Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan program pembelajaran interaktif laju reaksi berbantuan komputer. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep laju reaksi dengan menyajikan aspek makroskopis, mikroskopis, dan simbolis secara dinamis melalui simulasi. Program ini dirancang berdasarkan kebutuhan pengajaran laju reaksi dan divalidasi oleh para ahli, guru, serta siswa.
1. PEMBUATAN PROGRAM PEMBELAJARAN INTERAKTIF LAJU REAKSI
BERBANTUAN KOMPUTER
I Made Sudarsana, Ida Bagus Nyoman Sudria, dan I Wayan Redhana
Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Undiksha
Email: sudarsanamade@gmail.com
Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
meningkatkan aktivitas, motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk mencapai tujuan ini,
dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tournaments) dengan penggunaan alat peraga Wana Bersekar. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA SMAN 1 Banjarangkan semester 2 tahun
pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 44 orang, sedangkan yang menjadi objek
adalah aktivitas, motivasi, hasil belajar dan pendapat siswa terhadap model
pembelajaran yang diterapkan.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
yang terdiri dari 2 siklus belajar. Tahapan setiap siklus belajarmeliputi perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Data diambil dengan meng
gunakan angket aktivitas dan motivasi, tes hasil belajar, dan pedoman wawancara.
Data aktivitas dan motivasi, serta hasil belajar dianalisa berdasarkan pedoman
konversi Depdikbud, sedangkan data pendapat siswa terhadap model pembelajaran
yang diterapkan dianalisa secara deskriptip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan aktivitas, motivasi, dan hasil belajar siswa dengan penerapan
pembelajaran kooperatif menggunakan alat perga wana bersekar dalam pembelajaran
kimia. Pendapat siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan tergolong baik.
Katakata kunci: model pembelajaran kooperatif,teams games turnaments
Abstract
This study aimed at producing a program of computerassistedinteractive teaching
on reaction rate topic. The study used research and development, including
conducting need assessment, designing product, and validating product. The
procedure to design the program used the procedure of multimedia development
from Luther. Subjects of the study were students, students’ parents, chemistry
teachers, national rule of ministry number 22 year 2006 about content standard, and
chemistry book used by chemistry teachers and students. On the other hand, objects
of the study were description of teaching activity conducted by chemistry teachers,
ownership of computers by students, availabilities of computer facilities at school,
and conception of reaction rate. The design of product was based on findings of
need assessment. The product produced was then validated by experts, teachers, and
students. The findings of the study could be described as follows. The
characteristics of the interactive program were that it: (1) presented microscopic,
macroscopic, and symbolic aspects; (2) presented simulation of practicum; and (3)
involved interactive activities. The assessment results of the program by experts and
teachers were very good and good categories, respectively. Besides, students could
understand the program easily.
Keywords: interactive teaching
Pendahuluan
Pembelajaran laju reaksi di SMA umum
nya masih diajarkan dengan metode ceramah
dan/atau diskusi, yaitu konsepkonsep laju
reaksi lebih banyak diajarkan secara hafalan.
Guru sudah merasa berhasil mengajar bila
siswa dapat mengingat kembali konsep yang
telah diajarkan. Di lain pihak,guru jarang
menggunakan media yang mampu menyajikan
aspek mikroskopik, baik statik maupun dina
2. 86 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2011, hlm. 8593
mik, dalam pembelajaran untuk membantu
siswa memahami konsepkonsep kimia, khu
susnya pada topik laju reaksi. Agar dapat me
mahami konsepkonsep laju reaksi, diperlukan
kemampuan menghubungkan antara aspek
makroskopis, mikroskopis, dan simbolis. Dari
hasil studi pendahuluan diperoleh bahwa
guruguru kimia jarang memanfaatkan media
yang efektif, seperti komputer, dalam pem
belajaran laju reaksi karena mereka tidak
sempat membuat media tersebut dengan alasan
kesibukan dan kekurangan waktu atau memang
mereka belum mampu membuat sendiri media
berbantuan komputer.
Pembelajaran kimia, khususnya laju reak
si, melibatkan aspek mikroskopis (partikel
partikel penyusun zat), makroskopis (sifat
yang dapat diamati), dan simbolis (identitas
zat). Pembelajaran laju reaksi terutama yang
melibatkan aspek mikroskpis akan kurang
efektif apabila disajikan dengan ceramah atau
diskusi kelas tanpa didukung oleh tayangan
proses kimia yang terjadi, misalnya tumbukan
efektif dan tidak efektif. Pembelajaran ini
melibatkan aspek dinamik gerak partikel yang
tidak mungkin dijelaskan dengan gambar di
papan tulis karena gambar ini tidak bergerak.
Topik laju reaksi merupakan aspek kajian
dalam ilmu kimia fisika atau kinetika kimia.
Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia
karena adanya gerakan partikel materi (mo
lekul, atom, atau ion) dalam mekanisme reaksi
dan laju reaksi sebagai fungsi waktu (Muchsin,
2010). Topik laju reaksi meliputi pengertian
laju reaksi, faktorfaktor yang mempengaruhi
laju reaksi, hukum laju reaksi, teori tumbukan,
dan penerapan faktorfaktor yang mempe
ngaruhi laju reaksi. Keterlibatan partikel ma
teri dalam kajian kimia, khususnya pada topik
laju reaksi, sangat sulit diajarkan dengan me
tode tradisional.
Aspek makroskopis materi mudah diama
ti, tetapi sering kurang bisa dipahami dengan
baik. Aspek makroskopis seperti perbedaan
sifat kimia dan fisika zat dapat dipahami
dengan mempelajari aspek mikroskopisnya.
Penggunaan simbolsimbol kimia berhubung
an dengan aspek mikroskopis yang tidak kasat
mata. Sebagai contoh, partikel penyusun air
berupa molekul yang terdiri dari satu atom O
dan dua atom H sehingga air mempunyai
rumus kimia H2O.
Pemahaman terhadap aspek dinamik dan
statik topik laju reaksi sangat penting. Aspek
dinamik seperti gerakan dan orientasi partikel
partikel reaktan sangat menentukan ke
berlangsungan reaksi kimia. Apabila gerakan
partikelpartikel reaktan berlangsung cepat dan
orientasi tumbukannya tepat, maka reaksi akan
berlangsung cepat. Di lain pihak, apabila
gerakan partikelpartikel reaktan berlangsung
lambat atau orientasi tumbukannya kurang
tepat, maka reaksi akan berlangsung lambat.
Sementara itu, aspek statik, seperti komposisi
dan struktur zat, sangat menentukan sifat kimia
zat. Sifat kimia zat mempengaruhi cepat atau
lambatnya suatu reaksi kimia berlangsung.
Aspek dinamik dan statik partikelpartikel
sangat sulit dijelaskan dengan ceramah. Ke
sulitan ini disebabkan oleh aspek dinamik dan
statik partikelpartikel memerlukan visualisasi.
Apabila aspek dinamik dan statik dijelaskan
dengan ceramah, maka aspek tersebut akan
sulit dipahami oleh siswa. Walaupun aspek
dinamik dan statik dapat disajikan dengan
bantuan papan tulis, gambar yang disajikan
berupa gambar yang tidak dapat bergerak.
Untuk itu, visualisasi aspek dinamik dan statik
partikelpartikel dapat disajikan dengan baik
melalui pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK).
TIK dapat mengatasi permasalahan yang
berkaitan dengan aspek makroskopis, mikros
kopis, dan simbolis yang sulit diajarkan
dengan metode tradisional. Menurut Adri dan
Nelda (2008), komputer dapat menawarkan
bantuan dalam pembelajaran kimia, khususnya
laju reaksi, yaitu komputer dapat menyajikan:
(1) aspek mikroskopis, makroskopis, dan
simbolis; (2) simulasi aspek statik dan dinamik
proses kimia; dan (3) interaksi dua arah yang
dikemas dalam bentuk interaktif. Selain itu,
teknologi komputer juga dapat menyajikan
proses kimia yang cukup berbahaya dan/atau
sangat mahal apabila dilakukan praktek lang
sung di laboratorium oleh siswa. Pernyataan
tersebut didukung oleh Hasibuan dan Moe
diono (1993) yang mengemukakan bahwa
pembelajaran interaktif komputer memberikan
berbagai keuntungan, yaitu: 1) menyenangkan,
yakni siswa tidak cepat bosan belajar kimia,
khususnya laju reaksi; 2) interaksi siswa tetap
terjaga, yakni komputer dapat langsung mem
berikan tanggapan atas jawaban siswa sehing
ga siswa dapat memikirkan jawaban yang
benar dengan segera; 3) komputer juga mampu
merekam hasil belajar pemakainya (record
keeping) sehingga komputer dapat diprogram
3. Sudarsana, Pembuatan Program Pembelajaran Interaktif Laju 87
untuk memeriksa dan memberikan skor belajar
secara otomatis; dan 4) program komputer
dapat diputar berulangulang. Keunggulan ini
dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa
yang memiliki kekurangan dalam memahami
suatu konsep. Siswa dapat mengulang pem
belajaran pada program pembelajaran interaktif
sampai benarbenar mereka memahami
konsep.
Aplikasi teknologi komputer dalam pem
belajaran umumnya dikenal dengan istilah
Computer Assisted Instruction (CAI). Splitt
gerber dan Stirzaker (dalam Dale Howard,
1987) mendefinisikan CAI sebagai proses
pembelajaran yang dilakukan secara langsung
yang melibatkan komputer untuk mempre
sentasikan bahan ajar dalam suatu model pem
belajaran interaktif untuk memberikan dan
mengendalikan lingkungan belajar secara indi
vidu pada setiap siswa. Definisi ini selaras de
ngan definisi yang dikemukakan oleh Stinberg
(dalam Dale Howard, 1987), yaitu CAI meru
pakan semua penerapan komputer dalam pem
belajaran yang memiliki aspek individu, in
teraktif, dan arahan (bimbingan). CAI lebih
menekankan pada pemberian layanan yang da
pat bertindak sebagai tutor bagi seorang siswa
daripada sebagai instruktur untuk suatu kelom
pok siswa.
