SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Kode Etik Psikologi
Indonesia
Bab I: Pedoman Umum
Nama : Siska Septianus
NIM : 20220701285
Apa itu Kode Etik?
Kode etik adalah pola aturan, tata cara, tanda, atau pedoman etis untuk
berperilaku dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
Kode Etik Psikologi Indonesia (KEPI) adalah undang-undang yang berisi prinsip-
prinsip yang digunakan oleh seluruh psikolog dan ilmuwan psikologi. Tujuannya
adalah untuk memastikan bahwa psikolog bertindak secara profesional dan etis
saat menjalankan pekerjaan mereka untuk mencapai kesejahteraan umum (well-
being). Saat ini, kode etik yang berlaku adalah kode etik tahun 2010.
Apa saja Fungsi dan Manfaat
Kode Etik Psikologi?
A. Fungsi Kode Etik
Pada dasarnya, kode etik memiliki fungsi ganda yaitu melindungi dan
pengembangan bagi profesi. Fungsi ini sama seperti apa yang dikemukakan
oleh Gibson dan Michel (1945:449) yang menekankan kode etik sebagai
pedoman bagi masyarakat sebagai seorang profesional dan sebagai
pedoman untuk melaksanakan tugas prosefional.
Menurut Biggs dan Blocher (1986:10) ada tiga fungsi kode etik yaitu:
1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah;
2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi;
3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
B. Manfaat Kode Etik Psikologi
1. Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi berusaha maksimal memberikan manfaat
pada kesejah-teraan umat manusia, perlindungan hak dan meminimalkan resiko
dampak buruk pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak lain yang terkait.
2. Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi apabila terjadi konflik perlu menghindari serta
memini-malkan akibat dampak buruk; karena keputusan dan tindakan-tindakan
ilmiah dari Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi dapat mempengaruhi kehidupan
pihak-pihak lain.
3. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi perlu waspada terhadap kemungkinan adanya
faktor-faktor pribadi, keuangan, sosial, organisasi maupun politik yang mengarah
pada penyalahgunaan atas pengaruh mereka.
BAB I : Pedoman Umum
Pasal 1: Pengertian
(1) KODE ETIK PSIKOLOGI adalah seperangkat nilai-nilai untuk ditaati dan
dijalankan dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan kegiatansebagai
psikolog dan ilmuwan psikologi di Indonesia.
Contoh kasus: Seorang psikolog tidak menggunakan kode etik psikologi dalam
menangani kliennya.
Kesimpulan: Seorang psikolog seharusnya mematuhi kode etik psikologi yang
berlaku.
(2) PSIKOLOGI merupakan bidang studi yang mengkaji proses mental dan
perilaku manusia dan bagaimana hal-hal ini dapat diterapkan dalam kehidupan
manusia. Ahli dalam ilmu Psikologi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
• Profesi atau yang berhubungan dengan praktik Psikologi;
• Ilmu psikologi termasuk dalam hal ini ilmu murni atau terapan.
Contoh Kasus: Seorang remaja mengalami konflik identitas dan mencari bantuan
dari seorang psikolog, karena memiliki minat dan hobi yang berbeda, remaja
tersebut merasa sulit untuk diterima oleh teman sebayanya. Psikolog tersebut
membantu remaja untuk memahami dan merangkul identitasnya sendiri.
Kesimpulannya: Dalam kasus tersebut, psikolog dianggap
mematuhi prinsip-prinsip dalam membantu remaja tersebut membangun
kepercayaan diri dan kesejahteraan psikologis.
(3) PSIKOLOG adalah lulusan pendidikan profesi yang berkaitan dengan praktik
psikologi dengan latar belakang pendidikan Sarjana Psikologi lulusan program
pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1) sistem kurikukum lama atau yang
mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1) dan lulus dari pendidikan
profesi psikologiatau strata 2 (S2) Pendidikan Magister Psikologi (Profesi
Psikolog).
Contoh kasus: Seorang Psikolog membuka praktik tanpa mempunyai izin praktik.
Kesimpulan: Sebagai seorang Psikolog untuk membuka praktek sendiri harus
memiliki gelar S-2 serta diwajibkan memiliki izin praktik psikologi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
(4) ILMUWAN PSIKOLOGI adalah ahli dalam bidang ilmu psikologi dengan latar
belakang pendidikan strata 1 dan/atau strata 2 dan/atau strata 3 dalam bidang
psikologi.
Contoh kasus: Seorang Psikolog menangani gangguan syaraf yang seharusnya
ditangani oleh Psikiater.
Kesimpulan: Seorang Psikolog tidak boleh menangani seorang pasien di luar
kewenangan sesuai Pasal 1 Ayat 4.
(5) LAYANAN PSIKOLOGI adalah segala aktifitas pemberian jasa dan praktik
psikologi dalam rangka menolong individu dan/atau kelompok yang
dimaksudkan untuk pencegahan, pengembangan dan penyelesaian masalah-
masalah psikologis.
Contoh kasus: Seorang Psikolog membantu kliennya, tetapi tidak menyelesaikan
atau mencegah masalahnya, malah membuatnya semakin rumit.
Kesimpulan: Seharusnya seorang Psikolog bertanggung jawab untuk membantu
kliennya dalam mencegah atau menyelesaikan masalah kliennya.
