.ui. ac.id/file?file=digital/127327-RB01S31m-Manifes%20kebudayaan-Literatur .pdf, diunduh pada 15 September 2012). Hal ini bertolak belakang pada dasar pikiran sastrawan saat itu, terutama H. B. Jassin yang menganut „Humanisme Universal‟. Anti Manifes Kebudayaan menganggap semua sastrawan yang menghasilkan karya non-revolusi adalah
  • 18. sastrawan kontrarevolusioner. Akibatnya, mulailah Anti Manifes Kebudayaan membatasi ruang gerak para sastrawan serta tak luput para wartawan (http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127327-RB01S31m-Manifes%20 kebudayaan-Literatur.pdf, diunduh pada 15 September 2012). Tentunya hal ini ikut berimbas pada Ras Siregar yang pada saat itu ikut menandatangani “Manifes Kebudayaan”. Diketahui pula bahwa sekitar 2000 eksemplar buku yang berisi cerita pendek Air berhasil lolos dari para Anti Manifes Kebudayaan pada jaman itu. Tertulis pada kolom pengantar buku kumpulan cerita pendek Harmoni bahwa 2000 eksemplar buku berhasil terjual habis di dua toko buku di Surabaya. Penerbit Pustaka Karya Grafika Utama juga menyebutkan bahwa toko buku yang andil dalam penjualan buku ini adalah Toko Gunung Agung dan Balai Budaya (Siregar, 1987: 3). Dalam peredarannya, cerita pendek Air dikemas dalam suatu buku kumpulan cerpen bersama dengan beberapa judul cerita pendek lainnya. Seperti Layang-layang putus talinya, Lewat tengah malam, Amblang gila Paus Harmoni, Berpeluk dengan malam, dan lain sebagainya. Semua cerita pendek memiliki satu persamaan, yaitu permasalahan yang diangkat. Oleh Ras, cerpen diceritakan sedemikian rupa untuk mendeskripsikan kepada pembacanya bagaimana suasana kehidupan di kota Harmoni tersebut. 4. Sinopsis Air Air mengisahkan tentang kehidupan di kota Harmoni. Ras menempatkan tokoh utama pada tokoh „Aku‟ yang merupakan seorang penulis cerita pendek yang bekerja pada suatu „induk semang‟ alias perusahaan. Tokoh „Aku‟ tinggal di atas sebuah rumah toko di bilangan Harmoni, tepatnya di deretan toko-toko mewah dan kantor-kantor. Tak hanya sendiri, tokoh „Aku‟ tinggal dengan keluarga „Rekan‟ yang berjumlah sembilan orang di lain kamar. Cerpen ini diawali dengan digambarkannya oleh pengarang bagaimana nyamannya seorang yang tinggal di kawasan Harmoni berkaitan dengan air
  • 19. bersih. Tidak seperti kawasan Kemayoran, Petojo, Menteng, dan Grogol, kawasan Harmoni tak pernah luput dari air bersih, tinggal memutar keran saja. Dikisahkan pula pada era itu harga sewa air 250 perak, sebesar honorarium tokoh „Aku‟ atas sebuah cerita pendek. Keluarga bertambah, keluarga rekan memiliki seorang anak dan tokoh „Aku‟ menikah. Jadilah dua belas orang tinggal di rumah atas tersebut. Sewa air naik, menjadi 300 perak per bulannya. Namun air bersih masih mengalir deras, tidak ada yang dipusingkan. Jumlah manusia bertambah, empat belas orang sekarang. Keluarga rekan tambah makmur, mereka mengambil dua orang pembantu untuk dipekerjakan. Tak hanya pembantu, mereka juga banyak mengundang orang untuk berpesta dan menyediakan tempat inap untuk sanak saudaranya. Tokoh „Aku‟ dan istrinya tetap santai, selama air bersih masih mengalir. Tamu-tamu terus ada, masalah mulai datang menghampiri. Rekening air naik menjadi dua ribu delapan ratus rupiah. Tokoh „Aku‟ dan istri terdiam, termangu melihat angka itu yang membengkak akibat denda pemakaian air berlebihan. Air ledeng disegel, keluarga rekan mulai merasakan suatu tanggungan. Pesta dan tamu tak sebanyak dulu. Kedua pembantu berhenti bekerja dan banyak perabot dijual olehnya. Lalu, mulailah pertengkaran antara kedua keluarga. Tokoh „Aku‟ dan istri yang hanya hidup berdua tetap nyaman walau menggunakan air belian pikulan seharga 750 perak per bulan dengan 25 perak per pikulnya. Kini air pikulan naik menjadi 40 perak. Keluarga rekan mulai meradang, mencari bahan tengkaran dengan keluargaku. Akhirnya tokoh „Aku‟ mengalah, kutemui teman yang bekerja di perusahaan air dan segel rumah pun dibuka. Air mengalir kembali. Istri rekan dan istri tokoh „Aku‟ keluar kamar dan berpapasan, tersenyum. Rekening air kembali 300 perak perbulan, separuh seorang per keluarga. 5. Ras Siregar Ras Siregar merupakan salah satu yang ikut penandatanganan “Manifes Kebudayaan” di era setelah bergabungnya sastrawan dan kelompok PKI yang
