SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Download to read offline
VOLUME MOLAL PARSIAL 
TUJUAN 
Menentukan volume molal parsial komponen larutan 
PEMBAHASAN 
Percobaan ini bermaksud untuk menentukan volume molal parsial komponen larutan. Volume molal parsial merupakan volume dimana terdapat perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut, yang ditentukan oleh banyaknya zat mol zat terlarut yang terdapat dalam 1000 gram pelarut. 
Pada percobaan ini, larutan yang digunakan yaitu larutan NaCl dan akuades. Alasan penggunaan NaCl dikarenakan NaCl merupakan larutan elekrolit kuat yang akan terurai menjadi ion Na+ dan Cl- di dalam air dan mampu menyerap air tanpa adanya penambahan volume suatu larutan, sehingga disebut dengan volume molal parsial semu. Reaksi yang terjadi pada langkah ini adalah : 
Sebelum dimulai kegiatan percobaan, diawali dengan menimbang berat piknometer kosong dan berat piknometer yang berisi akuades. Tujuan mengukur berat piknometer di sini karena hasil berat piknometer kosong dan berat piknometer berisi akuades akan digunakan dalam proses penghitungan volume piknometer nantinya, di mana berat piknometer kosong diasumsikan sebagai Wb dan berat piknometer berisi akuades diasumsikan sebagai Wo. 
Saat hendak mengukur berat piknometer berisi akuades, maka tutup piknometer dibuka terlebih dahulu, setelah itu akuades dituangkan ke dalam piknometer hingga penuh, kalau perlu hingga akuades meluber (tumpah) ke luar. Hal ini bertujuan agar saat piknometer nantinya ditimbang, maka dipastikan piknometer telah penuh berisi akuades (tidak ada ruang yang tersisa). Selain itu, juga diusahakan agar saat pengisian larutan atau penutupan piknometer tidak terdapat gelembung udara di dalam piknometer. Hal ini dapat mempengaruhi penghitungan berat piknometer nantinya. Saat kondisi seperti itu, barulah tutup piknometer ditutupkan kembali. Setelah ditutup, tabung (bagian) luar piknometer dibersihkan menggunakan tisu atau serbet agar kering dan tidak mempengaruhi dalam proses penimbangan. 
Konsentrasi awal larutan NaCl yang dibuat dari pelarutan seberat 17,5 gram NaCl dalam 100 ml akuades yaitu 3 M. Pencampuran awal dapat dilakukan di dalam gelas beker sampai NaCl dan akuades bercampur sebagian. Setelah itu barulah dimasukkan ke dalam labu ukur untuk proses pengenceran, di mana akuades ditambahkan ke dalam labu ukur sampai tanda batas. Cara demikian pun dilakukan untuk membuat larutan NaCl dengan konsentrasi-konsentrasi lainnya.
Proses penimbangan piknometer yang berisi larutan dimulai dari konsentrasi larutan NaOH tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga saat selesai ditimbang piknometer perlu dicuci terlebih dahulu hingga benar-benar bersih. Hal ini dilakukan karena piknometer yang digunakan hanya 1 buah, jadi menghindari terjadinya kesalahan yang besar pada percobaan. Mencuci piknometer sebelum digunakan untuk menimbang larutan berikutnya bertujuan agar nantinya berat yang ditimbang untuk yang konsentrasinya kecil tidak dipengaruhi oleh yang konsentrasinya besar. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang besar dapat mempengaruhi konsentrasi yang kecil di mana dimungkinkan akan menambah berat menjadi agak besar walaupun tidak sama. Sebaliknya, konsentrasinya kecil tidak akan mempengaruhi berat konsentrasi yang besar. 
Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa perbedaan konsentrasi akan menyebabkan perbedaan berat piknometer yang diukur. Semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl maka semakin tinggi pula berat larutan tersebut (berat piknometer semakin besar). Semakin beratnya ini disebabkan oleh penyusun dari larutan NaCl tersebut. Pada larutan NaCl yang konsentrasinya besar (3 M) akan mengandung lebih banyak zat NaCl yang terlarut daripada air sehingga beratnya menjadi lebih besar. Hal ini berkebalikan dengan larutan NaCl yang konsentrasinya kecil (0,1875 M) tentunya akan mengandung zat NaCl yang lebih sedikit. Apalagi diketahui bahwa larutan NaCl dibentuk dari pelarutan padatan NaCl. Hal ini akan menyebabkan NaCl memiliki berat molekul yang lebih besar dibandingkan dengan pelarutnya (air). 
Berat ini tentunya akan mempengaruhi berat jenis larutan, di mana berat jenis dapat diperoleh dari proses penghitungan pembagian antara berat larutan dengan volume larutan. Sehingga, perbedaan konsentrasi larutan NaCl juga pasti akan menghasilkan densitas yang berbeda-beda pula, di mana semakin tinggi konsentrasi larutan maka densitasnya juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut semakin banyak. 
Pernyataan tersebut dibuktikan dengan hasil percobaan yang menyatakan bahwa saat konsentrasi larutan NaCl tertinggi yaitu 3 M, larutan memiliki nilai densitas 1,1129 g/ml. Pada konsentrasi 1,5 M densitasnya 1,0621 g/ml, pada konsentrasi 0,75 M densitasnya 1,0322 g/ml, pada konsentrasi 0,375 M densitasnya 1,0213 g/ml, dan pada konsentrasi terendah yakni 0,1875 M densitasnya 1,0103 g/ml. Urain tersebut jelas menyatakan bahwa nilai densitas suatu larutan berbanding lurus dengan nilai konsentrasi larutan tersbut. 
Jumlah mol solute per kg solven atau biasa disebut molalitas apabila dibandingakan dengan nilai volume molal parsial komponen 1 menyatakan sebuah perbandingan yang terbalik. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil perhitungan menyatakan bahwa saat nilai molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal harga V₁ nya yaitu 16,756. Pada molalitas 1,539 molal, harga V₁ nya 17,639. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V₁ nya 18,67. Pada molalitas 0,3752 molal, harga V₁ nya 18,77. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu 0,1876 molal, harga V₁ nya 18,801. 
Hasil di atas telah membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding terbalik terhadap volume molal parsial komponen 1 (V₁) larutan tersebut. Sehingga, semakin tinggi
nilai molalitas suatu larutan, maka semakin rendah nilai volume molal parsial komponen 1 (V₁) larutan tersebut. 
Kejadian yang terdapat pada V₁ ternyata bertolakbelakang dengan kejadian yang terjadi pada V₂. Pada penentuan volume molal parsial komponen 2 (V₂) diperoleh hasil bahwa nilai molalitas larutan berbanding lurus dengan nilai volume molal parsial komponen 2 (V₂). Pernyataan ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang diperoleh, di mana pada molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal, harga V₂ nya 47,83. Pada molalitas 1,539 molal, harga V₂ nya 26,63. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V₂ nya 12,36. Pada molalitas 0,3752 molal, harga V₂ nya 2,37. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu 0,1876 molal, harga V₂ nya -4,56. 
Hasil perhitungan tersebut membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding lurus terhadap volume molal parsial komponen 2 (V₂). Sehingga, semakin tinggi nilai molalitas larutan tersebut, maka semakin tinggi pula nilai volume molal parsial komponen 2 (V₂) larutan tersebut.

