Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan media dakon untuk meningkatkan penguasaan kompetensi matematika tentang konsep perkalian pada siswa kelas 2 SD. Media dakon diharapkan dapat memotivasi siswa dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi perkalian."
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran menggambarkan kegiatan guru mengajar dan siswa
sebagai pebelajar dan unsur-unsur lain yang saling mempengaruhi. Proses belajar
bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri
individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.
Menurut Pappas dan Kiefer (1995, dalam PDGK 4201 Hal. 9.5),
menyatakan bahwa pembelajaran tematik sangat cocok diajarkan di kelas rendah
karena memadukan berbagai mata pelajaran dalam kurikulum dan
menghubungkannya melalui jaringan topik/tema. Berkaitan dengan hal tersebut,
seringkali tidak semua siswa mampu menguasai seluruh kompetensi mata
pelajaran yang termasuk dalam pembelajaran Tematik, salah satunya adalah
penguasaan kompetensi Matematika.
Menurut Sumiati dan Arsa (2007 : 35) dalam menyelenggarakan
pembelajaran, seorang guru harus memiliki persyaratan sebagai berikut, meliputi :
Pertama, penguasaan materi pembelajaran, supaya proses pembelajaran dapat
mencapai hasil yang lebih baik, guru perlu menguasai bukan hanya sekadar materi
pembelajaran tertentu yang merupakan bagian dari suatu mata pelajaran (subject
matter) saja, tetapi penguasaan yang lebih luas terhadap materi pembelajaran itu
sendiri agar dapat menuntun ke arah hasil yang lebih baik. Kedua, kemampuan
menerapkan prinsip-prinsip psikologi, guru harus menyadari bahwa mengajar
pada intinya bertalian dengan proses perubahan tingkah laku. Agar hasil yang
diinginkan secara baik, perlu menerapkan prinsip-prinsip psikologi, terutama yang
berkaitan dengan belajar. Belajar yang diikuti peserta didik memiliki beragam
perbedaan yang meliputi kecerdasan, bakat, minat, sikap, harapan, aspek-aspek
kepribadian lainnya. Diharapkan, dengan mengenal prinsip perbedaan tersebut
guru dapat mencari metode pembelajaran yang tepat, agar proses pembelajaran
yang dilaksanakan mencapai hasil yang optimal. Ketiga, kemampuan
menyelenggarakan proses pembelajaran, guru harus memahami berbagai konsep
1
2. 2
dan teori yang bertalian dengan proses pembelajaran, selanjutnya pemahaman
tentang hal itu dipraktekkan dalam kegiatan praktis sehingga tercipta lingkungan
atau iklim belajar yang kondusif bagi siswa. Keempat, kemampuan menyesuaikan
diri dengan berbagai situasi baru, secara formal maupun professional tugas guru
seringkali menghadapi berbagai permasalahan yang timbul akibat adanya berbagai
perubahan yang terjadi di lingkungan tugas profesionalnya. Perubahan yang
terkadang membuat kebingungan sehingga kurangnya persiapan guru menerima
berbagai perubahan. Dampak yang terjadi adalah ketidakmampuan menyesuaikan
diri dengan berbagai situasi, sehingga muncul berbagai sikap yang tidak
mendukung pembaharuan. Kemampuan menyesuaikan diri dengan pembaharuan
pada dasarnya muncul seiring sikap positif untuk bersedia meningkatkan diri
dalam karir profesionalnnya, sehingga perubahan yang terjadi di lingkungan
profesionalnya tidak terlalu mengejutkan, bahkan guru yang bersangkutan mampu
menyediakan diri dengan perubahan atau situasi baru yang dihadapi.
Kompetensi Matematika dalam pembelajaran Tematik merupakan
kompetensi yang menuntut siswa untuk dapat berpikir secara ilmiah. Karena
dalam kompetensi Matematika mencakup materi yang cukup luas, serta harus
cerdas dalam memilih strategi pembelajaran, terutama dalam memilih media yang
dipergunakan.
Menurut Tambunan (1987, h.29 dalam PDGK 4203 hal. 1.42)
menyatakan bahwa, matematika adalah pengetahuan mengenai kuantiti dan ruang,
salah satu cabang dari sekian banyak ilmu yang sistematis, teratur, dan eksak.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam pengajaran matematika, peserta didik
dituntut keaktifannya dalam menguasai konsep-konsep pelajaran. Oleh karena itu,
dibutuhkan kreatifitas tinggi untuk menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa
dalam mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung, dalam hal ini peran guru
sebagai sangatlah penting dalam mengupayakan hal tersebut, karena sesuai
dengan tingkatannya, siswa Sekolah Dasar berada pada tingkatan operasional
konkret dan mereka akan dapat menguasai pembelajaran apabila mereka dapat
melihat dan merasakan langsung konsep yang mereka pelajari.
3. 3
Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran biasanya dapat
diukur dengan evaluasi yang baik dan formatif maupun sumatif. Pelaksanaan
evaluasi belajar dapat dilakukan dengan pelaksanaan ulangan harian. Materi
pelajaran yang paling sulit dimengerti siswa adalah Matematika. Bidang studi
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di tingkat Sekolah
Dasar. Sampai saat ini, pelajaran Matematika masih menjadi masalah bagi siswa.
Hal ini dapat dilihat dari keluhan siswa mengatakan bahwa Matematika itu sulit,
bahkan setelah Matematika masuk ke dalam Kurikulum 2013 dan menjadi
pembelajaran terpadu yaitu Tematik, Matematika masih menjadi beban untuk
anak Sekolah Dasar, khususnya yang saat ini duduk di kelas 2 (dua). Matematika
yang dipadukan dengan mata pelajaran lain dalam satu wadah Tematik untuk
kelas 2 Sekolah Dasar memiliki materi-materi yang padat, terutama mengenai
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang membaur dalam sub
tema-sub tema yang terdapat di dalam Tematik. Keempat dasar perhitungan
Matematika itu terangkum dalam sub-sub materi pengukuran dan perbandingan
yang tersebar dari Tema 1 sampai Tema 8. Pada pertengahan semester I tahun
pelajaran 2015/2016, hasil ulangan Tematik Tema 2 untuk penguasaan
kompetensi Matematika siswa kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Dari 39 orang siswa kelas II B terdapat 25
orang yang tingkat penguasaan matematikanya di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 70. Dengan demikian ketuntasan klasikal baru 36%. Hal ini
menunjukkan proses pembelajaran Tematik Tema 2 untuk penguasaan kompetensi
Matematika belum berhasil.
Dari analisis yang dilakukan didapat bahwa penyebab rendahnya nilai
anak-anak tersebut adalah kurangnya pemanfaatan media dalam proses
pembelajaran, meskipun metode yang dilakukan sudah sesuai dengan
pembelajaran yang berlangsung, namun siswa masih kesulitan dalam
membayangkan apa yang mereka pelajari karena tidak memahami konsep yang
diberikan.
4. 4
Dalam pengajaran Matematika biasanya dipergunakan media seperti
berikut : (1) Model 3 dimensi, (2) Alat Permainan, (3) Slide, (4) Alat Ukur, (5)
Diagram/gambar, (5) Komputer, (6) Internet, dan (7) Chart/Bagan.
Dalam pembelajaran Matematika tanpa menggunakan media, dapat
menghasilkan dampak buruk pada minat siswa, motivasi belajar, sikap dan
psikologis. Siswa Sekolah Dasar biasanya tertarik dengan hal-hal yang bersifat
nyata/konkret. Dalam hal ini yang termasuk media konkret adalah media alat
permainan.
Menurut Fery Ferdiyansyah (2012) salah satu pemanfaatan media
adalah dengan menggunakan dakon. Permainan dakon merupakan teknik yang
dapat memotivasi para siswa, khususnya untuk materi yang membutuhkan
penguasan konsep. Permainan dakon dapat melatih keterampilan berhitung siswa
disamping sebagai salah satu kegiatan menyenangkan. Sehubungan dengan hal
tersebut maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul
“PENGGUNAAN MEDIA DAKON UNTUK MENINGKATKAN
PENGUASAAN KOMPETENSI MATEMATIKA TENTANG KONSEP
PERKALIAN PADA SISWA KELAS II B SD NEGERI 11 PEMECUTAN
TAHUN PELAJARAN 2015/2016”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
permasalahan yang akan dibahas pada laporan ini dapat dirumuskan sebagai
berikut. “Apakah Penggunaan Media Dakon dapat Meningkatkan Penguasaan
Kompetensi Matematika tentang Konsep Perkalian Pada Siswa kelas II B, SD
Negeri 11 Pemecutan Tahun Pelajaran 2015/2016 ?”
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan kompetensi matematika
tentang konsep perkalian pada siswa kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan Tahun
Pelajaran 2015/2016.
5. 5
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat positif bagi siswa, guru,
sekolah, dan para peneliti bidang pendidikan yang lainnya dalam rangka
memperbaiki kualitas isi, proses, dan hasil penguasaan kompetensi Matematika.
Secara khusus hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
alternatif strategi pembelajaran guna peningkatan hasil belajar pada
pembelajaran Tematik terutama pada penguasaan kompetensi Matematika.
Menambah pengetahuan dan informasi bagi guru dan calon guru agar
memperhatikan strategi yang digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan penguasaan kompetensi belajar siswa. Dan sebagai sumber
referensi bermanfaat bagi perkembangan ilmu pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Perbaikan pembelajaran yang dilakukan peneliti mempunyai
manfaat yang sangat besar bagi pembelajaran dengan sasaran akhir
yaitu memperbaiki hasil belajar siswa sehingga kemampuan serta
perolehan nilai hasil belajar siswa akan menjadi meningkat dari
sebelumnya.
2) Selain meningkatkan hasil belajar siswa, perbaikan yang dilakukan
oleh peneliti juga akan memotivasi siswa dalam proses
pembelajaran. Guru yang terampil melakukan perbaikan
pembelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran akan
selalu melibatkan partisipasi siswa, sehingga siswa akan merasa
bermanfaat dan menyenangkan dalam belajar.
b. Bagi Guru
1) Perbaikan pembelajaran akan membantu mengembangkan
kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah dalam
pembelajaran.