Pasal 2: Prinsip Umum
• Prinsip A: Penghormatan pada Harkat Martabat Manusia
(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus menekankan pada hak asasi
manusia dalam melaksanakan layanan psikologi.
(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menghormati martabat setiap orang
serta hak-hak individu akan keleluasaan pribadi, kerahasiaan dan pilihan pribadi
seseorang.
(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menyadari bahwa diperlukan kehati-
hatian khusus untuk melindungi hak dan kesejahteraan individu atau komunitas
karena keterbatasan yang ada dapat mempengaruhi otonomi dalam pengambilan
keputusan.
(4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menyadari dan menghormati perbedaan
budaya, individu dan peran, termasuk usia, gender, identitas gender, ras, suku
bangsa, budaya, asal ke-bangsaan, orientasi seksual, ketidakmampuan
(berkebutuhan khusus), bahasa dan status sosialekonomi, serta mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut pada saat bekerja dengan orang-orang dari kelompok tersebut.
(5) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berusaha untuk menghilangkan pengaruh
bias faktor-faktor tersebut pada butir dan menghindari keterlibatan baik yang disadari
maupun tidak disadari dalam aktifitas-aktifitas yang didasari oleh prasangka.
• Prinsip B: Integritas dan Sikap Ilmiah
(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus mendasarkan pada dasar dan etika
ilmiah terutama pada pengetahuan yang sudah diyakini kebenarannya oleh
komunitas psikologi.
(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi senantiasa menjaga ketepatan, kejujuran,
kebenaran dalam keilmuan, pengajaran, pengamalan dan praktik psikologi.
(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak mencuri, berbohong, terlibat pemalsuan
(fraud), tipuan atau distorsi fakta yang direncanakan dengan sengaja memberikan fakta-
fakta yang tidak benar.
(4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berupaya untuk menepati janji tetapi dapat
mengambil keputusan tidak mengungkap fakta secara utuh atau lengkap HANYA
dalam situasi dimana tidak diungkapkannya fakta secara etis dapat
dipertanggungjawabkan untuk meminimalkan dampak buruk bagi pengguna layanan
psikologi.
(5) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan
kebutuhan, konsekuensi dan bertanggung jawab untuk memperbaiki ketidakpercayaan
atau akibat buruk yang muncul dari penggunaan teknik psikologi yang digunakan.
• Prinsip C : Profesional
(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus memiliki kompetensi dalam
melaksanakan segala bentuk layanan psikologi, penelitian, pengajaran, pelatihan,
layanan psikologi dengan menekankan pada tanggung jawab, kejujuran, batasan
kompetensi, obyektif dan integritas.
(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membangun hubungan yang didasarkan pada
adanya saling percaya, menyadari tanggung jawab profesional dan ilmiah terhadap
pengguna layanan psikologi serta komunitas khusus lainnya.
(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menjunjung tinggi kode etik, peran dan
kewajiban profesional, mengambil tanggung jawab secara tepat atas tindakan mereka,
berupaya untuk mengelola berbagai konflik kepentingan yang dapat mengarah pada
eksploitasi dan dampak buruk.
• Prinsip D : Keadilan
(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memahami bahwa kejujuran dan
ketidakberpihakan adalah hak setiap orang. Oleh karena itu, pengguna layanan
psikologi tanpa dibedakan oleh latarbelakang dan karakteristik khususnya, harus
mendapatkan layanan dan memperoleh keuntungan dalam kualitas yang setara dalam
hal proses, prosedur dan layanan yang dilakukan.
(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menggunakan penilaian yang dapat
dipertanggungjawabkan secara profesional, waspada dalam memastikan kemungkinan
bias-bias yang muncul, mempertimbangkan batas dari kompetensi, dan keterbatasan
keahlian sehingga tidak mengabaikan atau mengarah kepada praktik-praktik yang
menjamin ketidakberpihakan.
• Prinsip E: Manfaat
(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berusaha maksimal memberikan manfaat pada
kesejahteraan umat manusia, perlindungan hak dan meminimalkan resiko dampak buruk
pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak lain yang terkait.
(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi apabila terjadi konflik perlu menghindari serta
meminimalkan akibat dampak buruk; karena keputusan dan tindakan-tindakan ilmiah
dari Psikolog dan/ atau Ilmuwan Psikologi dapat mempengaruhi kehidupan pihak-pihak
lain.
(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi perlu waspada terhadap kemungkinan adanya
faktor-faktor pribadi, keuangan, sosial, organisasi maupun politik yang mengarah pada
penyalahgunaan atas pengaruh mereka.
Contoh Kasus
“sebagai seorang psikolog, TH membina kerjasama dengan berbagai instansi memberi jasa
