SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Judicial Review Berdasarkan Teori Hierarki ( Stufenbau Theorie, Hans Kelsen : 1881-1973)
Oleh
Denisya Susanti
1220112004
PENDAHULUAN
Peraturan perundang-undangan merupakan salah satu elemen pokok dalam sistem hukum
nasional. Sebagai suatu sistem, kaidah aturan yang termuat dalam semua bentuk peraturan
perundang-undangan yang tersusun secara hierarkis, berpuncak pada kostitusi sebagai hukum
tertinggi. Peraturan perundang-undangan yang lebih rendah, tidak boleh bertentangan dengan
peraturan yang lebih tinggi. jika hal itu terjadi, berlaku asas hukum lex superior derogate legi
inferiori, hukum yang lebih tinggi mengesampingkan hukum yang lebih rendah.1
Hanya dengan kaidah aturan yang tersusun secara hierarkis, hukum sebagai suatu sistem
dapat terbangun. Jika peraturan perundang-undangan saling bertentangan satu dengan yang
lainnya, tidak lagi dapat dilihat sebagai satu kesatuan sistem yang dapat dilaksanakan dan
ditegakkan. Untuk itu, diperlukan mekanisme yang dapat menjamin hierarki peraturan
perundang-undangan yang berpuncak pada konstitusi, yaitu pengujian peraturan perundangundangan. Oleh karena itu, mekanisme tersebut sangat penting artinya dalam upaya
pembangunan sistem hukum nasional dan menegakkan cita negara hukum yang demokratis.2
Pengujian peraturan perundang-undangan di Indonesia, yang disebabkan oleh adanya
pertentangan antara peraturan yang lebih rendah dengan peraturan yang lebih tinggi, merupakan
perpanjangan tangan dari teori jenjang atau teori hierarki atau Stufenbau theory dari Hans
Kelsen. Dalam teori tersebut Kelsen mengemukakan norma yang lebih rendah memperoleh
kekuasaan dari norma yang lebih tinggi, dan norma yang lebih rendah tidak boleh bertentangan
dengan norma yang lebih tinggi. Norma yang lebih tinggi menjadi corong bagi norma yang lebih
rendah, sehingga aturan yang lebih rendah, mempedomani aturan yang lebih tinggi dan
merupakan penjelasan aturan dari aturan yang lebih tinggi, sehingga peraturan yang lebih rendah

1

Kata Pengantar dari Jimly Asshidiqie pada Zainal Arifin Hoesein, 2009, Judicial Review di Mahkamah
Agung Republik Indonesia, Tiga Dekade Pengujian Peraturan Perundang-undangan, Jakarta, Rajawali Pers.
2
Ibid.,

1|Page
tersebut lebih konkrit dari pada peraturan yang lebih tinggi. Seperti hal nya di Indonesia,
Undang-Undang merupakan bentuk konkritisasi dari Undang-Undang Dasar, dan UndangUndang Dasar merupakan konkritisasi dari Pancasila.
MODEL JUDICIAL REVIEW DI INDONESIA
Jika suatu peraturan yang lebih rendah bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi
dalam suatu hierarki perundang-undangan, pengujian dapat dilakukan melalui lembaga yudikatif.
di Amerika pengujian undang-undang dapat dilakukan oleh Mahkamah Agung, di Jepang
pengujian undang-undang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Di Swiss pengujian konstitusi
dilakukan oleh warga negara3, jadi warga negara yang mengubah Konstitusi melalui referendum.
Sedangkan di Indonesia, dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Ada
ketentuan-ketentuan yang menjadi kewenangan baik Mahkamah Agung maupun Mahkamah
Konstitusi.
Kewenangan Mahkamah Konstitusi yaitu:4
a. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final, untuk
menguji undang-undang terhadap Undang-undang Dasar.
b. Memustuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-undang dasar
c. Memutus pembubaran partai politik.
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.
e. Mahkamah Konstitusi juga berkewajiban memberikan putusan atas pendapat Dewan
Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau wakil
presiden menurut undang-undang dasar.
Kewenangan Mahkamah Agung yaitu:5
a. Mengadili pada tingkat Kasasi.