6. 6
2) Peningkatan kemampuan pembelajaran akan meningkatkan
kemampuan professional guru.
3) Membantu guru dalam memperbaiki mutu pembelajaran.
4) Meningkatkan rasa percaya diri guru dan memungkinkan guru
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
memanfaatkan media pembelajaran.
5) Peningkatan profesionalisme guru, melalui PTK guru akan mampu
memecahkan masalah yang terjadi di dalam kelas.
c. Bagi Sekolah
1) Perbaikan pembelajaran guru memiliki kemampuan melakukan
pembaharuan akan membuat sekolah berkembang pesat.
2) Memberikan value added yang positif bagi sekolah.
3) Menjadi alat evaluator dari program dan kebijakan pengelolaan
sekolah yang sudah berjalan.
4) Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi
masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas.
7. 7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Muatan Kompetensi Matematika dalam Pembelajaran Tematik di SD
1. Hakikat Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau
“manthenein” artinya mempelajari, namun diduga kata itu ada hubungannya
dengan kata Sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan,
atau intelegensi (Andi Haim Nasution, 1980, h.12 dalam PDGK 4203 hal.
1.39)
Menurut Johnson dan Rising (1972) menyatakan bahwa matematika
adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik,
matematika adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol
dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti daripada bunyi,
matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau
teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak dapat
didefinisikan, aksioma, sifat dan teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Soedjadi (2000: 1) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi
atau pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu
sebagai berikut : (a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan
terorganisisr secara sistematik; (b) matematika adalah pengetahuan tentang
bilangan dan kalkulasi; (c) matematika adalah pengetahuan tentang penalaran
logik dan berhubungan dengan bilangan; (d) matematika adalah pengetahuan
fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk; (e) matematika
adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic; (f) matematika
adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Menurut Sumardyono (2004:28) secara umum definisi matematika
dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya:
1. Matematika sebagai struktur yang terorganisir.
53
7
8. 8
Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika
merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai
sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi
aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema
(termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan
corolly/sifat).
2. Matematika sebagai alat (tool).
Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari
solusi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3. Matematika sebagai pola pikir deduktif.
4. Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir
deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika
dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara
deduktif (umum).
5. Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).
6. Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling
tidak karena beberapa hal, seperti matematika matematika memuat
cara pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang
umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis.
7. Matematika sebagai bahasa artifisial.
8. Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika.
Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial,
yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.
9. Matematika sebagai seni yang kreatif.
10. Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan
pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering
pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang
kreatif.
Sebagaimana yang dirangkum dalam Ebbut dan Straker (Marsigit,
2007: 5-6) menguraikan hakikat matematika sekolah, matematika adalah
kegiatan penelusuran pola dan hubungan; kreatifitas yang memerlukan
imajinasi, intuisi, dan penemuan, kegiatan problem solving, dan alat
komunikasi.
2. Fungsi Pembelajaran Matematika
Menurut Hudoyo (1988:54) matematika berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan
dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu
memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
9. 9
Simbol-simbol itu penting untuk membantu memanipulasi aturan-aturan
dengan operasi yang ditetapkan.
Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan
keterangan untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep baru terbentuk
karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya, sehingga
matematika itu konsep-konsepnya tersusun secara hirarkis. Dengan demikian
simbol-simbol itu dapat digunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide secara
efektif dan efisien. Agar simbol-simbol itu berarti, kita harus memahami ide
yang terkandung di dalam simbol tersebut. Karena itu hal terpenting adalah
bahwa itu harus dipahami sebelum ide itu disimbolkan.
3. Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum 2013
a. Proses dan Tujuan Pembelajaran Matematika di SD berdasarkan
Kurikulum 2013
Dari artikel milik Firmasnyah dalam blog dapat dirangkum
pembelajaran matematika bersasarkan Kurikulum 2013 sebagai berikut.
Kurikulum 2013 menuntut proses pembelajaran matematika
diarahkan pada pembelajaran menemukan konsep-konsep matematika
(discovery/inquiry learning), belajar dari permasalahan nyata
(problem/project based learning) sesuai dengan prinsip pembelajaran
konstruktivisme dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific
approach) dimana peserta didik mendapatkan pengalaman belajar melalui
proses 6M (Mengamati, Menanya, Mengeksplorasi atau Mencoba,
Menalar atau Menyimpulkan, Mengkomunikasikan atau Membuat
jejaring, dan Mencipta atau Membuat karya kreatif. Terkait evaluasi
hasil pembelajaran, kurikulum 2013 menghendaki evaluasi secara
holistik mencakup aspek sikap (baik sikap personal, sosial, maupun
spiritual/ religius), pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian dilakukan
bukan hanya dengan metoda tes (ulangan/ujian tertulis) tetapi juga
menggunakan metode non tes (portofolio) dimana penilaian dilakukan
terhadap proses yang mencakup ranah sikap, unjuk
kerja/performance, dan hasil karya) menggunakan autentic assesment.
Melalui proses pembelajaran dan proses penilaian seperti
tersebut di atas, dimana penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan
dilakukan secara terintegrasi, diharapkan pembelajaran matematika dapat
menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
sesuai dengan tema pengembangan kurikulum 2013. Peran penting
10. 10
matematika diakui Cockcroft (Shadiq, 2007) yang menulis: “It would be
very difficult – perhaps impossible – to live a normal life in very many
parts of the world in the twentieth century without making use of
mathematics of some kind.” Akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi
seseorang untuk hidup di bagian bumi pada abad ke-20 ini tanpa
sedikitpun memanfaatkan matematika, kemajuan teknologi pada saat ini
tidak lepas dari andilnya matematika.
b. Ruang Lingkup Kompetensi Matematika di SD
Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI
meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Bilangan, dalam hal ini yang berkaitan dengan bilangan cacah,
bilangan bulat, dan rasional serta operasi hitungnya
2. Geometri dan pengukuran, dalam hal ini berkaitan dengan
perhitungan panjang, luas dan volume dari suatu bangun.
3. Pengolahan data., dalam hal ini berkaitan dengan macam-
macam perhitungan dalam pengolahan data.
B. Media dalam Pembelajaran
Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Cukup banyak jenis dan
bentuk media yang telah dikenal dewasa ini, dari yang sederhana sampai yang
berteknologi tinggi, dari yang mudah dan sudah ada secara natural sampai kepada
media yang harus dirancang sendiri oleh guru.
1. Media Dakon dalam Pembelajaran
Salah satu media pembelajaran sederhana yang sesuai untuk peserta
didik yang berada di kelas bawah adalah media pembelajaran yang berupa alat
permainan. Permainan yang dilakukan hendaknya bersifat edukatif dan
bermanfaat dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini alat permainan bersifat
visual dan edukatif, artinya dapat dilihat dan diperagakan secara nyata dan
bermanfaat untuk siswa di sekolah.
Menurut Adam (1975) mengemukakan bahwa permainan yang
bersifat edukatif adalah semua bentuk permainan yang dirancang untuk
11. 11
memberikan pengalaman pendidikan atau pengalaman belajar kepada para
pemainnya, termasuk permainan tradisional dan “modern” yang diberi muatan
pendidikan dan pengajaran.
Media dakon termasuk ke dalam media permainan tradisional.
Dakon yang dipergunakan adalah dakon yang sering disebut dengan permainan
congklak, dimana melalui penggunaannya dapat menyajikan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, dan mengajarkan
keterampilan dalam bentuk permainan menyenangkan.
2. Pengertian Media Dakon
Dakon merupakan nama lain dari permainan congklak, sehingga
definisi dakon sama dengan congklak. Di beberapa daerah di Sumatera yang
berkebudayaan Melayu, permainan ini dikenal dengan nama congkak.
Di Lampung permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban,
sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan beberapa
nama: Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata. Permainan ini
di Malaysia juga dikenal dengan nama congkak, sedangkan dalam bahasa
Inggris permainan ini disebut Mancala.
Dakon atau congklak adalah suatu permainan tradisional yang
dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam
permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika
tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan
batu-batu kecil.
3. Karakteristik Media Dakon
Karena dakon merupakan salah satu jenis permainan tradisional,
maka karakteristik dakon adalah sebagai berikut.
1. Menggunakan papan yang dinamakan papan dakon dan 98 (14 x 7)
buah biji yang dinamakan biji dakon atau buah dakon. Umumnya papan
dakon terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari
cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik. Pada
papan dakon terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lubang kecil
yang saling berhadapan dan 2 lubang besar di kedua sisinya. Setiap 7
12. 12
lubang kecil di sisi pemain dan lubang besar di sisi kanannya dianggap
sebagai milik sang pemain.
2. Media dakon atau sering disebut congklak ini mengajarkan kecermatan
dalam menghitung, ketelitian dan juga kejujuran. Setiap pemain dituntut
untuk bisa memperkirakan kemenangannya dengan mengumpulkan biji
dakon paling banyak. Nilai-nilai ini yang belakangan diabaikan oleh
permainan modern.
4. Pemilihan dan Penggunaan Media Dakon dalam Pembelajaran
Media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima
pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan. Menurut Wilkinson (2015)
dalam ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam memilih media
pembelajaran, yakni :
a. Tujuan
Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang
dirumuskan. Tujuan yang dirumuskan ini adalah kriteria yang paling
cocok, sedangkan tujuan pembelajaran yang lain merupakan
kelengkapan dari kriteria utama.
b. Ketepatgunaan
Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting
dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan.
Apabila yang dipelajari adalah aspek-aspek yang menyakut gerak,
maka media film atau video akan lebih tepat.
c. Keadaan siswa
Media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari beda
interindividual antara siswa. Msialnya kalau siswa tergolong tipe
auditif/visual maka siswa yang tergolong auditif dapat belajar dengan
media visual dari siswa yang tergolong visual dapat juga belajar
dengan menggunakan media auditif.
d. Ketersediaan
Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak
tersedia. Menurut Wilkinson, media merupakan alat mengajar dan
belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk
memenuhi keperluan siswa dan guru.
e. Biaya
Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media,
hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan
dicapai.