  • 20. membentuk Lakra. Beliau merupakan sastrawan Indonesia asal Rantauprapat, Sumatera Utara. Menilik masa lalu, Bung Ras pernah bekerja di Lembaga Ilmu Bidang Fakultas Kedokteran Hewan (Bogor), Laboratorium Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Hasannuddin Makassar, Laboratorium Talens & Zoom NV, Laboratorium Pusat Kimia Fanna Jakarta, dan menjabat sebagai Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Bank Pembangunan Indonesia Pusat di Jakarta (http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2518/Ras-Siregar, diunduh pada 12 Sepetember 2012). Ras sempat dijuluki sastrawan „ngebut‟ atau penulis sprint oleh rekan penulisnya. Hal ini dikarenakan Ras terkadang hanya membutuhkan waktu 40 menit untuk menulis sebuah artikel di koran (http://akhirmh.blogspot.com/ 2011/04/willem-iskander-dan-lahirnya-tokoh.html, diunduh pada 13 September 2012). Beliau memulai karya sastranya pada tahun 1964 dengan kumpulan cerpennya yaitu Harmoni dan romannya Terima Kasih. Kemudian dilanjutkan dengan buku Bahasa Indonesia Jurnalistik di tahun 1987 dan novel Di Simpang Jalan tahun 1988. Tujuh tahun sebelum beliau wafat, tahun 1986, Mari Bermain Bridge dirilis (http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/2518/Ras- Siregar, diunduh pada 12 Sepetember 2012).
  • 21. BAB III METODELOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Menurut Nazir (1985: 65 – 68) dikutip http://resources.unpad.ac.id/unpad-content /uploads/publikasi_dosen/metode_penelitian_sastra.PDF (diunduh 16 September 2012) mengatakan bahwa terdapat beberapa jenis metode penelitian deskriptif antara lain 1. metode survei, di mana peneliti perlu menyelidiki karya sastra dan sumber lainnya untuk memperoleh fakta dan gejala dalam keterangan secara faktual, 2. metode deskriptif berkesinambungan, di mana peneliti melakukan penelitian secara detail pada objek yang ditelitinya. Sehingga dapat dihasilkan suatu keterangan atau informasi faktual yang mendetail, 3. metode studi kasus, biasanya dilakukan peneliti untuk mengetahui status subjek penelitian yang berhubungan dengan sesuatu yang spesifik. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Tujuan diadakan studi kasus ini untuk memberikan gambaran mendetail tentang latar belakang, sifat, serta karakter khas dasri suatu kasus, 4. metode studi komparatif, cara ini dapat ditempuh peneliti untuk mencari jawaban mendasar sebab akibat dengan menganalisis faktor penyebab munculnya suatu fenomena. Metode tersebut dapat ditempuh dengan cara ex post facto, yang merupakan pengumpulan data setelah kejadian telah selesai. Namun, faktor penyebab fenomena tersebut terkadang sulit sebab jenis penelitian ini tidak mempunyai kontrol. Jenis penelitian deskriptif sendiri merupakan suatu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, dan suatu sistem pemikiran. Tujuan dilakukannya penelitian deskriptif ini guna membuat deskripsi dan gambaran secara sistematis. Selain secara sistematis, data atau fakta yang
  • 22. digunakan harus faktual dan akurat. Dikatakan pula bahwa jenis penelitian deskriptif cocok digunakan untuk meneliti tata cara, kegiatan, sikap, pandangan, proses, dan pengaruh suatu fenomena dalam suatu masyarakat. Menurut http:// massofa.wordpress.com/2011/10/19/metode-penelitian-yg-dapat-digunakan-pada- penelitian-sastra/ (diunduh pada 16 September 2012) terdapat beberapa ketentuan dalam jenis penelitian deskriptif antara lain 1. secara umum, masalah yang dirumuskan nilai ilmiahnya tidak terlalu jelas, tujuan peneliti harus tegas dan tidak terlalu umum, data yang digunakan harus fakta terpercaya, standar yang digunakan harus memiliki validitas, memiliki deskripsi jelas mengenai tempat dan waktu, dan hasil penelitian harus detail, 2. secara khusus, data yang digunakan dinyatakan dalam nilai, fakta yang digunakan mengenai masalah status dan sifat penelitiannya tidak memiliki kontrol. 2. Metode Penelitian Metode yang dilakukan adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan sumber kepustakaan. Lewat metode ini, fakta-fakta dari sumber data dideskripsikan kemudian dianalisis. Tidak hanya menguraikan dan mendeskripsikan, metode ini juga memberikan pemahaman dan penjelasan (http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/ metode_penelitian_sastra.PDF, diunduh pada 16 September 2012). Sumber data juga dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer yang digunakan peneliti adalah cerita pendek Air karya Ras Siregar. Sedangkan sumber data sekunder didapat dari bahan bacaan yang berkenaan dengan cerita pendek tersebut. 3. Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah cerita pendek Air karya Ras Siregar yang diterbitkan PT Pustaka Karya Grafika Utama di Jakarta tahun 1987 (cetakan kedua). Sumber pendukung didapat peneliti dari sumber bacaan yang berkenaan dengan cerita pendek Air karya Ras Siregar ini.
