Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah karya Buya Hamka menceritakan kisah seorang pemuda bernama Hamid yang hidup dalam kemiskinan bersama ibunya. Hamid berusaha mencukupi kebutuhan hidup dengan menjual kue buatan ibunya. Novel ini mengeksplorasi adat, budaya, dan agama masyarakat Minangkabau pada masa itu. Teori C.W. Watson dapat diterapkan untuk menganalisis hubungan antara k
1. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Sosiologi Sastra Indonesia dengan Teori C.W. Watson.
Penulisan ini untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Sastra.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya dosen
pembimbing kami Bapak Drs. Aam Nurjaman, M.Pd. Selaku dosen pembimbing
mata kuliah Sosiologi Sastra yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan serta pengetahuan. Penulis sadar bahwasanya dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan kesalahan-kesalahan yang
ada, dan demi kebaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca.
Dan penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan atau perkataan
yang sekiranya tidak berkenan di hati pembaca.
Bogor, Oktober 2018
Penyusun
2. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULULAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 2
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Bahasa ..................................................................................................... 3
B. Psikologi ................................................................................................ 4
C. Linguistik ................................................................................................. 5
D. Psikolinguistik ......................................................................................... 6
E. Proses Kognitif ........................................................................................ 7
F. Teori Wilhem Von Hunboldt................................................................... 7
G. Teori Noam Chomsky ............................................................................. 8
BAB III METODELOGI DAN ANALISIS
A. Metode dan Teknik Penelitian ................................................................ 11
B. Objek Penelitian ...................................................................................... 11
C. Pengumpulan Dara .................................................................................. 12
D. Analisis Dara ........................................................................................... 12
E. Aspek Pikiran Psikologi Orang Marah ................................................... 22
F. Simpulan ................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
3. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan tentunya kita membutuhkan orang lain untuk memenuhi
suatu kebutuhan, itulah sebabnya lahir sebuah teori bahwa manusia adalah
makhluk yang paling berketergantungan dengan sesamanya. Teori tersbut saat ini
kita kenal dan populer dikalangan manusia sebagai sosiologi.
Sosiologi adalah sebuah ilmu yang mengatur tentang kehidupan manusia dan
masyarakat, baik itu individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau
kelompok dengan kelompok. Hubungan antara manusia dengan sesamanya
terkadang membutuhkan sebuah media, baik itu media kontak langsung ataupun
kontak tidak langsung.
Selain sebuah media yang digunakan untuk sebuah interaksi sosial, dalam
kehidupan bermasyarakat terdapat sebuah aturan atau yang biasa kita kenal
dengan etika. Dengan aturan yang berlaku dimasyarakat tersebut maka prilaku
seperti tingkah, dan bahasa diatur sedemikian rupa agar adanya suatu batasan
sehingga tidak menyimpang dan menyinggung orang lain. Hal itu saat ini kita
kenal dengan sastra.
Sastra bisa diartikan dengan suatu seni berbahasa, baik itu lisan ataupun
tulisan. dengan sastra tata cara berbahasa seseorang lebih terarah. Banyak sekali
cabang ilmu sastra yang mengkaji dengan memadukan kehidupan bermayarakat
dengan sebuah karya sastra yang diciptakan. Hal ini sangatlah berhubugan erat
dan tidak dapat dipisahkan, karena sebuah karya sastra lahir dari masyarakat dan
dikonsumsi oleh masyarakat pula. Untuk mengkaji lebih dalam terkait masyrakat
Indonesia dan karya sastra maka penulis mengangkat sebuah makalah yang
berjudul “Sosiologi Sastra Indonesia dengan Teori C. W. Watson”.
4. 2
B. Tujuan Penulisan
Latar belakang di atas menunjukan bahwa manusia pada dasarnya
membutuhkan sebuah sastra dalam kehidupan bermasyrakat, maka dari itu
makalah ini memiliki tujuan sebagi berikut:
1) Sebagai pedoman bermasyarakat dengan melibatkan sebuah sastra
2) Sebagai pembelajaran untuk mengkaji sebuah ilmu sastra dihubungkan
dengan kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
C. Manfaat Penulisan
Dari makalah ini kita akan mendapatkan manfaat, diantaranya sebagai berikut:
1) Untuk mengkaji sebuah ilmu sastra menurut C. W. Watson.