13. 13
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
dakon untuk pembelajaran yaitu:
a. Guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian
baru memilih media dakon untuk mencapai tujuan pengajaran yang
diharapkan.
b. Guru juga harus mengetahui durasi media dakon dalam pembelajaran
tematik khususnya penguasaan kompetensi Matematika tentang
konsep perkalian, dimana keduanya yang harus disesuaikan dengan
jam pelajaran.
c. Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan siswa dalam proses
pembelajaran, terutama dalam hal mempersiapkan mental dan sarana
yang akan dipakai.
d. Aktivitas lanjutan, setelah permainan dakon diselesaikan, sebaiknya
guru melakukan refleksi dan tanya jawab dengan siswa untuk
mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi tersebut.
5. Kelebihan dan Kekurangan Media Dakon dalam Penguasaan
Kompetensi Matematika
a. Kelebihan Media Dakon dalam Penguasaan Kompetensi
Matematika
Menurut Marners (2012), dasar pemilihan media dakon adalah
karena permainan dakon memiliki kelebihan sebagai berikut.
1) Secara umum cocok untuk membantu mempelajari fakta dan
ketrampilan. Beberapa pakar pendidikan mengatakan bahwa
tujuan utama digunakan permainan dakon dalam pembelajaran
matematika adalah untuk memberikan motivasi kepada siswa agar
menjadi senang. Apabila guru berniat merencanakan kegiatan
permainan dakon Matematika dalam pembelajaran, maka guru
perlu mengkaji topik yang tepat untuk kegiatan yang didukung
oleh permainan dakon. Dari hasil kajian tersebut guru dapat
memilih atau mengidentifikasi permainan dakon yang bertujuan
meningkatkan penguasaan kompetensi matematika tentang
konsep perkalian dan digunakan dalam waktu serta situasi yang
tepat. Selain itu, dengan adanya permainan dakon, anak-anak
akan mendapatkan lebih manfaatnya.
2) Konsep teori perkalian tanpa dipraktekan dengan hal yang konkrit
maka siswa akan menemui kesulitan, apalagi bila sudah
14. 14
mencakup bilangan lebih dari 10. Akan tetapi, dengan alat
permainan congklak atau dakon minimal siswa bukan hanya
mengerti dan hafal saja tetapi lebih dari itu siswa akan bisa dan
lebih ingat. Pada prinsipnya, mendengar saja tidak cukup, karena
pasti akan mudah lupa, begitu juga jika hanya melihat dan
mendengar, siswa hanya hafal tapi belum tentu bisa mengerjakan,
akan tetapi jika siswa melihat, mendengar dan mengerjakan maka
besar kemungkinan siswa akan bisa dan lebih ingat.
3) Selain sebagai media pembelajaran matematika, permainan dakon
secara tidak langsung menyumbang kegiatan jasmani adaptif
anak, yaitu melatih motorik halus. Ketika anak memindahkan biji
congklak dari satu lobang ke lobang lain, maka mereka melatih
motorik halus mereka.
Adapun pendapat lain mengemukakan kelebihan dari media
dakon adalah menurut Khoirinnisa (2013) yaitu (1) dapat meningkatkan
kreatifitas dalam membuat alat ini, selain itu siswa jadi lebih aktif dan
memperoleh pembelajaran yang bermakna dari media dakon, (2) dapat
melatih siswa dalam berkomunikasi saat berkelompok, menimbulkan
motivasi (rasa keingintahuan), menimbulkan keceriaan saat
mempraktekkan sebab seperti bermain congklak.
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kelebihan media dakon adalah melatih kreatifitas anak
terutama memancing motorik halusnya dalam hal mengingat suatu konsep
secara nyata dan menyenangkan karena sesuai dengan usianya yaitu
tingkat operasional konkret, yang menuntut adanya kenyataan dalam
konsep yang dipelajarinya tetapi dengan cara bermain sambil belajar, guru
dituntut untuk masuk ke dunia mereka, bukan sebaliknya.
b. Kekurangan Media Dakon dalam Penguasaan Kompetensi
Matematika
Adapun kekurangan dari media dakon yang diungkapkan oleh
Khoirunnisa adalah Alat ini kurang fleksibel untuk dibawa karna ukuran yang
memang besar dan tidak bisa ditekuk.
Selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Khoirunnisa
(2013) bahwa tidak ada satu strategi pun yang tidak luput dari suatu
kekurangan, tetapi kekurangan tersebut bukanlah penghalang dalam penelitian
15. 15
ini, karena media dakon sangat tepat digunakan sebagai upaya meningkatkan
penguasaan konsep matematika siswa karena selain siswa dapat belajar secara
langsung, siswa juga dapat bermain untuk menghilangkan kejenuhannya dalam
belajar.
C. Penguasaan Kompetensi Matematika Siswa dalam Konsep Perkalian
1. Penguasaan Siswa dalam Kompetensi Matematika
Dalam Kurikulum 2013, seluruh muatan pembelajaran itu terpadu
menjadi satu kesatuan yang diintegrasikan pada suatu pembelajaran yang
disebut dengan Tematik. Mata Pelajaran yang dipadukan menjadi satu kesatuan
yang berbentuk tema, sehingga dalam tematik muatan mata pelajaran dikatakan
sebagai Kompetensi. Salah satu muatan mata pelajaran yang termasuk dalam
Tematik Terpadu adalah Kompetensi Matematika.
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada
tujuan yaitu agar siswa mampu mengusai sesuatu berdasarkan pengalaman
belajarnya. Penguasaan ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena
dengan penguasaan akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.
Pengertian penguasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1991:213) diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk
menggunakan pengetahuan, kepandaian dan sebagainya. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa penguasaan adalah pemahaman.
Pemahaman bukan saja berarti mengetahui yang sifatnya mengingat (hafalan)
saja, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain atau dengan
kata-kata sendiri sehingga mudah dimengerti makna bahan yang dipelajari,
tetapi tidak mengubah arti yang ada didalamnya.
Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa
sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan
bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan
siswa menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami
konsep atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan
16. 16
mempunyai susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan
tetapi maksudnya sama.
Menurut Patria (2007:21) dalam Subintarayani (2014) mengatakan
apa yang dimaksud pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa
penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui
atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan
kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi
data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif
yang dimilikinya.
Adapun penguasaan kompetensi Matematika yang diharapkan
dalam tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut (1) menunjukkan sikap
positif bermatematika: logis, kritis, cermat dan teliti, jujur, bertanggung jawab,
dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan masalah, sebagai wujud
implementasi kebiasaan dalam inkuiri dan eksplorasi matematika, (2) memiliki
rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika, yang terbentuk
melalui pengalaman belajar, (3) menghargai perbedaan dan dapat
mengidentifikasi kemiripan dan perbedaan berbagai sudut pandang, (4)
mengklasifikasi berbagai benda berdasar bentuk, warna, serta alasan
pengelompokannya, (5) mengidentifikasi dan menjelaskan informasi dari
komponen, unsur dari benda, gambar atau foto dalam kehidupan sehari-hari,
(6) menjelaskan pola bangun dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan
dugaan kelanjutannya berdasarkan pola berulang, (7) memahami efek
penambahan dan pengambilan benda dari kumpulan objek, serta memahami
penjumlahan dan pengurangan bilangan asli, bulat dan pecahan, (8)
menggunakan diagram, gambar, ilustrasi, model konkret atau simbolik dari
suatu masalah dalam penyelesaian masalah, (9) memberikan interpretasi dari
sebuah sajian informasi/data.
17. 17
2. Konsep Perkalian
Perkalian adalah operasi matematika penskalaan satu bilangan
dengan bilangan lain.
Operasi ini adalah salah satu dari empat operasi dasar di
dalam aritmetika dasar (yang lainnya adalah perjumlahan, perkurangan,
dan perbagian).
Perkalian terdefinisi untuk seluruh bilangan di dalam suku-suku
perjumlahan yang diulang-ulang; misalnya, 3 dikali 4 (seringkali dibaca "3 kali
4") dapat dihitung dengan menjumlahkan 3 salinan dari 4 bersama-sama, yaitu
3x4 = 4+4+4 = 12.
Konsep dasar perkalian adalah penjumlahan yang berulang, inilah
yang menyebabkan AxB berbeda dengan BxA, sebab AxB = B+B+B+B
(sebanyak Ax), sedangkan BxA = A+A+A+A (sebanyak Bx).
Misalnya dengan angka :
3x4 berbeda konsepnya dengan 4x3, karena 3x4 = 4+4+4 (sebanyak
3 kali) sedangkan 4x3 = 3+3+3+3 (sebanyak 4 kali) meskipun menghasilkan
hasil yang sama.
Inilah sebabnya sebagian besar dari siswa umumnya tidak mengerti
perbedaan pengertian antara AxB dengan BxA, dengan alasan ‘menghasilkan
angka akhir yang sama’ karena sifat Komutatif pada operasi bilangan bulat.
Tapi kita tidak menyadari bahwa sifat Komutatif ini hanya berorientasi pada
hasil akhir, sedangkan pada konsep keduanya berbeda. Hal ini berbeda pada
operasi penambahan yang memang memiliki konsep bersifat Komutatif.
Penanaman konsep sebuah operasi perhitung dimaksudkan agar
seorang anak mampu memahami pengertian dan latar belakang dari suatu
operasi perhitungan. Pemahaman terhadap konsep penjumlahan, pengurangan,
perkalian, maupun pembagian akan memberikan pengetahuan pada anak
tentang landasan dan keterkaitan antar operasi yang pada akhirnya anak
mampu untuk menggunakannya dalam pemecahan masalah.