  • 23. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan yang digunakan peneliti adalah teknik deskriptif analisis lewat kajian kepustakaan. Penelitian dilakukan dengan menilik langsung cerita pendek Air karya Ras Siregar. Berikut langkah kerjanya 1. membaca, dengan cermat keseluruhan cerita pendek Air karya Ras Siregar dibaca, 2. identifikasi, peneliti hendaknya segera mengidentifikasi masalah sosial atau fenomena sosial apa yang diangkat oleh pengarang dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini digunakan tinjauan sosiologi sastra, 3. mencari data, setelah mengidentifikasi dan menentukan masalah utama, peneliti mencari data yang berkaitan dengan cerita pendek Air karya Ras Siregar, pengarangnya, serta tinjauan yang akan diaplikasikan, 4. simpulan, menggabungkan keseluruhan cerita dengan fenomena sosial yang diangkat dalam suatu kesimpulan. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan peneliti secara bertahap. Berikut penjabaran tahapannya 1. membaca dan merumuskan masalah sosial yang diangkat pengarang dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar, 2. memberikan kurun wilayah atau sejauh mana kajian tersebut dilakukan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi diri pada masalah sosial yang diangkat oleh cerita pendek Air karya Ras Siregar, 3. menelusuri sumber kepustakaan, terutama yang berhubungan dengan masalah yang ingin dikaji, 4. menyimpulkan permasalahan yang diangkat dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar dan mengkajinya.
  • 24. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian sosiologi sastra dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar dapat dilakukan dalam beberapa tahap dengan menggunakan teknik deskriptif analisis lewat kajian kepustakaan. Pada tahap pertama, peneliti membaca dan merumuskan masalah sosial yang diangkat pengarang dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar. Dilanjutkan dengan memberikan kurun wilayah atau sejauh mana kajian tersebut akan diteliti. Setelah membaca, merumuskan, dan memberi kurun wilayah kajian, peneliti segera menelusuri sumber kepustakaan terutama yang berhubungan dengan masalah yang ingin dikaji. Terakhir, peneliti akan menyimpulkan permasalahan yang diangkat dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar dan mengkajinya. 1. Meneliti dan merumuskan masalah sosial yang diangkat pengarang dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar. Pada cerita pendek Air karya Ras Siregar, masalah atau fenomena sosial utama yang diangkat adalah masalah air bersih di kawasan ibu kota Jakarta, tepatnya di Harmoni. Diceritakan bahwa Harmoni merupakan kawasan elit dengan berbagai macam bangunan menjulang menghiasinya. Berikut kutipan cerita pendek Air karya Ras Siregar (1987: 28) yang mengatakan bahwa,”Harmoni! Di satu deretan toko-toko mewah dan kantor-kantor yang menghasilkan banyak. Harmoni!” Dengan kesan sebagai kawasan elit, tak heran jasa air ledeng di Harmoni tak pernah bermasalah. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan cerita pendek Air karya Ras Siregar (1987: 28) yang mengungkapkan,”Aku rasa, Harmoni ialah satu daerah yang surplus air.” Di lain daerah di ibukota Jakarta, berbeda lagi. Masih banyak kawasan yang kekurangan air bersih, malah langka. Hal ini disimpulkan peneliti dari kutipan cerita pendek Air karya Ras Siregar (1987: 28) yang mengungkapkan