Program pembelajaran interaktif berban
tuan komputer dapat menyajikan keterkaitan
antaraspek mikroskopis, makroskopis, dan
simbolis. Program pembelajaran interaktif ber
bantuan komputer dapat membantu guru
mengemas pembelajaran dengan menarik (Ha
sibuan & Moediono, 1993) dan menyampai
kan konsep laju reaksi secara lebih konkrit
(Adri & Nelda, 2008). Program pembelajaran
interaktif berbantuan komputer dapat me
ningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar
siswa (Sirodjuddin, 2007; Rahmawati, 2006;
Pusparini, 2009).
Menurut Luther (dalam Sutopo, 2003),
pengembangan program pembelajaran berbasis
komputer dilakukan melalui 6 tahap, yaitu
concept, design, material collecting, assembly,
testing, dan distribution. Tahap concept meru
pakan tahap penentuan tujuan, termasuk iden
tifikasi audiences, jenis aplikasi seperti pre
sentasi dan interaksi, dan spesifikasi umum.
Tahap design (perancangan) merupakan tahap
pembuatan spesifikasi secara rinci mengenai
arsitektur program, gaya, dan kebutuhan ma
terial program. Pada tahap design dibuat struk
tur navigasi program pembelajaran interaktif
dan storyboard. Tahap material collecting me
rupakan tahap pengumpulan bahanbahan pe
nyusun multimedia, seperti gambar, animasi,
audio, dan foto. Tahap assembly (pembuatan)
merupakan tahap seluruh objek multimedia
dirakit. Perakitan aplikasi didasarkan pada
storyboard yang dihasilkan pada tahap desain.
Tahap testing dilakukan untuk memastikan
berjalan tidaknya program atau produk sesuai
dengan harapan. Tahap terakhir adalah tahap
distribution yang merupakan tahap mentrans
fer produk yang dihasilkan ke dalam CD.
Pada penelitian ini telah dibuat suatu
program pembelajaran interaktif laju reaksi
yang dapat menyajikan keterkaitan antaraspek
mikroskopis, makroskopis, dan simbolis serta
aspek statik dan dinamik partikel. Dengan
demikian, beberapa pertanyaan yang perlu
dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Bagaimana kebutuhan guru dan siswa
terhadap program pembelajaran interaktif
laju reaksi berbantuan komputer?
2) Bagaimana karakteristik program pem
belajaran interaktif laju reaksi berbantuan
komputer yang dikembangkan?
3) Bagaimana penilaian dan masukan ahli (isi
dan media), dan praktisi (guru), serta tang
gapan siswa terhadap program pembela
jaran interaktif laju reaksi berbantuan kom
puter?
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dan
pengembangan yang bertujuan untuk meng
hasilkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Prosedur penelitian ini mengikuti prosedur
penelitian dan pengembangan menurut Borg
dan Gall (1989). Penelitian ini dilakukan hanya
pada tahap analisis kebutuhan, pembuatan
produk, dan validasi produk. Prosedur pem
buatan produk menggunakan prosedur
pengembangan multimedia yang dimodifikasi
dari Luther (dalam Sutopo, 2003). Produk
yang dihasilkan berupa program pembelajaran
interaktif berbantuan komputer pada topik laju
reaksi.
Untuk membuat program pembelajaran
interaktif, studi pustaka dan studi lapangan
dilakukan. Subjek pada studi pustaka ini
adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan
objeknya adalah konsepkonsep esensial pada
4. 88 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2011, hlm. 8593
topik laju reaksi. Studi lapangan yang di
lakukan meliputi: (1) analisis daya pendukung
pembelajaran berbantuan TIK di sekolah; (2)
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
guru kimia; dan (3) kepemilikan komputer
oleh siswa. Studi lapangan dilakukan di empat
SMA yang ada di kabupaten Buleleng. Dari
empat SMA tersebut dipilih 10 orang guru
kimia (4 orang dari SMA 1 Singajara, 3 orang
dari SMA 2 Singaraja, 2 orang dari SMA
Bhaktiyasa, dan 1 orang dari SMA Saraswati),
40 orang siswa (tiaptiap sekolah dipilih 10
orang siswa secara acak), 4 orang guru TIK
(tiaptiap sekolah dipilih seorang guru TIK),
dan 20 orang tua siswa (tiaptiap sekolah
dipilih lima orang tua siswa secara acak).
Hasilhasil studi pustaka dan studi la
pangan digunakan untuk merancang program
pembelajaran interaktif laju reaksi berbantuan
komputer. Rancangan program pembelajaran
interaktif laju reaksi meliputi pembuatan ren
cana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
storyboard. RPP perlu dibuat untuk mem
berikan arah pada kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan di kelas, sedangkan storyboard
digunakan sebagai acuan dalam pembuatan
program secara keseluruhan. Program pem
belajaran interaktif laju reaksi yang telah di
buat selanjutnya divalidasi oleh ahli. Ahli yang
dilibatkan dalam penelitian ini terdiri dari satu
orang ahli isi (dosen Jurusan Pendidikan Ki
mia) dan satu orang ahli media (dosen Jurusan
Pendidikan Kimia). Hasil validasi kemudian
diubah ke dalam skala lima. Selain divalidasi
oleh ahli, program pembelajaran interaktif laju
reaksi juga diuji keterbacaannya kepada 20
orang siswa. Prosedur pembuatan program
pembelajaran interaktif laju reaksi berbantuan
komputer disajikan pada Gambar 1.