2) Mengetahui karya sastra Indonesia dan hubungannya dengan
kehidupan masyarakat
3) Untuk membandingkan karya sastra yang tercipta dan keadaan di
lingkungan sekitarnya.
5. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Studi C.W. Watson
secara eksplisit tesis Watson mengemukakan bahwa dasar teorinya adalah
strukturalisme genetik Goldman yang tak lain adalah pengembangan teori George
Lukacs. Dalam tesisnya yang membahas tentang novel Indonesia dari rentang
tahun 1920 sampai 1950, yang dilihat dari latar sosiokultural dan segi pandangan
dunianya. Saama seperti Goldmann, Watson juga menaruh perhatian yang kuat
pada teks sastra sebagai suatu struktur yang koheren. Akan tetapi dalam
pengembangan tesisnya, ia ternyata tidak sepenuhnya setia pada kerangka teori
yang ia gunakan. Ini disebabkan karena factor genesis yang tak tak dapat
dijelaskan secara sosiokultural sebagaimana yang dijelaskan goldmann sehingga
tersisiplah teori hegemoni Gramscian dalam analisisnya mengenai novel terbitan
balai pustaka dan non balaipustaka. Keduanya terbatas pada sebuah eksplanasi
berupa perubahan system nilai masyarakat dan diperhitungkannya sejumlah
mediasi yang oleh Goldmann tak pernah terpikirkan, misalnya tentang mediasi
tradisi sastra tradisional.
1. Genesis novel Indonesia
Novel Indonesia menurut Watson adalah novel yang terbit mulai tahun
1920 yang diterbitkan oleh balai pustaka. Novel Indonesia dibangun dari rentang
tradisi yang sangat panjang sejak terjadinya perkembangan komunikasi di jawa
dan sumatera, terutama sejak munculnya pers pribumi dalam bahasa melayu
rendah dan jawa. Melayu rendah disini adalah sastra hasil pembaca cina
peranakan karena ceritanya dianggap berbahan dari sastra tradisional cina. Pada
tahun-tahun terakhir banyak novek realisme sosialis yang ditulis oleh penulis
orang belanda atau indo-eropa yang tak lain adalah tiruan dari novel hindia
6. 4
belanda berbahasa belanda. Sirkulasi novel tersebut terbilang luas sehingga cukup
membuat pemerintah colonial resah karena takut jika pada akhirnya, “melek
huruf” ini akan mengganggu stabilitas keamanan politis kekuasaannya. Untuk
menangkal hal seperti itu, pemerintah colonial akhirnya membentuk sebuah
komisi bacaan yaitu balai pustaka yang novel-novel kita sebut sebagai awal dari
novel-novel Indonesia.
2. Balai Pustaka dalam Perjuangan Merebut Hegemoni
Peningkatan pers bebas yang dianggap mengancam eksistensi politis
pemerintah kolonial berujung pada diberlakukannya tindakan preventif sebagai
cara untuk meminimalisir dampak keberadaan bacaan liar. Cara yang
diberlakukan adalah dengan menyediakan bahan bacaan tandingan yang dianggap
aman secara politis dan melakukan monopoli penerbitan sehingga rakyat jaun dari
bahan bacaan yang dianggap membahayakan. Watson berpendapat pada mulanya
balai pustaka adalah salah satu alat politik pemerintah kolonial hindia belanda.
Akan tetapi, sekian lama timbulah kesukaan pembaca terhadap karya-karya yang
diterbitkan balai pustaka. Balai pustakapun mengalami kesuksesan sekitar tahu
1910 dibawah kepemimpinan Rinkes. Dengan bantuan modal yang kuat, balai
pustaka akhirnya mampu merebut pasar, hegemoni dalam bidang kesusastraan.
Menurut Watson, pencapaian tersebut diikuti pula oleh terintegrasinya balai
pustaka dari system politik kolonial sehingga memungkinkan adanya efisiensi
dalam seluruh proses pemberadaan buku.
3. Determinasi Faktor-Faktor Kultural
Dalam analisisnya mengenai karya-karya, Racine dan goldmann tidak
hanya berbicara tentang pandangan dunia, melainkan genesis dari pandangan
dunia tersebut. Genesisi itu didapatkan dari mengidentifikasi asal kelompok sosial
pengarang dan posisi kelompok sosial tersebut dalam tatanan kelas masyarakat.