  • 25. Beberapa tahun yang lalu, aku pernah tinggal d Daerah Kemayoran. Airnya setetes-setetes. Kalau aku mandi lebih dari lima gayung, induk semangku akan bermuka masam. Lantas, ketika aku pindah ke Petojo, airnya mengucur sebesar kencing monyet. Tapi tetap, jika aku mandi lebih dari lima gayung, induk semangku akan mengomel panjang. Katanya air mahal! Ketika aku tinggal di Grogol hanya mandi dengan air sumur. Coklatnya memang tidak secoklat Kali Ciliwung. Gerutuan tetap saja sama. Air mahal! Maksudnya tentu air minum! Lebih dari itu, mereka merasa iri dengan orang yang sudah hidup dengan air ledeng. Kecuali daerah elite Menteng dan Kebayoran Baru, semua orang menggerutu tentang air. Tidak hanya kawasan ibukota yang tidak terlewati jasa air ledeng saja yang disebutkan pada kutipan di atas. Juga dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa setelah sekitar 20 tahun Indonesia merdeka, di daerah ibukota Jakarta saja masih banyak orang yang hidup tanpa air ledeng mengaliri. Tentu ini akan mempengaruhi fenomena dan gejala sosial yang ditimbulkan. Dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar ini juga sempat diceritakan bagaimana pengaruh air bersih itu sendiri pada kehidupan masyarakat. Indonesia yang dikelilingi oleh air tidak mampu memberi air bersih pada rakyatnya, tentu akan menuai pro dan kontra di lingkungan. Berikut kutipan yang didapat dari cerita pendek Air karya Ras Siregar (1987: 29) Indonesia penuh dengan air. Tapi akhirnya diharuskan membeli air dari pemikul-pemikul dengan harga tinggi. Ini pun biasa! Seperti harga barang naik, mulanya menggerutu, protes kiri dan kanan, akhirnya protes ituditelan keprotesan massa. Lantas jadi biasa. Tak terkecuali, tokoh „Aku‟ dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar juga merasakan dampak kekeringan air, sejak ledeng tempat tinggalnya disegel. Pertengkaran mulai terdengar di antara istri rekan dan
  • 26. istri tokoh „Aku‟. Lilitan masalah ekonomi keluarga rekan makin kencang. Dan pada klimaksnya, harga air pikulan yang digunakan dua keluarga dalam satu rumah itu naik 15 perak per pikulnya. Berikut kutipan pendukung pernyataan di atas dari cerita pendek Air karya Ras Siregar (1987: 34 – 35) Sial bagi tamu itu yang datang itu karena sehari kemudian ledeng air disegel berhubung peringatan untuk ketigakalinya tidak kami indahkan. Dan sejak itu, keran air terkunci dan setetes air pun tiada. Wastafel di kamarku menguning. Kloset berbau yang sangat menusuk dan memualkan. Tahi anak- anak dan warna air kencing kuning kemerah- merahan. Dilanjutkan dengan kutipan yang mendukung pernyataan bahwa pertengkaran antara istri rekan dan istri tokoh „Aku‟ mulai terdengar Ketika aku pulang dari kantor, kudengar isteri rekan serumah dan isteriku sedang bertengkar. “Kamu, sih, buka air besar-besar!” bentak istri rekan. “Habis!” “Habis apa? Mandi semaunya! Make air sesukanya!” “Bayarnya sama saja,” balas isteriku kalam. “Mentang-mentang suamimu mampu!” … “Terlalu! Make air semaunya! Kalau sudah distop, eh-eh, malah sok tenang!” gerutu isteri rekan dengan berani. “Kalian yang mandi berapa? Kami kan hanya berdua! Tapi, bayaran jumlah kamu semua dan kami berdua, yah sama saja! Jadi, yang royal itu, buakn kami,” kataku kalam (Siregar, 1987: 35 – 36).