3

www.thelocal.ch/page/view/1964, judicial review is the swiss system of direct democracy, which allows
citizens to change the constitution, adding or amending law, if a proposal gets the majoritu of votes in a referendum,
in other words, swiss law is mainly revied by its citizens.
4
Pasal 24 C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5
Pasal 24 A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2|Page
b. Menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap undangundang.
Terdapat perbedaan kewenangan pengujian terhadap Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi. Hal inilah yang dinamakan judicial review, yaitu pengujian peraturan perundangundangan oleh lembaga yudikatif. Judicial review merupakan pengujian peraturan perundangundangan yang kewenangannya hanya berbatas pada lembaga kekuasaan kehakiman, dan tidak
termasuk didalam nya pengujian oleh lembaga legislative dan eksekutif. Sedangkan pengertian
lainnya yaitu hak atau kewenangan untuk menguji atau hak uji tergantung pada sistem hukum
ditiap-tiap negara, dan termasuk untuk menentukan ke lembaga mana hak itu diberikan
(Toetsingrech).6
Bentuk-bentuk pengujian peraturan perundang-undangan, ada dua macam yaitu:
a. Pengujian formil yaitu pengujian yang dilakukan apabila proses atau prosedur dalam
pembuatan peraturan perundang-undangan, tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.
Seperti Undang-undang No.12 Tahun 2011 yang mengatur tentang proses dan
prosedur pembentukan undang-undang.
b. pengujian materil yaitu pengujian yang dilakukan terhadap isi atau substansi atau
materi dari peraturan tersebut, apakah substansi nya tidak sesuai atau bertentangan
dengan peraturan yang diatasnya.
Penyebab terjadinya Judicial Review, antara lain:7
a. Bertentangan dengan UUD atau peraturan lain yang lebih tinggi.
b. Dikeluarkan oleh institusi yang tidak bewenang untuk mengeluarkan peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan.
c. Adanya kesalahan dalam proses pembuatan peraturan perundang undangan yang
bersangkutan.
d. Terdapat perbedaan penafsiran terhadap suatu peraturan perundang-undangan.
e. Terdapat ambiguitas atau keragu-raguan dalam penerapan suatu dasar hukum yang perlu
diklarifikasi.

6

Zainal Arifin Hoesein, 2009, Judicial Review di Mahkamah Agung Republik Indonesia, Tiga Dekade
Pengujian Peraturan Perundang-undangan, Jakarta, Rajawali Pers, hlm. 5, dikutip dari Jimly Asshidiqie, modelmodel pengujian Konstitusional di berbagai negara. Hlm. 4 dan hlm. 7.
7
http://elfi-indra.blogspot.com/2011/05/model-judicial-review-di-indonesia-dan.html

3|Page
TEORI JENJANG ATAU HIERARKI ( STUFENBAU THEORY)
Doktrin ini, pertama-tama dikemukakan oleh Adofl Merkl dan kemudian disetujui dan
diambil alih oleh Hans Kelsen dan merupakan bagian internal dari reine Rechtslehre.
Salah satu syarat sebuah teori yaitu konsisten dan sederhana, konsisten dalam artian
bahwa teori itu tidak boleh memuat atau mengandung pertentangan internal atau tidak boleh
membawa pada kesimpulan yang saling bertentangan. Ia juga tidak bertentangan dengan teoriteori yang diterima umum dalam ilmu terkait. Kesederhanaan sebuah teori juga dapat dilihat dari
manfaatnya untuk menciptakan ketertiban dalam suatu keseluruhan unsur yang kacau balau.
Suatu teori akan memperlihatkan pertalian suatu fenomena dengan jelas.8 Seperti teori yang
dikemukaan Hans Kelsen, bahwa peraturan hukum keseluruhannya diturunkan dari norma dasar
yang berada di puncak piramid. Norma dasar teratas adalah abstrak dan makin ke bawah semakin
konkret. Teori ini pun tetap menjadi dasar atau icon baik dalam mempelajari ilmu hukum pada
umum nya, dan ilmu perundang-undangan khususnya.
Grundnorm sebagai motor penggerak seluruh sistem hukum, menjadi dasar mengapa
hukum itu harus dipatuhi, dan menjadi dasar pertanggungjawaban mengapa hukum harus
dilaksanakan.9 Grundnorm inilah yang menjadi cikal bakal perkembangan stufenbau theory.
Teori ini melihat hukum sebagai suatu sistem yang terdiri dari susunan norma berbentuk
piramida yang menyatakan bahwa sistem hukum pada hakikatnya merupakan sistem hukum
hierarki dari peringkat terendah hingga peringkat tertinggi. Semakin tinggi peringkat
kedudukannya, semakin abstrak dan umum sifat norma yang dikandungnya dan semakin rendah
peringkatnya, semakin konkret operasional sifat kandungan norma nya. Norma yang lebih
rendah memperoleh kekuasaan dari norma yang lebih tinggi. norma yang paling tinggi yang
menduduki puncak piramida, oleh Kelsen disebut Grundnorm (norma dasar) atau
Unsprungnorm.10

8

Salim, 2009, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, Makasar, Rajawali Pers, hlm, 10-11.