7. 5
Hal tersebut tidak dilakukan oleh Watson. Yang ia kaji hanyalah perubahan sistem
nilai dalam masyarakat.
Watson hanya mengkaji sistem nilai itu pada masyarakat minangkabau
karena kebanyakan buku balai pustaka dikarang oleh pengarang asal
minangkabau. Watson berpendapat bahwa transisi bentuk sastra tradisional ke
modern merupakan salah satu akibat dari perubahan system sosial pasca perang
padre hingga tahun 1920-an. Meskipun perang padre diakhiri oleh menangnya
kaum adat, akan tetapi karena kaum penghulu semakin terikat dengan belanda,
penghormatan terhadap otoritas tradisional menjadi lenyap, digantikan oleh
orientasi nilai yang bersifat status pencapaian. Makin lama. Kekuatan otoritas
tradisional di minangkabau makin kikis. Hingga sesudah abad 19, keaslian
pandangan yang berpusat pada komunitas itu tak dapat dipertahankan lagi.
Perkembangan berikutnya adalah mengkonsolidasi pandangan baru dan
membentuk etika dan norma-norma baru. Meurut Watson novel balai pustaka
cenderung berplot romantik. Perangkat nilai lain yang berpusat pada pertanyaan
mengenai prestise dan status sosial dan hal itu bergantung pada suskses material.
Situasi ideal juga diidentikkan dengan adanya fleksibilitas dalam perkauman dan
pergaulan sosial daripada yang umum dalam masyarakat minangkabau.
Sikap-sikap tersebut menurut Watson agak mudah diterangkan. Pendek
kata ada tuntutan yang terus menerus bukan terhadap penghapusan tradisi atau
adat demi modernisasi, melainkan hanya modifikasi dan inovasi yang muncul
dalam proses modernisasi. Sekitar tahun 1933, ketika munculnya pujangga baru,
novel minangkabau tak lagi bercerita tentang masyarakatnya saja, melainkan juga
masyarakat daerah lain misalnya sunda.
Masyarakat kota telah berkembang menjadi masyarakat yang pluralis.
Watson membedakan elit Indonesia menjadi dua macam. Yaitu kelompok yang
menyukai asosiasi dan kelompok yang cenderung radikal. Konteks tersebutlah
yang menjadi penting dan menentukan bagi perkembangan pujangga baru.
Menurut Watson, pembacaan terhadap novel-novel pujangga baru telah berbeda,
karena yang ditawarkan adalah menerima norma-norma dan nilai-nilai dunia
8. 6
modern. Ini disebabkan oleh pembacaan kesusastraan barat. Sebagai contoh novel
layar terkembang, lingkungannya adalah kota dan tokohnya adalah bangsawan
sunda. Gaya hidupnya cenderung seperti orang eropa. Tokohnya berorientasi
nasionalis. Dalam novel ini nilai baik dan buruk lebih disoroti daripada kontas
pasangan-pasangan yang tajam. Semua itu bagi Watson adalah sebuah inovasi
teknis. Selain itu Watson menilai belenggu lebih maju daripada layar terkembang.
Belenggu lebih menyoroti kelas menengah lingkungan perkotaan. Selain itu,
belenggu tak bersifat tendensius. Belenggu bagi Watson mencerminkan krisis
kesadaran dari kelompok sosial yang spesifik dan percerminan itu dimediasi lewat
strukturnya, bukan isi superfisialnya.
4. Mediasi Semiotik dan Penerbit
Berbeda dengan goldmann, Watson menggunakan konvensi sastra yang
digunakan masayarakat sastra Indonesia. Karya sastra Indonesia tidak sepenuhnya
modern, akan tetapi masih terikat pada konteks sastra tradisional. Itulah sebabnya
sesuai dengan kebijaksanaan balai pustaka yang lebih menganggap bahwa
masyarakat indonesia itu adalah anak-anak. Pada dasarnya karya yang
diterjemahkan dari eropa itu adalah bacaan anak-anak. Kebijakkan serupa itu
menurut Watson sesuai dengan kebijaksanaan politik pemerintah secara general.
Sebagai mana telah dikemukakan, balai pustaka didirikan untuk menyaingin
penerbit-penerbit swasta yang banyak menerbitkan karya sensasional dan politis.
Itulah sebabnya buku terbitan balai pustaka meruapakan bacaan yang menghibur
dan “aman”.