Hasil Penelitian
Hasil Studi Pustaka
Hasilhasil yang diperoleh melalui studi
pustaka dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Analisis terhadap Peraturan Menteri Pen
didikan Nasional No. 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi diperoleh bahwa pada
topik laju reaksi terdapat konsepkonsep
yang esensial, meliputi (1) laju reaksi, (2)
persamaan laju reaksi, (3) konstanta laju
reaksi, (4) orde reaksi, (5) energi aktivasi,
(6) kompleks teraktivasi, (7) tumbukan, (8)
tumbukan efektif, (9) tumbukan tidak efek
tif, (10) konsentrasi mempengaruhi laju,
(11) temperatur mempengaruhi laju, (12)
luas permukaan bidang sentuh mempe
ngaruhi laju, dan (13) katalis.
2) Dari analisis konsep pada topik laju reaksi
diperoleh lima jenis konsep, yaitu: (1)
konsep abstrak (46,16%), (2) konsep ber
dasarkan prinsip (7,69%), (3) konsep yang
menyatakan simbol (7,69%), (4) konsep
yang menyatakan proses (30,77%), dan (5)
konsep yang menyatakan sifat (7,69%).
Hasil Studi Lapangan
Hasilhasil yang diperoleh melalui studi
lapangan dapat disajikan sebagai berikut.
1) Sumber daya dukung pembelajaran ber
basis TIK cukup memadai. Dari 4 sekolah
diteliti diperoleh data bahwa jumlah kom
puter sudah memadai untuk melaksanakan
pembelajaran berbasis TIK. Dari 4 sekolah
didapatkan sarana pendukung TIK yang
dimiliki adalah monitor, CPU, dan LCD
projector dalam jumlah yang cukup.
2) Hasil penyebaran angket yang dikum
pulkan dari 10 orang guru kimia SMA (tiap
orang dapat memberikan lebih dari satu
pilihan) diperoleh data sebagai berikut.
3) Hasil penyebaran angket kepada 40 orang
siswa SMA (tiap orang dapat memberikan
lebih dari satu pilihan) dihasilkan data
sebagai berikut.
Pembuatan Program Pembelajaran Interaktif
Laju Reaksi
Program pembelajaran interaktif dibuat
berdasarkan lima tahapan, yakni design, ma
terial collecting, assembly, testing, dan distri
bution. Pembuatan program pembelajaran
interaktif laju reaksi meliputi pembuatan RPP
dan storyboard. RPP yang dihasilkan mengi
kuti pendekatan induktif. Langkahlangkah
pembelajaran yang tertuang dalam RPP meru
pakan langkahlangkah pengerjaan program
pembelajaran interaktif dari menginstall pro
gram pembelajaran interaktif hingga mengi
kuti tes. Storyboard yang dihasilkan memuat
tampilan program pembelajaran, meliputi link,
video, animasi, dan audio yang digunakan.
Program Pembelajaran Interaktif Laju Reaksi
Berbantuan Komputer
Program pembelajaran interaktif berban
tuan komputer pada topik laju reaksi meru
pakan software yang dibuat menggunakan
program Macromedia Flash Player8.0. Soft
5. Sudarsana, Pembuatan Program Pembelajaran Interaktif Laju 89
ware ini mampu berinteraksi dengan siswa
melalui pertanyaanpertanyaan yang diajukan
secara bertahap. Agar dapat mempelajari ma
teri berikutnya, siswa harus menjawab per
tanyaanpertanyaan sebelumnya.
Program pembelajaran interaktif berban
tuan komputer pada topik laju reaksi memiliki
karakteristik sebagai berikut. Pertama, pro
gram pembelajaran ini menyajikan aspek mi
kroskopis, makroskopis, dan simbolis dalam
bentuk statik dan dinamik. Aspek mikroskopis
yang disajikan adalah gambar partikelpartikel
materi. Sementara itu, aspek makroskopis yang
disajikan adalah gambar atau foto larutan. Di
lain pihak, aspek simbolis yang disajikan beru
pa rumus kimia. Ketiga aspek tersebut disa
jikan secara bersamaan. Simulasi yang menya
jikan aspek mikroskopis, makroskopis, dan
simbolis dikontrol dengan button yang ber
fungsi menjalankan dan menghentikan gerakan
simulasi. Kedua, program pembelajaran ini
memberikan interaksi dua arah. Fitur ini me
mungkinkan siswa dapat memasukkan ja
waban dan program pembelajaran dapat me
respon jawaban yang dimasukkan oleh siswa
dengan seketika sehingga siswa dapat menge
tahui jawaban benar atau salah dengan segera.