18. 18
D. Kerangka Berpikir
Penguasaan Kompetensi Matematika tentang konsep perkalian dengan
menggunakan media dakon dalam proses pembelajaran diorientasikan pada proses
pembelajaran secara langsung, yaitu memotivasi siswa untuk menguasai konsep
perkalian lebih baik, dan memotivasi guru dan siswa untuk memanfaatkan media
dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan media ini, teori-teori mengenai
konsep perkalian dapat diterapkan secara nyata sehingga siswa akan mendapatkan
hasil yang nyata dalam menguasai konsep perkalian dengan baik dan benar.
Media yang digunakan berupa dakon dapat memancing motorik halus siswa
dalam menemukan konsep perkalian yang benar. Ini berarti bahwa dalam
penguasaan kompetensi Matematika, siswa diberi konsep penguasaan secara
nyata, sehingga siswa lebih cepat menguasai konsep teori dan dapat pula
meningkatkan penguasaan kompetensi Matematika tentang konsep perkalian
siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat diprediksi bahwa penggunaan media
dakon akan dapat meningkatkan penguasaan kompetensi matematika tentang
konsep perkalian siswa kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan tahun pelajaran
2015/2016
E. Hipotesis Tindakan
Jika dalam proses pembelajaran Tematik diterapkan media dakon
untuk penguasaan kompetensi Matematika tentang konsep perkalian, maka dapat
meningkatkan penguasaan kompetensi Matematika tentang konsep perkalian pada
siswa kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan Tahun Pelajaran 2015/2016.
19. 19
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subyek, Tempat, Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu
1. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II B SD Negeri 11
Pemecutan Tahun pelajaran 2015/2016. Dimana berjumlah 39 orang, terdiri
dari 19 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan.
Tabel 01.
Daftar Nama Siswa Kelas II B Tahun Pelajaran 2015/2016
No Nama Siswa Jenis Kelamin
1. I Kadek Adithya Wirya Putra L
2. Putu Agus Sastrawan L
3. Aminatuzzahra P
4. Ananda Akbar Bagus Putra L
5. Andi Sugi Warmajjunita P
6. Ida Bagus Kade Ariyasa Wiguna L
7.
Ni Kmg Ayu Deva Khiane
Maharani
P
8. Ayu Dian Yulianti Djami P
9. I Gede Adi Putra Pratama Yuda L
10. I Gusti Agung Aditya Jaya L
11. Ni Putu Cahaya Permatasari P
12. Catherina Anya Aurelia P
13. Ni Kadek Dwi Apriani P
14. I Kadek Dwiva Dharma Putra L
15. Fahmi Hosairi L
16. Ilham Fadhillah Putra L
19
53
20. 20
17. Putu Intan Nathania P
18. I Nyoman Irwan Tri Mahadivta L
19. Jessika Junita Putri Sabu P
20. Karel Kristin Agustina P
21. I Gusti Ayu Agung Kesya Devina P
22. Mutia Ramadani P
23. Ni Made Nadia Anya Wulandari P
24. I Komang Nata Kesuma Legawa L
25. Ida Bagus Nana Ajusta Dwi. P
26. Noevta Reni Novianti P
27. Naven Aditya Susanto L
28. Rachel Dwi Barykha P
29. Riki Firmansyah L
30. Made Richi Dwi Ananda L
31. Ni Nyoman Santi Sundaram P
32. Saskia Rahma Putri P
33. Gede Satria Adi Pratama L
34. Komang Seva Nanda Diastha L
35. Yaomi Fitria P
36. Ni Putu Yona Marsha Ayu P
37. Putu Rosky Prana Gatra L
38. Anak Agung Istri Tresna Ayu P
39. Rasya Alif Bani L
Siswa di sekolah ini umumnya berasal dari golongan menengah
kebawah, dimana rata-rata pekerjaan orang tua adalah pedagang maupun
wirausaha. Berdasarkan pengamatan peneliti, perbedaan tingkat kemampuan
21. 21
siswa antara siswa cerdas dan siswa kurang cerdas sangat dominan. Dan
kelompok siswa kurang cerdas ini lebih didominasi oleh siswa yang berasal
dari wilayah sekitar sekolah dan merupakan warga asli dari wilayah sekolah
ini, sedangkan siswa yang tergolong cerdas umumnya berasal dari luar
wilayah, atau siswa pindahan.
2. Tempat Penelitian
Penelitian mengenai peningkatan penguasaan kompetensi Matematika
tentang konsep perkalian dilakukan di kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan.
SD Negeri 11 Pemecutan ini beralamat di Jln. Gunung Batukaru, Kelurahan
Pemecutan, Kecamatan Denpasar Barat. SD Negeri 11 Pemecutan merupakan
sekolah yang mengalami regrouping atau penggabungan dua sekolah, yaitu
SD Negeri 11 Pemecutan dengan SD Negeri 22 Pemecutan, sehingga kini
memiliki kelas paralel sebanyak 12 kelas dengan jumlah siswa seluruhnya
466 siswa pada tahun ajaran 2015/2106. Sekolah ini memiliki 10 orang guru
PNS dan 17 orang guru honorer.
3. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran Tematik muatan
Matematika, dengan materi tentang konsep perkalian. Dimana dalam satu
minggu dilaksanakan dalam 2x pertemuan, yaitu pada minggu pertama hari
Senin tanggal 25 April 2016 dan Rabu tanggal 27 April 2016 dan minggu
kedua pada hari Senin tanggal 9 Mei 2016 dan pada hari Rabu tanggal 11 Mei
2016.
4. Pihak yang Membantu Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti dibantu oleh beberapa
pihak, yaitu sebagai berikut.
1. Tutor pembimbing mata kuliah Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP), yang sekaligus berperan sebagai Supervisor 1,
2. Kepala Sekolah SD Negeri 11 Pemecutan, serta
3. Teman sejawat yang berperan sebagai Supervisor 2.
22. 22
B. DesainProsedur Perbaikan Pembelajaran
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah proses penelitian yang
sistematis dan terencana melalui tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru di kelasnya sendiri (Schmuck, 1997 dalam PDGK 4501).
Adapun tahapan dalam penelitian tindakan tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Tahap Pertama : Menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan
perencanaan, yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,
oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pihak yang
melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang melakukan
pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti,
bukan guru yang sedang melakukan tindakan.
2. Tahap Kedua : Pelaksanaan Tindakan, yaitu implementasi atau
penerapan isi rancangan di dalam kancah yang mengenakan tindakan di
kelas. Dalam tahap ini guru harus taat pada apa yang sudah dirumuskan
dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan menghindari
kekakuan.
3. Tahap Ketiga : Pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh
pengamat. Ketika yang menjadi pengamat adalah guru yang bersangkutan,
maka mesti melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi
ketika tindakan berlangsung.
4. Tahap Keempat : Refleksi, atau pantulan, yaitu kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. (Suharsimi Arikunto,
2006, hlm. 98-99).
Dalam melaksanakan penelitian, rancangan merupakan hal yang
sangat penting untuk disampaikan. Tanpa rancangan, bisa saja alur penelitian akan
ngawur dalam pelaksanaannya. Untuk itu penulis memilih rancangan penelitian
tindakan kelas yang disampaikan oleh Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi
(2006) seperti yang terlihat pada gambar berikut.
23. 23
Gambar 01 Rancangan Penelitian
Yang dimaksud prosedur penelitian adalah langkah-langkah
operasional baik yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan,
observasi/evaluasi, maupun refleksi. Adapun pada Penelitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan sebanyak dua siklus, dimana setiap siklus diadakan selama satu
minggu dengan banyak pertemuan per siklus adalah 2 x pertemuan. Dalam
penelitian ini peneliti terlebih dahulu melaksanakan tes awal berupa tes diagnostik
untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan tindakan disamping
observasi. Dari hasil tes dan observasi awal maka dalam refleksi ditetapkan
tindakan yang digunakan untuk meningkatkan penguasaan siswa dalam
kompetensi matematika tentang konsep perkalian. Dalam penelitian ini media
yang digunakan adalah media dakon sehingga prosedur penelitian yang akan
dilakukan terdiri atas 4 tahap.
1. Perencanaan, adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi:
a. Membuat skenario pembelajaran
b. Membuat lembaran observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas ketika media dakon digunakan.
Permasalahan
Permasalahan baru
hasil refleksi
Apabila
permasalahan belum
terselesaikan
Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Refleksi Pengamatan/
Pengumpulan
Perencanaan
Tindakan II
Pelaksanaan
Tindakan II
Refleksi II Pengematan/
Pengumpulan Data II
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
24. 24
c. Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah penguasaan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal tentang konsep perkalian sudah mengalami
peningkatan.
2. Pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah dibuat.
3. Observasi dan evaluasi, kegiatan ini dilakukan pada pelaksanaan tindakan.
4. Refleksi, pada tahap ini hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan
evaluasi dianalisis. Kemudian guru mengadakan refleksi diri dengan
melihat data observasi, apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat
meningkatkan penguasaan siswa tentang konsep perkalian. Kelemahan
yang terjadi pada siklus sebelumnya akan diperbaiki pada siklus
berikutnya.
1. Siklus I
a. Rencana Tindakan
Berdasarkan observasi yang peneliti laksanakan di SD Negeri 11
Pemecutan pada penguasaan kompetensi Matematika dalam pembelajaran
Tematik, maka dirancang suatu pembelajaran yang dalam penerapannya
akan menggunakan media dakon. Agar pembelajaran tersebut dapat
diterapkan dengan baik dan sesuai dengan tujuan penelitian yang
dirumuskan, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, yaitu antara lain:
1) Guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
dengan menggunakan media dakon sebagai media
pembelajarannya.
2) Membuat soal tes (tes awal dan akhir).
3) Membuat lembar observasi.
4) Menentukan indikator keberhasilan KKM 70.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus I ini tindakan dilaksanakan 2 x pertemuan sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat, dimana masing-masing petemuan
diatur dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
mengimplementasikan media dakon.
25. 25
1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah
dijabarkan dalam RPP.
2) Siswa melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media
dakon.
3) Siswa menyelesaikan tugas.
4) Guru mengevaluasi dan memantapkan hasil kerja siswa.
