SlideShare a Scribd company logo
1 of 131
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Salah satu kegagalan dunia usaha di Indonesia dalam menciptakan
kehidupan bisnis yang sehat, bersih dan bertanggung jawab adalah
manajemen laba. Upaya untuk merekayasa informasi ini telah menjadi faktor
yang menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai
fundamental suatu perusahaan.
Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai
sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang
berkepentingan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima
tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal
sebagai asimetri informasi (information asymetric) yaitu kondisi dimana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai
penyedia informasi dengan pemegang saham dan stakeholders.
Ada tuntutan publik yang berkembang sejalan dengan maraknya
kasus-kasus penyimpangan korporasi, publik semakin menyadari kasus
penyimpangan korporasi sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh manajer
perusahaan tetapi melibatkan pemilik (owner), auditor internal, komisaris,
regulator (pemerintah dan asosiasi profesi).
1
1
Kasus-kasus penyimpangan itu seolah merupakan ajang konspirasi
dari semua pihak yang mempunyai hubungan dengan perusahaan itu.
Auditor internal dan komisaris yang seharusnya mengarahkan manajer agar
berjalan sesuai dengan aturan, justru merestui manajer melanggar aturan
yang ada untuk mengamankan posisi dan rejekinya. Publik pun tetap akan
menuntut dunia usaha sebagai pihak yang harus berperan aktif untuk
mewujudkan bisnis yang adil (fairness), transparansi (transparency),
akuntabilitas (accountability), dan responsibilitas (responsibility).
Dalam prinsip good corporate governance ditekankan pentingnya
keberadaan komite audit dan komisaris independen sebagai pengawas dan
pengendali sebuah perusahaan agar berjalan efektif dan efisien. Untuk itu
kunci utama untuk mewujudkan bisnis yang bersih, sehat, dan bertanggung
jawab adalah dengan membangun system pengawasan dan pengendalian.
Komite audit dan komisaris independen harus merupakan orang-orang yang
bebas dari tekanan dan intervensi manajerial.
Penelitian yang akan dilakukan merupakan replikasi dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Nurna Aziza dkk. Untuk itu penulis mencoba
mengembangkan permasalahan dalam skripsi dengan judul “HUBUNGAN
ANTARA MANAJEMEN LABA, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN
STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERENCANAAN
AUDIT“.
2
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari penjelasan sebelumnya, masalah-
masalah penelitian yang dapat dirumuskan dan dibatasi permasalahannya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan perencanaan auditing yang dipengaruhi
oleh adanya manajemen laba dan good corporate governance, serta
mengetahui struktur pengendalian intern perusahaan tersebut.
2. Bagaimana penerapan good corporate governance, dan struktur
pengendalian intern yang baik serta adanya intervensi auditor.
3. Bagaimanakah melakukan pemahaman dan evaluasi atas struktur
pengendalian internal yang diterapkan di perusahaan yang akan
diaudit.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah
dalam hal ini adalah pemahaman tentang hubungan antara manajemen laba,
good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap
perencanaan audit hanya pada data survey pendapat dari kantor akuntan
publik yang akan diteliti. maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Apakah ada hubungan antara manajemen laba, secara signifikan
terhadap good corporate governance ?.
2. Apakah struktur pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap
praktik perencanaan audit ?.
3
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini dilaksanakan pada
pendapat-pendapat auditor dari beberapa kantor akuntan publik diperoleh
dari :
1. Survey beberapa kantor akuntan publik melalui kuesioner yang
dibagikan
2. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data
akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
3. Serta Literatur perusahaan lainnya yang mendukung penelitian.
1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka dapat dirumuskan bahwa
penelitian skripsi ini adalah:
1. Untuk membuat langkah-langkah dalam perencanaan audit yang
sistematis, efektif dan efisien, apakah sesuai dengan Standar Auditing
(SA) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
2. Untuk mempelajari dan mengevaluasi struktur pengendalian intern
sebelum melakukan substansif dan compliance test.
3. Untuk dapat memberikan informasi atau masukan yang berguna bagi
Kantor Akuntan Publik lainnya mengenai permasalahan yang dibahas
atau diteliti.
4
4. Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menambah dan
mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku kuliah,
sehingga dapat melatih cara berpikir logis dan menginterpretasikan
teori-teori yang ada untuk diterapkan dalam penelitian.
Sedangkan tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan antara manajemen laba dengan good
corporate governance.
2. Untuk mengetahui hubungan sistem pengendalian intern perusahaan
dengan ruang lingkup pemeriksaan.
3. Sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan program
pendidikan S1 (Strata Satu) jurusan Akuntansi pada Universitas
Timbul Nusantara-IBEK, dan untuk mengembangkan ilmu ekonomi,
khususnya Akuntansi keuangan.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk dapat memberikan kontribusi pada pengembangan literature
dibidang auditing dan akuntansi perilaku, khususnya yang berkaitan
dengan hubungan antara manajemen laba, good corporate
governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan
audit.
5
2. Untuk dapat menyempurnakan langkah-langkah dalam perencanaan
audit yang efektif dan efisien, sebagai bahan masukan dan sumber
pemikiran untuk auditor dalam menjalankan tugasnya, juga
meningkatkan kinerja pegawai atau staf-staf yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penulisan karya-
karya ilmiah yang sejenis.
4. Untuk dapat menambah pengalaman dan wawasan atau pengetahuan
penulis dalam disiplin ilmu yang penulis miliki, khususnya masalah
topik penelitian yang dibahas.
1.6. Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis tidak lupa untuk
menggunakan metode penelitian, karena dengan adanya metodologi
penelitan ini, maka penulis mudah untuk melakukan penelitian ini dengan
menjabarkan langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh penulis dalam
hal pengumpulan data-data, dimana antara lain terdapat sumber-sumber data
yang diperoleh penulis, metode pengumpulan data, data terakhir adalah
metode analisis dan hasil penelitian
6
1.7. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, akan diberikan pembahasan yang terdiri
dari lima pembahasan:
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan dalam skripsi ini mencakup latar belakang,
identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah, ruang
lingkup penelitian, maksud dan tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini menguraikan teori-teori yang dijadikan sebagai
pedoman dalam melakukan penelitian dan teori-teori tersebut
tercakup dalam tinjauan pustaka serta dikaitkan dengan
masalah yang akan diteliti, yaitu pengertian manajemen laba,
good corporate governance, struktur pengendalian intern,
perencanaan audit, dan penelitian sebelumnya, dan kerangka
penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini menguraikan populasi dan sampel penelitian,
jenis dan sumber data, operasional variabel, teknik
pengumpulan data, dan metode analisa data yang digunakan
dalam penyusunan skripsi ini.
7
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini terdiri dari deskripsi objek penelitian yang
menerangkan tentang gambaran umum hubungan antara
manajemen laba, good corporate governance, dan struktur
pengendalian intern terhadap perencanaan audit, analisa dan
pembahasan hasil temuan penelitian, uji hipotesis, dan
interprestasi hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari hasil
penelitian dan memberikan saran yang bermanfaat bagi
perkembangan kinerja perusahaan.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Perencanaan Audit
2.1.1 Pengertian Perencanaan Audit
Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh
auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada
pengembangan rencana audit dan program audit menyeluruh Variabel ini
diukur dengan menggunakan jam perencanaan audit. Keberhasilan
penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan
audit yang dibuat oleh auditor.
1. Menurut Standar pekerjaan lapangan pertama Profesional Akuntan
Publik (SPAP) mensyaratkan adanya perencanaan yang memadai
yaitu:
”Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.” (IAI, 2001).
2. Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya “Auditing”, menerangkan
bahwa:
“Perencanaan dan supervise berlangsung terus menerus selama
audit, auditor sebagai penanggung jawab akhir atas audit dapat
mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervise
auditnya dalam kantor akuntannya (asisten)”.
9
8
3. Menurut Standar Auditing 316 dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (Ikatan Akuntan Indonesia, 2001) mensyaratkan agar
“audit dirancang untuk memberikan keyakinan memadai atas
pendeteksian salah saji yang material dalam laporan keuangan”.
4. Menurut SA Seksi 326 (PSA No. 07), Paragraf Audit No. 20
menyatakan bahwa:
“ Auditor pada hakikatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu
dan biaya yang wajar “.
2.1.2. Prosedur Perencanaan Audit
Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam
perencanaan dan supervise biasanya mencakup review terhadap catatan
auditor yang berkaitan dengan satuan usaha dan diskusi dengan staf lain
dalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha tersebut. Contoh prosedur
tersebut meliputi :
a. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanent,
laporan keuangan, dan laporan audit tahun lalu.
b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit
dengan staf kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa non
audit bagi satuan usaha.
10
8
c. Mengajukan pertanyaan tentang perkembangan bisnis saat ini
yang berdampak terhadap satuan usaha.
d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.
e. Membicarakan type, luas, dan waktu audit dengan manajemen,
dewan komisaris, atau komite audit.
f. Mempetimbangkan dampak diterapkanya pernyataan standar
akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia, terutama yang baru.
g. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam
penyiapan data.
h. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis,
dan auditor intern
i. Membuat jadwal pekerjaan audit (time schedule)
j. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit.
k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk
memperoleh tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan
dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi dan
11
memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang
dipandang perlu.
Isi dari Audit Plan mencakup
1. Hal-hal mengenai klien
Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam :
a. Mengindentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.
b. Menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan,
diolah, direview dan dikumpulkan dalam organisasi.
c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan,
depresiasi, penyisihan piutang ragu-ragu, persentase penyelesaian
kontrak jangka panjang.
d. Menilai kewajaran representasi manajemen
e. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan
kecukupan pengungkapannya.
2. Hal–hal yang mempengaruhi klien
Bisa didapat dari majalah–majalah ekonomi / surat kabar, antara lain :
Business News, Ekonomi Keuangan Indonesia. Contoh : adanya
peraturan-peraturan baru yang dapat mempengaruhi klien.
3. Rencana kerja auditor, hal–hal penting antara lain:
a.Staffing
b. Waktu pemeriksaan,
1. Waktu dimulainya suatu pemeriksaan
12
2. Berapa lama waktu pemeriksaan
3. Dead Line
4. Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya pemeriksaan
c. Jenis jasa yang diberikan
1. General Audit
2. Special Audit.
3. Bantuan Adminstrasi
4. Menyusun Neraca / Laba Rugi
5. Perpajakan
Hal–hal tambahan :
b. Bantuan–bantuan yang dapat diberikan klien.
1. Mengisi formulir konfirmasi piutang, utang
2. Membuat schedule-schedule
c. Time Schedule
2.1.3. Elemen-elemen Perencanaan Audit
Ruang lingkup dari perencanaan pemeriksaan ini adalah bervariasi
sesuai dengan besarnya dan kompleksitas permasalahan objek yang
diperiksa dan pengetahuan mengenai jenis usaha objek yang diperiksa.
Adapun elemen-elemen perencanaan audit menurut Arens and Loebbecke
(2000:219) adalah :
13
1. Praplan
2. Memperoleh latar belakang informasi
3. Memperoleh informasi tentang kewajiban sah/tentang undang-
undang klien
4. Melaksanakan prosedur menurut penelitian persiapan
5. Materialitas yang diset dan auditor bisa mengambil risiko dan tidak
bisa dipisahkan
6. Memahami struktur pengawasan intern dan menilai risiko kendali
7. Mengembangkan program audit dan rencana audit.
2.1.4. Perencanaan Awal
Beberapa hal penting yang terdapat dalam perencanaan awal ini
adalah menyangkut informasi mengenai alasan klien untuk diaudit,
menerima atau menolak klien baru maupun klien lama, mengidentifikasi
alasan klien untuk diaudit, menentukan staf untuk penugasan dan
memperoleh surat penugasan. Perencanaan awal itu terdiri dari hal-hal
berikut ini :
o Menyelidiki klien baru
Menyelidiki klien baru adalah hal yang penting bagi auditor sebelum
mereka memutuskan untuk menerima atau menolak klien tersebut. Hal itu
dilakukan dengan cara mengevaluasi prospek klien dalam lingkungan
usaha, stabilitas keuangan dan hubungan klien dengan kantor akuntan
terdahulu. Auditor pengganti diwajibkan untuk berhubungan dengan
auditor sebelumnya dan harus mendapatkan izin dari klien sebelum
komunikasi dilakukan.
14
o Melanjutkan klien lama
Untuk melanjutkan klien lama juga harus di evaluasi untuk memutuskan
apakah diterima atau tidak dapat dilanjutkan, penyebab tidak bisa
dilanjutkannya pemeriksaan karena perselisihan sebelumnya, jika terjadi
tuntutan hukum terhadap Kantor Akuntan Publik oleh klien.
o Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit
Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti audit yang akan
dikumpulkan adalah siapa pemakai laporan dan maksud penggunaan
laporan. Auditor mungkin akan mengumpulkan lebih banyak bahan bukti
audit jika laporan digunakan secara luas.
o Staf untuk penugasan
Menentukan staf yang pantes untuk penugasan adalah penting untuk
memenuhi standar auditing yang telah ditetapkan dan meningkatkan
efisiensi audit. Pertimbangan yang mempengaruhi penyusunan staf
adalah orang-orang yang diserahi tugas harus akrab dengan bidang
usaha klien.
o Memperoleh surat penugasan
Tujuan dibuatnya surat penugasan adalah untuk mengurangi salah
pengertian sehingga harus dibuat secara tertulis. Surat penugasan adalah
15
kesepakatan antara KAP dengan klien, isi dari surat tersebut adalah
menyatakan batasan dari penugasan, batas waktu, bantuan akan
diberikan atau daftar rincian yang perlu disiapkan untuk auditor, serta
honorariuran.
2.1.5. Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien
Auditor harus memiliki tentang ciri-ciri lingkungan kegiatan perusahaan
klien yang akan diaudit yang berguna sebagai acuan dalam menentukan
surat penugasan atau perlu tidaknya prosedur-prosedur audit khusus. Hal-hal
yang harus dilakukan untuk memperoleh informasi sehingga dapat
memahami latar belakang klien adalah dengan cara : meninjau lokasi pabrik
dan kantor, menelaah kebijakan-kebijakan penting perusahaan,
mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa serta
mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar.
2.1.6. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien
Faktor-faktor yang menyangkut lingkungan hukum industri klien
mempunyai dampak besar terhadap hasil audit. Pengetahuan auditor untuk
menafsirkan fakta yang berkaitan selama pekerjaan berlangsung akan
meyakinkan bahwa pengungkapan yang semestinya telah dilaksanakan
dalam laporan keuangan. Dalam hal ini dokumen-dokumen hukum yang
penting untuk diperiksa oleh auditor adalah Akta Pendirian Perusahaan,
16
anggaran dasar perusahaan, masalah rapat dewan komisaris, para
pemegang saham, komite audit dan para pejabat eksekutif termasuk
didalamnya adalah ringkasan pokok mengenai keputusan yang dibuat oleh
direksi dan pemegang saham serta dokumen mengenai kontrak penjualan
maupun pembelian.
2.1.7. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
Melakukan analisis ini sangat penting artinya karena dengan demikian
keseluruhan kegiatan pemeiksaan dapat tergambar didalamnya. Prosedur
analitis ini diantaranya : Memahami bidang usaha klien, penetapan
kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya, indikasi
adanya kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan dan mengurangi
pengujian yang terinci.
2.1.8. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat
diterima.
Besarnya salah saji dalam informasi akuntansi dapat membuat
pertimbangan pengambilan keputusan terpengaruh. Tanggung jawab auditor
adalah menetapkan apakah suatu laporan keuangan terdapat salah saji
material, apabila auditor berpendapat adanya salah saji yang material ia
harus memberitahukan hal ini pada klien, sehingga koreksi dapat dilakukan.
17
Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan tersebut maka
auditor dapat memberikan pendapat dengan pengecualian.
Ada lima langkah dalam menetapkan materialitas dua langkah
pertama diperlukan untuk merencanakan luas pengujian, sedangkan tiga
langkah berikutnya untuk mengevaluasi hasil atau melaksanakan pengujian
audit, langkah-langkah tersebut adalah:
1. Menentukan pertimbangan awal mengenai materialitas
2. Mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas kedalam
segmen.
3. Mengestimasikan total salah saji dalam segmen
4. Mengestimasikan salah saji gabungan.
5. Membandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal
mengenai materialitas.
2.1.9. Mengembangkan rencana dan program audit menyeluruh
Untuk melaporkan serta memberikan pendapat yang tepat maka
auditor harus melakukan wawancara, melakukan pemeriksaan dan meneliti
keaslian bukti-bukti. Guna mempermudah pelaksanaan maka auditor harus
menyusun program yang direncanakan secara logis untuk prosedur-prosedur
18
audit bagi setiap pemeriksaan. Program pemeriksaan juga merupakan suatu
alat pengendalian dimana pemeriksa dapat menyesuaikan pemeriksaannya
dengan anggaran dan jadwal yang telah ditetapkan dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam hal ini Ikatan Akuntansi Indonesia
(2001:311.3) menyatakan bahwa:
“Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan
sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus
membuat suatu program audit secara tertulis. Program audit
membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten
mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Bentuk program audit
dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi”.
2.1.10. Proses Audit
Proses audit adalah metodologi penyelenggaraan audit yang jelas
untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti pendukung yang
kompeten. Ada empat tahap dalam proses audit, keempat tahap tersebut
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Empat tahap Audit
19
Tahap I : Merencanakan dan merancang
pendekatan audit
Tahap II : Melakukan pengujian
pengendalian dan transaksi
Sumber : Arens and Loebbecke, yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf ( 1996:132)
2.2. Manajemen laba
2.2.1. Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba adalah tindakan yang ditujukan untuk
memaksimumkan utilitas manajer dan cenderung untuk menguntungkan diri
mereka (manajer) sendiri dengan cara mempengaruhi proses pelaporan
keuangan. Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses
pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri
sendiri.
Beberapa ahli mengajukan teori mengenai manajemen laba yaitu :
1. Menurut H. Sri Sulistyanto dalam bukunya “ Manajemen Laba”,
menerangkan bahwa:
“Manajemen laba adalah upaya untuk mengubah,
menyembunyikan, dan merekayasa angka-angka dalam laporan
keuangan dengan mempermainkan metode dan prosedur
akuntansi yang digunakan perusahaan”.
20
Tahap III : Melaksanakan prosedur analisis
dan pengujian terinci atas saldo
Tahap IV : Menyelesaikan audit dan
menerbitkan laporan audit
2. Menurut Davidson, Stickney, dan Weil (1987) ,mengartikan
“Manajemen Laba” yaitu :
“Manajemen laba merupakan proses untuk mengambil eng tertentu
yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi berterima
umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan e laba yang
dilaporkan”.
3. Menurut Schipper (1989) mengartikan “Manajemen Laba” sebagai :
“Penyusunan. laporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju
mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi
operasi yang tidak memihak dari sebuah proses)”.
4. Menurut National Association of Certified Fraud Examiners (1993)
mengartikan “Manajemen Laba” yaitu :
“Manajemen laba adalah kesalahan atau kelalaian yang disengaja
dalam membuat laporan mengenai fakta material atau data
akuntansi sehingga menyesatkan ketika semua informasi itu
dipakai untuk membuat pertimbangan yang akhirnya akan
menyebabkan orang yang membacanya akan mengganti atau
mengubah pendapat atau keputusannya”.
5. Menurut Fisher dan Rosenzweig (1995) mengartikan “Manajemen
Laba” sebagai :
“Manajeman laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk
menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah
perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikkan
(penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang”.
6 Menurut Lewitt (1998) mengartikan “Manajemen Laba” yaitu :
“Manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk
menyetarafkan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba
ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan
volatilitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk menutupi
konsekuensi dari keputusan-keputusan manajer”.
21
7. Menurut Healy dan Wahlen (1999), berpendapat tentang “Manajemen
Laba” yaitu :
“Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan
penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan
tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada
beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau
untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung
pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan”.
8. Menurut Scott (1997:369) yang menyatakan bahwa :
“ manajemen laba adalah cara yang digunakan oleh manajer untuk
mempengaruhi angka laba secara sistematis dan sengaja dengan
cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu
yang bertujuan untuk memaksimumkan utilitas manajer dan atau
nilai pasar dari perusahaan”.
2.2.2. Pola Manajemen Laba
Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dilakukan dengan cara :
1. Taking a bath adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan
cara menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi
sangat ekstrim rendah (bahkan rugi) atau sangat ekstrim tinggi
dibandingkan dengan laba pada periode sebelumnya atau
sesudahnya.
2. Minimisasi laba (income minimization) adalah pola manajemen laba
yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan
periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya.
3. Maksimisasi laba (income maximization) adalah pola manajemen laba
yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan
periode berjalan lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya.
4. Perataan laba (income smoothing) adalah pola manajemen laba yang
dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan
22
periode-periode tertentu menunjukkan fluktuasi yang normal dalam
rangka mencapai kecenderungan atau tingkat laba yang diinginkan.
2.2.3. Faktor – faktor Munculnya Praktik Manajemen Laba
Ada tiga faktor yang bisa dikaitkan dengan munculnya praktik-praktik
manajemen laba yaitu :
1. Manajemen Akrual
Manajemen akrual yang biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas
yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang
secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer. Contoh
manajemen akrual antara lain adalah dengan mempercepat
pengakuan atau menunda pengakuan pendapatan (revenue).
2. Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib (adoption of
management accounting changes)
Terkait dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan
akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan, manajemen
perusahaan mempunyai dua pilihan, yaitu apakah perusahaan akan
menetapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau
menundanya sampai saat berlakunya kebijakan akuntansi baru yang
wajib (mandatory accounting policy).
3. Perubahan akuntansi secara sukarela (voluntary accounting changes)
23
Perubahan metode akuntansi secara sukarela, biasanya berkaitan
dengan upaya manajer untuk mengganti atau mengubah suatu metode
akuntansi tertentu di antara sekian banyak metode yang dapat dipilih
yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada.
Unsur-unsur laporan keuangan yang sering dijadikan sasaran
perekayasaan atau manipulasi oleh manajemen yaitu :
• Unsur Penjualan
1. Saat penjualan faktur. Misalnya, penjualan yang sebenarnya untuk
periode yang akan datang, fakturnya dibuat pada periode ini akan
dilaporkan sebagai penjualan periode ini.
2. Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif
3. Penurunan produk, misalnya dengan cara mengklasifikasikan
produk yang belum rusak ke dalam kelompok produk rusak dan
selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih
rendah
• Unsur Biaya
1. Memecah-mecah faktur, misalnya faktur untuk suatu pembelian
atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan
dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dan tanggal yang
berbeda dan kemudian melaporkannya ke dalam beberapa periode
akuntansi yang berbeda
24
2. Mencatat prepayment (biaya dibayar di muka) sebagai biaya.
Misalnya melaporkan biaya iklan dibayar di muka untuk tahun
depan sebagai biaya iklan tahun ini.
Berbagai perubahan kebijakan akuntansi yang sering dijadikan alat
perekayasaan laba antara lain :
1. Perubahan metode pencatatan persediaan ke metode LIFO
2. Perubahan metode pencatatan biaya jaminan hari tua
3. Perubahan metode depresiasi aktiva tetap, amortisasi aktiva tidak
berwujud dan konsolidasi
4. Perubahan dalam penaksiran atau estimasi masa manfaat aktiva
tetap maupun aktiva tidak berwujud
5. Perubahan kebijakan terhadap pembebanan atau
pengkapitalisasian.
2.2.4. Motivasi Manajemen Laba
Scott (2000:302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya
manajemen laba, yaitu:
1. Bonus Purposes
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba
dengan memaksimalkan laba saat ini.
2. Political Motivation
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan
pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba
25
yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan
pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
3. Taxation Motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan
untuk penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan
pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja
perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar
tidak diberhentikan.
5. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan
menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan
manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham
perusahaan.
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada
investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap
menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
2.2.5. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba
Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab
manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk memanajemeni laba dapat
dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak
luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen
laba.
Ada dua tipe asimetri informasi : adverse selection dan moral
hazard.
1. Adverse Selection
26
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu
pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan
suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki
informasi lebih atas pihak-pihak lain.
2. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu
pihak yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu
transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati
tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi
mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak.
2.3. Good Corporate Governance
2.3.1. Pengertian Good Corporate Governance
Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan
antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan
stakeholders lainnya. Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor
masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah
corporate governance.
Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang
merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa
berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor
27
bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka
investasikan.
Beberapa ahli mengajukan teori mengenai manajemen laba yaitu :
1. Menurut Shleifer dan Vishny (1997), dijelaskan bahwa :
“corporate governance sebagai bagian dari cara atau mekanisme
untuk meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh imbal
hasil (return) yang sesuai dengan investasi yang telah
ditanamkan”.
2. Prowsen (1998) mengatakan bahwa:
“corporate governance merupakan alat untuk menjamin direksi
atau manajer bertindak yang terbaik menurut kepentingan investor
luar (kreditor dan investor publik)”.
3. Dalam Forum of Corporate Governance for Indonesia (FCGI) 2001,
diuraikan bahwa:
“corporate governance adalah seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan (dengan kata lain sebagai sistem yang
mengendalikan perusahaan) antara pemegang saham, pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan
serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka”.
4. Azhar Maksum (2005:2) mengartikan corporate governance sebagai:
28
”suatu sistem yang dibangun untuk mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata hubungan yang
baik, adil dan transparan diantara berbagai pihak yang terkait dan
memiliki kepentingan (stakeholder) dalam perusahaan”.
2.3.2. Prinsip dasar good governance
Pada organisasi Kantor Akuntan Publik meliputi:
1. Fairness (keadilan) : akuntan publik dalam memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, harus bersikap
independen dan menegakkan keadilan terhadap kepentingan klien,
pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan
publik itu sendiri.
2. Transparency/tranparansi : hendaknya berusaha untuk selalu
transparan terhadap informasi laporan keuangan klien yang diaudit.
3. Accountability : menjelaskan peran dan tanggungjawabnya dalam
melaksanakan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi
perkerjaan, juga pelaporan.
4. Responsibility/pertanggungjawaban : memastikan dipatuhinya prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan standar profesional akuntan publik
selama menjalankan profesinya.
2.3.3. Teori Keagenan2.3.3. Teori Keagenan
Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game
theory, yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang
29
(pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut
principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision
making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal
memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu
sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.
Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam
kontrak kerja atas persetujuan bersama. Cara untuk mengatasi masalah
ketidakselarasan kepentingan adalah melalui pengelolaan perusahaan yang
baik (good corporate governance). Tiga bentuk hubungan keagenan, yaitu
antara pemilik dengan manajemen (bonus plan hypothesis), kreditur dengan
manajemen (debt/equity hypothesis), dan pemerintah dengan manajemen
(political cost hypothesis).
2.3.4. Teori Bid-Ask Spread
Teori keagenan menggunakan tiga asumsi manusia yaitu: 1) manusia
pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest); 2) manusia memiliki
daya pikir terbatas mengenai persepsi masa datang (bounded-rationality);
dan 3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
2.4. Struktur Pengendalian Intern
2.4.1. Pengertian Struktur Pengendalian Intern
30
Alasan perusahaan untuk menyusun struktur pengendalian intern
adalah dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Sistem terdiri
dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk
memberi keyakinan kepada pihak manajemen bahwa tujuan dan sasaran
perusahaan dapat dicapai.
Beberapa ahli mengajukan teori mengenai struktur pengendalian
intern yaitu:
1. Menurut SPAP SA seksi 150, (IAI 2001:312.2) menyebabkan bahwa :
”Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat ini dan lingkup pengujian yang akan ditentukan”.
2. Menurut IAI (2001:319.2) mendefinisikan pengendalian intern sebagai:
“suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen
dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
berikut ini : a. Keadalan pelaporan keuangan, b. Efektifitas dan
efisien operasi, dan c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku.
3. Menurut Mulyadi dalam bukunya “Sistem Akuntansi”, menerangkan
bahwa:
“Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode
dan ukuran-ukuran yang dikoordinir untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen “.
31
4. Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya “Sistem Akuntansi“ yang
dikutip dari AICPA, pengendalian intern didefinisikan sebagai berikut :
“Pengendalian intern itu meliputi struktur organisasi dan semua
cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di
dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta
milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data
akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi dan membantu
menjaga dipatuhinya kebijakan-kebijakan manajemen yang telah
ditetapkan lebih dahulu “
5. Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya “Auditing
Kontemporer“ yang dikutip dari “Committee on Auditing Procedure“,
yang dipublikasikan tahun 1949 dengan judul “Internal Control
Elements of Coordinate System and its Importance to Management
and the Independent Public Accountant “, berbunyi sebagai berikut :
“Pengawasan intern mencakup struktur organisasi dan seluruh
metode serta prosedur yang terkoordinir yang diterapkan oleh
perusahaan untuk mengamankan hartanya, mencek ketelitian dan
kepercayaan terhadap data akuntansi, mendorong kegiatan agar
efisien, dan mengajak untuk mentaati kebijakan perusahaan”.
6. Menurut Anies S.M Basmalah, dalam bukunya “Auditing PDE”
menerangkan bahwa :
“Pengendalian intern adalah seluruh kebijakan, prosedur, dan
praktik akuntansi yang dibuat oleh manajemen untuk membantu
mereka melindungi organisasi dari kesalahan (error) dan
penyalahgunaan (fraud)”
7. Menurut Dr. Slamet Sugiri, M. B. A. Akuntan dalam bukunya
“Pengantar Akuntansi “, menerangkan bahwa :
“Pengendalian intern dapat dipandang dari 2 (dua) arti yaitu :
a. Pandangan yang sempit menyatakan bahwa pengendalian
intern adalah pengecekan penjumlahan, baik mendatar (cross
footing) maupun penjumlahan menurun (footing).
b. Pandangan yang luas menyatakan bahwa pengendalian intern
lebih luas dari pada pengecekan, yaitu meliputi semua alat yang
32
digunakan manajemen untuk melakukan pengendalian
(pengawasan)”.
8. Menurut Bambang Hartadi dalam bukunya “Sistem Pengendalian
Intern dalam hubungan dengan Manajemen dan Audit“, pengendalian
intern merupakan :
“Semua metode dan ketaatan-ketaatan yang terkoordinasi yang
dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan,
memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data akuntansi dapat
dipercaya meningkatkan efisiensi usaha dan menolong ditaatinya
kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan”.
9. Menurut James D. Wilson dan John B. Campbell dalam bukunya
“Controllership”, menerangkan bahwa :
“Pengendalian intern mencakup rencana organisasi dan semua
metode serta tindakan yang digunakan dalam perusahan untuk
mengamankan harta, mengecek kecermatan dan keandalan dari
data akuntansinya, memajukan efisiensi operasi, dan memastikan
pentaatan pada kebijaksanaan yang telah ditetapkan manajemen”.
2.4.2. Tujuan Pengendalian Intern
Tujuan pengendalian diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berikut :
a. Pengendalian Preventif
Bertujuan sama dengan pengendalian pra tindak, disamping untuk
mengarahkan kegiatan-kegiatan agar sesuai dengan yang
direncanakan, pengendalian ini sering dikatakan lebih baik
dibandingkan dengan pengendalian detektif dan korektif karena
alasan-alasan sebagai berikut :
1. Pengendalian preventif sifatnya lebih murah
33
2. Biaya Pelaksanaanya lebih murah
3. Lebih baik mencegah sebelum suatu masalah timbul daripada
mendeteksi atau memperbaiki persoalan setelah hal tersebut
terjadi.
b. Pengendalian Detektif
Dimaksudkan untuk menentukan dan mengidentifikasi adanya
kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas tertentu,
disamping itu untuk mengurangi frekuensi terjadinya kesalahan.
Keterbatasan pengendalian ini adalah bahwa pengendalian detektif
hanya dapat memberitahukan mengenai masalah yang timbul saja.
c. Pengendalian Korektif
Tujuan pengendalian korektif adalah untuk memberikan informasi
yang diperlukan oleh personil-personil yang terlibat dalam
penyelidikan dan perbaikan kesalahan yang telah terdeteksi oleh
pengendalian detektif. Meskipun namanya korektif, pengendalian ini
hanya mengumpulkan bukti saja dan komputer tidak memperbaiki
sendiri kesalahan yang terjadi.
2.4.3. Unsur-unsur Pengendalian Intern
Unsur-unsur pengendalian intern dijelaskan lebih lanjut sebagai
berikut:
1. Lingkungan pengendalian
34
Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan
mempengaruhi kesadaran orang-orangnya. Lingkungan pengendalian
merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang
lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian
mencakup hal-hal berikut ini :
a.Integritas dan nilai etika
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
d. Struktur organisasi
e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
2. Penaksiran Risiko
Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa
dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara
negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah,
meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi
manajemen dalam laporan keuangan, risiko dapat timbul atau berubah
karena keadaan berikut ini :
a. Perubahan dalam lingkungan operasi
b. Personel baru
c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
35
d. Teknologi baru
e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru
f. Restrukturisasi korporasi
g. Operasi luar negeri
h. Standar Akuntansi baru
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu
memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Umumnya
aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat
digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan
hal-hal berikut ini :
a. Review terhadap kinerja
b. Pengolahan informasi
c. Pengendalian fisik
d. Pemisahan tugas
4. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang
meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun
untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas
(baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi
aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan.
5. Pemantauan
36
Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian
intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain
dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan
koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung
secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai
kombinasi dari keduanya.
2.4.4. Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang Lingkup (scope)
Pemeriksaan
Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka
kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan
dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik hal tersebut
menumbuhkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini
tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam
melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti
yang mendukung pendapat yang diberikannya.
Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman
dan evaluasi atas pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan
bahwa pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor harus
memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan substantive test,
sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan
37
efektif, maka scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test
bisa dipersempit.
Gambar 2.2
Komponen Internal Control
Sumber : Konrath (2002 : 207)
2.4.5. Melakukan Pemahaman dan Evaluasi atas Pengendalian Intern
Auditor harus mendokumentasikan pemahamanya tentang komponen
pengendalian intern entitas yang diperoleh untuk merencanakan audit.
Bentuk dan isi dokumen dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas,
serta sifat pengendalian intern entitas. Sebagai contoh dokumentasi
pemahaman tentang pengendalian intern entitas yang besar dn kompleks
dapat mencakup bagan alir (flowchart), kuesioner, atau tabel keputusan.
38
RISK ASSESSMENT
CONTROL ACTIVITIES
INFORMATION AND
COMMUNICATION
CONTROL ENVIRONMENT
(Foundation)
Infrastructure
MONITORING
(Ongoing)
Namun untuk entitas yang kecil, dokumentasi dalam bentuk
memorandum sudah memadai. Umumnya semakin komleks pengendalian
intern dan semakin luas prosedur yang dilaksanakan, seharusnya semakin
luas dokumentasi yang dilakukan oleh auditor.
Karena baik buruknya pengendalian intern akan memberikan
pengaruh yang besar terhadap :
• Keamanan harta perusahaan
• Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
• Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan
• Tinggi rendahnya audit fee
• Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik
Ada tiga cara yang bisa digunakan akuntan publik, yaitu :
1. Internal Control Questionnaires
Cara ini banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), karena
diaggap lebih sederhana dan praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu
set ICQ yang standar, yang bisa digunakan untuk memahami dan
mengevaluasi pengendalian intern diberbagai jenis perusahaan. Yang
perlu diperhatikan adalah :
a. Auditor harus menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan di ICQ
kepada staf klien dan kemudian mengisi sendiri jawabanya, jangan
sekedar menyerahkan ICQ kepada klien untuk diisi.
39
b. Untuk repeat engagement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut
harus dimutakhirkan berdasarkan hasil tanya jawab dengan klien.
c. Ada kecendrungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakan-
akan pengendalian intern sangat baik.
Karena itu auditor harus melakukan compliance test untuk membuktikan
efektifitas dari pengendalian intern klien.
2. Flow Chart (bagan arus)
Flow chart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di
suatu unit usaha, untuk auditor yang terlatih baik, penggunaan flow chart
lebih disukai, karena auditor bisa lebih cepat melihat apa saja kelemahan
dan kebaikan dari suatu sistem dan prosedur.
Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu
mengambil dua atau tiga dokumen untuk mentest, apakah prosedur yang
dijalankan sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flow chart.
3. Narrative
Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem dan
prosedur akuntansi yang berlaku di perusahaan, cara ini biasa digunakan
untuk klien kecil yang pembukuannya sederhana.
2.4.6. Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas
Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya,
pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi
manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan
40
pengendalian intern entitas. Hal ini mencakup kenyataan bahwa
pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan rusak
karena kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut.
Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di
antara dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan
pengendalian intern. Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah
biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang
diharapkan dari pengendalian tersebut.
2.5. Kerangka Pemikiran
Maraknya kasus-kasus penyimpangan korporasi yang terjadi dalam
dunia usaha di Indonesia, seolah merupakan ajang konspirasi antara
manajemen dan semua pihak yang berkepentingan dalam perusahaan
tersebut, karena telah gagal dalam menciptakan kehidupan bisnis yang
sehat, bersih, dan bertanggung jawab. Dengan menjalankan manajemen laba
dan mengabaikan konsep good corporate governance.
Dalam prinsip good corporate governance pentingnya sistem
pengawasan dan pengendalian yang baik sebuah perusahaan agar efektif
dan efisien, harus melibatkan Komite Audit dan Komisaris Independen yang
merupakan orang-orang yang bebas dari tekanan dan intervensi manajerial,
serta mengadakan evaluasi terhadap struktur pengendalian intern
perusahaan tersebut.
41
Tabel 2.5
Kerangka Pemikiran
42
Fenomena: Maraknya kasus-kasus penyimpangan yang terjadi dalam dunia usaha, seolah merupakan ajang konspirasi antara
manajemen dan semua pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan. Gagal dalam menciptakan kehidupan bisnis
yang sehat, bersih, dan bertanggung jawab dikarenakan perusahaan tersebut menjalankan praktik manajemen laba, dan
mengabaikan konsep good corporate governance. Dalam prinsip good corporate governance pentingnya ditekankan system
pengawasan dan pengendalian yang baik sebuah perusahaan agar efektif dan efisien, harus melibatkan komite audit dan
komisaris independen yang merupakan orang-orang yang bebas dari tekanan dan intervensi manajerial Berdasarkan fenomena
ini, penulis ingin meneliti sejauh mana hubungan manajemen laba, good corporate governance, struktur pengendalian intern
terhadap perencanaan audit..
.
Middle Theory: Standar
Auditing, SPAP
Grand Theory:
Perencanaan Audit
Diimplikasikan pada beberapa Kantor Akuntan Publik
Hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian
intern terhadap perencanaan audit
Variabel dependen
(Y):
Perencanaan audit
Variabel independent (X):
Manajemen laba, Good
corporate governance, struktur
Pengendalian intern
Model: PA = α + β1
ML+ β2
GCG+ β3
SPI + ε
Uji asumsi: Uji Validitas(ketepatan) dan Uji
Reliabilitas(keandalan)
Uji hipotesis: Menggunakan model analisis
regresi untuk mengetahui pengaruh/tidak
manajemen laba, good corporate governance,
struktur Pengendalian intern terhadap
perencanaan audit
Hasil analisis yang diperoleh mengenai pengaruh atau tidak manajemen laba, good corporate
governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit
PSAK (2007)
SA, AICPA (2000)
Mulyadi (2001,2007)
Sukrisno Agoes (2004)
H.Sri Sulistyanto (2008)
Johny S. (2004)Dll
Keterangan:
ML : Manajemen Laba SPI : Struktur Pengendalian Intern
GCG : Good Corporate Governance PA : Perencanaan Audit
2.6. Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.6.
Matrik Penelitian Sebelumnya
No Nama Peneliti Sampel Penelitian Hasil Penelitian