9

Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, 2012, Filsafat, Teori dan Ilmu hukum, Jakarta, Rawali
Pers, hlm. 206.
10
Ibid., hlm 207.

4|Page
Susunan norma menurut Teori ini yaitu:11
1. Norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm)
2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz) atau Grundnorm
3. Undang-undang formal (formell gesetz) atau General norm
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome satzung) atau
norm.
Apabila disesuaikan dengan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia dengan
menambahkan pancasila sebagai Staatsfundamentalnorm, yaitu sebagai berikut:12
a. Pancasila
b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
d. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
e. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Teori jenjang dari Kelsen dikembangkan oleh lagi oleh muridnya, yang bernama Hans
Nawiasky. Berbeda dengan Kelsen, Nawiasky mengkususkan pada norma hukum saja. Sebagai
penganut mahzab hukum positif, Nawiasky mengartikan hukum identik dengan undang-undang.
Teori Nawiasky disebut die lehre von dem stufenbau der rechtsordnung.
11

http://suhendarabas.blogspot.com/2011/05/stufenbau-teori-hans-kelsen-dan.html

12

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1), Undang-Undang No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Pada Pasal 7 ayat (1) tersebut, Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
d. Peraturan Pemerintah.
e. Peraturan Presiden.
f. Peraturan Daerah Provinsi.
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

5|Page
Dasar-dasar pokok teori kelsen adalah sebagai berikut:
a. Tujuan teori hukum adalah untuk mengurangi kekalutan dan meningkatkan ilmu
pengetahuan.
b. Teori hukum adalah ilmu, bukan kehendak atau keinginan. Ia adalah pengetahuan
tentang hukum yang seharusnya ada.
c. Ilmu hukum adalah normatif, bukan alam.
d. Sebagai suatu teori tentang norma-norma, teori hukum tidak berurusan dengan
persoalan efektifitas norma-norma hukum.
e. Suatu teori tenyang hukum adalah formal, suatu teori tentang cara pengaturan dari isi
yang berubah-ubah menurut jalan atau polsa yang spesifik.
f. Hubungan antara teori hukum dengan suatu sistem hukum positif tertentu adalah
seperti antara hukum yang mungkin dan hukum yang ada.
SEDIKIT TENTANG HANS KELSEN
Ide mengenai Teori Hukum Murni (the Pure Theory of Law) diperkenalkan oleh seorang
filsuf dan ahli hukum terkemuka dari Austria yaitu Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen lahir di
Praha pada 11 Oktober 1881. Keluarganya yang merupakan kelas menengah Yahudi pindah ke
Vienna. Pada 1906, Kelsen mendapatkan gelar doktornya pada bidang hukum. Kelsen memulai
kariernya sebagai seorang teoritisi hukum pada awal abad ke-20. Oleh Kelsen, filosofi hukum
yang ada pada waktu itu dikatakan telah terkontaminasi oleh ideologi politik dan moralitas di
satu sisi, dan telah mengalami reduksi karena ilmu pengetahuan di sisi yang lain. Kelsen
menemukan bahwa dua pereduksi ini telah melemahkan hukum. Oleh karenanya, Kelsen
mengusulkan sebuah bentuk kemurnian teori hukum yang berupaya untuk menjauhkan bentukbentuk reduksi atas hukum. 13
KESIMPULAN
Peraturan perundang-undangan merupakan salah satu bagian dari sistem hukum. Sebagai
peraturan tertulis, peraturan perundang-undangan memiliki tingkatan-tingkatan yang berpuncak
13

http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Hukum_Murni

6|Page
pada aturan dasar yang peraturan tersebut berkedudukan tertinggi yang menjadi pedoman bagi
peraturan dibawahnya (stufenbau theory). Peraturan yang lebih rendah, juga tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. apabila terjadi pertentangan antara peraturan
yang lebih rendah dengan peraturan yang lebih tinggi, maka masalah tersebut akan dibawa ke
ranah Judicial Review yang dilakukan di oleh lembaga yudikatif, sebagai pengawas eksternal.
Ajaran Hans Kelsen mengenai teori hierarki ini sangat berpengaruh dalam mewujudkan judicial
review, khusus nya melalui pengujian undang-undang terhadap undang-undang dasar, dan
pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, terhadap undang-undang.

