SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
BAB I
1.PENDAHULUAN
Fungsi Guru sebagai evaluator memegang kunci yang penting karena
akan bisa menentukan tingkat keberhasilan siswa. Untuk itu guru harus
pandai memainkan peranan nya sebelum memberikan evaluasi terhadap
siswa. Guru harus merumuskan dulu apa tujuan dari evaluasi tersebut,
selain itu guru harus pandai menyusun alat evaluasi yang tepat yang akan
di gunakan untuk mengukur tujuan dari apa yang hendak di ukur. Belajar
dan berlatih menyusun alat evaluasi adalah sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang di harapkan. Di dalam
pembelajaran, fungsi guru sebagai evaluator tidak hanya menilai produk
( hasil dari pengajaran ), tetapi juga menilai proses, karena dengan kedua
kegiatan itu akan di peroleh feedback tentang pelaksanaan interaksi
edukatif yang telah di laksanakan.
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan,kita ketahui bahwa setiap jenis dan jenjangpendidikan pada waktu-
waktu tertentu/periode pendidikan selalu mengadakan evaluasi, artinya penilaian yang telah
dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun pendidik. Demikian pula setiap kali proses belajar
mengajar, guru hendaknya menjadi evaluator yang baik. Penilaian dilakukan untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau tidak, apakah materi yang diajarkan sudah
dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat. Penilaian
perlu dilakukan, karena melalui penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan,
penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan metode mengajar. Tujuan lain penilaian
ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya.
Dalam penilaian, guru dapat menetapkan apakah seorang siswa termasuk dalam kelompok
siswa pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya, jika dibandingkan dengan teman-
temannya. Dengan menelaah pencapaian tujuan mengajar, guru dapat mengetahui apakah proses
belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif, cukup memberikan hasil yang baik dan
memuaskan, atau sebaliknya. Kiranya jelasl bahwa guru harus mampu dan terampil dalam
melaksanakan penilaian, karena dalam penilaian, guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai
oleh siswa setelah ia mengikuti proses belajar mengajar. Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil
belajar siswa, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai
siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan
balik terhadap proses belajar mengajar, di mana umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian, proses
belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Dari
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
guru mempunyai peranan utama dan sangat menentukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar, karena kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa kedudukan dan peranan guru sebagai evaluator?
1.2.2 Apa pengertian, tujuan, dan fungsi evaluasi?
1.2.3 Apa prinsip-prinsip dan teknik evaluasi?
1.2.4 Bagaimana cara menyusun tes?
1.2.5 Bagaimana cara menganalisis hasil tes?
1.2.6 Bagaimana cara memberi nilai hasil tes?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.3.1 Mengetahui kedudukan dan peranan guru sebagai evaluator.
1.3.2 Mengetahui pengertian, tujuan, dan fungsi evaluasi.
1.3.3 Mengetahui prinsip-prinsip dan teknik evaluasi.
1.3.4 Mengetahui cara menyusun tes.
1.3.5 Mengetahui cara menganalisis hasil tes.
1.3.6 Mengetahui cara member nilai hasil tes.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kedudukan dan Peranan Guru Sebagai Evaluator
Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai
pengajar, pendidik dan sebagai evaluator dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah
kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Bedasarkan kedudukannya
sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan
yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Apa yang dituntut dari guru dalam aspek etis,
intelektual dan sosial lebih tinggi dari pada yang dituntut dari orang dewasa lainnya. Guru
sebagai pendidik dan Pembina generasi muda harus menjadi teladan, didalam maupun diluar
sekolah. Guru harus senantiasa sadar akan kedudukannya selama 24 jam sehari. Dimana dan
kapan saja ia akan selalu dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang
dapat ditiru oleh masyarakat, khususnya oleh anak didik.
Penyimpangan dari kelakuan yang etis oleh guru mendapat sorotan dan kecaman yang lebih
tajam. Masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-pelanggaran seperti berjudi, mabuk,
pelanggaran seks, korupsi atau ngebut, namun kalau guru melakukannya maka dianggap sangat
serius . Guru yang berbuat demikian akan dapat merusak murid-murid yang dipercayakan
kepadanya. Orang yang kurang bermoral dianggap tidak akan mungkin menghasilkan anak didik
yang mempunyai etik tinggi.
Sebaliknya harapan-harapan masyarakat tentang kelakuan guru menjadi pedoman bagi guru.
Guru-guru memperhatikan tuntutan masyarakat tentang kelakuan yang layak bagi guru dan
menjadikannya sebagai norma kelakuan dalam segala situasi sosial di dalam dan di luar sekolah.
Ini akan terjadi bila guru menginternalisasi norma-norma itu sehingga menjadi bagian dari
pribadinya. Ada norma-norma yang umum bagi semua guru di suatu Negara, adapula yang di
tentukan oleh norma-norma yang khas yang berlaku di daerah tertentu menurut adat istiadat yang
terdapat dilingkungan itu.
Kedudukan guru juga ditentukan oleh fakta bahwa ia seorang dewasa . Dalam masyarakat kita
orang yang lebih tua harus di hormati. Oleh sebab guru lebih tua daripada muridnya maka
berdasarkan usianya ia mempunyai kedudukan yang harus dihormati, apalagi karena guru juga
dipandang sebagai pengganti orang tua. Hormat anak terhadap orang tuanya sendiri harus pula
diperlihatkannya terhadap gurunya dan sebaliknya guru harus pula dapat memandang murid
Adapun sejumlah kegiatan yang harus dilakukan guru sejalan dengan peranannya sebagai
evaluator dalam interaksi belajar-mengajar ini adalah:
1.Memahami sejumlah prinsip yang bersangkutan dengan penilaian terhadap rancangan program,
pelaksanaan program serta penilaian hasil belajar, baik yang dimanfaatkan untuk memahami
tingkat pencapaian tujuan pengajaran maupun tingkat penguasaan materi pengajaran.
2.Berusaha mengidentifikasi fungsi dan pemanfaatan lanjut dari evaluasi, misalnya apakah
berkaitan dengan perbaikan rancangan program karena hasil belajar ternyata tidak sesuai dengan
situasi belajar-mengajar yang akan diciptakan, untuk mengadakan bimbingan belajar, bimbingan
pribadi atau mungkin juga bersangkutan dengan pelaksanaan program itu sendiri.
3.Merancang alat pengukur yang akan digunakan, baik dalam kaitannya dengan penilaian
rancangan program pengajaran, pelaksanaan pengajaran, terutama yang bersangkutan dengan
rancangan tes yang memiliki sasaran siswa sebagai subjek belajar.
4.Mengembangkan rancangan tes sesuai dengan bentuk yes yang telah ditetapkan, sesuai dengan
tujuan serta pengalaman belajar yang dimiliki siswa.
5.Berusaha memahami tingkat kelebihan alat pengukur yang digunakan.
6.Mengadministrasikan tes, baik dari pemberian skor, penentuan hasil, pengarsipan, dan
penyimpanan alat ukur.
7.Menyusun bahan umpan-balik hasil tes terhadap siswa maupun guru itu sendiri sebagai
perancang maupun pelaksana program dalam interaksi belajr-mengajar. (Masnur,Hasanah,
Bassenang,1987)
2.2 Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi Pendidikan
2.2.1 Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi
Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan
evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan
penilaian.
Dari dua kalimat di atas kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu: evaluasi, pengukuran dan
penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai
suatu pengertian yang sama sehingga dalam memaknainya hanya tergantung dari kata mana yang
sedang siap untuk diucapkannya. Akan tetapi sementara orang yang lain, membadakan ketiga
istilah tersebut. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara
ketiganya, dapat dipahami melalui contoh-contoh di bawah ini:
1.Apabila ada orang yang akan member sebatang pensil kepada kita, dan kita disuruh memilih
antara dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu saja kita akan memilih yang
“panjang”. Kita tidak akan memilih yang “pendek” kecuali ada alasan yang khusus.
2.Pasar, merupakan suatu tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual dan membeli.
Sebelum menentukan barang yang akan dibelinya, seorang pembeli akan memilih dahulu mana
barang yang lebih “baik” menurut ukurannya.
Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita, itulah yang disebut
mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengatakan penilaian
sebelum kita mengadakan pengukuran.
•Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
•Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk.
Penilaian bersifat kualitatif.
•Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai.
Dalam istilah asingnya, pengukuran adalah measurement, sedang penilaian adalah evaluation.
Dari kata evalution inilah diperoleh kata Indonesia evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan
dengan mengukur terlebih dahulu)
(Suharsimi, 1984)
2.2.2 Tujuan evaluasi pendidikan
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Guru
ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang
dilakukan melalui pengajaran sudah mencapai tujuan.
Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon siswa diumpamakan
sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah iu dapat disamakan dengan hasil olahan yang
sudah siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang menggunakan teknologi maka tempat
pengolahan ini disebut transformasi.
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar-mengajar adalah untuk mendapatkan
informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga
dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi dan dapat
berupa:
•Penempatan pada tempat yang tepat
•Pemberian umpan balik
•Diagnosis kesulitan belajar siswa
•Penentuan kelulusan
2.2.3 Fungsi Evaluasi Pendidikan
Dengan mengetahui manfaat evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka
dengan cara lain dapat dikatakan bahwa fungsi evaluasi ada beberapa hal:
1.Evaluasi berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap
siswanya. Seleksi itusendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain:
1.Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu
2.Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.
3.Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
4.Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.
2. Evaluasi berfungsi diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan meliha
hasilnaya, guru akan mengetahuai kelemahan siswa. Di samping itu diketahui pula sebab-
musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan evaluasi, sebenarnya guru mengadakan
diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-seba
kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasi.
3.Evaluasi berfungsi sebagai penempatan
Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di Negara barat adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri
dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul maupun paket
belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap
kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakar sendiri-sendiri sehingga pelajaran
akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan keterbatasan
sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekata
yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat
menentukan dengan pasti dikelompok
mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu evaluasi. Sekompok siswa
yang mempunyai hasil evaluasi yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama
dalam belajar.
4..Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan
Fungsi keempat dari evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa factor
yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem kurikulum.
2.3 Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi
2.3.1 Prinsip-prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi.
Betapapun baiknya prosedur evaluasi diikuti dan sempunanya teknik evaluasi
diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya maka hasil
evaluasi pun kurang akan kurang dari yang diharapkan. Prinsip-prinsip termaksud
adalah sebagai berikut:
1.Keterpaduan
Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di samping tukuan
instruksional dan materi serta metode pengajaran. Tujuan instruksional, materi dan
metode pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh
dipisahkan. Karena itu, perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu
menyusun satuan pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan
instruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.
2.Keterlibatan siswa
Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)yang menuntut
keterlibatan siswa secara aktif, siswa mutlak. Untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa
berhasil dalam kegiatan belajar-mengajar yang dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan
evaluasi. Dengan demikian, evaluasi bagi siswa merupakan kebutuhan, bukan swauatu yang ingin
dihindari. Penyajian evaluasioleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan siswa
akan informasi mangenai kemajuannya dalam program belajar-mengajar. Siswa akan merasa
kecewa apabila usahanya tidak dievaluasi.
3.Koherensi
Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang
sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur. Tidak dapat
dibenarkan menyusun alat evaluasi hasil belajar atau evaluasi pencapaian belajar yang
mengukurbahan yang belum disajika dalam kegiatan belajar-mengajar. Demikian pula tidak
diterima apabila alat evaluasi berisi butir yang tidak berkaitan dengan bidang kemampuan yang
hendak diukur.
4.Pedagogis
Disamping sebagai alat penilai hasil/pencapaian belajar, evaluasi juga perlu diterapkan sebagai
upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagigis. Evaluasi dan hasilnya
hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya. Hasil
evaluasi hendaknya dirasakan sebagai ganjaran (reward) yakni sebagai penghargaan bagi yang
berhasil tetapi merupakan hukuman bagi yang tidak/kurang berhasil.
5.Akuntabilitas
Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability). Pihak-pihak termaksud antara lain
orang tua, calon majikan, masyarakatlingkungan pada umumnya, dan lembaga
pendidikan sendiri. Pihak-pihak ini perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar siswa
agar dapat dipertimbangkan pemanfaatannya.
2.3.2 Teknik Evaluasi
Secara garis besar, teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi 2
macam, yaitu: teknik tes dan teknik non-tes.
1.Teknik non-tes
Ada beberapa teknik non-tes yaitu:
1.Skala bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil
pertimbangan. Sebagai contoh adalah skor atau biji yang diberikan oleh guru di sekolah
untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. Siswa yang mendapat skor 8,
digambarkan ditempat yang lebih kanan dalam skala, dibandingkan penggambaran skor
5.
Biasanya angka-angka yang digunakan diterangkan pada skala dengan jarak yang
sama. Meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi. Dengan
demikian maka skala ini dinamakan skala bertingkat.
2.Kuesioner
Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah
sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden).
Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan / data diri, pengalaman,
pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain. Tentang macam-macam kuesioner,
dapat ditinjau dari beberapa segi:
1) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
a) Kuesioner langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung
oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
b) Kuesioner tidak langsung
Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang
yang dimintai keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan untuk
mencari informasi tentang bahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya.
2) Ditinjau dari segi cara menjawab:
a) Kuesioner tertutup.
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban
langkah sehingga pengisi hanya tinggal member tanda pada jawaban yang dipilih.
Contoh :
Tingkat pendidikan yang sekarang Anda ikuti adalah:
SD SLTP SLTU Perguruan Tinggi
Tanda cek (V) di bubuhkan pada kotak di depan “perguruan tinggi” jika pengisi
berstatus mahasiswa.
b) Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas
mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila
Pernyataan Penting Biasa Tidak penting
1. Melihat pemandangan
2. Olahraga tiap hari
3. Melihat film
macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya adalah beranekaragam.
Contoh:
Untuk membimbing mahasiswa kea rah kebiasaan membaca buku-buku asing, maka sebaiknya setiap dosen
menunjuk buku asing sebagai salah satu buku wajib. Bagaimana pendapat saudara?
Jawaban :………………………………………….
1.Daftar cocok (check list)
Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan pertanyaan (yang biasanya disingkat-singkat), dimana
responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( ) di tempat yang sudah disediakan.
Contoh : berikan tanda cek pada kolom yang sesuai dengan pendapat saudara.
2.Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan jalan Tanya jawab sepihak.Dikatakan sepihak karena dalam
wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan
pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.
Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a) Interview bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan
pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
b) Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini
responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan
oleh penanya. Pertanyaan itu kadang-kadang bersifat sebagai pemimpin, mengarahkan dan
penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban, ia
tinggal membubuhkan tanda cocok ditempat yang sesuai dengan keadaan responden.
3.Pengamatan (observation)
Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara
teliti serta pencatatan secara sistematis.
Ada 3 macam observasi:
1) Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu
pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi
partisipan dilaksanakan sepenuhnya jka pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok,
bukan hanya pura-pura. Dengan demikian ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang
dirasakan orang-orang dalam kelompok yang diamati.
2) Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar
secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan,
maka dalam observasi sistematik ini pengamat berada di luar kelompok. Dengan demikian maka
pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
3) Observasi eksperimental, terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam
kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsure-unsur penting dalam situasi
sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.
4.Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa
kehidupnya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat
menarik suatu kesimpulan temtang kepribadian kebiasaan dan sikap dari objek yang
dimulai.
2. Teknik tes
Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-
alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan.
Ditinjau dari segi kegunaanuntuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3
macam tes, yaitu:
a) Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian
perlakuan yang tepat.
b) Tes formatif
Dari arti kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif” maka evaluasi
formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah
mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat
juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.
TIK dan Aspek tingkah laku
Ingatan Pemahaman Aplikasi Keterangan
1. Sisawa dapat menjumlah kan 2 bilangan
bersusun
V V
Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau res
akhir proses.
c) Tes sumatif
Evaluasi simatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau
sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan
ulangan harian, sedangkan res sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya
dilaksanakan pada tiap akhir catur wulan atau akhir semester.
(Daryanto,2007)
2.4 Langkah-langkah penyusunan tes
Tentu saja setiap guru akan dengan mudah mengatakan bagian pelajaran mana yang akan dicakup dalam
sebuah tes jika sudah diketahui tujuannya. Urutan langkah yang dilakukan adalah:
1.Menentukan tujuan mengadakan tes.
2.Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
3.Merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) dari tiap bagian bahan.
4.Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam
TIK itu. Tabel ini digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar
tidak terlewati.
Contoh :
Tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.
Bilangan bersusun
1. Siswa dapat menerangkan hukum komulatif
dan sebagainya
V V
1.Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukurbeserta
imbangan antara kedua hal tersebut. Uraian secara terperinci tentang tabel spesifikasi
, akan disajikan bada bab berikutnya.
2.Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan
aspek tingkah laku yang dicakup. Apabila TIK ditulis sangat khusus, maka satu TIK diukur
oleh satu butir soal. jika TIKitu merupakan TIKesensial, maka satu TIK dapat diukur dengan
lebih dengan satu butir soal.
(Suharsimi,1984))
2.5 Menganalisis Hasil Tes
2.5.1 Menilai tes yang dibuat sendiri
Ada 4 cara untuk menilai tes, yaitu:
1.Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat
diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran dan lain-lain
keadaan soal tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain:
(1) Apakah pertanyaan soal untuk tiap topik sudah seimbang?
(2) Apakah semua soal menanyakan bahan yang telah diajarkan
(3) Apakah soal yang kita susun tidak merupakan pertanyaan yang membingungkan?
(4) Apakah soal itu tidak sukar untuk dimengerti?
(5) Apakah soal itu dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa?
2.Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (terms analysis)
Analisis soal adalah suatu proses yang sistematis, yang akan memberikan informasi-
informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.
Faedah mengadakan analisis soal:
(1) Membantu kita dalam mengidentifikasi bitur-butir soal yang jelek
(2) Memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan soal-
soal untuk kepentingan lebih lanjut.
(3) Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan yang kita susun.
3.Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari
tes buatn guru adalah validitas kulikuler (content validity). Utuk mengadakan checking
validitas kulikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus
dan jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.
Tes yang tidak mempunyai validitas kulikuler atau walaupun mempunyai tetapi kecil,
maka dapat juga terjadi jika salah satu atau beberapa tujuan khusus tidak dicantumkan
dalam tabel spesifik. Semakin banyak tujuan khusus yang tidak dicantumkan, berarti
bahwa validitas kulikulernya semakin kecil
4.Cara keempat adalah dengan mengadakan Checking reabilita. Salah satu indicator untuk tes
yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes itu
mempunyai daya pembeda yang tinggi.
2.5.2 Analisis Butir-butir Soal
Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang
baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan
sebuah soal dan “petunjuk” untuk mengadakan perbaikan.
Kapan sebuah soal dikatakan baik? Untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini, perlu
diterangkan tiga masalah yang berhubungan dengan analisis soal, yaitu:
1. Taraf kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu
mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal
yang terlalu sukar akan menyababkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat
untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
2.Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang
pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan remdah). Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya
pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal
tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tamda negatif. Tanda negative pada indeks
diskriminasi digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas testee. Yitu anak pandai
disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai.
3. Pola jawaban soal
Yang dimaksud dengan pola jawaban disini adalah distribusi testee dalam hal menentukan
pilihan jawabanpada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung
banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d yang tidak memilih pilihan
manapun (blangko). Dalam evaluasi disebut omit, disingkat O.
Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai
pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti
pengecoh itu jelek, terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah pengecoh dapat dikatakan
berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi
pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.
Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui:
(1) Taraf kesukaran soal.
(2) Taraf pembeda soal.
(3) Baik dan tidaknya distraktor.
Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 cara:
a) Diterima, karena sudah baik.
b) Ditolak karena tidak baik
c) Ditulis kembali, karena kurang baik.
Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis
kembali, dengan perubahan seperlunya.
Menulis soal adalah suatu kesukaran yang sulit, sehingga apabila masih dapat
Menulis soal adalah suatu kesukaran yang sulit, sehingga apabila masih dapat distraktor dapat
dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih 5% pengikut tes.
(evaluasi pendidikan, daryanto)
2.6 Pemberian Nilai
Pemberian nilai (grading) merupakan proses penerjemahan skor hasil tes yang telah
dikonversikan., kedalam klasifikasi evaluasi menurut norma atau kriteria yang relevan.
Apa yang terjadi selama ini, banyak di antara para guru sendiri yang masih mencampuradukkan
antara dua pengertian yaitu skor dan nilai.
Skor : adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka
bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa.
Nilai : adalah angka ubahan dari skor, dimana sudah dijadikan satu dengan skor-skor lain
serta telah disesuaikan pengaturannya dengan suatu standar tertentu. (dasar2 evaluasi pendidikan,
suharsimi)
2.6.1 Penilaian Relatif
Penilaina relative adalah pemberian nilai terhadap siswa yang didasarkan atas norma kelas atau
norma kelompok yaitu dengan menentukan posisi relatifnya terhadap siswa lain. Nama lain untuk
penilain relatif adalah norm-referenced evaluation.
Norma sendiri berarti rata-rata, yang menunukkan kepada kecenderungan umum suatu
kelompok. Karakteristik distribusi hasil tes akan sangat menentukan skor yang menjdai batas
angka yang sesuai dengan norma penilaiain yang berlaku bagi masing-masing kelompok siswa
yang bersangkutan. Skor yang menjadi batasan angka yang sesuai dengan norma itu baru dapat
dihitung bila data skor tes
telah diperoleh akan tetapi norma penilaiannya sendiri harus sudah ditetapkan terlebih dahulu.
Berikut ini adalah uraian mengenai beberapa prosedur pemberian nilai relatif.
1.Penilaian dengan persentil
Salah satu prosedur penilaian relatif adalah dengan menggunakan persentil (pn) yang dihitung
dari distribusi skor kelas. Dengan cara ini ditentukan terlebih dahulu suatu norma penilaian yang
diinginkan.
Norma tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
E D C B A
(10%) (20%) (40%) (25%) (5%)
P10 P30 P70 P95
Selanjutnya, apabila distribusi skor para siswa telah didapat, keempat skor presentil yang telah
ditentukan itu dihitung. Setelah harga masing-masing persentil ditemukan, maka skor mentah
para siswa dapat diterjemahkan kedalam nilai huruf yang dikehendaki semula.
2.Penilaian dengan skor standar
Pemberian nilai yang menggunakan skor standar dilakukan dengan mengubah skor hasil tes siswa
ke dalam bentuk penyimpangannya dari mean dalam satu deviasi srandar. Dalam hal ini pun
suatu pedoman pemberian nilai yang merupakan norma, ditentukan terlebih dahulu.
Sebagai suatu contoh, untuk memberikan suatu nilai dalam lima kategori seperti di atas,
ditetapkan terlebih dahulu norma
3.Penilaian dengan stanine
Stanine (dibaca stenain) adalah semacam skor standar yang membagi distribusi frekuensi
skor kedalam Sembilan bagian. Istilah stanine berasal dari kata standard nine.
Dalam system penilaian ini, angka stanine yang tertinggi adalah 9 dan yang terendah adalah
1 sehingga terdapat 9 klasifikasi nilai dengan angka 5 terletak ditengah-tengah klasifikasi.
Distribusi stanine merupakan distribusi skor standar yang memiliki mean sebesar 5 dan deviasi
standar sebesar 1. Setiap nilai stanine, kecuali 0 dan 1, mencakup sebaran skor mentah yang
luasnya 0,50s.
Stanine 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Presentase 4% 7% 12% 17% 20% 17% 12% 7% 4%
2.6.2 Penilain Absolut
Penilaian absolut adalah pemberian nilai yang didasarkan atas tercapainya suatu standar atau
criteria penguasaan (competence) tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Penilaian absolut tidak membandingkan posisi atau kedudukan relatif sibjek yang satu
dengan posisi subjek yang lain dalam kelompoknya akan tetapi melihat apakah performansi
subjek sudah mencapai batas tertentu. Dengan kata lain, penilaian absolute akan melihat apakah
subjek mampu melakukan tugas spesifik yang ada dalam tes. Karena itu pula, penilaian absolute
biasanya dipergunakan dalam mastery testing dimana setiap tujuan tes dinyatakan dalam tugas-
tugas spesifik secara tegas. Kriteria sebagai ukuran penugasan yang diindikasikan oleh
performansi subjek dapat berupa kecepatan penyelesaian, kecermatan pengerjaan, ataupun
persentase aitem yang dapat dijawab dengan benar.
2.6.3 Penilaian Kombinasi
Prosedur penilain relatif maupun penilaian absolut yang diterapkan
seperti apa adanya tidak selalu dapat memuaskan. Bahkan kadang-
kadang tidak mungkin untuk dilakukan. Hal tersebut disebabkan keadaan
distribusi skor hasil tes yang tidak selalu mumanuhi asumsi tertentu
sebagai syarat penggunaan salah satu prosedur yang bersangkutan atau
disebabkan alas an-alasan praktis dan pertimbangan-pertimbangan
didaktik lain.
Menghadapi kemungkinan tidak dapatnya penerapan prosedur
penilaian relatif atau absolut secara murni, suatu kombinasi dari kedua
prosedur tersebut dapat digunakan sebagai jalan keluar.
Gambaran Sederhana prosedur kombinasi ini adalah penetapan lebih
dahulu suatu skor sebagai criteria yang harus dicapaioleh siswa
kemudian penerapan norma penilaian relatif pada kelompok siswa yang
melampaui criteria tersebut.
(Saifudin Azwar,1996)
BAB III
3.PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya guru sebagai evaluator harus
memahami dan menguasai sejumlah prinsip yang
bersangkutan dengan penilaian terhadap rancangan
program, pelaksanaan program serta penilaian hasil
belajar, baik yang dimanfaatkan untuk memahami
tingkat pencapaian tujuan pengajaran maupun
tingkat penguasaan materi pengajaran.
3.2 Saran
Agar tujuan pembelajaran dapat berhasil dan predikat
guru sebagai guru professional yang diidolakan maka
guru bersama-sama saling intropeksi sudah sampai
sejauh mana peran para guru dalam melaksanakan
tugas pendidikan. Janganlah kita hanyamenuntut hak
tapi lalai dalam melaksanakan tugas, tetapi marilah
kita melaksanakan tugas kita sebaik-baik nya
kemudian kita menuntut hak kita. Sebagai ujung
tombak dalam keberhasilan pembelajaran, marilah
menjadi guru yag professional demi keberhasilan
pembelajaran dalam pendidikan
3.3. Daftar Pustaka
Sujadi,Hamid.1990.Panduan Penilaian Terhadap Siswa. Surabaya : Universitas
Surabaya
Usman,Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional . Jakarta : PT. Gramedia
Wahyuni, Eliza. 1997. Modul Pedoman Guru Sebagai Evaluator. Solo : Balai Pustaka
Website : http:e-resourses.pnri.go.id
Suharsimi.1984. .Pengertian,Tujuan,dan Fungsi Evaluasi Pendidikan.Jakarta :
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia
Masnur, Hasanah & Bassenang,1987.Peranan Guru.Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada Press
Nasution.1995.Kedudukan Guru dan Peranan Guru Sebagai Evaluator. Jakarta :
Universitas Negeri Jakarta
Azwar ,Saifudin.1996.Pemberian Nilai Terhadap Siswa. Yogyakarta :
Universitas Terbuka
Daryanto.2007.Teknik Evaluasi. Jakarta : PT. Gelora Aksara

