Dokumen tersebut membahas tentang pertemuan pertama mata kuliah Sastra dalam Pembelajaran Sejarah. Mata kuliah ini akan membahas tentang pengertian sastra, perkembangan sastra di berbagai masa, fungsi novel dalam pembelajaran sejarah, dan masalah yang dihadapi mahasiswa dalam menganalisis karya sastra secara sejarah.
2. Aturan Main dan Dosen
Dosen:
1. Prof.Dr.(em) Rochiati Wiriaatmadja, M.A
2. Dr. Nana Supriatna, M.Ed
3. Wildan Insan Fauzi, M.Pd
sfs
3. Apa yang Kita Pelajari
1. Pendahuluan (SAP dan Silabus)
2. Memahami Sastra dan hubungannya dengan
pembelajaran Sejarah
3. Perkembangan Sastra pada masa Hindu-Budha
4. Perkembangan Sastra pada masa Kerajaan-
Kerajaan Islam sapai Pergerakan Nasional
5. Sastra dalam pandangan Postmodenisme
4. Apa yang Kita Pelajari
1. Fungsi dan Peran Novel dalam Pembelajaran
Sejarah
2. Penggunaan Sastra dalam pembelajaran Sejarah
3. Menganalisis Sastra dengan menggunaan teori
postkolonial, sosiologi sastra, dan realisme sosial
4. Peningkatan kemampuan Mahasiswa dalam
Mengapreasiasi sastra
5. Apresiasi Karya Sastra dalam Pembelajaran
Sejarah
5. Apa Itu Sastra
Kata "sastra" berasal dari kata serapan dalam
Bahasa Sansekerta yang artinya pedoman atau
ajaran.
Sastra bisa dibagi atas sastra lisan dan sastra
tertulis
Menurut Panuti Sudjiman, sastrawan, sastra adalah
karya lisan atau tulisan yang memiliki ciri keunggulan
seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam
isi dan ungkapannya
6. Apa Itu Sastra
Sumarno dan Saini, sastra adalah ungkapan pribadi manusia
berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat,
keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang
membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa.
Mursal Esten, menyatakan sastra atau kesusastraan adalah
pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai
manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui
bahasa sebagai medium dan punya efek yang positif terhadap
kehidupan manusia (kemanusiaan).
Ahmad Badrun, berpendapat bahwa Kesusastraan adalah
kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan garis simbol-
simbol lain sebagai alai, dan bersifat imajinatif.
7. Apa Itu Sastra
Menurut Sumardjo dan Sumaini, definisi sastra yaitu:
1. Sastra adalah seni bahasa.
2. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang
mendalam.
3. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa.
4. Sastra adalah inspirasi kehidupan yang dimateraikan dalam
sebuah bentuk keindahan.
5. Sastra adalah semua buku yang memuat perasaan
kemanusiaan yang benar dan kebenaran moral dengan
sentuhan kesucian, keluasan pandangan dan bentuk yang
mempesona.
8. Kategori sastra
Cerpen atau cerita pendek, suatu bentuk prosa atau karangan
yang tak terikat yang dibuat tidak berdasarkan kejadian nyata
atau fiktif dengan hanya mengambil satu atau dua bagian
kehidupan tokoh utamanya.
Novel, karya fiksi prosa berbentuk naratif yang dalam Bahasa
Italia disebut novella, yang artinya sepotong berita atau sebuah
cerita. Novel lebih panjang dari cerpen, bisa sekitar 40.000
kata atau lebih dan jalan ceritanya tentang kehidupan sehari-
hari tokoh sentral dan menitikberatkan pada sisi uniknya.
Syair.
Pantun, jenis puisi lama yang terdapat sampiran dan isi di
dalamnya.
Drama, bentuk karya sastra yang dapat diperankan dalam
suatu pertunjukkan.
9. Sastra dan Konstruk Budaya
sastrawan mengkonstruksi budaya suatu masyarakat melalui
karya sastranya.
