Dokumen tersebut membahas latar belakang penelitian tentang saja' dalam kitab al-Hikam karya Ibnu 'Athaillah. Ia menjelaskan bahwa saja' adalah persamaan huruf akhir dalam dua kalimat berturut-turut, dan membahas tiga jenis saja' yaitu saja' mutarafu', saja' mursa', dan saja' mutawazi. Peneliti berniat mengkaji jenis-jenis saja' yang terdapat d
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah
Sejarah bangsa Arab mencatat bahwa pada umumnya kebiasaan bangsa arab
adalah gemar membuat syair. Factor lingkungan hidup dan kehidupan mereka
serta bahasa mereka yang puitis dan lisan mereka yang sangat fasih adalah
factor yang kuat untukmenolong mereka dalam membuat syair. Hal ini pula
yang menjadikan mereka menganggap bahwa syair adalah suatu kebiasaan
yang bersifat tradisional. Dalam sejarah kesusastraan, genre sastra arab
mengalami perkembangan dari masa ke masa. Masa jahiliyyah adalah fase
sastra arab yang sudah mengenal syair (puisi) dan asara (prosa). Sehingga
kehidupan orang arab pada waktu itu didominasi oleh penyair.
Dalam sebuah syari tentulah sang penyair tidak serta merta hanya menulis
sebuah kata dalam kerangka puisinya, namun di dalam sebuah syair itu sang
penyair memperhatikan keindahan bahasa dan ketinggian makna di dalamnya.
Diantara ilmu yang mempelajari keindahan, membuat serta mengkaji gaya
bahasa suatu kalimat adalah ilmu balaghah. Ilmu balaghah merupakan suatu
ilmu yang berlendaskan kejernihan jiwa dan ketelitian dalam menangkap
keindahan dan kejelasan perbedaan yang samara diantara macam-macam
ungkapan (ushlub). Adapun ilmu balaghah memiliki tiga cabang ilmu yang
salah satunya adalahilmu badi’, yang menjelaskan lafadz maupun keindahan
makna. Menurut Ali Jarim dan Amin, ilmu Badi’ adalah ilmu yang mencakup
keindahan-keindahan lafadz dan keindahanmakna. Adapun pembagian ilmu
Badi’ terbagi menjadi dua yaitu:
1. al Mukhasinnatu al-maknawiyyah (memperindah makna)
2. al-mukhasinnatu al-lafdziyatu (memperindah lafadz)
kitab al-Hikam adalah salah satu karya dari sekian banyak karya-karya Ibnu
‘Athaillah yang dipandang sebagai kitab kelas berat bukan saja karena struktur
kalimatnya yang bersastra tinggi, melainkan juga kedalaman makrifat yang
dituturkan lewat kalimat-kalimatnya yang singkat, bahasanya yang luar biasa
indah serta kata dan maknanya saling mendukung sehingga melahirkan
ungkapan-ungkapan yang menggetarkan.
Ibnu ‘Athaillah nama lengkapnya adalah Syekh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu
‘Athaillah as-Sakandari. Ia lahir di Iskandariah (Mesir) pada 648 H/ 1250 M,
dan meninggal di Kairo pada 1309 M. julukan al-Iskandari atau as-Sakandari
merujuk kota kelahirannya itu.
Sejak kecil, Ibnu ‘Athaillah dikenal gemar belajar. Ia menimba ilmu dari
beberapa syekh secara bertahap. Gurunya yang paling dekat adalah Abu al-
Abbas Ahmad ibnu Ali al-Anshari al-Mursi, murid dari Abu al-Hasan Al-
Syadzili, pendiri tarikat al-Syadzili. Dalam bidang fiqih ia sekaligus tokoh
tarikat al-Syadzili. Menganut dan menguasai Mazhab Maliki, sedangkan
dibidang tasawuf ia termasuk pengikut.
Ibnu ‘Athaillah tergolong ulama yang produktif. Tak kurang dari 20 karya
yang pernah dihasilkannya. Meliputi bidang tasawuf, tafsir, aqidah, hadits,
nahwu dan ushul fiqh. Dari beberapa karyanya itu yang paling terkenal adalah
2. kitab al-Hikam. Buku ini disebut-sebut sebagai magnum opusnya. Kitab itu
sudah beberapa kali disyarah. Antara lain oleh Muhammad bin Ibrahim ibnu
Ibad ar-Rasyid-Rundi, Syaikh Ahmad Zarruq dan Ahmad Ibnu Ajiba.