melakukan psikotes untuk keperluan seleksi dan rekruitmen. Salah satu perusahaan yang
menjadi kliennya (bukan psikolog) mempercayainya untuk melakukan psikotest terhadap
sejumlah karyawan dan memintanya memberikan laporan berupa soft copy yang dikirimkan
melalui email untuk alasan kemudahan administrasi. TH merasa bingung, karena khawatir
jika ia memberikan laporan dalam bentuk demikian, laporannya dapat berubah dan
disalahgunakan. Ia memikirkan untuk mengirimkan laporannya dalam format pdf atau
memberikan pasword yang dapat mencegah orang lain dapat merubah file laporannya”.
• Pasal 2: Prinsip A: Penghormatan pada Harkat Martabat Manusia
Dalam kasus ini, TH merasa bertanggung jawab untuk melindungi integritas dan privasi data karyawan
yang menjadi objek psikotest. Tindakan yang dipertimbangkan, seperti mengirimkan laporan dalam format
PDF atau memberikan kata sandi, mencerminkan rasa hormat terhadap privasi dan martabat manusia.
• Pasal 2: Prinsip B: Integritas dan Sikap Ilmiah
Dalam kasus ini, TH merasa khawatir bahwa memberikan laporan dalam bentuk soft copy melalui email
dapat menyebabkan laporan diubah atau disalahgunakan, yang dapat mengancam integritas data dan
hasil psikotest. Oleh karena itu, TH mempertimbangkan untuk mengirimkan laporan dalam format PDF
atau menggunakan kata sandi. Dengan melakukan tindakan ini, TH memastikan bahwa hasil psikotes
tetap akurat dan tidak berubah sesuai dengan prinsip integritas dan sikap. Upaya ini juga menunjukkan
komitmen TH untuk menjalankan praktik psikologi dengan etika dan integritas yang tinggi.
Hasil Analisa Contoh Kasus:
Hasil Analisa Contoh Kasus:
• Pasal 2: Prinsip C : Profesional
TH telah memenuhi prinsip profesionalismenya yang menekankan betapa pentingnya menjalankan
pekerjaan sebagai psikolog dengan integritas, etika, dan profesionalisme yang tinggi. Ini memastikan
bahwa hasil psikotes tetap akurat dan tidak disalahgunakan.
• Pasal 2: Prinsip D : Keadilan
TH memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan dan hasil psikotesnya diperlakukan
secara adil. Khawatir akan keadilan dalam proses ini karena laporan soft copy yang dikirim melalui email
dapat diubah atau disalahgunakan.
Analisa Publikasi Rangkuman
Pasal 28: Pertanggungjawaban
Ayat (1), Point a: Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi; dalam memberikan pernyataan kepada
masyarakat melalui berbagai jalur media baik lisan maupun tertulis mencerminkan keilmuannya
sehingga masyarakat dapat menerima dan memahami secara benar agar terhindar dari kekeliruan
penafsiran serta menyesatkan masyarakat pengguna jasa dan/atau praktik psikologi. Pernyataan
tersebut harus disampaikan dengan:
a) Bijaksana, jujur, teliti, hati-hati.
Dalam membuat Publikasi ini saya belum memiliki gelar sebagai seorang Psikolog. Oleh karena itu,
sebagai tanda bahwa saya bertanggung jawab atas publikasi tersebut, saya telah mencantumkan
nama dan Nomor Identifikasi Mahasiswa (NIM) saya.
Analisa Publikasi Rangkuman
Ayat (1), Point c:
Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi; dalam memberikan pernyataan kepada masyarakat melalui
berbagai jalur media baik lisan maupun tertulis mencerminkan keilmuannya sehingga masyarakat
dapat menerima dan memahami secara benar agar terhindar dari kekeliruan penafsiran serta
menyesatkan masyarakat pengguna jasa dan/atau praktik psikologi. Pernyataan tersebut harus
disampaikan dengan:
c) Berpedoman pada dasar ilmiah dan disesuaikan dengan bidang keahlian/kewenangan selama
tidak bertentangan dengan kode etik psikologi.
Materi publikasi yang saya buat, saya mengacu pada pembahasan kode etik yang telah dibuat oleh
HIMPSI dan tidak ada pembahasan diluar kode etik.
Kesimpulan
Dalam praktik psikologi, Kode Etik Psikologi sangat penting karena membantu para
psikolog berperilaku dengan benar dan menghormati hak dan privasi pada klien. Hal ini
juga memastikan bahwa praktik psikologi dilakukan dengan cara yang etis, sehingga
orang dapat mempercayai Psikolog. Psikolog harus mematuhi kode etik untuk
memastikan profesionalisme dalam praktik mereka, baik dalam penelitian maupun
dalam layanan klien. Jika Psikolog melanggar Kode Etik, Psikolog dapat dihukum atau
kehilangan izin praktik mereka.
Daftar Referensi:
• HIMPUNAN PSIKOLOGI INDONESIA. (2010). KODE ETIK PSIKOLOGI INDONESIA (Hasil
Kongres XI HIMPSI). Surakarta: Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia.
• Sitasari, Novendawati Wahyu (2020). MODUL PERTEMUAN 2 KODE ETIK: PEDOMAN UMUM.
Bekasi: Universitas Esa Unggul.
• Iffah, C. (2014). TUGAS KODE ETIK PSIKOLOGI Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Kode Etik Psikologi. Retrieved from Academia.edu:
https://www.academia.edu/8699356/TUGAS_ KODE_ ETIK_ PSIKOLOGI_ Disusun_ guna_ meme
nuhi_ tugas_ mata_ kuliah_ Kode_ Etik_ Psikologi
• Pakgalih. (2009). Pengertian dan Fungsi Kode Etik. Retrieved from WordPress.com.:
https://pakgalih.wordpress.com/2009/04/07/pengertian-dan-fungsi-kode-etik/
•

