SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
PROPOSAL SKRIPSI
  PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MODEL
     PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MODEL
PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA STANDAR KOMPETENSI
          MENGANALISIS RANGKAIAN LISTRIK
      (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SUATU SMK ELEKTRONIKA)




                        HILMAN ARAFAH
                           5215083430




   PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
             JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
           UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
                       2011




                              BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah

       Pendidikan merupakan suatu yang menjadi kebutuhan setiap manusia terutama

manusia Indonesia dan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya

manusia. Dalam era globalisasi ini bangsa Indonesia sudah seyogiyanya meningkatkan

kualitas pendidikan dalam berbagai aspek, diantaranya sarana dan prasarana sekolah,

keikutsertaan dalam mengelola sekolah, perbaikan metode, pendekatan, strategi dan model

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas maupun perbaikan dan pengembangan

kurikulum oleh pemerintah.

Menurut Permen Diknas No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa :

   1. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

       kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan

       mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat

       bekerja   secara   efektif   dan   efisien   serta   mengembangkan   keahlian   dan

       keterampilan….(Depdiknas, 2006: 17). Berdasarkan tujuan diatas, maka setiap

       lulusan pendidikan kejuruan (SMK) diharapkan memiliki kemampuan dan

       keterampilan sebagai tenaga kerja siap pakai. Dalam hal ini untuk dapat

       mempersiapkan lulusan SMK yang berkualitas diperlukan efektifitas dalam

       memberikan materi pembelajaran di kelas. Artinya dalam proses belajar yang

       pengalokasian waktunya telah ditentukan siswa dapat memahami setiap materi

       pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

   2. Standar kompetensi menganalisis rangkaian listrik merupakan materi hitungan dan

       praktek. Pada umumnya siswa menganggap bahwa materi hitungan itu sulit, sehingga

       motivasi dan keaktifan belajar menjadi berkurang. Dan denganmelaksanakan belajar

       secara praktek, siswa dibimbing untuk dapat trampil dan mempersiapkan bekal untuk
menghadapi dunia kerja kedepannya. Dalam prosesnya siswa dituntut untuk mampu

   memahami konsep dasar listrik dalam menganalisis rangkaian listrik. Pada

   kenyataannya, berdasarkan survey awal yang dilakukan ketika praktikan pada

   kegiatan program latihan profesi (PLP) di SMKN 4 Bandung banyak siswa yang

   belum memahami mengenai konsep dasar untuk menganalisis rangkaian listrik,

   rendahnya hasil belajar siswa pada kelas sebelumnya dengan rata-rata ulangan umum

   adalah 57,33 dan nilai maximum adalah 76 dan nilai minimum adalah 32, sedangkan

   KKM yaitu 70 sebagian siswa dapat memenuhi KKM, tetapi sebagian banyak siswa

   masih dibawah KKM. Dalam standar kompetensi menganalisis rangkaian listrik

   menunjukkan perlunya pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

   pemahaman konsep danpraktikum. Daya serap terhadap bahan yang diberikan ada

   yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor inteligensi mempengaruhi

   daya serap anakdidik terhadap bahan ajar yang diberikan, oleh karena itu diperlukan

   model pembelajaran yang tepat untuk melatihkan kemampuan tersebut.Problem

   Solving (Pemecahan Masalah), merupakan salah satu model pembelajaran yang aktif

   untuk siswa, yaitu suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dimulai dari

   mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

3. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui

   kerja kelompok sehingga dapat memberikan pengalaman belajarpada siswa seperti

   membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan

   data, menginterpretasikan data, berdiskusi, membuat kesimpulan, dan membuat

   laporan. Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimen

   dengan menggunakan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan model pembelajaran

   problem solving, yaitu meliputi 3 tahap : modeling, coaching andscaffolding
(membimbing dan merancah), dan fading (memperluas). Sedangkan kelas kontrol

          adalah kelas yang hanya menggunakan model pembelajaran konvensional.

          Penelitian ini penting dilakukan untuk dapat mengetahui hasil belajar siswa. Selain

          itu, kemampuan-kemampuan yang didapat oleh siswa yaitu pemahaman konsep, cara

          melakukan eksperimen, dan cara untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang

          dihadapi. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti ingin melihat perbandingan hasil

          belajar siswa menggunakan model pembelajaran problem solving dengan model

          pembelajaran konvensional dalam judul: “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Antara

          Model Pembelajaran Problem Solving dan Model Pembelajaran konvensional pada

          Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik”.



1.2 Rumusan Masalah

          Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Seberapa besar hasil belajar siswa dengan pembelajaran problem solving?

2. Seberapa besar hasil belajar siswa dengan pembelajaran konvensional?

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara model

pembelajaran problem solving dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional

pada penelitian ini?



1.3 Batasan Masalah

          Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka masalah penelitian

ini dibatasi pada hal-hal berikut ini:

          1. Penelitian difokuskan pada pengukuran hasil belajar siswa pada standar kompetensi

          menganalisis rangkaian listrik sub kompetensi menganalisis rangkaian listrik arus
bolak-balik dengan menggunakan pembelajaran Problem Solving dan pembelajaran

       Konvensional.

       2. Sampel yang digunakan adalah siswa SMK program studi keahlian Teknik

       Ketenagalistrikan kelas X di SMK Negeri 4 Bandung.

       3. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini yaitu ranah kognitif yang meliputi

       aspek pengetahuan/recall (C1), aspek pemahaman/comprehension (C2), aspek

       penerapan/aplication (C3), dan aspek analisis (C4).



1.4 Tujuan Penelitian

       Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manakah pembelajaran

pada standar kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik dengan menggunakan pembelajaran

Problem Solving dan pembelajaran Konvensional, yang berpengaruh terhadap peningkatan

hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran problem solving.

2. Mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran konvensional.

3. Mengetahui perbedaan model pembelajaran yang lebih baik pada hasil belajar siswa antara

yang menggunakan model pembelajaran Problem Solving dengan yang menggunakan model

pembelajaran konvensional pada penelitian yang dilakukan di SMKN 4 Bandung dengan

standar kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik.



1.5 Manfaat Penelitian

       Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik bagi siswa

maupun guru.
1. Bagi penulis, dalam penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi tentang

perbandingan hasil belajar siswa antara yang menggunakan model pembelajaran problem

solving dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam memilih model

pembelajaran problem solving dan konvensional sebagai upaya meningkatkan pemahaman

siswa.

3. Siswa diharapkan mempunyai keahlian. Terutama sikap mereka terhadap masalah yang

dihadapi dalam pembelajaran.

4. Dapat menjadi alternatif strategi sekolah-sekolah SMK di dalam pembelajaran

menganalisis rangkaian listrik di kelas serta dapat menjadi jawaban untuk meningkatkan hasil

belajar siswa SMK.



1.6 Definisi Operasional

         Menghindari kesalahan penafsiran dalam memahami judul yang diajukan, maka

peneliti mencoba untuk menjelaskan beberapa istilah yang ada, yaitu:

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perbandingan berarti perbedaan. Dari hal tersebut

dapat diartikan bahwa perbandingan adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang

lain sehingga dapat dilihat persamaan dan perbedaannya. Dalam penelitian ini diartikan

membandingkan rata-rata skor peningkatan siswa (gain/peningkatan) antara pretest dan

posttest pada kedua kelompok eksperimen untuk menentukan apakah terdapat perbedaan

hasil belajar siswa yang signifikan antara model pembelajaran problem solving dengan model

pembelajaran konvensional.

2. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa yang berbentuk

nilai dari hasil pengukuran dalam evaluasi belajar.
3. Model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan searah yaitu guru

menjelaskan kepada siswa dengan metode ceramah.

4. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran dimana pada prosesnya

siswa diberikan suatu masalah yang harus dipecahkan. Menggunakan 3 tahap yaitu :

1) Modeling

2) Coaching dan scaffolding

3) Fading.



1.7 Hipotesis Penelitian

       Menurut Suharsimi Arikunto, (2010: 110), mengemukakan bahwa “Hipotesis dapat

diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,

sampai terbukti melalui data yang terkumpul.” perumusan hipotesis dilakukan dengan dua

macam, yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis kerja (H1). Adapun rumusan hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa

setelah diterapkan model pembelajaran problem solving (modeling, Coaching dan

scaffolding, Fading) dan model pembelajaran konvensional.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa setelah

diterapkan pembelajaran problem solving (modeling, Coaching dan scaffolding, Fading)

dengan pembelajaran konvensional.



1.8 Metode Penelitian

       Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan

memberikan dua perlakuan berbeda terhadap dua kelompok siswa yang dipilih sebagai

sampel. Kelompok pertama merupakan kelompok eksperimen yang mendapatkan pengajaran
dengan menggunakan pembelajaran problem solving, dan kelompok kedua yang mendapat

pengajaran dengan pembelajaran konvensional sebagai kelas kontrol. Menggunakan dua

variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas atau variabel (X) pada penelitian ini

adalah dengan menggunakan pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional.

Sedangkan variabel terikat atau variabel (Y) pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa

yang dibatasi pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik.



1.9 Lokasi dan Sampel Penelitian

       Penelitiaan ini dilakukan di SMKN 4 Bandung yang berlokasi di Jl. Kliningan Buah

Batu Bandung. Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X

Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan yang mengikuti Standar Kompetensi

Menganalisis Rangkaian Listrik.



1.10 Sistematika Penuliasan

       Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berperan sebagai pedoman penulis

agar penulisannya terarah dan sistematis dalam mencapai tujuan akhir yang akan dicapai.

Sistematika penulisan penelitian adalah sebagai berikut:

       BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini mengemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dasar, definisi operasional, hipotesis

penelitian, metodologi penelitian, lokasi dan populasi penelitian, serta sistematika penulisan.

       BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

Pada bab ini dikemukakan landasan teoritis yang mendukung dan relevan dengan

permasalahan penelitian yang dilakukan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode penelitian, variabel dan paradigma penelitian, data penelitian,

sampel dan populasi, teknik pengumpulan data, uji coba instrument penelitian, teknik analisis

data dan kisikisi instrument penelitian.
BAB II
        PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
             DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

2.1 Model Pembelajaran

       Aunurrahman (2009: 146) mengartikan model pembelajaran sebagai kerangka

konseptual, sebagaimana dikemukakan bahwa:

Model Pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru

untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Menurut Brady (dalam

Aunurrahman, 2009: 146) mengemukakan bahwa „ model pembelajaran dapat diartikan

sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam

mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.‟ Menurut Joyce (dalam trianto, 2007: 5)

„model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.‟ Model pembelajaran merupakan

bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh

guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan

suatu pendekatan, model, dan teknik pembelajaran. (Sudrajat, 2008). Dari pengertian para

ahli diatas maka, model pembelajaran adalah suatu rancangan pembelajaran baik untuk

menyusun materi pengajaran sampai tatap muka didalam ruang kelas sehingga pembelajaran

akan lebih terstruktur. Setiap model pembelajaran akan membantu didalam merancang

program pembelajaran sehingga setiap siswa akan tertolong dalam upaya mencapai tujuan

pembelajaran. Maka, dikembangkan bermacam-macam model pembelajaran untuk menolong

guru dalam meningkatkan kemampuannya menyampaikan pelajaran yang dapat menjangkau

lebih banyak siswa dan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih luas. Selain itu
dalam penerapan model pembelajaran yang tepat di kelas akan mendorong siswa sehingga

menyukai pelajaran tersebut, menumbuhkan rasa percaya diri dan meningkatkan motivasi

dalam mengerjakan tugas, dan membantu siswa memahami secara mudah pelajaran yang

diberikan sehingga pencapaian hasil belajarnya akan lebih baik. Menurut Indrayanto (2010),

model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus. Ciri-ciri tersebut meliputi :

1. Rasional teoritik yang logis dan disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan) pembelajaran yang

akan dicapai).

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan

berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.



2.1.1 Pembelajaran Konvensional

       Menurut Sanjaya (2009: 177) mengemukakan bahwa: Model pembelajaran

konvensional adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi

secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat

menguasai materi pelajaran secara optimal. Sedangkan Roy Killen (dalam Sanjaya, 2009:

177), mengemukakan bahwa: Model konvensional ini dengan istilah strategi pembelajaran

langsung (direct instruction). Karena dalam model ini materi pelajaran disampaikan langsung

oleh guru, siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu, materi pelajaran seakan-akan

sudah jadi. Menurut Sanjaya (2009: 177), terdapat beberapa karakteristik model pembelajaran

konvensional di antaranya:

 Proses pembelajaran dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal,

artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena

itu sering orang mengidentikkannya dengan ceramah.
Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi,

seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut

siswa untuk berpikir ulang.

 Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah

proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan

cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. “Model pembelajaran

konvensional merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru

(teacher centered approach). Dikatakan demikian, dalam pembelajaran bahwa guru

memegang peran yang sangat dominan. Melalui model ini guru menyampaikan materi

pembelajaran secara terstruktur dengan harapan pelajaran yang disampaikan itu dapat

dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama model pembelajaran konvensional adalah

kemampuan akademik (academic achievement) siswa.” (Sanjaya, 2009: 177). Menurut Slavin

(dalam Sudrajat, 2011), mengemukakan tujuh langkah dalam pembelajaran langsung yaitu

sebagai berikut :

 Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap

ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan.

 Me-review. pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan

pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa.

 Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan

informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.

 Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.

 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru

secara individu atau kelompok.
Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan review terhadap hal-

hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar

dan mengulang keterampilan jika diperlukan.

 Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri

kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka

pelajari. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini menggunakan

metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal,

pemberian tugas demonstrasi. Ceramah merupakan salah satu cara penyampaian informasi

dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat

pada penceramah dan komunikasi searah dari pembaca kepada pendengar. Penceramah

mendominasi seluruh kegiatan, sedang pendengar hanya memperhatikan dan membuat

catatan seperlunya. Demonstrasi aalah metode penyajian dengan memperagakan dan

mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses dan demonstrasi ini tidak terlepas dari

penjelasan secara lisan oleh guru. Gambaran pembelajaran menganalisis rangkaian listrik

dengan pendekatan ceramah adalah sebagai berikut: Guru mendominasi kegiatan

pembelajaran penurunan rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru, contoh-

contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh guru. Langkah-langkah guru diikuti

dengan teliti oleh peserta didik. Mereka meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang

dilakukan oleh guru.



2.1.2 Pembelajaran Problem Solving

       Problem secara umum orang memahami sebagai masalah. Sanjaya (2007: 214)

berpendapat bahwa : “hakikat masalah adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi

yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.”
Sedangkan menurut Sudjana (2005: 85) bahwa: Problem solving bukan hanya sekedar

metode mengajar tetapi juga merupakan salah satu metode berfikir, sebab dalam problem

solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai

kepada penarikan kesimpulan. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa problem

solving adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan melatih siswa menghadapi berbagai

masalah dalam suatu pelajaran baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah

kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya

adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Berhasil

tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari

pembelajaran problem solving adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Hudojo (2003:155),

yaitu sebagai berikut:

1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan

akhirnya meneliti kembali hasilnya.

2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.

3) Potensi intelektual siswa meningkat.

4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan

penemuan.

Pembelajaran problem solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang

menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Menurut

Sanjaya (2009: 212), terdapat tiga ciri utama dari pembelajaran problem solving yaitu :

Pertama merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, dalam pembelajaran ini tidak

mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi

pelajaran, akan tetapi siswa belajar berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan

akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan

masalah. Ketiga, pemecahan masalah dlakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir
secara ilmiah. Proses berfikir yang dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya

berfikir ilmiah dilakukan melalui tahap-tahap tertentu, sedangkan empiris adalah proses

penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Menurut Sanjaya (2009:

213) mengatakan bahwa pembelajaran problem solving dapat diterapkan apabila :

1) Guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat meningat materi pelajaran, akan

tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.

2) Guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berfikir rasional siswa, yaitu

kemampuan menganalisis, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki, mengenal adanya

perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat

judgment secara objektif.

3) Guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat

tantangan intelektual siswa.

4) Guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.

5) Guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan

dalam kehidupan.

John Dewey (dalam Sanjaya, 2009 : 215) menjelaskan enam langkah pembelajaran problem

solving, yaitu :

1) Merumuskan masalah yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai

sudut pandang.

3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan

pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang

diperlukan untuk pemecahan masalah.
5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai

dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan

rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan

kesimpulan. Dikemukakan Heller & Heller (1999: 20) yang menyatakan bahwa :

Dalam melaksanakan pembelajaran dengan problem solving, terdapat lima strategi yang

mendasarinya. Pertama, siswa dihadapakan pada permasalahan. Kedua, siswa menerapkan

konsep yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Ketiga, menyusun langkah-

langkah logis untuk menyelesaikan masalah. Keempat, melaksanakan langkahlangkah

yang telah direncanakan. Kelima, melakukan evaluasi terhadap penyelesaian masalah.

Dari penjelasan diatas dapat dijabarkan bahwa pada tahap pertama siswa dihadapkan pada

suatu permasalahan dalam pembelelajaran yang diberikan. Sehingga diharapkan siswa secara

teliti mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan mencari sebanyak mungkin informasi apa

saja yang diperlukan terkait dengan permasalahan yang dihadapi baik melalui kajian

pustaka atau berdasarkan pengalaman yang pernah dijumpai. Dari masalah tersebut

diharapkan siswa dapat menggambarkan masalah yang sedang dihadapi tersebut. Tahap

kedua, berdasarkan informasi-informasi yang telah dikumpulkan, siswa diharapkan sudah

dapat menentukan konsep mana yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi. Pada tahap ini siswa juga harus dapat menerjemahkan permasalahan yang dihadapi

kedalam konteks rangkaian listrik dan mulai melakukan prediksi bagaimana konsep tersebut

diterapkan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Ketiga, Pada tahap ini

siswa membangun kerangka pemikiran berupa langkah-langkah kerja yang akan dilaksanakan

dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, pada tahap ini, siswa juga memungkinkan untuk

memasukan perhitungan matematis sebagai salah satu langkah dalam membuat penyelesaian

masalah. Keempat, siswa mulai menjalankan semua langkah-langkah yang telah
direncanakannya. Kelima, siswa mulai membuat analisis mengenai langkah-langkah

penyelesaian masalah yang telah ditempuhnya. Apakah telah sesuai dengan prediksi yang

telah ditetapkan diawal atau terdapat ketidaksesuaian. Pada tahap ini juga siswa membuat

kesimpulan terhadap Problem atau masalah yang telah dilakukannya. Menurut Heller and

Heller dalam bukunya Cooperative Group Problem Solving in Physics University,

pembelajaran dengan menggunakan problem solving sebaiknya menggunakan pembelajaran

problem solving yang meliputi tiga tahap, yaitu : modeling, coaching and scaffolding

(membimbing dan merancah), dan fading (memperluas). Modeling dilakukan untuk

memberikan pengetahuan baru untuk mengatasi isu dan masalah dalam lingkungan. Guru

memberikan demonstrasi dengan tahapan problem solving. Coaching dan scaffolding

dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok kooperatif dan eksperimen untuk menyelesaikan

masalah menggunakan tahapan problem solving. Guru memberikan bimbingan dalam

melakukan problem solving. Fading, diselesaikan dalam berbagai cara sebagai penerapan

konsep dan prinsip yang telah diberikan sebelumnya. Guru memberikan sangat sedikit

bimbingan. Maka dalam penelitian ini akan digunakan strategi pembelajaran problem solving

dengan menggunakan tiga tahap tersebut. Dalam Sanjaya (2009: 218) mengemukakan

keunggulan dankelemahan problem solving, antara lain :

1. Keunggulan :

 Problem solving merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

 Problem solving dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk

menentukan pengetahuan baru bagi siswa.

 Problem solving dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

 Problem solving dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk

memahami masalah.
Dapat       membantu   siswa    untuk    mengembangkan       pengetahuan     barunya     dan

bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

 Dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan

cara berfikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa bukan sekedar belajar dari guru

atau buku.

 Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

 Dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir kritis.

 Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang

dimiliki.

 Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar

pada pendidikan formal telah berakhir.

2. Kelemahan :

 Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah

yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

 Membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

 Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang

dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.



2.2 Hasil Belajar

2.2.1 Pengertian Hasil Belajar

       Hasil belajar merupakan variabel dari teori belajar di sekolah. Selain variabel lainnya

yaitu : karakteristik individu (siswa) dan kualitas pengajaran. Hal ini dinyatakan oleh Bloom

dalam Theory of School Learning, bahwa “…. ada tiga variabel utama dalam teori belajar di

sekolah
yakni : karakteristik individu, kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa”. (Sudjana N, 2005

: 40). Hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru) dimana hasil belajar

memiliki hubungan erat dengan proses belajar. Menurut Whittaker (dalam Aunurrahman,

2009: 35) mengemukakan bahwa „belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan

atau diubah melalui latihan atau pengalaman.‟ Menurut Djamarah dan Zain (2010: 38)

mengemukakan bahwa “belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri

seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.” Sedangkan pendapat lain dari

Abdillah (dalam Aunurrahman, 2009:35) mengemukakan bahwa : Belajar adalah suatu usaha

sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik memalui latihan

ataupun pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk

memperoleh tujuan tertentu. Maka proses belajar itu adalah proses kegiatan siswa untuk

memperoleh sejumlah pengetahuan dan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Sedangkan hasil belajar merupakan gambaran kemampuan yang ditunjukan

oleh adanya perubahan tingkah laku setelah siswa mengikuti proses belajar.

Dari kutipan dia atas jelas bahwa hasil belajar sangat tergantung pada proses belajar. Hasil

belajar akan terlihat setelah diberi perlakuan pada proses balajar yang dianggap sebagai

proses pemberian pengalaman belajar. Hasil belajar mengharapkan terjadinya perubahan

tingkah laku yang terjadi pada diri siswa. Maka yang dimaksud dengan hasil belajar adalah

kemampuan siswa setelah memperoleh pengalaman belajar dalam proses belajar agar terjadi

perubahan tingkah laku pada diri siswa dalam bentuk penguasaan dan pemahaman pelajaran

yang dipelajarinya.

Arikunto (2009: 26), mengukur hasil belajar dalam dua teknik, yaitu teknik tes dan non tes.

Pada penelitian ini menggunakan teknik tes, sehingga pembatasan hanya dilakukan terhadap

teknik tes. Menurut Hasan (2006: 95) mengemukakan bahwa “tes adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru disekolah dalam rangka kegiatan evaluasi ( mengukur, menilai,

assessment).” Arikunto (2009: 52) mengmukakan bahwa “tes merupakan alat atau prosedur

yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan

aturan-aturan yang sudah ditentukan.” Tes menurut Sudjana, N (2005 : 113) adalah :

Alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang

diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan atau secara perbuatan. Ada dua macam tes

hasil belajar yakni: tes yang telah distandarisasikan (standardized test) dan tes buatan guru

sendiri (teacher made test). Tes hasil belajar yang dibuat oleh guru itu dapat dibagi dua

macam, yakni tes lisan (oral test) dan tes tulisan (written test). Tes tertulis dapat dibagi atas

tes essay (essay examination) dan tes objektif. Tes objektif yang disusun dapat berbentuk

pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan isian pendek, saat ini banyak digunakan dalam

penelitian pendidikan. Sedangkan tes essay jarang digunakan sebab kurang praktis dan terlalu

subjektif. Persyaratan dari sebuah tes yang baik menurut Arikunto (2009: 57)

diantaranya yaitu sebagai berikut :

1. Validitas (secara tepat mengukur yang seharusnya diukur),

2. Reliabilitas (menunjukkan hasil yang dapat dipercaya dan tidak berubah jika diadakan tes

kembali),

3. Objektifitas (tidak dipengaruhi unsur-unsur pribadi),

4. Praktikabilitas (praktis dan mudah dalam administrasinya),

5. Ekonomis (tidak memerlukan biaya yang mahal, tenaga dan waktu yang banyak).

Dalam penelitian ini, tes yang digunakan yaitu tes buatan peneliti yang berbentuk tes tertulis

objektif pilihan. Agar memenuhi syarat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat

kesukaran maka tes buatan peneliti ini akan di uji coba terlebih dahulu kepada siswa-siswa

yang telah mempelajari standar kompetensi yang akan diteliti.
2.2.2 Klasifikasi Hasil Belajar

        Hasil belajar yang diharapkan terjadi pada diri siswa meliputi sejumlah kemampuan

yang dapat memberikan gambaran atas kegiatan dalam belajar. Untuk itu, hasil belajar

diklasifikasikan oleh para ahli sebagai berikut :

Howard Kingsley (dalam Sudjana, N 2005: 22), membagi tiga macam hasil belajar adalah

“keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, dan sikap dan cita-cita.”

Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler

maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin S. Bloom yang secara

garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotor. Bloom membagi masing-masing ranah ke dalam tingkatan-tingkatan kategori

yang dikenal dengan istilah taksonomi Bloom’s Taxonomy (Arikunto, 2009: 116)

seperti berikut :

a. Ranah Kognitif

        Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang

telah dipelajari dan kemampuan intelektual. Bloom membagi ranah kognitif ke dalam 6

jenjang kemampuan yaitu :

(1) Pengetahuan (C1)

        Merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, prinsip, prosedur atau istilah yang

telah dipelajari. Tingkatan ini merupakan tigkatan yang paling rendah namun menjadi

prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan

menangkap informasi kemudian menyatakan kembali informasi tersebut tanpa harus

memahaminya. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menyebutkan, mendefinisikan,

menggambarkan.
(2) Pemahaman (C2)

       Merupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi, interpretasi instruksi

(pengarahan) dan masalah. Pada tingkatan ini, selain hapal siswa juga harus memahami

makna yang terkandung misalnya dapat menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan

grafik, bagan atau diagram serta dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata

sendiri. Contoh: kata kerja yang digunakan yaitu menyajikan, menginterpretasikan,

menjelaskan.