Setiap sastrawan memotret dan memaknai kehidupan di
sekitarnya untuk kemudian diekspresikan melalui karya sastra.
setiap sastrawan memiliki cara pandang dan cara bertutur yang
unik, yang berbeda-beda.
Corak intelektual sastrawan yang berbeda akan mewarnai
karya-karyanya termasuk dalam memotret realitas masyarakat
pada zamannya.
setiap karya sastra adalah hasil pengaruh yang rumit dari
faktor-faktor sosial-politik-kultural (Mahayana, 2007).
10. Mengapa Sejarah dipelajari?
Sejarah sebagaimana yang diungkap Taupik Abdulah (1999),
menyimpan pengalaman berharga yang dapat memberikan
kearifan. Oleh sebab itulah, sejarah penting dipelajari agar
seseorang dapat mengambil hikmah dari peristiwa yang terjadi
di masa lampau.
Sam Wineburg (2007: 6: sejarah perlu diajarkan di sekolah
karena memiliki potensi untuk menjadikan manusia lebih
berkeperikemanusiaan
Tanpa sejarah, masa lalu hanya digunakan untuk kepentingan
praktis saja dan kita menjadi terputus dari berbagai
pengalaman kehidupan manusia (P.J. Lee, 1984: 5).
11. Problem?
peningkatan kemampuan intelektual (ranah kognitif) berupa
hapalan materi menjadi tujuan yang paling utama sementara
pembelajaran nilai (ranah afektif) menjadi sesuatu yang
terabaikan, padahal muatan nilai begitu besar dalam sejarah
(Wiriaatmadja, 2002: 149).
Pendidikan Indonesia saat ini lebih banyak mengandalkan
intuisi kognitif saja, tanpa memperhatikan aspek
perkembangan lain yang dapat menunjang kinerja otak.
para pelajar Indonesia hanya mampu ‘menghafal’ atau ‘peniru’
dibandingkan kemampuan dalam hal memecahkan persoalan
baru.
Buku teks merupakan sumber utama yang selama ini
digunakan oleh guru-guru dalam proses pembelajaran si kelas
lebih banyak memuat fakta-fakta yang membuat siswa-siswa
terbenam dalam lautan fakta. Akibatnya, siswa menjadi merasa
jenuh membaca buku teks
12. Kritik terhadap Sejarah
kritik terhadap pandangan sebagian besar sejarawan yang
menganggap mengenai keilmiahan sejarah yang hanya bisa
dicapai melalui sejarah empirik, sejarah struktural, prinsif
deskriptif analitis, dan penggunaan ilmu-ilmu sosial dalam
sejarah (Purwanto, 2008: 1-2).
Tolstoy: sejarah tidak lain dari sekedar kumpulan cerita yang
tak berguna
Sejarah terlalu sibuk dengan hal-hal partikulatif dan kering
yang berfungsi hanya sekedar "pelipur lara" saja
Foucolt (Saruf, 2008:89-91) yang menganggap sejarah yang
hanya terpaku pada “perayaan” tokoh dan peristiwa besar serta
mengabaikan peristiwa-peristiwa biasa.
13. Kritik terhadap Sejarah
Stephen Greenblatt (Purwanto, 2008: 5): Sejarah
merupakan hasil kepentingan kelompok sosial
tertentu dalam pertentangannya dengan kelompok
lain.
Sir Walter Scott menganggap sejarah sering terasa
“palsu”.
Scott menulis Waverley. Inilah novel sejarah
pertama yang terbit pada 1810. Sir Walter
mengambil sepenuhnya karakter Alasdair Ranaldson
MacDonell (1771-1828)
14. Kritik terhadap Sejarah
Milan Kundera sastrawan Ceko, pemenang Nobel
Kesusastraan. Ia berkata,
”Langkah pertama untuk memusnahkan suatu
bangsa cukup dengan menghapuskan memorinya.