1 Bedard & Johnstone
(2004)
Tidak diketahui Perencanaan audit adalah total lamanya
waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melakukan perencanaan audit awal,
sampai pada pengembangan rencana
audit dan program audit menyeluruh.
2 Wallace & Koplan (1984) Tidak diketahui Auditor meningkatkan upaya perikatan
dengan pengendalian internal secara
signifikan lemah
3 Nelson et.al (2002) Tidak diketahui Manajemen laba dapat dikurangi dengan
adanya campur tangan auditor
4 Dechow et al (1996) Tidak diketahui Hubungan positif antara kualitas
corporate governance dengan kehandalan
laporan keuangan.
5 Richardson (1998) Tidak diketahui Keberadaan asimetris informasi dianggap
sebagai penyebab manajemen laba.
6 Nurna Aziza, dkk (2006) Tidak diketahui Manajemen laba tidak berhubungan
43
positif dengan perencanaan audit, good
corporate governance, tidak berhubungan
positif
7 Ayres (1994) Tidak diketahui Ada tiga faktor yang dikaitkan dengan
munculnya praktik-praktik tersebut, yaitu
manajemen akrual, penerapan suatu
perubahan yang wajib, perubahan
akuntansi yang tidak diwajibkan
2.7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan pada
latar belakang penelitian dan teori yang telah dijelaskan maka penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah dengan manajemen laba, good
corporate governance, dan struktur pengendalian intern memiliki pengaruh
atau tidak terhadap perencanaan audit yang akan dinyatakan dalam
rumusan hipotesis sebagai berikut:
1. Manajemen Laba, Good Corporate Governance, dan Struktur
Pengendalian Intern berpengaruh signifikan terhadap Perencanaan
Audit, baik secara parsial maupun secara simultan.
.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di beberapa Kantor Akuntan Publik yang
berlokasi di Jakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2009
sampai dengan Mei 2009.
3.2. Objek Penelitian
45
Objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian,
sedangkan tempat dimana variable melekat merupakan subjek penelitian.
Merujuk pada pendapat tersebut maka yang menjadi objek dari penelitian ini
adalah hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan
struktur pengendalian intern dengan perencanaan audit, untuk itu meneliti
objek tersebut penulis melakukan studi pada beberapa Kantor Akuntan Publik
yang ada di Jakarta yang terdaftar di Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Pemilihan objek tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa
manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian
intern adalah faktor penentu bagi suatu KAP untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan terhadap perencanaan audit. Sedangkan penulis memilih
perencanaan audit adalah karena perencanaan audit merupakan langkah
awal dari suatu proses pemeriksaan yang menentukan baik atau tidaknya
proses selanjutnya.
3.3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan survey. Metode penelitian deskriptif adalah metode
dalam melakukan penelitian atas suatu kelompok manusia, suatu objek,
suatu kondisi, system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Data yang diperoleh selama penelitian akan diolah, dianalisa, dan
46
45
diproses lebih lanjut dengan dasar teori yang telah dipelajari untuk kemudian
ditarik kesimpulan.
Sedangkan penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari
sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-
kejadian relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variable
sosiologis dan psikologis.
3.4. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Jakarta sebanyak 50 orang. Metode pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling (judgmental sampling).
Kriteria sampel adalah pertama, auditor yang berpartisipasi/menjadi auditor
eksternal pada perusahaan (klien) selama dua tahun berturut-turut yaitu
tahun 2007-2008.
Kedua, auditor mengaudit klien yang telah membentuk dewan
komisaris atau/dan komite audit. Sampel penelitian ini ditentukan minimum
sebesar 30 responden.
Dasar penentuannya adalah Central Limit Theorem (Mendenhall dan
Beaver, 1992) yang menyatakan bahwa jumlah minimum sampel untuk
mencapai kurva normal setidaknya adalah dengan mencapai nilai responden
minimum 30.
47
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam
melakukan penelitian ini adalah menggunakan data primer, yaitu:
a). Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data langsung dilapangan dimana
penulis mengadakan penelitian ke perusahaan untuk memperoleh data
yang berhubungan dengan, seperti mengumpulkan data identitas para
responden yang diberikan kuesioner.
b). Angket atau Questioner
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.
Selanjutnya untuk pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat
ditentukan skornya. Salah satu cara yang sering digunakan dalam
menentukan skor adalah dengan menggunakan skala Likert. Bentuk
skala Likert memiliki lima kategori. Apabila dirangking maka susunannya
akan dimulai dari sangat tidak setuju (strongly disagree) sampai kepada
sangat setuju (strongly agree)”.
Maka dari itu jawaban dari setiap item dalam variabel penelitian
yang menggunakan skala Likert mempunyai tingkatan dari sangat positif
sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata dan akan diberi skor
1 sampai 5. Untuk lebih jelasnya akan diberikan contoh sebagai berikut :
48
Apabila responden menjawab (sangat setuju) diberi nilai 5
Apabila responden menjawab (setuju) diberi nilai 4
Apabila responden menjawab (netral) diberi nilai 3
Apabila responden menjawab (tidak setuju) diberi nilai 2
Apabila responden menjawab (sangat tidak setuju) diberi nilai 1
3.6. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam hal ini penulis menggunakan dua jenis variable, yaitu variable
bebas (independent), dan variable terikat (dependen) atau variable yang
dipengaruhi oleh variable bebas. Sesuai dengan judul yang diajukan penulis,
yaitu hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan
struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit, maka variable
-variabelnya sebagai berikut :
1. Perencanaan Audit (Y)
Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh
auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada. Variabel
ini diukur dengan menggunakan jam. Diukur dengan menjabarkannya
dalam dimensi dan indikator, perencanaan awal merupakan langkah awal
dari setiap kegiatan, perencanaan audit merupakan suatu keharusan
49
apabila kita menghendaki pemeriksaan yang efektif, dimensi dan indikator
terdapat pada lampiran.
2. Manajemen laba (X1)
Manajemen laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah risiko
yang akan ditanggung auditor atas tindakan manajemen (klien) terhadap
laba yang diciptakan. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen
yang telah digunakan oleh Bedard dan Johnstone (2004) dan dimodifikasi
dengan skala likert satu sampai lima yaitu dari sangat tidak berisiko =1
sampai dengan sangat berisiko =5. Instrumen ini terdiri dari delapan item
yang mengukur adanya manajemen laba. dimensi dan indikatornya
terdapat pada lampiran.
13.Good Corporate Governance (X2)
Good corporate governance merupakan risiko yang ditanggung
auditor atas baik buruknya tata kelola dalam perusahaan klien, diukur
dengan menggunakan instrumen. Instrumen terdiri dari instrumen tentang
dewan komisaris ada empat item dengan skala likert satu sampai lima
yaitu dari sangat setuju =5 sampai dengan sangat tidak setuju =1, dimensi
dan indikatornya terdapat pada lampiran.
4. Struktur Pengendalian Intern (x4)
Variabel ini merupakan penerapan di perusahaan untuk menyusun
struktur pengendalian intern adalah dalam rangka pencapaian tujuan
perusahaan tersebut. Diukur dengan menjabarkannya dalam dimensi dan
50
indikator yang terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur
yang dirancang untuk memberi keyakinan kepada pihak manajemen
bahwa tujuan dan sasaran perusahaan dapat dicapai, kebijakan dan
prosedur ini disebut pengendalian intern. Instrumen terdiri dari instrumen
tentang dewan komisaris ada empat item dengan skala likert satu sampai
lima yaitu dari sangat setuju =5 sampai dengan sangat tidak setuju =1,
dimensi dan indikatornya terdapat pada lampiran.
Tabel 3.1.
Operasionalisasi variable
No Variabel Dimensi Indikator No.
Pertany
aan
Skala Sumber Data
1 Perencanaa
n Audit (Y)
- Perencanaan Awal
- - Memperoleh Informasi
mengenai latar
belakang klien
- Memperoleh informasi
mengenai kewajiban
hukum klien
-Melaksanakan prosedur
analisis pendahuluan
-Menentukan materialitas
dan menetapkan risiko
audit yang dapat
diterima
- Evaluasi alasan klien
untuk diaudit
- Mutu lingkungan
pekerja sesuai dengan
ditentukan pekerja
- Mutu dan integritas
- Memahami bidang
industri klien untuk
mempekerjakan orang
yang tepat
- Memahami Akte
Pendirian, Anggaran
dasar Perusahaan,
meneliti dokumen
rapat, dan kontrak-
kontrak
- Pelaksanaan prosedur
analitis dengan baik.
- Evaluasi laporan
keuangan secara
keseluruhan,
memberikan pendapat
sesuai PABU
- Penetapan materialitas
dan risiko audit perlu
untuk merencanakan
1
2
3
4
5
6
7
8
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
51
-Mengembangkan
rencana audit dan
program audit
menyeluruh
(Sumber : Soekrisno
Agus, “Auditing”)
luas pengujian serta
mengevaluasi laporan
keuangan.
- Penyusunan rencana
dan program audit
dengan baik
9 Likert Kuesioner
2 Manajemen
Laba (X1)
- Pola manajemen laba
- Motivasi manajemen
laba
(Sumber : H. Sri
Sulistyanto :2008,
“Manajemen Laba” )
- Taking bath
- Minimalisasi laba
- Maksimalisasi laba
- Perataan laba
- Bonus purposes
- Political motivation
- Taxation motivation
- Pergantian CEO
- Initial public offering
(IPO)
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
3 Good
Corporate
Go (x2)
- Keadilan (fairness)
- Transparansi
(transparency)
- Akuntabilitas
(accountability)
- Pertanggung jawaban
(responsibility)
(Sumber :Prinsip GCG
Organization for
Economic Corporation
and Development
(OECD) dalam Surya
dan Yustiavandana
(2006:68)
- terhadap kepentingan
klien, pemakai laporan
keuangan,
kepentingan akuntan
publik
- pembagian tugas antar
rekan kerja seprofesi
- terhadap informasi
laporan keuangan klien
- pembagian fee
- mempertahankan
integritas, objektivitas,
dan independensi
- mematuhi prinsip
akuntansi yang berlaku
umum dan
berpedoman pada
SPAP
19
20
21
22
23
24
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
4 Struktur
Pengendalia
n Internal
-Tujuan Struktur
Pengendalian Intern
-Unsur-unsur Struktur
Pengendalian Intern
- Pengendalian Preventif
- Pengendalian Detektif
- Pengendalian Korektif
- Lingkungan
pengendalian
- Penaksiran risiko
25
26
27
28
29
Likert
Likert
Likert
Likert
Likert
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
52
Boynton, Johnson)
(2001) alih bahasa Paul
A. Rajoe et al. (2003)
Dan SPAP
(2001) (x4
- Aktivitas pengendalian
- Informasi dan
komunikasi
- Pemantauan
30
31
32
Likert
Likert
Likert
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
3.7. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu
penelitian, karena analisis data merupakan suatu usaha untuk menemukan
jawaban atas suatu permasalahan yang terjadi. Berdasarkan yang telah
dibuat, maka metode yang digunakan dalam menganalisis data antara lain :
1. Kriteria utama yang digunakan untuk menilai suatu alat pengukuran
ialah validitas (ketepatan) dan reliability (keandalan). Validitas merujuk
kepada sejauhmana suatu uji dapat mengukur apa yang sebenarnya
ingin kita ukur. Keandalan berkaitan dengan ketepatan dari prosedur
pengukuran. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan tugasnya sebagai alat ukur. Uji
validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
mengikuti kaidah product moment (r) yaitu : uji validitas dengan
metode ini merupakan uji validitas item, dasar kerjanya dengan
komputerisasi korelasi antar setiap item dengan skor total test
sebagai kriteria validasinya. Dasar pengambilan keputusannya
53
adalah jika nilai suatu instrument dinyatakan valid apabila harga
koefisien rhitung ≥ rtabel maka dapat dikatakan jika semua item dalam
variabel yang digunakan adalah valid, begitu juga sebaliknya.
b. Uji Reliabilitas
Suatu pengukur adalah andal sepanjang pengukur tersebut
menghasilkan hasil-hasil yang konsisten. Uji reliabilitas
(kehandalan) ditujukan untuk mengetahui sejauhmana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya (reliabel). Suatu pengukuran dapat
dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan terhadap
kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama,
maksudnya ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil
diantara hasil beberapa kali pengukuran. untuk mengatasi
persoalan ini adalah dengan menggunakan koefisien Alpha. Nilai
alpha akan berkisar antara 0 sampai dengan 1. Suatu pengukuran
dikatakan reliabel bilamana paling tidak nilai alphanya 0,6”.
2. Dalam pengujian analisis jalur (path analysis) data berskala ordinal
harus diubah ke dalam data berskala interval, dengan menggunakan
rumus yang dikutip dari Riduwan dan Kuncoro (2007: 30)
54
3. Analisis regresi berganda dilakukan bila jumlah variabel bebasnya
minimal dua (lebih dari 1). Adapun persamaan regresi yang
digunakan adalah :
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + …… + bn Xn
Dimana :
Y = variabel yang dipengaruhi ; X = variabel yang mempengaruhi
a = konstanta regresi ; b = koefisien regresi
Tahap-tahap Pengujian dalam Regresi Berganda
1. Mempersiapkan persamaan regresi linier berganda dengan model :
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β 3 X3 + ε
2. Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, perlu diuji validitas dan
reliabilitas dengan bantuan SPSS 16.0.
3. Untuk menguji hubungan perubahan variabel dependent yang dapat
dijelaskan oleh variabel independent secara bersama-sama
digunakan koefisien determinasi disesuaikan (adjurted R2) bergerak
dari 0 sampai 1. Semakin tinggi nilai adjurted R2 berarti semakin
55
banyak variasi variabel dependent dapat dijelaskan oleh variabel
independent dan semakin baik model tersebut.
4. Uji Hipotesis
Pembentukan suatu hipotesis memerlukan teori-teori terlebih dahulu
sebagai pendukung pernyataan hipotesis yang diusulkan. Dalam
membentuk hipotesis terhadap beberapa hal yang dipertimbangkan:
a. Hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha) yang diususlkan.
b. Daerah penerimaan dan penolakan serta tektik arah pengujian.
c. Penentuan nilai hitung statistik.
d. Menarik kesimpulan menerima atau menolak hipotesis yang
diusulkan.
1) Uji-F, digunakan untuk mengetahui signifikansi seluruh
koefisien regresi, dengan langkah sebagai berikut : Ho : β1 = β2
= β3 = 0, yang berarti tidak ada pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent secara bersama-sama. Ha : β1 ≠
β2 ≠ β3 ≠ 0, yang berarti bahwa ada pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependent secara serempak.
Nilai Ftabel dengan tingkat signifikansi (ά) sebesar 5% dan df =
(n-k) (k-l), dimana n = jumlah sampel, k = jumlah variabel.
Kemudian dilakukan perbandingan dengan Fhitung untuk
menentukan Ho diterima atau ditolak, dengan ketentuan : Ho
56
diterima apabila Fhitung < Ftabel dan Ho ditolak apabila Fhitung >
Ftabel.
2) Uji-t, digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individu,
dengan ketentuan sebagai berikut : Ho : β1 = 0, yang berarti
bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel independent
dengan variabel dependent. Ha : β1 ≠ 0, yang berarti bahwa ada
pengaruh antara variabel-variabel independent dengan variabel
dependent secara individual. Langkah selanjutnya adalah
menentukan tingkat signifikansi (ά) yaitu sebesar 5% dengan df
= (n-k) untuk menentukan nilai ttabel. Dilakukan perbandingan
dengan thitung untuk menentukan Ho ditolak atau diterima,
dengan ketentuan : Ho diterima apabila thitung < ttabel.
Pelaksanaan uji statistic dalam penelitian ini digunakan SPSS.
BAB IV
57
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Unit Penelitian
Data yang diperoleh berasal dari kuesioner yang dibagikan ke
beberapa Kantor Akuntan Publik di Jakarta, berikut daftar dan Alamat Kantor
Akuntan Publik yang dibagikan kuesioner. Yaitu :
1. KAP. Abdul Aziz & Rekan
Bumi Malaka Asri 3, Jl. Flamboyan Raya H1/9, Malaka Sari
Duren Sawit, Jakarta Timur 13460
Telp : 021-863 2184, 8660 2049, 8660 2051
2. KAP. Trisno, Hendang, Adams & Rekan
Jl. Biak No.18 Jakarta 10150, telp : 021-6386 3277, 79
3. KAP. Johan Malonda Astika & Rekan
Jl. Pluit Raya 200 Blok V No.1-5, Jakarta 14450
Telp : 021-661 7155
4. KAP. Anwar, BAP & Rekan
Komp. Ruko Roxy Mas Blok E2 No. 47
Jl. K.H.Hasyim Ashari No.125 Jakarta 10150
Telp : 021-631 5210, 631 5057
5. KAP Bayudi Watu & Rekan
Jl. Sangihe No.10, Jakarta Pusat 10150
Telp : 021-6386 3065, 67, 632 4242
Kuisioner yang telah terisi seluruhnya terkumpul kepada peneliti pada
tanggal 12 Mei 2009, data penelitian yang diolah adalah jawaban responden
dari kuisioner yang dikirim. Data yang diolah adalah data primer dalam
bentuk kuesioner dari hasil jawaban responden yang memuat pertanyaan
58
terkait dengan hubungan antara manajemen laba, good corporate
governance, struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel
dan Statistic Package for the Sosial Sciences (SPSS) versi 16.0. Kuesioner
sebagai instrumen penelitian didistribusikan langsung oleh peneliti kepada
semua level auditor pada kantor akuntan publik yaitu senior auditor dan
yunior auditor.
Dalam penelitian ini, terkumpul kuesioner sebanyak 50 kuesioner,
berasal dari kantor akuntan publik. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 55
kuesioner dan dari jumlah tersebut, kuesioner yang kembali berjumlah 50
atau sebanyak 89.5% responden yang mengembalikan. Walaupun tingkat
pengembalian kuesioner tidak 100% tetapi masih mencukupi untuk
pengolahan data menggunakan software SPSS 16.00.
4.1.2. Data Penyebaran Kuesioner
4.1.2.1 Data Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
Kuesioner yang dipergunakan untuk penelitian ini dikirimkan ke auditor
yang berkerja Kantor-Kantor Akuntan Publik yang berada di Jakarta, yang
secara lengkap disajikan dalam tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Kalkulasi Perbandingan Kuesioner yang Dikirimkan
59
No Organisasi Kirim
Tidak
kembali
Kembali
Tidak
lengkap
Dapat
diolah
1. KAP. ABDUL AZIZ & REKAN 10 0 10 0 10
2.
KAP. TRISNO, HENDANG,
ADAMS & REKAN
10 0 10 0 10
3.
KAP. JOHAN MALONDA
ASTIKA & REKAN
15 0 15 0 15
4. KAP. ANWAR BAP & REKAN 10 0 10 0 10
5.
KAP. BAYUDI WATU &
REKAN
10 5 5 0 5
TOTAL 55 5 50 0 50
Sumber: diolah sendiri
4.2.1 Statistik Deskriptif Data Responden
1. Data Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin dibagi dua kategori yaitu laki-laki dan
perempuan. Dengan melihat tabel dibawah ini dapat diketahui
persentasi responden laki-laki dan persentasi responden perempuan.
60
Tabel 4.2.
Sumber: Output SPSS
Dari table jenis kelamin diatas dilihat bahwa total responden adalah
50, dan 46 % perempuan yaitu sebanyak 23, sedangkan sisanya 54 %
laki-laki yaitu sebanyak 27.
2. Data Responden berdasarkan Usia
Berdasarkan usia responden dibagi empat kategori yaitu kurang dari
26 tahun, 26 tahun sampai 35 tahun, 36 tahun sampai 45 tahun, dan
lebih dari 45 tahun. Rincian dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 4.3.
Sumber: Output SPSS
Dari tabel usia diatas dapat dillihat bahwa responden yang paling
banyak adalah usia <26 th dengan persentase sebanyak 52% yaitu 26
responden. Kemudian sisanya terdiri dari 38 % usia 26 – 35 th yaitu
61
sebanyak 19 responden, 6 % usia 36 – 45 th yaitu sebanyak 3
responden dan 4 % usia > 45 th yaitu sebanyak 2 responden.
3. Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Berdasarkan lama bekerja, data responden dibagi empat kategori
yaitu kurang dari 2 tahun, 2 tahun sampai 4 tahun, 5 tahun sampai 6
tahun dan 7 tahun sampai 10 tahun. Rincian nya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 4.4.
Sumber: Output SPSS
Dari tabel lama bekerja diatas dapat dilihat bahwa 58 % responden
lama bekerja 2 – 4 th yaitu sebanyak 29 responden, sedangkan sisanya
22 % responden lama bekerja 5 – 6 th yaitu sebanyak 11 responden,
dan 20 % responden lama bekerja 7 – 10 th yaitu sebanyak 10
responden.
4. Data Responden Berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan pendidikan, data responden dibagi empat kategori
yaitu S3, S2, S1, dan D3.
62
Tabel 4.5.
Sumber: Output SPSS
Dari tabel pendidikan diatas dapat dilihat bahwa 10 %
berpendidikan D3, 90 % berpendidikan S1. Maka disimpulkan
responden paling banyak adalah yang berpendidikan S1
4.2.2 Statistik Deskriptif Pertanyaan
1) Variabel Y (Perencanaan Audit)
Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban
berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak
setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing
nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata
keseluruhan jawaban responden
1. Pertanyaan 1
“Perencanaan audit di KAP ini, menghendaki setiap Auditor lebih dahulu
mengevaluasi apa alasan klien untuk diaudit”. Berikut hasil jawaban
responden :
63
Tabel 4.6.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35
rensponden menjawab setuju, 14 responden menjawab sangat setuju,
dan 1 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju
sebesar 70%.
2. Pertanyaan 2
“Untuk meningkatkan efisiensi audit dan memenuhi Standar Auditing
yang telah ditetapkan, staf-staf yang ditugaskan di KAP ini, harus yang
familiar dengan bidang usaha klien”. Berikut hasil jawaban responden :
Tabel 4.7.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 27
rensponden menjawab setuju, 13 responden menjawab sangat setuju, 9
64
responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju.
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 54%.
3. Pertanyaan 3
“Agar tidak terjadi salah pengertian, anda sebagai auditor harus
membuat kesepakatan tertulis antara KAP dengan klien secara jelas,
tegas dan termuat dalam kontrak audit”. Berikut hasil jawaban
responden:
Tabel 4.8.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 40 responden, 23
rensponden menjawab sangat setuju, 11 responden menjawab setuju,
dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah sangat
setuju sebesar 57.5%.
4. Pertanyaan 4
“Staf-staf yang ditugaskan di KAP ini, lebih baik yang akrab dengan
bidang usaha klien, oleh karena itu, auditor lebih dahulu harus
memahami bidang usaha klien. Berikut hasil jawaban responden:
65
Tabel 4.9.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 29
rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju,
10 responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak
setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 58 %.
5. Pertanyaan 5
“Akte Pendirian, dan anggaran perusahaan klien, notulen rapat, dan
kontrak-kontrak perusahaan diperhitungkan oleh auditor di KAP ini,
dalam membuat perencanaan audit. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.10.
Sumber: Output SPSS
66
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33
rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 3
responden menjawab netral, dan 2 responden menjawab tidak setuju
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%.
6. Pertanyaan 6
“Keseluruhan kegiatan pemeriksaan di KAP ini, harus tergambar dalam
prosedur analitis pendahuluan”. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.11.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33
rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju,
dan 7 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju
sebesar 66%.
7. Pertanyaan 7
“Dalam menentukan materialitas dan risiko audit, anda sebagai auditor
harus mengevaluasi laporan keuangan secara keseluruhan. Berikut
hasil jawaban responden:
67
Tabel 4.12.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35
rensponden menjawab setuju, 11 responden menjawab sangat setuju, 2