9. 7
B. Hubungan Karya Sastra Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah dengan Teori
C.W. Watson
Sinopsis
Di Bawah Lindungan Ka’bah merupakan novel karya Buya Hamka pada
masanya. Novel yang menceritakan tentang adat istiadat, budaya, serta agama di
kemas secara padat di dalamnya, membuat para pembaca akan dibiarkan untuk
meliarkan pikirannya. Novel yang memiliki nilai sastra yang sangat tinggi
dipadukan dengan nilai religius menjadi karakter seorang sastrawan yang sangat
terkenal ini. Dengan mengisahkan sepasang kekasih yang dirundung suatu
permasalahan yang hampir sama pada masanya.
Novel ini mengisahkan seorang pria yang sangat tabah ketika diberikan
cobaan oleh Allah, ia tak pernah mengeluh dengan keadaan yang ia dapati.
Seorang pria tersebut bernama Hamid. Pria yang berkehidupan sangat minim
karena tidak ada seorang ayah yang mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga
karena sudah tiada. Hanya ditemani seorang ibu yang sangat tegar, dan mau
merjuang untuk menyambung hidup.
Suatu ketika hamid pindah ke suatu tempat di Padang, ia berusaha untuk
mencukupi kehidupannya dengan berjualan kue. Ibunda yang membuatkan dan
Hamid yang menjualnya ke sekitar kampung. Sesekali warga kampung melihat
Hamid dengan penuh belas kasih, anak kecil yang masih seharusnya asik bermain
tetapi malah sibuk berdangan, hal yang sungguh ironis. Tak beberapa lama Hamid
tinggal di kampung itu ada keluarga yang baru pindah juga, namun kehidupannya
berbanding terbalik dengan Hamid yang baru pindah juga. Keluarga tersebut
berkehidupan mewah, rumah mewah dengan kebun di sekitaran rumahnya yang
sangat luas.
Hamid mencoba peruntungannya berdagang, menawari kue pada orang yang
memiliki rumah mewah tersebut. Seseorang keluar dari balik pintu dan
memanggil Hamid untuk membeli dagangannya. Ia adalah Zainab putri dari Haji
10. 8
Jafar pemilik rumah mewah. Dengan rasa iba mak Asiah ibu Zainab bertanya
tentang kehidupan Hamid, sampai pada akhirnya Hamid dijadikan anak angkat
dan segala kebutuhannya dipenuhi Haji Jafar, tak terkecuali bersekolah tinggi,
menggapai cita-cita yang diamanatkan oleh sang ayah yang telah meninggal
dunia.
Bertahun tahun Hamid menjadi seorang kakak angkat bagi Zainab, mereka
seperti saudara kandung yang sangat dekat dan akrab. Keduanya disekolahkan
sampai selesai, namun Zainab tidak melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih
tinggi karena budaya. Hamid disekolahkan lagi oleh Haji Jafar di sebuah sekolah
yang sangat kental dengan agama islamnya.
Suatu hari Hamid dirundung duka yang amat mendalam, Ayah Zainab wafat,
disusul dengan wafat Ibu tercinta. Semenjak itu Hamid lebih senang menyendiri.
Di sebuah pantai Hamid bertemu mak Asiah dan ia diperintahkan untuk
berkunjung ke rumahnya. Keseokan harinya Hamid datang ke rumah mak Asiah
dan bertemu dengan Zainab, keduanya saling bertatap, wajah Zainab memerah,
sedangkan Hamid gugup berbicara dengannya entah karena apa. Hamid
menyadari bahwa dirinya telah jatuh cinta pada Zainab. Ketika sedang berbincang
berdua, tak lama mak Asiah datang dan menyuruh Hamid untuk merayu Zainab
agar mau menikah dengan anak dari teman ayahnya. Hamid sangat terpukul
mendengar perintah tersebut, harus mengorbankan perasaannya demi kebahagiaan
Zainab dan Mak Asiah.
Dengan berat hati hamid meninggalkan Padang dan pergi ke Medan tanpa
memberi kabar pada Zainab atau mak Asiah. Ia ikut rombongan jamaah haji
untuk menunaikan rukun Islam yang kelima bersama gurunya dengan menaiki
kapal. Di tanah suci Hamid ingin hatinya menjadi tenang, dan melupakan semua
dukanya yang ada di Padang.