  • 27. Dilanjutkan dengan kutipan yang mendukung pernyataan bahwa keadaan semakin parah akibat disegelnya air di rumah toko itu, berikut kutipan dari cerpen Air karya Ras Siregar (1987: 36 – 37) Wastafel itu makin kuning kehijau-hijauan. Kloset berbau sengit. Karena sengitnya, tak seorang pun berani masuk ke kamar kecil itu. Aku sendiri buang air di kantor dan isteriku mengungsi ke rumah temannya yang tak jauh dari rumah itu. … Dari wajah mereka aku dapat menduga bahwa mereka kehilangan segala. Kemerdekaan mereka terlihat diperkosa dan direnggutkan. Akhirnya pertengkaran antara mereka sering terdengar. Juga aku dapat kabar dari isteriku, isteriku sesekali bertengkar juga dengan isteri rekan. Dari kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masalah layanan jasa seperti air ledeng dapat menjadi pemicu masalah sosial antar masyarakatnya. Dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar kebersitegangan tersebut terjadi pada keluarga rekan dan keluarga tokoh „Aku‟. Selain terjadi percikan tengkar di antara kedua keluarga serumah tersebut, juga ada permasalahan lain yang diangkat Bung Ras dalam cerita pendeknya Air. Permasalahan lain yang diangkat Bung Ras adalah masalah terjadinya kesenjangan antara orang berada dan tidak. Hal ini dapat dilihat saat rekan serumah dan sepekerja tokoh „Aku‟ yang bertindak seperti ia yang paling tahu dan ia boleh bicara sesukanya setelah ia menjadi orang berada. Pernyataan tersebut diperkuat dengan kutipan cerita pendek Air karya Ras Siregar (1987: 31 – 32) yang mengatakan …. Terkadang kami pernah berdebat soal penggunaan kaporit dan pemakaiannya. Tapi aku
  • 28. merasa tidak senang sebab dia sendiri tidak tahu, apa dan bagaimana kegunaan kaporit. Dia tak tahu soal kaporit tetapi mengajak berdebat soal kaporit. Dan dari nada debatnya, aku melihat watak berikutnya. Ia kini merasa telah punya segala, berarti ia boleh bicara tentang apa saja. … Sejak itu sikapku kepadanya dingin saja. Aku berusaha menghindarkan pertemuan dan percakapan dengannya karena pembicaraannya akan lebih banyak merupakan percakapan sok kuasa. Adanya kutipan di atas memperjelas fenomena sosial yang terjadi pada keluarga rekan dan keluarga tokoh „Aku‟ dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar. Keluarga rekan memperoleh rejeki berlebih lewat menyatut dan hidup sejahtera. Mereka sekeluarga bahagia, namun di lain pihak sifat mereka berangsur berubah menjadi lebih ego dan sombong. Namun roda berputar, kini keluarga itu mulai merasakan berat beban tanggungan keluarga. Hal itu dikarenakan pencatutan rekan tokoh „Aku‟ tidak mendapat komisi lagi. 2. Memberikan kurun wilayah atau sejauh mana kajian tersebut akan diteliti. Cerita pendek Air karya Ras Siregar berlokasikan pada kawasan Harmoni, Jakarta dan berada pada era 1960an. Dari cerita pendek tersebut, peneliti membatasi diri dalam pengkajiannya. Hal ini dikarenakan banyak yang dapat diteliti lewat cerita pendek tersebut mengingat lokasi dan era cerita tersebut. Maka dari itu, peneliti memilih hanya membahas masalah sosial atau fenomena sosial apa saja yang berada pada cerita pendek tersebut. 3. Menelusuri sumber kepustakaan. 1. Sejarah kawasan Harmoni
  • 29. Harmoni merupakan nama salah satu kawasan di ibukota yang berasal dari kata Harmonie, yang merupakan nama sebuah gedung. Harmoni dulunya merupakan kawasan elit tempat para noni atau perempuan Belanda untuk berkumpul dan berpesta. Namun kini gedung Harmonie tersebut telah rata dengan tanah sejak Maret 1982. Hal ini dilakukan pemerintah demi tata kota Jakarta. Kepala UPT Kota Tua Chandrian dikutip http:// indonesiaindonesia.com/f/68840-legenda-harmoni-jakarta/ (diunduh pada 17 Maret 2012) mengatakan,”Memang gedung itu diratakan oleh pemerintah, dengan alasan untuk perluasan gedung secretariat negara, kini jejak gedung itu pun sudah sirna,” Disebutkan dalam catatan sejarah, pelopor pendirian gedung Harmonie adalah seorang Belanda yaitu Reiner de Klerk pada tahun 1776. Kemudian saat Inggris menjajah Indonesia, Gubernur Jenderal Herman Williem Daendels memindahkan gedung tersebut. Selain memiliki gedung Harmonie, kawasan Harmoni juga memiliki hotel papan atas yang setara dengan hotel Raffles di Singapura. Namanya Hotel des Indes dengan pemiliki Reiner de Klerk dan beroperasi mulai 1856. Namun saat pembanguan 1971, hotel tersebut ikut dirata-tanahkan oleh pemerintah demi tata kota (http://indonesiaindonesia.com/f/68840-legenda-harmoni-jakarta/ ,diunduh pada 17 Maret 2012) Berbagai gedung dan fasilitas mewah dimiliki kawasan Harmoni turut menguatkan bahwa Harmoni merupakan kawasan yang tak pernah „mati‟. 