Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
3. Fungsi / Kegunaan
CuSO4.xH2O yang dikenal dengan nama terusi atau
blue vitriol digunakan sebagai fungisida, misalnya
pada kolam renang. Kegunaan lain adalah pada
pemurnian tembaga dan penyepuhan dengan sulfida,
seperti chalcopite, tembaga. Tembaga di alam terdapat
sebagai bronit, chalcocite, covelite, oksidasi seperti
cuprite, ferronite
4. TEORI
Tembaga dari garam (II) dapat diendapkan sebagai
tembaga (II) hidroksida. Endapan ini larut dalam
NH4OH berlebihan sebagai garam kompleks
[Cu(NH3)2+ , oleh karena itu pengendap digunakan
NaOH atau KOH. Untuk menghindari hidrolisis ion
Cu 2+ menjadi Cu(OH)2 , sebelum pendidihan larutan
CuSO4 harus diasamkan dengan H2SO4
CuSO4 + H2O Cu(OH)2 + H2SO4
5. DASAR
Larutan garam tembaga (II) panas diendapkan dengan
larutan basa kuat (NaOH/KOH), menjadi
endapan Cu(OH)2 yang berwarna biru, setelah
dipanaskan memecah menjadi CuO yang berwarna
hitam kecoklatan.
7. CARA KERJA
1. Timbang dengan teliti 0,5 gram sempel garam terusi
2. Masukan ke dalam piala gelas 400 ml , dibilas dengan air suling
3. Larutkan dengan 100 ml air suling dan diasamkan dengan beberapa tetes larutan
H2SO4 4N sampai larutan biru jernih
4. Didihkan larutan sampel
5. Endapakan dengan larutan NaOH 4nN sedikit deim sedikit sampai berlebih
6. Uji pengendapan sempurna
- Cairan jernih diuji dengan kertas lakmus merah ( warna kertas lakmus merah
berubah biru )
- Cairan jernih ditetesi 1 – 2 tetes pereaksi pengendap, tidak terbentuk endapan lagi.
7. Saring endapan dengan kertas saring No.40 hingga bebas basa dan sulfat
8. Keringkan endapan dalam lemari pengering
9. Masukan endapan dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya
10. Perarang menggunakan pembakar teklu dan abukan/pijarkan menggunakan
pembakar meker / tanur
11. Dinginkan dalam desikator , setelah dingin cawan berisi abu di timbang
12. Pemanasan, pemijaran , pendinginan , dan penimbangan diulangi beberapa kali
hingga dicapai bobot tetap bagi CuO
8. Ketika dilarutkan dengan air suling, sampel
terusi terhidrolisis menjadi endapan Cu(OH)2.
Endapan ini tidak stabil, ion Tembaga (II) juga
belum terendap sempurna serta memang
endapannya belum diinginkan. Oleh karena
itu, dilarutkan kembali dengan penambahan
asam semarga dengan sampelnya, yaitu asam
sulfat (H2SO4). Sebenarnya semua asam dapat
dipakai untuk menghindari hidrolisis, namun
yang paling baik adalah yang semarga dengan
sampelnya.
9. Tembaga (II) dapat diendapkan dengan basa kuat saja,
karena apabila dengan ammonia akan larut membentuk
senyawa kompleks [Cu(NH3)4](OH)2 / senyawa tembaga
(II) tetramin hidroksida. Dengan basa kuat seperti NaOH
maupun KOH, ion tembaga (II) akan mengendap
membentuk hidroksidanya. Hidroksida ini kurang stabil,
maksudnya endapan tersebut mudah terurai menjadi
oksidanya namun tidak semuanya terurai. Dengan kata
lain, apabila pengendapan tidak dilakukan dalam suhu
panas akan menyebabkan endapan menjadi ganda. Hal ini
tidak boleh terjadi dalam Analisis Gravimetri karena salah
satu syarat endapan gravimetri adalah tunggal dan murni.
Demi alasan inilah dilakukan pendidihan sebelum
pengendapan, agar endapan Cu(OH)2 terurai seluruhnya
menjadi endapan CuO stabil yang berwarna kehitaman.
