1. Tulisan ini membahas keinginan penulis agar DIY segera meluncurkan program Jogja Organic seperti halnya Bali Organic, mengingat sudah 5 tahun sejak saran tersebut diajukan kepada Gubernur DIY.
2. Penulis mengutip buku Sultan HB X yang menyebutkan bahwa pertanian organik adalah pertanian yang diidealkan. Penulis juga mengutip pendapatnya sendiri mengenai paradigma baru di bidang pertanian
1. 1
Jogja Organic, apa perlu (juga)?
Setelah Lima tahun silam
oleh: Riza V. Tjahjadi
Jogja Organic... keinginan saya begitu menagih ide Sultan HB X. Tetapi,
kok, 'dah lima tahun masih nihil, Pak Gubernur D.I. Yogyakarta alias
Sinuhun Sultan Jogja?
Kok, tak ada Jogja Organic? Sudah sembilan tahun, loh, sejak terbitnya
buku karya Sultan HB X (2008)
<3
Ingatlah Bincang saya ke Putri Mahkota Kesultanan Yogyakarta lima
tahun silam:
2. 2
Tolong titipkan pesan saya kepada Bapak... (Bapak atau Romo?) Yaitu...
karena Pernyataan Saya tahun 1998 sudah dikutip oleh Bapak Anda
dalam buku beliau tahun 2008... (sudah anda baca, 'kan?) bahwa
Pertanian Organik adalah pertanian yang diidealkan, maka saya minta
Bapak Anda memaklumatkan DIY Organic... ini nyusul Bali Organic.
Permintaan ini nanti akan disusulkan dengan Deklarasi kami.
Ingatlah buku Sultan, saya kutipkan sebagian:
Sri Sultan Hamengkubuwono X (2008) mengutip pernyataan saya (RVT)
untuk mengugkapkan mengenai:
3. 3
Paradigma Politik Pertanian
Modernisasi pertanian kurang lebih tiga dasawarsa telah gagal
mengangkat harga diri, martabat dan kesejahteraan petani; mayoritas
penduduk Indonesia. Kini sudah saatnya Pemerintah mengakui hak-hak
petani, seperti kebebasan menjual beras atau menyimpan gabah untuk
benih.
Sudah saatnya sekarang ditegaskan bahwa petani diperbolehkan
menanam padi jenis local. Sudah saatnya juga dipikirkan insentif maupun
kredit bagi petani yang bertani organik, bukan hanya mempertahankan
kredit usaha tani (KUT) yang notabene lebih banyak untuk pembelian
4. 4
pupuk dan racun hama. Demikian juga, hendaknya petani diberi
kebebasan menentukan pilihan dan membentuk organisasi petani yang
diperlukan untuk memperjuangkan kepentingan petani.
Melalui Sistem Pertanian Organik (SIPO) misalnya, kesuburan tanah akan
bisa pulih sebab tanah pertanian selama ini dirusak oleh sistem pertanian
yang memaksa petani menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang
telah ditentukan mereknya. Kerugian petani yang diakibatkan kerusakan
tanah semakin diperparah oleh kebijakan-kebijakan yang akhirnya
memangkas kemerdekaan petani, misalnya dengan keharusan
penggunaan bibit padi (Tjahjadi, 1998). Hal.164-165.
Catatan:
Sekadar informasi mengenai Bali Organic, yang secara resmi adalah:
5. 5
Bali Menuju Organik
Rabu, 26 Januari 2011
Denpasar, 26 Januari 2011, Program Gubernur Bali Made Mangku Pastika
menjadikan Bali pulau organik, perlahan tapi pasti mulai nampak
hasilnya. Program yang disusun secara sungguh-sungguh merupakan
implementasi dari filosofi yang maha agung masyarakat Bali,” Tri Hita
Karana”. Tri Hita Karana, merupakan tiga rangkaian semangat
masyarakat Bali dalam berinteraksi sebagai wujud bhakti kepada Sang
Pencipta (Ida Sanghyang Widhi Wasa), kepada sesama, dan kepada
lingkungannya (alam).
Karena itu Pemerintah Provinsi Bali, seperti dijelaskan Drs. I Ketut
Teneng, Kabag Publikasi dan Dokumentasi Biro Humas dan Protokol
Setda Prov. Bali, mulai tahun 2008 mulai getol melaksanakan
penghijauan dan menyediakan tidak kurang dari 8 jutaan lebih bibit
penghijauan melalui Dinas Kehutanan Prov. Bali yang di tanam pada
lahan-lahan relatif kritis. Hal ini, kata Teneng, belum termasuk yang
ditanam langsung oleh masyarakat dan lembaga swasta lainnya.
Keseriusan dalam mewujudkan Bali pulau organik, diberengi dengan
langkah kongkrit, seperti pengurangan subsidi pupuk anorganik dan
memperbesar subsidi pupuk organik untuk petani. Tahun 2008 misalnya,
subsidi pupuk anorganik mencapai angka 4 miliar. Kemudian tahun 2009,
6. 6
Pemprov menggeser subsidi pupuk petani menjadi 2 miliar untuk organik
dan 2 miliar lagi untuk anorganik. Dan tahun-tahun berikutnya dalam
menggalakkan pemakaian pupuk organik di Bali, hanya pupuk organik
yang disubsidi Pemprov. Bali.
Sejalan dengan itu, dijelaskan pula bahwa Pemprov Bali tengah
mengembangkan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) yang
merupakan gabungan dari GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani).
Simantri yang dekembangkan mulai tahun 2009, dengan 10 unit
menyasar Kabupaten yang rumah tangga miskin tertinggi di Bali, dengan
biaya 2 miliar lebih. Tahun 2010 dibangun 40 unit dengan dana 8 miliar
dan tahun 2011 dilanjutkan dengan 100 unit Simantri, anggaran 20
milyar. Melalui program Simantri ini, diyakini selain dapat meningkatkan
pendapatan petani, juga mampu menghasilkan bio-urine, kompos, dan
biogas, dari hasil kotoran sapi yang dikandang secara koloni, yang
mendukung Bali menjadikan pulau organik. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa
program menuju Bali Organik, tidak saja menjadi program Pemprov. Bali,
tapi juga menjadi bagian kesungguhan dan kerja keras dari seluruh
komponen masyarakat, sehingga beberapa produk perkebunan dan
pertanian Bali berhasil mendapat penilaian dari lembaga yang
berkompeten, memperoleh serifikat organik.
Sertifikat Organik Produk Perkebunan :
dst
http://www.baliprov.go.id/Bali-Menuju-Organik
---o0o---