More Related Content

What's hot

Bidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanBidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanIndra Arrohman
 
KB 1 Teori Belajar Behavioristik Penerapannya Dalam Pembelajaran
KB 1 Teori Belajar Behavioristik Penerapannya Dalam PembelajaranKB 1 Teori Belajar Behavioristik Penerapannya Dalam Pembelajaran
KB 1 Teori Belajar Behavioristik Penerapannya Dalam PembelajaranIstna Zakia Iriana
 
Kinerja guru dalam mendesain pembelajaran
Kinerja guru dalam mendesain pembelajaranKinerja guru dalam mendesain pembelajaran
Kinerja guru dalam mendesain pembelajarannasutionllg
 
Penilaian Hasil Belajar Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Praktik Pendidika...
Penilaian Hasil Belajar Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Praktik Pendidika...Penilaian Hasil Belajar Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Praktik Pendidika...
Penilaian Hasil Belajar Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Praktik Pendidika...Anotyalqadarsy1
 
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulumLaporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulumJati Jakmania
 
Makalah Keterampilan Dasar Mengajar
Makalah Keterampilan Dasar MengajarMakalah Keterampilan Dasar Mengajar
Makalah Keterampilan Dasar Mengajarauliagustin61
 
Guru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen PembelajaranGuru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen Pembelajaranangayank
 
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guruKelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guruabdmuiz78
 
Supervisi pendidikan sekolah dasar
Supervisi pendidikan sekolah dasar Supervisi pendidikan sekolah dasar
Supervisi pendidikan sekolah dasar Ibnu Athaillah
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Hafiza .h
 
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaSejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaNur Arifaizal Basri
 
Makalah Penilaian berbasis kelas
Makalah Penilaian berbasis kelasMakalah Penilaian berbasis kelas
Makalah Penilaian berbasis kelasImam181993
 
Resume pengembangan profesi guru
Resume pengembangan profesi guruResume pengembangan profesi guru
Resume pengembangan profesi guruHarmokoGuru
 
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...SaftuniSaf
 
Subjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikanSubjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikanDewi Bahagia
 
Tugas Modul 2 Pengembangan Profesi Guru
Tugas Modul 2 Pengembangan Profesi GuruTugas Modul 2 Pengembangan Profesi Guru
Tugas Modul 2 Pengembangan Profesi GuruRosmalia Eva
 

What's hot (20)

Bidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanBidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikan
 
KB 1 Teori Belajar Behavioristik Penerapannya Dalam Pembelajaran
KB 1 Teori Belajar Behavioristik Penerapannya Dalam PembelajaranKB 1 Teori Belajar Behavioristik Penerapannya Dalam Pembelajaran
KB 1 Teori Belajar Behavioristik Penerapannya Dalam Pembelajaran
 
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
 
Kinerja guru dalam mendesain pembelajaran
Kinerja guru dalam mendesain pembelajaranKinerja guru dalam mendesain pembelajaran
Kinerja guru dalam mendesain pembelajaran
 
Penilaian Hasil Belajar Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Praktik Pendidika...
Penilaian Hasil Belajar Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Praktik Pendidika...Penilaian Hasil Belajar Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Praktik Pendidika...
Penilaian Hasil Belajar Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Praktik Pendidika...
 
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulumLaporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulum
 
Makalah Keterampilan Dasar Mengajar
Makalah Keterampilan Dasar MengajarMakalah Keterampilan Dasar Mengajar
Makalah Keterampilan Dasar Mengajar
 
Guru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen PembelajaranGuru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen Pembelajaran
 
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guruKelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
Kelas 01 sd_tematik_1_diriku_guru
 
Makalah kompetensi keguruan
Makalah kompetensi keguruanMakalah kompetensi keguruan
Makalah kompetensi keguruan
 
4. fungsi fungsi bk
4. fungsi fungsi bk4. fungsi fungsi bk
4. fungsi fungsi bk
 
Supervisi pendidikan sekolah dasar
Supervisi pendidikan sekolah dasar Supervisi pendidikan sekolah dasar
Supervisi pendidikan sekolah dasar
 
Resume kb 7
Resume kb 7Resume kb 7
Resume kb 7
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
 
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerikaSejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
Sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di indonesia dan di amerika
 
Makalah Penilaian berbasis kelas
Makalah Penilaian berbasis kelasMakalah Penilaian berbasis kelas
Makalah Penilaian berbasis kelas
 
Resume pengembangan profesi guru
Resume pengembangan profesi guruResume pengembangan profesi guru
Resume pengembangan profesi guru
 
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
LK-RESUME KB 2 PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR DAN INSTRUMEN PENIL...
 
Subjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikanSubjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikan
 
Tugas Modul 2 Pengembangan Profesi Guru
Tugas Modul 2 Pengembangan Profesi GuruTugas Modul 2 Pengembangan Profesi Guru
Tugas Modul 2 Pengembangan Profesi Guru
 

Viewers also liked

Profesi evaluasi
Profesi evaluasiProfesi evaluasi
Profesi evaluasi27021972
 
Model, strategi, metode
Model, strategi, metodeModel, strategi, metode
Model, strategi, metodeFKIP UHO
 
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...Ig Fandy Jayanto
 
Softcopy jadual waktu
Softcopy jadual waktuSoftcopy jadual waktu
Softcopy jadual waktuTak Gitu
 
Jadual waktu edit 1
Jadual waktu edit 1Jadual waktu edit 1
Jadual waktu edit 1kzaha
 
Jadual waktu trbaru copy
Jadual waktu trbaru   copyJadual waktu trbaru   copy
Jadual waktu trbaru copyerni-VLE
 
Peran Guru Sebagai Motivator
Peran Guru Sebagai MotivatorPeran Guru Sebagai Motivator
Peran Guru Sebagai MotivatorMuhamad Yogi
 
jadual waktu _ peribadi
jadual waktu _ peribadijadual waktu _ peribadi
jadual waktu _ peribadiRafidah Roslan
 
Bimbingan dan Konseling pada PAUD
Bimbingan dan Konseling pada PAUDBimbingan dan Konseling pada PAUD
Bimbingan dan Konseling pada PAUDDina Haya Sufya
 
Jadual waktu peribadi bnk 2015
Jadual waktu peribadi bnk 2015Jadual waktu peribadi bnk 2015
Jadual waktu peribadi bnk 2015Ahmad Lili
 
Konsep dasar konseling
Konsep dasar konselingKonsep dasar konseling
Konsep dasar konselingnovi damayanti
 
Ppt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranPpt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranTuti Naryanti
 
Driving enterprise social from the bottom up - Microsoft SharePoint conferenc...
Driving enterprise social from the bottom up - Microsoft SharePoint conferenc...Driving enterprise social from the bottom up - Microsoft SharePoint conferenc...
Driving enterprise social from the bottom up - Microsoft SharePoint conferenc...Business illustrator (Business Goes Social)
 

Viewers also liked (20)

Profesi evaluasi
Profesi evaluasiProfesi evaluasi
Profesi evaluasi
 
Peran dan fungsi guru
Peran dan fungsi guruPeran dan fungsi guru
Peran dan fungsi guru
 
Model, strategi, metode
Model, strategi, metodeModel, strategi, metode
Model, strategi, metode
 
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
Peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi komunikasi ...
 
Softcopy jadual waktu
Softcopy jadual waktuSoftcopy jadual waktu
Softcopy jadual waktu
 
Konselor
KonselorKonselor
Konselor
 
Jadual waktu edit 1
Jadual waktu edit 1Jadual waktu edit 1
Jadual waktu edit 1
 
Jadual waktu trbaru copy
Jadual waktu trbaru   copyJadual waktu trbaru   copy
Jadual waktu trbaru copy
 
10 jadual waktu guru kosong
10 jadual waktu guru   kosong10 jadual waktu guru   kosong
10 jadual waktu guru kosong
 
Peran Guru Sebagai Motivator
Peran Guru Sebagai MotivatorPeran Guru Sebagai Motivator
Peran Guru Sebagai Motivator
 
Peran guru ppt
Peran guru pptPeran guru ppt
Peran guru ppt
 
jadual waktu _ peribadi
jadual waktu _ peribadijadual waktu _ peribadi
jadual waktu _ peribadi
 
Peranan Guru
Peranan GuruPeranan Guru
Peranan Guru
 
Bimbingan dan Konseling pada PAUD
Bimbingan dan Konseling pada PAUDBimbingan dan Konseling pada PAUD
Bimbingan dan Konseling pada PAUD
 
Jadual waktu peribadi bnk 2015
Jadual waktu peribadi bnk 2015Jadual waktu peribadi bnk 2015
Jadual waktu peribadi bnk 2015
 
Konsep dasar konseling
Konsep dasar konselingKonsep dasar konseling
Konsep dasar konseling
 
Menjadi guru luar biasa
Menjadi guru luar biasaMenjadi guru luar biasa
Menjadi guru luar biasa
 
Ppt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranPpt media pembelajaran
Ppt media pembelajaran
 
Powerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaranPowerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaran
 
Driving enterprise social from the bottom up - Microsoft SharePoint conferenc...
Driving enterprise social from the bottom up - Microsoft SharePoint conferenc...Driving enterprise social from the bottom up - Microsoft SharePoint conferenc...
Driving enterprise social from the bottom up - Microsoft SharePoint conferenc...
 