responden menjawab netral, dan 2 responden menjawab tidak setuju.
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%.
8. Pertanyaan 8
“Penetapan materialitas dan risiko audit di KAP ini, perlu dilakukan
untuk merencanakan luas pengujian, mengevaluasi hasil dan
melaksanakan pengujian audit”. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.13.
Sumber: Output SPSS
68
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 29
rensponden menjawab setuju, 15 responden menjawab sangat setuju,
dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju
sebesar 58 %.
9. Pertanyaan 9
“Penyusunan rencana dan program audit harus dilaksanakan oleh
auditor di KAP ini, agar auditor dapat memahami petunjuk, mengenai
langkah-langkah apa yang harus dilakukan”. Berikut hasil jawaban
responden:
Tabel 4.14.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35
rensponden menjawab setuju, 13 responden menjawab sangat setuju,
dan 2 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju
sebesar 70%.
2) Variabel X1 (Manajemen Laba)
Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban
berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak
setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing
69
nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata
keseluruhan jawaban responden.
1.Pertanyaan 10
“Menurut anda, dalam mengevaluasi laporan keuangan, auditor perlu
mereview hasil audit periode sebelumnya, apalagi jika sangat ekstrim
terhadap periode sekarang”. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.15.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33
rensponden menjawab setuju, 13 responden menjawab sangat setuju, 3
responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju.
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%.
2. Pertanyaan 11
“Pada laporan keuangan klien, auditor di KAP ini, harus dapat melihat
dan menganalisis apakah ada kecendrungan melakukan manajemen
laba”. Berikut hasil jawaban responden:
70
Tabel 4.16.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 29
rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 6
responden menjawab netral, dan 3 responden menjawab tidak setuju.
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 58%.
3. Pertanyaan 12
“Anda sebagai auditor, harus mengetahui apa saja tindakan manajemen
laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan”. Berikut hasil
jawaban responden:
Tabel 4.17.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 34
rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju,
71
dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju
sebesar 68 %.
4. Pertanyaan 13
“Anda sebagai Auditor, perlu memahami mengapa laporan laba rugi
mengalami fluktuasi yang sama hampir setiap bulannya. Berikut hasil
jawaban responden:
Tabel 4.18.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35
rensponden menjawab setuju, 8 responden menjawab netral, 5
responden menjawab sangat setuju, dan 2 responden menjawab tidak
setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%.
5. Pertanyaan 14
“Di KAP ini, auditor harus mengetahui apa saja motivasi manajemen
laba yang dilakukan manajer sebagai orang yang mempunyai andil
besar dalam laporan keuangan”. Berikut hasil jawaban responden:
72
Tabel 4.19.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 36
rensponden menjawab setuju, 7 responden menjawab sangat setuju, 5
responden menjawab netral, dan 2 responden menjawab tidak setuju.
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 72%.
6. Pertanyaan 15
“Political motivasion menyebabkan perusahaan melakukan manajeman
laba, anda sebagai auditor, mempertimbangkan hal tersebut dalam
keputusan audit”. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.20.
Sumber: Output SPSS
73
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 34
rensponden menjawab setuju, 8 responden menjawab sangat setuju, 7
responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju.
Jawaban mayoritas adalah sangat setuju sebesar 68%.
7. Pertanyaan 16
“Penghematan pajak menjadi motivasi perusahaan melakukan
manajemen laba, di KAP ini, auditor harus mempertimbangkan hal
tersebut dalam keputusan audit”. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.21.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 32
rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab netral, 7
responden menjawab sangat setuju dan 1 responden menjawab tidak
setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 64%.
8. Pertanyaan 17
“Anda sebagai auditor, jika menemui mengapa bonus yang diterima
CEO meningkat, bersamaan dengan pergantian CEO, maka hal
tersebut menjadi pertimbangan dalam keputusan audit”. Berikut hasil
jawaban responden:
74
Tabel 4.22.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 27
rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab netral, 8
responden menjawab sangat setuju. Dan 3 responden menjawab tidak
setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 54%.
9. Pertanyaan 18
“Untuk menaikan harga saham, perusahaan yang akan go public
cenderung melakukan manajeman laba, dalam hal itu anda sebagai
auditor harus melihat apa yang menyebabkan peningkatan laba
tersebut”. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.23.
Sumber: Output SPSS
75
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 30
rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju, 9
responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju.
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 60%.
3) Variabel X2 (Good Corporate Governance)
Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban
berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak
setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing
nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata
keseluruhan jawaban responden.
1. Pertanyaan 19
“Anda sebagai auditor, ketika memberi pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan, hendaklah bersikap independent, adil terhadap
keputusan klien, pemakai, dan akuntan public”. Berikut hasil jawaban
responden:
Tabel 4.24.
Sumber: Output SPSS
76
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33
rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 4
responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju.
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%.
2. Pertanyaan 20
“Di KAP ini, anda sebagai auditor selama melaksanakan pemeriksaan
harus adil dalam pembagian tugas sesama rekan kerja seprofesi”.
Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.25.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 32
responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 5
responden menjawab netral dan 4 responden menjawab tidak setuju.
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 64%.
3. Pertanyaan 21
“Sebagai auditor, menurut anda Good corporate governance suatu
perusahaan, harus transparansi terhadap informasi dalam laporan
keuangan yang diaudit. Berikut hasil jawaban responden:
77
Tabel 4.26.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50
responden, 30 responden menjawab setuju, 12 responden menjawab
sangat setuju, 6 responden menjawab netral dan 2 responden
menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah sangat setuju
sebesas 60%.
4. Peratanyaan 22
“Di KAP ini, Antara rekan kerja seprofesi, haruslah adil dan bijaksana
dalam hal pembagian bonus kerja untuk senior dan junior auditor.
Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.27.
Sumber: Output SPSS
78
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 26
responden menjawab setuju, 13 responden menjawab netral, 9
responden menjawab sangat setuju dan 2 responden menjawab tidak
setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 52%.
5. Pertanyaan 23
“Menurut Anda, auditor dalam bertugas harus mempertahankan
integritas, objektivitas, dan independensi”. Berikut hasil jawaban
responden:
Tabel 4.28
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 27
responden menjawab setuju, 18 responden menjawab sangat setuju, 4
responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju.
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 54%.
6. Pertanyaan 24
“Di KAP ini, anda sebagai auditor, harus menjalankan peran dan
tanggung jawab dengan baik dalam melaksanakan pemeriksaan”.
Berikut hasil jawaban responden:
79
Tabel 4.29
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden,
28 rensponden menjawab setuju, 16 responden menjawab sangat
setuju, 5responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak
setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 56%.
7. Pertanyaan 25
“Selama menjalankan profesi auditor, anda berpedoman pada PABU &
SPAP, dan SAK, yang harus selalu dipatuhi dalam bertugas”. Berikut
hasil jawaban responden:
Tabel 4.30
Sumber: Output SPSS
80
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 31
responden menjawab setuju, 15 responden menjawab sangat setuju, 3
responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju.
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 62%.
4) Variabel X3 (Struktur Pengendalian Intern)
Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban
berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak
setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing
nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata
keseluruhan jawaban responden.
1. Pertanyaan 26
“Untuk mencegah sebelum masalah timbul, sebaiknya auditor membuat
pengendalian preventif, yang mempunyai tujuan sebagai pra tindak,
agar sesuai dengan yang direncanakan”. Berikut hasil jawaban
responden:
Tabel 4.31.
Sumber: Output SPSS
81
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35
rensponden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 3
responden menjawab netral 3 responden menjawab tidak setuju.
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%.
2. Pertanyaan 27
“Di KAP ini, jika kesalahan terjadi dalam pelaksanaan aktivitas
pemeriksaan, auditor harus membuat pengendalian detektif, yang
tujuannya untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi”. Berikut hasil
jawaban responden:
Tabel 4.32.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 39
responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 2
responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar
78%.
3. Pertanyaan 28
“Informasi yang diperlukan oleh personil-personil dalam penyelidikan
dan perbaikan kesalahan, di KAP ini, auditor harus memahami lebih
dahulu tujuan dari pengendalian korektif”. Berikut hasil jawaban
responden:
82
Tabel 4.33.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 30
responden menjawab setuju, 11 responden menjawab sangat setuju,
dan 8 responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak
setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 60%.
4. Pertanyaan 29
“Anda sebagai auditor, dalam mengevaluasi struktur pengendalian
intern, harus mengetahui lingkungan pengendalian, karena merupakan
landasan komponen pengendalian lainnya”. Berikut hasil jawaban
responden:
Tabel 4.34.
Sumber: Output SPSS
83
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35
responden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju, 5
responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar
70%.
5. Pertanyaan 30
“Sebagai auditor, menurut anda perhitungan risiko perlu diidentifikasi
sejak awal, untuk mengetahui laporan keuangan telah disajikan secara
wajar atau tidak”. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.35.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 38
responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 2
responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju.
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 76%.
6. Pertanyaan 31
“Menurut anda, sebagai auditor harus mengetahui apa saja unsur-unsur
struktur pengendalian intern perusahaan tersebut, agar memperoleh
keyakinan, bahwa kebijakan-kebijakan dan prosedur telah dijalankan
dengan baik. Berikut hasil jawaban responden:
84
Tabel 4.36.
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 31
responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 7
responden menjawab tidak setuju, dan 3 responden menjawab netral.
Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 62%.
7. Pertanyaan 32
“Di KAP ini, anda sebagai auditor, harus mengadakan pemantauan
terhadap kualitas kinerja dalam struktur pengendalian intern perusahaan
tersebut”. Berikut hasil jawaban responden:
Tabel 4.37
Sumber: Output SPSS
Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50
responden, 28 rensponden menjawab setuju, 9 responden menjawab
85
tidak setuju, 7 responden menjawab sangat setuju dan 6 responden
menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 56%.
4.3 Pembahasan atau Temuan penelitian
4.3.1 Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan tugasnya sebagai alat ukur. Dengan uji validitas
dapat diketahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam
mendefinisikan suatu variabel. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat
pada hasil output spss pada tabel dengan judul Item-Total Statistics. Melihat
kevalidan masing-masing pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-
Total Correlation. Dapat dikatakan valid apabila nilai dari Corrected Item-
Total Correlation (r-hitiung) > dari pada r-tabel. Hasil output masing-masing
pertanyaan dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini.
86
a. Uji Validitas Terhadap Y (Perencanaan Audit)
Tabel 4.38.
Sumber: Output SPSS
Nilai r-tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k,
dimana k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel, dan n
merupakan jumlah responden. Maka df = 50 - 9 = 41. Tabel r product –
moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 41 dengan alpha 5%,
diperoleh r table sebesar 0,301.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P1 sebesar 0.409 > r table 0.301, kesimpulan valid.
2. r hitung P2 sebesar 0.444 > r table 0,301, kesimpulan valid.
3. r hitung P3 sebesar 0.435 > r table 0.301, kesimpulan valid.
4. r hitung P4 sebesar 0.298 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
5. r hitung P5 sebesar 0.215 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
6. r hitung P6 sebesar 0.394 > r table 0.301, kesimpulan valid.
7. r hitung P7 sebesar 0.291 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
8. r hitung P8 sebesar 0.089 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
9. r hitung P9 sebesar 0.255 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
87
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator
pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r hitung
yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 5 indikator
pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r hitung
yang lebih kecil dari nilai r table dinyatakan tidak valid, maka dari itu di uji lagi 4
indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 4.39.
Sumber: Output SPSS
Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,285.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P1 sebesar 0.469 > r table 0.285, kesimpulan valid.
2. r hitung P2 sebesar 0.363 > r table 0.285, kesimpulan valid.
3. r hitung P3 sebesar 0.376 > r table 0.285, kesimpulan valid.
4. r hitung P6 sebesar 0.408 > r table 0.285, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator
pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r hitung
yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.
88
b. Uji Validitas Terhadap X1 (Manajemen Laba)
Tabel 4.40.
Sumber: Output SPSS
Maka df = 50 - 9 = 41. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 41 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,301.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P10 sebesar 0.121 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
2. r hitung P11 sebesar 0.389 > r table 0,301, kesimpulan valid.
3. r hitung P12 sebesar 0.374 > r table 0.301, kesimpulan valid.
4. r hitung P13 sebesar 0.408 > r table 0.301, kesimpulan valid.
5. r hitung P14 sebesar 0.279 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
6. r hitung P15 sebesar 0.266 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
7. r hitung P16 sebesar 0.025 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
8. r hitung P17 sebesar 0.333 > r table 0.301, kesimpulan valid.
9. r hitung P18 sebesar 0.067 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator
pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r hitung
89
yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 5 indikator
pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r hitung
yang lebih kecil dari nilai r table, dinyatakan tidak valid, maka dari itu di uji lagi 4
indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini:
Tabel 4.41.
Sumber: Output SPSS
Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,285.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P11 sebesar 0.518 > r table 0.285, kesimpulan valid.
2. r hitung P12 sebesar 0.511 > r table 0.285, kesimpulan valid.
3. r hitung P13 sebesar 0.554 > r table 0.285, kesimpulan valid.
4. r hitung P17 sebesar 0.298 > r table 0.285, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator
pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r hitung
yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.
90
c. Uji Validitas Terhadap X2 (Good Corporate Governance)
Tabel 4.42.
Maka df = 50 - 7 = 43. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 43 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,294.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P19 sebesar 0.406 > r table 0. 294, kesimpulan valid.
2. r hitung P20 sebesar 0.139 < r table 0. 294, kesimpulan tidak valid.
3. r hitung P21 sebesar 0.243 < r table 0. 294, kesimpulan tidak valid.
4. r hitung P22 sebesar 0.325 > r table 0. 294, kesimpulan valid.
5. r hitung P23 sebesar 0.563 > r table 0. 294, kesimpulan valid.
6. r hitung P24 sebesar 0.608 > r table 0. 294, kesimpulan valid.
7. r hitung P25 sebesar 0.298 > r table 0. 294, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 5 indikator
pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset akuntansi
memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 2
indikator pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset
akuntansi memiliki r hitung lebih kecil dari nilai r table, dikatakan tidak valid. maka
91
dari itu di uji lagi 5 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah
ini :
Tabel 4.43
Maka df = 50 - 5 = 45. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 45 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,288.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P19 sebesar 0.350 > r table 0.288, kesimpulan valid.
2. r hitung P22 sebesar 0.330 > r table 0.288, kesimpulan valid.
3. r hitung P23 sebesar 0.554 > r table 0.288, kesimpulan valid.
4. r hitung P24 sebesar 0.596 > r table 0.288, kesimpulan valid.
5. r hitung P25 sebesar 0.351 > r table 0.288, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 5 indikator
pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset akuntansi
memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.
92
d. Uji Validitas Terhadap X3 (Struktur Pengendalian Intern)
Tabel 4.44.
Maka df = 50-7 = 43. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 43 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,294.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P26 sebesar 0.483 > r table 0.294, kesimpulan valid.
2. r hitung P27 sebesar 0.197 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid.
3. r hitung P28 sebesar 0.186 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid.
4. r hitung P29 sebesar 0.540 > r table 0.294, kesimpulan valid.
5. r hitung P30 sebesar 0.313 > r table 0.294, kesimpulan valid.
6. r hitung P31 sebesar 0.265 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid.
7. r hitung P32 sebesar 0.311 > r table 0.294, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator
pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi
memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 3
indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset
akuntansi memiliki r hitung yang lebih kecil dari nilai r table, dikatakan tidak valid.
93
maka dari itu di uji lagi 4 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat
dibawah ini:
Tabel 4.45.
Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,285.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. r hitung P26 sebesar 0.281 < r table 0.285, kesimpulan tidak valid.
2. r hitung P29 sebesar 0.541 > r table 0.285, kesimpulan valid.
3. r hitung P30 sebesar 0.526 > r table 0.285, kesimpulan valid.
4. r hitung P32 sebesar 0.326 > r table 0.285, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 3 indikator
pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi
memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 1
indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset
akuntansi memiliki r hitung yang lebih kecil dari nilai r table, dikatakan tidak valid.
maka dari itu di uji lagi 3 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat
dibawah ini:
94
Tabel 4.46.
Maka df = 50 - 3 = 47. Tabel r product – moment (two tailed test)
menunjukkan bahwa pada df 47 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar
0,285.
Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1 r hitung P29 sebesar 0.532 > r table 0.285, kesimpulan valid.
2 r hitung P30 sebesar 0.533 > r table 0.285, kesimpulan valid.
3 r hitung P32 sebesar 0.330 > r table 0.285, kesimpulan valid.
Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 3 indikator
pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi
memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas (kehandalan) ditujukan untuk mengetahui sejauhmana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (reliabel). Uji reliabilitas dapat
dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan untuk
lebih dari satu variabel. Hasilnya output spss dapat dilihat dibawah ini
95
a. Uji Reliabilitas Terhadap Y (Perencanaan Audit)
Tabel 4.47.
Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa
Cronbach’s Alpha 0.621 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk
variabel Y sudah reliabel.
b. Uji Reliabilitas Terhadap X1 (Manajemen Laba)
Tabel 4.48.
Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa
Cronbach’s Alpha 0.679 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk
variabel X1 sudah reliabel.
96
c. Uji Reliabilitas Terhadap X2 (Good Corporate Governance)
Tabel 4.49.
Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa
Cronbach’s Alpha 0.677 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk
variabel X2 sudah reliabel.
d. Uji Reliabilitas Terhadap X3 (Struktur Pengendalian Intern)
Tabel 4.50.
Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa
Cronbach’s Alpha 0.43 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk
variabel X3 sudah reliabel.
4.3.3 Uji Regresi Linear Berganda
Analisis regresi dilakukan untuk menguji apakah ada atau tidaknya
pengaruh dari variabel manajemen laba, good corporate governance, dan
struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit.
97
Dengan rumus:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β 3 X3 + ε
Uji regresi dapat dilakukan setelah mentranformasikan data hasil
kuesioner dengan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan hasil
output spss dapat dilihat dibawah ini
Tabel 4.51.
Dari tabel 4.51 diatas menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang
dikeluarkan (removed) dalam penelitian ini, atau dapat dikatakan bahwa
variabel manajemen laba, good corporate governance, dan struktur
pengendalian intern sebagai variabel bebas dimasukkan dalam perhitungan
regresi
Tabel 4.52.
98
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit
Perencanaan audit