Singkat cerita Hamid kedatangan sahabatnya dari Padang juga, dan kebetulan
istrinya adalah sahabat dari Zainab, sahabat Hamid bernama Saleh. Hamid
mendengarkan cerita dari sahabatnya, sebuah cerita yang mampu menghidupkan
11. 9
hatinya lagi, bahwa Zainab mencintai Hamid. Cinta hamid saling berbalasan,
sungguh hatinya senang mendengar kabar tersebut.
Namun tak lama berselang datanglah surat dari Zainab pada Hamid di tanah suci
yang telah diberi tahu oleh istri sahabatnya Rosna. Zainab sakit parah, dan hanya
menunggu ajal menjemput. Hamid terus terpikirkan Zainab yang mengakibatkan
badannya kurus dan sakit. Benar saja surat dari Rosna membawa kepedihan yang
amat dalam, bahwa Zainab telah wafat. Hamid semakin tak karuan, setelah
mendengar kabar tersebut. Besoknya ia wukuf di padang Arafah yang amat panas
dengan keadaan yang tidak memadai. Badan Hamid kurus sekali ditambah demam
yang sangat tinggi membuat ia harus dituntun dalam beribadah selanjutnya.
Tawaf adalah aktivitas terakhir Hamid kala itu sebelum ajal menjemput. Ketika
tawaf Hamid meminta orang yang berada di sampingnya untuk membawa Hamid
memegang hajar aswad mulia. Sambil memegang hajar aswad ia menangis dan
menceritakan keluh kesahnya pada Allah, dengan memegang hajar aswad akhirnya
Hamid dipanggil oleh Allah.
Hubungan dengan Teori C.W Watson
Sebagaimana yang dikatakan Watson bahwa adanya novel balai pustaka
adalah cara pemerintah kolonial menghegemoni masyarakat Indonesia agar tidak
membaca bacaan dari luar yang berisikan polik dan sosial. Bacaan tersebut tentu akan
mengancam kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia. Novel Di Bawah
Lindungan Kabah adalah salah satu novel terbitan balai pustaka yang diperuntukan
sebagai bahan bacaan yang tidak mengancam pemerintah kolonial. Hal ini terbukti
dengan isi yang terdapat dalam novel ini yang berkisah hanya tentang cinta, budaya,
dan adat. Sama sekali tidak menyinggung ke arah politik.
12. 10
Hampir sama dengan Teori Goldman yang mengatakan bahwa karya sastra sangat
erat kaitannya dengan kehidupan penulis. Watson pun mengatakan demikian,
namun bedanya Watson hanya mengkaji perubahan sistem sosial masyarakat
minangkabau. Sedangkan Goldman mengkaji hubungan karya sastra dengan
penulisnya secara keseluruhan.
13. 11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Watson merupakan teori pengembangan dari Goldman yaitu
mengenai hubungan karya sastra dengan penulisnya itu sendiri. Namun terdapat
sebuh perbedaan antara teori Goldman dan Watson. Perbedaan tersebut dapat
dilihat dari objek kajian Watson yang sangat spesifik yaitu karya sastra yang
berasal dari minangkabau dan beliau mengkaji awal mula terbitnya balai pustaka
adalah cara untuk menghegemoni masyarakat Indonesia agar tidak membaca
bacaan yang bebas, bacaan yang mampu mengancam pemerintahan kolonial
Belanda. Selain itu teori Watson menekankan mengenai perubahan sistem sosial
masyarakat Indonesia pada masa itu, peralihan antara Balai Pustaka digantikan
oleh Pujangga Baru yang sistem sosialnya lebih hedon dan cenderung mengikuti
gaya kebarat-baratan.
B. Saran
Dalam makalah ini hanya sadikit contoh dari hubungan teori Watson
dengan sebuah karya sastra berupa novel. Dalam contoh lain masih bisa
ditemukan hubungan Teori Watson dan karya sastra angkatan Balai Pustaka yang
berasal dari Minangkabau.
14. 12
DAFTAR PUSTAKA
Faruk. 2012. Pengantar Sosiologi Sastra. Jakarta: Pustaka Pelajar
http://zoetmeisje.doodlekit.com/blog/entry/3780065/mengenal-sastra-melalui-
sudut-pandang-sosiologi
http://abdiredja.blogspot.com/2010/02/ringkasan-beberapa-teori-sosiologi.html
Hamka, Buya. 2001. Di Bawah Lindungan Ka’bah. Jakarta: PT Balai Pustaka