2. Lika-liku peredaran kumpulan cerpen Air karya Ras Siregar Harmoni merupakan salah satu karya sastra milik Ras Siregar, seorang sastrawan muda di era tahun 1960. Tahun 1964 tepatnya, kumpulan cerpen ini sempat diterbitkan dan awal 1965 karya ini mulai diedarkan di kalangan masyarakat. Belum sempat dinikmati oleh pengarangnya, buku ini telah ludes dibakar. Hal ini dapat dibuktikan oleh pernyataan penerbit Pustaka Kita di kolom pengantar (Harmoni, 1987: 3) yang mengatakan,”…buku tersebut
  • 30. termasuk yang dibakar golongan anti Manifes Kebudayaan. Khususnya di Surabaya. Karena itu, praktis tidak beredar.” Anti Manifes Kebudayaan sendiri merupakan kelompok sastrawan yang bergabung dengan PKI setelah diiming-imingi unsur ekonomis. Anti Manifes Kebudayaan sendiri memiliki semboyan yaitu „Seni untuk Rakyat‟. Artinya, mereka membuat suatu karya sastra dengan berisikan segala sesuatu yang menyangkut rakyat, namun tanpa nilai estetik didalamnya (http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127327-RB01S31m- Manifes%20kebudayaan-Literatur.pdf, diunduh pada 15 September 2012). Hal ini bertolak belakang pada dasar pikiran sastrawan saat itu, terutama H. B. Jassin yang menganut „Humanisme Universal‟. Anti Manifes Kebudayaan menganggap semua sastrawan yang menghasilkan karya non-revolusi adalah sastrawan kontrarevolusioner. Akibatnya, mulailah Anti Manifes Kebudayaan membatasi ruang gerak para sastrawan serta tak luput para wartawan (http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127327-RB01S31 m-Manifes%20kebudayaan-Literatur.pdf, diunduh pada 15 September 2012). Tentunya hal ini ikut berimbas pada Ras Siregar yang pada saat itu ikut menandatangani “Manifes Kebudayaan”. Perjalanan peredaran buku Harmoni tidak berhenti di sana. Beruntung bagi Ras Siregar, tidak semua bukunya dibakar habis oleh Anti Manifes Kebudayaan. Sekitar 2000 eksemplar bukunya sempat diedarkan dan habis terjual walaupun tidak merata. Berikut kutipan penerbit Pustaka Kita (Harmoni, 1987: 3) Beruntung bagi Bung Ras, honor baginya sejumlah 2000 buku yang diedarkannya lewat Toko Gunung Agung dan Balai Budaya pada akhirnya terjual habis. Cuma, peredarannya tidak merata. Di dalam buku 135 halaman ini, terdapat beberapa judul cerpen antara lain Harmoni, Air, Layang-layang putus talinya,
  • 31. Lewat tengah malam, Hadiah ulang tahun buat istriku, Darah tinggi, Di bawah serumpun pohon bambu, Dering lonceng di tengah malam, Amblang gila Paus Harmoni, Berpeluk dengan malam, dan Pembantu Rumah Tangga. Semua cerpen tersebut memiliki satu persamaan, yaitu permasalahan yang diangkat. Oleh Ras, cerpen diceritakan sedimikian rupa untuk mendeskripsikan kepada pembacanya bagaimana suasana kehidupan di kota Harmoni tersebut. 4. Menyimpulkan permasalahan yang diangkat dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar dan mengkajinya Lewat cerita pendek Air, Ras Siregar memaparkan fenomena sosial yang sedang berlangsung saat itu. Melalui cerita pendeknya, tokoh „Aku‟ ditempatkan sebagai tokoh utama. Tokoh „Aku‟ diposisikan untuk mewakili keadaan di era 1960an. Lewat tokoh „Aku‟ juga, peneliti dapat mengetahui fenomena sosial apa saja yang ingin disampaikan Bung Ras kepada pembaca cerita pendeknya. Tokoh „Aku‟ memberi gambaran bahwa kawasan tempat tinggalnya, Harmoni, merupakan kawasan elit. Sehingga jasa pelayanan air ledeng siap sedia. Juga diceritakan bagaimana dampak yang dialami tokoh „Aku‟ saat jasa air ledeng tersebut disegel. Selain dampak penyegelan jasa air, Ras Siregar juga menyelipkan nilai sosial mengenai kesenjangan status sosial di masyarakat. Hal ini disiratkannya lewat tindak tanduk keluarga rekan tokoh „Aku‟ sesaat setelah menjadi orang berada.