7|Page

More Related Content

What's hot

Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusiSejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusiRaypietmat Raypietmat
 
Hubungan norma hukum dengan sistem hukum
Hubungan norma hukum dengan sistem hukumHubungan norma hukum dengan sistem hukum
Hubungan norma hukum dengan sistem hukumIznih Assagaf
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusivirmannsyah
 
Sistem hukum dan peradilan di indonesia
Sistem hukum dan peradilan di indonesiaSistem hukum dan peradilan di indonesia
Sistem hukum dan peradilan di indonesiaadindarizqy
 
Ruu jabatan hakim dan kemandirian hakim
Ruu jabatan hakim dan kemandirian hakimRuu jabatan hakim dan kemandirian hakim
Ruu jabatan hakim dan kemandirian hakimLanka Asmar, SHI, MH
 
Sistem hukum & sistem peradilan
Sistem hukum & sistem peradilanSistem hukum & sistem peradilan
Sistem hukum & sistem peradilanAmulilikawa
 
Sistem hukum dunia
Sistem hukum duniaSistem hukum dunia
Sistem hukum duniaVallen Hoven
 
Pengantar Ilmu Hukum
Pengantar Ilmu HukumPengantar Ilmu Hukum
Pengantar Ilmu HukumAndrie Irawan
 
Hukum pidana i
Hukum pidana iHukum pidana i
Hukum pidana iyahyaanto
 
Sistem hukum dan peradilan indonesia
Sistem hukum dan peradilan indonesiaSistem hukum dan peradilan indonesia
Sistem hukum dan peradilan indonesiaAisyahFatimah1
 
LEMBAGA PERADILAN INDONESIA
LEMBAGA PERADILAN INDONESIALEMBAGA PERADILAN INDONESIA
LEMBAGA PERADILAN INDONESIAShauqina Saraya
 
Hak menuntut 8
Hak menuntut 8Hak menuntut 8
Hak menuntut 8Uda Estelo
 
sistem peradilan di indonesia
sistem peradilan di indonesiasistem peradilan di indonesia
sistem peradilan di indonesiaDheyaini Mazaya
 
judicial appointment
judicial appointmentjudicial appointment
judicial appointmenthaikal kasyfi
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraannatasyamaryana
 
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...Idik Saeful Bahri
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALAulia Ulil Fadhilah
 

What's hot (20)

Ki impeachment
Ki impeachmentKi impeachment
Ki impeachment
 
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusiSejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
 
Hubungan norma hukum dengan sistem hukum
Hubungan norma hukum dengan sistem hukumHubungan norma hukum dengan sistem hukum
Hubungan norma hukum dengan sistem hukum
 
Jurnal konstitusi
Jurnal konstitusiJurnal konstitusi
Jurnal konstitusi
 
Sistem hukum dan peradilan di indonesia
Sistem hukum dan peradilan di indonesiaSistem hukum dan peradilan di indonesia
Sistem hukum dan peradilan di indonesia
 
Ruu jabatan hakim dan kemandirian hakim
Ruu jabatan hakim dan kemandirian hakimRuu jabatan hakim dan kemandirian hakim
Ruu jabatan hakim dan kemandirian hakim
 
A
AA
A
 
Sistem hukum & sistem peradilan
Sistem hukum & sistem peradilanSistem hukum & sistem peradilan
Sistem hukum & sistem peradilan
 
Sistem hukum dunia
Sistem hukum duniaSistem hukum dunia
Sistem hukum dunia
 
Urgensi kemandirian peradilan
Urgensi kemandirian peradilanUrgensi kemandirian peradilan
Urgensi kemandirian peradilan
 
Pengantar Ilmu Hukum
Pengantar Ilmu HukumPengantar Ilmu Hukum
Pengantar Ilmu Hukum
 
Hukum pidana i
Hukum pidana iHukum pidana i
Hukum pidana i
 
Sistem hukum dan peradilan indonesia
Sistem hukum dan peradilan indonesiaSistem hukum dan peradilan indonesia
Sistem hukum dan peradilan indonesia
 
LEMBAGA PERADILAN INDONESIA
LEMBAGA PERADILAN INDONESIALEMBAGA PERADILAN INDONESIA
LEMBAGA PERADILAN INDONESIA
 
Hak menuntut 8
Hak menuntut 8Hak menuntut 8
Hak menuntut 8
 
sistem peradilan di indonesia
sistem peradilan di indonesiasistem peradilan di indonesia
sistem peradilan di indonesia
 
judicial appointment
judicial appointmentjudicial appointment
judicial appointment
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracara
 
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia (Idik Sa...
 