10. Endapan tembaga (II) oksida yang baik ialah yang berat
dan kasar, ditandai dengan cepatnya endapan mengenap
serta cairan induknya berwarna jernih. Ini akan
mempercepat proses penyaringan. Endapan CuO yang baik
tersebut dapat diperoleh dengan cara mengatur suhu yaitu
harus mendidih saat pengendapan, konsentrasi pereaksi
pengendapnya yang encer, penambahan pengendapnya
yang berlebih serta sedikit-sedikit sambil diaduk dengan
rata. Setelah dilakukan pengendapan, tunggu sebentar agar
endapan mengenap semuanya, jangan diaduk lagi karena
nantinya akan menyebabkan endapannya sulit mengenap.
Dengan kata lain, cairan induknya akan keruh sehingga
jika disaring endapannya bocor melewati pori-pori kertas
saring. Ini merupakan kesalahan yang fatal sehingga proses
analisis harus diulang dari awal.
11. Endapan CuO optimal dicuci dengan air suling biasa,
karena jika dengan air suling panas dikhawatirkan
kelarutan endapan semakin tinggi. Pada awal proses
pencucian dan penyaringan, air filtrat akan mengalir
dengan cepat karena pori-pori kertas saring belum
tertutup endapan. Namun seiring berjalannya
penyaringan, endapan perlahan-lahan masuk ke kertas
saring. Akibatnya, proses penyaringan semakin lambat
karena pori-porinya tertutup endapan.
12. PERHITUNGAN
- Perhitungan secara teoiris :
%Cu = Ar Cu / Mr CuSO4 5H2O x 100 %
- Perhitungan secara praktek :
%Cu = Fk x bobot abu / bobot sampel x 100%
Fk = Ar Cu / Mr CuO
13. PERTANYAAN
1. Apakah ada garam tembaga (I)? Sebutkan.
2. Bagaimana jika pada proses pengendapan tidak
dipanaskan? Apakah akan timbul endapan?
3. Apakah hanya Endapan Cu(OH)2 yang dapat
memecah menjadi CuO + H2O saat proses
pemanasan?
4. Apa maksud dari Reaksi CuO -> CuO ?
5. Apa fungsi dari penambahan H2SO4 dan mengapa
hanya beberapa tetes tidak beberapa ml?
14. JAWABAN 1. ada yaitu Cu2(NO3)2, Cu2SO4, Cu2Cl2, dll
2. apabila pengendapan tidak dilakukan dalam suhu panas akan menyebabkan
endapan menjadi ganda. Hal ini tidak boleh terjadi dalam Analisis Gravimetri
karena salah satu syarat endapan gravimetri adalah tunggal dan murni. Demi
alasan inilah dilakukan pendidihan sebelum pengendapan, agar endapan
Cu(OH)2 terurai seluruhnya menjadi endapan CuO stabil yang berwarna ke
hitaman.
3. Sebenarnnya semua jenisndapan Hidroksida ketika dipanaskan akan
memecah menjadi senyawa oksidanya + air, akan tetapi pada penetapan kadar
Cu ini terlihat sangat mencolok pemecahannya karena perbedaan warna antara
Cu(OH)2 yang berwarna biru dan CuO yang berwarna kehitam-hitaman
4.Maksud dari reaksi CuO--->CuO Adalah jadi pada saat proses pemijaran,
endapan CuO akan tetap menjadi Abu CuO(Endapan CuO tidak tereduksi
oleh karbon dari kertas saring dan tidak berubah menjadi senyawa Cu yang
lain).
5. Sebenarnya fungsi dari penambahan H2SO4 adalah hanya untuk mencegah
terjadinya hidrolisis ion CU 2+ dan sebagai pengasam saja. Jika penambahan
H2SO4 Terlalu banyak atau berlebihan, maka nantinya hanya akan menambah
pengotor Sulfat pada tahap Pencucian sehingga memerlukan waktu yang lama
untuk mencuci endapan agar bebas dari pengotor Sulfat.
15. KESIMPULAN
Jadi kesimpulannya Praktikum kadar Cu secara
praktek ini ditujukan untuk mengukur tingkat
ketelitian dan kesalahan dalam pekerjaan. Adapun
Tingkat ketelitian adalah :
kadar Cu secara praktek / kadar Cu secara teoritis
x 100 %
Tingkat kesalahan = 100% - % tingkat ketelitian