SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
PENERAPAN LESSON STUDY BERBASIS PADA RENDAHNYA HASIL 
BIDANG STUDI YANG DI UJIAN NASIONAL-KAN DI SMA 
KOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT 
Oleh: 
Sugiatno, Husna Amalia Melati, Layli Fitri Yeni, Haratua TS, 
Izhar Salim, Okianna, Endang Susilowati, Eni Rosnija 
Abstrak 
Dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan berjenjang, yaitu kalangan perguruan tinggi 
merasa bekal lulusan SMA belum cukup untuk mengikuti perkuliahan. Sedangkan 
kalangan SMA merasa bahwa bekal lulusan SMP kurang siap mengikuti 
pembelajaran di lingkungannya. Demikian juga kalangan SMP merasa bahwa bekal 
lulusan SD kurang baik untuk memasuki belajar di lingkungannya. Program-program 
peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan selama ini, terkesan hanya 
diapresiasi oleh perancangnya tetapi kurang menyentuh guru di lapangan. Oleh 
karena itu, solusi yang ditawarkan adalah berupa penerapan Lesson Study berbasis 
mata pelajaran yang di-UN-kan. Lesson study (LS) dipilih dan diimplementasikan, 
karena merupakan suatu cara efektif untuk meningkatkan kualitas belajar dan 
mengajar di kelas. Di dalam LS ini terlibat 9 guru mata pelajaran UN yang berasal 
dari SMA Negeri 4, SMA Negeri 5, dan SMA Negeri 7. Mereka di-scaffolding 
untuk plan dan do sesuai dengan potensinya masing-masing. Hasil proses do 
didiskusikan bersama melalui proses see untuk bahan perencanaan pembelajaran 
berikutnya. Melalui kegiatan berkelanjutan seperti ini diperoleh hasil, siswa 
cenderung merespons secara positif terhadap pembelajaran yang dilaksanakan guru. 
Sebagai akhir dari program pengabdian PM-PMP ini, diadakan diseminasi hasil 
lesson study melalui seminar. 
Key word: Lesson study, scaffolding
Pendahuluan 
Dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan berjenjang, yaitu kalangan perguruan 
tinggi merasa bekal lulusan SMA belum cukup untuk mengikuti perkuliahan. 
Sedangkan kalangan SMA merasa bahwa bekal lulusan SMP kurang siap mengikuti 
pembelajaran di lingkungannya. Demikian juga kalangan SMP merasa bahwa bekal 
lulusan SD kurang baik untuk memasuki belajar di lingkungannya. Ketidakpuasan 
tersebut terungkap dari penelitian Sugiatno dkk (2011) mengenai kompetensi siswa 
yang kurang dari 60 dalam mata pelajaran yang di-UN-kan tahun 2007/2008, tahun 
2008/2009, dan tahun 2009/2010 di Kota Pontianak. Secara deskriptif dapat 
dipaparkan melalui Gambar 1 dan Gambar 2. 
60 
50 
40 
30 
20 
10 
0 
BIND BING MAT FIS KIM BIO 
2007/2008 
2008/2009 
2009/2010 
Gambar 1 Rerata Penguasaan Kompetensi Siswa SMA Program IPA di Kota 
Pontianak 
Yang skornya kurang dari 60 
60 
40 
20 
0 
BIN BING MAT EKO SOSIO GEO 
2008/2009 
2009/2010 
2010/2011 
Gambar 2 Rerata Penguasaan Kompetensi Siswa SMA Program IPS di Kota 
Pontianak 
Yang skornya kurang dari 60 
Dari hasil penelitian Sugiatno dkk. (2011) terungkap bahwa standar proses 
pembelajaran menjadi penyebab utama rendahnya penguasaan kompetensi siswa 
dalam mata pelajaran yang di-UN-kan. Standar proses pembelajaran kurang berjalan 
sesuai dengan Permen Diknas nomor 41 tahun 2007, khususnya pada proses 
eksplorasi dan proses elaborasi belum berjalan disebabkan karena buku teks yang 
dipakai guru tidak diolah menjadi bahan ajar yang sesuai dengan kedua proses
tersebut. Oleh karena buku teks dipakai tanpa diolah kembali sebagai bahan ajar, 
maka proses pembelajaran lebih didominasi oleh proses menjelaskan (tanpa 
didahului oleh proses eksplorasi dan elaborasi). Akibat dari proses pembelajaran 
yang seperti itu, maka materi pelajaran diberikan terlalu instan dan hanya 
berorientasi pada penyelesaian soal-soal UN. 
Agar cara mengajar yang seperti itu disadari kekuatannya dan diapresiasi 
kelemahannya oleh berbagai pihak (terutama guru) secara berkelanjutan, maka di 
dalam PM-PMP ini dipilih LS. Pemilihannya didasarkan pada pertimbangan: (1) 
pembelajaran yang terjadi selama ini terjadi kurang berbasis pada permasalahan 
nyata di kelas, (2) permasalahan pembelajaran yang terjadi belum ditangani secara 
kolaboratif dan berkelanjutan (Sadia, 2008). 
Pertimbangan lainnya, yaitu LS merupakan salah strategi yang dipandang 
efektif untuk meningkatkan mutu guru (Hart, Murata, dan Alston, 2011). Lesson 
study merupakan model atau strategi in-service training yang lebih berfokus pada 
upaya pemberdayaan guru sesuai dengan kapasitas serta permasalahan yang dihadapi 
oleh masing-masing guru (Sadia, 2008). Hal ini diperkuat oleh beberapa hasil 
penelitian LS. 
Hasil studi Ibrohim (2009) di Pasuruan menunjukkan bahwa penerapan 
model implementasi LS berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru SMP 
dalam MGMP sains. Demikian juga hasil studi Perry and Lewis (2011) yang 
melibatkan 213 guru dan 1,059 siswa di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 
implementasi LS dapat memperbaiki cara mengajar guru matematika dan ternyata 
mengkontribusi hasil belajar matematika siswa sebesar 19,15% (effect size = 0,5). 
Berangkat dari beberapa hasil LS terdahulu, Tim menduga bahwa jika LS 
diimple-mentasikan melalui Plan (merencanakan), Do (melaksanakan), dan See 
(merefleksi) yang dilakukan secara berkelanjutan maka permasalahan pembelajaran 
di kelas dapat teratasi. Ketiga tahapan ini dilakukan melalui beberapa siklus. Siklus 1 
dianggap tercapai jika minimal silabus dan RPP mata pelajaran yang di-UN-kan, 
implementasinya di kelas mencapai 75% (Depdiknas, 2008). Jika pelaksanaan siklus 
1 belum mencapai persentase tersebut, akan dilanjutkan pada siklus 2 sedemikian 
sehingga implementasi model LS mencapai kriteria yang ditetapkan.
Do 
Seminar 
See 
Plan 
Pelaksanaan Lesson Study di Kota Pontianak 
Pelaksanan kegiatan LS di Kota Pontianak, dilakukan melalui workshop 
selama 9 hari. Ada 3 sekolah lanjutan atas yang berpartisipasi, yaitu SMA Negeri 4, 
SMA Negeri 5, dan SMA Negeri 7. Masing-masing sekolah diikuti oleh 9 guru mata 
pelajaran yang diujiannasionalkan (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa 
Indonesia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi), 3 orang Kepala 
Sekolah, dan 8 orang Tim PM-PMP. 
Pelaksanaan LS dilaksanakan selama 9 hari, dari tanggal 16-17 Nopember 
2012, tanggal 19-25 Nopember 2012, dan tanggal 28 Nopember 2012. Pola yang 
dianut di dalam pelaksanaan LS ini diberikan melalui Gambar 3 berikut. 
Gambar 3 Pola Pelaksanaan Lesson Study 
Pada tanggal 16-17 Nopember 2012, sesuai dengan keahliannya setiap 
anggota Tim melakukan pendampingan terhadap masing-masing guru mata pelajaran 
untuk melakukan tahap plan. Di dalam tahap ini setiap guru mata pelajaran membuat 