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONALSISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
 

Similar to Judicial Review Teori

Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptx
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptxAsas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptx
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptxBenedetaML
 
Materi Sesi 3.pptx
Materi Sesi 3.pptxMateri Sesi 3.pptx
Materi Sesi 3.pptxMARosyid
 
Selayang pandang-asas-hukum-norma-kaidah-hukum-ilmu-hukum-dan-hukum-pidana
Selayang pandang-asas-hukum-norma-kaidah-hukum-ilmu-hukum-dan-hukum-pidanaSelayang pandang-asas-hukum-norma-kaidah-hukum-ilmu-hukum-dan-hukum-pidana
Selayang pandang-asas-hukum-norma-kaidah-hukum-ilmu-hukum-dan-hukum-pidanaAGUNGFAKHRUZY1
 
09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukummudanp.com
 
Pembentukan per uu (nindya)
Pembentukan per uu (nindya)Pembentukan per uu (nindya)
Pembentukan per uu (nindya)Nandya Guvita
 
SOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUM
SOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUMSOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUM
SOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUMUnivers
 
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptxXIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptxdonihasmanto
 
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)Adinda siti Hapsoh
 
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganPengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganImbang Jaya Trenggana
 
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxXIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxdonihasmanto
 
Ppkn kelas viii hakikat dan prinsip peraturan perundang undangan
Ppkn kelas viii hakikat dan prinsip peraturan perundang undanganPpkn kelas viii hakikat dan prinsip peraturan perundang undangan
Ppkn kelas viii hakikat dan prinsip peraturan perundang undanganAlImamIslamicSchool
 
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusiSejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusiRaypietmat Raypietmat
 
Resume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata NegaraResume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata NegaraIca Diennissa
 

Similar to Judicial Review Teori (20)

Sumber HTN
Sumber HTNSumber HTN
Sumber HTN
 
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptx
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptxAsas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptx
Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundangan.pptx
 
Materi Sesi 3.pptx
Materi Sesi 3.pptxMateri Sesi 3.pptx
Materi Sesi 3.pptx
 
Selayang pandang-asas-hukum-norma-kaidah-hukum-ilmu-hukum-dan-hukum-pidana
Selayang pandang-asas-hukum-norma-kaidah-hukum-ilmu-hukum-dan-hukum-pidanaSelayang pandang-asas-hukum-norma-kaidah-hukum-ilmu-hukum-dan-hukum-pidana
Selayang pandang-asas-hukum-norma-kaidah-hukum-ilmu-hukum-dan-hukum-pidana
 
09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum09 sistem dan klasifikasi hukum
09 sistem dan klasifikasi hukum
 
Pembentukan per uu (nindya)
Pembentukan per uu (nindya)Pembentukan per uu (nindya)
Pembentukan per uu (nindya)
 
SOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUM
SOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUMSOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUM
SOSIOLOGI HUKUM MENGENAI SUBSTANSI HUKUM
 
Nur Sania Dasopang
Nur Sania DasopangNur Sania Dasopang
Nur Sania Dasopang
 
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptxXIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
XIV. Pelaksanaan dan Penegakan Hukum.pptx
 
Wewenang mahkamah konstitusi menguji undang
Wewenang mahkamah konstitusi menguji undangWewenang mahkamah konstitusi menguji undang
Wewenang mahkamah konstitusi menguji undang
 
Hukum dan peradilan
Hukum dan peradilanHukum dan peradilan
Hukum dan peradilan
 
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
PPT teori dan hukum konstitusi (Hakikat Konstitusi)
 
Makalah rule of law
Makalah rule of lawMakalah rule of law
Makalah rule of law
 
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganPengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
 
Kesimpulan
KesimpulanKesimpulan
Kesimpulan
 
57161539 keabsahan-nilai-etis-keadilan
57161539 keabsahan-nilai-etis-keadilan57161539 keabsahan-nilai-etis-keadilan
57161539 keabsahan-nilai-etis-keadilan
 
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptxXIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
XIII. Penemuan dan Pembentukan Hukum.pptx
 
Ppkn kelas viii hakikat dan prinsip peraturan perundang undangan
Ppkn kelas viii hakikat dan prinsip peraturan perundang undanganPpkn kelas viii hakikat dan prinsip peraturan perundang undangan
Ppkn kelas viii hakikat dan prinsip peraturan perundang undangan
 