More Related Content

What's hot

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSujatmiko Wibowo
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaNony Saraswati Gendis
 
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fixPpt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fixPerum Perumnas
 
KEL 4 AUDIT ATAS PROSES RIGHT ISSUE.pptx
KEL 4 AUDIT ATAS PROSES RIGHT ISSUE.pptxKEL 4 AUDIT ATAS PROSES RIGHT ISSUE.pptx
KEL 4 AUDIT ATAS PROSES RIGHT ISSUE.pptxSuciHati8
 
Contoh kasus pelanggaran etika profesi akuntan
Contoh kasus pelanggaran etika profesi akuntanContoh kasus pelanggaran etika profesi akuntan
Contoh kasus pelanggaran etika profesi akuntanNaiila Naiila
 
Pertanggungjawaban Publik_Akuntansi Sektor Publik
Pertanggungjawaban Publik_Akuntansi Sektor PublikPertanggungjawaban Publik_Akuntansi Sektor Publik
Pertanggungjawaban Publik_Akuntansi Sektor PublikIsmail M
 
C -15 INDO INTERMEDIATE 2
C -15  INDO INTERMEDIATE 2C -15  INDO INTERMEDIATE 2
C -15 INDO INTERMEDIATE 2rohima _yesung
 
Penyelesaian audit
Penyelesaian auditPenyelesaian audit
Penyelesaian auditagunghery19
 
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahanKebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahanGendro Budi Purnomo
 
Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,
Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,
Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,Annisa Galih Sarasati
 
Ch03 _ IND _ accounting intermediate
Ch03 _ IND _ accounting intermediateCh03 _ IND _ accounting intermediate
Ch03 _ IND _ accounting intermediateMaiya Maiya
 
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGAAKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGADesy Ratna
 
Profesi Kantor Akuntan Publik
Profesi Kantor Akuntan PublikProfesi Kantor Akuntan Publik
Profesi Kantor Akuntan PublikFelicia Celins
 
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 

What's hot (20)

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
 
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan PersonaliaAudit Siklus Penggajian dan Personalia
Audit Siklus Penggajian dan Personalia
 
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fixPpt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
Ppt akl 2 kel 8 ( konsolidasi perubahan kepemilikan ) fix
 
KEL 4 AUDIT ATAS PROSES RIGHT ISSUE.pptx
KEL 4 AUDIT ATAS PROSES RIGHT ISSUE.pptxKEL 4 AUDIT ATAS PROSES RIGHT ISSUE.pptx
KEL 4 AUDIT ATAS PROSES RIGHT ISSUE.pptx
 
Perbedaan PSAK dan SAK ETAP
Perbedaan PSAK dan SAK ETAPPerbedaan PSAK dan SAK ETAP
Perbedaan PSAK dan SAK ETAP
 
Contoh kasus pelanggaran etika profesi akuntan
Contoh kasus pelanggaran etika profesi akuntanContoh kasus pelanggaran etika profesi akuntan
Contoh kasus pelanggaran etika profesi akuntan
 
Psak 30-sewa-isak-8-120212
Psak 30-sewa-isak-8-120212Psak 30-sewa-isak-8-120212
Psak 30-sewa-isak-8-120212
 
Pertanggungjawaban Publik_Akuntansi Sektor Publik
Pertanggungjawaban Publik_Akuntansi Sektor PublikPertanggungjawaban Publik_Akuntansi Sektor Publik
Pertanggungjawaban Publik_Akuntansi Sektor Publik
 
C -15 INDO INTERMEDIATE 2
C -15  INDO INTERMEDIATE 2C -15  INDO INTERMEDIATE 2
C -15 INDO INTERMEDIATE 2
 
Laporan Audit
Laporan AuditLaporan Audit
Laporan Audit
 
Subsequent events
Subsequent eventsSubsequent events
Subsequent events
 
Penyelesaian audit
Penyelesaian auditPenyelesaian audit
Penyelesaian audit
 
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahanKebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
 
Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,
Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,
Hubungan antara kantor pusat, kantor agen,
 
Ch03 _ IND _ accounting intermediate
Ch03 _ IND _ accounting intermediateCh03 _ IND _ accounting intermediate
Ch03 _ IND _ accounting intermediate
 
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGAAKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
 
Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan Keuangan KonsolidasiLaporan Keuangan Konsolidasi
Laporan Keuangan Konsolidasi
 
Profesi Kantor Akuntan Publik
Profesi Kantor Akuntan PublikProfesi Kantor Akuntan Publik
Profesi Kantor Akuntan Publik
 
Bab 21 Management Letter
Bab 21 Management LetterBab 21 Management Letter
Bab 21 Management Letter
 
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 7 teori akuntansi suwardjono
 

Viewers also liked

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...Fort Manhaj (Edwansyah Gumayenda)
 
Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...
Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...
Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...Dadang Solihin
 
Tesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdm
Tesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdmTesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdm
Tesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdmMus Mulyadi
 
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KI...
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KI...PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KI...
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KI...Uofa_Unsada
 
Agile presentation
Agile presentationAgile presentation
Agile presentationinfolock
 

Viewers also liked (7)

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...
 
Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...
Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...
Indikator Governance dan Penerapannya dalam Mewujudkan Demokratisasi di Indon...
 
Perencanaan Audit
Perencanaan AuditPerencanaan Audit
Perencanaan Audit
 
Tesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdm
Tesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdmTesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdm
Tesis manajemen sdm-balanced scorecard kinerja sdm
 
Modul audit jadi-libre
Modul audit jadi-libreModul audit jadi-libre
Modul audit jadi-libre
 
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KI...
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KI...PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KI...
PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, PROFESIONALISME, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KI...
 
Agile presentation
Agile presentationAgile presentation
Agile presentation
 

Similar to Perencanaan audit

Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuan
Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuanContoh Makalah.docx akuntansi keprilakuan
Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuanIqmal Muttaqin
 
Kedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medan
Kedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medanKedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medan
Kedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medanyogieardhensa
 
Pengendalian Internal_ RaniNurrohmah_STIAMI
Pengendalian Internal_ RaniNurrohmah_STIAMIPengendalian Internal_ RaniNurrohmah_STIAMI
Pengendalian Internal_ RaniNurrohmah_STIAMIRani Nurrohmah
 
Makalah audit internal
Makalah audit internalMakalah audit internal
Makalah audit internalnaaziqah
 
Sia 2,hayati nupus,suryanih,stiami
Sia 2,hayati nupus,suryanih,stiamiSia 2,hayati nupus,suryanih,stiami
Sia 2,hayati nupus,suryanih,stiamihayatinupus29
 
Be gg, fariz adlan, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,audit &amp; internal con...
Be gg, fariz adlan, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,audit &amp; internal con...Be gg, fariz adlan, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,audit &amp; internal con...
Be gg, fariz adlan, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,audit &amp; internal con...Fariz adlan
 
BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Audit & Internal Control , U...
BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Audit & Internal Control , U...BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Audit & Internal Control , U...
BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Audit & Internal Control , U...Deny Dermawan
 
BE & GG; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, cma, audit in...
BE & GG; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, cma, audit in...BE & GG; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, cma, audit in...
BE & GG; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, cma, audit in...FIkri Aulawi Rusmahafi
 
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Audit dan Internal Kontrol, Universitas Mer...
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Audit dan Internal Kontrol, Universitas Mer...BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Audit dan Internal Kontrol, Universitas Mer...
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Audit dan Internal Kontrol, Universitas Mer...Intan Wachyuni
 
Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...
Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...
Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...Farazola Lan
 
KONSEP ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
KONSEP ANALISIS LAPORAN KEUANGANKONSEP ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
KONSEP ANALISIS LAPORAN KEUANGANBiyah Djauhar
 
Kelompok 5. sistem pengendalian manajemen
Kelompok 5. sistem pengendalian manajemenKelompok 5. sistem pengendalian manajemen
Kelompok 5. sistem pengendalian manajemenSriYuliaAnjani
 
Makalah uts nurfitri iriyanti nim 11150057 kelas 7 n msdm(1)
Makalah uts nurfitri iriyanti nim 11150057 kelas 7 n msdm(1)Makalah uts nurfitri iriyanti nim 11150057 kelas 7 n msdm(1)
Makalah uts nurfitri iriyanti nim 11150057 kelas 7 n msdm(1)pipitrian29
 
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...Nadiatur Rakhma
 
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...Nadiatur Rakhma
 
Makalah uts sumarni
Makalah uts sumarniMakalah uts sumarni
Makalah uts sumarnisumarni42
 

Similar to Perencanaan audit (20)

Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuan
Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuanContoh Makalah.docx akuntansi keprilakuan
Contoh Makalah.docx akuntansi keprilakuan
 
Kedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medan
Kedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medanKedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medan
Kedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medan
 
The Audit Report
The Audit ReportThe Audit Report
The Audit Report
 
Pengendalian Internal_ RaniNurrohmah_STIAMI
Pengendalian Internal_ RaniNurrohmah_STIAMIPengendalian Internal_ RaniNurrohmah_STIAMI
Pengendalian Internal_ RaniNurrohmah_STIAMI
 
Makalah audit internal
Makalah audit internalMakalah audit internal
Makalah audit internal
 
Sia 2,hayati nupus,suryanih,stiami
Sia 2,hayati nupus,suryanih,stiamiSia 2,hayati nupus,suryanih,stiami
Sia 2,hayati nupus,suryanih,stiami
 
Be gg, fariz adlan, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,audit &amp; internal con...
Be gg, fariz adlan, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,audit &amp; internal con...Be gg, fariz adlan, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,audit &amp; internal con...
Be gg, fariz adlan, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma,audit &amp; internal con...
 
audit-internal.docx
audit-internal.docxaudit-internal.docx
audit-internal.docx
 
BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Audit & Internal Control , U...
BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Audit & Internal Control , U...BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Audit & Internal Control , U...
BE & GG,Deny Dermawan, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Audit & Internal Control , U...
 
audit
auditaudit
audit
 
BE & GG; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, cma, audit in...
BE & GG; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, cma, audit in...BE & GG; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, cma, audit in...
BE & GG; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, cma, audit in...
 
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Audit dan Internal Kontrol, Universitas Mer...
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Audit dan Internal Kontrol, Universitas Mer...BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Audit dan Internal Kontrol, Universitas Mer...
BE&GG, Intan Wachyuni, Hapzi Ali, Audit dan Internal Kontrol, Universitas Mer...
 
Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...
Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...
Pertemuan 1 pengauditan internal "Foundation of Internal Auditing and Interna...
 
Langkah audit manajemen
Langkah audit manajemenLangkah audit manajemen
Langkah audit manajemen
 
KONSEP ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
KONSEP ANALISIS LAPORAN KEUANGANKONSEP ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
KONSEP ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
 
Kelompok 5. sistem pengendalian manajemen
Kelompok 5. sistem pengendalian manajemenKelompok 5. sistem pengendalian manajemen
Kelompok 5. sistem pengendalian manajemen
 
Makalah uts nurfitri iriyanti nim 11150057 kelas 7 n msdm(1)
Makalah uts nurfitri iriyanti nim 11150057 kelas 7 n msdm(1)Makalah uts nurfitri iriyanti nim 11150057 kelas 7 n msdm(1)
Makalah uts nurfitri iriyanti nim 11150057 kelas 7 n msdm(1)
 
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...
 