Ketiga, program pembelajaran interaktif laju
reaksi berbantuan komputer menyajikan simu
lasi praktikum. Simulasi praktikum memung
kinkan siswa membayangkan kegiatan prak
tikum di laboratorium. Pada simulasi prak
tikum disajikan peralatan dan juga larutan
yang digunakan dalam praktikum. Simulasi
diatur dengan tombol pilihan. Siswa dapat
mengklik salah satu pilihan untuk men
jalankan simulasi. Keempat, program pem
belajaran interaktif laju reaksi berbantuan
komputer memberikan peluang menjawab per
tanyaan hingga tiga kali. Fitur ini mengha
rapkan siswa dapat menjawab pertanyaan
dengan benar agar dapat melanjutkan pem
belajaran ke materi berikutnya. Apabila siswa
tidak dapat memberikan jawaban yang benar
sebanyak tiga kali, maka program pembela
jaran akan memberi jawaban yang benar.
Program pembelajaran interaktif terdiri
dari menu petunjuk, kompetensi, materi po
kok, pembelajaran, tes, dan pengembang.
Menu kompetensi berisi standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pem
belajaran. Menu petunjuk berisi petunjuk
penggunaan program pembelajaran. Menu ma
teri pokok berisi materimateri pokok pem
belajaran. Pembelajaran berisi kegiatan pem
belajaran yang diikuti siswa. Tes berisi soal
soal pilihan ganda untuk mengukur pema
haman siswa terhadap materi laju reaksi. Tera
khir, menu pengembang berisi identitas pem
buat program.
Pembelajaran dengan program interaktif
kimia laju reaksi ini didesain dengan mem
berikan pertanyaanpertanyaan arahan yang
menuntun siswa menguasai materi laju reaksi
dengan baik. Pertanyaan yang diajukan ada
dalam bentuk isian singkat dan pilihan ganda.
Siswa diharapkan menjawab pertanyaan yang
disajikan hingga benar. Balikan segera dibe
rikan ketika siswa mengklik tombol enter.
Balikan yang diberikan berupa status jawaban
(benar/salah), skor, dan nilai total yang di
dapatkan oleh siswa (Gambar 2). Sebelum
menjawab pertanyaan, siswa diharapkan ter
lebih dahulu menjalankan simulasi (Gambar 3)
atau video yang ada dalam program pem
belajaran. Namun, apabila siswa tidak dapat
memberikan jawaban dengan benar hingga tiga
kali, maka pada kesempatan yang keempat
siswa akan diberikan jawaban yang benar dan
siswa dapat melanjutkan ke materi berikutnya.
Pada saat mempelajari program, siswa tidak
dapat kembali ke materi sebelumnya. Untuk
dapat kembali, siswa harus mengulang dari
awal pembelajaran.
Hasil Validasi
Tabel 4. Skor ratarata penilaian validator
terhadap program pembelajaran in
teraktif
Validator Skor Rata
rata
Kriteria
Ahli isi 4,87 Sangat Baik
Ahli Media 4,26 Sangat Baik
Guru 3,76 Baik
Ahli isi dan ahli media memberikan
penilaian yang sangat baik terhadap program
pembelajaran interaktif laju reaksi. Walaupun
demikian, terdapat beberapa masukan terhadap
komponen isi maupun penampilan dari pro
gram pembelajaran interaktif laju reaksi. Se
cara umum, program pembelajaran ini menda
pat penilaian yang sangat baik dari ahli. Skor
ratarata penilaian oleh ahli isi, ahli media, dan
guru disajikan pada Tabel 4. Sementara itu,
hasil uji keterbacaan program pembelajaran
interaktif menunjukkan bahwa program pem
6. 90 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2011, hlm. 8593
belajaran ini dapat dipahami dengan sangat
baik oleh siswa.
Pembahasan
Berdasarkan studi literatur, didapatkan
bahwa konsepkonsep yang terdapat pada topik
laju reaksi sebagian besar merupakan konsep
abstrak (46,16%) dan konsep yang me
nyatakan proses (30,77%). Mengajar konsep
abstrak sangat sulit dilakukan apabila hanya
menggunakan metode ceramah. Hal yang sama
juga terjadi pada penjelasan konsep yang
menyatakan proses. Apabila konsep abstrak
dan konsep yang menyatakan proses diajarkan
hanya menggunakan metode ceramah, maka
pembelajaran akan sangat kurang efektif.
Mengajar konsep abstrak akan sangat efektif
apabila digunakan bantuan untuk lebih meng
konkretkan konsep abstrak. Bantuan tersebut
harus dapat memisualisasikan konsep abstrak.
Hal ini akan menyebabkan pembelajaran ter
hadap konsep abstrak menjadi lebih mudah.
Konsep yang menyatakan proses akan menjadi
sulit apabila hanya dijelaskan menggunakan
metode ceramah saja. Untuk menanggulangi
keadaan ini, harus dibuat suatu simulasi yang
dapat menampilkan proses yang akan di
pelajari. Simulasi akan memudahkan siswa
belajar karena simulasi dapat menampilkan
efek dinamik dari suatu partikel, misalnya
tumbukan antara gas H2 dan O2. Gerakan yang
terjadi dalam simulasi dapat diatur cepat atau
lambat sehingga siswa dapat mencermati
dengan lebih jelas peristiwa tumbukan yang
terjadi.