perencanaan pembelajaran berupa silabus dan RPP. Pembuatan perencanaan ini 
terfokus pada pokok materi yang nilainya cenderung kurang dari 60 saat UN tahun 
sebelumnya. 
Oleh karena hasil kajian Sugiatno dkk. (2011) menunjukkan bahwa penyebab 
utama rendahnya beberapa kompetensi hasil belajar siswa untuk mata pelajaran yang 
di-UN-kan disebabkan oleh standar proses perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran (khususnya yang terkait dengan proses eksplorasi, elaborasi, dan 
konfirmasi), di dalam tahap plan, kedua standar proses tersebut diutamakan. Bahan 
ajar yang dipakai untuk melakukan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi 
menggunakan pendekatan problem posing. Meskipun pendekatan ini lebih sering 
digunakan di dalam pembelajaran matematika, tetapi Tim merujuk kepada 
pandangan Piaget (dalam Manktelow, 1999) bahwa berpikir dan bernalar akan 
terjadi hanya jika siswa mengalami proses disequilibrium (ketidakseimbangan). 
Proses ini akan memicu siswa untuk mencapai equilibrium setelah dirinya melalui 
proses asimilasi dan akomodasi (Sugiatno, 2009). Bahkan National Council of 
Teachers of Mathematics (1989) menyatakan bahwa problem posing merupakan inti 
dari kegiatan belajar. 
Proses eksplorasi yang perencanaannya berbasis problem posing, dilakukan 
dengan soal-soal yang tingkat kesukaran sama dengan soal-soal yang digunakan 
dalam UN. Soal-soal pilihan ganda umumnya menggunakan 5 opsi dengan satu 
jawaban benar. Sedangkan 4 opsi lainnya dijadikan sebagai pengecoh dan sebagai 
jawaban yang salah. Keempat jawaban ini dijadikan sebagai bahan untuk 
mengelaborasi dan mengkonfirmasi kesesuaian antara soal yang ditulis (problem 
posing) oleh siswa dan ketika dipasangkan keduanya menjadi soal dan jawaban yang 
benar. Di dalam pendekatan problem posing ini siswa akan belajar mendapat 
tantangan untuk membuat paling tidak ada empat soal baru yang jawabannya 
tersedia dan setara dengan soal yang semula. 
Setelah Silabus dan RPP (hasil tahap plan) selesai dirancang, selanjutnya 
disepakati siapa di antara 3 guru suatu mata pelajaran yang akan menjadi guru model 
saat penerapannya di kelas (tahap do siklus 1). Mereka yang tidak menjadi guru 
model bertindak sebagai guru pengamat. Di dalam pengamatan ini anggota tim yang 
keilmuannya relevan dengan mata pelajaran yang diamati bersama 2 guru lainnya 
yang semata pelajaran. Di dalam pengamatan ini, masing-masing pengamat 
menggunakan lembar pengamatan untuk mencatat semua kejadian belajar dan 
mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru model. Selain menggunakan lembar 
pengamatan semua kejadian belajar dan mengajar juga divideokan.
Segera setelah tahap do dilakukan tahap see untuk merefleksikan semua 
kejadian belajar dan mengajar. Di dalam merefleksikannya, antar sesama Tim 
menyepakati bahwa untuk mengomentari tahap do, respons ataupun reaksi siswa dari 
mulai pembelajaran itu yang menjadi fokus. Dengan cara ini diharapkan hambatan 
psikologis dalam berkomunikasi antara guru model dan pengamat dapat diperkecil 
sehingga di dalam diskusi antar teman sejawat suasananya akrab dan dalam nuansa 
saling asih dan asuh. Kondisi refleksi seperti ini dipandang urgen, sebab mengubah 
keyakinan mengajar yang sudah “menaun” bukan merupakan perkara yang mudah. 
Ketika nuansa saling asih dan asuh di dalam tahap refleksi dapat dilakukan, 
kejujuran dan keluguan saat menghadapi hambatan di dalam mengajar secara 
bertahap diakui oleh masing-masing guru model. Kondisi seperti ini juga ternyata 
memicu kejujuran dan keluguan guru pengamat. Selain itu, secara bertahap antar 
mereka saling terbuka untuk mengakui kelebihan dan kekurangan mereka masing-masing 
saat mengajar. 
Di saat seperti ini di mana suasana pedagogis sudah terbentuk antara Tim dan 
guru model maupun guru pengamat, maka secara bertahap Tim mulai menggagas 
dan meminta mereka untuk memperbaiki kekurangan mendasar yang terdapat dalam 
silabus maupun RPP dan saat perencanaan tersebut diimplementasikan di kelas. 
Suasana-suasana seperti inilah yang dijadikan sebagai basis pelaksanaan PM-PMP 
ini. Ujung dari kegiatan PM-PMP dilakukan seminar, di mana sebagai presenternya 
adalah 9 guru model. Di dalam seminar, masing-masing dari mereka berbagi 
pengalaman mengenai apa yang telah mereka dapatkan selama proses plan, proses 
do, dan proses see. 
Hasil dan Pembahasan 
Dalam tahap plan ada dua luaran yang dihasilkan, yaitu Silabus dan Rencana 
Proses Pembelajaran (RPP). Silabus dan RPP dihasilkan oleh sembilan guru mata 
pelajaran kelas XII yang di-ujian nasionalkan. Di dalam menyusun perencanan 
pembelajaran (silabus dan RPP) terfokus pada materi yang hasil ujian nasionalnya 
kurang dari 6 dan strategi yang ditempuh sehingga memenuhi standar proses 
pembelajaran dilakukan dengan problem posing. Kedua hasil tahap plan ini 
dipaparkan melalui Gambar 1.
100.00% 
80.00% 
60.00% 
40.00% 
20.00% 
0.00% 
78.89% 
83.94% 78.78% 
69.86% 
Silabus RPP 
Siklus 1 
siklus 2 
Gambar 1. Rerata Skor Perencanaan Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 
Setelah silabus dan RPP siklus 1 diimplementasikan di kelas (tahap do) 
diperoleh luaran berupa hasil belajar dalam bentuk respons siswa saat mengikuti 
mata pelajaran. Respons siswa tersebut diberikan melalui Gambar 2. 
100.00% 
50.00% 
0.00% 
95.56% 
72.22% 
97.78% 
81.67% 
Menarik Manfaat 
Siklus 1 
Siklus 2 
Gambar 2 Respons Siswa Terhadap Pembelajaran 
Dari Gambar 1 dan Gambar 2 tampak bahwa meningkatnya rerata skor 
rencana pembelajaran dari siklus 1 ke siklus 2 cenderung diikuti oleh meningkatnya 
rerata skor respons siswa terhadap pembelajaran. Rerata peningkatan skor silabus 
dan RPP siklus 1 dan siklus 2, masing-masing sebesar 5,05% (78,89% menjadi 
83,94%) dan 9,82% (69,96% menjadi 79,78%). Sedangkan rerata peningkatan skor 
respons siswa selama siklus 1 dan siklus 2 mengenai menariknya pembelajaran dan 
manfaat pembelajaran yang terjadi selama siklus 2 untuk menghadapi UN, masing-masing 
sebesar 2,22% (95,56% menjadi 97,78%) dan 9,45% (72,22 menjadi 
81,67%). Kecenderungan peningkatan skor respons siswa diberikan melalui 
Gambar 3.
100.00% 
50.00% 
0.00% 
95.56% 
72.22% 
97.78% 
Menarik Manfaat 
81.67% 
Siklus 1 
Siklus 2 
Gambar 3 Kecenderungan Respons Siswa terhadap Pembelajaran 
Kecenderungan-kecenderungan tersebut menyiratkan bahwa perencanaan 
pembel-ajaran yang memenuhi standar kurikulum, yaitu mencapai minimal 75% 
(Depdiknas, 2008) akan cenderung diikuti oleh hasil belajar yang juga minimal 
mencapai persentasi tersebut. Tetapi belum terjadi pada rerata skor RPP siklus 1, 
karena hanya mencapai 69,96%. Kecenderungan ini dapat dipahami karena Tim 