(3) Penerapan (C3)

       Merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep dalam situasi baru atau pada

situasi konkret. Tingkatan ini merupakan jenjang yang lebih tinggi dari pemahaman.

Kemampuan yang diperoleh berupa kemampuan untuk menerapkan prinsip, konsep, teori,

hukum maupun metode yang dipelajari dalam situasi baru. Contoh kata kerja yang digunakan

yaitu mengaplikasikan, menghitung, menunjukan.



(4) Analisis (C4)

       Merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep ke dalam bagian-bagian

sehingga susunannya dapat dipahami. Dengan analisis diharapkan seseorang dapat memilah

integritas menjadi bagian-bagian yang lebih rinci atau lebih terurai dan memahami hubingan

bagian-bagian tersebut satu sama lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisa,

membandingkan, mengklarifikasikan.



(5) Sintesis (C5)

       Merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi

suatu keseluruhan yang terpadu. Kemampuan ini misalnya dalam merencanakan eksperimen,
menyusun karangan, menggabungkan objek-objek yang memiliki sifat sama ke dalam satu

klasifikasi. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menghasilkan, merumuskan,

mengorganisasikan.



(6) Evaluasi (C6)

       Merupakan kemampuan untuk memuat pertimbangan (penilaian) terhadap suatu

situasi, nilai-nilai atau ide-ide. Kemampuan ini merupakan kemampuan tertinggi dari

kemampuan lainnya. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang

mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, materi dan criteria tertentu. Untuk dapat

membuat suatu penilaian, seseorang harus memahami, dapat menerapkan, menganalisis dan

mensintesis terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menilai, menafsirkan,

menaksir, memutuskan. Peneliti hanya menggunakan penilaian dalam ranah kognitif dengan

jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4).



2.3 Tinjauan Umum Mata Diklat Menganalisis Rangkaian Listrik

       Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik merupakan salah satu program

produktif yang wajib diikuti oleh siswa kelas X di SMK Negeri 4 Bandung, Program

Keahlian Teknik Ketenagalistrikan. Sub kompetensi yang akan dibahas yaitu Menganalisis

rangkaian seri dan paralel arus bolak balik diantaranya rangkaian R-L, R-C, R-L-C.

 Gambaran materi atau silabus standar kompetensi menganalisis rangkaian listrik :

1. Menganalisis rangkaian listrik arus bolak-balik.

2. Menganalisis rangkaian kemagnetan.

 Pokok bahasan yang diambil :

1. Rangkaian seri RL, RC, dan RLC.

2. Rangkaian paralel RL, RC, dan RLC.
Materi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Rangkaian Seri R – L

- Pengertian rangkaian R-L

- Rumus mencari tegangan

- Rumus mencari arus

- Rumus mencari impedansi

- Rumus reaktansi induktor

- Segitiga daya

- Segitiga tahanan

- Rumus mencari daya aktif, reaktif, dan semu (P,Q, S)



2. Rangkaian Seri R – C

- Pengertian rangkaian R-C

- Rumus mencari tegangan

- Rumus mencari arus

- Rumus mencari impedansi

- Rumus reaktansi kapasitor

- Segitiga daya

- Segitiga tahanan

- Rumus mencari daya aktif, reaktif, dan semu (P,Q, S)



3. Rangkaian Seri R-L-C

- Pengertian rangkaian seri RLC

- Sifat-sifat pada rangkangaian seri RLC
- Rumus tegangan, arus dan impedansi

- Segitiga tahanan



4. Rangkaian Paralel R – L

- Pengertiannya rangkaian paralel RL

- Rumus arus, tagangan, impedansi

- Diagram vektor



5. Rangkaian Paralel R – C

- Pengertiannya rangkaian paralel RL

- Rumus arus, tagangan, impedansi

- Diagram vektor



6. Rangkaian Paralel R – L –C

- Pengertiannya rangkaian paralel RL

- Rumus arus, tagangan, impedansi

- Sifat rangkaian paralel RLC
BAB III

                             METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

       Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan

maksud mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2009 : 6), mengatakan bahwa :

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data

yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, sikembangkan, dan dibuktikan, suatu

pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,

memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Teknik penelitian yang

digunakan    adalah   Eksperimen.Menurut       Sugiyono   (2009:107)   menjelaskan   bahwa

”Eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.” Metode eksperimen yang

digunakan adalah dengan memberikan dua perlakuan berbeda terhadap dua kelompok siswa

yang dipilih sebagai sempel. Dalam penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan adalah

menentukan kelompok eksperimen yang mendapat pengajaran dengan menggunakan model

pembelajaran problem solving dan kelompok kontrol yang mendapat pengajaran dengan

model pembelajaran konvensional. Langkah selanjutnya kedua kelompok tersebut diberikan

tes awal (pretest) dengan soal yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dan diujikan

terlebih dahulu. Kemudian kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan

model pembelajaran problem solving yang telah dirancang sedemikian rupa dan kelompok

kontrol lain diberikan perlakuan dengan menggunakan model konvensional. Untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh yang telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah

memberikan tes akhir (posttest) pada kedua kelompok tersebut. Skor-skor yang diperoleh

diolah dan dianalisis menggunakan statistik.
3.2 Desain dan Variabel Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah The Matching Only Pretest-

Posttest Control Group Design. (Frankel, 1993: 253). Tabel. 3.1 The Matching Only Pretest

Posttest Control Group Design

 Kelompok   Pretest                 Perlakuan(X)               Posttest(Y)
 Eksperimen T1            M         Problem Solving            T2
 Kontrol    T1            M         Konvensional               T2


Keterangan : T1 adalah Pretest

              X adalah perlakuan yang menggunakan model pembelajaran konvensional dan

             problem solving.

              T2 adalah posttest

              M adalah fakta dari kedua kelas yang telah dicocokan.

Arikunto (2010: 161) mengungkapkan bahwa : “Variabel adalah objek penelitian atau apa

yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Variabel dalam penelitian ini termasuk dalam

kategori hubungan sebab akibat antara variabel X dan variabel Y. Pada penelitian ini dapat

dikaji hubungan sebab akibat antara dua variabel yaitu :

a. Variabel bebas (X)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu model pembelajaran problem solving

dan model pembelajaran konvensional.

b. Variabel terikat (Y)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu hasil belajar siswa pada sub

kompetensi rangkaian listrik seri dan paralel arus bolak balik R-L, R-C, dan R-L-C setelah

diberi perlakuan tarhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada ranah kognitif.
3.3 Paradigma Penelitian

        Menurut Sugiyono (2009: 66) mengemukakan bahwa : Paradigma penelitian adalah

pola berfikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteleti yang sekaligus

mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian,

teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik

analisis statistic yang digunakan, adapun paradigma penelitian, berikut ini :


                                          Studi Pustaka


                                       Studi Pendahuluan




              Perangkat Pembelajaran                       Instrumen Penelitian


                                       Penentuan Sampel
Tahap Pelaksanaan


              Kelas Eksperimen                              Kelas Kontrol


                            Pretest                                 Pengolahan Data


              Kelas Eksperimen:                            Kelas Kontrol :

        Pembelajaran problem solving                       Pembelajaran

    (modeling,coaching and scaffolding,                    Konvensional
                 fading)




                                            Protest


                                       Pengolahan Data

Tahap Akhir

                       Analisis data dan hasil temuan penelitian


                                          Kesimpulan
3.4 Data dan Sumber Data Penelitian

3.4.1 Data Penelitian

       Adapun data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data langsung dari

jawaban-jawaban yang diperoleh melalui tes objektif dari para responden mengenai

kompetensi dasar yang diberikan kepada sejumlah siswa kelas X pada standar kompetensi

Menganalisis Rangkaian Listrik. Data yang dimaksud adalah penilaian hasil belajar siswa

pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik. Adapun data yang diperlukan

dalam penelitian ini yaitu :

1. Materi standar kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik dengan sub kompetensi

menganalisa rangkaian seri dan paralel arus bolak balik R-L, R-C, R-L-C.

2. Nilai tes instrumen (pretest dan posttest) untuk melihat perkembangan hasil belajar siswa.



3.4.2 Sumber Data Penelitian

       Arikunto (2010: 172) menyatakan bahwa : Sumber data dalam penelitian adalah

subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau

wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Sumber data

utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

SMKN 4 Bandung yang sedang mengikuti Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian

Listrik. Selain itu digunakan juga buku-buku literatur yang dapat menunjang proses belajar

mengajar Menganalisis Rangkaian Listrik.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

       Arikunto (2010: 173) menyatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian.” Populasi yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas X Listrik, yang

mengambil Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik di SMKN 4 Bandung.
Tahun ajaran 2010– 2011. yaitu kelas XF, XG, XH, XI dengan perincian seperti

pada tabel 3.2.

                                                                   Jumlah
 Kelas                  XF             XG      XH        XI
                                                                    Total
 Jumlah Siswa           36             35      37        35          143


3.5.2 Sampel

          Arikunto (2010: 174) menyatakan bahwa ”sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti.” Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua

yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.




                                               Teknik
                                              Sampling
         Probability                                                        Non Probability
          Sampling                                                            Sampling



                         1. Simple random                                    1. Sampling
                              Sampling                                        sistematis
                          2. Proportionate
                         stratified random
                              sampling                                  2.Sampling kuota
                        3. Disprorortionate
                         Stratified random                                   3.Sampling
                              sampling                                        insidental
                                                                             4.Purposive
                         4.Cluster sampling                                      jenuh
                                                                             5.Snowball
                                                                               sampling



Dalam penelitian ini penarikan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling.

Menurut Sugiyono (2011: 64) menyatakan bahwa ”teknik simple random sampling adalah

teknik penentuan sampel dari populasi dilakukan secara acak....”

Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen

Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 64 orang yang terbagi dalam dua kelas, kelas

pertama berjumlah 32 siswa sedangkan kelas kedua berjumlah 32 siswa.
3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

         Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam suatu penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ada beberapa teknik yang penulis

gunakan antara lain :

a. Studi Literatur, dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan memanfaatkan literatur

yang relevan dengan penelitian ini yaitu dengan cara membaca, mempelajari, menelaah,

mengutip pendapat dari berbagai sumber berupa buku, diktat, skripsi, internet, surat kabar,

dan sumber lainnya.

b. Observasi

Studi ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang teori atau pendekatan yang erat

hubungannya dengan permasalahan yang sedang diteliti.

c. Tes

         Arikunto (2010: 266) menyatakan bahwa “ tes dapat digunakan untuk mengukur

kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi”. Penelitian ini menggunakan alat pengumpul

data yaitu tes hasil belajar berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan lima alternatif

jawaban. Item-item tes yang yang dipergunakan untuk pengumpulan data hasil belajar ini

diambil dari Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik. Tes dilaksanakan pada

saat pretest dan posttest. Pretest atau tes awal diberikan dengan tujuan mengetahui

kemampuan awal kedua kelompok penelitian. Sementara posttest atau test akhir diberikan

dengan tujuan untuk melihat kemajuan dan perbandingan peningkatan hasil belajar pada

kedua kelompok penelitian. Pada model pembelajaran problem solving dan model

pembelajaran konvensional. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrumen tes hasil

belajar ini adalah:
a. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk materi yang akan diberikan.

b. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

c. Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa.

d. Setelah instrumen yang diujicobakan tersebut valid dan reliabel, maka instrumen itu dapat

digunakan untuk melakukan pre test dan post test.

e. Studi dokumentasi, digunakan untuk memperoleh informasi atau data- data yang ada

kaitannya dengan masalah penelitian.




3.6.2 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data adalah :

1. Soal Tes Hasil Belajar (pre test dan post test)



3.6.3 Uji Coba Instrumen Penelitian

       Uji coba instrumen penelitian dilakukan untuk mengukur atau mengetahui instrumen

yang akan digunakan apakah telah memenuhi syarat sebagai alat pengambil data atau belum.

Instrumen tersebut layak untuk digunakan setelah dilakukan analisis terhadap Validitas,

Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran.

a. Uji Validitas Instrumen

       Arikunto (2010 : 211) menyatakan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.”

Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur,

sebuah item (butir soal) dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap

skor total, skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah.
Untuk menguji validitas item instrumen pada penelitian ini digunakan rumus korelasi product

moment dengan angka kasar sebagai berikut :




Keterangan :

rxy = Koefisien validitas butir item

n = Jumlah responden

X = Skor rata-rata dari X

Y = Skor rata-rata dari Y

Uji validitas ini dikenakan pada setiap item. Sehingga perhitungannya pun merupakan

perhitungan setiap item. Selanjutnya untuk menentukan validitas dari tiap item pertanyaan

dilakukan pengujian lanjutan yaitu uji t (uji signifikansi) yang berfungsi apabila peneliti ingin

mencari makna hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi (r) diuji dengan uji t

dengan rumus :




Keterangan :

t hitung = nilai t hitung

n = jumlah responden

r = koefisien korelasi hasil t hitung
Kemudian jika thitung > ttabel pada taraf signifikansi   = 0,05, maka dapat disimpulkan

item soal tersebut valid pada taraf yang ditentukan. Uji validitas dikenakan pada tiap-tiap

item tes dan validitas item akan terbukti jika harga thitung > ttabel dengan tingkat kepercayaan 95

% dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Apabila hasil thitung < ttabel maka item tes tersebut

dikatakan tidak valid. Uji validitas dihitung tiap item pertanyaan. Tingkat validitas setiap

item dikonfirmasikan dengan tabel interpretasi nilai r untuk korelasi. Dibawah ini diberikan

tabel 3.3 interpretasi nilai validitas sebagai berikut :



                                 Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Korelasi r

                      Besar Nilai r      Interpretasi
                      0.8≤r<1.000        Sangat tinggi
                      0.6≤r<0.800        Tinggi
                      0.4≤r<0.600        Cukup
                      0.2≤r<0.400        Rendah
                      0.0≤r<0.200        Sangat Rendah (tak berkorelasi)



b. Uji Reliabilitas

1. Tes Objektif

        Arikunto (2009: 86) menyatakan pengertian reliabilitas sebagai berikut :

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil tes yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan

masalah hasil tes atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat

dikatakan tidak berarti. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus

Kuder-Richardson (KR-20) sebagai berikut :
Keterangan :

r11 = reabilitas soal

k = banyaknya butir soal

Vt = harga varians total

P = proporsi subyek yang mendapat skor 1

P=

Q = proporsi subyek yang mendapat skor 0

        Q = 1- p

Harga varians total (Vt) dihitung dengan menggunakan rumus :




Dimana :

  X = Jumlah skor total

N = Jumlah responden

Hasilnya yang diperoleh yaitu r11 dibandingkan dengan nilai dari tabel r-Product Moment.

Jika r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel, sebaliknya r11 < rtabel maka instrumen tersebut

tidak reliabel.



2. Uji Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran yaitu suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah,

sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus :

  P=
dimana :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes



Menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik, digunakan kriteria seperti

pada tabel 3.4 sebagai berikut :

                              Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran

                    No.                  Interpretasi             Klasifikasi
                     1                   0.7≤TK<1.00               Mudah
                     2                   0.3≤TK<0.70               Sedang
                     3                   0.0≤TK<0.30                Sukar


Makin rendah nilai TK suatu soal, makin sukar soal tersebut. Tingkat kesukaran suatu soal

dikatakan baik jika perolehan nilai TK yang dari soal tersebut sekitar 0,50 atau 50%.

Umumnya dapat dikatakan, soal-soal dengan nilai TK         0,10 yaitu soal-soal sukar dan soal-

soal dengan nilai TK      0,90 yaitu soal-soal terlampau mudah.



3. Uji Daya Pembeda

        Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :
dimana : D = indeks diskriminasi (daya pembeda)

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas menjawab benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab benar

PA = proporsi peserta kelompok atas menjawab benar

PA = proporsi peserta kelompok bawah menjawab benar

Sebagai acuan mengklasifikasikan data hasil penelitian, maka digunakan kriteria yang terlihat

pada tabel 3.5 yaitu sebagai berikut :



                    No.                  Rentang nilai D          Klasifikasi
                     1                      D < 0.20                Jelek
                     2                   0.20 ≤ D < 0.40            Cukup
                     3                   0.40 ≤ D 0.70               Baik
                     4                   0.70 ≤ D ≤ 1.00          Baik Sekali



3.7 Teknik Analisis Data

       Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data maka langkah berikutnya adalah

mengolah data atau menganalisis data yang meliputi persiapan, dan penerapan data sesuai

dengan pendekatan penelitian. Karena data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan

data mentah yang belum memiliki makna yang berarti sehingga data tersebut agar dapat lebih

bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan yang diteliti, data

tersebut harus diolah terlebih dahulu, sehingga dapat memberikan arah untuk pengkajian

lebih lanjut. Karena data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, maka cara

pengolahannya dilakukan dengan teknik statistik.



3.7.1 Menghitung Gain Skor
Peningkatan (gain) didapat dari selisih nilai posttest dan nilai pretest. Karena hasil

belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah pembelajaran maka hasil belajar yang

dimaksud yaitu peningkatan yang dialami siswa. Analisis gain bertujuan untuk menjawab

hipotesis penelitian, yaitu melihat apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah data yang diperoleh yaitu skor pretest dan

skor posttest, kemudian dilakukan uji statistik terhadap skor pretest dan posttest, dan

indeks gain ternormalisasi dengan rumus:

 Index Gain (g) = skor posttest – skor pretest / skor maksimal – skor pretest x 100 %



Menurut Hake (dalam Liliawati dan Puspita, 2010: 428) mengemukakan

bahwa tabel interprestasi nilai gain yag dinormalisasi adalah sebagai berikut :

                     Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

                     No.                   Nilai (g)               Klasifikasi
                      1                   (g) ≥ 0.70                 Tinggi
                      2                0.70 > (g) ≥ 0.30            Sedang
                      3                   (g) < 0.30                Rendah



3.7.2 Uji Normalitas Data

       Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data tersebut distribusi normal

atau tidak distribusi normal. Pengujian normaitas data yang penulis lakukan adalah :

Chi Kuadrat (P_) yaitu dengan cara membandingkan kurva normal yang terbentuk dari data

yang telah terkumpul (B) dengan kurva normal baku/standar (A). Jadi membandingkan antara

B dengan A (B : A). Bila B tidak berbeda secara signifikan dengan A, maka B merupakan

data yang berdistribusi normal. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3 di bawah, bahwa

kurva normal baku yang luasnya mendekati 100 % dibagi menjadi 6 bidang berdasarkan

simpangan bakunya, yaitu tiga bidang di bawah rata-rata (mean) dan tiga bidang di atas

ratarata. Luas 6 bidang dalam kurva normal baku adalah : 2,7%; 13,53%; 34,13%;
34,14%; 13,53%; 2,7%. (Sugiyono, 2011: 79-82)




Langkah-langkah dalam pengujian normalitas data adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Jumlah Kelas Interval

Untuk pengujian normalitas dengan Chi Kuadrat ini, jumlah kelas interval ditetapkan sama

dengan 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada pada Kurva Normal Baku.

2. Menentukan Panjang Kelas Interval




3. Menyusun Tabel Distribusi Frekuensi

Berikut ini tabel distribusi frekuensi dan tabel penolong untuk menghitung

harga Chi Kuadrat hitung.
2
  Menentukan besarnya harga distribusi chi-kuadrat X




  6. Membandingkan X2hitung dengan X2tabel

        Dengan ketentuan sebagai berikut

            Tingkat kepercayaan 95 %

            Derajat kebebasan (dk = k-1)

            Apabila X2hitung < X2tabel berarti data berdistribusi normal



3.7.3        Uji Homogenitas Data

    Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah varians – varians dalam populasi

    tersebut homogen atau tidak. Adapun langkah-langkah pengolahan datanya sebagai berikut:




             1. Mencari nilai F dengan rumus, sebagai berikut :
2. Menentukan derajat kebebasan

       dk1 = n1-1; dk2 = n2-1

       3. Menentukan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% dari responden.

       4. Penentuan keputusan.

       Adapun kriteria pengujian, sebagai berikut :

       Varians dianggap homogen bila Fhitung < Ftabel. Pada taraf kepercayaan 0,95 dengan

       derajat kebebasan dk1 = n1 – 1 dan dk2 = n2 – 1, maka kedua varians dianggap sama

       (homogen). Dan sebaliknya tidak homogen.



3.7.4 Uji Hipotesis

       Uji hipotesis dilakukan melalui dua cara sesuai dengan normalitas data yang

diperoleh. Apabila data berdistribusi normal, maka dilakukan analisis statistik parametris.

Sebaliknya apabila data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan analisis statistik

nonparametris.



3.7.4.1 Uji Hipotesis Parametris

       Berdasarkan hipotesis yang penulis ambil, maka pengujian yang dilakukan adalah

pengujian hipotesis komparatif dua sampel independen, yaitu menggunakan t-test. Dalam

Sugiyono (2011: 138) terdapat dua buah rumus t-test yang dapat digunakan, yaitu sebagai

berikut:
Pengujian dengan menggunakan t-test uji dua pihak. Menggunakan uji dua pihak karena

hipotesis1 (H1) berbunyi terdapat perbedaan sedangkan hipotesis (H0) berbunyi tidak terdapat

perbedaan. (Sugiyono, 2011: 119).

Setelah dilakukan t-test, maka untuk mengetahui perbedaan itu signifikan atau tidak maka

harga thitung tersebut perlu dibandingkan dengan ttabel, dengan dk = n1   +   n2 – 2 dan taraf

kepercayaan 95.

3.8 Diagram Alur Pengolahan Data Penelitian
3.9 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

         Setelah ada kejelasan jenis instrumen, langkah selanjutnya menyusun pertanyaan-

pertanyaan. Penyusunan pertanyaan diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi

memuat aspek yang akan diungkap melalui pertanyaan. Aspek yang akan diungkap

bersumber dari masalah penelitian. Kisi-kisi tes untuk instrumen penelitian ini dapat dilihat

pada lampiran A.



                                   DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

__________________. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Depdiknas. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, SB & Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Fadillah, K., Murdono. dan Dalimunte, C. (1999). Ilmu Listrik. Bandung :

Angkasa.

Frankel. (1993). How To Design and Evaluate Research. McGRAW:HILL INC.

Hasan, Bachtiar. (2006). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Bandung:

Pustaka Ramadhan.

Heller, P & K. Heller. 1999, Problem-Solving Labs, in Cooperative Group

Problem Solving in Physics, Research Report. University of Minnesota.

Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Malang: JICA.

Indrayanto. (2010). Ciri-ciri Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2036649. Model

Pembelajaran/ [29 Juni 2011].

Liliawati, W & Puspita, E. (2010). Efektifitas Pembelajaran Berbasis Masalah

dalam Meningkatkan Kreatif Belajar Siswa. [Online]. Tersedia:

http://www.Fi.itb.ac.id/~dede/seminarHFI2010/CD Proceedines/FP18.pdf.

[29 Juni 2011].

Sanjaya, W (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Sudjana, N. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

________. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Pengertian Pendekatan Strategi, Metode, Teknik dan

Model Pembelajaran. Educationfor A Better Live. [Online]. Tersedia:

http://akhmadsudrajat.wardpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategimetode-

teknik-dan-model-pembelajaran/ [26 Juni 2011].