More Related Content

What's hot

Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i
Dede Suhendra
 
Laporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam MohrLaporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam Mohr
Dila Adila
 
Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan
Dede Suhendra
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
praditya_21
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
wd_amaliah
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
wd_amaliah
 

What's hot (20)

laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i
 
Ion exchange
Ion exchangeIon exchange
Ion exchange
 
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
 
Laporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam MohrLaporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam Mohr
 
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimiaTermodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
 
Senyawa koordinasi (kompleks)
Senyawa koordinasi (kompleks)Senyawa koordinasi (kompleks)
Senyawa koordinasi (kompleks)
 
Jurnal Laju Reaksi
Jurnal Laju ReaksiJurnal Laju Reaksi
Jurnal Laju Reaksi
 
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPTTeori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
 
Pemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionPemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ion
 
Tetapan Kesetimbangan dan Energi Bebas
Tetapan Kesetimbangan dan Energi BebasTetapan Kesetimbangan dan Energi Bebas
Tetapan Kesetimbangan dan Energi Bebas
 
Kimia fisik 2 Potensial kimia ppt
Kimia fisik 2  Potensial kimia pptKimia fisik 2  Potensial kimia ppt
Kimia fisik 2 Potensial kimia ppt
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
 
Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan
 
7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
 
kalor penguapan sebagai energi pengaktifan
kalor penguapan sebagai energi pengaktifankalor penguapan sebagai energi pengaktifan
kalor penguapan sebagai energi pengaktifan
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
 

Similar to Volume molal parsial

Pemisahan dan pemurnian zat cair
Pemisahan dan pemurnian zat cairPemisahan dan pemurnian zat cair
Pemisahan dan pemurnian zat cair
rikayulliyani
 
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutanPercobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
PT. SASA
 

Similar to Volume molal parsial (20)

Praktikum Kimia - Penurunan Titik Beku
Praktikum Kimia - Penurunan Titik BekuPraktikum Kimia - Penurunan Titik Beku
Praktikum Kimia - Penurunan Titik Beku
 
Kimia titik-didih
Kimia titik-didihKimia titik-didih
Kimia titik-didih
 
Viskometri
ViskometriViskometri
Viskometri
 
Sifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif LarutanSifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif Larutan
 
Pemisahan dan pemurnian zat cair
Pemisahan dan pemurnian zat cairPemisahan dan pemurnian zat cair
Pemisahan dan pemurnian zat cair
 
Sifat koligatif larutan
Sifat  koligatif larutanSifat  koligatif larutan
Sifat koligatif larutan
 
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptxBahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
 
kd_4_larutan-dan-koligatif.ppt
kd_4_larutan-dan-koligatif.pptkd_4_larutan-dan-koligatif.ppt
kd_4_larutan-dan-koligatif.ppt
 
Laporan praktikum - stoikiometri dan termokimia
Laporan praktikum - stoikiometri dan termokimiaLaporan praktikum - stoikiometri dan termokimia
Laporan praktikum - stoikiometri dan termokimia
 
Laju Reaksi_Anita.pptx
Laju Reaksi_Anita.pptxLaju Reaksi_Anita.pptx
Laju Reaksi_Anita.pptx
 
Sifat Koligatif Larutan
 Sifat Koligatif Larutan Sifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif Larutan
 
Penurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutanPenurunan titik beku larutan
Penurunan titik beku larutan
 
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutanPercobaan a 2 sifat koligatif larutan
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
 
Laporan titrasi
Laporan titrasiLaporan titrasi
Laporan titrasi
 
Titrasi Cuka Makan
Titrasi Cuka MakanTitrasi Cuka Makan
Titrasi Cuka Makan
 
Soal dan pembahasan tekanan osmotik
Soal dan pembahasan tekanan osmotikSoal dan pembahasan tekanan osmotik
Soal dan pembahasan tekanan osmotik
 
25 29
25 2925 29
25 29
 
Kimia kelompok (8)
Kimia kelompok (8)Kimia kelompok (8)
Kimia kelompok (8)
 
Percobaan ii mirna
Percobaan ii mirnaPercobaan ii mirna
Percobaan ii mirna
 
02. KIMIA DASAR - LARUTAN GAS.pptx
02. KIMIA DASAR - LARUTAN GAS.pptx02. KIMIA DASAR - LARUTAN GAS.pptx
02. KIMIA DASAR - LARUTAN GAS.pptx
 

