1. Tugas : maternitas
Dosen : Ns. Nirwana Burhan s.kep
INFEKSI NIFAS
PERITONITIS
Disusun oleh :
Nurhifmawati arief Naomi pagorai
karlina arsyad rupiana
wenny saputri sapri wahid
iksan mapo tasrun
sri nuradmi muliadi wd. junianti
amliah maria Ts.
mey santi asrulah
farida latif
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2009
2. KONSEP DASAR
INFEKSI NIFAS ( PERITONITIS )
A.Definisi
Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman kedalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Dahulu
infeksi ini merupakan sebab kematian maternal yang paling penting, akan tetapi
berkat kemajuan ilmu kebidanan, khususnya pengetahuan tentang sebaab-sebab
infeksi nifas serta pencegahannya, dan penemuan obat-obat baru sepeti sulfa dan ant
biotik lainnya.
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi nifas.
Suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke2-10 postpartum dan diukur peroral
sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu tubuh
yang terjadi didalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak ditemukan
sebab-sebab ekstra genital.
klasifikasi infeksi nifas
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu
bendungan payudara
infeksi payudara
• mastitis
• abses payudara
abses pelvis
peritonitis
tromboflebitis
• pelviotromboflebitis
• tromboflebitis femoralis
inveksi luka perineal
luka abdominal
B. Etiologi
• Infeksi bakteri
1. Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
2. Appendisitis yang meradang dan perforasi
3. Tukak peptik (lambung / dudenum)
3. 4. Tukak thypoid
5. Tukan disentri amuba / colitis
6. Tukak pada tumor
7. Salpingitis
8. Divertikulitis
9. Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus µ dan b hemolitik,
stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling berbahaya adalah
clostridium wechii.
• Secara langsung dari luar.
1. Operasi yang tidak steril
2. Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida, terjadi peritonitisyang
disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap benda
asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta merupakan peritonitis lokal.
3. Trauma pada kecelakaan seperti rupturs limpa, ruptur hati
4. Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis. Terbentuk pula
peritonitis granulomatosa.
C. manifestasi klinis
• Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita
peritonitis umum.
• Demam
• Distensi abdomen
• Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung
pada perluasan iritasi peritonitis.
• Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang
jauh dari lokasi peritonitisnya.
• Nausea
• Vomiting
• Penurunan peristaltik.
4. D. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen ke dalam rongga
bdomen sebagai akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau perforasi tumor.
Terjadinya proliferasi bacterial, terjadinya edema jaringan dan dalam waktu singkat
terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal menjadi keruh dengan
peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler dan darah. Respons segera
dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik disertai akumulasi
udara dan cairan dalam usus
E. komplikasi
-EviserasiLuka
-Pembentukan abses
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Test laboratorium
· Leukositosis
· Hematokrit meningkat
· Asidosis metabolik
2. X. Ray
· Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan :
· Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
· Usus halus dan usus besar dilatasi.
. Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi
3.USG
4. Pembedahan
G. Penatalaksanaan
Penggantian cairan, koloid dan elektroli adalah focus utama. Analegesik
diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk
mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan
meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan
5. napas dan bantuk ventilasi diperlukan. Tetapi medikamentosa nonoperatif dengan
terapi antibiotic, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan
metabolic dan terapi modulasi respon peradangan.
Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di
dada bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah sepakat
pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani explorasi bedah,
tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa-tanda-tanda sepsis dengan
hemodinamik stabil. Semua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus
dieksplorasi terlebih dahulu. Bila luka menembus peritoniummaka tindakan
laparotomi diperlukan. Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis, syok, hilangnya
bising usus, terdaat darah dalam lambung, buli-buli dan rectum, adanya udara
bebas intraperitoneal dan lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi
melakukan laparotomi. Bila tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48 jam.
Sedangkan pada pasien luka tembak dianjurkan agar dilakukan laparotomi.
Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien yang mencakup tiga fase yaitu :
1. Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan
untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien digiring kemeja operasi.
Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan
pengkajian dasar pasien ditatanan kliniik atau dirumah, menjalani wawancaran
praoperatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan dan
pembedahan. Bagaimanapun, aktivitas keperawatan mungkin dibatasi hingga
melakukan pengkajian pasien praoperatif ditempat ruang operasi.
2. Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai dketika pasien masuk
atau dipindah kebagian atau keruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas
keperawatan dapat meliputi: memasang infuse (IV), memberikan medikasi
intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Pada beberapa contoh, aktivitas
keperawatan terbatas hanyapada menggemgam tangan pasien selama induksi
anastesia umum, bertindak dalam peranannya sebagai perawat scub, atau
membantu dalam mengatur posisi pasien diatas meja operasi dengan
menggunakan prinsip-prinsip dasar kesejajaran tubuh.
3. Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien keruang pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan kliniik atau dirumah. Lingkup
keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase
pascaoperatif langsung, focus terhadap mengkaji efek dari agen anastesia dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan
kemudian berfokus pada penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan,
perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan yang
berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan. Setiap fase ditelaah lebih
detail lagi dalam unit ini. Kapan berkaitan dan memungkinkan, proses
keperawatan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi diuraikan.
6. H. prognosis
• Mortalitas tetap tinggi antara 10 % - 40 %.
• Prognosa lebih buruk pada usia lanjut dan bila peritonitis sudah berlangsung lebih
dari 48 jam.
• Lebih cepat diambil tindakan lebih baik prognosanya
B. diagnosa keperawatan, tujuan dan intervensi
1. diagnosa keperawatan: nyeri berhubungan dengan adanya lesi pada peritoneum
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan nyeri dapat
berkurang
criteria hasil :
• Nyeri berkurang TTV normal
• Klien mampu beraktivitas
• Klien dapat melakukan relaksasi
Intervensi :
Mandiri :
• catat lokasi, lama, intensitas, dan karakteristik nyeri rasionalnya nyeri
cenderung menjadi konstan , lebih hebat, dan menyebar keatas
• pertahankan posisi semi fowler sesuai indikasi rasionalnya
memudahkan drainase cairan/ luka karena gravitasi dan membantu
meminimalkan nyeri karena gerakan
• berikan tindakan kenyamanan mis latihan relaksasi dan nafas dalam
rasionalnya meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan
koping pasien dengan memfokuskan kembali perhatian
• berikan perawatan mulut, hilangkan rangsangan lingkungan yang tidak
menyenangkan rasionalnya menurunkan mual muntah yang dapat
meningkatkan nyeri abdomen
Kolaborasi:
berikan obat sesuai indikasi:
7. Analgesik, narkotik rasionalnya menurunkan laju metabolic daniritasi, dapat
menghikangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan
Antimetik (hidrokzin) rasionalnya menurunkan mual muntah yang daopat
meningkatkan nyeri abdomen
antipiretik(menurunkan ketidak nyamanan
2. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan leukositosis dan
prostaglandin
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawat, Diharapkan panas menurun
Kriteria hasil :
-Suhu badan normal
-Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan
Intervensi :
Mandiri :
• pantau suhu pasien (derajat dan pola) rasionalnya suhu 38,9°-40,1°C
menunjukkan proses penyakit infeksi akut
• pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi rasionalnya suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
• berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol rasionalnya
dapat mengurangi demam
Kolaborasi
berikan antipiretik (aspirin, Tylenol) rasionalnya mengurangi demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus meskipun demam mungkain dapat berguna dalam
membatsi pertumbuhan organisme
3. penurunan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
Tujuan :
8. Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan luka sembuh
criteria hasil:
- Tingkat penyembuhan luka cepat
- Mencegah kerusakan kulit
Intervensi:
Mandiri
• Pantau tanda vital, catat adanya hipotensi ,takikardi, takipnea demam
rasionalnya membantu dalam mengevaluasi derajat deficit cairan dan
respon terhadap perngobatan
• ukur berat jenis urine rasionalnya menunjukkan status hidrasi dan
perubahan pada fungsi ginjal
• observasi kulit/ membrane mukosa untuk kekeringan turgor, catat edema
perifer rasionalnya hipovelemi, perpindahan cairan dan kekurangan nutrisi
memperburuk turgor kulit
• hilangkan tanda bahaya bau dari lingkungan rasional menurunkan
rangsangan pada gaster dan respon muntah
• ubah posisi,berikan perawatan kulit dengan sering dan pertahankan tempat
tidur kering dan bebas lipatan rasionalnya jaringan edema dan adanya
gangguan sirkulasi cenderung merusak kulit
Kolaborasi
berikan plasma /darah, cairan, eletrolit, diuretic sesuai indikasi rasionalnya
mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan eletrolit
4. nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan depolarisasi bakteri ke system
GI
Tujuan :
setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan berat badan dan keseimbangan
nitrogen dapat dipertahankan
Kriteria hasil:
pasien tidak mengalami mual muntah
9. Intervensi :
Mandiri
• Awasi selang NG. catat adanya muntah/ diare rasional jumlah besar dari
aspirasi gaster dan muntah diduga terjadi obstruksi usus
• Auskultasi bising usus, catat bunyi tak ada / hiperaktif rasionalnya
meskipun bising usus sering tidak ada inflamasi usus dapat menyertai
hiperaktive usus, penurunan absorbsi air
• ukur lingkar abdomen raionalnya memberikan bukti kuantitas perubahan
distensi gaster
• timbang berat badan dengan teratur rasionalnya kehilangan dan
peningkatan dini menunjukkkan perubahan hidrasi tetapi kehilangan lanjut
diduga ada deficit nutrisi
Kolaborasi
• awasi BUN, protein, albumin, glukosa , keseimbangan niterogen sesuai
indikasi rasionalnya menunjukkan fungsi organ dan status kebutuhan
nutrisi
• berikan hiperalimentasi sesuai indikasi rasionalnya meningkatkan
penggunaan nutrient dan keseimbangan nitrogen positif pada pasien yang
tidak mampu mengasimilasi nutrient dengan normal
5. Ansietas berhugungan dengan krisis situasi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan mencapai
peningkatan toleransi aktivitas
Kriteria hasil :
- Rasa takut menjadi berkurang
- Tampak rileks
- Tampak sehat
- Evaluasi tingkat ansietas
- Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
- Jadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentikan tidur
- Ketakutan menjadi nyeri hebat
- Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan antesias
- Membatasi kelemahan, menghemat energi & meningkatkan kemampuan koping
Intervensi
Mandiri:
10. • Evaluasi tingkat ansietas, catat respon nerbal dan non verbal pasien .