More Related Content

What's hot

Teori – teori tentang pemilihan jabatan
Teori – teori tentang pemilihan jabatanTeori – teori tentang pemilihan jabatan
Teori – teori tentang pemilihan jabatan
Maftukah Ara
 
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freudGambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
Agung Andi Nurul Patta
 
power poin teori relasi objek
power poin teori relasi objekpower poin teori relasi objek
power poin teori relasi objek
faiqoh nurlaeli
 
Teori kepribadian dan Big five Factors
Teori kepribadian dan Big five FactorsTeori kepribadian dan Big five Factors
Teori kepribadian dan Big five Factors
Adhi Kurniawan
 
Cattell
CattellCattell
Cattell
swirawan
 
Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)
Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)
Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)
coryditapratiwi
 
Psikoterapi (asosiasi bebas)
Psikoterapi (asosiasi bebas)Psikoterapi (asosiasi bebas)
Psikoterapi (asosiasi bebas)
coryditapratiwi
 
Aliran-Aliran dalam Psikologi
Aliran-Aliran dalam PsikologiAliran-Aliran dalam Psikologi
Aliran-Aliran dalam Psikologi
Intan Irawati
 
Psikologi abnormal
Psikologi abnormalPsikologi abnormal
Psikologi abnormal
Irull15
 
Studi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosialStudi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosial
elmakrufi
 

What's hot (20)

Teori – teori tentang pemilihan jabatan
Teori – teori tentang pemilihan jabatanTeori – teori tentang pemilihan jabatan
Teori – teori tentang pemilihan jabatan
 
Psikologi umum 1, kode etik
Psikologi umum 1, kode etik Psikologi umum 1, kode etik
Psikologi umum 1, kode etik
 
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freudGambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
 
Psikologi klinis 1 pertemuan 5
Psikologi klinis 1 pertemuan 5Psikologi klinis 1 pertemuan 5
Psikologi klinis 1 pertemuan 5
 
power poin teori relasi objek
power poin teori relasi objekpower poin teori relasi objek
power poin teori relasi objek
 
Teori kepribadian dan Big five Factors
Teori kepribadian dan Big five FactorsTeori kepribadian dan Big five Factors
Teori kepribadian dan Big five Factors
 
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCK
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCKPsikologi Kepribadian HANS EYSENCK
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCK
 
Psikologi kognitif
Psikologi kognitifPsikologi kognitif
Psikologi kognitif
 
Psikologi Lintas-Budaya: Penerapannya
Psikologi Lintas-Budaya: PenerapannyaPsikologi Lintas-Budaya: Penerapannya
Psikologi Lintas-Budaya: Penerapannya
 
Cattell
CattellCattell
Cattell
 
Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)
Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)
Tugas 1 (Psikologi Lintas Budaya)
 
Raymond bernard cattell
Raymond bernard cattell Raymond bernard cattell
Raymond bernard cattell
 
Teori Konvergensi dalam Psikologi
Teori Konvergensi dalam PsikologiTeori Konvergensi dalam Psikologi
Teori Konvergensi dalam Psikologi
 
Psikoterapi (asosiasi bebas)
Psikoterapi (asosiasi bebas)Psikoterapi (asosiasi bebas)
Psikoterapi (asosiasi bebas)
 
Aliran-Aliran dalam Psikologi
Aliran-Aliran dalam PsikologiAliran-Aliran dalam Psikologi
Aliran-Aliran dalam Psikologi
 
Planned Behavior Theory
Planned Behavior TheoryPlanned Behavior Theory
Planned Behavior Theory
 
Psikologi abnormal
Psikologi abnormalPsikologi abnormal
Psikologi abnormal
 
Asas dan Fungsi kepemimpinan dan Tugas Pemimpin
Asas dan Fungsi kepemimpinan dan Tugas PemimpinAsas dan Fungsi kepemimpinan dan Tugas Pemimpin
Asas dan Fungsi kepemimpinan dan Tugas Pemimpin
 
Studi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosialStudi kasus psikologi sosial
Studi kasus psikologi sosial
 
TEORI RELASI OBJEK - melanie klien
TEORI RELASI OBJEK - melanie klienTEORI RELASI OBJEK - melanie klien
TEORI RELASI OBJEK - melanie klien
 

Similar to Kode Etik Psikologi Indonesia | Bab I: Pedoman Umum

Definisis & Kompetensi Psikologi Klinis.pptx
Definisis & Kompetensi Psikologi Klinis.pptxDefinisis & Kompetensi Psikologi Klinis.pptx
Definisis & Kompetensi Psikologi Klinis.pptx
YohanaWuriSatwika1
 
Etika Profesi Jabfung Penyuluh 2021.pptx
Etika Profesi Jabfung Penyuluh 2021.pptxEtika Profesi Jabfung Penyuluh 2021.pptx
Etika Profesi Jabfung Penyuluh 2021.pptx
PutiiKemalaYr
 
Edit etika profesi epidemiolog(1)
Edit etika profesi epidemiolog(1)Edit etika profesi epidemiolog(1)
Edit etika profesi epidemiolog(1)
BidangTFBBPKCiloto
 
ETIKA-PROFESI-etika dan moralitas.ppt
ETIKA-PROFESI-etika dan moralitas.pptETIKA-PROFESI-etika dan moralitas.ppt
ETIKA-PROFESI-etika dan moralitas.ppt
ekoari78
 
16108900.ppt
16108900.ppt16108900.ppt
16108900.ppt
Rules141
 
1.defining clinical psychology
1.defining clinical psychology1.defining clinical psychology
1.defining clinical psychology
syafi_u
 