Trianto. (2007). Model–model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

More Related Content

What's hot

Bab i ptk 3
Bab i ptk 3Bab i ptk 3
Bab i ptk 3warhanie
 
Proposal kuantitatif
Proposal kuantitatifProposal kuantitatif
Proposal kuantitatifAlina Margono
 
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahContoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahSuaidin -Dompu
 
Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)
Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)
Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)must2ra86
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiandedy solin
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptkAgoes Sholeh
 
Power point skripsi matematika
Power point skripsi matematikaPower point skripsi matematika
Power point skripsi matematikaFrima Dona Spd
 
76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologi76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologielisabethringo
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciMaryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Boedi Santosa,
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaNurmalianis Anis
 
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtSkripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtre_devan
 
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...ast_189
 

What's hot (20)

Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Bab i ptk 3
Bab i ptk 3Bab i ptk 3
Bab i ptk 3
 
Proposal kuantitatif
Proposal kuantitatifProposal kuantitatif
Proposal kuantitatif
 
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahContoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
 
Proposal ptk ekonomi
Proposal ptk ekonomiProposal ptk ekonomi
Proposal ptk ekonomi
 
Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)
Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)
Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptk
 
Power point skripsi matematika
Power point skripsi matematikaPower point skripsi matematika
Power point skripsi matematika
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
proposal penelitian tindakan kelas Bab i , ii, iii,
proposal penelitian tindakan kelas Bab i , ii, iii,proposal penelitian tindakan kelas Bab i , ii, iii,
proposal penelitian tindakan kelas Bab i , ii, iii,
 
76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologi76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologi
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
 
Contoh proposal biologi smu
Contoh proposal biologi smuContoh proposal biologi smu
Contoh proposal biologi smu
 
Karil Muhamad Syahril
Karil Muhamad SyahrilKaril Muhamad Syahril
Karil Muhamad Syahril
 
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
 
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
Proposal penelitian matematika penguasaan operasi hitung s…
 
Jurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematikaJurnal pendidikan matematika
Jurnal pendidikan matematika
 
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtSkripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
 
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
 

Viewers also liked

1. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
1. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...1. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
1. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...Ryan Isni
 
Instrumen Penelitian
Instrumen PenelitianInstrumen Penelitian
Instrumen PenelitianIbnu Fajar
 
Proposal skripsi metlit tugas iii
Proposal skripsi metlit tugas iiiProposal skripsi metlit tugas iii
Proposal skripsi metlit tugas iiiStr Balondero
 
Resume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahResume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahEka Arif
 
populasi dan sampel
populasi dan sampelpopulasi dan sampel
populasi dan sampelIbnu Fajar
 
Instrumen Penelitian
Instrumen PenelitianInstrumen Penelitian
Instrumen PenelitianSri Handayani
 
UU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan NegaraUU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan NegaraAde ermawati
 
Tesis
Tesis Tesis
Tesis omcik
 
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan NegaraMakalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan NegaraFox Broadcasting
 
Berbagai Instrumen Penelitian
Berbagai Instrumen PenelitianBerbagai Instrumen Penelitian
Berbagai Instrumen PenelitianLevina Lme
 
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHMAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHRAMASYAFARADI
 
Analisis Laporan Keuangan Daerah
Analisis Laporan Keuangan Daerah Analisis Laporan Keuangan Daerah
Analisis Laporan Keuangan Daerah Yudi Pratama
 
Pengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan keuangan daerahPengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan keuangan daerahkomar_adi
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daerahaRian Saifulloh
 
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARAPEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARALily Herliana
 

Viewers also liked (20)

1. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
1. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...1. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
1. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
 
Instrumen Penelitian
Instrumen PenelitianInstrumen Penelitian
Instrumen Penelitian
 
Proposal skripsi metlit tugas iii
Proposal skripsi metlit tugas iiiProposal skripsi metlit tugas iii
Proposal skripsi metlit tugas iii
 
strategik
strategikstrategik
strategik
 
Proses penelitian
Proses penelitianProses penelitian
Proses penelitian
 
Proposal Tesis
Proposal TesisProposal Tesis
Proposal Tesis
 
Resume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahResume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearah
 
populasi dan sampel
populasi dan sampelpopulasi dan sampel
populasi dan sampel
 
Instrumen Penelitian
Instrumen PenelitianInstrumen Penelitian
Instrumen Penelitian
 
Seminar Proposal Tesis
Seminar Proposal Tesis Seminar Proposal Tesis
Seminar Proposal Tesis
 
UU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan NegaraUU_17_2003 Keuangan Negara
UU_17_2003 Keuangan Negara
 
Tesis
Tesis Tesis
Tesis
 
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan NegaraMakalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
Makalah_Konsep Anggaran dan Pengelolaan Keuangan Negara
 
Berbagai Instrumen Penelitian
Berbagai Instrumen PenelitianBerbagai Instrumen Penelitian
Berbagai Instrumen Penelitian
 
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHMAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
 
Analisis Laporan Keuangan Daerah
Analisis Laporan Keuangan Daerah Analisis Laporan Keuangan Daerah
Analisis Laporan Keuangan Daerah
 
Pengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan keuangan daerahPengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan keuangan daerah
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
 
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARAPEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
 
APBN Dan APBD
APBN Dan APBD APBN Dan APBD
APBN Dan APBD
 

Similar to SKRIPSI_ANALISIS

Proposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina AmaliaProposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina Amaliarichimaryadi
 
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)Muhamad_Marzuki
 
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)Muhamad_Marzuki
 
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)Muhamad_Marzuki
 
Metode penelitian
Metode penelitianMetode penelitian
Metode penelitianIrman Maxi
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pbFppi Unila
 
Tugas proposal ptk metode penelitian
Tugas proposal ptk metode penelitianTugas proposal ptk metode penelitian
Tugas proposal ptk metode penelitianHaryadi Vj
 
Proposal p engajuan skripsi tugas matlit
Proposal p engajuan skripsi tugas matlitProposal p engajuan skripsi tugas matlit
Proposal p engajuan skripsi tugas matlitdharmody
 
TUGAS PROPOSAL PTK MASKHUN SOFWAN.docx
TUGAS PROPOSAL PTK MASKHUN SOFWAN.docxTUGAS PROPOSAL PTK MASKHUN SOFWAN.docx
TUGAS PROPOSAL PTK MASKHUN SOFWAN.docxUunMaskhun
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptkQbarrizky
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptkQbarrizky
 

Similar to SKRIPSI_ANALISIS (20)

7. bab i
7. bab i7. bab i
7. bab i
 
Proposal PTK
Proposal PTKProposal PTK
Proposal PTK
 
Proposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina AmaliaProposal PTK Dina Amalia
Proposal PTK Dina Amalia
 
Jurnal ka januardi
Jurnal ka januardiJurnal ka januardi
Jurnal ka januardi
 
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
 
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
 
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
Tugas proposal ptk (muhamad marzuki 5215083425)
 
Metode penelitian
Metode penelitianMetode penelitian
Metode penelitian
 
1 elis sulastri_11-24
1 elis sulastri_11-241 elis sulastri_11-24
1 elis sulastri_11-24
 
7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb7845 13951-1-pb
7845 13951-1-pb
 
Proposal Tugas Metlit ( Tugas 3)
Proposal Tugas Metlit ( Tugas 3)Proposal Tugas Metlit ( Tugas 3)
Proposal Tugas Metlit ( Tugas 3)
 
Tugas proposal ptk metode penelitian
Tugas proposal ptk metode penelitianTugas proposal ptk metode penelitian
Tugas proposal ptk metode penelitian
 
Proposal ptk metlit
Proposal ptk metlitProposal ptk metlit
Proposal ptk metlit
 
Proposal p engajuan skripsi tugas matlit
Proposal p engajuan skripsi tugas matlitProposal p engajuan skripsi tugas matlit
Proposal p engajuan skripsi tugas matlit
 
TUGAS PROPOSAL PTK MASKHUN SOFWAN.docx
TUGAS PROPOSAL PTK MASKHUN SOFWAN.docxTUGAS PROPOSAL PTK MASKHUN SOFWAN.docx
TUGAS PROPOSAL PTK MASKHUN SOFWAN.docx
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Implementasi pbl
Implementasi pblImplementasi pbl
Implementasi pbl
 
document.pdf
document.pdfdocument.pdf
document.pdf
 

More from Str Balondero

Tugas 1, 2 dan 3 Ahmad Hakim (5215 08 3416))
Tugas 1, 2 dan 3 Ahmad Hakim (5215 08 3416))Tugas 1, 2 dan 3 Ahmad Hakim (5215 08 3416))
Tugas 1, 2 dan 3 Ahmad Hakim (5215 08 3416))Str Balondero
 
Tugas ke ii (metode penelitian) hilman arafah 5215083430
Tugas ke ii (metode penelitian) hilman arafah 5215083430Tugas ke ii (metode penelitian) hilman arafah 5215083430
Tugas ke ii (metode penelitian) hilman arafah 5215083430Str Balondero
 
Jurnal hilman arafah
Jurnal hilman arafahJurnal hilman arafah
Jurnal hilman arafahStr Balondero
 
Proposal skripsi ahmad hakim
Proposal skripsi ahmad hakimProposal skripsi ahmad hakim
Proposal skripsi ahmad hakimStr Balondero
 
Tugas metodologi penelitian 1
Tugas metodologi penelitian 1Tugas metodologi penelitian 1
Tugas metodologi penelitian 1Str Balondero
 
Jurnal metlit satrio iman p ( 5215083424)
Jurnal metlit satrio iman p ( 5215083424)Jurnal metlit satrio iman p ( 5215083424)
Jurnal metlit satrio iman p ( 5215083424)Str Balondero
 

More from Str Balondero (7)

Tugas 1, 2 dan 3 Ahmad Hakim (5215 08 3416))
Tugas 1, 2 dan 3 Ahmad Hakim (5215 08 3416))Tugas 1, 2 dan 3 Ahmad Hakim (5215 08 3416))
Tugas 1, 2 dan 3 Ahmad Hakim (5215 08 3416))
 
Tugas ke ii (metode penelitian) hilman arafah 5215083430
Tugas ke ii (metode penelitian) hilman arafah 5215083430Tugas ke ii (metode penelitian) hilman arafah 5215083430
Tugas ke ii (metode penelitian) hilman arafah 5215083430
 
Jurnal hilman arafah
Jurnal hilman arafahJurnal hilman arafah
Jurnal hilman arafah
 
Proposal skripsi ahmad hakim
Proposal skripsi ahmad hakimProposal skripsi ahmad hakim
Proposal skripsi ahmad hakim
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
Tugas metodologi penelitian 1
Tugas metodologi penelitian 1Tugas metodologi penelitian 1
Tugas metodologi penelitian 1
 
Jurnal metlit satrio iman p ( 5215083424)
Jurnal metlit satrio iman p ( 5215083424)Jurnal metlit satrio iman p ( 5215083424)
Jurnal metlit satrio iman p ( 5215083424)
 