belum terlalu mengintervensi guru saat penyusunan rencana pembelajaran. 
Pertimbangannya, yaitu untuk meyakinkan guru bahwa workshop LS bukan untuk 
menghakimi kekurangan mereka. 
Dengan pertimbangan seperti itu, ternyata secara psikologis berdampak pada 
keantosian guru saat terjadi diskusi kelompok dalam menyusun silabus maupun RPP. 
Kondisi ini terdeskripsi dari Gambar 4. 
Gambar 4 Situasi Diskusi Penyusunan Rencana Pembelajaran 
Keantosiasan mereka dapat terukur dari 68% dan 32% yang menyatakan sangat 
setuju dan setuju bahwa “kegiatan diskusi pada tahap plan bermanfaat dalam 
menunjang pelaksanaan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi ”. 
Keantosiasan guru juga dapat diketahui dari tahap do, dan tahap see 
(merefleksi) pada setiap kegiatan di dalam kelompok mata pelajaran. Sebagai salah
satu contoh, misalnya dalam tahap do dan tahap see masing-masing dapat diberikan 
melalui Gambar 5 dan Gambar 6. 
Gambar 5 Suasana Tahap do 
Gambar 6 Suasana Tahap See 
Tafsir bahwa tahap do maupun tahap see itu membuat guru bersemangat dan 
termotivasi mengikuti kegiatan LS didukung oleh respons mereka yang cenderung 
“sangat setuju” dan “setuju” terhadap semua pernyataan positif yang terdapat dalam 
angket, antara lain: (1) saya senang mengikuti LS, (2) LS membuka pikiran saya 
tentang cara mengelola pembelajaran; (3) LS bermanfaat untuk meningkatkan 
kualitas kinerja saya sebagai guru. Ketiga, respons guru terhadap pernyataan negatif 
cenderung memilih “tidak setuju” dan “sangat tidak setuju”, antara lain untuk 
pernyataan “LS tidak ada bedanya dengan pelatihan yang lain”. Hal ini terdeskripsi 
dari Gambar 6.
92% 
40.16% 
59.84% 
Gambar 6 Respons Guru terhadap Angket 
100.00% 
80.00% 
60.00% 
40.00% 
20.00% 
Meskipun pengabdian PM-PMP ini hanya terjadi dalam 2 siklus, tetapi Tim 
memiliki alasan yang kuat untuk berpandangan bahwa jika LS yang dilakukan 
melalui proses plan, proses do, dan proses see dilakukan secara konsisten hasilnya 
akan berkontribusi terhadap peningkatan hasil UN. Bukan hanya ketiga proses 
tersebut, tetapi di dalam pengabdian PM-PMP ini, juga dilakukan seminar hasil LS. 
Seminar ini, dapat dipandang sebagai proses penguat yang membelajarkan semua 
pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran— 
khususnya untuk menghadapi UN. Bahkan saat seminar, ada guru yang berpendapat 
“...LS seperti ini sebaiknya juga dilakukan untuk guru kelas X dan kelas XI”. 
Suasana seminar ini dapat diberikan melalui Gambar 7 dan Gambar 8 berikut. 
Gambar 7 Suasana Seminar Hasil LS 
0.00% 
SS/TS S/STS 
8% 
Pernyataan Postif 
Pernyataan Negatif
Gambar 8 Suasana Persentasi Hasil LS 
Pandangan Tim tersebut juga sejalan dengan pandangan Lewis (2006) bahwa 
saat ini LS sudah menjadi salah satu model pembinaan guru di Jepang dan 
berdampak positif terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil 
pembelajaran. Hal ini mengkonfirmasi hipotesis Lewis dan sejalan dengan 
hasil penelitian Perry dan Lewis (2011) serta hasil penelitian Ibrohim (2011). 
Dengan demikian, model pemecahan yang diajukan melalui penelitian Sugiatno dkk 
(2011) berupa model LS berbasis prodi yang di-UN-kan telah teruji secara empiris 
dapat meningkatkan kemampuan guru yang mata pelajarannya di-UN-kan. 
Simpulan dan Saran 
Simpulan 
1. Silabus dan RPP yang memenuhi standar proses sesuai dengan Permen Diknas 
nomor 41 tahun 2007 dapat dihasilkan melalui proses plan, proses do, dan 
proses see selama siklus 1 dan siklus 2 program pengabdian PM-PMP ini. Rerata 
skor silabus dan RPP siklus 1 dan siklus 2, masing-masing 78,89% menjadi 
83,94% dan 69,86% menjadi 81,67%. 
2. Kecenderungan peningkatan rerata skor silabus dan skor RPP selama siklus 1 
dan siklus 2 diikuti oleh kecenderungan peningkatan respons siswa terhadap: (a) 
proses pembelajaran siklus 1 untuk 9 mata pelajaran yang di-UN-kan 
berlangsung menarik sebanyak 95,56% berubah menjadi 97,78% selama siklus 
2; (b) proses pembelajaran siklus 1 untuk 9 mata pelajaran yang di-UN-kan 
bermanfaat untuk menghadapi UN sebanyak 72,22% berubah menjadi 81,678% 
selama siklus 2.
3. Lesson Study sebagai salah satu model pemecahan masalah yang diajukan 
melalui program pengabdian PM-PMP ini, secara empiris cenderung dapat 
meningkatkan kualitas perencanaan pembelajaran (silabus dan RPP), dan setelah 
diimplementasi dapat meningkatkan kesiapan siswa untuk menghadapi UN tahun 
2012. 
Rekomendasi 
1. Pengabdian PM-PMP, khususnya Lesson study seyogyanya menjadi program 
andalan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk meningkatkan mutu 
pendidikan di sekolah, karena peningkatan mutu pendidikan di jenjang ini 
merupakan mata rantai peningkatan mutu di perguruan tinggi. 
2. Lesson study seyogyanya juga dilakukan di daerah-daerah pedalaman, karena di 
kota Pontianak belum semua guru di sekolah mengenal Lesson Study.
DAFTAR PUSTAKA 
Hart, Lynn C., Murata, A., dan Alston, Alice, S. (2011). Study Research and Practice 
in Mathematics Education (Learning Together). Springer Dordrecht 
Heidelberg London New York 
Depdiknas (2008). Juknis Analisis Standar Proses di SMA. [Online] Tersedia: 
http://teguhsas-mitosdp1.files. wordpress.com/ 2010/06/04-juknis-analisis-standar- 
proses__isi-revisi__ 0104.pdf [17 Juli 2012] 
Cerbin, W. dan Kopp, B. (2006). Lesson Study as a Model for Building Pedagogical 
Knowledge and Improving Teaching. [Online] Tersedia: 
http://scotens.org/wp-content/ uploads/exploring-japanese-research.pdf [7 
Juli 2012] 
Ibrohim (2009). Pengaruh Model Implementasi Lesson Study dalam Kegiatan 
MGMP terhadap Peningkatan Kompetensi Guru dan Hasil Belajar Biologi 
Siswa. 
Manktelow, K. (1999). Reasoning and Thinking. [Online] Tersedia: 
http://depositfiles. 
com/files/jg08d6gz2/27351_0863777090reason.pdf [15 Desember 
2012]. 
National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and evaluation 
standards for school mathematics. Reston, VA: National Council of Teachers 
of Mathematics. 
Perry, R. dan Lewis, R. (2011). Improving the Mathematical Content Base of 
Lesson Study Summary of Results. [Online] Tersedia: 
http://lessonresearch.net/ IES%20 Abstract_ 01.03.11.pdf [18 Juli 2012] 
Lewis, C. dan Perry, R. (2006). Professional Development Through Lesson Study: 
Progress And Challenges In The U.S. [Online] Tersedia: 
http://www.human.tsukuba.ac.jp/ ~mathedu/2510.pdf [10 Desember 2012] 
Sugiatno, dkk. (2011). Pemetaan Dan Pengembangan Mutu Pendidikan Sekolah 
Menengah Atas (SMA) di Provinsi Kalimantan Barat (Kasus Pada Kota 
Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Dan Kabupaten Pontianak). Pontianak: 
Universitas Tanjungpura.