MODEL KONSEP G3 PSIKOSOSIAL LENGKAP.pptx
MODEL KONSEP G3 PSIKOSOSIAL LENGKAP.pptxMODEL KONSEP G3 PSIKOSOSIAL LENGKAP.pptx
MODEL KONSEP G3 PSIKOSOSIAL LENGKAP.pptx
Retno Lusmiati Anisah
 

Similar to Kode Etik Psikologi Indonesia | Bab I: Pedoman Umum (20)

Kode etik himpsi terbaru
Kode etik himpsi terbaruKode etik himpsi terbaru
Kode etik himpsi terbaru
 
Kode etik psikologi himpsi 2010
Kode etik psikologi himpsi 2010Kode etik psikologi himpsi 2010
Kode etik psikologi himpsi 2010
 
Kode etik psikologi pdf
Kode etik psikologi pdfKode etik psikologi pdf
Kode etik psikologi pdf
 
Kode Etik Psikologi Indonesia, Amerika, Eropa
Kode Etik Psikologi Indonesia, Amerika, EropaKode Etik Psikologi Indonesia, Amerika, Eropa
Kode Etik Psikologi Indonesia, Amerika, Eropa
 
Definisis & Kompetensi Psikologi Klinis.pptx
Definisis & Kompetensi Psikologi Klinis.pptxDefinisis & Kompetensi Psikologi Klinis.pptx
Definisis & Kompetensi Psikologi Klinis.pptx
 
Kode etik psikologi 2010
Kode etik psikologi 2010Kode etik psikologi 2010
Kode etik psikologi 2010
 
M5 kb1
M5 kb1M5 kb1
M5 kb1
 
Etika Profesi Jabfung Penyuluh 2021.pptx
Etika Profesi Jabfung Penyuluh 2021.pptxEtika Profesi Jabfung Penyuluh 2021.pptx
Etika Profesi Jabfung Penyuluh 2021.pptx
 
Prinsip etika etikolegal kebidanan
Prinsip etika etikolegal kebidananPrinsip etika etikolegal kebidanan
Prinsip etika etikolegal kebidanan
 
Edit etika profesi epidemiolog(1)
Edit etika profesi epidemiolog(1)Edit etika profesi epidemiolog(1)
Edit etika profesi epidemiolog(1)
 
Kode etik psikologi(aplikom)
Kode etik psikologi(aplikom)Kode etik psikologi(aplikom)
Kode etik psikologi(aplikom)
 
66022436 draft-kode-etik-himpsi-2010-bahan kongres
66022436 draft-kode-etik-himpsi-2010-bahan kongres66022436 draft-kode-etik-himpsi-2010-bahan kongres
66022436 draft-kode-etik-himpsi-2010-bahan kongres
 
Etika Penelitian Eksperimen - Kuasi Eksperimen S2 Profesi 2022 Dibagi.pdf
Etika Penelitian Eksperimen - Kuasi Eksperimen S2 Profesi 2022 Dibagi.pdfEtika Penelitian Eksperimen - Kuasi Eksperimen S2 Profesi 2022 Dibagi.pdf
Etika Penelitian Eksperimen - Kuasi Eksperimen S2 Profesi 2022 Dibagi.pdf
 
ETIKA-PROFESI-etika dan moralitas.ppt
ETIKA-PROFESI-etika dan moralitas.pptETIKA-PROFESI-etika dan moralitas.ppt
ETIKA-PROFESI-etika dan moralitas.ppt
 
ETIKA-PROFESI-etika dan moralitas.ppt
ETIKA-PROFESI-etika dan moralitas.pptETIKA-PROFESI-etika dan moralitas.ppt
ETIKA-PROFESI-etika dan moralitas.ppt
 
1PPT ETIKA PROFESI ( 1 )- Etika dan ruang linkup..pptx
1PPT ETIKA PROFESI ( 1 )- Etika dan ruang linkup..pptx1PPT ETIKA PROFESI ( 1 )- Etika dan ruang linkup..pptx
1PPT ETIKA PROFESI ( 1 )- Etika dan ruang linkup..pptx
 
16108900.ppt
16108900.ppt16108900.ppt
16108900.ppt
 
1.defining clinical psychology
1.defining clinical psychology1.defining clinical psychology
1.defining clinical psychology
 
Makalah Etika dan Profesional
Makalah Etika dan ProfesionalMakalah Etika dan Profesional
Makalah Etika dan Profesional
 
MODEL KONSEP G3 PSIKOSOSIAL LENGKAP.pptx
MODEL KONSEP G3 PSIKOSOSIAL LENGKAP.pptxMODEL KONSEP G3 PSIKOSOSIAL LENGKAP.pptx
MODEL KONSEP G3 PSIKOSOSIAL LENGKAP.pptx
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
AgusSuarno2
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
DoddiKELAS7A
 
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASSK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
susilowati82
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
AvivThea
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptxAksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
Aksi Nyata Cegah Perundungan Mulai dari Kelas [Guru].pptx
 
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
E-modul materi Ekosistem Kelas 10 SMA (Preview)
 
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
Bahan Ajar Power Point Materi Campuran kelas 8
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptDemokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
 
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptxMekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
Mekanisme Mendengar Pada Manusia dan Hewan.pptx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
PELAKSANAAN + Link2 MATERI Training_ "AUDIT INTERNAL + SISTEM MANAJEMEN MUTU ...
 