  • 32. BAB V PENUTUP 1. Simpulan Sosiologi sastra merupakan salah satu teori tinjauan untuk mengkaji suatu karya sastra yang menghubungkan kenyataan atau fakta sosial dan permasalahan yang diangkat dalam karya sastra tersebut. Dalam pengakajiannya, peneliti hanya menaruh perhatian pada aspek fakta atau dokumenter yang disiratkan maupun disuratkan oleh pengarang karya sastra. Dalam pengkajian cerita pendek Air karya Ras Siregar, dibutuhkan empat tahap pengkajian. Pada tahap pertama, peneliti membaca dan merumuskan masalah sosial yang diangkat pengarang dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar. Dilanjutkan dengan memberikan kurun wilayah atau sejauh mana kajian tersebut akan diteliti. Setelah membaca, merumuskan, dan memberi kurun wilayah kajian, peneliti segera menelusuri sumber kepustakaan terutama yang berhubungan dengan masalah yang ingin dikaji. Terakhir, peneliti akan menyimpulkan permasalahan yang diangkat dalam cerita pendek Air karya Ras Siregar dan mengkajinya. Berdasarkan penelitian, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa cerita pendek Air karya Ras Siregar menempatkan tokoh „Aku‟ sebagai pencitraan atau perwakilan dari era 1960an. Lewat tokoh „Aku‟, Ras Siregar memaparkan fenomena sosial yang sedang berlangsung di era itu. Fenomena sosial yang ditemukan peneliti dalam cerita pendek ini adalah dampak penyegelan air bersih dan timbulnya kesenjangan status sosial berdasarkan harta benda. 2. Saran Dari penelitian ini, peneliti dapat menyarankan bahwa dalam melakukan pengkajian karya sastra tinjauan sosiologi sastra harus dilandaskan pada pemahaman yang kuat. Sehingga bagi pembaca atau peneliti yang tertarik pada penelitian sejenis dapat mengaplikasi tinjauan sosiologi sastra dengan lebih cermat dan tidak terburu-buru dalam membaca karya sastra. Karena dalam
  • 33. tinjauan ini diperlukan pemahaman yang dalam akan masalah yang diangkat penulis. Diharapkan hasil penelitian cerita pendek Air karya Ras Siregar dapat dijadikan suatu yang positif bagi pembacanya, seperti dijadikan pengetahuan. Nilai-nilai sosial yang tersirat dalam cerita pendek pun sebaiknya juga diserap pembacanya dan hal positif dari nilai tersebut segera diaplikasikan pada dunia nyata.
  • 34. DAFTAR PUSTAKA A., Wilda Fajaratu Rahmi. 2011. “Kajian Sosiologi Sastra Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis”. http://orangerango.blog.com/2011/02/07/kajian- sosiologi-sastra-novel-salah-asuhan-karya-abdoel-moeis/, diunduh pada 13 September 2012 Azis, Siti Aida. 2009. “Sosiologi Sastra sebagai Pendekatan Menganalisis Karya Sastra”. http://kajiansastra.blogspot.com/2009/04/sosiologi-sastra-sebagai- pendekatan.html, diunduh pada 13 September 2012 Gustiani, Herawati Murti. 2012. “Analisis Sosiologi Sastra dalam Naskah Drama „Lakon Koran‟ Karya Agung Widodo”. http://www.scribd.com/doc/82014610/ Makalah-Sosiologi-Sastra-Drama, diunduh pada 13 September 2012 Hastuti, Saktiana Dwi. 2009. “Latar Belakang Lahirnya Manifes Kebudayaan”. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127327-RB01S31m-Manifes%20 kebudayaan-Literatur.pdf, diunduh pada 15 September 2012 Hudayat, Asep Yusup. 2007. “Metode Penelitian Sastra”. http://resources.unpad .ac.id/unpad-content /uploads/publikasi/dosen /metode_penelitian_sastra.PDF, diunduh pada 16 September 2012 Jatmiko, Henry Trias Pungguh. 2012. “Analisis Novel Sebelas Patriot melalui Pendekatan Sosiologi Sastra”. http://edukasi. kompasiana.com/2012/08/13/ analisis-novel-sebelas-patriot-melalui-pendekatan-sosiologi-sastra/, diunduh pada 13 September 2012 Massofa. 2011. “Metode Penelitian yang dapat Digunakan pada Penelitian Sastra”. http:// massofa.wordpress.com/2011/10/19/metode-penelitian-yg-dapat- digunakan-pada-penelitian-sastra/, diunduh pada 16 September 2012 Pranoto, Naning. 