dorong ekspresi bebas akan emosi rasionalnya ketakutan dapat terjadi
karena nyeri hebat, peningkatkan perasaan sakit
• berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
rasionalnya mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
• jadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentoikan tidur, rasionalnya
membatasi kelemahan, menghemat energi, dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
6. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan perawatan invasive
dan peritoneum
Tujuan :
setelah di lakukan asuhan keperawatan dapat meningkatkan penyembuhan pada
waktunya
Kriteria hasil :
meningkatnya penyembuhan pada waktunya
menyatakan pemahaman penyebab individu / factor resiko
Intevensi
Mandiri:
• catat factor resiko individu
R/ mempengaruhi pilihan intervensi
• kaji tanda- tanda vital
R/ tanda-tand adanya septic, ondotoksin, sirkulasi menyebabkan vasodilatasi,
kehilangan vairan dan sirkulasi dan rendahnya status curah jantung
• catat perubahan status mental
R/ hipoksemia, hipotensi dan asidosisi dapat menyebabkan penyimpangan
status mental
• catat warna kulit, suhu dan kelembaban
R/ hangat. pengerahan , kulit kering adalah tanda dini septic kimia
11. • awasi haluaran urine
R/ oliguria terjadi sebagai akibat penurunan perfusi ginjal, toksin dalam
sirkulasi mempengaruhi anti biotic
• pertahankan tehnik aseptic ketat pada perawatan drein abdomen , luka
insisi, terbuka dan sisi invasi
R/ menccegah meluas dan membatasi penyebaran organisme infektif/
kontaminasi silang
• observasi drainase pada luka atau drei
R/ memberikan informasi tentang status nfeksi
• pertahankan tehnik steril bila pasien di pasang kateter dan berika
perawatan kateter atau kebersihan perineal rutin
R/ mencegah penyebaran , membatasi pertumbuhan bakteri pada trakrus
urinarius ,
• awasi atau batasi pengunjung dan staf sesuai kebutuhan
R/ menurunkan resiko terpajan pada / menambah infeksi sekunder pada pasien
yang mengalami tekanna imun
kolaborasi
• awasi hasil pemeriksaan seri darah urine , kultur luka
R/ mengidentoifikasi mikroorganisme dan membantu dalam mengkaji
keefektifan program antimicrobial
• batu dalam aspirasi peritoneal bila di indikasikan
R/ di lakukan untuk membuang cairan dan untuk engidentifikasi organisme
infeksi sehingga terapi antibiotic yang tepat dapat di berikan
• berikan antimicrobial
R/ terapi di tujukan pada bakteri anaerob dan basil aerob gram negative
• siapkan untuk intervensi bedah bila di indikasikan
R/ pengobatan pilihan pada peritonitia akut atau local
12. DX 7 : kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi in adekuat
Tujuan : setelah di lakukan asuhan keperawatan klien dapat menyatakan
pemahaman proses penyakit dan pengobatan
Hasil yang di harapkaan :
• menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan
• mengidentifikasi hubungan tanda / gejala dengan prosese penyakit dan
menghubungkan gejala dengan factor penyebab
• melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelasakan alasan
tindakan
Intervensi
Mandiri
• kaji ulang proses penyakit dasar dan harapan untuk senbuh
R/ memberikan dasar pengetauan pada pasien yang memungkinkan
membuat pilihan berdasarkan informasi
• diskusikan program pengobatan , jadwal dan kemmungkinan efek
samping
R/ antibiotic dapat dilanjutkan setelah pulang, tergantung pada lamanya di
rawat
• anjurkan melakukan aktifitas biasanya secara bertahap sesuai dengan
toleransi dan sediakan waktu untuk istrahat
R/ mencegah kelemahan, meningkatkan perasaan sehat
• kaji ulang pembatasan aktivitas
R/ meghindari peningkatan tekanan intra abdomen dan tegangan otot
• lakukan penggantian balutan secara aseptic, perawatan luka
R/ mrnurukan resiko kontaminasi, memberikan kesempatan untuk
mengevaluasi proses penyembuhan
• identifikasi tanda-tanda/gejala yang memerlikan evaluasi medik
R/ pengenalan dini dan pengobatan terjadinya komplikasi dapat
13. mencegah penyakit atau cedera serius
C. IMLEMENTASI
DX I : diagnosa keperawatan: nyeri berhubungan dengan adanya lesi pada
peritoneum
• Mencatat lokasi, lama, intensitas, dan karakteristik nyeri