More Related Content

What's hot

Proposal skripsi metlit nihhhhhhhh
Proposal skripsi metlit nihhhhhhhhProposal skripsi metlit nihhhhhhhh
Proposal skripsi metlit nihhhhhhhhStr Balondero
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptkAgoes Sholeh
 
Karil Penilitian Tindakan Kelas
Karil Penilitian Tindakan KelasKaril Penilitian Tindakan Kelas
Karil Penilitian Tindakan KelasSmartEdu
 
76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologi76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologielisabethringo
 
Power point skripsi matematika
Power point skripsi matematikaPower point skripsi matematika
Power point skripsi matematikaFrima Dona Spd
 
Proposal Yang Telah Diseminarkan
Proposal Yang Telah DiseminarkanProposal Yang Telah Diseminarkan
Proposal Yang Telah DiseminarkanMuhammad Syafrullah
 
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtSkripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtre_devan
 
Artikel837 e9d4db2138a1debceccee85e23a7c
Artikel837 e9d4db2138a1debceccee85e23a7cArtikel837 e9d4db2138a1debceccee85e23a7c
Artikel837 e9d4db2138a1debceccee85e23a7cPurwati Handayani
 
Jurnal semnas um mezi anropika
Jurnal semnas um mezi anropikaJurnal semnas um mezi anropika
Jurnal semnas um mezi anropikamezi anropika
 
Mawar apkg 1-apkg 2 tanda tangan bu yatni
Mawar apkg 1-apkg 2 tanda tangan bu yatniMawar apkg 1-apkg 2 tanda tangan bu yatni
Mawar apkg 1-apkg 2 tanda tangan bu yatniMawarSaniNainggolan1
 
Seminar PPT Skripsi
Seminar PPT SkripsiSeminar PPT Skripsi
Seminar PPT Skripsihusnauun
 

What's hot (20)

Proposal skripsi metlit nihhhhhhhh
Proposal skripsi metlit nihhhhhhhhProposal skripsi metlit nihhhhhhhh
Proposal skripsi metlit nihhhhhhhh
 
53 151-1-pb(1)
53 151-1-pb(1)53 151-1-pb(1)
53 151-1-pb(1)
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptk
 
Karil Penilitian Tindakan Kelas
Karil Penilitian Tindakan KelasKaril Penilitian Tindakan Kelas
Karil Penilitian Tindakan Kelas
 
5129 11223-1-pb
5129 11223-1-pb5129 11223-1-pb
5129 11223-1-pb
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologi76484559 proposal-penelitian-biologi
76484559 proposal-penelitian-biologi
 
Power point skripsi matematika
Power point skripsi matematikaPower point skripsi matematika
Power point skripsi matematika
 