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
 
Makalah uts sumarni
Makalah uts sumarniMakalah uts sumarni
Makalah uts sumarni
 

Recently uploaded

power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiaMukhamadMuslim
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfIde dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfPerkuliahanDaring
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptxfitriamutia
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 

Recently uploaded (16)

power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdfIde dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
Ide dan Peluang dalam Kewirausahaan (dimas).pdf
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 

Perencanaan audit

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegagalan dunia usaha di Indonesia dalam menciptakan kehidupan bisnis yang sehat, bersih dan bertanggung jawab adalah manajemen laba. Upaya untuk merekayasa informasi ini telah menjadi faktor yang menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai fundamental suatu perusahaan. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai asimetri informasi (information asymetric) yaitu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pemegang saham dan stakeholders. Ada tuntutan publik yang berkembang sejalan dengan maraknya kasus-kasus penyimpangan korporasi, publik semakin menyadari kasus penyimpangan korporasi sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh manajer perusahaan tetapi melibatkan pemilik (owner), auditor internal, komisaris, regulator (pemerintah dan asosiasi profesi). 1 1
  • 2. Kasus-kasus penyimpangan itu seolah merupakan ajang konspirasi dari semua pihak yang mempunyai hubungan dengan perusahaan itu. Auditor internal dan komisaris yang seharusnya mengarahkan manajer agar berjalan sesuai dengan aturan, justru merestui manajer melanggar aturan yang ada untuk mengamankan posisi dan rejekinya. Publik pun tetap akan menuntut dunia usaha sebagai pihak yang harus berperan aktif untuk mewujudkan bisnis yang adil (fairness), transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), dan responsibilitas (responsibility). Dalam prinsip good corporate governance ditekankan pentingnya keberadaan komite audit dan komisaris independen sebagai pengawas dan pengendali sebuah perusahaan agar berjalan efektif dan efisien. Untuk itu kunci utama untuk mewujudkan bisnis yang bersih, sehat, dan bertanggung jawab adalah dengan membangun system pengawasan dan pengendalian. Komite audit dan komisaris independen harus merupakan orang-orang yang bebas dari tekanan dan intervensi manajerial. Penelitian yang akan dilakukan merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurna Aziza dkk. Untuk itu penulis mencoba mengembangkan permasalahan dalam skripsi dengan judul “HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN LABA, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN TERHADAP PERENCANAAN AUDIT“. 2
  • 3. 1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dari penjelasan sebelumnya, masalah- masalah penelitian yang dapat dirumuskan dan dibatasi permasalahannya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan perencanaan auditing yang dipengaruhi oleh adanya manajemen laba dan good corporate governance, serta mengetahui struktur pengendalian intern perusahaan tersebut. 2. Bagaimana penerapan good corporate governance, dan struktur pengendalian intern yang baik serta adanya intervensi auditor. 3. Bagaimanakah melakukan pemahaman dan evaluasi atas struktur pengendalian internal yang diterapkan di perusahaan yang akan diaudit. Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah dalam hal ini adalah pemahaman tentang hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit hanya pada data survey pendapat dari kantor akuntan publik yang akan diteliti. maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada hubungan antara manajemen laba, secara signifikan terhadap good corporate governance ?. 2. Apakah struktur pengendalian intern berpengaruh signifikan terhadap praktik perencanaan audit ?. 3
  • 4. 1.3. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini dilaksanakan pada pendapat-pendapat auditor dari beberapa kantor akuntan publik diperoleh dari : 1. Survey beberapa kantor akuntan publik melalui kuesioner yang dibagikan 2. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor. 3. Serta Literatur perusahaan lainnya yang mendukung penelitian. 1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka dapat dirumuskan bahwa penelitian skripsi ini adalah: 1. Untuk membuat langkah-langkah dalam perencanaan audit yang sistematis, efektif dan efisien, apakah sesuai dengan Standar Auditing (SA) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2. Untuk mempelajari dan mengevaluasi struktur pengendalian intern sebelum melakukan substansif dan compliance test. 3. Untuk dapat memberikan informasi atau masukan yang berguna bagi Kantor Akuntan Publik lainnya mengenai permasalahan yang dibahas atau diteliti. 4
  • 5. 4. Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku kuliah, sehingga dapat melatih cara berpikir logis dan menginterpretasikan teori-teori yang ada untuk diterapkan dalam penelitian. Sedangkan tujuan dari penelitian skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan antara manajemen laba dengan good corporate governance. 2. Untuk mengetahui hubungan sistem pengendalian intern perusahaan dengan ruang lingkup pemeriksaan. 3. Sebagai salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan program pendidikan S1 (Strata Satu) jurusan Akuntansi pada Universitas Timbul Nusantara-IBEK, dan untuk mengembangkan ilmu ekonomi, khususnya Akuntansi keuangan. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk dapat memberikan kontribusi pada pengembangan literature dibidang auditing dan akuntansi perilaku, khususnya yang berkaitan dengan hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit. 5
  • 6. 2. Untuk dapat menyempurnakan langkah-langkah dalam perencanaan audit yang efektif dan efisien, sebagai bahan masukan dan sumber pemikiran untuk auditor dalam menjalankan tugasnya, juga meningkatkan kinerja pegawai atau staf-staf yang bekerja di Kantor Akuntan Publik. 3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penulisan karya- karya ilmiah yang sejenis. 4. Untuk dapat menambah pengalaman dan wawasan atau pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis miliki, khususnya masalah topik penelitian yang dibahas. 1.6. Metodologi Penelitian Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis tidak lupa untuk menggunakan metode penelitian, karena dengan adanya metodologi penelitan ini, maka penulis mudah untuk melakukan penelitian ini dengan menjabarkan langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh penulis dalam hal pengumpulan data-data, dimana antara lain terdapat sumber-sumber data yang diperoleh penulis, metode pengumpulan data, data terakhir adalah metode analisis dan hasil penelitian 6
  • 7. 1.7. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, akan diberikan pembahasan yang terdiri dari lima pembahasan: BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan dalam skripsi ini mencakup latar belakang, identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah, ruang lingkup penelitian, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini menguraikan teori-teori yang dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian dan teori-teori tersebut tercakup dalam tinjauan pustaka serta dikaitkan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu pengertian manajemen laba, good corporate governance, struktur pengendalian intern, perencanaan audit, dan penelitian sebelumnya, dan kerangka penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, operasional variabel, teknik pengumpulan data, dan metode analisa data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini. 7
  • 8. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini terdiri dari deskripsi objek penelitian yang menerangkan tentang gambaran umum hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit, analisa dan pembahasan hasil temuan penelitian, uji hipotesis, dan interprestasi hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan saran yang bermanfaat bagi perkembangan kinerja perusahaan. 8
  • 9. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Audit 2.1.1 Pengertian Perencanaan Audit Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada pengembangan rencana audit dan program audit menyeluruh Variabel ini diukur dengan menggunakan jam perencanaan audit. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor. 1. Menurut Standar pekerjaan lapangan pertama Profesional Akuntan Publik (SPAP) mensyaratkan adanya perencanaan yang memadai yaitu: ”Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.” (IAI, 2001). 2. Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya “Auditing”, menerangkan bahwa: “Perencanaan dan supervise berlangsung terus menerus selama audit, auditor sebagai penanggung jawab akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagian fungsi perencanaan dan supervise auditnya dalam kantor akuntannya (asisten)”. 9 8
  • 10. 3. Menurut Standar Auditing 316 dalam Standar Profesional Akuntan Publik (Ikatan Akuntan Indonesia, 2001) mensyaratkan agar “audit dirancang untuk memberikan keyakinan memadai atas pendeteksian salah saji yang material dalam laporan keuangan”. 4. Menurut SA Seksi 326 (PSA No. 07), Paragraf Audit No. 20 menyatakan bahwa: “ Auditor pada hakikatnya harus dirumuskan dalam jangka waktu dan biaya yang wajar “. 2.1.2. Prosedur Perencanaan Audit Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan supervise biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan satuan usaha dan diskusi dengan staf lain dalam kantor akuntan dan pegawai satuan usaha tersebut. Contoh prosedur tersebut meliputi : a. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanent, laporan keuangan, dan laporan audit tahun lalu. b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan staf kantor akuntan yang bertanggung jawab atas jasa non audit bagi satuan usaha. 10 8
  • 11. c. Mengajukan pertanyaan tentang perkembangan bisnis saat ini yang berdampak terhadap satuan usaha. d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan. e. Membicarakan type, luas, dan waktu audit dengan manajemen, dewan komisaris, atau komite audit. f. Mempetimbangkan dampak diterapkanya pernyataan standar akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, terutama yang baru. g. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan data. h. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis, dan auditor intern i. Membuat jadwal pekerjaan audit (time schedule) j. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit. k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi dan 11
  • 12. memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang dipandang perlu. Isi dari Audit Plan mencakup 1. Hal-hal mengenai klien Pengetahuan tentang bisnis klien, membantu auditor dalam : a. Mengindentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus. b. Menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah, direview dan dikumpulkan dalam organisasi. c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan, depresiasi, penyisihan piutang ragu-ragu, persentase penyelesaian kontrak jangka panjang. d. Menilai kewajaran representasi manajemen e. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan kecukupan pengungkapannya. 2. Hal–hal yang mempengaruhi klien Bisa didapat dari majalah–majalah ekonomi / surat kabar, antara lain : Business News, Ekonomi Keuangan Indonesia. Contoh : adanya peraturan-peraturan baru yang dapat mempengaruhi klien. 3. Rencana kerja auditor, hal–hal penting antara lain: a.Staffing b. Waktu pemeriksaan, 1. Waktu dimulainya suatu pemeriksaan 12
  • 13. 2. Berapa lama waktu pemeriksaan 3. Dead Line 4. Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya pemeriksaan c. Jenis jasa yang diberikan 1. General Audit 2. Special Audit. 3. Bantuan Adminstrasi 4. Menyusun Neraca / Laba Rugi 5. Perpajakan Hal–hal tambahan : b. Bantuan–bantuan yang dapat diberikan klien. 1. Mengisi formulir konfirmasi piutang, utang 2. Membuat schedule-schedule c. Time Schedule 2.1.3. Elemen-elemen Perencanaan Audit Ruang lingkup dari perencanaan pemeriksaan ini adalah bervariasi sesuai dengan besarnya dan kompleksitas permasalahan objek yang diperiksa dan pengetahuan mengenai jenis usaha objek yang diperiksa. Adapun elemen-elemen perencanaan audit menurut Arens and Loebbecke (2000:219) adalah : 13
  • 14. 1. Praplan 2. Memperoleh latar belakang informasi 3. Memperoleh informasi tentang kewajiban sah/tentang undang- undang klien 4. Melaksanakan prosedur menurut penelitian persiapan 5. Materialitas yang diset dan auditor bisa mengambil risiko dan tidak bisa dipisahkan 6. Memahami struktur pengawasan intern dan menilai risiko kendali 7. Mengembangkan program audit dan rencana audit. 2.1.4. Perencanaan Awal Beberapa hal penting yang terdapat dalam perencanaan awal ini adalah menyangkut informasi mengenai alasan klien untuk diaudit, menerima atau menolak klien baru maupun klien lama, mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit, menentukan staf untuk penugasan dan memperoleh surat penugasan. Perencanaan awal itu terdiri dari hal-hal berikut ini : o Menyelidiki klien baru Menyelidiki klien baru adalah hal yang penting bagi auditor sebelum mereka memutuskan untuk menerima atau menolak klien tersebut. Hal itu dilakukan dengan cara mengevaluasi prospek klien dalam lingkungan usaha, stabilitas keuangan dan hubungan klien dengan kantor akuntan terdahulu. Auditor pengganti diwajibkan untuk berhubungan dengan auditor sebelumnya dan harus mendapatkan izin dari klien sebelum komunikasi dilakukan. 14
  • 15. o Melanjutkan klien lama Untuk melanjutkan klien lama juga harus di evaluasi untuk memutuskan apakah diterima atau tidak dapat dilanjutkan, penyebab tidak bisa dilanjutkannya pemeriksaan karena perselisihan sebelumnya, jika terjadi tuntutan hukum terhadap Kantor Akuntan Publik oleh klien. o Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti audit yang akan dikumpulkan adalah siapa pemakai laporan dan maksud penggunaan laporan. Auditor mungkin akan mengumpulkan lebih banyak bahan bukti audit jika laporan digunakan secara luas. o Staf untuk penugasan Menentukan staf yang pantes untuk penugasan adalah penting untuk memenuhi standar auditing yang telah ditetapkan dan meningkatkan efisiensi audit. Pertimbangan yang mempengaruhi penyusunan staf adalah orang-orang yang diserahi tugas harus akrab dengan bidang usaha klien. o Memperoleh surat penugasan Tujuan dibuatnya surat penugasan adalah untuk mengurangi salah pengertian sehingga harus dibuat secara tertulis. Surat penugasan adalah 15
  • 16. kesepakatan antara KAP dengan klien, isi dari surat tersebut adalah menyatakan batasan dari penugasan, batas waktu, bantuan akan diberikan atau daftar rincian yang perlu disiapkan untuk auditor, serta honorariuran. 2.1.5. Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien Auditor harus memiliki tentang ciri-ciri lingkungan kegiatan perusahaan klien yang akan diaudit yang berguna sebagai acuan dalam menentukan surat penugasan atau perlu tidaknya prosedur-prosedur audit khusus. Hal-hal yang harus dilakukan untuk memperoleh informasi sehingga dapat memahami latar belakang klien adalah dengan cara : meninjau lokasi pabrik dan kantor, menelaah kebijakan-kebijakan penting perusahaan, mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa serta mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar. 2.1.6. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien Faktor-faktor yang menyangkut lingkungan hukum industri klien mempunyai dampak besar terhadap hasil audit. Pengetahuan auditor untuk menafsirkan fakta yang berkaitan selama pekerjaan berlangsung akan meyakinkan bahwa pengungkapan yang semestinya telah dilaksanakan dalam laporan keuangan. Dalam hal ini dokumen-dokumen hukum yang penting untuk diperiksa oleh auditor adalah Akta Pendirian Perusahaan, 16
  • 17. anggaran dasar perusahaan, masalah rapat dewan komisaris, para pemegang saham, komite audit dan para pejabat eksekutif termasuk didalamnya adalah ringkasan pokok mengenai keputusan yang dibuat oleh direksi dan pemegang saham serta dokumen mengenai kontrak penjualan maupun pembelian. 2.1.7. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan Melakukan analisis ini sangat penting artinya karena dengan demikian keseluruhan kegiatan pemeiksaan dapat tergambar didalamnya. Prosedur analitis ini diantaranya : Memahami bidang usaha klien, penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya, indikasi adanya kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan dan mengurangi pengujian yang terinci. 2.1.8. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima. Besarnya salah saji dalam informasi akuntansi dapat membuat pertimbangan pengambilan keputusan terpengaruh. Tanggung jawab auditor adalah menetapkan apakah suatu laporan keuangan terdapat salah saji material, apabila auditor berpendapat adanya salah saji yang material ia harus memberitahukan hal ini pada klien, sehingga koreksi dapat dilakukan. 17
  • 18. Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan tersebut maka auditor dapat memberikan pendapat dengan pengecualian. Ada lima langkah dalam menetapkan materialitas dua langkah pertama diperlukan untuk merencanakan luas pengujian, sedangkan tiga langkah berikutnya untuk mengevaluasi hasil atau melaksanakan pengujian audit, langkah-langkah tersebut adalah: 1. Menentukan pertimbangan awal mengenai materialitas 2. Mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas kedalam segmen. 3. Mengestimasikan total salah saji dalam segmen 4. Mengestimasikan salah saji gabungan. 5. Membandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal mengenai materialitas. 2.1.9. Mengembangkan rencana dan program audit menyeluruh Untuk melaporkan serta memberikan pendapat yang tepat maka auditor harus melakukan wawancara, melakukan pemeriksaan dan meneliti keaslian bukti-bukti. Guna mempermudah pelaksanaan maka auditor harus menyusun program yang direncanakan secara logis untuk prosedur-prosedur 18
  • 19. audit bagi setiap pemeriksaan. Program pemeriksaan juga merupakan suatu alat pengendalian dimana pemeriksa dapat menyesuaikan pemeriksaannya dengan anggaran dan jadwal yang telah ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam hal ini Ikatan Akuntansi Indonesia (2001:311.3) menyatakan bahwa: “Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit secara tertulis. Program audit membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus dilakukan. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi”. 2.1.10. Proses Audit Proses audit adalah metodologi penyelenggaraan audit yang jelas untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti pendukung yang kompeten. Ada empat tahap dalam proses audit, keempat tahap tersebut digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Empat tahap Audit 19 Tahap I : Merencanakan dan merancang pendekatan audit Tahap II : Melakukan pengujian pengendalian dan transaksi
  • 20. Sumber : Arens and Loebbecke, yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf ( 1996:132) 2.2. Manajemen laba 2.2.1. Pengertian Manajemen Laba Manajemen laba adalah tindakan yang ditujukan untuk memaksimumkan utilitas manajer dan cenderung untuk menguntungkan diri mereka (manajer) sendiri dengan cara mempengaruhi proses pelaporan keuangan. Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Beberapa ahli mengajukan teori mengenai manajemen laba yaitu : 1. Menurut H. Sri Sulistyanto dalam bukunya “ Manajemen Laba”, menerangkan bahwa: “Manajemen laba adalah upaya untuk mengubah, menyembunyikan, dan merekayasa angka-angka dalam laporan keuangan dengan mempermainkan metode dan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan”. 20 Tahap III : Melaksanakan prosedur analisis dan pengujian terinci atas saldo Tahap IV : Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
  • 21. 2. Menurut Davidson, Stickney, dan Weil (1987) ,mengartikan “Manajemen Laba” yaitu : “Manajemen laba merupakan proses untuk mengambil eng tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan e laba yang dilaporkan”. 3. Menurut Schipper (1989) mengartikan “Manajemen Laba” sebagai : “Penyusunan. laporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses)”. 4. Menurut National Association of Certified Fraud Examiners (1993) mengartikan “Manajemen Laba” yaitu : “Manajemen laba adalah kesalahan atau kelalaian yang disengaja dalam membuat laporan mengenai fakta material atau data akuntansi sehingga menyesatkan ketika semua informasi itu dipakai untuk membuat pertimbangan yang akhirnya akan menyebabkan orang yang membacanya akan mengganti atau mengubah pendapat atau keputusannya”. 5. Menurut Fisher dan Rosenzweig (1995) mengartikan “Manajemen Laba” sebagai : “Manajeman laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikkan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang”. 6 Menurut Lewitt (1998) mengartikan “Manajemen Laba” yaitu : “Manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk menyetarafkan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volatilitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk menutupi konsekuensi dari keputusan-keputusan manajer”. 21