5) Guru memberi tes formatif untuk mengetahui hasil
pembelajaran.
(Adapun RPP terlampir)
c. Pemantauan/Observasi dan Evaluasi
Pemantauan/ observasi dilakukan pada saat pelaksaan tindakan
yang meliputi hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan
menggunakan lembar pengamatan/ observasi. Sedangkan evaluasi
diberikan pada akhir pertemuan dengan menggunakan tes uraian/essay
singkat tentang semua materi yang sudah dibahas mengenai konsep
perkalian.
d. Refleksi
Didalam tahap refleksi ini data-data yang diperoleh melalui
observasi dikumpulkan dan dianalisa guna mengetahui seberapa jauh
proses pembelajaran yang telah membawa perubahan dan perubahan mana
yang terjadi. Refleksi diberikan untuk melihat sejauh mana penguasaan
siswa pada Siklus I. Berdasarkan hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar
untuk memperbaiki dan menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan
pada siklus I serta mencari cara untuk memecahkan masalah yang ada,
yang selanjutnya akan dirumuskan untuk pelaksanaan siklus selanjutnya.
2. Siklus II
a. Rencana Tindakan
Rencana untuk tindakan pada siklus II diambil setelah peneliti
mengamati dan mengidentifikasi data yang peneliti peroleh pada siklus
satu.
1) Mengidentifikasi masalah.
26. 26
2) Membuat rencana pembelajaran.
3) Memperjelas konsep perkalian dengan menggunakan media
dakon
4) Membuat lembar observasi.
5) Merancang alat evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah merancang rencana tindakan berdasarkan siklus I, maka
peneliti dapat melaksanakan tindakan pada siklus II.
1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang
telah direncanakan.
2) Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja.
3) Memberi kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum
jelas.
4) Guru memberi tes/evaluasi secara individu untuk
mengetahui hasil pembelajaran.
5) Guru menilai pemahaman siswa.
(Adapun RRP terlampir)
c. Pemantauan/Observasi dan Evaluasi
Didalam observasi ini dilaksanakan terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh pada siklus II diobservasi lalu
dikumpulkan lalu dianalisa guna mengetahui seberapa jauh proses
pembelajaran telah membawa perubahan dibandingkan siklus I serta
seberapa besar perubahan yang terjadi.
C. Teknik Analisis Data
Data tentang penguasaan kompetensi matematika siswa tentang
konsep perkalian yang dikumpulkan melalui tes pemahaman siswa melalui lembar
27. 27
soal evaluasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dianalisis menggunakan
metode analisis deskriptif-kuantitatif.
Untuk data kuantitatif dianalisis dengan mencari mean, median,
modus, standar deviasi, membuat interval kelas dan melakukan penyajian dalam
bentuk grafik dan tabel. Mean bertujuan untuk mengukur/mengetahui nilai rata-
rata dari skor yang diperoleh siswa secara klasikal. Median bertujuan untuk
mengetahui nilai titik tengah dari suatu distribusi, sedangkan modus bertujuan
untuk mengetahui nilai/skor yang paling sering muncul dalam suatu distribusi.
Berikut ini, akan disajikan rumus-rumus yang digunakan dalam
menganalisis pemahaman siswa terhadap suatu konsep.
Rumus menghitung interval kelas :
Ket :
K = 1 + 3.3 log n
R = Skor tertinggi – skor terendah
Rumus menghitung Nilai Rata-rata (Mean) :
Ket :
M = Rata-rata Hasil
Fx = Frekuensi x Skor
N = Jumlah sample
(Koyan, 2009:13)
Rumus Menghitung Median (Me)
Ket :
Me= median
b = batas bawah dari daerah median
p = panjang kelas
i = R
K
M = Σ f x
N
𝑀𝑒 = 𝑏 + 𝑝 {
1
2
𝑛−𝐹
𝑓
}
28. 28
n = banyak data/jumlah sample
F = f kumulatif sebelum kelas median (jumlah semua frekuansi sebelum
kelas median)
f = frekuensi kelas/daerah median
(Agung, 2009:95)
Rumus Menghitung Modus (Mo)
Ket :
Mo = Modus
b = batas bawah kelas modal, yaitu interval kelas dengan frekuensi
terbanyak
p = panjang kelas modal
b1 = frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval terdekat
yang lebih rendah
b2 = frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval terdekat
yang lebih tinggi
(Agung, 2009:95)
Hasil perhitungan mean, median, modus tersebut digambarkan dalam
grafik polygon. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan posisi
tendensi sentral yaitu mean, median, modus dalam suatu distribusi. Jika Mo < Me
< M, maka kurva disebut juling positif dan jika Mo > Me > M, maka kurva
disebut juling negative (Koyan, 2009:16 dalam Agung, 2010:96)
Dari rumus-rumus tersebut diperoleh kategori penilaian sebagai
berikut dalam bentuk tabel :
𝑀𝑜 = 𝑏 + 𝑝 [
𝑏1
𝑏1 + 𝑏2
]
29. 29
Tabel 02.
Pedoman Penskoran Penguasaan Kompetensi Matematika tentang Konsep
Perkalian dalam Pembelajaran Tematik
No Nilai Rata-rata Kategori
1. 86-100 Sangat Baik (A)
2. 70-89 Baik (B)
3. 56-69 Cukup (C)
4. 41-55 Kurang (D)
5. < 41 Sangat Kurang (E)
Tabel 03.
Pedoman Penskoran Aktivitas Belajar Siswa Kelas II B Tahun Pelajaran
2015/2016
No Persentase Kategori
1. 90-100 Sangat Aktif
2. 70-89 Aktif
3. 50-69 Cukup Aktif
4. 30-49 Kurang Aktif
5. 0-29 Sangat Tidak Aktif
Persentase ketuntasan belajar siswa yang dipakai dalam penelitian ini
adalah minimal 75% siswa mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah.
D. Indikator Keberhasilan
Indikator adalah tanda atau ciri kuantitatif yang menunjukan bahwa
tujuan tercapai. Peneliti harus dapat menetapkan dengan tegas tentang :
1. Indikator apa yang dipakai untuk menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
keaktifan siswa.
2. Indikator apa yang akan digunakan untuk menunjukkan bahwa penguasaan
siswa meningkat.
3. Apakah dapat diukur sesuai dengan indikator keberhasilan?
30. 30
4. Apakah jelas cara penilaiannya? (tidak sulit mengetahui beberapa persen
siswa yang memenuhi KKM, yaitu dengan cara memeriksa (skoring)
kertas pekerjaan ulangan siswa, menghitung jumlah siswa yang mendapat
skor minimal sesuai dengan KKM (misalkan n orang), kemudian membagi
n dengan jumlah total siswa dan mengalikannya dengan 100%.
Pembuatan indikator sangat penting untuk mengetahui:
1. Apa yang diukur
2. Apa alat ukurnya
3. Dimana sumber datanya
4. Kapan siklus berhenti
Dalam penelitian tindakan kelas ini, diuraikan beberapa indikasi
bahwa tujuan penelitian telah tercapai adalah :
1. Minimal 75% siswa mencapai KKM.
2. Skor rata-rata perolehan minimal 70.
31. 31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian dilaksanakan di kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan pada
semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Kelas dalam keadaan bersih, meja dan
kursi siswa tersusun rapi. Ketika peneliti memasuki kelas pada pelaksanaan siklus
I dan II, siswa dalam keadaan siap untuk mengikuti pelajaran. Sementara itu dari
pengamatan yang dapat diperoleh oleh peneliti sebelum melakukan penelitian
tindakan kelas, penguasaan siswa kelas II B dalam pembelajaran tematik muatan
matematika tentang konsep perkalian masih rendah.
Setiap tindakan yang direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan
hasil refleksi atau tindakan sebelumnya. media pembelajaran yang digunakan
dalam merancang dan melaksanakan PTK di kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan
adalah media dakon. Tahap – tahap pembelajaran yang direncanakan dan
dilaksanakan oleh peneliti meliputi ; apersepsi, eksplorasi, pembentukan dan
pengembangan konsep dan refleksi. Materi yang dipelajari tentang konsep
perkalian.
Penilaian proses dan penilaian hasil belajar dilaksanakan pada siklus I
dan II. Berdasarkan rencana tersebut maka jumlah jam tatap muka pada penelitian
ini adalah dua kali pertemuan ( 2 X 2 Jam Pelajaran ) dalam masing-masing
siklus.
1. Siklus I
a. Deskripsi Kegiatan
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai pelaksanaan tindakan
dan hasil observasi kegiatan baik guru maupun siswa serta observasi situasi
dan kondisi dengan menggunakan media dakon untuk meningkatkan
penguasaan kompetensi matematika dalam pembelajaran tematik siswa
kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan, maka pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar pada siklus I diawali dengan :
5353
32. 32
1) Membuka pelajaran ( 15‘ )
a) Motivasi dan absensi
b) Menjelaskan standar kompetensi yang akan dipelajari.
c) Menyiapkan alat peraga yaitu media dakon dan bijinya
2) Kegiatan Inti ( 40’ )
a) Guru menerangkan tentang konsep perkalian secara singkat.
b) Guru menjelaskan cara menggunakan dakon kepada anak-anak
dengan memberikan contoh soal sebagai perkenalan kepada
siswa.
c) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempergunakan dakon yang mereka bawa dalam menghitung
perkalian.
d) Guru memberikan latihan secara berkelompok dua orang
siswa.
e) Guru bersama siswa membuat kesimpulan
3) Penutup ( 15’)
a) Bersama siswa membuat kesimpulan akhir
Siswa diberi tugas untuk melengkapi materi pembelajaran.
b. Analisis Data
Analisis hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I dalam
pelaksanaan kegiatan serta penilaian proses belajar mengajar dengan
menggunakan media dakon dalam konsep perkalian adalah sebagai
berikut.
1) Observasi Proses Pembelajaran
Hasil observasi pada siklus I diperoleh gambaran tentang
sikap dan perilaku siswa dalam hal kesungguhan siswa. Perhatian
siswa mulai terpusat pada pelajaran walaupun belum maksimal.
Sedangkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran Tematik
kompetensi Matematika mulai meningkat. Siswa lebih bersemangat
jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum menggunakan media
dakon.
33. 33
Kemajuan siswa terlihat dalam hal keberanian
mengemukakan pendapat. Hal ini seperti digambarkan pada tabel 4.1.
Pada umumnya siswa mulai berani mendemonstrasikan dakon ke
depan kelas, hal ini terlihat dari keaktifan siswa bertanya tentang
materi yang belum dimengerti dan setiap siswa selalu berusaha
menjawab pertanyaan dengan benar tanpa malu – malu lagi.
Keberanian siswa juga semakin terlihat ketika harus tampil untuk
menjawab pertanyaan di papan tulis. keseluruhan tingkat aktifitas
siswa adalah 66,64 termasuk kategori cukup baik.
Tabel 04. Tingkat Aktifitas Siswa Pada Siklus I
No Nama Siswa
Komponen yang diamati
Percaya
Diri
Cermat
Tanggung
Jawab
Nilai
Rata-
rata
1.
I Kadek Adithya
Wirya Putra
60 60 65 62
2. Putu Agus Sastrawan
65 60 60 62
3. Aminatuzzahra
60 60 65 62
4.
Ananda Akbar Bagus
Putra
60 60 65 62
5.
Andi Sugi
Warmajjunita
70 70 70 70
6.
Ida Bagus Kade
Ariyasa Wiguna
75 75 75 75
7.
Ni Kmg Ayu Deva
Khiane Maharani
60 60 65 62
8.
Ayu Dian Yulianti
Djami
70 70 70 70
9.
I Gede Adi Putra
Pratama Yuda
70 70 70 70
10.
I Gusti Agung Aditya
Jaya
75 75 75 75
11.
Ni Putu Cahaya
Permatasari
60 60 65 62
12.
Catherina Anya
Aurelia
60 60 65 62
34. 34
13. Ni Kadek Dwi Apriani
60 60 65 62
14.
I Kadek Dwiva
Dharma Putra
75 75 75 75
15. Fahmi Hosairi
60 60 65 62
16. Ilham Fadhillah Putra
75 75 75 75
17. Putu Intan Nathania
75 75 75 75
18.
I Nyoman Irwan Tri
Mahadivta
65 60 60 62
19.
Jessika Junita Putri
Sabu
60 60 65 62
20. Karel Kristin Agustina
60 60 65 62
21.
I Gusti Ayu Agung
Kesya Devina
75 75 75 75
22. Mutia Ramadani
60 60 65 62
23.
Ni Made Nadia Anya
Wulandari
75 75 75 75
24.
I Komang Nata
Kesuma Legawa
65 60 60 62
25.
Ida Bagus Nana
Ajusta Dwi.
75 75 75 75
26. Noevta Reni Novianti
60 60 65 62
27. Naven Aditya Susanto
60 60 65 62
28. Rachel Dwi Barykha
75 75 75 75
29. Riki Firmansyah
60 60 65 62
30.
Made Richi Dwi
Ananda
60 60 65 62
31.
Ni Nyoman Santi
Sundaram
80 80 80 80
32. Saskia Rahma Putri
75 75 75 75
33.
Gede Satria Adi
Pratama
60 60 65 62
34.
Komang Seva Nanda
Diastha
60 60 65 62
35. 35
35. Yaomi Fitria
60 65 65 63
36.
Ni Putu Yona Marsha
Ayu
60 60 65 62
37.
Putu Rosky Prana
Gatra
60 60 65 62
38.
Anak Agung Istri
Tresna Ayu
70 70 70 70
39. Rasya Alif Bani
65 60 60 62
Rata-rata
65,89 65,51 67,94 66,64
2) Paparan Hasil Pemahaman Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus I mengenai
penguasaan siswa mengenai konsep perkalian, melalui media dakon
diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah
100 dan nilai terendah adalah 50, serta rata-rata penguasaan siswa
sebesar 70,02. Adapun rata-rata penguasaan siswa siklus I melalui
penggunaan media dakon adalah 70,02 dan ketuntasan individual
baru mencapai 43,59%. Hal ini memberikan indikator bahwa proses
pembelajaran belum mencapai tujuan yang diharapkan guru yang
tertuang dalam indikator kinerja lebih dari 75% dari jumlah siswa
dalam kelas telah mencapai ketuntasan individual, sehingga perlu
dilaksanakan siklus II.
36. 36
Tabel 05.
Daftar Nilai Perolehan Siswa pada Evaluasi Siklus I
No Nama Siswa Nilai Ket
1. I Kadek Adithya Wirya Putra
65 Belum
Tuntas
2. Putu Agus Sastrawan
65 Belum
Tuntas
3. Aminatuzzahra
65 Belum
Tuntas
4. Ananda Akbar Bagus Putra
70 Belum
Tuntas
5. Andi Sugi Warmajjunita 83 Tuntas
6. Ida Bagus Kade Ariyasa Wiguna 88 Tuntas
7. Ni Kmg Ayu Deva Khiane Maharani
65 Belum
Tuntas
8. Ayu Dian Yulianti Djami 75 Tuntas
9. I Gede Adi Putra Pratama Yuda 80 Tuntas
10. I Gusti Agung Aditya Jaya 80 Tuntas
11. Ni Putu Cahaya Permatasari
65 Belum
Tuntas
12. Catherina Anya Aurelia
55 Belum
Tuntas
13. Ni Kadek Dwi Apriani
50 Belum
Tuntas
14. I Kadek Dwiva Dharma Putra 80 Tuntas
15. Fahmi Hosairi
55 Belum
Tuntas
37. 37
16. Ilham Fadhillah Putra 85 Tuntas
17. Putu Intan Nathania 80 Tuntas
18. I Nyoman Irwan Tri Mahadivta
65 Belum
Tuntas
19. Jessika Junita Putri Sabu
50 Belum
Tuntas
20. Karel Kristin Agustina
60 Belum
Tuntas
21. I Gusti Ayu Agung Kesya Devina 80 Tuntas
22. Mutia Ramadani
60 Belum
Tuntas
23. Ni Made Nadia Anya Wulandari 80 Tuntas
24. I Komang Nata Kesuma Legawa
60 Belum
Tuntas
25. Ida Bagus Nana Ajusta Dwi.
65 Belum
Tuntas
26. Noevta Reni Novianti 75 Tuntas
27. Naven Aditya Susanto 75 Tuntas
28. Rachel Dwi Barykha 85 Tuntas
29. Riki Firmansyah
60 Belum
Tuntas
30. Made Richi Dwi Ananda
55 Belum
Tuntas
31. Ni Nyoman Santi Sundaram 90 Tuntas
32. Saskia Rahma Putri 80 Tuntas
33. Gede Satria Adi Pratama
65 Belum
Tuntas
38. 38
34. Komang Seva Nanda Diastha
60 Belum
Tuntas
35. Yaomi Fitria
70 Belum
Tuntas
36. Ni Putu Yona Marsha Ayu
70 Belum
Tuntas
37. Putu Rosky Prana Gatra
65 Belum
Tuntas
38. Anak Agung Istri Tresna Ayu 80 Tuntas
39. Rasya Alif Bani 75 Tuntas
Rata-rata (mean) 70,02
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
43,59
%
Tabel. 06. Deskripsi Pemahaman Siswa Pada Siklus I
Interval Frekuensi Persentase Kategori
86 – 100 2 5,14 % Sangat Baik
70 - 85 18 46,15 % Baik
56 – 69 14 35,89 % Cukup
41 – 55 5 12,82 % Kurang
< 40 - - Sangat kurang
Jumlah 39 100 %
3) Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data pada
siklus I, peneliti dapat merefleksikan kegiatan yang sudah
dilakukan, maka didapat hasil sebagai berikut karena guru pada
saat pelaksanaan pembelajaran, media dakon yang digunakan
belum sepenuhnya memotivasi siswa dan guru dalam memberikan
penugasan kurang jelas. Secara klasikal, penguasaan siswa belum
mencapai ketuntasan belajar.
39. 39
2. Siklus II
a. Deskripsi Kegiatan
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai pelaksanaan
tindakan dan hasil observasi kegiatan baik guru maupun siswa serta
observasi situasi dan kondisi dengan menggunakan media dakon
untuk meningkatkan penguasaan kompetensi matematika dalam
pembelajaran tematik siswa kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan
tentang konsep perkalian pada Siklus I, maka kegiatan yang
dilaksanakan pada Siklus II adalah sebagai berikut.
1) Membuka pelajaran ( 15‘ )
a) Motivasi dan absensi
b) Menjelaskan kompetensi dasar yang akan dipelajari.
c) Menyiapkan media pembelajaran yaitu media dakon.
2) Kegiatan Inti ( 40’ )
a) Guru menerangkan tentang konsep perkalian secara singkat.
b) Guru menjelaskan cara menggunakan dakon kepada anak-anak
dengan memberikan contoh soal sebagai perkenalan kepada
siswa.
c) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempergunakan dakon yang mereka bawa dalam menghitung
perkalian.
d) Guru memberikan latihan secara berkelompok dua orang siswa.
e) Guru bersama siswa membuat kesimpulan
3) Penutup ( 15’)
a) Bersama siswa membuat kesimpulan akhir
b) Siswa diberi tugas untuk melengkapi materi pembelajaran.
b. Analisis Data
1) Observasi Proses Pembelajaran
Hasil observasi pada siklus II menunjukkan peningkatan
yang cukup signifikan. Kesungguhan semangat siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran tematik muatan matematika lebih
40. 40
meningkat. Seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan penuh
semangat, tidak ada yang malas atau kurang bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran. Keberanian siswa untuk mengemukakan
pendapat juga semakin meningkat. Siswa sudah berani untuk
mengungkapkan pendapat, mengomentari ataupun mengungkapkan
ide-idenya.