Contoh proposal biologi smu
Contoh proposal biologi smuContoh proposal biologi smu
Contoh proposal biologi smu
 
Proposal Yang Telah Diseminarkan
Proposal Yang Telah DiseminarkanProposal Yang Telah Diseminarkan
Proposal Yang Telah Diseminarkan
 
857129993 1639213727
857129993 1639213727857129993 1639213727
857129993 1639213727
 
Implementasi pbl
Implementasi pblImplementasi pbl
Implementasi pbl
 
Artikel pendidikan
Artikel pendidikanArtikel pendidikan
Artikel pendidikan
 
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtSkripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
 
Artikel837 e9d4db2138a1debceccee85e23a7c
Artikel837 e9d4db2138a1debceccee85e23a7cArtikel837 e9d4db2138a1debceccee85e23a7c
Artikel837 e9d4db2138a1debceccee85e23a7c
 
Jurnal semnas um mezi anropika
Jurnal semnas um mezi anropikaJurnal semnas um mezi anropika
Jurnal semnas um mezi anropika
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Mawar apkg 1-apkg 2 tanda tangan bu yatni
Mawar apkg 1-apkg 2 tanda tangan bu yatniMawar apkg 1-apkg 2 tanda tangan bu yatni
Mawar apkg 1-apkg 2 tanda tangan bu yatni
 
Seminar PPT Skripsi
Seminar PPT SkripsiSeminar PPT Skripsi
Seminar PPT Skripsi
 
PTK IPA SMP
PTK IPA SMP PTK IPA SMP
PTK IPA SMP
 

Similar to OPTIMALKAN PEMBELAJARAN

Similar to OPTIMALKAN PEMBELAJARAN (20)

Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
2428 6683-1-pb
2428 6683-1-pb2428 6683-1-pb
2428 6683-1-pb
 
64 hesty, s.si implementasi model pembelajaran tematik
64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik64 hesty, s.si  implementasi model pembelajaran tematik
64 hesty, s.si implementasi model pembelajaran tematik
 
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
 
Nht 4
Nht 4Nht 4
Nht 4
 
PRESENTASI.pptx
PRESENTASI.pptxPRESENTASI.pptx
PRESENTASI.pptx
 
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN PENDEKATAN ...
 
widyaa.pdf
widyaa.pdfwidyaa.pdf
widyaa.pdf
 
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaArtikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
 
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingMeningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
 
Karya tulids
Karya tulidsKarya tulids
Karya tulids
 
Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahKarya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah
 
Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahKarya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah
 
Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahKarya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah
 
Karya tulids
Karya tulidsKarya tulids
Karya tulids
 
Paper Sugama (Metode Penugasan Terbimbing)
Paper Sugama (Metode Penugasan Terbimbing)Paper Sugama (Metode Penugasan Terbimbing)
Paper Sugama (Metode Penugasan Terbimbing)
 
Ptk ipa
Ptk ipaPtk ipa
Ptk ipa
 
Best Practice.pdf
Best Practice.pdfBest Practice.pdf
Best Practice.pdf
 
Makalah y prian budi purwanto
Makalah y prian budi purwantoMakalah y prian budi purwanto
Makalah y prian budi purwanto
 
1
11
1
 

More from Sugiatno Sakidin

More from Sugiatno Sakidin (9)

Openended math scoring_manual_g34_2
Openended math scoring_manual_g34_2Openended math scoring_manual_g34_2
Openended math scoring_manual_g34_2
 
Apakah teori itu
Apakah teori ituApakah teori itu
Apakah teori itu
 
Handout analisis real
Handout analisis realHandout analisis real
Handout analisis real
 
Bahan inovasi pembelajaran mat
Bahan inovasi pembelajaran matBahan inovasi pembelajaran mat
Bahan inovasi pembelajaran mat
 
Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012Artikel sugiatno update 2012
Artikel sugiatno update 2012
 
Ed practices 19
Ed practices 19Ed practices 19
Ed practices 19
 
Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1Penyusunan tes diagnostik 1
Penyusunan tes diagnostik 1
 
Contoh kajian kritis kkg
Contoh kajian kritis kkgContoh kajian kritis kkg
Contoh kajian kritis kkg
 
37 prinsip-penilaian-sma-setiawan
37 prinsip-penilaian-sma-setiawan37 prinsip-penilaian-sma-setiawan
37 prinsip-penilaian-sma-setiawan
 