Penyebaran angket kepada empat orang
guru TIK di empat SMA diperoleh bahwa
keadaan infrastruktur TIK sangat memadai.
Keadaan ini sangat mendukung dilakukannya
kegiatan belajar dengan memanfaatkan TIK.
Pemanfaatan TIK dalam hal ini adalah kom
puter. Komputer dapat memberikan nilai tam
bah dalam kegiatan belajar siswa. Komputer
dapat menyajikan simulasi yang sifatnya di
namik maupun statik. Selain itu, komputer
juga dapat menampilkan aspek mikroskopis,
makroskopis, dan simbolis. Misalnya, peris
tiwa dekomposisi larutan hidrogen peroksida
dengan katalis mangan dioksida. Komputer
dapat menyajikan aspek mikroskopisnya, yakni
tumbukan yang terjadi antara molekul atau
partikel hidrogen peroksida dan mangan
dioksida. Komputer dapat menyajikan aspek
makroskopisnya berupa gelembunggelem
bung yang terbentuk ketika mangan dioksida
dimasukkan ke dalam larutan hidrogen per
oksida, dan simbolisnya berupa rumus kimia
dari hidrogen peroksida (H2O2) dan mangan
dioksida (MnO2). Pembelajaran dengan TIK
sangat diperlukan, apalagi konsep yang di
pelajari bersifat abstrak dan menyatakan pro
ses. Apabila pembelajaran interaktif ini dapat
dilakukan, maka materi yang terasa sulit
menjadi lebih mudah.
Sebagian besar guru mata pelajaran kimia
(80%) menyatakan bahwa kegiatan belajar
umumnya dilakukan dengan cara diskusi ke
lompok dan memberikan soalsoal penyele
saian. Hal ini berarti guru tidak banyak meng
gunakan bantuan TIK di kelas. Kegiatan bela
jar ini akan mengakibatkan konsepkonsep
abstrak maupun konsep yang menyatakan
proses menjadi lebih sulit untuk dipelajari dan
bahkan siswa cenderung malas untuk belajar.
Apabila siswa malas belajar, maka akan me
nurunkan hasil dan aktivitas belajar siswa.
Dari aspek pemanfaatan media, guruguru
kimia umumnya menggunakan media papan
tulis atau beberapa gambar untuk mengajar di
kelas. Papan tulis hanya dapat menyajikan ma
teri pelajaran secara statis. Penjelasan konsep
yang menyatakan proses pasti akan menjadi
sulit jika menggunakan papan tulis, misalnya
teori tumbukan. Jika teori tumbukan hanya
dijelaskan dengan media papan tulis, guru akan
cenderung menceramahkan teori tumbukan
tersebut. Hal ini tentunya akan menyulitkan
siswa belajar. Pernyataan ini didukung oleh
pendapat siswa SMA (95%) yang menyatakan
bahwa guruguru kimia lebih banyak mengajar
dengan metode ceramah di depan kelas dengan
bantuan media papan tulis.
Pembelajaran berbantuan TIK memer
lukan adanya komputer sebagai alat bantu.
Hasil angket yang dikembalikan oleh orang tua
siswa menunjukkan bahwa sebanyak 55%
siswa sudah memiliki fasilitas komputer.
Orang tua siswa yang belum memiliki fasilitas
komputer menyatakan akan melengkapi fa
silitas tersebut. Hal ini mengindikasikan bah
wa pembelajaran berbantuan TIK dapat
digunakan secara mandiri oleh siswa, dan
bahkan dalam jangka panjang, pembelajaran
berbantuan TIK akan berkembang dengan
sangat pesat.
Sebelum materi pembelajaran dituangkan
ke dalam program pembelajaran interaktif,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) per
7. Sudarsana, Pembuatan Program Pembelajaran Interaktif Laju 91
lu dibuat. Pembuatan RPP ini dimaksudkan
untuk memberikan gambaran tentang langkah
langkah pembelajaran yang akan dilakukan di
kelas. Selain itu, pembuatan RPP juga di
maksudkan untuk memberikan gambaran me
ngenai strategi pembelajaran, terutama pen
dekatan yang digunakan dalam program pem
belajaran interaktif. Pendekatan yang digu
nakan dalam program pembelajaran interaktif
ini adalah pendekatan induktif. Pemilihan
pendekatan ini didasarkan pada hasil studi
lapangan.
Setelah RPP dihasilkan, peneliti memper
oleh gambaran tentang sosok program pem
belajaran interaktif yang dibuat. Gambaran ter
sebut merupakan langkahlangkah pembela
jaran yang digunakan dalam program pem
belajaran interaktif. Berdasarkan langkah
langkah tersebut, dibuat storyboard. Story
board merupakan rancangan program pem
belajaran interaktif. Storyboard yang dibuat
memberikan arah tentang interface program
pembelajaran interaktif, struktur navigasi atau
hyperlink, maupun audio yang akan digu
nakan. Dengan selesainya pembuatan story
board, gambaran secara lengkap tentang sosok
program pembelajaran interaktif telah dipero
leh.