SKRIPSI_ANALISIS

  • 1. PROPOSAL SKRIPSI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA STANDAR KOMPETENSI MENGANALISIS RANGKAIAN LISTRIK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SUATU SMK ELEKTRONIKA) HILMAN ARAFAH 5215083430 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2011 BAB I
  • 2. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang menjadi kebutuhan setiap manusia terutama manusia Indonesia dan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam era globalisasi ini bangsa Indonesia sudah seyogiyanya meningkatkan kualitas pendidikan dalam berbagai aspek, diantaranya sarana dan prasarana sekolah, keikutsertaan dalam mengelola sekolah, perbaikan metode, pendekatan, strategi dan model pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas maupun perbaikan dan pengembangan kurikulum oleh pemerintah. Menurut Permen Diknas No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa : 1. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan….(Depdiknas, 2006: 17). Berdasarkan tujuan diatas, maka setiap lulusan pendidikan kejuruan (SMK) diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan sebagai tenaga kerja siap pakai. Dalam hal ini untuk dapat mempersiapkan lulusan SMK yang berkualitas diperlukan efektifitas dalam memberikan materi pembelajaran di kelas. Artinya dalam proses belajar yang pengalokasian waktunya telah ditentukan siswa dapat memahami setiap materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 2. Standar kompetensi menganalisis rangkaian listrik merupakan materi hitungan dan praktek. Pada umumnya siswa menganggap bahwa materi hitungan itu sulit, sehingga motivasi dan keaktifan belajar menjadi berkurang. Dan denganmelaksanakan belajar secara praktek, siswa dibimbing untuk dapat trampil dan mempersiapkan bekal untuk
  • 3. menghadapi dunia kerja kedepannya. Dalam prosesnya siswa dituntut untuk mampu memahami konsep dasar listrik dalam menganalisis rangkaian listrik. Pada kenyataannya, berdasarkan survey awal yang dilakukan ketika praktikan pada kegiatan program latihan profesi (PLP) di SMKN 4 Bandung banyak siswa yang belum memahami mengenai konsep dasar untuk menganalisis rangkaian listrik, rendahnya hasil belajar siswa pada kelas sebelumnya dengan rata-rata ulangan umum adalah 57,33 dan nilai maximum adalah 76 dan nilai minimum adalah 32, sedangkan KKM yaitu 70 sebagian siswa dapat memenuhi KKM, tetapi sebagian banyak siswa masih dibawah KKM. Dalam standar kompetensi menganalisis rangkaian listrik menunjukkan perlunya pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep danpraktikum. Daya serap terhadap bahan yang diberikan ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor inteligensi mempengaruhi daya serap anakdidik terhadap bahan ajar yang diberikan, oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk melatihkan kemampuan tersebut.Problem Solving (Pemecahan Masalah), merupakan salah satu model pembelajaran yang aktif untuk siswa, yaitu suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. 3. Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberikan pengalaman belajarpada siswa seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, berdiskusi, membuat kesimpulan, dan membuat laporan. Penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan model pembelajaran problem solving, yaitu meliputi 3 tahap : modeling, coaching andscaffolding
  • 4. (membimbing dan merancah), dan fading (memperluas). Sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang hanya menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini penting dilakukan untuk dapat mengetahui hasil belajar siswa. Selain itu, kemampuan-kemampuan yang didapat oleh siswa yaitu pemahaman konsep, cara melakukan eksperimen, dan cara untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti ingin melihat perbandingan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran problem solving dengan model pembelajaran konvensional dalam judul: “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Antara Model Pembelajaran Problem Solving dan Model Pembelajaran konvensional pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar hasil belajar siswa dengan pembelajaran problem solving? 2. Seberapa besar hasil belajar siswa dengan pembelajaran konvensional? 3. Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara model pembelajaran problem solving dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada penelitian ini? 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka masalah penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut ini: 1. Penelitian difokuskan pada pengukuran hasil belajar siswa pada standar kompetensi menganalisis rangkaian listrik sub kompetensi menganalisis rangkaian listrik arus
  • 5. bolak-balik dengan menggunakan pembelajaran Problem Solving dan pembelajaran Konvensional. 2. Sampel yang digunakan adalah siswa SMK program studi keahlian Teknik Ketenagalistrikan kelas X di SMK Negeri 4 Bandung. 3. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini yaitu ranah kognitif yang meliputi aspek pengetahuan/recall (C1), aspek pemahaman/comprehension (C2), aspek penerapan/aplication (C3), dan aspek analisis (C4). 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manakah pembelajaran pada standar kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik dengan menggunakan pembelajaran Problem Solving dan pembelajaran Konvensional, yang berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran problem solving. 2. Mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran konvensional. 3. Mengetahui perbedaan model pembelajaran yang lebih baik pada hasil belajar siswa antara yang menggunakan model pembelajaran Problem Solving dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada penelitian yang dilakukan di SMKN 4 Bandung dengan standar kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik. 1.5 Manfaat Penelitian Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik bagi siswa maupun guru.
  • 6. 1. Bagi penulis, dalam penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi tentang perbandingan hasil belajar siswa antara yang menggunakan model pembelajaran problem solving dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional. 2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran problem solving dan konvensional sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa. 3. Siswa diharapkan mempunyai keahlian. Terutama sikap mereka terhadap masalah yang dihadapi dalam pembelajaran. 4. Dapat menjadi alternatif strategi sekolah-sekolah SMK di dalam pembelajaran menganalisis rangkaian listrik di kelas serta dapat menjadi jawaban untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMK. 1.6 Definisi Operasional Menghindari kesalahan penafsiran dalam memahami judul yang diajukan, maka peneliti mencoba untuk menjelaskan beberapa istilah yang ada, yaitu: 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perbandingan berarti perbedaan. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa perbandingan adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga dapat dilihat persamaan dan perbedaannya. Dalam penelitian ini diartikan membandingkan rata-rata skor peningkatan siswa (gain/peningkatan) antara pretest dan posttest pada kedua kelompok eksperimen untuk menentukan apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang signifikan antara model pembelajaran problem solving dengan model pembelajaran konvensional. 2. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa yang berbentuk nilai dari hasil pengukuran dalam evaluasi belajar.
  • 7. 3. Model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan searah yaitu guru menjelaskan kepada siswa dengan metode ceramah. 4. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran dimana pada prosesnya siswa diberikan suatu masalah yang harus dipecahkan. Menggunakan 3 tahap yaitu : 1) Modeling 2) Coaching dan scaffolding 3) Fading. 1.7 Hipotesis Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto, (2010: 110), mengemukakan bahwa “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.” perumusan hipotesis dilakukan dengan dua macam, yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis kerja (H1). Adapun rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran problem solving (modeling, Coaching dan scaffolding, Fading) dan model pembelajaran konvensional. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran problem solving (modeling, Coaching dan scaffolding, Fading) dengan pembelajaran konvensional. 1.8 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan memberikan dua perlakuan berbeda terhadap dua kelompok siswa yang dipilih sebagai sampel. Kelompok pertama merupakan kelompok eksperimen yang mendapatkan pengajaran
  • 8. dengan menggunakan pembelajaran problem solving, dan kelompok kedua yang mendapat pengajaran dengan pembelajaran konvensional sebagai kelas kontrol. Menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas atau variabel (X) pada penelitian ini adalah dengan menggunakan pembelajaran problem solving dan pembelajaran konvensional. Sedangkan variabel terikat atau variabel (Y) pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang dibatasi pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik. 1.9 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitiaan ini dilakukan di SMKN 4 Bandung yang berlokasi di Jl. Kliningan Buah Batu Bandung. Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan yang mengikuti Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik. 1.10 Sistematika Penuliasan Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berperan sebagai pedoman penulis agar penulisannya terarah dan sistematis dalam mencapai tujuan akhir yang akan dicapai. Sistematika penulisan penelitian adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini mengemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi dasar, definisi operasional, hipotesis penelitian, metodologi penelitian, lokasi dan populasi penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS Pada bab ini dikemukakan landasan teoritis yang mendukung dan relevan dengan permasalahan penelitian yang dilakukan.
  • 9. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode penelitian, variabel dan paradigma penelitian, data penelitian, sampel dan populasi, teknik pengumpulan data, uji coba instrument penelitian, teknik analisis data dan kisikisi instrument penelitian.
  • 10. BAB II PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL 2.1 Model Pembelajaran Aunurrahman (2009: 146) mengartikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual, sebagaimana dikemukakan bahwa: Model Pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Menurut Brady (dalam Aunurrahman, 2009: 146) mengemukakan bahwa „ model pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.‟ Menurut Joyce (dalam trianto, 2007: 5) „model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.‟ Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, model, dan teknik pembelajaran. (Sudrajat, 2008). Dari pengertian para ahli diatas maka, model pembelajaran adalah suatu rancangan pembelajaran baik untuk menyusun materi pengajaran sampai tatap muka didalam ruang kelas sehingga pembelajaran akan lebih terstruktur. Setiap model pembelajaran akan membantu didalam merancang program pembelajaran sehingga setiap siswa akan tertolong dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Maka, dikembangkan bermacam-macam model pembelajaran untuk menolong guru dalam meningkatkan kemampuannya menyampaikan pelajaran yang dapat menjangkau lebih banyak siswa dan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih luas. Selain itu
  • 11. dalam penerapan model pembelajaran yang tepat di kelas akan mendorong siswa sehingga menyukai pelajaran tersebut, menumbuhkan rasa percaya diri dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, dan membantu siswa memahami secara mudah pelajaran yang diberikan sehingga pencapaian hasil belajarnya akan lebih baik. Menurut Indrayanto (2010), model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus. Ciri-ciri tersebut meliputi : 1. Rasional teoritik yang logis dan disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan) pembelajaran yang akan dicapai). 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. 2.1.1 Pembelajaran Konvensional Menurut Sanjaya (2009: 177) mengemukakan bahwa: Model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Sedangkan Roy Killen (dalam Sanjaya, 2009: 177), mengemukakan bahwa: Model konvensional ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Karena dalam model ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru, siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu, materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Menurut Sanjaya (2009: 177), terdapat beberapa karakteristik model pembelajaran konvensional di antaranya: Proses pembelajaran dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikkannya dengan ceramah.
  • 12. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. “Model pembelajaran konvensional merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, dalam pembelajaran bahwa guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui model ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama model pembelajaran konvensional adalah kemampuan akademik (academic achievement) siswa.” (Sanjaya, 2009: 177). Menurut Slavin (dalam Sudrajat, 2011), mengemukakan tujuh langkah dalam pembelajaran langsung yaitu sebagai berikut : Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan. Me-review. pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.
  • 13. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan review terhadap hal- hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan. Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal, pemberian tugas demonstrasi. Ceramah merupakan salah satu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi searah dari pembaca kepada pendengar. Penceramah mendominasi seluruh kegiatan, sedang pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya. Demonstrasi aalah metode penyajian dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses dan demonstrasi ini tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Gambaran pembelajaran menganalisis rangkaian listrik dengan pendekatan ceramah adalah sebagai berikut: Guru mendominasi kegiatan pembelajaran penurunan rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru, contoh- contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh guru. Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh peserta didik. Mereka meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru. 2.1.2 Pembelajaran Problem Solving Problem secara umum orang memahami sebagai masalah. Sanjaya (2007: 214) berpendapat bahwa : “hakikat masalah adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.”
  • 14. Sedangkan menurut Sudjana (2005: 85) bahwa: Problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan salah satu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada penarikan kesimpulan. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa problem solving adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan melatih siswa menghadapi berbagai masalah dalam suatu pelajaran baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Hudojo (2003:155), yaitu sebagai berikut: 1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya. 2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa. 3) Potensi intelektual siswa meningkat. 4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan. Pembelajaran problem solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Menurut Sanjaya (2009: 212), terdapat tiga ciri utama dari pembelajaran problem solving yaitu : Pertama merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi siswa belajar berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Ketiga, pemecahan masalah dlakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir
  • 15. secara ilmiah. Proses berfikir yang dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui tahap-tahap tertentu, sedangkan empiris adalah proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Menurut Sanjaya (2009: 213) mengatakan bahwa pembelajaran problem solving dapat diterapkan apabila : 1) Guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat meningat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh. 2) Guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berfikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif. 3) Guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa. 4) Guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya. 5) Guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupan. John Dewey (dalam Sanjaya, 2009 : 215) menjelaskan enam langkah pembelajaran problem solving, yaitu : 1) Merumuskan masalah yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan. 2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. 3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
  • 16. 5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. 6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan. Dikemukakan Heller & Heller (1999: 20) yang menyatakan bahwa : Dalam melaksanakan pembelajaran dengan problem solving, terdapat lima strategi yang mendasarinya. Pertama, siswa dihadapakan pada permasalahan. Kedua, siswa menerapkan konsep yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Ketiga, menyusun langkah- langkah logis untuk menyelesaikan masalah. Keempat, melaksanakan langkahlangkah yang telah direncanakan. Kelima, melakukan evaluasi terhadap penyelesaian masalah. Dari penjelasan diatas dapat dijabarkan bahwa pada tahap pertama siswa dihadapkan pada suatu permasalahan dalam pembelelajaran yang diberikan. Sehingga diharapkan siswa secara teliti mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan mencari sebanyak mungkin informasi apa saja yang diperlukan terkait dengan permasalahan yang dihadapi baik melalui kajian pustaka atau berdasarkan pengalaman yang pernah dijumpai. Dari masalah tersebut diharapkan siswa dapat menggambarkan masalah yang sedang dihadapi tersebut. Tahap kedua, berdasarkan informasi-informasi yang telah dikumpulkan, siswa diharapkan sudah dapat menentukan konsep mana yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pada tahap ini siswa juga harus dapat menerjemahkan permasalahan yang dihadapi kedalam konteks rangkaian listrik dan mulai melakukan prediksi bagaimana konsep tersebut diterapkan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Ketiga, Pada tahap ini siswa membangun kerangka pemikiran berupa langkah-langkah kerja yang akan dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, pada tahap ini, siswa juga memungkinkan untuk memasukan perhitungan matematis sebagai salah satu langkah dalam membuat penyelesaian masalah. Keempat, siswa mulai menjalankan semua langkah-langkah yang telah
  • 17. direncanakannya. Kelima, siswa mulai membuat analisis mengenai langkah-langkah penyelesaian masalah yang telah ditempuhnya. Apakah telah sesuai dengan prediksi yang telah ditetapkan diawal atau terdapat ketidaksesuaian. Pada tahap ini juga siswa membuat kesimpulan terhadap Problem atau masalah yang telah dilakukannya. Menurut Heller and Heller dalam bukunya Cooperative Group Problem Solving in Physics University, pembelajaran dengan menggunakan problem solving sebaiknya menggunakan pembelajaran problem solving yang meliputi tiga tahap, yaitu : modeling, coaching and scaffolding (membimbing dan merancah), dan fading (memperluas). Modeling dilakukan untuk memberikan pengetahuan baru untuk mengatasi isu dan masalah dalam lingkungan. Guru memberikan demonstrasi dengan tahapan problem solving. Coaching dan scaffolding dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok kooperatif dan eksperimen untuk menyelesaikan masalah menggunakan tahapan problem solving. Guru memberikan bimbingan dalam melakukan problem solving. Fading, diselesaikan dalam berbagai cara sebagai penerapan konsep dan prinsip yang telah diberikan sebelumnya. Guru memberikan sangat sedikit bimbingan. Maka dalam penelitian ini akan digunakan strategi pembelajaran problem solving dengan menggunakan tiga tahap tersebut. Dalam Sanjaya (2009: 218) mengemukakan keunggulan dankelemahan problem solving, antara lain : 1. Keunggulan : Problem solving merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. Problem solving dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa. Problem solving dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. Problem solving dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah.
  • 18. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berfikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa bukan sekedar belajar dari guru atau buku. Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. Dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir kritis. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki. Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. 2. Kelemahan : Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. Membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. 2.2 Hasil Belajar 2.2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan variabel dari teori belajar di sekolah. Selain variabel lainnya yaitu : karakteristik individu (siswa) dan kualitas pengajaran. Hal ini dinyatakan oleh Bloom dalam Theory of School Learning, bahwa “…. ada tiga variabel utama dalam teori belajar di sekolah
  • 19. yakni : karakteristik individu, kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa”. (Sudjana N, 2005 : 40). Hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru) dimana hasil belajar memiliki hubungan erat dengan proses belajar. Menurut Whittaker (dalam Aunurrahman, 2009: 35) mengemukakan bahwa „belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.‟ Menurut Djamarah dan Zain (2010: 38) mengemukakan bahwa “belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.” Sedangkan pendapat lain dari Abdillah (dalam Aunurrahman, 2009:35) mengemukakan bahwa : Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik memalui latihan ataupun pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Maka proses belajar itu adalah proses kegiatan siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan dan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan hasil belajar merupakan gambaran kemampuan yang ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku setelah siswa mengikuti proses belajar. Dari kutipan dia atas jelas bahwa hasil belajar sangat tergantung pada proses belajar. Hasil belajar akan terlihat setelah diberi perlakuan pada proses balajar yang dianggap sebagai proses pemberian pengalaman belajar. Hasil belajar mengharapkan terjadinya perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa. Maka yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah memperoleh pengalaman belajar dalam proses belajar agar terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa dalam bentuk penguasaan dan pemahaman pelajaran yang dipelajarinya. Arikunto (2009: 26), mengukur hasil belajar dalam dua teknik, yaitu teknik tes dan non tes. Pada penelitian ini menggunakan teknik tes, sehingga pembatasan hanya dilakukan terhadap teknik tes. Menurut Hasan (2006: 95) mengemukakan bahwa “tes adalah kegiatan yang
  • 20. dilakukan oleh guru disekolah dalam rangka kegiatan evaluasi ( mengukur, menilai, assessment).” Arikunto (2009: 52) mengmukakan bahwa “tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.” Tes menurut Sudjana, N (2005 : 113) adalah : Alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan atau secara perbuatan. Ada dua macam tes hasil belajar yakni: tes yang telah distandarisasikan (standardized test) dan tes buatan guru sendiri (teacher made test). Tes hasil belajar yang dibuat oleh guru itu dapat dibagi dua macam, yakni tes lisan (oral test) dan tes tulisan (written test). Tes tertulis dapat dibagi atas tes essay (essay examination) dan tes objektif. Tes objektif yang disusun dapat berbentuk pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan isian pendek, saat ini banyak digunakan dalam penelitian pendidikan. Sedangkan tes essay jarang digunakan sebab kurang praktis dan terlalu subjektif. Persyaratan dari sebuah tes yang baik menurut Arikunto (2009: 57) diantaranya yaitu sebagai berikut : 1. Validitas (secara tepat mengukur yang seharusnya diukur), 2. Reliabilitas (menunjukkan hasil yang dapat dipercaya dan tidak berubah jika diadakan tes kembali), 3. Objektifitas (tidak dipengaruhi unsur-unsur pribadi), 4. Praktikabilitas (praktis dan mudah dalam administrasinya), 5. Ekonomis (tidak memerlukan biaya yang mahal, tenaga dan waktu yang banyak). Dalam penelitian ini, tes yang digunakan yaitu tes buatan peneliti yang berbentuk tes tertulis objektif pilihan. Agar memenuhi syarat validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran maka tes buatan peneliti ini akan di uji coba terlebih dahulu kepada siswa-siswa yang telah mempelajari standar kompetensi yang akan diteliti.
  • 21. 2.2.2 Klasifikasi Hasil Belajar Hasil belajar yang diharapkan terjadi pada diri siswa meliputi sejumlah kemampuan yang dapat memberikan gambaran atas kegiatan dalam belajar. Untuk itu, hasil belajar diklasifikasikan oleh para ahli sebagai berikut : Howard Kingsley (dalam Sudjana, N 2005: 22), membagi tiga macam hasil belajar adalah “keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, dan sikap dan cita-cita.” Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Bloom membagi masing-masing ranah ke dalam tingkatan-tingkatan kategori yang dikenal dengan istilah taksonomi Bloom’s Taxonomy (Arikunto, 2009: 116) seperti berikut : a. Ranah Kognitif Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. Bloom membagi ranah kognitif ke dalam 6 jenjang kemampuan yaitu : (1) Pengetahuan (C1) Merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari. Tingkatan ini merupakan tigkatan yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Kemampuan yang dimiliki hanya kemampuan menangkap informasi kemudian menyatakan kembali informasi tersebut tanpa harus memahaminya. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menyebutkan, mendefinisikan, menggambarkan.
  • 22. (2) Pemahaman (C2) Merupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi, interpretasi instruksi (pengarahan) dan masalah. Pada tingkatan ini, selain hapal siswa juga harus memahami makna yang terkandung misalnya dapat menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram serta dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Contoh: kata kerja yang digunakan yaitu menyajikan, menginterpretasikan, menjelaskan. (3) Penerapan (C3) Merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep dalam situasi baru atau pada situasi konkret. Tingkatan ini merupakan jenjang yang lebih tinggi dari pemahaman. Kemampuan yang diperoleh berupa kemampuan untuk menerapkan prinsip, konsep, teori, hukum maupun metode yang dipelajari dalam situasi baru. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu mengaplikasikan, menghitung, menunjukan. (4) Analisis (C4) Merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep ke dalam bagian-bagian sehingga susunannya dapat dipahami. Dengan analisis diharapkan seseorang dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang lebih rinci atau lebih terurai dan memahami hubingan bagian-bagian tersebut satu sama lain. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menganalisa, membandingkan, mengklarifikasikan. (5) Sintesis (C5) Merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Kemampuan ini misalnya dalam merencanakan eksperimen,
  • 23. menyusun karangan, menggabungkan objek-objek yang memiliki sifat sama ke dalam satu klasifikasi. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menghasilkan, merumuskan, mengorganisasikan. (6) Evaluasi (C6) Merupakan kemampuan untuk memuat pertimbangan (penilaian) terhadap suatu situasi, nilai-nilai atau ide-ide. Kemampuan ini merupakan kemampuan tertinggi dari kemampuan lainnya. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, materi dan criteria tertentu. Untuk dapat membuat suatu penilaian, seseorang harus memahami, dapat menerapkan, menganalisis dan mensintesis terlebih dahulu. Contoh kata kerja yang digunakan yaitu menilai, menafsirkan, menaksir, memutuskan. Peneliti hanya menggunakan penilaian dalam ranah kognitif dengan jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4). 2.3 Tinjauan Umum Mata Diklat Menganalisis Rangkaian Listrik Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik merupakan salah satu program produktif yang wajib diikuti oleh siswa kelas X di SMK Negeri 4 Bandung, Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan. Sub kompetensi yang akan dibahas yaitu Menganalisis rangkaian seri dan paralel arus bolak balik diantaranya rangkaian R-L, R-C, R-L-C. Gambaran materi atau silabus standar kompetensi menganalisis rangkaian listrik : 1. Menganalisis rangkaian listrik arus bolak-balik. 2. Menganalisis rangkaian kemagnetan. Pokok bahasan yang diambil : 1. Rangkaian seri RL, RC, dan RLC. 2. Rangkaian paralel RL, RC, dan RLC.
  • 24. Materi yang akan disampaikan adalah sebagai berikut : 1. Rangkaian Seri R – L - Pengertian rangkaian R-L - Rumus mencari tegangan - Rumus mencari arus - Rumus mencari impedansi - Rumus reaktansi induktor - Segitiga daya - Segitiga tahanan - Rumus mencari daya aktif, reaktif, dan semu (P,Q, S) 2. Rangkaian Seri R – C - Pengertian rangkaian R-C - Rumus mencari tegangan - Rumus mencari arus - Rumus mencari impedansi - Rumus reaktansi kapasitor - Segitiga daya - Segitiga tahanan - Rumus mencari daya aktif, reaktif, dan semu (P,Q, S) 3. Rangkaian Seri R-L-C - Pengertian rangkaian seri RLC - Sifat-sifat pada rangkangaian seri RLC
  • 25. - Rumus tegangan, arus dan impedansi - Segitiga tahanan 4. Rangkaian Paralel R – L - Pengertiannya rangkaian paralel RL - Rumus arus, tagangan, impedansi - Diagram vektor 5. Rangkaian Paralel R – C - Pengertiannya rangkaian paralel RL - Rumus arus, tagangan, impedansi - Diagram vektor 6. Rangkaian Paralel R – L –C - Pengertiannya rangkaian paralel RL - Rumus arus, tagangan, impedansi - Sifat rangkaian paralel RLC
  • 26. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan maksud mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2009 : 6), mengatakan bahwa : Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, sikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Teknik penelitian yang digunakan adalah Eksperimen.Menurut Sugiyono (2009:107) menjelaskan bahwa ”Eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.” Metode eksperimen yang digunakan adalah dengan memberikan dua perlakuan berbeda terhadap dua kelompok siswa yang dipilih sebagai sempel. Dalam penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan kelompok eksperimen yang mendapat pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem solving dan kelompok kontrol yang mendapat pengajaran dengan model pembelajaran konvensional. Langkah selanjutnya kedua kelompok tersebut diberikan tes awal (pretest) dengan soal yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dan diujikan terlebih dahulu. Kemudian kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran problem solving yang telah dirancang sedemikian rupa dan kelompok kontrol lain diberikan perlakuan dengan menggunakan model konvensional. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang telah dilakukan, langkah selanjutnya adalah memberikan tes akhir (posttest) pada kedua kelompok tersebut. Skor-skor yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan statistik.
  • 27. 3.2 Desain dan Variabel Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah The Matching Only Pretest- Posttest Control Group Design. (Frankel, 1993: 253). Tabel. 3.1 The Matching Only Pretest Posttest Control Group Design Kelompok Pretest Perlakuan(X) Posttest(Y) Eksperimen T1 M Problem Solving T2 Kontrol T1 M Konvensional T2 Keterangan : T1 adalah Pretest X adalah perlakuan yang menggunakan model pembelajaran konvensional dan problem solving. T2 adalah posttest M adalah fakta dari kedua kelas yang telah dicocokan. Arikunto (2010: 161) mengungkapkan bahwa : “Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Variabel dalam penelitian ini termasuk dalam kategori hubungan sebab akibat antara variabel X dan variabel Y. Pada penelitian ini dapat dikaji hubungan sebab akibat antara dua variabel yaitu : a. Variabel bebas (X) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu model pembelajaran problem solving dan model pembelajaran konvensional. b. Variabel terikat (Y) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu hasil belajar siswa pada sub kompetensi rangkaian listrik seri dan paralel arus bolak balik R-L, R-C, dan R-L-C setelah diberi perlakuan tarhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada ranah kognitif.