OPTIMALKAN PEMBELAJARAN

  • 1. PENERAPAN LESSON STUDY BERBASIS PADA RENDAHNYA HASIL BIDANG STUDI YANG DI UJIAN NASIONAL-KAN DI SMA KOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT Oleh: Sugiatno, Husna Amalia Melati, Layli Fitri Yeni, Haratua TS, Izhar Salim, Okianna, Endang Susilowati, Eni Rosnija Abstrak Dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan berjenjang, yaitu kalangan perguruan tinggi merasa bekal lulusan SMA belum cukup untuk mengikuti perkuliahan. Sedangkan kalangan SMA merasa bahwa bekal lulusan SMP kurang siap mengikuti pembelajaran di lingkungannya. Demikian juga kalangan SMP merasa bahwa bekal lulusan SD kurang baik untuk memasuki belajar di lingkungannya. Program-program peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan selama ini, terkesan hanya diapresiasi oleh perancangnya tetapi kurang menyentuh guru di lapangan. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan adalah berupa penerapan Lesson Study berbasis mata pelajaran yang di-UN-kan. Lesson study (LS) dipilih dan diimplementasikan, karena merupakan suatu cara efektif untuk meningkatkan kualitas belajar dan mengajar di kelas. Di dalam LS ini terlibat 9 guru mata pelajaran UN yang berasal dari SMA Negeri 4, SMA Negeri 5, dan SMA Negeri 7. Mereka di-scaffolding untuk plan dan do sesuai dengan potensinya masing-masing. Hasil proses do didiskusikan bersama melalui proses see untuk bahan perencanaan pembelajaran berikutnya. Melalui kegiatan berkelanjutan seperti ini diperoleh hasil, siswa cenderung merespons secara positif terhadap pembelajaran yang dilaksanakan guru. Sebagai akhir dari program pengabdian PM-PMP ini, diadakan diseminasi hasil lesson study melalui seminar. Key word: Lesson study, scaffolding
  • 2. Pendahuluan Dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan berjenjang, yaitu kalangan perguruan tinggi merasa bekal lulusan SMA belum cukup untuk mengikuti perkuliahan. Sedangkan kalangan SMA merasa bahwa bekal lulusan SMP kurang siap mengikuti pembelajaran di lingkungannya. Demikian juga kalangan SMP merasa bahwa bekal lulusan SD kurang baik untuk memasuki belajar di lingkungannya. Ketidakpuasan tersebut terungkap dari penelitian Sugiatno dkk (2011) mengenai kompetensi siswa yang kurang dari 60 dalam mata pelajaran yang di-UN-kan tahun 2007/2008, tahun 2008/2009, dan tahun 2009/2010 di Kota Pontianak. Secara deskriptif dapat dipaparkan melalui Gambar 1 dan Gambar 2. 60 50 40 30 20 10 0 BIND BING MAT FIS KIM BIO 2007/2008 2008/2009 2009/2010 Gambar 1 Rerata Penguasaan Kompetensi Siswa SMA Program IPA di Kota Pontianak Yang skornya kurang dari 60 60 40 20 0 BIN BING MAT EKO SOSIO GEO 2008/2009 2009/2010 2010/2011 Gambar 2 Rerata Penguasaan Kompetensi Siswa SMA Program IPS di Kota Pontianak Yang skornya kurang dari 60 Dari hasil penelitian Sugiatno dkk. (2011) terungkap bahwa standar proses pembelajaran menjadi penyebab utama rendahnya penguasaan kompetensi siswa dalam mata pelajaran yang di-UN-kan. Standar proses pembelajaran kurang berjalan sesuai dengan Permen Diknas nomor 41 tahun 2007, khususnya pada proses eksplorasi dan proses elaborasi belum berjalan disebabkan karena buku teks yang dipakai guru tidak diolah menjadi bahan ajar yang sesuai dengan kedua proses
  • 3. tersebut. Oleh karena buku teks dipakai tanpa diolah kembali sebagai bahan ajar, maka proses pembelajaran lebih didominasi oleh proses menjelaskan (tanpa didahului oleh proses eksplorasi dan elaborasi). Akibat dari proses pembelajaran yang seperti itu, maka materi pelajaran diberikan terlalu instan dan hanya berorientasi pada penyelesaian soal-soal UN. Agar cara mengajar yang seperti itu disadari kekuatannya dan diapresiasi kelemahannya oleh berbagai pihak (terutama guru) secara berkelanjutan, maka di dalam PM-PMP ini dipilih LS. Pemilihannya didasarkan pada pertimbangan: (1) pembelajaran yang terjadi selama ini terjadi kurang berbasis pada permasalahan nyata di kelas, (2) permasalahan pembelajaran yang terjadi belum ditangani secara kolaboratif dan berkelanjutan (Sadia, 2008). Pertimbangan lainnya, yaitu LS merupakan salah strategi yang dipandang efektif untuk meningkatkan mutu guru (Hart, Murata, dan Alston, 2011). Lesson study merupakan model atau strategi in-service training yang lebih berfokus pada upaya pemberdayaan guru sesuai dengan kapasitas serta permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing guru (Sadia, 2008). Hal ini diperkuat oleh beberapa hasil penelitian LS. Hasil studi Ibrohim (2009) di Pasuruan menunjukkan bahwa penerapan model implementasi LS berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru SMP dalam MGMP sains. Demikian juga hasil studi Perry and Lewis (2011) yang melibatkan 213 guru dan 1,059 siswa di Amerika Serikat menunjukkan bahwa implementasi LS dapat memperbaiki cara mengajar guru matematika dan ternyata mengkontribusi hasil belajar matematika siswa sebesar 19,15% (effect size = 0,5). Berangkat dari beberapa hasil LS terdahulu, Tim menduga bahwa jika LS diimple-mentasikan melalui Plan (merencanakan), Do (melaksanakan), dan See (merefleksi) yang dilakukan secara berkelanjutan maka permasalahan pembelajaran di kelas dapat teratasi. Ketiga tahapan ini dilakukan melalui beberapa siklus. Siklus 1 dianggap tercapai jika minimal silabus dan RPP mata pelajaran yang di-UN-kan, implementasinya di kelas mencapai 75% (Depdiknas, 2008). Jika pelaksanaan siklus 1 belum mencapai persentase tersebut, akan dilanjutkan pada siklus 2 sedemikian sehingga implementasi model LS mencapai kriteria yang ditetapkan.
  • 4. Do Seminar See Plan Pelaksanaan Lesson Study di Kota Pontianak Pelaksanan kegiatan LS di Kota Pontianak, dilakukan melalui workshop selama 9 hari. Ada 3 sekolah lanjutan atas yang berpartisipasi, yaitu SMA Negeri 4, SMA Negeri 5, dan SMA Negeri 7. Masing-masing sekolah diikuti oleh 9 guru mata pelajaran yang diujiannasionalkan (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi), 3 orang Kepala Sekolah, dan 8 orang Tim PM-PMP. Pelaksanaan LS dilaksanakan selama 9 hari, dari tanggal 16-17 Nopember 2012, tanggal 19-25 Nopember 2012, dan tanggal 28 Nopember 2012. Pola yang dianut di dalam pelaksanaan LS ini diberikan melalui Gambar 3 berikut. Gambar 3 Pola Pelaksanaan Lesson Study Pada tanggal 16-17 Nopember 2012, sesuai dengan keahliannya setiap anggota Tim melakukan pendampingan terhadap masing-masing guru mata pelajaran untuk melakukan tahap plan. Di dalam tahap ini setiap guru mata pelajaran membuat perencanaan pembelajaran berupa silabus dan RPP. Pembuatan perencanaan ini terfokus pada pokok materi yang nilainya cenderung kurang dari 60 saat UN tahun sebelumnya. Oleh karena hasil kajian Sugiatno dkk. (2011) menunjukkan bahwa penyebab utama rendahnya beberapa kompetensi hasil belajar siswa untuk mata pelajaran yang di-UN-kan disebabkan oleh standar proses perencanaan dan pelaksanaan