Beberapa kitab lainnya yang ditulis adalah al-Tanwir fi iaqath al-Tadbir,
Unwan at-Taufiq fi ‘dab al-Thariq, Miftah al-Falah dan al-Qaul al-Mujarrad fil
al-Ism al-Mufrad. Yang terakhir ini merupakan tanggapan terhadap Syekhul
Islam Ibnu Taimiyyah mengenai persoalan tauhid.
Disebabkan karena kitab al-Hikam karya ibnu ‘Athaillah mengandung
keidnahan bahasa dan gaya bahasa yang bersastra tinggi, di sini peneliti
tertarik untuk membahas atau mengkaji aspek keindahan lafadz dengan
membatasi kajiannya pada teori saja’.
Saja’ adalah samanya huruf akhir yang pada akhir kalimat, dari fasilah ialah
kata yang terakhir dari setiap bagian kalimat. Yang dimaksud fasilah yaitu kata
terakhir yang terdapat larik atau baris pada bait. Seperi contoh:
Menurut al-Hasyimi saja’ dalam bahasa arab dibagi menjadi tiga yaitu: as-
Saj’u al-Mutarafu’ (di ujung) yaitu dua akhir kata pada sajak itu berbeda
dalam pola (wazan) dan sama huruf akhirnya. Contoh:
Dari contoh ditas, dapat dilihat bahwa kata dan mempunyai huruf akhir yang
sama yaitu huruf kaf tetapi berebeda dalam pola (wazan) yaitu kata berpola
dengan menambah dhomir muttasil berupa huruf kaf sedangkan kata adalah
huruf jar dengan tambahan dhomir muttasil yaitu kaf
As-Saj’u al-Mursa (terangkai) yaitu sajak yang didalamnya terdapat lafadz-
lafadz dari salah satu rangkaian kalimatnya, seluruh atau sebagian besarnya
sebanding dengan rangkaian yang alin baik pola (wazan) maupun huruf
akhirnya. Contoh:
Dari contoh diatas bahwa kata dan mempunyai huruf akhir yang sama yaitu
ta’dan wazan yang sama yaitu
Saj’u al-Mutawazi (sejajar) yaitu sajak yang persamaannya terletak pada dua
kata atau huruf yang akhir saja. Contoh:
Dari contoh di atas dua kata sebelum akhir yaitu memiliki persamaan huruf,
struktur kalimat juga dari segi wazannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membatasi penelitiannya
pada lingkup masalah berikut:
1. Apa macam-macam saja’ yang ada pada kitab al-Hikam Ibnu ‘Athaillah
2. Berapa banyak kalimat atau ungkapan yang mengandung teori saja’ dalam
kitab al-Hikam Ibnu ‘Athaillah
C. Tujuan Penelitian
3. Tujuan penelitian ini tidak lain hanya untuk mentakbirkan keindahan-
keindahan gaya bahasa pada kitab al-Hikam Ibnu ‘Athaillah khususnya pada
bidang saja’, seperti:
1. Untuk mengetahui macam-macam saja’ yang termaktub dalam kitab al-
Hikam Ibnu ‘Athaillah
2. Untuk mengetahui berapa banyak kalimat atau ungkapan yang
mengandung teori saja’ dalam kitab al-Hikam Ibnu ‘Athaillah
D. Manfaat Penelitian
1. Menambah dan meningkatkan pemikiran ilmiah mahasiswa dalam
penelitiannya tentang ilmu Badi’ khsusunya dalam bidang saja’.
2. Menambah penelitian ilmiah khsusunya dalam bidang bahasa dan sastra
tentang ilmu Badi’ lebih khususnya dalam bidang saja’.
3. Menambah khazanah keilmuan bagi perpustakaan UIN Sunan Kalijaga,
khususnya bagi para mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas
Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga tentang fann Ilmu Balaghah
khususnya dalam bidang saja’.