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
 
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.pptAnalisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
Analisis Regresi Analisis Regresi dan Korelasi.ppt
 
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPASSK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
SK PANITIA PELAKSANA IHT SMPN 2 KEMPAS KECAMATAN KEMPAS
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptxMateri Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran  IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Kode Etik Psikologi Indonesia | Bab I: Pedoman Umum

  • 1. Kode Etik Psikologi Indonesia Bab I: Pedoman Umum Nama : Siska Septianus NIM : 20220701285
  • 2. Apa itu Kode Etik? Kode etik adalah pola aturan, tata cara, tanda, atau pedoman etis untuk berperilaku dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode Etik Psikologi Indonesia (KEPI) adalah undang-undang yang berisi prinsip- prinsip yang digunakan oleh seluruh psikolog dan ilmuwan psikologi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa psikolog bertindak secara profesional dan etis saat menjalankan pekerjaan mereka untuk mencapai kesejahteraan umum (well- being). Saat ini, kode etik yang berlaku adalah kode etik tahun 2010.
  • 3. Apa saja Fungsi dan Manfaat Kode Etik Psikologi? A. Fungsi Kode Etik Pada dasarnya, kode etik memiliki fungsi ganda yaitu melindungi dan pengembangan bagi profesi. Fungsi ini sama seperti apa yang dikemukakan oleh Gibson dan Michel (1945:449) yang menekankan kode etik sebagai pedoman bagi masyarakat sebagai seorang profesional dan sebagai pedoman untuk melaksanakan tugas prosefional. Menurut Biggs dan Blocher (1986:10) ada tiga fungsi kode etik yaitu: 1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah; 2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi; 3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
  • 4. B. Manfaat Kode Etik Psikologi 1. Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi berusaha maksimal memberikan manfaat pada kesejah-teraan umat manusia, perlindungan hak dan meminimalkan resiko dampak buruk pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak lain yang terkait. 2. Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi apabila terjadi konflik perlu menghindari serta memini-malkan akibat dampak buruk; karena keputusan dan tindakan-tindakan ilmiah dari Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi dapat mempengaruhi kehidupan pihak-pihak lain. 3. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi perlu waspada terhadap kemungkinan adanya faktor-faktor pribadi, keuangan, sosial, organisasi maupun politik yang mengarah pada penyalahgunaan atas pengaruh mereka.
  • 5. BAB I : Pedoman Umum Pasal 1: Pengertian (1) KODE ETIK PSIKOLOGI adalah seperangkat nilai-nilai untuk ditaati dan dijalankan dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan kegiatansebagai psikolog dan ilmuwan psikologi di Indonesia. Contoh kasus: Seorang psikolog tidak menggunakan kode etik psikologi dalam menangani kliennya. Kesimpulan: Seorang psikolog seharusnya mematuhi kode etik psikologi yang berlaku.
  • 6. (2) PSIKOLOGI merupakan bidang studi yang mengkaji proses mental dan perilaku manusia dan bagaimana hal-hal ini dapat diterapkan dalam kehidupan manusia. Ahli dalam ilmu Psikologi dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: • Profesi atau yang berhubungan dengan praktik Psikologi; • Ilmu psikologi termasuk dalam hal ini ilmu murni atau terapan. Contoh Kasus: Seorang remaja mengalami konflik identitas dan mencari bantuan dari seorang psikolog, karena memiliki minat dan hobi yang berbeda, remaja tersebut merasa sulit untuk diterima oleh teman sebayanya. Psikolog tersebut membantu remaja untuk memahami dan merangkul identitasnya sendiri. Kesimpulannya: Dalam kasus tersebut, psikolog dianggap mematuhi prinsip-prinsip dalam membantu remaja tersebut membangun kepercayaan diri dan kesejahteraan psikologis.
  • 7. (3) PSIKOLOG adalah lulusan pendidikan profesi yang berkaitan dengan praktik psikologi dengan latar belakang pendidikan Sarjana Psikologi lulusan program pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1) sistem kurikukum lama atau yang mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1) dan lulus dari pendidikan profesi psikologiatau strata 2 (S2) Pendidikan Magister Psikologi (Profesi Psikolog). Contoh kasus: Seorang Psikolog membuka praktik tanpa mempunyai izin praktik. Kesimpulan: Sebagai seorang Psikolog untuk membuka praktek sendiri harus memiliki gelar S-2 serta diwajibkan memiliki izin praktik psikologi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
  • 8. (4) ILMUWAN PSIKOLOGI adalah ahli dalam bidang ilmu psikologi dengan latar belakang pendidikan strata 1 dan/atau strata 2 dan/atau strata 3 dalam bidang psikologi. Contoh kasus: Seorang Psikolog menangani gangguan syaraf yang seharusnya ditangani oleh Psikiater. Kesimpulan: Seorang Psikolog tidak boleh menangani seorang pasien di luar kewenangan sesuai Pasal 1 Ayat 4.