More from qlp

Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
qlp
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
qlp
 

More from qlp (20)

Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
 
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanIsolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
 
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinonlaporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
 
laporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis iminalaporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis imina
 
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftollaporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
 
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerlaporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam air
 
Analisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromAnalisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan krom
 
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
 
Penentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetriPenentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetri
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
 
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikPenentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
 
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriPenentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
 
Laporan analitik 3
Laporan analitik 3Laporan analitik 3
Laporan analitik 3
 

Recently uploaded

KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 

Volume molal parsial

  • 1. VOLUME MOLAL PARSIAL TUJUAN Menentukan volume molal parsial komponen larutan PEMBAHASAN Percobaan ini bermaksud untuk menentukan volume molal parsial komponen larutan. Volume molal parsial merupakan volume dimana terdapat perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut, yang ditentukan oleh banyaknya zat mol zat terlarut yang terdapat dalam 1000 gram pelarut. Pada percobaan ini, larutan yang digunakan yaitu larutan NaCl dan akuades. Alasan penggunaan NaCl dikarenakan NaCl merupakan larutan elekrolit kuat yang akan terurai menjadi ion Na+ dan Cl- di dalam air dan mampu menyerap air tanpa adanya penambahan volume suatu larutan, sehingga disebut dengan volume molal parsial semu. Reaksi yang terjadi pada langkah ini adalah : Sebelum dimulai kegiatan percobaan, diawali dengan menimbang berat piknometer kosong dan berat piknometer yang berisi akuades. Tujuan mengukur berat piknometer di sini karena hasil berat piknometer kosong dan berat piknometer berisi akuades akan digunakan dalam proses penghitungan volume piknometer nantinya, di mana berat piknometer kosong diasumsikan sebagai Wb dan berat piknometer berisi akuades diasumsikan sebagai Wo. Saat hendak mengukur berat piknometer berisi akuades, maka tutup piknometer dibuka terlebih dahulu, setelah itu akuades dituangkan ke dalam piknometer hingga penuh, kalau perlu hingga akuades meluber (tumpah) ke luar. Hal ini bertujuan agar saat piknometer nantinya ditimbang, maka dipastikan piknometer telah penuh berisi akuades (tidak ada ruang yang tersisa). Selain itu, juga diusahakan agar saat pengisian larutan atau penutupan piknometer tidak terdapat gelembung udara di dalam piknometer. Hal ini dapat mempengaruhi penghitungan berat piknometer nantinya. Saat kondisi seperti itu, barulah tutup piknometer ditutupkan kembali. Setelah ditutup, tabung (bagian) luar piknometer dibersihkan menggunakan tisu atau serbet agar kering dan tidak mempengaruhi dalam proses penimbangan. Konsentrasi awal larutan NaCl yang dibuat dari pelarutan seberat 17,5 gram NaCl dalam 100 ml akuades yaitu 3 M. Pencampuran awal dapat dilakukan di dalam gelas beker sampai NaCl dan akuades bercampur sebagian. Setelah itu barulah dimasukkan ke dalam labu ukur untuk proses pengenceran, di mana akuades ditambahkan ke dalam labu ukur sampai tanda batas. Cara demikian pun dilakukan untuk membuat larutan NaCl dengan konsentrasi-konsentrasi lainnya.