E. Tinjauan Pustaka
Sampai batas ini peneliti belum menemukan sebuah penelitian yang mengkaji
dan membahas tentang saja’ yang terdapat dalam kitab al-Hikam Ibnu
‘Athaillah. Namun, peneliti menemukan penelitian-penelitian yang
menggunakan judul tentang keindahan bahasa seperti:
1. “Al-jinas wal Iqtibas wa Saja’,l fi Simtu Adduror Ali bin Muhammad bin
Husain al-Habsyi” (Dirasah Badi’iyah fi Muhassinat Lafdiyah) yang
ditulis oleh Amir Syarifudin tahun 2009.
2. muqobalah fi Matni Hikam (Dirasah Tahliliyah Badi’iyah) yang ditulis
oleh Muh. Hikamudin Suyuti tahun 2007.
3. Sajak “Ansyudah al Mathor” karya Badr Syakir al-Sayyab (Analisis
Semiotik) ditulis oleh Ahmad Atho’illah tahun 2006.
4. as-Saj’u wa al-Muwazanah fi Surah al-Mulk (Dirasah Tahliliyah
Balaghiyah) ditulis oleh Samsul Anam tahun 2005.
5. as-Saj’u fi Surah al-Furqan (Dirasah Tahliliyah Balaghiyah fi Ilm al-Badi)
ditulis oleh Indah tahun 2001.
6. as-Saj’u Wa’al Jinas fi Surah al-Mukminun (Dirasah Tahliliyah Badi’iyah)
ditulis oleh Taufik tahun 1999.
7. as-Saja’ Wa’al Muwazanah fi Surah al-Fajr ditulis oleh Bakir tahun 1997.
8. as-Saj’u fi al-Juz’i Wa’al Isyriina Minaal Qur’ani al-Karim (Dirasah
Tahliliyah Balaghiyah) ditulis oleh Aida tahun 1995.
F. Kerangka Teori
Kerangka teori membantu peneliti dalam menentukan tujaun dan arah
penelitian serta membantu dalam memilih konsep-konsep yang tepat guna
pembentukan hipotesis-hipotesis tentang satuan kebahasaan yang diteliti.
Dalam wilayah studi stilistika, disebutkan adanya tiga peran ilmu Balaghah.
Yang pertama, ilmu Balaghah dapat membantu seseorang menggunakan
4. bahasanya sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal ini terdapat dalam
pemabahasan ilmu Ma’ani. Yang kedua, ilmu Balaghah mengajarkan cara
bagaimana menyampaikan sebuah pikiran, pendapat, maksud dan tujuan
melalui bahasa yang indah. Hal ini terdapat dalam ilmu Bayan. Yang ketiga,
ilmu Balaghah menjelaskan aspek-aspek yang dapat memperindah bahasa dari
segi lafadz dan makna, seperti terdapat pada ilmu Badi’.
Ilmu Badi’ adalah ilmu yang mengajarkan kepada kita bagaimana kita dapat
menghias serta memeprindah kalimat baik dari segi lafadz maupun maknanya.
Sayyid al-Hasyimi dalam bukunya … mengemukakan, al-Badi’ secara
etimologi berarti yang menciptakan dengan tidak ada contoh sebelumnya,
lafaz al-Badi’ berasal dari akar kata “bada’a abda’aasy-syaia” yang berarti
“ikhtara’ahu” membuat dengan tidak ada contoh sebelumnya, kata al-Badi’
juga bermakna isim fa’il (yang melakukan pekerjaan) berdasarkan pada firman
Allah: … “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi” (QS. Al-Baqarah; 17
serta QS. Al-An’am; 101). Sedangkan menurut isitilah al-Bai’ adalah ilmu
untuk mengetahui aspek-asepk keindahan serta kelebihan-kelebihan suatu
kalimat, hingga kalimat tersebut bertambah indah, tentu setelah sesuai dengan
keadaan.
Menurut Hifny bin Nashif dalam bukunya “Qawa’idhu al-Lughoh al-
Arobiyyah”, ilmu Balaghah adalah ilmu untuk mengetahui aspek-aspek
keindahan sebuah kalimat yang sesuai dengan keadaan, jika aspek-asepek
keindahan itu berada pada makna, maka dinamakan dengan Muhassinat al-
maknawiyyah. Dan apabila aspek keindahan itu ada pada lafadz, maka
dinamakan dengan Muhassinat al-Lafdziyyah.
Tidak berbeda dengan pendapatnya al-Hasyimi dan Hifni, al-Imam al-Akhdori
juga berpendapat bahwa ilmu Badi’ adalah ilmu untuk mengetahui aspek-
aspek keindahan kalimat setelah pengamatan yang terdahului oleh kehendak
(sesuai dan jelas maknanya).