  • 9. (5) LAYANAN PSIKOLOGI adalah segala aktifitas pemberian jasa dan praktik psikologi dalam rangka menolong individu dan/atau kelompok yang dimaksudkan untuk pencegahan, pengembangan dan penyelesaian masalah- masalah psikologis. Contoh kasus: Seorang Psikolog membantu kliennya, tetapi tidak menyelesaikan atau mencegah masalahnya, malah membuatnya semakin rumit. Kesimpulan: Seharusnya seorang Psikolog bertanggung jawab untuk membantu kliennya dalam mencegah atau menyelesaikan masalah kliennya.
  • 10. Pasal 2: Prinsip Umum • Prinsip A: Penghormatan pada Harkat Martabat Manusia (1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus menekankan pada hak asasi manusia dalam melaksanakan layanan psikologi. (2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menghormati martabat setiap orang serta hak-hak individu akan keleluasaan pribadi, kerahasiaan dan pilihan pribadi seseorang. (3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menyadari bahwa diperlukan kehati- hatian khusus untuk melindungi hak dan kesejahteraan individu atau komunitas karena keterbatasan yang ada dapat mempengaruhi otonomi dalam pengambilan keputusan.
  • 11. (4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menyadari dan menghormati perbedaan budaya, individu dan peran, termasuk usia, gender, identitas gender, ras, suku bangsa, budaya, asal ke-bangsaan, orientasi seksual, ketidakmampuan (berkebutuhan khusus), bahasa dan status sosialekonomi, serta mempertimbangkan faktor-faktor tersebut pada saat bekerja dengan orang-orang dari kelompok tersebut. (5) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berusaha untuk menghilangkan pengaruh bias faktor-faktor tersebut pada butir dan menghindari keterlibatan baik yang disadari maupun tidak disadari dalam aktifitas-aktifitas yang didasari oleh prasangka. • Prinsip B: Integritas dan Sikap Ilmiah (1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus mendasarkan pada dasar dan etika ilmiah terutama pada pengetahuan yang sudah diyakini kebenarannya oleh komunitas psikologi.
  • 12. (2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi senantiasa menjaga ketepatan, kejujuran, kebenaran dalam keilmuan, pengajaran, pengamalan dan praktik psikologi. (3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak mencuri, berbohong, terlibat pemalsuan (fraud), tipuan atau distorsi fakta yang direncanakan dengan sengaja memberikan fakta- fakta yang tidak benar. (4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berupaya untuk menepati janji tetapi dapat mengambil keputusan tidak mengungkap fakta secara utuh atau lengkap HANYA dalam situasi dimana tidak diungkapkannya fakta secara etis dapat dipertanggungjawabkan untuk meminimalkan dampak buruk bagi pengguna layanan psikologi. (5) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan kebutuhan, konsekuensi dan bertanggung jawab untuk memperbaiki ketidakpercayaan atau akibat buruk yang muncul dari penggunaan teknik psikologi yang digunakan.
  • 13. • Prinsip C : Profesional (1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan segala bentuk layanan psikologi, penelitian, pengajaran, pelatihan, layanan psikologi dengan menekankan pada tanggung jawab, kejujuran, batasan kompetensi, obyektif dan integritas. (2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membangun hubungan yang didasarkan pada adanya saling percaya, menyadari tanggung jawab profesional dan ilmiah terhadap pengguna layanan psikologi serta komunitas khusus lainnya. (3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menjunjung tinggi kode etik, peran dan kewajiban profesional, mengambil tanggung jawab secara tepat atas tindakan mereka, berupaya untuk mengelola berbagai konflik kepentingan yang dapat mengarah pada eksploitasi dan dampak buruk.
  • 14. • Prinsip D : Keadilan (1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memahami bahwa kejujuran dan ketidakberpihakan adalah hak setiap orang. Oleh karena itu, pengguna layanan psikologi tanpa dibedakan oleh latarbelakang dan karakteristik khususnya, harus mendapatkan layanan dan memperoleh keuntungan dalam kualitas yang setara dalam hal proses, prosedur dan layanan yang dilakukan. (2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menggunakan penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan secara profesional, waspada dalam memastikan kemungkinan bias-bias yang muncul, mempertimbangkan batas dari kompetensi, dan keterbatasan keahlian sehingga tidak mengabaikan atau mengarah kepada praktik-praktik yang menjamin ketidakberpihakan.
  • 15. • Prinsip E: Manfaat (1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berusaha maksimal memberikan manfaat pada kesejahteraan umat manusia, perlindungan hak dan meminimalkan resiko dampak buruk pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak lain yang terkait. (2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi apabila terjadi konflik perlu menghindari serta meminimalkan akibat dampak buruk; karena keputusan dan tindakan-tindakan ilmiah dari Psikolog dan/ atau Ilmuwan Psikologi dapat mempengaruhi kehidupan pihak-pihak lain. (3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi perlu waspada terhadap kemungkinan adanya faktor-faktor pribadi, keuangan, sosial, organisasi maupun politik yang mengarah pada penyalahgunaan atas pengaruh mereka.