Program pembelajaran dirancang agar
siswa dapat berinteraksi secara langsung de
ngan program sehingga disebut dengan pro
gram pembelajaran interaktif. Dalam program
pembelajaran interaktif ini, ketika siswa mem
berikan jawaban, maka program pembelajaran
interaktif akan segera memberikan balikan atau
respon. Respon yang diberikan berupa per
nyataan benar atau salah dan skor yang yang
diperoleh siswa.
Program pembelajaran interaktif dibuat
dengan menggunakan Macromedia Flash 8.0.
Macromedia Flash 8.0 memiliki keunggulan
dalam penyajian gambar dan animasi sehingga
kualitas penyajian visualisasi dalam program
yang dihasilkan sangat baik. Pemisualisasian
tersebut akan membantu siswa mengkons
truksi pengetahuannya dengan tepat sehingga
menanggulangi terjadinya miskonsepsi. Pe
misualisasian juga dapat mengurangi beban
memori kerja saat dilakukan pembelajaran
sehingga siswa tidak cepat merasa lelah dalam
belajar. Keuntungan pemisualisasian adalah
siswa lebih lama mengingat materi yang disa
jikan.
Macromedia Flash 8.0 dapat memfasi
litasi visualisasi kajian mikroskopis, makros
kopis, dan simbolik. Selain itu, Macromedia
Flash 8.0 juga dapat menyajikan aspek statik
dan dinamik partikel. Berdasarkan keung
gulan ini, Macromedia Flash 8.0 sangat baik
digunakan untuk pembuatan program pem
belajaran interaktif. Macromedia Flash 8.0
juga dapat memfasilitasi adanya interaksi
antara pengguna dan program pembelajaran
interaktif. Hal ini dapat membuat pengguna
(siswa) termotivasi untuk belajar.
Program pembelajaran interaktif yang
telah selesai dibuat belum dapat langsung
digunakan sebagai media belajar bagi siswa.
Program pembelajaran interaktif harus di
validasi terlebih dahulu oleh ahli. Proses vali
dasi ini sangat diperlukan untuk memastikan
ketepatan isi atau materi pembelajaran dari
program pembelajaran interaktif. Tidak hanya
ketepatan isi, tetapi juga aspek kelancaran
kerja program harus benarbenar dijamin agar
tidak menimbulkan gangguan bagi siswa saat
belajar.
Ahli isi menyatakan bahwa program pem
belajaran interaktif layak digunakan sebagai
media belajar siswa. Kelayakan ini didasarkan
atas hasil validasi isi dengan skor ratarata 4,87
atau berada dalam kategori sangat baik. Selain
itu, ahli media juga menyatakan bahwa
program pembelajaran interaktif juga layak
digunakan sebagai media belajar siswa. Ke
layakan ini didasarkan atas skor ratarata
penilaian oleh ahli media sebesar 4,26 atau
berada dalam kategori sangat baik. Penilaian
yang diberikan oleh ahli media juga meru
pakan penilaian dari aspek kerja program atau
kelancaran kerja program.
Apabila dilihat dari penilaian praktisi
(guru), program pembelajaran interaktif juga
layak digunakan sebagai media belajar siswa.
Penilaian ini didasarkan atas skor ratarata
penilaian oleh guru yaitu sebesar 3,76 atau
berada dalam kategori baik. Kategori baik
berarti semua aspek yang terdapat dalam
kriteria penilaian sudah sesuai. Kesesuaian ini
dilihat dari aspek indikator pencapaian kom
petensi, isi pembelajaran, dan komponen me
dia. Hal ini berarti bahwa: (1) indikator pen
capaian kompetensi sudah dirumuskan dengan
jelas dan operasional, memperhatikan jenjang
kemampuan, dan memotivasi belajar siswa; (2)
isi pembelajaran dirumuskan secara jelas dan
sistematis, sesuai dengan tujuan, mudah
8. 92 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2011, hlm. 8593
dipahami, menarik, dan memotivasi siswa; dan
(3) tampilan media pembelajaran menarik dan
mudah digunakan.
Selain dilakukan validasi oleh ahli (isi dan
media) dan praktisi (guru), program pem
belajaran interkatif juga diuji keterbacaan
kepada siswa. Uji keterbacaan dilakukan oleh
siswa SMA kelas X dan kelas XI. Uji ke
terbacaan ini dimaksudkan untuk mengetahui
bahasa yang digunakan dalam program, apa
kah bahasa yang digunakan mudah dimengerti
atau tidak, apakah bahasa yang digunakan
ambigu atau tidak. Berdasarkan uji keter
bacaan, sebagian besar siswa baik siswa kelas
X maupun kelas XI menyatakan media sangat
mudah untuk dipahami.