  • 5. pembelajaran (khususnya yang terkait dengan proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi), di dalam tahap plan, kedua standar proses tersebut diutamakan. Bahan ajar yang dipakai untuk melakukan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi menggunakan pendekatan problem posing. Meskipun pendekatan ini lebih sering digunakan di dalam pembelajaran matematika, tetapi Tim merujuk kepada pandangan Piaget (dalam Manktelow, 1999) bahwa berpikir dan bernalar akan terjadi hanya jika siswa mengalami proses disequilibrium (ketidakseimbangan). Proses ini akan memicu siswa untuk mencapai equilibrium setelah dirinya melalui proses asimilasi dan akomodasi (Sugiatno, 2009). Bahkan National Council of Teachers of Mathematics (1989) menyatakan bahwa problem posing merupakan inti dari kegiatan belajar. Proses eksplorasi yang perencanaannya berbasis problem posing, dilakukan dengan soal-soal yang tingkat kesukaran sama dengan soal-soal yang digunakan dalam UN. Soal-soal pilihan ganda umumnya menggunakan 5 opsi dengan satu jawaban benar. Sedangkan 4 opsi lainnya dijadikan sebagai pengecoh dan sebagai jawaban yang salah. Keempat jawaban ini dijadikan sebagai bahan untuk mengelaborasi dan mengkonfirmasi kesesuaian antara soal yang ditulis (problem posing) oleh siswa dan ketika dipasangkan keduanya menjadi soal dan jawaban yang benar. Di dalam pendekatan problem posing ini siswa akan belajar mendapat tantangan untuk membuat paling tidak ada empat soal baru yang jawabannya tersedia dan setara dengan soal yang semula. Setelah Silabus dan RPP (hasil tahap plan) selesai dirancang, selanjutnya disepakati siapa di antara 3 guru suatu mata pelajaran yang akan menjadi guru model saat penerapannya di kelas (tahap do siklus 1). Mereka yang tidak menjadi guru model bertindak sebagai guru pengamat. Di dalam pengamatan ini anggota tim yang keilmuannya relevan dengan mata pelajaran yang diamati bersama 2 guru lainnya yang semata pelajaran. Di dalam pengamatan ini, masing-masing pengamat menggunakan lembar pengamatan untuk mencatat semua kejadian belajar dan mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru model. Selain menggunakan lembar pengamatan semua kejadian belajar dan mengajar juga divideokan.
  • 6. Segera setelah tahap do dilakukan tahap see untuk merefleksikan semua kejadian belajar dan mengajar. Di dalam merefleksikannya, antar sesama Tim menyepakati bahwa untuk mengomentari tahap do, respons ataupun reaksi siswa dari mulai pembelajaran itu yang menjadi fokus. Dengan cara ini diharapkan hambatan psikologis dalam berkomunikasi antara guru model dan pengamat dapat diperkecil sehingga di dalam diskusi antar teman sejawat suasananya akrab dan dalam nuansa saling asih dan asuh. Kondisi refleksi seperti ini dipandang urgen, sebab mengubah keyakinan mengajar yang sudah “menaun” bukan merupakan perkara yang mudah. Ketika nuansa saling asih dan asuh di dalam tahap refleksi dapat dilakukan, kejujuran dan keluguan saat menghadapi hambatan di dalam mengajar secara bertahap diakui oleh masing-masing guru model. Kondisi seperti ini juga ternyata memicu kejujuran dan keluguan guru pengamat. Selain itu, secara bertahap antar mereka saling terbuka untuk mengakui kelebihan dan kekurangan mereka masing-masing saat mengajar. Di saat seperti ini di mana suasana pedagogis sudah terbentuk antara Tim dan guru model maupun guru pengamat, maka secara bertahap Tim mulai menggagas dan meminta mereka untuk memperbaiki kekurangan mendasar yang terdapat dalam silabus maupun RPP dan saat perencanaan tersebut diimplementasikan di kelas. Suasana-suasana seperti inilah yang dijadikan sebagai basis pelaksanaan PM-PMP ini. Ujung dari kegiatan PM-PMP dilakukan seminar, di mana sebagai presenternya adalah 9 guru model. Di dalam seminar, masing-masing dari mereka berbagi pengalaman mengenai apa yang telah mereka dapatkan selama proses plan, proses do, dan proses see. Hasil dan Pembahasan Dalam tahap plan ada dua luaran yang dihasilkan, yaitu Silabus dan Rencana Proses Pembelajaran (RPP). Silabus dan RPP dihasilkan oleh sembilan guru mata pelajaran kelas XII yang di-ujian nasionalkan. Di dalam menyusun perencanan pembelajaran (silabus dan RPP) terfokus pada materi yang hasil ujian nasionalnya kurang dari 6 dan strategi yang ditempuh sehingga memenuhi standar proses pembelajaran dilakukan dengan problem posing. Kedua hasil tahap plan ini dipaparkan melalui Gambar 1.
  • 7. 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% 78.89% 83.94% 78.78% 69.86% Silabus RPP Siklus 1 siklus 2 Gambar 1. Rerata Skor Perencanaan Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 Setelah silabus dan RPP siklus 1 diimplementasikan di kelas (tahap do) diperoleh luaran berupa hasil belajar dalam bentuk respons siswa saat mengikuti mata pelajaran. Respons siswa tersebut diberikan melalui Gambar 2. 100.00% 50.00% 0.00% 95.56% 72.22% 97.78% 81.67% Menarik Manfaat Siklus 1 Siklus 2 Gambar 2 Respons Siswa Terhadap Pembelajaran Dari Gambar 1 dan Gambar 2 tampak bahwa meningkatnya rerata skor rencana pembelajaran dari siklus 1 ke siklus 2 cenderung diikuti oleh meningkatnya rerata skor respons siswa terhadap pembelajaran. Rerata peningkatan skor silabus dan RPP siklus 1 dan siklus 2, masing-masing sebesar 5,05% (78,89% menjadi 83,94%) dan 9,82% (69,96% menjadi 79,78%). Sedangkan rerata peningkatan skor respons siswa selama siklus 1 dan siklus 2 mengenai menariknya pembelajaran dan manfaat pembelajaran yang terjadi selama siklus 2 untuk menghadapi UN, masing-masing sebesar 2,22% (95,56% menjadi 97,78%) dan 9,45% (72,22 menjadi 81,67%). Kecenderungan peningkatan skor respons siswa diberikan melalui Gambar 3.