Similar to OPTIMALKAN EVALUASI

Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiWarnet Raha
 
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiOperator Warnet Vast Raha
 
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptxHeppy6
 
Bab 1 2 evaluasi pembelajaran
Bab 1 2 evaluasi pembelajaranBab 1 2 evaluasi pembelajaran
Bab 1 2 evaluasi pembelajaranRatihSiwi
 
Modul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranModul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranRAHMANULJA
 
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiSeptian Muna Barakati
 
8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto hvinaserevina
 
Penilaian Unjuk Kerja Siswa
Penilaian Unjuk Kerja SiswaPenilaian Unjuk Kerja Siswa
Penilaian Unjuk Kerja SiswaHildaNuraeni
 
22 article text-47-2-10-20200803
22 article text-47-2-10-2020080322 article text-47-2-10-20200803
22 article text-47-2-10-20200803Ian Andrian
 
PPT EVALUASI PEMBELAJARAN KELOMPOK 2.pptx
PPT EVALUASI PEMBELAJARAN KELOMPOK 2.pptxPPT EVALUASI PEMBELAJARAN KELOMPOK 2.pptx
PPT EVALUASI PEMBELAJARAN KELOMPOK 2.pptxArisnurmansyah2
 
Standar Evaluasi, Monitoring, dan Supervisi.pptx
Standar Evaluasi, Monitoring, dan Supervisi.pptxStandar Evaluasi, Monitoring, dan Supervisi.pptx
Standar Evaluasi, Monitoring, dan Supervisi.pptxilhamrestu6
 
3. PPT Materi Ajar Evaluasi Pembelajaran (Genap 2018-2019).pdf
3. PPT Materi Ajar Evaluasi Pembelajaran (Genap 2018-2019).pdf3. PPT Materi Ajar Evaluasi Pembelajaran (Genap 2018-2019).pdf
3. PPT Materi Ajar Evaluasi Pembelajaran (Genap 2018-2019).pdfdayuprasanda
 
P19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptx
P19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptxP19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptx
P19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptxIbnuNizamSoamole1
 

Similar to OPTIMALKAN EVALUASI (20)

Makalah pengembangan sistem evaluasi pai
Makalah pengembangan sistem evaluasi paiMakalah pengembangan sistem evaluasi pai
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai
 
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
 
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
 
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai
Makalah pengembangan sistem evaluasi paiMakalah pengembangan sistem evaluasi pai
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai
 
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai
Makalah pengembangan sistem evaluasi paiMakalah pengembangan sistem evaluasi pai
Makalah pengembangan sistem evaluasi pai
 
Bab 1 2 evaluasi pembelajaran
Bab 1 2 evaluasi pembelajaranBab 1 2 evaluasi pembelajaran
Bab 1 2 evaluasi pembelajaran
 
Modul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranModul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaran
 
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
 
Modul achmad mubasyir
Modul achmad mubasyirModul achmad mubasyir
Modul achmad mubasyir
 
Modul mujinurmaksum
Modul mujinurmaksumModul mujinurmaksum
Modul mujinurmaksum
 
Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaranEvaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran
 
8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h
 
Penilaian Unjuk Kerja Siswa
Penilaian Unjuk Kerja SiswaPenilaian Unjuk Kerja Siswa
Penilaian Unjuk Kerja Siswa
 
Ppt pkn sd
Ppt pkn sd Ppt pkn sd
Ppt pkn sd
 
22 article text-47-2-10-20200803
22 article text-47-2-10-2020080322 article text-47-2-10-20200803
22 article text-47-2-10-20200803
 
PPT EVALUASI PEMBELAJARAN KELOMPOK 2.pptx
PPT EVALUASI PEMBELAJARAN KELOMPOK 2.pptxPPT EVALUASI PEMBELAJARAN KELOMPOK 2.pptx
PPT EVALUASI PEMBELAJARAN KELOMPOK 2.pptx
 
Standar Evaluasi, Monitoring, dan Supervisi.pptx
Standar Evaluasi, Monitoring, dan Supervisi.pptxStandar Evaluasi, Monitoring, dan Supervisi.pptx
Standar Evaluasi, Monitoring, dan Supervisi.pptx
 
3. PPT Materi Ajar Evaluasi Pembelajaran (Genap 2018-2019).pdf
3. PPT Materi Ajar Evaluasi Pembelajaran (Genap 2018-2019).pdf3. PPT Materi Ajar Evaluasi Pembelajaran (Genap 2018-2019).pdf
3. PPT Materi Ajar Evaluasi Pembelajaran (Genap 2018-2019).pdf
 
P19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptx
P19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptxP19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptx
P19 MERANCANG EVALUASI PEMBELAJARAN YANG KOMPERHENSIF.pptx
 

More from Muhamad Yogi

Teori Politik Moderen
Teori Politik ModerenTeori Politik Moderen
Teori Politik ModerenMuhamad Yogi
 
Ketenagakerjaan dan Perburuhan
Ketenagakerjaan dan PerburuhanKetenagakerjaan dan Perburuhan
Ketenagakerjaan dan PerburuhanMuhamad Yogi
 
HAK MILIK INTELEKTUAL
HAK MILIK INTELEKTUALHAK MILIK INTELEKTUAL
HAK MILIK INTELEKTUALMuhamad Yogi
 
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
KEPEMIMPINAN PENDIDIKANKEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
KEPEMIMPINAN PENDIDIKANMuhamad Yogi
 
Keadilan Dalam Pandangan Islam
Keadilan Dalam Pandangan IslamKeadilan Dalam Pandangan Islam
Keadilan Dalam Pandangan IslamMuhamad Yogi
 
Keadilan Dala Pandangan Islam
Keadilan Dala Pandangan IslamKeadilan Dala Pandangan Islam
Keadilan Dala Pandangan IslamMuhamad Yogi
 
Teori Politik Moderen
Teori Politik Moderen Teori Politik Moderen
Teori Politik Moderen Muhamad Yogi
 
ADART HIMADIKWAN 2014-2015
ADART HIMADIKWAN 2014-2015ADART HIMADIKWAN 2014-2015
ADART HIMADIKWAN 2014-2015Muhamad Yogi
 
Manusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBD
Manusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBDManusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBD
Manusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBDMuhamad Yogi
 
Demokrasi Indonesia
Demokrasi IndonesiaDemokrasi Indonesia
Demokrasi IndonesiaMuhamad Yogi
 
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG  TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG  TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...Muhamad Yogi
 
Group Investigation ppt
Group Investigation pptGroup Investigation ppt
Group Investigation pptMuhamad Yogi
 
SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014
SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014
SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014Muhamad Yogi
 
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIASISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIAMuhamad Yogi
 

More from Muhamad Yogi (20)

Teori Politik Moderen
Teori Politik ModerenTeori Politik Moderen
Teori Politik Moderen
 
Surat Berharga
Surat BerhargaSurat Berharga
Surat Berharga
 
Ketenagakerjaan dan Perburuhan
Ketenagakerjaan dan PerburuhanKetenagakerjaan dan Perburuhan
Ketenagakerjaan dan Perburuhan
 
HAK MILIK INTELEKTUAL
HAK MILIK INTELEKTUALHAK MILIK INTELEKTUAL
HAK MILIK INTELEKTUAL
 
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
KEPEMIMPINAN PENDIDIKANKEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
 
Keadilan Dalam Pandangan Islam
Keadilan Dalam Pandangan IslamKeadilan Dalam Pandangan Islam
Keadilan Dalam Pandangan Islam
 
Keadilan Dala Pandangan Islam
Keadilan Dala Pandangan IslamKeadilan Dala Pandangan Islam
Keadilan Dala Pandangan Islam
 
Teori Politik Moderen
Teori Politik Moderen Teori Politik Moderen
Teori Politik Moderen
 
ADART HIMADIKWAN 2014-2015
ADART HIMADIKWAN 2014-2015ADART HIMADIKWAN 2014-2015
ADART HIMADIKWAN 2014-2015
 
Manusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBD
Manusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBDManusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBD
Manusia Sebagai Mahluk Individu & Sosial ISBD
 
Demokrasi Indonesia
Demokrasi IndonesiaDemokrasi Indonesia
Demokrasi Indonesia
 
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG  TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG  TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
PRILAKU ANGGOTA DPR- RI YANG TERTANGKAP KAMERA SEDANG MENONTON VIDEO PORNO S...
 