Hal ini terbukti pembelajaran menjadi menyenangkan,
siswa merasakan manfaatnya secara menyeluruh sehingga siswa
menguasai konsep perkalian secara nyata melalui proses yang
menyenangkan.
Tabel 07. Tingkat Aktifitas Siswa Pada Siklus II
No Nama Siswa
Komponen yang diamati
Percaya
Diri
Cermat
Tanggung
Jawab
Nilai
Rata-
rata
1.
I Kadek Adithya
Wirya Putra
70 70 70 70
2.
Putu Agus
Sastrawan
70 70 70 70
3. Aminatuzzahra
70 70 70 70
4.
Ananda Akbar
Bagus Putra
70 70 70 70
5.
Andi Sugi
Warmajjunita
80 80 80 80
6.
Ida Bagus Kade
Ariyasa Wiguna
80 80 85 82
7.
Ni Kmg Ayu Deva
Khiane Maharani
70 70 75 72
8.
Ayu Dian Yulianti
Djami
80 80 80 80
9.
I Gede Adi Putra
Pratama Yuda
80 80 80 80
41. 41
10.
I Gusti Agung
Aditya Jaya
80 80 85 82
11.
Ni Putu Cahaya
Permatasari
70 70 75 72
12.
Catherina Anya
Aurelia
70 70 75 72
13.
Ni Kadek Dwi
Apriani
70 70 75 72
14.
I Kadek Dwiva
Dharma Putra
85 80 80 82
15. Fahmi Hosairi
75 70 70 72
16.
Ilham Fadhillah
Putra
85 80 85 73
17. Putu Intan Nathania
80 80 80 80
18.
I Nyoman Irwan Tri
Mahadivta
70 70 75 72
19.
Jessika Junita Putri
Sabu
70 70 75 72
20.
Karel Kristin
Agustina
70 70 75 72
21.
I Gusti Ayu Agung
Kesya Devina
85 85 85 85
22. Mutia Ramadani
70 70 75 72
23.
Ni Made Nadia
Anya Wulandari
75 75 75 75
24.
I Komang Nata
Kesuma Legawa
70 70 75 72
25.
Ida Bagus Nana
Ajusta Dwi.
75 75 75 75
26.
Noevta Reni
Novianti
70 70 75 72
27.
Naven Aditya
Susanto
70 70 75 72
42. 42
28.
Rachel Dwi
Barykha
85 85 80 83
29. Riki Firmansyah
70 70 75 72
30.
Made Richi Dwi
Ananda
70 70 75 72
31.
Ni Nyoman Santi
Sundaram
85 85 85 85
32. Saskia Rahma Putri
80 80 80 80
33.
Gede Satria Adi
Pratama
70 70 75 72
34.
Komang Seva
Nanda Diastha
70 70 75 72
35. Yaomi Fitria
70 70 75 72
36.
Ni Putu Yona
Marsha Ayu
70 70 75 72
37.
Putu Rosky Prana
Gatra
70 70 75 72
38.
Anak Agung Istri
Tresna Ayu
75 70 75 73
39. Rasya Alif Bani
65 65 65 65
Rata-rata
74,10 73,59 76,28 74,56
2) Paparan Pemahaman Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai
penguasaan matematika tentang konsep perkalian, melalui media
dakon diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden
adalah 100 dan nilai terendah adalah 70, serta rata-rata penguasaan
siswa sebesar 81,59. Adapun rata-rata penguasaan siswa siklus II
melalui penggunaan media dakon adalah 81,59 dan ketuntasan belajar
43. 43
telah mencapai 87,18 %. Hal ini memberikan indikator bahwa proses
pembelajaran telah mencapai tujuan yang diharapkan guru yang
tertuang dalam indikator keberhasilan lebih dari 75% dari jumlah
siswa dalam kelas telah mencapai ketuntasan belajar.
Tabel 08.
Daftar Nilai Perolehan Siswa pada Evaluasi Siklus II
No Nama Siswa Nilai Ket
1. I Kadek Adithya Wirya Putra
75 Tuntas
2. Putu Agus Sastrawan
75 Tuntas
3. Aminatuzzahra
70 Belum
Tuntas
4. Ananda Akbar Bagus Putra
80 Belum
Tuntas
5. Andi Sugi Warmajjunita
85 Tuntas
6. Ida Bagus Kade Ariyasa Wiguna
100 Tuntas
7.
Ni Kmg Ayu Deva Khiane
Maharani
75 Tuntas
8. Ayu Dian Yulianti Djami
85 Tuntas
9. I Gede Adi Putra Pratama Yuda
90 Tuntas
10. I Gusti Agung Aditya Jaya
95 Tuntas
11. Ni Putu Cahaya Permatasari
80 Tuntas
12. Catherina Anya Aurelia
70 Belum
Tuntas
13. Ni Kadek Dwi Apriani
70 Belum
Tuntas
14. I Kadek Dwiva Dharma Putra
88 Tuntas
44. 44
15. Fahmi Hosairi
70 Belum
Tuntas
16. Ilham Fadhillah Putra
100 Tuntas
17. Putu Intan Nathania
90 Tuntas
18. I Nyoman Irwan Tri Mahadivta
80 Tuntas
19. Jessika Junita Putri Sabu
72 Tuntas
20. Karel Kristin Agustina
75 Tuntas
21. I Gusti Ayu Agung Kesya Devina
90 Tuntas
22. Mutia Ramadani
80 Tuntas
23. Ni Made Nadia Anya Wulandari
95 Tuntas
24. I Komang Nata Kesuma Legawa
75 Tuntas
25. Ida Bagus Nana Ajusta Dwi.
80 Tuntas
26. Noevta Reni Novianti
75 Tuntas
27. Naven Aditya Susanto
74 Tuntas
28. Rachel Dwi Barykha
95 Tuntas
29. Riki Firmansyah
75 Tuntas
30. Made Richi Dwi Ananda
75 Tuntas
31. Ni Nyoman Santi Sundaram
100 Tuntas
32. Saskia Rahma Putri
88 Tuntas
33. Gede Satria Adi Pratama
70 Belum
Tuntas
45. 45
34. Komang Seva Nanda Diastha
80 Tuntas
35. Yaomi Fitria
80 Tuntas
36. Ni Putu Yona Marsha Ayu
85 Tuntas
37. Putu Rosky Prana Gatra
85 Tuntas
38. Anak Agung Istri Tresna Ayu
80 Tuntas
39. Rasya Alif Bani
75 Tuntas
Rata-rata (mean)
81,59
Persentase Ketuntasan Belajar
Siswa
87,18
%
3) Refleksi
Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai
penguasaan kompetensi matematika tentang konsep perkalian dengan
menggunakan media dakon diperoleh data untuk nilai tertinggi yang
diperoleh responden adalah 100 dan nilai terendah adalah 70, serta
rata-rata hasil belajar adalah sebesar 81,59.
Tabel. 09. Deskripsi Pemahaman Siswa Pada Siklus II
Interval Frekuensi Persentase Kategori
86 - 100 11 28,21 % Baik sekali
70 - 85 28 71,79 % Baik
56 – 69 - - Cukup
41 – 55 - - Kurang
< 40 - - Sangat kurang
Jumlah 39 100
Adapun ketuntasan belajar siswa telah mencapai 87,18 %.
Hal ini memberikan indikator bahwa proses pembelajaran sudah
mencapai tujuan yang diharapkan guru yang tertuang dalam indikator
46. 46
kinerja lebih dari 75 % dari jumlah siswa dalam kelas telah mencapai
ketuntasan secara klasikal, sehingga penelitian tindakan kelas
dinyatakan berhasil dan tidak perlu mengadakan siklus berikutnya.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media
dakon terbukti dapat meningkatkan penguasaan kompetensi
matematika dalam pembelajaran tematik siswa kelas II B SD Negeri
11 Pemecutan dalam memahami konsep perkalian.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan II yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media
dakon terbukti dapat meningkatkan penguasaan kompetensi
matematika tentang konsep perkalian dalam pembelajaran tematik
siswa kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan. Hal tersebut dapat dilihat
dari peningkatan penguasaan siswa, terjadi peningkatan pemahaman
dari rata-rata 70,02 pada siklus I menjadi 81,59 pada siklus II.
Tabel 10.