  • 8. 100.00% 50.00% 0.00% 95.56% 72.22% 97.78% Menarik Manfaat 81.67% Siklus 1 Siklus 2 Gambar 3 Kecenderungan Respons Siswa terhadap Pembelajaran Kecenderungan-kecenderungan tersebut menyiratkan bahwa perencanaan pembel-ajaran yang memenuhi standar kurikulum, yaitu mencapai minimal 75% (Depdiknas, 2008) akan cenderung diikuti oleh hasil belajar yang juga minimal mencapai persentasi tersebut. Tetapi belum terjadi pada rerata skor RPP siklus 1, karena hanya mencapai 69,96%. Kecenderungan ini dapat dipahami karena Tim belum terlalu mengintervensi guru saat penyusunan rencana pembelajaran. Pertimbangannya, yaitu untuk meyakinkan guru bahwa workshop LS bukan untuk menghakimi kekurangan mereka. Dengan pertimbangan seperti itu, ternyata secara psikologis berdampak pada keantosian guru saat terjadi diskusi kelompok dalam menyusun silabus maupun RPP. Kondisi ini terdeskripsi dari Gambar 4. Gambar 4 Situasi Diskusi Penyusunan Rencana Pembelajaran Keantosiasan mereka dapat terukur dari 68% dan 32% yang menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa “kegiatan diskusi pada tahap plan bermanfaat dalam menunjang pelaksanaan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi ”. Keantosiasan guru juga dapat diketahui dari tahap do, dan tahap see (merefleksi) pada setiap kegiatan di dalam kelompok mata pelajaran. Sebagai salah
  • 9. satu contoh, misalnya dalam tahap do dan tahap see masing-masing dapat diberikan melalui Gambar 5 dan Gambar 6. Gambar 5 Suasana Tahap do Gambar 6 Suasana Tahap See Tafsir bahwa tahap do maupun tahap see itu membuat guru bersemangat dan termotivasi mengikuti kegiatan LS didukung oleh respons mereka yang cenderung “sangat setuju” dan “setuju” terhadap semua pernyataan positif yang terdapat dalam angket, antara lain: (1) saya senang mengikuti LS, (2) LS membuka pikiran saya tentang cara mengelola pembelajaran; (3) LS bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kinerja saya sebagai guru. Ketiga, respons guru terhadap pernyataan negatif cenderung memilih “tidak setuju” dan “sangat tidak setuju”, antara lain untuk pernyataan “LS tidak ada bedanya dengan pelatihan yang lain”. Hal ini terdeskripsi dari Gambar 6.
  • 10. 92% 40.16% 59.84% Gambar 6 Respons Guru terhadap Angket 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% Meskipun pengabdian PM-PMP ini hanya terjadi dalam 2 siklus, tetapi Tim memiliki alasan yang kuat untuk berpandangan bahwa jika LS yang dilakukan melalui proses plan, proses do, dan proses see dilakukan secara konsisten hasilnya akan berkontribusi terhadap peningkatan hasil UN. Bukan hanya ketiga proses tersebut, tetapi di dalam pengabdian PM-PMP ini, juga dilakukan seminar hasil LS. Seminar ini, dapat dipandang sebagai proses penguat yang membelajarkan semua pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran— khususnya untuk menghadapi UN. Bahkan saat seminar, ada guru yang berpendapat “...LS seperti ini sebaiknya juga dilakukan untuk guru kelas X dan kelas XI”. Suasana seminar ini dapat diberikan melalui Gambar 7 dan Gambar 8 berikut. Gambar 7 Suasana Seminar Hasil LS 0.00% SS/TS S/STS 8% Pernyataan Postif Pernyataan Negatif
  • 11. Gambar 8 Suasana Persentasi Hasil LS Pandangan Tim tersebut juga sejalan dengan pandangan Lewis (2006) bahwa saat ini LS sudah menjadi salah satu model pembinaan guru di Jepang dan berdampak positif terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Hal ini mengkonfirmasi hipotesis Lewis dan sejalan dengan hasil penelitian Perry dan Lewis (2011) serta hasil penelitian Ibrohim (2011). Dengan demikian, model pemecahan yang diajukan melalui penelitian Sugiatno dkk (2011) berupa model LS berbasis prodi yang di-UN-kan telah teruji secara empiris dapat meningkatkan kemampuan guru yang mata pelajarannya di-UN-kan. Simpulan dan Saran Simpulan 1. Silabus dan RPP yang memenuhi standar proses sesuai dengan Permen Diknas nomor 41 tahun 2007 dapat dihasilkan melalui proses plan, proses do, dan proses see selama siklus 1 dan siklus 2 program pengabdian PM-PMP ini. Rerata skor silabus dan RPP siklus 1 dan siklus 2, masing-masing 78,89% menjadi 83,94% dan 69,86% menjadi 81,67%. 2. Kecenderungan peningkatan rerata skor silabus dan skor RPP selama siklus 1 dan siklus 2 diikuti oleh kecenderungan peningkatan respons siswa terhadap: (a) proses pembelajaran siklus 1 untuk 9 mata pelajaran yang di-UN-kan berlangsung menarik sebanyak 95,56% berubah menjadi 97,78% selama siklus 2; (b) proses pembelajaran siklus 1 untuk 9 mata pelajaran yang di-UN-kan bermanfaat untuk menghadapi UN sebanyak 72,22% berubah menjadi 81,678% selama siklus 2.
  • 12. 3. Lesson Study sebagai salah satu model pemecahan masalah yang diajukan melalui program pengabdian PM-PMP ini, secara empiris cenderung dapat meningkatkan kualitas perencanaan pembelajaran (silabus dan RPP), dan setelah diimplementasi dapat meningkatkan kesiapan siswa untuk menghadapi UN tahun 2012. Rekomendasi 1. Pengabdian PM-PMP, khususnya Lesson study seyogyanya menjadi program andalan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, karena peningkatan mutu pendidikan di jenjang ini merupakan mata rantai peningkatan mutu di perguruan tinggi. 2. Lesson study seyogyanya juga dilakukan di daerah-daerah pedalaman, karena di kota Pontianak belum semua guru di sekolah mengenal Lesson Study.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Hart, Lynn C., Murata, A., dan Alston, Alice, S. (2011). Study Research and Practice in Mathematics Education (Learning Together). Springer Dordrecht Heidelberg London New York Depdiknas (2008). Juknis Analisis Standar Proses di SMA. [Online] Tersedia: http://teguhsas-mitosdp1.files. wordpress.com/ 2010/06/04-juknis-analisis-standar- proses__isi-revisi__ 0104.pdf [17 Juli 2012] Cerbin, W. dan Kopp, B. (2006). Lesson Study as a Model for Building Pedagogical Knowledge and Improving Teaching. [Online] Tersedia: http://scotens.org/wp-content/ uploads/exploring-japanese-research.pdf [7 Juli 2012] Ibrohim (2009). Pengaruh Model Implementasi Lesson Study dalam Kegiatan MGMP terhadap Peningkatan Kompetensi Guru dan Hasil Belajar Biologi Siswa. Manktelow, K. (1999). Reasoning and Thinking. [Online] Tersedia: http://depositfiles. com/files/jg08d6gz2/27351_0863777090reason.pdf [15 Desember 2012]. National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and evaluation standards for school mathematics. Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics. Perry, R. dan Lewis, R. (2011). Improving the Mathematical Content Base of Lesson Study Summary of Results. [Online] Tersedia: http://lessonresearch.net/ IES%20 Abstract_ 01.03.11.pdf [18 Juli 2012] Lewis, C. dan Perry, R. (2006). Professional Development Through Lesson Study: Progress And Challenges In The U.S. [Online] Tersedia: http://www.human.tsukuba.ac.jp/ ~mathedu/2510.pdf [10 Desember 2012] Sugiatno, dkk. (2011). Pemetaan Dan Pengembangan Mutu Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Provinsi Kalimantan Barat (Kasus Pada Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Dan Kabupaten Pontianak). Pontianak: Universitas Tanjungpura.