2009. “Pengertian Cerita Pendek (Cerpen)”. http://www. visikata.com/pengertianceritapendek-cerpen/, diunduh pada 15 September 2012 Pratiwi, Elin. 2012. “Analisis „Der Brief‟ Karya Otto Flake Menggunakan Pendekatan Sosiologi Sastra”. http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/22 /%E2%80%9Canalisis-%E2%80%9Cderbrief%E2%80 %9D-karya-otto-flake- menggunakan-pendekatan-sosiologi-sastra%E2 %80%9Doleh-elin-pratiwi/, diunduh pada 13 September 2012 Saddhilie, Hassan. 2009. “Pengertian Sastra secara Umum dan Menurut para Ahli”. http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum- dan-menurut-para-ahli/, diunduh pada 12 September 2012 Siregar, Ras. 1987. Air. Jakarta: Pustaka Karya Grafika Utama
  • 35. tt. “Bermula di Tempat Kongkow Noni Belanda”. http:// indonesiaindonesia.com /f/68840-legenda-harmoni-jakarta/, diunduh pada 17 September 2012 tt. “Definisi Cerpen”. http://ortipulang.blogspot.com/%202008/09/definisi- cerpen.html, diunduh pada 15 September 2012 tt. “Ras Siregar”. http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/2518, diunduh pada 12 September 2012 tt. “Willem Iskander dan Lahirnya Tokoh-tokoh Sastrawan Nasional dari Tapanuli Bagian Selatan”. http://akhirmh.blogspot.com/2011/04/willem-iskander-dan- lahirnya-tokoh.html, diunduh pada 12 September 2012 tt. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ Materi%20Kuliah%20Pengantar%20Kajian%20Sastra%20II,%20%27Pendeka tan%20dalam%20Pengkajian%20Sastra%27.ppt, diunduh pada 12 September 2012
  • 36. LAMPIRAN Sinopsis Air Air mengisahkan tentang kehidupan di kota Harmoni. Ras menempatkan tokoh utama pada tokoh „Aku‟ yang merupakan seorang penulis cerita pendek yang bekerja pada suatu „induk semang‟ alias perusahaan. Tokoh „Aku‟ tinggal di atas sebuah rumah toko di bilangan Harmoni, tepatnya di deretan toko-toko mewah dan kantor-kantor. Tak hanya sendiri, tokoh „Aku‟ tinggal dengan keluarga „Rekan‟ yang berjumlah sembilan orang di lain kamar. Cerpen ini diawali dengan digambarkannya oleh pengarang bagaimana nyamannya seorang yang tinggal di kawasan Harmoni berkaitan dengan air bersih. Tidak seperti kawasan Kemayoran, Petojo, Menteng, dan Grogol, kawasan Harmoni tak pernah luput dari air bersih, tinggal memutar keran saja. Dikisahkan pula pada era itu harga sewa air 250 perak, sebesar honorarium tokoh „Aku‟ atas sebuah cerita pendek. Keluarga bertambah, keluarga rekan memiliki seorang anak dan tokoh „Aku‟ menikah. Jadilah dua belas orang tinggal di rumah atas tersebut. Sewa air naik, menjadi 300 perak per bulannya. Namun air bersih masih mengalir deras, tidak ada yang dipusingkan. Jumlah manusia bertambah, empat belas orang sekarang. Keluarga rekan tambah makmur, mereka mengambil dua orang pembantu untuk dipekerjakan. Tak hanya pembantu, mereka juga banyak mengundang orang untuk berpesta dan menyediakan tempat inap untuk sanak saudaranya. Tokoh „Aku‟ dan istrinya tetap santai, selama air bersih masih mengalir. Tamu-tamu terus ada, masalah mulai datang menghampiri. Rekening air naik menjadi dua ribu delapan ratus rupiah. Tokoh „Aku‟ dan istri terdiam, termangu melihat angka itu yang membengkak akibat denda pemakaian air berlebihan. Air ledeng disegel, keluarga rekan mulai merasakan suatu tanggungan. Pesta dan tamu tak sebanyak dulu. Kedua pembantu berhenti bekerja dan banyak perabot dijual olehnya. Lalu, mulailah pertengkaran antara kedua keluarga. Tokoh „Aku‟ dan istri yang hanya hidup berdua tetap nyaman walau
  • 37. menggunakan air belian pikulan seharga 750 perak per bulan dengan 25 perak per pikulnya. Kini air pikulan naik menjadi 40 perak. Keluarga rekan mulai meradang, mencari bahan tengkaran dengan keluargaku. Akhirnya tokoh „Aku‟ mengalah, kutemui teman yang bekerja di perusahaan air dan segel rumah pun dibuka. Air mengalir kembali. Istri rekan dan istri tokoh „Aku‟ keluar kamar dan berpapasan, tersenyum. Rekening air kembali 300 perak perbulan, separuh seorang per keluarga.