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusiSejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
Sejarah terbentuknya mahkamah konstitusi
 
Resume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata NegaraResume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata Negara
 

Judicial Review Teori

  • 1. Judicial Review Berdasarkan Teori Hierarki ( Stufenbau Theorie, Hans Kelsen : 1881-1973) Oleh Denisya Susanti 1220112004 PENDAHULUAN Peraturan perundang-undangan merupakan salah satu elemen pokok dalam sistem hukum nasional. Sebagai suatu sistem, kaidah aturan yang termuat dalam semua bentuk peraturan perundang-undangan yang tersusun secara hierarkis, berpuncak pada kostitusi sebagai hukum tertinggi. Peraturan perundang-undangan yang lebih rendah, tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. jika hal itu terjadi, berlaku asas hukum lex superior derogate legi inferiori, hukum yang lebih tinggi mengesampingkan hukum yang lebih rendah.1 Hanya dengan kaidah aturan yang tersusun secara hierarkis, hukum sebagai suatu sistem dapat terbangun. Jika peraturan perundang-undangan saling bertentangan satu dengan yang lainnya, tidak lagi dapat dilihat sebagai satu kesatuan sistem yang dapat dilaksanakan dan ditegakkan. Untuk itu, diperlukan mekanisme yang dapat menjamin hierarki peraturan perundang-undangan yang berpuncak pada konstitusi, yaitu pengujian peraturan perundangundangan. Oleh karena itu, mekanisme tersebut sangat penting artinya dalam upaya pembangunan sistem hukum nasional dan menegakkan cita negara hukum yang demokratis.2 Pengujian peraturan perundang-undangan di Indonesia, yang disebabkan oleh adanya pertentangan antara peraturan yang lebih rendah dengan peraturan yang lebih tinggi, merupakan perpanjangan tangan dari teori jenjang atau teori hierarki atau Stufenbau theory dari Hans Kelsen. Dalam teori tersebut Kelsen mengemukakan norma yang lebih rendah memperoleh kekuasaan dari norma yang lebih tinggi, dan norma yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan norma yang lebih tinggi. Norma yang lebih tinggi menjadi corong bagi norma yang lebih rendah, sehingga aturan yang lebih rendah, mempedomani aturan yang lebih tinggi dan merupakan penjelasan aturan dari aturan yang lebih tinggi, sehingga peraturan yang lebih rendah 1 Kata Pengantar dari Jimly Asshidiqie pada Zainal Arifin Hoesein, 2009, Judicial Review di Mahkamah Agung Republik Indonesia, Tiga Dekade Pengujian Peraturan Perundang-undangan, Jakarta, Rajawali Pers. 2 Ibid., 1|Page
  • 2. tersebut lebih konkrit dari pada peraturan yang lebih tinggi. Seperti hal nya di Indonesia, Undang-Undang merupakan bentuk konkritisasi dari Undang-Undang Dasar, dan UndangUndang Dasar merupakan konkritisasi dari Pancasila. MODEL JUDICIAL REVIEW DI INDONESIA Jika suatu peraturan yang lebih rendah bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dalam suatu hierarki perundang-undangan, pengujian dapat dilakukan melalui lembaga yudikatif. di Amerika pengujian undang-undang dapat dilakukan oleh Mahkamah Agung, di Jepang pengujian undang-undang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Di Swiss pengujian konstitusi dilakukan oleh warga negara3, jadi warga negara yang mengubah Konstitusi melalui referendum. Sedangkan di Indonesia, dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Ada ketentuan-ketentuan yang menjadi kewenangan baik Mahkamah Agung maupun Mahkamah Konstitusi. Kewenangan Mahkamah Konstitusi yaitu:4 a. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final, untuk menguji undang-undang terhadap Undang-undang Dasar. b. Memustuskan sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-undang dasar c. Memutus pembubaran partai politik. d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu. e. Mahkamah Konstitusi juga berkewajiban memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau wakil presiden menurut undang-undang dasar. Kewenangan Mahkamah Agung yaitu:5 a. Mengadili pada tingkat Kasasi. 3 www.thelocal.ch/page/view/1964, judicial review is the swiss system of direct democracy, which allows citizens to change the constitution, adding or amending law, if a proposal gets the majoritu of votes in a referendum, in other words, swiss law is mainly revied by its citizens. 4 Pasal 24 C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 5 Pasal 24 A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2|Page