• Mempertahankan posisi semi fowler sesuai indikasi
• Memberikan tindakan kenyamanan mis latihan relaksasi dan nafas
dalam
• Memberikan perawatan mulut, hilangkan rangsangan lingkungan yang
tidak menyenangkan
Kolaborasi:
Memberikan obat sesuai indikasi:
Analgesik, narkotik rasionalnya menurunkan laju metabolic daniritasi, dapat
menghikangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan
Antimetik (hidrokzin) rasionalnya menurunkan mual muntah yang daopat
meningkatkan nyeri abdomen
antipiretik(menurunkan ketidak nyamanan
DX 2 :Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan leukositosis dan
prostaglandin
• Memantau suhu pasien (derajat dan pola) rasionalnya suhu 38,9°-40,1°C
menunjukkan proses penyakit infeksi akut
• Memantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi
• Memberikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol
Kolaborasi
Memberikan antipiretik (aspirin, Tylenol) rasionalnya mengurangi demam dengan
aksi sentralnya pada hipotalamus meskipun demam mungkain dapat berguna
dalam membatsi pertumbuhan organisme
14. DX 3 :penurunan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
• Memantau tanda vital, catat adanya hipotensi ,takikardi, takipnea demam
mengukur berat jenis urine
• Mengobservasi kulit/ membrane mukosa untuk kekeringan turgor, catat
edema perifer
• Menghilangkan tanda bahaya bau dari lingkungan
• Mengubah posisi,berikan perawatan kulit dengan sering dan pertahankan
tempat tidur kering dan bebas lipatan
Kolaborasi
Memberikan plasma /darah, cairan, eletrolit, diuretic sesuai indikasi rasionalnya
mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan eletrolit
DX 4 :nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan depolarisasi bakteri ke
system GI
• Mengawasi selang NG. catat adanya muntah/ diare rasional jumlah besar
dari aspirasi gaster dan muntah diduga terjadi obstruksi usus
• Mengauskultasi bising usus, catat bunyi tak ada / hiperaktif
• mengukur lingkar abdomen
• menimbang berat badan dengan teratur
Kolaborasi
• mengawasi BUN, protein, albumin, glukosa , keseimbangan niterogen
sesuai indikasi
• memberikan hiperalimentasi sesuai indikasi
DX 5 :Ansietas berhugungan dengan krisis situasi
• Megevaluasi tingkat ansietas, catat respon nerbal dan non verbal pasien .
dorong ekspresi bebas akan emosi
• Memberikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
Menjadwalkan istirahat adekuat dan periode menghentoikan tidur,
DX 6 :Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan perawatan
invasive dan peritoneum
15. • Mencatat factor resiko individu
• Mengkaji tanda- tanda vital
• Mencatat perubahan status mental
• Mencatat warna kulit, suhu dan kelembaban
• Mengawasi haluaran urine
• Mempertahankan tehnik aseptic ketat pada perawatan drein abdomen ,
luka insisi, terbuka dan sisi invasi
• Mengobservasi drainase pada luka atau drei
• mempertahankan tehnik steril bila pasien di pasang kateter dan berika
perawatan kateter atau kebersihan perineal rutin
• mengawasi atau batasi pengunjung dan staf sesuai kebutuhan
kolaborasi
• mengawasi hasil pemeriksaan seri darah urine , kultur luka
• membatu dalam aspirasi peritoneal bila di indikasikan
• memberikan antimicrobial
• menyiapkan untuk intervensi bedah bila di indikasikan
DX 7 : kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi in adekuat
• mengkaji ulang proses penyakit dasar dan harapan untuk senbuh
• mendiskusikan program pengobatan , jadwal dan kemmungkinan efek
samping
• menganjurkan melakukan aktifitas biasanya secara bertahap sesuai
dengan toleransi dan sediakan waktu untuk istrahat
• mengkaji ulang pembatasan aktivitas
• melakukan penggantian balutan secara aseptic, perawatan luka
• mengidentifikasi tanda-tanda/gejala yang memerlikan evaluasi medik
16. DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlyn 1999. Rencana asuhan keperawatan. Edisi III. EGC: Jakarta
Prawirohardjo, sarwono 2006. BUKU ACUAN NASIONAL pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Edisi I.Yayasan bina pustaka: Jakarta
Www. google. com