Group Investigation ppt
Group Investigation pptGroup Investigation ppt
Group Investigation ppt
 
BENTUK NEGARA
BENTUK NEGARABENTUK NEGARA
BENTUK NEGARA
 
SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014
SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014
SOSIALISASI PEMILU 2009 DAN 2014
 
Pilar Belajar
Pilar BelajarPilar Belajar
Pilar Belajar
 
Prasangka Sosial
Prasangka SosialPrasangka Sosial
Prasangka Sosial
 
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIASISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA
 
Hukum Keluarga
Hukum Keluarga Hukum Keluarga
Hukum Keluarga
 
Hukum Keluarga
Hukum KeluargaHukum Keluarga
Hukum Keluarga
 

OPTIMALKAN EVALUASI

  • 1.
  • 2. BAB I 1.PENDAHULUAN Fungsi Guru sebagai evaluator memegang kunci yang penting karena akan bisa menentukan tingkat keberhasilan siswa. Untuk itu guru harus pandai memainkan peranan nya sebelum memberikan evaluasi terhadap siswa. Guru harus merumuskan dulu apa tujuan dari evaluasi tersebut, selain itu guru harus pandai menyusun alat evaluasi yang tepat yang akan di gunakan untuk mengukur tujuan dari apa yang hendak di ukur. Belajar dan berlatih menyusun alat evaluasi adalah sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang di harapkan. Di dalam pembelajaran, fungsi guru sebagai evaluator tidak hanya menilai produk ( hasil dari pengajaran ), tetapi juga menilai proses, karena dengan kedua kegiatan itu akan di peroleh feedback tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah di laksanakan.
  • 3. 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan,kita ketahui bahwa setiap jenis dan jenjangpendidikan pada waktu- waktu tertentu/periode pendidikan selalu mengadakan evaluasi, artinya penilaian yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun pendidik. Demikian pula setiap kali proses belajar mengajar, guru hendaknya menjadi evaluator yang baik. Penilaian dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau tidak, apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat. Penilaian perlu dilakukan, karena melalui penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan metode mengajar. Tujuan lain penilaian ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dalam penilaian, guru dapat menetapkan apakah seorang siswa termasuk dalam kelompok siswa pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya, jika dibandingkan dengan teman- temannya. Dengan menelaah pencapaian tujuan mengajar, guru dapat mengetahui apakah proses belajar mengajar yang dilakukan cukup efektif, cukup memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau sebaliknya. Kiranya jelasl bahwa guru harus mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dalam penilaian, guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia mengikuti proses belajar mengajar. Dalam fungsinya sebagai penilaian hasil belajar siswa, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik terhadap proses belajar mengajar, di mana umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
  • 4. guru mempunyai peranan utama dan sangat menentukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa kedudukan dan peranan guru sebagai evaluator? 1.2.2 Apa pengertian, tujuan, dan fungsi evaluasi? 1.2.3 Apa prinsip-prinsip dan teknik evaluasi? 1.2.4 Bagaimana cara menyusun tes? 1.2.5 Bagaimana cara menganalisis hasil tes? 1.2.6 Bagaimana cara memberi nilai hasil tes? 1.3 Tujuan Pembahasan 1.3.1 Mengetahui kedudukan dan peranan guru sebagai evaluator. 1.3.2 Mengetahui pengertian, tujuan, dan fungsi evaluasi. 1.3.3 Mengetahui prinsip-prinsip dan teknik evaluasi. 1.3.4 Mengetahui cara menyusun tes. 1.3.5 Mengetahui cara menganalisis hasil tes. 1.3.6 Mengetahui cara member nilai hasil tes. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kedudukan dan Peranan Guru Sebagai Evaluator Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar, pendidik dan sebagai evaluator dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Bedasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan
  • 5. yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Apa yang dituntut dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi dari pada yang dituntut dari orang dewasa lainnya. Guru sebagai pendidik dan Pembina generasi muda harus menjadi teladan, didalam maupun diluar sekolah. Guru harus senantiasa sadar akan kedudukannya selama 24 jam sehari. Dimana dan kapan saja ia akan selalu dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru oleh masyarakat, khususnya oleh anak didik. Penyimpangan dari kelakuan yang etis oleh guru mendapat sorotan dan kecaman yang lebih tajam. Masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-pelanggaran seperti berjudi, mabuk, pelanggaran seks, korupsi atau ngebut, namun kalau guru melakukannya maka dianggap sangat serius . Guru yang berbuat demikian akan dapat merusak murid-murid yang dipercayakan kepadanya. Orang yang kurang bermoral dianggap tidak akan mungkin menghasilkan anak didik yang mempunyai etik tinggi. Sebaliknya harapan-harapan masyarakat tentang kelakuan guru menjadi pedoman bagi guru. Guru-guru memperhatikan tuntutan masyarakat tentang kelakuan yang layak bagi guru dan menjadikannya sebagai norma kelakuan dalam segala situasi sosial di dalam dan di luar sekolah. Ini akan terjadi bila guru menginternalisasi norma-norma itu sehingga menjadi bagian dari pribadinya. Ada norma-norma yang umum bagi semua guru di suatu Negara, adapula yang di tentukan oleh norma-norma yang khas yang berlaku di daerah tertentu menurut adat istiadat yang terdapat dilingkungan itu. Kedudukan guru juga ditentukan oleh fakta bahwa ia seorang dewasa . Dalam masyarakat kita orang yang lebih tua harus di hormati. Oleh sebab guru lebih tua daripada muridnya maka berdasarkan usianya ia mempunyai kedudukan yang harus dihormati, apalagi karena guru juga dipandang sebagai pengganti orang tua. Hormat anak terhadap orang tuanya sendiri harus pula diperlihatkannya terhadap gurunya dan sebaliknya guru harus pula dapat memandang murid
  • 6. Adapun sejumlah kegiatan yang harus dilakukan guru sejalan dengan peranannya sebagai evaluator dalam interaksi belajar-mengajar ini adalah: 1.Memahami sejumlah prinsip yang bersangkutan dengan penilaian terhadap rancangan program, pelaksanaan program serta penilaian hasil belajar, baik yang dimanfaatkan untuk memahami tingkat pencapaian tujuan pengajaran maupun tingkat penguasaan materi pengajaran. 2.Berusaha mengidentifikasi fungsi dan pemanfaatan lanjut dari evaluasi, misalnya apakah berkaitan dengan perbaikan rancangan program karena hasil belajar ternyata tidak sesuai dengan situasi belajar-mengajar yang akan diciptakan, untuk mengadakan bimbingan belajar, bimbingan pribadi atau mungkin juga bersangkutan dengan pelaksanaan program itu sendiri. 3.Merancang alat pengukur yang akan digunakan, baik dalam kaitannya dengan penilaian rancangan program pengajaran, pelaksanaan pengajaran, terutama yang bersangkutan dengan rancangan tes yang memiliki sasaran siswa sebagai subjek belajar. 4.Mengembangkan rancangan tes sesuai dengan bentuk yes yang telah ditetapkan, sesuai dengan tujuan serta pengalaman belajar yang dimiliki siswa. 5.Berusaha memahami tingkat kelebihan alat pengukur yang digunakan. 6.Mengadministrasikan tes, baik dari pemberian skor, penentuan hasil, pengarsipan, dan penyimpanan alat ukur. 7.Menyusun bahan umpan-balik hasil tes terhadap siswa maupun guru itu sendiri sebagai perancang maupun pelaksana program dalam interaksi belajr-mengajar. (Masnur,Hasanah, Bassenang,1987) 2.2 Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi Pendidikan 2.2.1 Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi
  • 7. Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian. Dari dua kalimat di atas kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu: evaluasi, pengukuran dan penilaian. Sementara orang memang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam memaknainya hanya tergantung dari kata mana yang sedang siap untuk diucapkannya. Akan tetapi sementara orang yang lain, membadakan ketiga istilah tersebut. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara ketiganya, dapat dipahami melalui contoh-contoh di bawah ini: 1.Apabila ada orang yang akan member sebatang pensil kepada kita, dan kita disuruh memilih antara dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu saja kita akan memilih yang “panjang”. Kita tidak akan memilih yang “pendek” kecuali ada alasan yang khusus. 2.Pasar, merupakan suatu tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual dan membeli. Sebelum menentukan barang yang akan dibelinya, seorang pembeli akan memilih dahulu mana barang yang lebih “baik” menurut ukurannya. Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita, itulah yang disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengatakan penilaian sebelum kita mengadakan pengukuran. •Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. •Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. •Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yakni mengukur dan menilai.
  • 8. Dalam istilah asingnya, pengukuran adalah measurement, sedang penilaian adalah evaluation. Dari kata evalution inilah diperoleh kata Indonesia evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu) (Suharsimi, 1984) 2.2.2 Tujuan evaluasi pendidikan Evaluasi pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Guru ataupun pengelola pengajaran mengadakan penilaian dengan maksud melihat apakah usaha yang dilakukan melalui pengajaran sudah mencapai tujuan. Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon siswa diumpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah iu dapat disamakan dengan hasil olahan yang sudah siap digunakan. Dalam istilah inovasi yang menggunakan teknologi maka tempat pengolahan ini disebut transformasi. Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar-mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa: •Penempatan pada tempat yang tepat •Pemberian umpan balik •Diagnosis kesulitan belajar siswa •Penentuan kelulusan 2.2.3 Fungsi Evaluasi Pendidikan Dengan mengetahui manfaat evaluasi ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa fungsi evaluasi ada beberapa hal:
  • 9. 1.Evaluasi berfungsi selektif Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap siswanya. Seleksi itusendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain: 1.Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu 2.Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya. 3.Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa. 4.Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya. 2. Evaluasi berfungsi diagnostik Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi persyaratan, maka dengan meliha hasilnaya, guru akan mengetahuai kelemahan siswa. Di samping itu diketahui pula sebab- musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan evaluasi, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahuinya sebab-seba kelemahan ini, akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasi. 3.Evaluasi berfungsi sebagai penempatan Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di Negara barat adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul maupun paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakar sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekata yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti dikelompok
  • 10. mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu evaluasi. Sekompok siswa yang mempunyai hasil evaluasi yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. 4..Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan Fungsi keempat dari evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa factor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem kurikulum. 2.3 Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi 2.3.1 Prinsip-prinsip Evaluasi Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi. Betapapun baiknya prosedur evaluasi diikuti dan sempunanya teknik evaluasi diterapkan, apabila tidak dipadukan dengan prinsip-prinsip penunjangnya maka hasil evaluasi pun kurang akan kurang dari yang diharapkan. Prinsip-prinsip termaksud adalah sebagai berikut: 1.Keterpaduan Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran di samping tukuan instruksional dan materi serta metode pengajaran. Tujuan instruksional, materi dan metode pengajaran, serta evaluasi merupakan tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Karena itu, perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan pada waktu menyusun satuan pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan instruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan. 2.Keterlibatan siswa
  • 11. Prinsip ini berkaitan erat dengan metode belajar CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)yang menuntut keterlibatan siswa secara aktif, siswa mutlak. Untuk dapat mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajar-mengajar yang dijalaninya secara aktif, siswa membutuhkan evaluasi. Dengan demikian, evaluasi bagi siswa merupakan kebutuhan, bukan swauatu yang ingin dihindari. Penyajian evaluasioleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan siswa akan informasi mangenai kemajuannya dalam program belajar-mengajar. Siswa akan merasa kecewa apabila usahanya tidak dievaluasi. 3.Koherensi Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur. Tidak dapat dibenarkan menyusun alat evaluasi hasil belajar atau evaluasi pencapaian belajar yang mengukurbahan yang belum disajika dalam kegiatan belajar-mengajar. Demikian pula tidak diterima apabila alat evaluasi berisi butir yang tidak berkaitan dengan bidang kemampuan yang hendak diukur. 4.Pedagogis Disamping sebagai alat penilai hasil/pencapaian belajar, evaluasi juga perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku ditinjau dari segi pedagigis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk siswa dalam kegiatan belajarnya. Hasil evaluasi hendaknya dirasakan sebagai ganjaran (reward) yakni sebagai penghargaan bagi yang berhasil tetapi merupakan hukuman bagi yang tidak/kurang berhasil. 5.Akuntabilitas Sejauh mana keberhasilan program pengajaran perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan sebagai laporan pertanggungjawaban (accountability). Pihak-pihak termaksud antara lain orang tua, calon majikan, masyarakatlingkungan pada umumnya, dan lembaga
  • 12. pendidikan sendiri. Pihak-pihak ini perlu mengetahui keadaan kemajuan belajar siswa agar dapat dipertimbangkan pemanfaatannya. 2.3.2 Teknik Evaluasi Secara garis besar, teknik evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu: teknik tes dan teknik non-tes. 1.Teknik non-tes Ada beberapa teknik non-tes yaitu: 1.Skala bertingkat (rating scale) Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil pertimbangan. Sebagai contoh adalah skor atau biji yang diberikan oleh guru di sekolah untuk menggambarkan tingkat prestasi belajar siswa. Siswa yang mendapat skor 8, digambarkan ditempat yang lebih kanan dalam skala, dibandingkan penggambaran skor 5. Biasanya angka-angka yang digunakan diterangkan pada skala dengan jarak yang sama. Meletakkannya secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi. Dengan demikian maka skala ini dinamakan skala bertingkat. 2.Kuesioner Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan / data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain. Tentang macam-macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi:
  • 13. 1) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada: a) Kuesioner langsung Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya. b) Kuesioner tidak langsung Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang dimintai keterangannya. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya. 2) Ditinjau dari segi cara menjawab: a) Kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban langkah sehingga pengisi hanya tinggal member tanda pada jawaban yang dipilih. Contoh : Tingkat pendidikan yang sekarang Anda ikuti adalah: SD SLTP SLTU Perguruan Tinggi Tanda cek (V) di bubuhkan pada kotak di depan “perguruan tinggi” jika pengisi berstatus mahasiswa. b) Kuesioner terbuka Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila
  • 14. Pernyataan Penting Biasa Tidak penting 1. Melihat pemandangan 2. Olahraga tiap hari 3. Melihat film macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya adalah beranekaragam. Contoh: Untuk membimbing mahasiswa kea rah kebiasaan membaca buku-buku asing, maka sebaiknya setiap dosen menunjuk buku asing sebagai salah satu buku wajib. Bagaimana pendapat saudara? Jawaban :…………………………………………. 1.Daftar cocok (check list) Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan pertanyaan (yang biasanya disingkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( ) di tempat yang sudah disediakan. Contoh : berikan tanda cek pada kolom yang sesuai dengan pendapat saudara. 2.Wawancara (interview) Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan Tanya jawab sepihak.Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi. Wawancara dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
  • 15. a) Interview bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi. b) Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu kadang-kadang bersifat sebagai pemimpin, mengarahkan dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah daftar cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban, ia tinggal membubuhkan tanda cocok ditempat yang sesuai dengan keadaan responden. 3.Pengamatan (observation) Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada 3 macam observasi: 1) Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi partisipan dilaksanakan sepenuhnya jka pengamat betul-betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan demikian ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang-orang dalam kelompok yang diamati. 2) Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam observasi sistematik ini pengamat berada di luar kelompok. Dengan demikian maka pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang melingkungi dirinya.
  • 16. 3) Observasi eksperimental, terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsure-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi. 4.Riwayat hidup Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupnya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan temtang kepribadian kebiasaan dan sikap dari objek yang dimulai. 2. Teknik tes Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat- alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Ditinjau dari segi kegunaanuntuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam tes, yaitu: a) Tes diagnostik Tes diagnostik adalah yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. b) Tes formatif Dari arti kata “form” yang merupakan dasar dari istilah “formatif” maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhir pelajaran.
  • 17. TIK dan Aspek tingkah laku Ingatan Pemahaman Aplikasi Keterangan 1. Sisawa dapat menjumlah kan 2 bilangan bersusun V V Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes ini merupakan post-test atau res akhir proses. c) Tes sumatif Evaluasi simatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman di sekolah, tes formatif dapat disamakan dengan ulangan harian, sedangkan res sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir catur wulan atau akhir semester. (Daryanto,2007) 2.4 Langkah-langkah penyusunan tes Tentu saja setiap guru akan dengan mudah mengatakan bagian pelajaran mana yang akan dicakup dalam sebuah tes jika sudah diketahui tujuannya. Urutan langkah yang dilakukan adalah: 1.Menentukan tujuan mengadakan tes. 2.Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan. 3.Merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) dari tiap bagian bahan. 4.Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu. Tabel ini digunakan untuk mengadakan identifikasi terhadap tingkah laku yang dikehendaki, agar tidak terlewati. Contoh : Tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.