  • 16. Contoh Kasus “sebagai seorang psikolog, TH membina kerjasama dengan berbagai instansi memberi jasa melakukan psikotes untuk keperluan seleksi dan rekruitmen. Salah satu perusahaan yang menjadi kliennya (bukan psikolog) mempercayainya untuk melakukan psikotest terhadap sejumlah karyawan dan memintanya memberikan laporan berupa soft copy yang dikirimkan melalui email untuk alasan kemudahan administrasi. TH merasa bingung, karena khawatir jika ia memberikan laporan dalam bentuk demikian, laporannya dapat berubah dan disalahgunakan. Ia memikirkan untuk mengirimkan laporannya dalam format pdf atau memberikan pasword yang dapat mencegah orang lain dapat merubah file laporannya”.
  • 17. • Pasal 2: Prinsip A: Penghormatan pada Harkat Martabat Manusia Dalam kasus ini, TH merasa bertanggung jawab untuk melindungi integritas dan privasi data karyawan yang menjadi objek psikotest. Tindakan yang dipertimbangkan, seperti mengirimkan laporan dalam format PDF atau memberikan kata sandi, mencerminkan rasa hormat terhadap privasi dan martabat manusia. • Pasal 2: Prinsip B: Integritas dan Sikap Ilmiah Dalam kasus ini, TH merasa khawatir bahwa memberikan laporan dalam bentuk soft copy melalui email dapat menyebabkan laporan diubah atau disalahgunakan, yang dapat mengancam integritas data dan hasil psikotest. Oleh karena itu, TH mempertimbangkan untuk mengirimkan laporan dalam format PDF atau menggunakan kata sandi. Dengan melakukan tindakan ini, TH memastikan bahwa hasil psikotes tetap akurat dan tidak berubah sesuai dengan prinsip integritas dan sikap. Upaya ini juga menunjukkan komitmen TH untuk menjalankan praktik psikologi dengan etika dan integritas yang tinggi. Hasil Analisa Contoh Kasus:
  • 18. Hasil Analisa Contoh Kasus: • Pasal 2: Prinsip C : Profesional TH telah memenuhi prinsip profesionalismenya yang menekankan betapa pentingnya menjalankan pekerjaan sebagai psikolog dengan integritas, etika, dan profesionalisme yang tinggi. Ini memastikan bahwa hasil psikotes tetap akurat dan tidak disalahgunakan. • Pasal 2: Prinsip D : Keadilan TH memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan dan hasil psikotesnya diperlakukan secara adil. Khawatir akan keadilan dalam proses ini karena laporan soft copy yang dikirim melalui email dapat diubah atau disalahgunakan.
  • 19. Analisa Publikasi Rangkuman Pasal 28: Pertanggungjawaban Ayat (1), Point a: Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi; dalam memberikan pernyataan kepada masyarakat melalui berbagai jalur media baik lisan maupun tertulis mencerminkan keilmuannya sehingga masyarakat dapat menerima dan memahami secara benar agar terhindar dari kekeliruan penafsiran serta menyesatkan masyarakat pengguna jasa dan/atau praktik psikologi. Pernyataan tersebut harus disampaikan dengan: a) Bijaksana, jujur, teliti, hati-hati. Dalam membuat Publikasi ini saya belum memiliki gelar sebagai seorang Psikolog. Oleh karena itu, sebagai tanda bahwa saya bertanggung jawab atas publikasi tersebut, saya telah mencantumkan nama dan Nomor Identifikasi Mahasiswa (NIM) saya.
  • 20. Analisa Publikasi Rangkuman Ayat (1), Point c: Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi; dalam memberikan pernyataan kepada masyarakat melalui berbagai jalur media baik lisan maupun tertulis mencerminkan keilmuannya sehingga masyarakat dapat menerima dan memahami secara benar agar terhindar dari kekeliruan penafsiran serta menyesatkan masyarakat pengguna jasa dan/atau praktik psikologi. Pernyataan tersebut harus disampaikan dengan: c) Berpedoman pada dasar ilmiah dan disesuaikan dengan bidang keahlian/kewenangan selama tidak bertentangan dengan kode etik psikologi. Materi publikasi yang saya buat, saya mengacu pada pembahasan kode etik yang telah dibuat oleh HIMPSI dan tidak ada pembahasan diluar kode etik.
  • 21. Kesimpulan Dalam praktik psikologi, Kode Etik Psikologi sangat penting karena membantu para psikolog berperilaku dengan benar dan menghormati hak dan privasi pada klien. Hal ini juga memastikan bahwa praktik psikologi dilakukan dengan cara yang etis, sehingga orang dapat mempercayai Psikolog. Psikolog harus mematuhi kode etik untuk memastikan profesionalisme dalam praktik mereka, baik dalam penelitian maupun dalam layanan klien. Jika Psikolog melanggar Kode Etik, Psikolog dapat dihukum atau kehilangan izin praktik mereka.
  • 22. Daftar Referensi: • HIMPUNAN PSIKOLOGI INDONESIA. (2010). KODE ETIK PSIKOLOGI INDONESIA (Hasil Kongres XI HIMPSI). Surakarta: Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia. • Sitasari, Novendawati Wahyu (2020). MODUL PERTEMUAN 2 KODE ETIK: PEDOMAN UMUM. Bekasi: Universitas Esa Unggul. • Iffah, C. (2014). TUGAS KODE ETIK PSIKOLOGI Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kode Etik Psikologi. Retrieved from Academia.edu: https://www.academia.edu/8699356/TUGAS_ KODE_ ETIK_ PSIKOLOGI_ Disusun_ guna_ meme nuhi_ tugas_ mata_ kuliah_ Kode_ Etik_ Psikologi • Pakgalih. (2009). Pengertian dan Fungsi Kode Etik. Retrieved from WordPress.com.: https://pakgalih.wordpress.com/2009/04/07/pengertian-dan-fungsi-kode-etik/ •