  • 2. Proses penimbangan piknometer yang berisi larutan dimulai dari konsentrasi larutan NaOH tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga saat selesai ditimbang piknometer perlu dicuci terlebih dahulu hingga benar-benar bersih. Hal ini dilakukan karena piknometer yang digunakan hanya 1 buah, jadi menghindari terjadinya kesalahan yang besar pada percobaan. Mencuci piknometer sebelum digunakan untuk menimbang larutan berikutnya bertujuan agar nantinya berat yang ditimbang untuk yang konsentrasinya kecil tidak dipengaruhi oleh yang konsentrasinya besar. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang besar dapat mempengaruhi konsentrasi yang kecil di mana dimungkinkan akan menambah berat menjadi agak besar walaupun tidak sama. Sebaliknya, konsentrasinya kecil tidak akan mempengaruhi berat konsentrasi yang besar. Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa perbedaan konsentrasi akan menyebabkan perbedaan berat piknometer yang diukur. Semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl maka semakin tinggi pula berat larutan tersebut (berat piknometer semakin besar). Semakin beratnya ini disebabkan oleh penyusun dari larutan NaCl tersebut. Pada larutan NaCl yang konsentrasinya besar (3 M) akan mengandung lebih banyak zat NaCl yang terlarut daripada air sehingga beratnya menjadi lebih besar. Hal ini berkebalikan dengan larutan NaCl yang konsentrasinya kecil (0,1875 M) tentunya akan mengandung zat NaCl yang lebih sedikit. Apalagi diketahui bahwa larutan NaCl dibentuk dari pelarutan padatan NaCl. Hal ini akan menyebabkan NaCl memiliki berat molekul yang lebih besar dibandingkan dengan pelarutnya (air). Berat ini tentunya akan mempengaruhi berat jenis larutan, di mana berat jenis dapat diperoleh dari proses penghitungan pembagian antara berat larutan dengan volume larutan. Sehingga, perbedaan konsentrasi larutan NaCl juga pasti akan menghasilkan densitas yang berbeda-beda pula, di mana semakin tinggi konsentrasi larutan maka densitasnya juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut semakin banyak. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan hasil percobaan yang menyatakan bahwa saat konsentrasi larutan NaCl tertinggi yaitu 3 M, larutan memiliki nilai densitas 1,1129 g/ml. Pada konsentrasi 1,5 M densitasnya 1,0621 g/ml, pada konsentrasi 0,75 M densitasnya 1,0322 g/ml, pada konsentrasi 0,375 M densitasnya 1,0213 g/ml, dan pada konsentrasi terendah yakni 0,1875 M densitasnya 1,0103 g/ml. Urain tersebut jelas menyatakan bahwa nilai densitas suatu larutan berbanding lurus dengan nilai konsentrasi larutan tersbut. Jumlah mol solute per kg solven atau biasa disebut molalitas apabila dibandingakan dengan nilai volume molal parsial komponen 1 menyatakan sebuah perbandingan yang terbalik. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil perhitungan menyatakan bahwa saat nilai molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal harga V₁ nya yaitu 16,756. Pada molalitas 1,539 molal, harga V₁ nya 17,639. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V₁ nya 18,67. Pada molalitas 0,3752 molal, harga V₁ nya 18,77. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu 0,1876 molal, harga V₁ nya 18,801. Hasil di atas telah membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding terbalik terhadap volume molal parsial komponen 1 (V₁) larutan tersebut. Sehingga, semakin tinggi
  • 3. nilai molalitas suatu larutan, maka semakin rendah nilai volume molal parsial komponen 1 (V₁) larutan tersebut. Kejadian yang terdapat pada V₁ ternyata bertolakbelakang dengan kejadian yang terjadi pada V₂. Pada penentuan volume molal parsial komponen 2 (V₂) diperoleh hasil bahwa nilai molalitas larutan berbanding lurus dengan nilai volume molal parsial komponen 2 (V₂). Pernyataan ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang diperoleh, di mana pada molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal, harga V₂ nya 47,83. Pada molalitas 1,539 molal, harga V₂ nya 26,63. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V₂ nya 12,36. Pada molalitas 0,3752 molal, harga V₂ nya 2,37. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu 0,1876 molal, harga V₂ nya -4,56. Hasil perhitungan tersebut membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding lurus terhadap volume molal parsial komponen 2 (V₂). Sehingga, semakin tinggi nilai molalitas larutan tersebut, maka semakin tinggi pula nilai volume molal parsial komponen 2 (V₂) larutan tersebut.