  • 3. b. Menguji peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap undangundang. Terdapat perbedaan kewenangan pengujian terhadap Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Hal inilah yang dinamakan judicial review, yaitu pengujian peraturan perundangundangan oleh lembaga yudikatif. Judicial review merupakan pengujian peraturan perundangundangan yang kewenangannya hanya berbatas pada lembaga kekuasaan kehakiman, dan tidak termasuk didalam nya pengujian oleh lembaga legislative dan eksekutif. Sedangkan pengertian lainnya yaitu hak atau kewenangan untuk menguji atau hak uji tergantung pada sistem hukum ditiap-tiap negara, dan termasuk untuk menentukan ke lembaga mana hak itu diberikan (Toetsingrech).6 Bentuk-bentuk pengujian peraturan perundang-undangan, ada dua macam yaitu: a. Pengujian formil yaitu pengujian yang dilakukan apabila proses atau prosedur dalam pembuatan peraturan perundang-undangan, tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Seperti Undang-undang No.12 Tahun 2011 yang mengatur tentang proses dan prosedur pembentukan undang-undang. b. pengujian materil yaitu pengujian yang dilakukan terhadap isi atau substansi atau materi dari peraturan tersebut, apakah substansi nya tidak sesuai atau bertentangan dengan peraturan yang diatasnya. Penyebab terjadinya Judicial Review, antara lain:7 a. Bertentangan dengan UUD atau peraturan lain yang lebih tinggi. b. Dikeluarkan oleh institusi yang tidak bewenang untuk mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. c. Adanya kesalahan dalam proses pembuatan peraturan perundang undangan yang bersangkutan. d. Terdapat perbedaan penafsiran terhadap suatu peraturan perundang-undangan. e. Terdapat ambiguitas atau keragu-raguan dalam penerapan suatu dasar hukum yang perlu diklarifikasi. 6 Zainal Arifin Hoesein, 2009, Judicial Review di Mahkamah Agung Republik Indonesia, Tiga Dekade Pengujian Peraturan Perundang-undangan, Jakarta, Rajawali Pers, hlm. 5, dikutip dari Jimly Asshidiqie, modelmodel pengujian Konstitusional di berbagai negara. Hlm. 4 dan hlm. 7. 7 http://elfi-indra.blogspot.com/2011/05/model-judicial-review-di-indonesia-dan.html 3|Page
  • 4. TEORI JENJANG ATAU HIERARKI ( STUFENBAU THEORY) Doktrin ini, pertama-tama dikemukakan oleh Adofl Merkl dan kemudian disetujui dan diambil alih oleh Hans Kelsen dan merupakan bagian internal dari reine Rechtslehre. Salah satu syarat sebuah teori yaitu konsisten dan sederhana, konsisten dalam artian bahwa teori itu tidak boleh memuat atau mengandung pertentangan internal atau tidak boleh membawa pada kesimpulan yang saling bertentangan. Ia juga tidak bertentangan dengan teoriteori yang diterima umum dalam ilmu terkait. Kesederhanaan sebuah teori juga dapat dilihat dari manfaatnya untuk menciptakan ketertiban dalam suatu keseluruhan unsur yang kacau balau. Suatu teori akan memperlihatkan pertalian suatu fenomena dengan jelas.8 Seperti teori yang dikemukaan Hans Kelsen, bahwa peraturan hukum keseluruhannya diturunkan dari norma dasar yang berada di puncak piramid. Norma dasar teratas adalah abstrak dan makin ke bawah semakin konkret. Teori ini pun tetap menjadi dasar atau icon baik dalam mempelajari ilmu hukum pada umum nya, dan ilmu perundang-undangan khususnya. Grundnorm sebagai motor penggerak seluruh sistem hukum, menjadi dasar mengapa hukum itu harus dipatuhi, dan menjadi dasar pertanggungjawaban mengapa hukum harus dilaksanakan.9 Grundnorm inilah yang menjadi cikal bakal perkembangan stufenbau theory. Teori ini melihat hukum sebagai suatu sistem yang terdiri dari susunan norma berbentuk piramida yang menyatakan bahwa sistem hukum pada hakikatnya merupakan sistem hukum hierarki dari peringkat terendah hingga peringkat tertinggi. Semakin tinggi peringkat kedudukannya, semakin abstrak dan umum sifat norma yang dikandungnya dan semakin rendah peringkatnya, semakin konkret operasional sifat kandungan norma nya. Norma yang lebih rendah memperoleh kekuasaan dari norma yang lebih tinggi. norma yang paling tinggi yang menduduki puncak piramida, oleh Kelsen disebut Grundnorm (norma dasar) atau Unsprungnorm.10 8 Salim, 2009, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, Makasar, Rajawali Pers, hlm, 10-11. 9 Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, 2012, Filsafat, Teori dan Ilmu hukum, Jakarta, Rawali Pers, hlm. 206. 10 Ibid., hlm 207. 4|Page