  • 18. Bilangan bersusun 1. Siswa dapat menerangkan hukum komulatif dan sebagainya V V 1.Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukurbeserta imbangan antara kedua hal tersebut. Uraian secara terperinci tentang tabel spesifikasi , akan disajikan bada bab berikutnya. 2.Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup. Apabila TIK ditulis sangat khusus, maka satu TIK diukur oleh satu butir soal. jika TIKitu merupakan TIKesensial, maka satu TIK dapat diukur dengan lebih dengan satu butir soal. (Suharsimi,1984)) 2.5 Menganalisis Hasil Tes 2.5.1 Menilai tes yang dibuat sendiri Ada 4 cara untuk menilai tes, yaitu: 1.Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran dan lain-lain keadaan soal tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain: (1) Apakah pertanyaan soal untuk tiap topik sudah seimbang? (2) Apakah semua soal menanyakan bahan yang telah diajarkan
  • 19. (3) Apakah soal yang kita susun tidak merupakan pertanyaan yang membingungkan? (4) Apakah soal itu tidak sukar untuk dimengerti? (5) Apakah soal itu dapat dikerjakan oleh sebagian besar siswa? 2.Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (terms analysis) Analisis soal adalah suatu proses yang sistematis, yang akan memberikan informasi- informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun. Faedah mengadakan analisis soal: (1) Membantu kita dalam mengidentifikasi bitur-butir soal yang jelek (2) Memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan soal- soal untuk kepentingan lebih lanjut. (3) Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan yang kita susun. 3.Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes buatn guru adalah validitas kulikuler (content validity). Utuk mengadakan checking validitas kulikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut. Tes yang tidak mempunyai validitas kulikuler atau walaupun mempunyai tetapi kecil, maka dapat juga terjadi jika salah satu atau beberapa tujuan khusus tidak dicantumkan dalam tabel spesifik. Semakin banyak tujuan khusus yang tidak dicantumkan, berarti bahwa validitas kulikulernya semakin kecil
  • 20. 4.Cara keempat adalah dengan mengadakan Checking reabilita. Salah satu indicator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi. 2.5.2 Analisis Butir-butir Soal Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan “petunjuk” untuk mengadakan perbaikan. Kapan sebuah soal dikatakan baik? Untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini, perlu diterangkan tiga masalah yang berhubungan dengan analisis soal, yaitu: 1. Taraf kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyababkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. 2.Daya pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan remdah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tamda negatif. Tanda negative pada indeks diskriminasi digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas testee. Yitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai.
  • 21. 3. Pola jawaban soal Yang dimaksud dengan pola jawaban disini adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan jawabanpada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d yang tidak memilih pilihan manapun (blangko). Dalam evaluasi disebut omit, disingkat O. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti pengecoh itu jelek, terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan. Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui: (1) Taraf kesukaran soal. (2) Taraf pembeda soal. (3) Baik dan tidaknya distraktor. Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 cara: a) Diterima, karena sudah baik. b) Ditolak karena tidak baik c) Ditulis kembali, karena kurang baik. Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis soal adalah suatu kesukaran yang sulit, sehingga apabila masih dapat
  • 22. Menulis soal adalah suatu kesukaran yang sulit, sehingga apabila masih dapat distraktor dapat dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih 5% pengikut tes. (evaluasi pendidikan, daryanto) 2.6 Pemberian Nilai Pemberian nilai (grading) merupakan proses penerjemahan skor hasil tes yang telah dikonversikan., kedalam klasifikasi evaluasi menurut norma atau kriteria yang relevan. Apa yang terjadi selama ini, banyak di antara para guru sendiri yang masih mencampuradukkan antara dua pengertian yaitu skor dan nilai. Skor : adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa. Nilai : adalah angka ubahan dari skor, dimana sudah dijadikan satu dengan skor-skor lain serta telah disesuaikan pengaturannya dengan suatu standar tertentu. (dasar2 evaluasi pendidikan, suharsimi) 2.6.1 Penilaian Relatif Penilaina relative adalah pemberian nilai terhadap siswa yang didasarkan atas norma kelas atau norma kelompok yaitu dengan menentukan posisi relatifnya terhadap siswa lain. Nama lain untuk penilain relatif adalah norm-referenced evaluation. Norma sendiri berarti rata-rata, yang menunukkan kepada kecenderungan umum suatu kelompok. Karakteristik distribusi hasil tes akan sangat menentukan skor yang menjdai batas angka yang sesuai dengan norma penilaiain yang berlaku bagi masing-masing kelompok siswa yang bersangkutan. Skor yang menjadi batasan angka yang sesuai dengan norma itu baru dapat dihitung bila data skor tes
  • 23. telah diperoleh akan tetapi norma penilaiannya sendiri harus sudah ditetapkan terlebih dahulu. Berikut ini adalah uraian mengenai beberapa prosedur pemberian nilai relatif. 1.Penilaian dengan persentil Salah satu prosedur penilaian relatif adalah dengan menggunakan persentil (pn) yang dihitung dari distribusi skor kelas. Dengan cara ini ditentukan terlebih dahulu suatu norma penilaian yang diinginkan. Norma tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: E D C B A (10%) (20%) (40%) (25%) (5%) P10 P30 P70 P95 Selanjutnya, apabila distribusi skor para siswa telah didapat, keempat skor presentil yang telah ditentukan itu dihitung. Setelah harga masing-masing persentil ditemukan, maka skor mentah para siswa dapat diterjemahkan kedalam nilai huruf yang dikehendaki semula. 2.Penilaian dengan skor standar Pemberian nilai yang menggunakan skor standar dilakukan dengan mengubah skor hasil tes siswa ke dalam bentuk penyimpangannya dari mean dalam satu deviasi srandar. Dalam hal ini pun suatu pedoman pemberian nilai yang merupakan norma, ditentukan terlebih dahulu. Sebagai suatu contoh, untuk memberikan suatu nilai dalam lima kategori seperti di atas, ditetapkan terlebih dahulu norma
  • 24. 3.Penilaian dengan stanine Stanine (dibaca stenain) adalah semacam skor standar yang membagi distribusi frekuensi skor kedalam Sembilan bagian. Istilah stanine berasal dari kata standard nine. Dalam system penilaian ini, angka stanine yang tertinggi adalah 9 dan yang terendah adalah 1 sehingga terdapat 9 klasifikasi nilai dengan angka 5 terletak ditengah-tengah klasifikasi. Distribusi stanine merupakan distribusi skor standar yang memiliki mean sebesar 5 dan deviasi standar sebesar 1. Setiap nilai stanine, kecuali 0 dan 1, mencakup sebaran skor mentah yang luasnya 0,50s. Stanine 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Presentase 4% 7% 12% 17% 20% 17% 12% 7% 4% 2.6.2 Penilain Absolut Penilaian absolut adalah pemberian nilai yang didasarkan atas tercapainya suatu standar atau criteria penguasaan (competence) tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Penilaian absolut tidak membandingkan posisi atau kedudukan relatif sibjek yang satu dengan posisi subjek yang lain dalam kelompoknya akan tetapi melihat apakah performansi subjek sudah mencapai batas tertentu. Dengan kata lain, penilaian absolute akan melihat apakah subjek mampu melakukan tugas spesifik yang ada dalam tes. Karena itu pula, penilaian absolute biasanya dipergunakan dalam mastery testing dimana setiap tujuan tes dinyatakan dalam tugas- tugas spesifik secara tegas. Kriteria sebagai ukuran penugasan yang diindikasikan oleh performansi subjek dapat berupa kecepatan penyelesaian, kecermatan pengerjaan, ataupun persentase aitem yang dapat dijawab dengan benar.
  • 25. 2.6.3 Penilaian Kombinasi Prosedur penilain relatif maupun penilaian absolut yang diterapkan seperti apa adanya tidak selalu dapat memuaskan. Bahkan kadang- kadang tidak mungkin untuk dilakukan. Hal tersebut disebabkan keadaan distribusi skor hasil tes yang tidak selalu mumanuhi asumsi tertentu sebagai syarat penggunaan salah satu prosedur yang bersangkutan atau disebabkan alas an-alasan praktis dan pertimbangan-pertimbangan didaktik lain. Menghadapi kemungkinan tidak dapatnya penerapan prosedur penilaian relatif atau absolut secara murni, suatu kombinasi dari kedua prosedur tersebut dapat digunakan sebagai jalan keluar. Gambaran Sederhana prosedur kombinasi ini adalah penetapan lebih dahulu suatu skor sebagai criteria yang harus dicapaioleh siswa kemudian penerapan norma penilaian relatif pada kelompok siswa yang melampaui criteria tersebut. (Saifudin Azwar,1996)
  • 26. BAB III 3.PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pada dasarnya guru sebagai evaluator harus memahami dan menguasai sejumlah prinsip yang bersangkutan dengan penilaian terhadap rancangan program, pelaksanaan program serta penilaian hasil belajar, baik yang dimanfaatkan untuk memahami tingkat pencapaian tujuan pengajaran maupun tingkat penguasaan materi pengajaran.
  • 27. 3.2 Saran Agar tujuan pembelajaran dapat berhasil dan predikat guru sebagai guru professional yang diidolakan maka guru bersama-sama saling intropeksi sudah sampai sejauh mana peran para guru dalam melaksanakan tugas pendidikan. Janganlah kita hanyamenuntut hak tapi lalai dalam melaksanakan tugas, tetapi marilah kita melaksanakan tugas kita sebaik-baik nya kemudian kita menuntut hak kita. Sebagai ujung tombak dalam keberhasilan pembelajaran, marilah menjadi guru yag professional demi keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan
  • 28. 3.3. Daftar Pustaka Sujadi,Hamid.1990.Panduan Penilaian Terhadap Siswa. Surabaya : Universitas Surabaya Usman,Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional . Jakarta : PT. Gramedia Wahyuni, Eliza. 1997. Modul Pedoman Guru Sebagai Evaluator. Solo : Balai Pustaka Website : http:e-resourses.pnri.go.id Suharsimi.1984. .Pengertian,Tujuan,dan Fungsi Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Masnur, Hasanah & Bassenang,1987.Peranan Guru.Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press Nasution.1995.Kedudukan Guru dan Peranan Guru Sebagai Evaluator. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta Azwar ,Saifudin.1996.Pemberian Nilai Terhadap Siswa. Yogyakarta : Universitas Terbuka Daryanto.2007.Teknik Evaluasi. Jakarta : PT. Gelora Aksara