Hancurkan buku-bukunya, kebudayaannya dan
sejarahnya, maka tak lama setelah itu, bangsa
tersebut akan mulai melupakan apa yang terjadi
sekarang dan pada masa lampau. Dunia
sekelilingnya bahkan akan melupakannya lebih
cepat”.(Priyatmoko, 2009)
15. Guna Novel
menyeimbangkan intelektual dan pembelajaran nilai,
penggunaan emosi sebanyak pikirannya ketika
belajar,
kesempatan yang lebih baik untuk mengingat fakta-
fakta sejarah,
pembelajaran sejarah lebih menyenangkan,
mendekatkan siswa pada masa lalu bangsanya.
mengisi kekurangan dalam menggali fakta fakta
sosial atau fakta-fakta mental.
16. Apresiasi Sastra
Pembelajaran sejarah yang menggunakan telaah novel sejarah
akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan jika diawali oleh
kemampuan gurunya dalam mengapresiasi novel tersebut
Apresiasi lebih mengacu pada aktivitas memahami,
menginterpretasi, menilai, dan pada akhirnya memproduksi
sesuatu yang sejenis dengan karya yang diapresiasikan.
apresiasi tidak hanya bersifat reseptif: menerima sesuatu
secara pasif. Tetapi, yang lebih penting, apresiasi juga bersifat
produktif: menghasilkan sesuatu secara aktif (Tarigan,1995:
84).
17. Upaya mengapresiasi karya sastra tidak dapat dilepaskan dari
masalah membaca.
Aminudin (2009: 20) mengemukakan dua konsep membaca
yang berkaitan dengan apresiasi sastra, yaitu: membaca
estetis dan membaca kritis.
Membaca estetis adalah kegiatan membaca yang
dilatarbelakangi tujuan menikmati dan menghargai unsur-unsur
keindahan yang terpapar dalam suatu teks sastra.
Membaca kritis bukan hanya bertujuan memahami, menikmati,
dan menghayati saja melainkan juga memberikan penilaian.
18. Problem Pada Hasil Analisis Mahasiswa
analisis mahasiswa cenderung dangkal dan
terkesan “hanya membuat ringkasan” dari novel
tersebut. Bahkan dari penelaahan lebih dalam, ada
beberapa mahasiswa yang “copy paste” hasil
analisis orang lain terhadap novel tesebut yang
terdapat di artikel-artikel di internet;
hanya sebagian kecil saja mahasiswa yang
membaca novel tersebut sepenuhnya bahkan ada
yang tidak membacanya sama sekali sehingga
tidak semua bagian mereka ungkap. Dengan
demikian, ada masalah dalam hal minat membaca
mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah;
19. Problem Pada Hasil Analisis Mahasiswa
mahasiswa kesulitan dalam membedakan
fakta dan fiksi dalam novel dan sepertinya
tidak memiliki pengetahuan sejarah yang
cukup untuk membandingkan cerita sejarah
di novel dengan yang terdapat di buku teks;
mahasiswa kesulitan dalam mengungkap
seting sosial, budaya, ekonomi, dan politik
serta latar belakang sejarah yang terdapat
dalam novel tersebut;
20. Problem Pada Hasil Analisis Mahasiswa
sebagian besar mahasiswa tidak dapat memahami
cara berpikir pengarang baik itu ideologi atau nilai
yang dianut novelis, cara pandangnya terhadap
realitas, apalagi membandingkan cara kerja novelis
dengan sejarawan;
mahasiswa tidak memiliki pengetahuan yang cukup
tentang teori-teori sastra baik itu teori struktural,
sosiologi sastra, postkolonialisme, kajian semiotika,
realisme sosialis, dan teori-teori sastra lainnya.
21. Mengapa Terjadi?
Rendahnya minat dan kemampuan
membaca
rendahnya pengetahuan sejarah mahasiswa.
rendahnya pengetahuan dan pemahaman
mahasiswa mengenai teori-teori sastra.