Penelitian ini akan membahas gaya bahasa pada kitab al-Hikam Ibnu
‘Athaillah dengan menggunakan teori ilmu Badi’ yang memfokuskan
pembahasannya pada Muhassinat al-Lafdziyyath khususnya saja’.
Saja’ adalah kesepakatan atau kecocokan atau kesesuaian pada dua fasilah
(fasilah adalah dua kalimat akhir dari dua bait sya’ir), maksudnya kesesuaian
kedua kalimat akhir pada kedua akhir bagit sya’ir. Saja’ dibagi menjadi tiga
macam:
1. Saja’al-Muttorrofu’
2. Saja’al-Murossa’
3. Saja’al-Mutawazi
G. Metode Penelitian
Metode penelitian bahasa merupakan aspek terpenting dalam penelitian
bahasa. Betapa pentingnya metode tersebut perlu dihayati sepenuhnya oleh
peneliti. Sebab, salah-benarnya penjelasan faktra kebahasaan yang dijadikan
obejk penelitian atau berhasil-tidaknya sebuah penelitian bergantung pada
tepat-tidaknya metode penelitian yang diterapkan atau digunakan.
5. Adapun metode yang digunakan oleh penulis sebagai berikut:
1. Teknik pengumpulan data
a. Jenis data
Jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah library research (kajian
pustaka), yaitu peneliti mencoba meneliti dengan membaca, menelaah,
dan mengkaji sumber-sumber referensi yang mendukung.
b. Sumber data
Sumber data terbagi menjadi dua, sumber primer dan sumber sekunder.
Adapun sumber primernya berupa naskah kitab al-Hikam Ibnu
‘Athaillah. Sedangkan sumber sekunder berupa referensi-referensi
yang berkaitan dengan saja’.
c. Tenik Pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data-data tentang saja’ peneliti akan mencari
dan mengumpulkan lafadz-lafadz yang terdapat pada data primer yakni
pada kitab al-Hikam Ibnu ‘Athaillah.
2. Analisis data
Analisis data merupakan upaya peneliti menangani langsung masalah yang
terkandung dalam data. Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis
saja’yang ada pada kitab al-Hikam Ibnu ‘Athaillah.
H. Sistematika Pembahasan
Peneliti menyusun dan membagi penelitian ini menjadi lima bab sebagai
berikut:
Bab Pertama berisi pendahuluan. Di dalamnya terdapat latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,
kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pemabahsan.
Bab Kedua, membahas tentang biografi Ibnu ‘Athaillah dan deskripsi kitab al-
Hikam.
Bab Ketiga, membahas tentang pandangan umum ilmu Badi’, saja’, pengertian
dan macam-macamnya.
6. Adapun metode yang digunakan oleh penulis sebagai berikut:
1. Teknik pengumpulan data
a. Jenis data
Jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah library research (kajian
pustaka), yaitu peneliti mencoba meneliti dengan membaca, menelaah,
dan mengkaji sumber-sumber referensi yang mendukung.
b. Sumber data
Sumber data terbagi menjadi dua, sumber primer dan sumber sekunder.
Adapun sumber primernya berupa naskah kitab al-Hikam Ibnu
‘Athaillah. Sedangkan sumber sekunder berupa referensi-referensi
yang berkaitan dengan saja’.
c. Tenik Pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data-data tentang saja’ peneliti akan mencari
dan mengumpulkan lafadz-lafadz yang terdapat pada data primer yakni
pada kitab al-Hikam Ibnu ‘Athaillah.
2. Analisis data
Analisis data merupakan upaya peneliti menangani langsung masalah yang
terkandung dalam data. Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis
saja’yang ada pada kitab al-Hikam Ibnu ‘Athaillah.
H. Sistematika Pembahasan
Peneliti menyusun dan membagi penelitian ini menjadi lima bab sebagai
berikut:
Bab Pertama berisi pendahuluan. Di dalamnya terdapat latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka,
kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pemabahsan.
Bab Kedua, membahas tentang biografi Ibnu ‘Athaillah dan deskripsi kitab al-
Hikam.
Bab Ketiga, membahas tentang pandangan umum ilmu Badi’, saja’, pengertian
dan macam-macamnya.