  • 5. Susunan norma menurut Teori ini yaitu:11 1. Norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm) 2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz) atau Grundnorm 3. Undang-undang formal (formell gesetz) atau General norm 4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome satzung) atau norm. Apabila disesuaikan dengan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia dengan menambahkan pancasila sebagai Staatsfundamentalnorm, yaitu sebagai berikut:12 a. Pancasila b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; d. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; e. Peraturan Pemerintah; e. Peraturan Presiden; f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Teori jenjang dari Kelsen dikembangkan oleh lagi oleh muridnya, yang bernama Hans Nawiasky. Berbeda dengan Kelsen, Nawiasky mengkususkan pada norma hukum saja. Sebagai penganut mahzab hukum positif, Nawiasky mengartikan hukum identik dengan undang-undang. Teori Nawiasky disebut die lehre von dem stufenbau der rechtsordnung. 11 http://suhendarabas.blogspot.com/2011/05/stufenbau-teori-hans-kelsen-dan.html 12 Berdasarkan Pasal 7 ayat (1), Undang-Undang No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Pada Pasal 7 ayat (1) tersebut, Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas: a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat. c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. d. Peraturan Pemerintah. e. Peraturan Presiden. f. Peraturan Daerah Provinsi. g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. 5|Page
  • 6. Dasar-dasar pokok teori kelsen adalah sebagai berikut: a. Tujuan teori hukum adalah untuk mengurangi kekalutan dan meningkatkan ilmu pengetahuan. b. Teori hukum adalah ilmu, bukan kehendak atau keinginan. Ia adalah pengetahuan tentang hukum yang seharusnya ada. c. Ilmu hukum adalah normatif, bukan alam. d. Sebagai suatu teori tentang norma-norma, teori hukum tidak berurusan dengan persoalan efektifitas norma-norma hukum. e. Suatu teori tenyang hukum adalah formal, suatu teori tentang cara pengaturan dari isi yang berubah-ubah menurut jalan atau polsa yang spesifik. f. Hubungan antara teori hukum dengan suatu sistem hukum positif tertentu adalah seperti antara hukum yang mungkin dan hukum yang ada. SEDIKIT TENTANG HANS KELSEN Ide mengenai Teori Hukum Murni (the Pure Theory of Law) diperkenalkan oleh seorang filsuf dan ahli hukum terkemuka dari Austria yaitu Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen lahir di Praha pada 11 Oktober 1881. Keluarganya yang merupakan kelas menengah Yahudi pindah ke Vienna. Pada 1906, Kelsen mendapatkan gelar doktornya pada bidang hukum. Kelsen memulai kariernya sebagai seorang teoritisi hukum pada awal abad ke-20. Oleh Kelsen, filosofi hukum yang ada pada waktu itu dikatakan telah terkontaminasi oleh ideologi politik dan moralitas di satu sisi, dan telah mengalami reduksi karena ilmu pengetahuan di sisi yang lain. Kelsen menemukan bahwa dua pereduksi ini telah melemahkan hukum. Oleh karenanya, Kelsen mengusulkan sebuah bentuk kemurnian teori hukum yang berupaya untuk menjauhkan bentukbentuk reduksi atas hukum. 13 KESIMPULAN Peraturan perundang-undangan merupakan salah satu bagian dari sistem hukum. Sebagai peraturan tertulis, peraturan perundang-undangan memiliki tingkatan-tingkatan yang berpuncak 13 http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Hukum_Murni 6|Page
  • 7. pada aturan dasar yang peraturan tersebut berkedudukan tertinggi yang menjadi pedoman bagi peraturan dibawahnya (stufenbau theory). Peraturan yang lebih rendah, juga tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. apabila terjadi pertentangan antara peraturan yang lebih rendah dengan peraturan yang lebih tinggi, maka masalah tersebut akan dibawa ke ranah Judicial Review yang dilakukan di oleh lembaga yudikatif, sebagai pengawas eksternal. Ajaran Hans Kelsen mengenai teori hierarki ini sangat berpengaruh dalam mewujudkan judicial review, khusus nya melalui pengujian undang-undang terhadap undang-undang dasar, dan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, terhadap undang-undang. 7|Page