Hasil Penguasaan Kompetensi Matematika tentang konsep Perkalian dalam
Pembelajaran Tematik siswa Kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan Tahun
Pelajaran 2015/2016
No. Nama Siswa
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
TP AB TP AB TP AB
1
I KADEK ADITHYA
WIRYA PUTRA
50 60 65 62 75 70
2
PUTU AGUS
SASTRAWAN
60 60 65 62 75 70
3 AMINATUZZAHRA 50 65 65 62 70 70
4
ANANDA AKBAR
BAGUS PUTRA
65 70 70 62 80 70
5
ANDI SUGI
WARMAJJUNITA
75 75 83 70 85 80
6
IDA BAGUS KADE
ARIYASA WIGUNA
85 60 88 75 100 82
47. 47
7
NI KMG AYU DEVA
KHIANE MAHARANI
60 60 65 62 75 72
8
AYU DIAN YULIANTI
DJAMI
75 60 75 70 85 80
9
I GEDE ADI PUTRA
PRATAMA YUDA
65 60 80 70 90 80
10
I GUSTI AGUNG
ADITYA JAYA
70 70 80 75 95 82
11
NI PUTU CAHAYA
PERMATASARI
65 60 65 62 80 72
12
CATHERINA ANYA
AURELIA
50 60 55 62 70 72
13
NI KADEK DWI
APRIANI
40 60 50 62 70 72
14
I KADEK DWIVA
DHARMA PUTRA
78 70 80 75 88 82
15 FAHMI HOSAIRI 55 60 55 62 70 72
16
ILHAM FADHILLAH
PUTRA
88 60 85 75 100 73
17
PUTU INTAN
NATHANIA
80 70 80 75 90 80
18
I NYOMAN IRWAN
TRI MAHADIVTA
55 60 65 62 80 72
19
JESSIKA JUNITA
PUTRI SABU
50 60 50 62 72 72
20
KAREL KRISTIN
AGUSTINA
50 60 60 62 75 72
21
I GUSTI AYU AGUNG
KESYA DEVINA
80 70 80 75 90 85
22 MUTIA RAMADANI 60 60 60 62 80 72
23
NI MADE NADIA
ANYA WULANDARI
75 65 80 75 95 75
24
I KOMANG NATA
KESUMA LEGAWA
60 60 60 62 75 72
49. 49
Keterangan:
TP : Tingkat Penguasaan Siswa
AB : Aktivitas Belajar
Dengan demikian, apabila data tersebut disajikan dengan
diagram, maka hasilnya yaitu:
Gambar 02
Diagram Tingkat Penguasaan dan Aktivitas Belajar Kompetensi Matematika
tentang Konsep Perkalian Siswa Kelas II B SDN 11 Pemecutan Tahun
Pelajaran 2015/2016
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dengan media dakon dilaksanakan sesuai
dengan skenario dan selalu diperbaiki dengan tujuan agar terjadi peningkatan
pembelajaran pada setiap siklus. Proses pembelajaran yang dilaksanakan
menekankan pada aktivitas dan interaksi di antara siswa di mana siswa SD masih
berada pada tahap operasional konkret yang perkembangan berpikirnya dimulai
dari yang konkret dan memiliki karakteristik tertentu. Penggunaan media dakon
dapat membuat penguasaan siswa meningkat karena siswa sangat antusias dan
tidak bosan.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Tk.Penguasaan
Ak.Belajar
50. 50
Tindakan dilaksanakan berdasarkan data pra siklus. Pada awalnya
siswa kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan masih menggunakan strategi
konvensional, walaupun peneliti/guru sudah menjelaskan materi dengan pelan dan
jelas, kebanyakan siswa masih kurang mengerti materi yang telah diberikan,
namun saat peneliti/guru bertanya apakah ada siswa yang belum mengerti, tidak
ada satupun siswa yang mengangkat tangan, sehingga untuk menguji
kebenarannya peneliti/guru memberikan tugas/soal, saat tugas dikerjakan itulah
siswa yang kurang memahami betul materi bertanya kepada teman-temannya,
alih-alih kepada guru. Hal tersebut menunjukkan harus dilakukan perbaikan dan
peningkatan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran. Oleh karena itu,
peneliti/guru menganggap media dakon merupakan media yang tepat untuk
pembelajaran Tematik Muatan Matematika tentang konsep perkalian pada siswa
kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I,
menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran yang diterapkan sebelumnya.
Pada saat pelaksanaan pembelajaran Siklus I, pertemuan pertama walaupun
Peneliti/guru sudah menjelaskan sebelumnya mengenai materi dengan
menggunakan media dakon, rupanya siswa masih kurang paham, sehingga saat
kegiatan pembelajaran, masih ada siswa yang belum antusias terhadap materi
walaupun telah menggunakan media. Namun setelah peneliti merefleksi kegiatan
pada pertemuan pertama, pada pertemuan kedua sikap siswa sedikit mengalami
perubahan, dimana siswa mulai tertib, dan mulai antusias mengikuti pelajaran
tematik muatan kompetensi Matematik. Dimana hasil penelitian pada siklus I,
mengalami peningkatan dibandingkan pada pembelajaran pra-siklus tanpa
mempergunakan media pembelajaran.
Ini bisa dilihat pada tabel 10. Dimana berdasarkan hasil tes evaluasi
tingkat penguasaan siswa sebelum digunakan media dakon hanya mencapai 64,46
dengan presentase ketuntasan 30,77%. Aktivitas siswa sebelum menggunakan
media dakon juga hanya mencapai rata-rata 63,21 dengan kategori cukup baik.
Kemudian dilakukan penelitian menggunakan media dakon pada siklus I
diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 100 dan nilai
51. 51
terendah adalah 50, serta rata-rata tingkat penguasan siswa meningkat menjadi
70,02 dengan presentase ketuntasan 43,59%. Sebanyak 17 siswa telah mencapai
dan melebihi KKM dan dapat dinyatakan tuntas dan sebanyak 22 siswa
dinyatakan tidak tuntas karena di bawah KKM yang ditetapkan yaitu 70.
Diperkuat lagi dengan nilai keaktifan siswa yang sedikit meningkat menjadi 66,64
meskipun masih dalam kategori cukup baik.Ketuntasan siswa masih di bawah
75%
Pada siklus II proses tindakan mengalami peningkatan dimana siswa
semakin percaya diri dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
aktivitas siswa yang aktif melakukan presentasi dengan menggunakan media
dakon di kelas terbukti nilai aktivitas siswa pada siklus II meningkat menjadi
74,56. Dengan demikian tingkat penguasaan siswa juga mengalami peningkatan
daripada hasil pada siklus I. hal ini dapat dilihat pada tabel 10. Dalam hal
penguasaan siswa, diperoleh data dimana hanya 5 orang siswa yang mendapat
nilai di bawah KKM, dan 34 orang siswa sudah mencapai dan melebihi KKM
dengan nilai rata-rata 81,59, sehingga mencapai ketuntasan 87,18%..
Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dakon terbukti
berdampak positif dan dapat meningkatkan penguasaan kompetensi matematika
tentang konsep perkalian siswa kelas II B SD Negeri 11 Pemecutan Tahun
Pelajaran 2015/2016.
Keberhasilan penelitian ini tidak lepas dari dukungan seluruh pihak
SD Negeri 11 Pemecutan terutama dari Kepala Sekolah dan Teman sejawat
sebagai supervisor 2, hal ini terlihat dari saran dan penilaian APKG yang
dilakukan oleh Kepala SD Negeri 11 Pemecutan selaku Penilai 1 dan Teman
sejawat selaku penilai 2 dan supervisor 2 baik dalam tahap perencanaan maupun
dalam pelaksanaan yang rata-ratanya terlihat berdasarkan tabel 11 di bawah ini.
52. 52
Tabel 11
Rata-rata perolehan penilaian APKG Siklus I dan Siklus II
No Siklus
Penilai I Penilai II Rata-
RataPerencanaan Pelaksanaan Perencanaan Pelaksanaan
1 Siklus I 4,29 4,58 4 4 4,22
2 Siklus II 4,95 4,74 4,74 4,96 4,85
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak hanya
penguasaan siswa saja yang hasilnya meningkat, tetapi juga kinerja dari guru
kelas II B terbukti dari rata-rata hasil penilaian APKG pada siklus I mendapat
nilai 4,22 meningkat pada siklus II menjadi 4,85.
53. 53
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri 11
Pemecutan pada kelas II B tahun pelajaran 2015/2016 bahwa penguasaan siswa
terhadap konsep perkalian sesudah menggunakan media dakon menunjukkan
peningkatan. Dari uraian pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
Tingkat penguasaan kompetensi matematika siswa dalam menguasai
konsep perkalian sebelum menggunakan media dakon hanya mencapai 64,46
dengan persentase ketuntasan hanya 30,77%. Namun, setelah diadakan
perbaikan pada siklus I dengan menggunakan media dakon, nilai yang dicapai
rata-rata meningkat menjadi menjadi 70,02 dengan persentase ketuntasan
mencapai 43,59%, demikian juga pada siklus II mengalami peningkatan
signifikan menjadi 81,59 dengan persentase ketuntasan mencapai 87,18% pada
siklus II dan hal ini diperkuat dengan hasil aktivitas anak dalam mengikuti
pembelajaran meningkat dari sebelum menggunakan media dakon hanya 63,21,
kemudian meningkat tipis pada siklus I yaitu 66,64, dan sangat meningkat pada
siklus 2 yakni 74,56..
B. Saran Tindak Lanjut
Setelah melaksanakan Penelitian Tindakan kelas ini, saran yang
dapat peneliti ajukan sebagai berikut;
1. Kepada guru harus menggunakan media pembelajaran yang bervariasi
untuk menghindari kejenuhan siswa. Selain media pembelajaran yang
bervariatif guru juga diharuskan untuk menggunakan strategi yang
menarik dan menyusun tugas terstruktur yang disesuaikan dengan materi
yang diajarkan.
2. Kepada guru harus selalu aktif melibatkan siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung;
53
54. 54
3. Kepada guru diharapkan selalu memotivasi siswa untuk selalu belajar di
rumah yaitu dengan cara memberikan tugas terstruktur bertujuan untuk
memahani materi lebih matang.
4. Kepada guru diharapkan menggunakan media dakon karena dapat
menumbuhkan tanggung jawab, rasa percaya diri siswa serta kemandirian
dalam menguasai materi pembelajaran.
5. Sekolah hendaknya memfasilitasi untuk kegiatan Penelitian Tindakan
Kelas yang dituangkan dalam RKS dan RKAS.
55. 55
DAFTAR PUSTAKA
Agung. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu
Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Undiksha.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Daar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara.
Karso, dkk. 2014. Pendidikan Matematika I (PDGK 4203). Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.
Khoirunnisa, Miftah. 2013. Media Pembelajaran dan Teknologi Matematika
Tentang Alat Peraga“DAKOTA”(Dakon Matematika) Dalam materi ajar
FPB dan KPK. Jakarta : Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah.
(online)
R. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Nasional.
Subintarayani, Ni Ketut. 2014. Penerapan Metode Resitasi Berbantuan Media
Audiovisual Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep
Benda dan Sifatnya Pada Siswa Kelas VI A SD Negeri 11 Pemecutan.
Skripsi : Universitas Terbuka
Sudjana, Nana. 2010. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Pt
Remaja Rosdakarya.
Sumantri M. dan Syaodih, N. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Tim-FKIP UT. 2014. Buku Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional
(PKP)-PGSD. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka
Wardhani, I.G.A.K, Wihardit, Kuswaya. 2014. Buku Materi Pokok: Penelitian
Tindakan Kelas. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka
Winataputra, Udin S. dkk. 2014. Pembelajaran PKn di SD (PDGK 4201).
Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
http://bocahtlatar.blogspot.co.id/2014/07/pengertian-penguasaan-konsep.html