  • 28. 3.3 Paradigma Penelitian Menurut Sugiyono (2009: 66) mengemukakan bahwa : Paradigma penelitian adalah pola berfikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteleti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistic yang digunakan, adapun paradigma penelitian, berikut ini : Studi Pustaka Studi Pendahuluan Perangkat Pembelajaran Instrumen Penelitian Penentuan Sampel Tahap Pelaksanaan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pretest Pengolahan Data Kelas Eksperimen: Kelas Kontrol : Pembelajaran problem solving Pembelajaran (modeling,coaching and scaffolding, Konvensional fading) Protest Pengolahan Data Tahap Akhir Analisis data dan hasil temuan penelitian Kesimpulan
  • 29. 3.4 Data dan Sumber Data Penelitian 3.4.1 Data Penelitian Adapun data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa data langsung dari jawaban-jawaban yang diperoleh melalui tes objektif dari para responden mengenai kompetensi dasar yang diberikan kepada sejumlah siswa kelas X pada standar kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik. Data yang dimaksud adalah penilaian hasil belajar siswa pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu : 1. Materi standar kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik dengan sub kompetensi menganalisa rangkaian seri dan paralel arus bolak balik R-L, R-C, R-L-C. 2. Nilai tes instrumen (pretest dan posttest) untuk melihat perkembangan hasil belajar siswa. 3.4.2 Sumber Data Penelitian Arikunto (2010: 172) menyatakan bahwa : Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMKN 4 Bandung yang sedang mengikuti Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik. Selain itu digunakan juga buku-buku literatur yang dapat menunjang proses belajar mengajar Menganalisis Rangkaian Listrik. 3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi Arikunto (2010: 173) menyatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.” Populasi yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas X Listrik, yang mengambil Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik di SMKN 4 Bandung.
  • 30. Tahun ajaran 2010– 2011. yaitu kelas XF, XG, XH, XI dengan perincian seperti pada tabel 3.2. Jumlah Kelas XF XG XH XI Total Jumlah Siswa 36 35 37 35 143 3.5.2 Sampel Arikunto (2010: 174) menyatakan bahwa ”sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Teknik Sampling Probability Non Probability Sampling Sampling 1. Simple random 1. Sampling Sampling sistematis 2. Proportionate stratified random sampling 2.Sampling kuota 3. Disprorortionate Stratified random 3.Sampling sampling insidental 4.Purposive 4.Cluster sampling jenuh 5.Snowball sampling Dalam penelitian ini penarikan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Menurut Sugiyono (2011: 64) menyatakan bahwa ”teknik simple random sampling adalah teknik penentuan sampel dari populasi dilakukan secara acak....” Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 64 orang yang terbagi dalam dua kelas, kelas pertama berjumlah 32 siswa sedangkan kelas kedua berjumlah 32 siswa.
  • 31. 3.6 Teknik Pengumpulan Data 3.6.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ada beberapa teknik yang penulis gunakan antara lain : a. Studi Literatur, dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan memanfaatkan literatur yang relevan dengan penelitian ini yaitu dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, mengutip pendapat dari berbagai sumber berupa buku, diktat, skripsi, internet, surat kabar, dan sumber lainnya. b. Observasi Studi ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang teori atau pendekatan yang erat hubungannya dengan permasalahan yang sedang diteliti. c. Tes Arikunto (2010: 266) menyatakan bahwa “ tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi”. Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data yaitu tes hasil belajar berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Item-item tes yang yang dipergunakan untuk pengumpulan data hasil belajar ini diambil dari Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik. Tes dilaksanakan pada saat pretest dan posttest. Pretest atau tes awal diberikan dengan tujuan mengetahui kemampuan awal kedua kelompok penelitian. Sementara posttest atau test akhir diberikan dengan tujuan untuk melihat kemajuan dan perbandingan peningkatan hasil belajar pada kedua kelompok penelitian. Pada model pembelajaran problem solving dan model pembelajaran konvensional. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrumen tes hasil belajar ini adalah:
  • 32. a. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk materi yang akan diberikan. b. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. c. Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa. d. Setelah instrumen yang diujicobakan tersebut valid dan reliabel, maka instrumen itu dapat digunakan untuk melakukan pre test dan post test. e. Studi dokumentasi, digunakan untuk memperoleh informasi atau data- data yang ada kaitannya dengan masalah penelitian. 3.6.2 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data adalah : 1. Soal Tes Hasil Belajar (pre test dan post test) 3.6.3 Uji Coba Instrumen Penelitian Uji coba instrumen penelitian dilakukan untuk mengukur atau mengetahui instrumen yang akan digunakan apakah telah memenuhi syarat sebagai alat pengambil data atau belum. Instrumen tersebut layak untuk digunakan setelah dilakukan analisis terhadap Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran. a. Uji Validitas Instrumen Arikunto (2010 : 211) menyatakan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.” Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur, sebuah item (butir soal) dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah.
  • 33. Untuk menguji validitas item instrumen pada penelitian ini digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut : Keterangan : rxy = Koefisien validitas butir item n = Jumlah responden X = Skor rata-rata dari X Y = Skor rata-rata dari Y Uji validitas ini dikenakan pada setiap item. Sehingga perhitungannya pun merupakan perhitungan setiap item. Selanjutnya untuk menentukan validitas dari tiap item pertanyaan dilakukan pengujian lanjutan yaitu uji t (uji signifikansi) yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi (r) diuji dengan uji t dengan rumus : Keterangan : t hitung = nilai t hitung n = jumlah responden r = koefisien korelasi hasil t hitung
  • 34. Kemudian jika thitung > ttabel pada taraf signifikansi = 0,05, maka dapat disimpulkan item soal tersebut valid pada taraf yang ditentukan. Uji validitas dikenakan pada tiap-tiap item tes dan validitas item akan terbukti jika harga thitung > ttabel dengan tingkat kepercayaan 95 % dan derajat kebebasan (dk = n – 2). Apabila hasil thitung < ttabel maka item tes tersebut dikatakan tidak valid. Uji validitas dihitung tiap item pertanyaan. Tingkat validitas setiap item dikonfirmasikan dengan tabel interpretasi nilai r untuk korelasi. Dibawah ini diberikan tabel 3.3 interpretasi nilai validitas sebagai berikut : Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Korelasi r Besar Nilai r Interpretasi 0.8≤r<1.000 Sangat tinggi 0.6≤r<0.800 Tinggi 0.4≤r<0.600 Cukup 0.2≤r<0.400 Rendah 0.0≤r<0.200 Sangat Rendah (tak berkorelasi) b. Uji Reliabilitas 1. Tes Objektif Arikunto (2009: 86) menyatakan pengertian reliabilitas sebagai berikut : Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil tes yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah hasil tes atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) sebagai berikut :
  • 35. Keterangan : r11 = reabilitas soal k = banyaknya butir soal Vt = harga varians total P = proporsi subyek yang mendapat skor 1 P= Q = proporsi subyek yang mendapat skor 0 Q = 1- p Harga varians total (Vt) dihitung dengan menggunakan rumus : Dimana : X = Jumlah skor total N = Jumlah responden Hasilnya yang diperoleh yaitu r11 dibandingkan dengan nilai dari tabel r-Product Moment. Jika r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel, sebaliknya r11 < rtabel maka instrumen tersebut tidak reliabel. 2. Uji Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran yaitu suatu parameter untuk menyatakan bahwa item soal adalah mudah, sedang, dan sukar. Tingkat kesukaran dapat dihitung dengan rumus : P=
  • 36. dimana : P = Indeks Kesukaran B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Menentukan apakah soal tersebut dikatakan baik atau tidak baik, digunakan kriteria seperti pada tabel 3.4 sebagai berikut : Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran No. Interpretasi Klasifikasi 1 0.7≤TK<1.00 Mudah 2 0.3≤TK<0.70 Sedang 3 0.0≤TK<0.30 Sukar Makin rendah nilai TK suatu soal, makin sukar soal tersebut. Tingkat kesukaran suatu soal dikatakan baik jika perolehan nilai TK yang dari soal tersebut sekitar 0,50 atau 50%. Umumnya dapat dikatakan, soal-soal dengan nilai TK 0,10 yaitu soal-soal sukar dan soal- soal dengan nilai TK 0,90 yaitu soal-soal terlampau mudah. 3. Uji Daya Pembeda Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
  • 37. dimana : D = indeks diskriminasi (daya pembeda) JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok bawah menjawab benar Sebagai acuan mengklasifikasikan data hasil penelitian, maka digunakan kriteria yang terlihat pada tabel 3.5 yaitu sebagai berikut : No. Rentang nilai D Klasifikasi 1 D < 0.20 Jelek 2 0.20 ≤ D < 0.40 Cukup 3 0.40 ≤ D 0.70 Baik 4 0.70 ≤ D ≤ 1.00 Baik Sekali 3.7 Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data maka langkah berikutnya adalah mengolah data atau menganalisis data yang meliputi persiapan, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Karena data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang belum memiliki makna yang berarti sehingga data tersebut agar dapat lebih bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan yang diteliti, data tersebut harus diolah terlebih dahulu, sehingga dapat memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut. Karena data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, maka cara pengolahannya dilakukan dengan teknik statistik. 3.7.1 Menghitung Gain Skor
  • 38. Peningkatan (gain) didapat dari selisih nilai posttest dan nilai pretest. Karena hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah pembelajaran maka hasil belajar yang dimaksud yaitu peningkatan yang dialami siswa. Analisis gain bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian, yaitu melihat apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah data yang diperoleh yaitu skor pretest dan skor posttest, kemudian dilakukan uji statistik terhadap skor pretest dan posttest, dan indeks gain ternormalisasi dengan rumus: Index Gain (g) = skor posttest – skor pretest / skor maksimal – skor pretest x 100 % Menurut Hake (dalam Liliawati dan Puspita, 2010: 428) mengemukakan bahwa tabel interprestasi nilai gain yag dinormalisasi adalah sebagai berikut : Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi No. Nilai (g) Klasifikasi 1 (g) ≥ 0.70 Tinggi 2 0.70 > (g) ≥ 0.30 Sedang 3 (g) < 0.30 Rendah 3.7.2 Uji Normalitas Data Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data tersebut distribusi normal atau tidak distribusi normal. Pengujian normaitas data yang penulis lakukan adalah : Chi Kuadrat (P_) yaitu dengan cara membandingkan kurva normal yang terbentuk dari data yang telah terkumpul (B) dengan kurva normal baku/standar (A). Jadi membandingkan antara B dengan A (B : A). Bila B tidak berbeda secara signifikan dengan A, maka B merupakan data yang berdistribusi normal. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3 di bawah, bahwa kurva normal baku yang luasnya mendekati 100 % dibagi menjadi 6 bidang berdasarkan simpangan bakunya, yaitu tiga bidang di bawah rata-rata (mean) dan tiga bidang di atas ratarata. Luas 6 bidang dalam kurva normal baku adalah : 2,7%; 13,53%; 34,13%;
  • 39. 34,14%; 13,53%; 2,7%. (Sugiyono, 2011: 79-82) Langkah-langkah dalam pengujian normalitas data adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Jumlah Kelas Interval Untuk pengujian normalitas dengan Chi Kuadrat ini, jumlah kelas interval ditetapkan sama dengan 6. Hal ini sesuai dengan 6 bidang yang ada pada Kurva Normal Baku. 2. Menentukan Panjang Kelas Interval 3. Menyusun Tabel Distribusi Frekuensi Berikut ini tabel distribusi frekuensi dan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat hitung.
  • 40. 2 Menentukan besarnya harga distribusi chi-kuadrat X 6. Membandingkan X2hitung dengan X2tabel Dengan ketentuan sebagai berikut  Tingkat kepercayaan 95 %  Derajat kebebasan (dk = k-1)  Apabila X2hitung < X2tabel berarti data berdistribusi normal 3.7.3 Uji Homogenitas Data Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah varians – varians dalam populasi tersebut homogen atau tidak. Adapun langkah-langkah pengolahan datanya sebagai berikut: 1. Mencari nilai F dengan rumus, sebagai berikut :
  • 41. 2. Menentukan derajat kebebasan dk1 = n1-1; dk2 = n2-1 3. Menentukan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% dari responden. 4. Penentuan keputusan. Adapun kriteria pengujian, sebagai berikut : Varians dianggap homogen bila Fhitung < Ftabel. Pada taraf kepercayaan 0,95 dengan derajat kebebasan dk1 = n1 – 1 dan dk2 = n2 – 1, maka kedua varians dianggap sama (homogen). Dan sebaliknya tidak homogen. 3.7.4 Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan melalui dua cara sesuai dengan normalitas data yang diperoleh. Apabila data berdistribusi normal, maka dilakukan analisis statistik parametris. Sebaliknya apabila data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan analisis statistik nonparametris. 3.7.4.1 Uji Hipotesis Parametris Berdasarkan hipotesis yang penulis ambil, maka pengujian yang dilakukan adalah pengujian hipotesis komparatif dua sampel independen, yaitu menggunakan t-test. Dalam Sugiyono (2011: 138) terdapat dua buah rumus t-test yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut:
  • 42. Pengujian dengan menggunakan t-test uji dua pihak. Menggunakan uji dua pihak karena hipotesis1 (H1) berbunyi terdapat perbedaan sedangkan hipotesis (H0) berbunyi tidak terdapat perbedaan. (Sugiyono, 2011: 119). Setelah dilakukan t-test, maka untuk mengetahui perbedaan itu signifikan atau tidak maka harga thitung tersebut perlu dibandingkan dengan ttabel, dengan dk = n1 + n2 – 2 dan taraf kepercayaan 95. 3.8 Diagram Alur Pengolahan Data Penelitian
  • 43.
  • 44. 3.9 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Setelah ada kejelasan jenis instrumen, langkah selanjutnya menyusun pertanyaan- pertanyaan. Penyusunan pertanyaan diawali dengan membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi memuat aspek yang akan diungkap melalui pertanyaan. Aspek yang akan diungkap bersumber dari masalah penelitian. Kisi-kisi tes untuk instrumen penelitian ini dapat dilihat pada lampiran A. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. __________________. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Depdiknas. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, SB & Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Fadillah, K., Murdono. dan Dalimunte, C. (1999). Ilmu Listrik. Bandung : Angkasa. Frankel. (1993). How To Design and Evaluate Research. McGRAW:HILL INC. Hasan, Bachtiar. (2006). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Bandung: Pustaka Ramadhan. Heller, P & K. Heller. 1999, Problem-Solving Labs, in Cooperative Group Problem Solving in Physics, Research Report. University of Minnesota. Hudojo, H. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
  • 45. Malang: JICA. Indrayanto. (2010). Ciri-ciri Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2036649. Model Pembelajaran/ [29 Juni 2011]. Liliawati, W & Puspita, E. (2010). Efektifitas Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kreatif Belajar Siswa. [Online]. Tersedia: http://www.Fi.itb.ac.id/~dede/seminarHFI2010/CD Proceedines/FP18.pdf. [29 Juni 2011]. Sanjaya, W (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Sudjana, N. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. ________. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sudrajat, Akhmad. (2008). Pengertian Pendekatan Strategi, Metode, Teknik dan Model Pembelajaran. Educationfor A Better Live. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wardpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategimetode- teknik-dan-model-pembelajaran/ [26 Juni 2011]. Trianto. (2007). Model–model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.