Program pembelajaran interaktif memiliki
kelebihan maupun kelemahan. Kelebihan pro
gram pembelajaran interaktif adalah dapat me
nanggulangi permasalahan bagi sekolah yang
tidak memiliki fasilitas laboratorium karena
program pembelajaran interaktif ini menam
pilkan simulasi praktikum. Dengan adanya
simulasi ini, sekolah dapat menghemat biaya
praktikum yang harus dikeluarkan. Di samping
itu, pencemaran oleh bahanbahan kimia yang
digunakan di laboratorium kimia juga dapat
dihindari (praktikum kering). Di sisi lain, ke
lemahan program pembelajaran ini adalah ke
terampilan siswa melakukan praktikum tidak
dapat dilatihkan karena siswa hanya berin
teraksi dengan komputer.
Apabila dilihat dari aspek pemanfaatan
TIK secara umum, temuantemuan penelitian
ini sejalan dengan temuantemuan penelitian
yang sudah dilakukan sebelumnya, yakni de
ngan memanfaatkan segala kelebihan yang di
miliki oleh komputer. Penelitian dan pengem
bangan ini juga dapat mengurangi kelemahan
penelitian sebelumnya (Rahmawati, 2006; Si
rodjuddin, 2007). Penelitian Rahmawati ten
tang tata nama senyawa dan persamaan reaksi
dan penelitian Sirodjuddin tentang simulasi
praktikum keduanya belum mengoptimalkan
simulasi aspek mikroskopis.
Prototype program pembelajaran interak
tif yang dihasilkan dalam penelitian ini ter
batas pada topik laju reaksi sehingga untuk
memediasi pembelajaran pada pokok bahasan
yang lainnya diperlukan pengembangan pro
gram pembelajaran yang sejenis. Di samping
itu, perlu adanya pengujian secara eksperimen
untuk mengetahui keunggulan komparatif dari
program pembelajaran yang dihasilkan dalam
penelitian ini dengan produkproduk media
pembelajaran lain yang sudah digunakan di
sekolah.
Penutup
Berdasarkan temuantemuan penelitian
dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1) Program pembelajaran interaktif laju reaksi
berbantuan komputer sangat diperlukan
untuk mendukung aspek mikroskopis, ma
kroskopis, simbolik, serta aspek statik dan
dinamik partikel.
2) Karakteristik program pembelajaran kimia
interaktif laju reaksi adalah: (1) menyajikan
aspek mikroskopis, makroskopis, dan sim
bolis; (2) menyajikan simulasi statik dan
dinamik; (3) memberikan interaksi dua
arah; (4) menyajikan simulasi praktikum;
dan (5) memberikan peluang untuk men
jawab pertanyaan hingga tiga kali.
3) Program pembelajaran interaktif ber
bantuan komputer pada topik laju reaksi
mendapat penilaian sangat baik oleh ahli
(isi dan media) dan mendapat penilaian
baik oleh guru mata pelajaran kimia serta
memperoleh tanggapan positif dari siswa
dan bahasa yang digunakan mudah di
mengerti.
Daftar Rujukan
Adri, M. & Nelda, A. (2008). Pengembangan
paket multimedia sebagai sarana belajar
mandiri mahasiswa. Tersedia pada: http://
www.ilmukomputer.com. Diakses tanggal
20 Desember 2009.
Borg, W. R. & Gall, M. D. (1989). Edu
cational research. Fifth Edition. New
York: Longman.
Hasibuan & Moediono. (1993). Proses belajar
mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Howard, D. (1987). Computer managed lear
ning: Development of a data base for indi
vidualized instruction. Tesis tidak diter
bitkan. Canada: Faculty of Education, Uni
versity of Lethbridge.
Muchsin. (2010). Kinetika Kimia. Sumatera:
USU Press.
Pusparini, L. P. H. (2009). Pengembangan
program pembelajaran kimia struktur
atom interaktif berbasis komputer. Skripsi
tidak diterbitkan. Singaraja: Jurusan Pen
didikan Kimia UNDIKSHA.
9. Sudarsana, Pembuatan Program Pembelajaran Interaktif Laju 93
Rahmawati, Y. (2006). Efektivitas CD in
teraktif sebagai media pembelajaran kimia
pokok bahasan tata nama senyawa dan
persamaan reaksi sederhana Kelas X SMA
Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran
2005/ 2006. Skripsi tidak diterbitkan. Se
marang: Jurusan Pendidikan Kimia
UNNES.
Sirodjuddin, A. (2007). Efektivitas penggu
naan program interaktif berbantuan kom
puter untuk meningkatkan kualitas pem
belajaran kimia SMK Negeri 8 Semarang.
Tersedia pada:
http://ardansirodjuddin.blogspot.com/2007
/12/efektivitaspenggunaanprogram
interaktif.html. Diakses tanggal 11 Juli
2010.
Sutopo, A. H. (2003). Multimedia interaktif
dengan flash. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Trihastuti, S. (2008).Pembelajaran keteram
pilan proses, inquiry dan discovery lear
ning. Teredia pada: http://umifatmawati.
blog.uns.ac.id./2009/07/17/8/. Diakses tang
gal 12 Juli 2010.