  • 22. 7. Menurut Healy dan Wahlen (1999), berpendapat tentang “Manajemen Laba” yaitu : “Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan”. 8. Menurut Scott (1997:369) yang menyatakan bahwa : “ manajemen laba adalah cara yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis dan sengaja dengan cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan untuk memaksimumkan utilitas manajer dan atau nilai pasar dari perusahaan”. 2.2.2. Pola Manajemen Laba Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dilakukan dengan cara : 1. Taking a bath adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi sangat ekstrim rendah (bahkan rugi) atau sangat ekstrim tinggi dibandingkan dengan laba pada periode sebelumnya atau sesudahnya. 2. Minimisasi laba (income minimization) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya. 3. Maksimisasi laba (income maximization) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya. 4. Perataan laba (income smoothing) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan 22
  • 23. periode-periode tertentu menunjukkan fluktuasi yang normal dalam rangka mencapai kecenderungan atau tingkat laba yang diinginkan. 2.2.3. Faktor – faktor Munculnya Praktik Manajemen Laba Ada tiga faktor yang bisa dikaitkan dengan munculnya praktik-praktik manajemen laba yaitu : 1. Manajemen Akrual Manajemen akrual yang biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer. Contoh manajemen akrual antara lain adalah dengan mempercepat pengakuan atau menunda pengakuan pendapatan (revenue). 2. Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib (adoption of management accounting changes) Terkait dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan, manajemen perusahaan mempunyai dua pilihan, yaitu apakah perusahaan akan menetapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan akuntansi baru yang wajib (mandatory accounting policy). 3. Perubahan akuntansi secara sukarela (voluntary accounting changes) 23
  • 24. Perubahan metode akuntansi secara sukarela, biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau mengubah suatu metode akuntansi tertentu di antara sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada. Unsur-unsur laporan keuangan yang sering dijadikan sasaran perekayasaan atau manipulasi oleh manajemen yaitu : • Unsur Penjualan 1. Saat penjualan faktur. Misalnya, penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang, fakturnya dibuat pada periode ini akan dilaporkan sebagai penjualan periode ini. 2. Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif 3. Penurunan produk, misalnya dengan cara mengklasifikasikan produk yang belum rusak ke dalam kelompok produk rusak dan selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah • Unsur Biaya 1. Memecah-mecah faktur, misalnya faktur untuk suatu pembelian atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dan tanggal yang berbeda dan kemudian melaporkannya ke dalam beberapa periode akuntansi yang berbeda 24
  • 25. 2. Mencatat prepayment (biaya dibayar di muka) sebagai biaya. Misalnya melaporkan biaya iklan dibayar di muka untuk tahun depan sebagai biaya iklan tahun ini. Berbagai perubahan kebijakan akuntansi yang sering dijadikan alat perekayasaan laba antara lain : 1. Perubahan metode pencatatan persediaan ke metode LIFO 2. Perubahan metode pencatatan biaya jaminan hari tua 3. Perubahan metode depresiasi aktiva tetap, amortisasi aktiva tidak berwujud dan konsolidasi 4. Perubahan dalam penaksiran atau estimasi masa manfaat aktiva tetap maupun aktiva tidak berwujud 5. Perubahan kebijakan terhadap pembebanan atau pengkapitalisasian. 2.2.4. Motivasi Manajemen Laba Scott (2000:302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba, yaitu: 1. Bonus Purposes Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini. 2. Political Motivation Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba 25
  • 26. yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. 3. Taxation Motivation Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk penghematan pajak pendapatan. 4. Pergantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan. 5. Initial Public Offering (IPO) Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan. 6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik. 2.2.5. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba. Ada dua tipe asimetri informasi : adverse selection dan moral hazard. 1. Adverse Selection 26
  • 27. Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. 2. Moral Hazard Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak yang melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak. 2.3. Good Corporate Governance 2.3.1. Pengertian Good Corporate Governance Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi perilaku opportunistic manajemen adalah corporate governance. Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor 27
  • 28. bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Beberapa ahli mengajukan teori mengenai manajemen laba yaitu : 1. Menurut Shleifer dan Vishny (1997), dijelaskan bahwa : “corporate governance sebagai bagian dari cara atau mekanisme untuk meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh imbal hasil (return) yang sesuai dengan investasi yang telah ditanamkan”. 2. Prowsen (1998) mengatakan bahwa: “corporate governance merupakan alat untuk menjamin direksi atau manajer bertindak yang terbaik menurut kepentingan investor luar (kreditor dan investor publik)”. 3. Dalam Forum of Corporate Governance for Indonesia (FCGI) 2001, diuraikan bahwa: “corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan (dengan kata lain sebagai sistem yang mengendalikan perusahaan) antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka”. 4. Azhar Maksum (2005:2) mengartikan corporate governance sebagai: 28
  • 29. ”suatu sistem yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga tercipta tata hubungan yang baik, adil dan transparan diantara berbagai pihak yang terkait dan memiliki kepentingan (stakeholder) dalam perusahaan”. 2.3.2. Prinsip dasar good governance Pada organisasi Kantor Akuntan Publik meliputi: 1. Fairness (keadilan) : akuntan publik dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, harus bersikap independen dan menegakkan keadilan terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri. 2. Transparency/tranparansi : hendaknya berusaha untuk selalu transparan terhadap informasi laporan keuangan klien yang diaudit. 3. Accountability : menjelaskan peran dan tanggungjawabnya dalam melaksanakan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi perkerjaan, juga pelaporan. 4. Responsibility/pertanggungjawaban : memastikan dipatuhinya prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar profesional akuntan publik selama menjalankan profesinya. 2.3.3. Teori Keagenan2.3.3. Teori Keagenan Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory, yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang 29
  • 30. (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Cara untuk mengatasi masalah ketidakselarasan kepentingan adalah melalui pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). Tiga bentuk hubungan keagenan, yaitu antara pemilik dengan manajemen (bonus plan hypothesis), kreditur dengan manajemen (debt/equity hypothesis), dan pemerintah dengan manajemen (political cost hypothesis). 2.3.4. Teori Bid-Ask Spread Teori keagenan menggunakan tiga asumsi manusia yaitu: 1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest); 2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa datang (bounded-rationality); dan 3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). 2.4. Struktur Pengendalian Intern 2.4.1. Pengertian Struktur Pengendalian Intern 30
  • 31. Alasan perusahaan untuk menyusun struktur pengendalian intern adalah dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Sistem terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberi keyakinan kepada pihak manajemen bahwa tujuan dan sasaran perusahaan dapat dicapai. Beberapa ahli mengajukan teori mengenai struktur pengendalian intern yaitu: 1. Menurut SPAP SA seksi 150, (IAI 2001:312.2) menyebabkan bahwa : ”Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat ini dan lingkup pengujian yang akan ditentukan”. 2. Menurut IAI (2001:319.2) mendefinisikan pengendalian intern sebagai: “suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : a. Keadalan pelaporan keuangan, b. Efektifitas dan efisien operasi, dan c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. 3. Menurut Mulyadi dalam bukunya “Sistem Akuntansi”, menerangkan bahwa: “Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinir untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen “. 31
  • 32. 4. Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya “Sistem Akuntansi“ yang dikutip dari AICPA, pengendalian intern didefinisikan sebagai berikut : “Pengendalian intern itu meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi dan membantu menjaga dipatuhinya kebijakan-kebijakan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu “ 5. Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya “Auditing Kontemporer“ yang dikutip dari “Committee on Auditing Procedure“, yang dipublikasikan tahun 1949 dengan judul “Internal Control Elements of Coordinate System and its Importance to Management and the Independent Public Accountant “, berbunyi sebagai berikut : “Pengawasan intern mencakup struktur organisasi dan seluruh metode serta prosedur yang terkoordinir yang diterapkan oleh perusahaan untuk mengamankan hartanya, mencek ketelitian dan kepercayaan terhadap data akuntansi, mendorong kegiatan agar efisien, dan mengajak untuk mentaati kebijakan perusahaan”. 6. Menurut Anies S.M Basmalah, dalam bukunya “Auditing PDE” menerangkan bahwa : “Pengendalian intern adalah seluruh kebijakan, prosedur, dan praktik akuntansi yang dibuat oleh manajemen untuk membantu mereka melindungi organisasi dari kesalahan (error) dan penyalahgunaan (fraud)” 7. Menurut Dr. Slamet Sugiri, M. B. A. Akuntan dalam bukunya “Pengantar Akuntansi “, menerangkan bahwa : “Pengendalian intern dapat dipandang dari 2 (dua) arti yaitu : a. Pandangan yang sempit menyatakan bahwa pengendalian intern adalah pengecekan penjumlahan, baik mendatar (cross footing) maupun penjumlahan menurun (footing). b. Pandangan yang luas menyatakan bahwa pengendalian intern lebih luas dari pada pengecekan, yaitu meliputi semua alat yang 32
  • 33. digunakan manajemen untuk melakukan pengendalian (pengawasan)”. 8. Menurut Bambang Hartadi dalam bukunya “Sistem Pengendalian Intern dalam hubungan dengan Manajemen dan Audit“, pengendalian intern merupakan : “Semua metode dan ketaatan-ketaatan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya meningkatkan efisiensi usaha dan menolong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan”. 9. Menurut James D. Wilson dan John B. Campbell dalam bukunya “Controllership”, menerangkan bahwa : “Pengendalian intern mencakup rencana organisasi dan semua metode serta tindakan yang digunakan dalam perusahan untuk mengamankan harta, mengecek kecermatan dan keandalan dari data akuntansinya, memajukan efisiensi operasi, dan memastikan pentaatan pada kebijaksanaan yang telah ditetapkan manajemen”. 2.4.2. Tujuan Pengendalian Intern Tujuan pengendalian diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berikut : a. Pengendalian Preventif Bertujuan sama dengan pengendalian pra tindak, disamping untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan agar sesuai dengan yang direncanakan, pengendalian ini sering dikatakan lebih baik dibandingkan dengan pengendalian detektif dan korektif karena alasan-alasan sebagai berikut : 1. Pengendalian preventif sifatnya lebih murah 33
  • 34. 2. Biaya Pelaksanaanya lebih murah 3. Lebih baik mencegah sebelum suatu masalah timbul daripada mendeteksi atau memperbaiki persoalan setelah hal tersebut terjadi. b. Pengendalian Detektif Dimaksudkan untuk menentukan dan mengidentifikasi adanya kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan aktivitas tertentu, disamping itu untuk mengurangi frekuensi terjadinya kesalahan. Keterbatasan pengendalian ini adalah bahwa pengendalian detektif hanya dapat memberitahukan mengenai masalah yang timbul saja. c. Pengendalian Korektif Tujuan pengendalian korektif adalah untuk memberikan informasi yang diperlukan oleh personil-personil yang terlibat dalam penyelidikan dan perbaikan kesalahan yang telah terdeteksi oleh pengendalian detektif. Meskipun namanya korektif, pengendalian ini hanya mengumpulkan bukti saja dan komputer tidak memperbaiki sendiri kesalahan yang terjadi. 2.4.3. Unsur-unsur Pengendalian Intern Unsur-unsur pengendalian intern dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Lingkungan pengendalian 34
  • 35. Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut ini : a.Integritas dan nilai etika b. Komitmen terhadap kompetensi c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit d. Struktur organisasi e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia 2. Penaksiran Risiko Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan, risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini : a. Perubahan dalam lingkungan operasi b. Personel baru c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki 35
  • 36. d. Teknologi baru e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru f. Restrukturisasi korporasi g. Operasi luar negeri h. Standar Akuntansi baru 3. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini : a. Review terhadap kinerja b. Pengolahan informasi c. Pengendalian fisik d. Pemisahan tugas 4. Informasi dan Komunikasi Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. 5. Pemantauan 36
  • 37. Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. 2.4.4. Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang Lingkup (scope) Pemeriksaan Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar. Bagi akuntan publik hal tersebut menumbuhkan risiko yang besar, dalam arti risiko untuk memberikan opini tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang diberikannya. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan evaluasi atas pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope pemeriksaannya pada waktu melakukan substantive test, sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan 37
  • 38. efektif, maka scope pemeriksaan pada waktu melakukan substantive test bisa dipersempit. Gambar 2.2 Komponen Internal Control Sumber : Konrath (2002 : 207) 2.4.5. Melakukan Pemahaman dan Evaluasi atas Pengendalian Intern Auditor harus mendokumentasikan pemahamanya tentang komponen pengendalian intern entitas yang diperoleh untuk merencanakan audit. Bentuk dan isi dokumen dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas, serta sifat pengendalian intern entitas. Sebagai contoh dokumentasi pemahaman tentang pengendalian intern entitas yang besar dn kompleks dapat mencakup bagan alir (flowchart), kuesioner, atau tabel keputusan. 38 RISK ASSESSMENT CONTROL ACTIVITIES INFORMATION AND COMMUNICATION CONTROL ENVIRONMENT (Foundation) Infrastructure MONITORING (Ongoing)
  • 39. Namun untuk entitas yang kecil, dokumentasi dalam bentuk memorandum sudah memadai. Umumnya semakin komleks pengendalian intern dan semakin luas prosedur yang dilaksanakan, seharusnya semakin luas dokumentasi yang dilakukan oleh auditor. Karena baik buruknya pengendalian intern akan memberikan pengaruh yang besar terhadap : • Keamanan harta perusahaan • Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan • Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan • Tinggi rendahnya audit fee • Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik Ada tiga cara yang bisa digunakan akuntan publik, yaitu : 1. Internal Control Questionnaires Cara ini banyak digunakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), karena diaggap lebih sederhana dan praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu set ICQ yang standar, yang bisa digunakan untuk memahami dan mengevaluasi pengendalian intern diberbagai jenis perusahaan. Yang perlu diperhatikan adalah : a. Auditor harus menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan di ICQ kepada staf klien dan kemudian mengisi sendiri jawabanya, jangan sekedar menyerahkan ICQ kepada klien untuk diisi. 39
  • 40. b. Untuk repeat engagement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut harus dimutakhirkan berdasarkan hasil tanya jawab dengan klien. c. Ada kecendrungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakan- akan pengendalian intern sangat baik. Karena itu auditor harus melakukan compliance test untuk membuktikan efektifitas dari pengendalian intern klien. 2. Flow Chart (bagan arus) Flow chart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di suatu unit usaha, untuk auditor yang terlatih baik, penggunaan flow chart lebih disukai, karena auditor bisa lebih cepat melihat apa saja kelemahan dan kebaikan dari suatu sistem dan prosedur. Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu mengambil dua atau tiga dokumen untuk mentest, apakah prosedur yang dijalankan sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flow chart. 3. Narrative Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem dan prosedur akuntansi yang berlaku di perusahaan, cara ini biasa digunakan untuk klien kecil yang pembukuannya sederhana. 2.4.6. Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan 40
  • 41. pengendalian intern entitas. Hal ini mencakup kenyataan bahwa pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut. Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di antara dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian intern. Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. 2.5. Kerangka Pemikiran Maraknya kasus-kasus penyimpangan korporasi yang terjadi dalam dunia usaha di Indonesia, seolah merupakan ajang konspirasi antara manajemen dan semua pihak yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut, karena telah gagal dalam menciptakan kehidupan bisnis yang sehat, bersih, dan bertanggung jawab. Dengan menjalankan manajemen laba dan mengabaikan konsep good corporate governance. Dalam prinsip good corporate governance pentingnya sistem pengawasan dan pengendalian yang baik sebuah perusahaan agar efektif dan efisien, harus melibatkan Komite Audit dan Komisaris Independen yang merupakan orang-orang yang bebas dari tekanan dan intervensi manajerial, serta mengadakan evaluasi terhadap struktur pengendalian intern perusahaan tersebut. 41
  • 42. Tabel 2.5 Kerangka Pemikiran 42 Fenomena: Maraknya kasus-kasus penyimpangan yang terjadi dalam dunia usaha, seolah merupakan ajang konspirasi antara manajemen dan semua pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan. Gagal dalam menciptakan kehidupan bisnis yang sehat, bersih, dan bertanggung jawab dikarenakan perusahaan tersebut menjalankan praktik manajemen laba, dan mengabaikan konsep good corporate governance. Dalam prinsip good corporate governance pentingnya ditekankan system pengawasan dan pengendalian yang baik sebuah perusahaan agar efektif dan efisien, harus melibatkan komite audit dan komisaris independen yang merupakan orang-orang yang bebas dari tekanan dan intervensi manajerial Berdasarkan fenomena ini, penulis ingin meneliti sejauh mana hubungan manajemen laba, good corporate governance, struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit.. . Middle Theory: Standar Auditing, SPAP Grand Theory: Perencanaan Audit Diimplikasikan pada beberapa Kantor Akuntan Publik Hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit Variabel dependen (Y): Perencanaan audit Variabel independent (X): Manajemen laba, Good corporate governance, struktur Pengendalian intern Model: PA = α + β1 ML+ β2 GCG+ β3 SPI + ε Uji asumsi: Uji Validitas(ketepatan) dan Uji Reliabilitas(keandalan) Uji hipotesis: Menggunakan model analisis regresi untuk mengetahui pengaruh/tidak manajemen laba, good corporate governance, struktur Pengendalian intern terhadap perencanaan audit Hasil analisis yang diperoleh mengenai pengaruh atau tidak manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit PSAK (2007) SA, AICPA (2000) Mulyadi (2001,2007) Sukrisno Agoes (2004) H.Sri Sulistyanto (2008) Johny S. (2004)Dll
  • 43. Keterangan: ML : Manajemen Laba SPI : Struktur Pengendalian Intern GCG : Good Corporate Governance PA : Perencanaan Audit 2.6. Tinjauan Penelitian Sebelumnya Tabel 2.6. Matrik Penelitian Sebelumnya No Nama Peneliti Sampel Penelitian Hasil Penelitian 1 Bedard & Johnstone (2004) Tidak diketahui Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan perencanaan audit awal, sampai pada pengembangan rencana audit dan program audit menyeluruh. 2 Wallace & Koplan (1984) Tidak diketahui Auditor meningkatkan upaya perikatan dengan pengendalian internal secara signifikan lemah 3 Nelson et.al (2002) Tidak diketahui Manajemen laba dapat dikurangi dengan adanya campur tangan auditor 4 Dechow et al (1996) Tidak diketahui Hubungan positif antara kualitas corporate governance dengan kehandalan laporan keuangan. 5 Richardson (1998) Tidak diketahui Keberadaan asimetris informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. 6 Nurna Aziza, dkk (2006) Tidak diketahui Manajemen laba tidak berhubungan 43
  • 44. positif dengan perencanaan audit, good corporate governance, tidak berhubungan positif 7 Ayres (1994) Tidak diketahui Ada tiga faktor yang dikaitkan dengan munculnya praktik-praktik tersebut, yaitu manajemen akrual, penerapan suatu perubahan yang wajib, perubahan akuntansi yang tidak diwajibkan 2.7. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Berdasarkan pada latar belakang penelitian dan teori yang telah dijelaskan maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dengan manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern memiliki pengaruh atau tidak terhadap perencanaan audit yang akan dinyatakan dalam rumusan hipotesis sebagai berikut: 1. Manajemen Laba, Good Corporate Governance, dan Struktur Pengendalian Intern berpengaruh signifikan terhadap Perencanaan Audit, baik secara parsial maupun secara simultan. . 44
  • 45. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di beberapa Kantor Akuntan Publik yang berlokasi di Jakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai dengan Mei 2009. 3.2. Objek Penelitian 45
  • 46. Objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan tempat dimana variable melekat merupakan subjek penelitian. Merujuk pada pendapat tersebut maka yang menjadi objek dari penelitian ini adalah hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern dengan perencanaan audit, untuk itu meneliti objek tersebut penulis melakukan studi pada beberapa Kantor Akuntan Publik yang ada di Jakarta yang terdaftar di Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Pemilihan objek tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern adalah faktor penentu bagi suatu KAP untuk mengetahui ada tidaknya hubungan terhadap perencanaan audit. Sedangkan penulis memilih perencanaan audit adalah karena perencanaan audit merupakan langkah awal dari suatu proses pemeriksaan yang menentukan baik atau tidaknya proses selanjutnya. 3.3. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan survey. Metode penelitian deskriptif adalah metode dalam melakukan penelitian atas suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Data yang diperoleh selama penelitian akan diolah, dianalisa, dan 46 45
  • 47. diproses lebih lanjut dengan dasar teori yang telah dipelajari untuk kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian- kejadian relative, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variable sosiologis dan psikologis. 3.4. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta sebanyak 50 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling (judgmental sampling). Kriteria sampel adalah pertama, auditor yang berpartisipasi/menjadi auditor eksternal pada perusahaan (klien) selama dua tahun berturut-turut yaitu tahun 2007-2008. Kedua, auditor mengaudit klien yang telah membentuk dewan komisaris atau/dan komite audit. Sampel penelitian ini ditentukan minimum sebesar 30 responden. Dasar penentuannya adalah Central Limit Theorem (Mendenhall dan Beaver, 1992) yang menyatakan bahwa jumlah minimum sampel untuk mencapai kurva normal setidaknya adalah dengan mencapai nilai responden minimum 30. 47
  • 48. 3.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah menggunakan data primer, yaitu: a). Observasi Merupakan teknik pengumpulan data langsung dilapangan dimana penulis mengadakan penelitian ke perusahaan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan, seperti mengumpulkan data identitas para responden yang diberikan kuesioner. b). Angket atau Questioner Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Selanjutnya untuk pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat ditentukan skornya. Salah satu cara yang sering digunakan dalam menentukan skor adalah dengan menggunakan skala Likert. Bentuk skala Likert memiliki lima kategori. Apabila dirangking maka susunannya akan dimulai dari sangat tidak setuju (strongly disagree) sampai kepada sangat setuju (strongly agree)”. Maka dari itu jawaban dari setiap item dalam variabel penelitian yang menggunakan skala Likert mempunyai tingkatan dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata dan akan diberi skor 1 sampai 5. Untuk lebih jelasnya akan diberikan contoh sebagai berikut : 48
  • 49. Apabila responden menjawab (sangat setuju) diberi nilai 5 Apabila responden menjawab (setuju) diberi nilai 4 Apabila responden menjawab (netral) diberi nilai 3 Apabila responden menjawab (tidak setuju) diberi nilai 2 Apabila responden menjawab (sangat tidak setuju) diberi nilai 1 3.6. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Dalam hal ini penulis menggunakan dua jenis variable, yaitu variable bebas (independent), dan variable terikat (dependen) atau variable yang dipengaruhi oleh variable bebas. Sesuai dengan judul yang diajukan penulis, yaitu hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit, maka variable -variabelnya sebagai berikut : 1. Perencanaan Audit (Y) Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada. Variabel ini diukur dengan menggunakan jam. Diukur dengan menjabarkannya dalam dimensi dan indikator, perencanaan awal merupakan langkah awal dari setiap kegiatan, perencanaan audit merupakan suatu keharusan 49
  • 50. apabila kita menghendaki pemeriksaan yang efektif, dimensi dan indikator terdapat pada lampiran. 2. Manajemen laba (X1) Manajemen laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah risiko yang akan ditanggung auditor atas tindakan manajemen (klien) terhadap laba yang diciptakan. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang telah digunakan oleh Bedard dan Johnstone (2004) dan dimodifikasi dengan skala likert satu sampai lima yaitu dari sangat tidak berisiko =1 sampai dengan sangat berisiko =5. Instrumen ini terdiri dari delapan item yang mengukur adanya manajemen laba. dimensi dan indikatornya terdapat pada lampiran. 13.Good Corporate Governance (X2) Good corporate governance merupakan risiko yang ditanggung auditor atas baik buruknya tata kelola dalam perusahaan klien, diukur dengan menggunakan instrumen. Instrumen terdiri dari instrumen tentang dewan komisaris ada empat item dengan skala likert satu sampai lima yaitu dari sangat setuju =5 sampai dengan sangat tidak setuju =1, dimensi dan indikatornya terdapat pada lampiran. 4. Struktur Pengendalian Intern (x4) Variabel ini merupakan penerapan di perusahaan untuk menyusun struktur pengendalian intern adalah dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Diukur dengan menjabarkannya dalam dimensi dan 50
  • 51. indikator yang terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberi keyakinan kepada pihak manajemen bahwa tujuan dan sasaran perusahaan dapat dicapai, kebijakan dan prosedur ini disebut pengendalian intern. Instrumen terdiri dari instrumen tentang dewan komisaris ada empat item dengan skala likert satu sampai lima yaitu dari sangat setuju =5 sampai dengan sangat tidak setuju =1, dimensi dan indikatornya terdapat pada lampiran. Tabel 3.1. Operasionalisasi variable No Variabel Dimensi Indikator No. Pertany aan Skala Sumber Data 1 Perencanaa n Audit (Y) - Perencanaan Awal - - Memperoleh Informasi mengenai latar belakang klien - Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien -Melaksanakan prosedur analisis pendahuluan -Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima - Evaluasi alasan klien untuk diaudit - Mutu lingkungan pekerja sesuai dengan ditentukan pekerja - Mutu dan integritas - Memahami bidang industri klien untuk mempekerjakan orang yang tepat - Memahami Akte Pendirian, Anggaran dasar Perusahaan, meneliti dokumen rapat, dan kontrak- kontrak - Pelaksanaan prosedur analitis dengan baik. - Evaluasi laporan keuangan secara keseluruhan, memberikan pendapat sesuai PABU - Penetapan materialitas dan risiko audit perlu untuk merencanakan 1 2 3 4 5 6 7 8 Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner 51
  • 52. -Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh (Sumber : Soekrisno Agus, “Auditing”) luas pengujian serta mengevaluasi laporan keuangan. - Penyusunan rencana dan program audit dengan baik 9 Likert Kuesioner 2 Manajemen Laba (X1) - Pola manajemen laba - Motivasi manajemen laba (Sumber : H. Sri Sulistyanto :2008, “Manajemen Laba” ) - Taking bath - Minimalisasi laba - Maksimalisasi laba - Perataan laba - Bonus purposes - Political motivation - Taxation motivation - Pergantian CEO - Initial public offering (IPO) 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert Likert Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner 3 Good Corporate Go (x2) - Keadilan (fairness) - Transparansi (transparency) - Akuntabilitas (accountability) - Pertanggung jawaban (responsibility) (Sumber :Prinsip GCG Organization for Economic Corporation and Development (OECD) dalam Surya dan Yustiavandana (2006:68) - terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan, kepentingan akuntan publik - pembagian tugas antar rekan kerja seprofesi - terhadap informasi laporan keuangan klien - pembagian fee - mempertahankan integritas, objektivitas, dan independensi - mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum dan berpedoman pada SPAP 19 20 21 22 23 24 Likert Likert Likert Likert Likert Likert Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner 4 Struktur Pengendalia n Internal -Tujuan Struktur Pengendalian Intern -Unsur-unsur Struktur Pengendalian Intern - Pengendalian Preventif - Pengendalian Detektif - Pengendalian Korektif - Lingkungan pengendalian - Penaksiran risiko 25 26 27 28 29 Likert Likert Likert Likert Likert Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner 52
  • 53. Boynton, Johnson) (2001) alih bahasa Paul A. Rajoe et al. (2003) Dan SPAP (2001) (x4 - Aktivitas pengendalian - Informasi dan komunikasi - Pemantauan 30 31 32 Likert Likert Likert Kuesioner Kuesioner Kuesioner 3.7. Metode Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena analisis data merupakan suatu usaha untuk menemukan jawaban atas suatu permasalahan yang terjadi. Berdasarkan yang telah dibuat, maka metode yang digunakan dalam menganalisis data antara lain : 1. Kriteria utama yang digunakan untuk menilai suatu alat pengukuran ialah validitas (ketepatan) dan reliability (keandalan). Validitas merujuk kepada sejauhmana suatu uji dapat mengukur apa yang sebenarnya ingin kita ukur. Keandalan berkaitan dengan ketepatan dari prosedur pengukuran. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut : a. Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan tugasnya sebagai alat ukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan mengikuti kaidah product moment (r) yaitu : uji validitas dengan metode ini merupakan uji validitas item, dasar kerjanya dengan komputerisasi korelasi antar setiap item dengan skor total test sebagai kriteria validasinya. Dasar pengambilan keputusannya 53
  • 54. adalah jika nilai suatu instrument dinyatakan valid apabila harga koefisien rhitung ≥ rtabel maka dapat dikatakan jika semua item dalam variabel yang digunakan adalah valid, begitu juga sebaliknya. b. Uji Reliabilitas Suatu pengukur adalah andal sepanjang pengukur tersebut menghasilkan hasil-hasil yang konsisten. Uji reliabilitas (kehandalan) ditujukan untuk mengetahui sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (reliabel). Suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, maksudnya ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. untuk mengatasi persoalan ini adalah dengan menggunakan koefisien Alpha. Nilai alpha akan berkisar antara 0 sampai dengan 1. Suatu pengukuran dikatakan reliabel bilamana paling tidak nilai alphanya 0,6”. 2. Dalam pengujian analisis jalur (path analysis) data berskala ordinal harus diubah ke dalam data berskala interval, dengan menggunakan rumus yang dikutip dari Riduwan dan Kuncoro (2007: 30) 54
  • 55. 3. Analisis regresi berganda dilakukan bila jumlah variabel bebasnya minimal dua (lebih dari 1). Adapun persamaan regresi yang digunakan adalah : Y = a + b1 X1 + b2 X2 + …… + bn Xn Dimana : Y = variabel yang dipengaruhi ; X = variabel yang mempengaruhi a = konstanta regresi ; b = koefisien regresi Tahap-tahap Pengujian dalam Regresi Berganda 1. Mempersiapkan persamaan regresi linier berganda dengan model : Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β 3 X3 + ε 2. Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, perlu diuji validitas dan reliabilitas dengan bantuan SPSS 16.0. 3. Untuk menguji hubungan perubahan variabel dependent yang dapat dijelaskan oleh variabel independent secara bersama-sama digunakan koefisien determinasi disesuaikan (adjurted R2) bergerak dari 0 sampai 1. Semakin tinggi nilai adjurted R2 berarti semakin 55
  • 56. banyak variasi variabel dependent dapat dijelaskan oleh variabel independent dan semakin baik model tersebut. 4. Uji Hipotesis Pembentukan suatu hipotesis memerlukan teori-teori terlebih dahulu sebagai pendukung pernyataan hipotesis yang diusulkan. Dalam membentuk hipotesis terhadap beberapa hal yang dipertimbangkan: a. Hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha) yang diususlkan. b. Daerah penerimaan dan penolakan serta tektik arah pengujian. c. Penentuan nilai hitung statistik. d. Menarik kesimpulan menerima atau menolak hipotesis yang diusulkan. 1) Uji-F, digunakan untuk mengetahui signifikansi seluruh koefisien regresi, dengan langkah sebagai berikut : Ho : β1 = β2 = β3 = 0, yang berarti tidak ada pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent secara bersama-sama. Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, yang berarti bahwa ada pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent secara serempak. Nilai Ftabel dengan tingkat signifikansi (ά) sebesar 5% dan df = (n-k) (k-l), dimana n = jumlah sampel, k = jumlah variabel. Kemudian dilakukan perbandingan dengan Fhitung untuk menentukan Ho diterima atau ditolak, dengan ketentuan : Ho 56
  • 57. diterima apabila Fhitung < Ftabel dan Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel. 2) Uji-t, digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individu, dengan ketentuan sebagai berikut : Ho : β1 = 0, yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel independent dengan variabel dependent. Ha : β1 ≠ 0, yang berarti bahwa ada pengaruh antara variabel-variabel independent dengan variabel dependent secara individual. Langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat signifikansi (ά) yaitu sebesar 5% dengan df = (n-k) untuk menentukan nilai ttabel. Dilakukan perbandingan dengan thitung untuk menentukan Ho ditolak atau diterima, dengan ketentuan : Ho diterima apabila thitung < ttabel. Pelaksanaan uji statistic dalam penelitian ini digunakan SPSS. BAB IV 57
  • 58. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Unit Penelitian Data yang diperoleh berasal dari kuesioner yang dibagikan ke beberapa Kantor Akuntan Publik di Jakarta, berikut daftar dan Alamat Kantor Akuntan Publik yang dibagikan kuesioner. Yaitu : 1. KAP. Abdul Aziz & Rekan Bumi Malaka Asri 3, Jl. Flamboyan Raya H1/9, Malaka Sari Duren Sawit, Jakarta Timur 13460 Telp : 021-863 2184, 8660 2049, 8660 2051 2. KAP. Trisno, Hendang, Adams & Rekan Jl. Biak No.18 Jakarta 10150, telp : 021-6386 3277, 79 3. KAP. Johan Malonda Astika & Rekan Jl. Pluit Raya 200 Blok V No.1-5, Jakarta 14450 Telp : 021-661 7155 4. KAP. Anwar, BAP & Rekan Komp. Ruko Roxy Mas Blok E2 No. 47 Jl. K.H.Hasyim Ashari No.125 Jakarta 10150 Telp : 021-631 5210, 631 5057 5. KAP Bayudi Watu & Rekan Jl. Sangihe No.10, Jakarta Pusat 10150 Telp : 021-6386 3065, 67, 632 4242 Kuisioner yang telah terisi seluruhnya terkumpul kepada peneliti pada tanggal 12 Mei 2009, data penelitian yang diolah adalah jawaban responden dari kuisioner yang dikirim. Data yang diolah adalah data primer dalam bentuk kuesioner dari hasil jawaban responden yang memuat pertanyaan 58
  • 59. terkait dengan hubungan antara manajemen laba, good corporate governance, struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel dan Statistic Package for the Sosial Sciences (SPSS) versi 16.0. Kuesioner sebagai instrumen penelitian didistribusikan langsung oleh peneliti kepada semua level auditor pada kantor akuntan publik yaitu senior auditor dan yunior auditor. Dalam penelitian ini, terkumpul kuesioner sebanyak 50 kuesioner, berasal dari kantor akuntan publik. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 55 kuesioner dan dari jumlah tersebut, kuesioner yang kembali berjumlah 50 atau sebanyak 89.5% responden yang mengembalikan. Walaupun tingkat pengembalian kuesioner tidak 100% tetapi masih mencukupi untuk pengolahan data menggunakan software SPSS 16.00. 4.1.2. Data Penyebaran Kuesioner 4.1.2.1 Data Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner Kuesioner yang dipergunakan untuk penelitian ini dikirimkan ke auditor yang berkerja Kantor-Kantor Akuntan Publik yang berada di Jakarta, yang secara lengkap disajikan dalam tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Kalkulasi Perbandingan Kuesioner yang Dikirimkan 59
  • 60. No Organisasi Kirim Tidak kembali Kembali Tidak lengkap Dapat diolah 1. KAP. ABDUL AZIZ & REKAN 10 0 10 0 10 2. KAP. TRISNO, HENDANG, ADAMS & REKAN 10 0 10 0 10 3. KAP. JOHAN MALONDA ASTIKA & REKAN 15 0 15 0 15 4. KAP. ANWAR BAP & REKAN 10 0 10 0 10 5. KAP. BAYUDI WATU & REKAN 10 5 5 0 5 TOTAL 55 5 50 0 50 Sumber: diolah sendiri 4.2.1 Statistik Deskriptif Data Responden 1. Data Responden berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin dibagi dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Dengan melihat tabel dibawah ini dapat diketahui persentasi responden laki-laki dan persentasi responden perempuan. 60
  • 61. Tabel 4.2. Sumber: Output SPSS Dari table jenis kelamin diatas dilihat bahwa total responden adalah 50, dan 46 % perempuan yaitu sebanyak 23, sedangkan sisanya 54 % laki-laki yaitu sebanyak 27. 2. Data Responden berdasarkan Usia Berdasarkan usia responden dibagi empat kategori yaitu kurang dari 26 tahun, 26 tahun sampai 35 tahun, 36 tahun sampai 45 tahun, dan lebih dari 45 tahun. Rincian dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 4.3. Sumber: Output SPSS Dari tabel usia diatas dapat dillihat bahwa responden yang paling banyak adalah usia <26 th dengan persentase sebanyak 52% yaitu 26 responden. Kemudian sisanya terdiri dari 38 % usia 26 – 35 th yaitu 61
  • 62. sebanyak 19 responden, 6 % usia 36 – 45 th yaitu sebanyak 3 responden dan 4 % usia > 45 th yaitu sebanyak 2 responden. 3. Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja Berdasarkan lama bekerja, data responden dibagi empat kategori yaitu kurang dari 2 tahun, 2 tahun sampai 4 tahun, 5 tahun sampai 6 tahun dan 7 tahun sampai 10 tahun. Rincian nya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.4. Sumber: Output SPSS Dari tabel lama bekerja diatas dapat dilihat bahwa 58 % responden lama bekerja 2 – 4 th yaitu sebanyak 29 responden, sedangkan sisanya 22 % responden lama bekerja 5 – 6 th yaitu sebanyak 11 responden, dan 20 % responden lama bekerja 7 – 10 th yaitu sebanyak 10 responden. 4. Data Responden Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan pendidikan, data responden dibagi empat kategori yaitu S3, S2, S1, dan D3. 62
  • 63. Tabel 4.5. Sumber: Output SPSS Dari tabel pendidikan diatas dapat dilihat bahwa 10 % berpendidikan D3, 90 % berpendidikan S1. Maka disimpulkan responden paling banyak adalah yang berpendidikan S1 4.2.2 Statistik Deskriptif Pertanyaan 1) Variabel Y (Perencanaan Audit) Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata keseluruhan jawaban responden 1. Pertanyaan 1 “Perencanaan audit di KAP ini, menghendaki setiap Auditor lebih dahulu mengevaluasi apa alasan klien untuk diaudit”. Berikut hasil jawaban responden : 63
  • 64. Tabel 4.6. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35 rensponden menjawab setuju, 14 responden menjawab sangat setuju, dan 1 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%. 2. Pertanyaan 2 “Untuk meningkatkan efisiensi audit dan memenuhi Standar Auditing yang telah ditetapkan, staf-staf yang ditugaskan di KAP ini, harus yang familiar dengan bidang usaha klien”. Berikut hasil jawaban responden : Tabel 4.7. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 27 rensponden menjawab setuju, 13 responden menjawab sangat setuju, 9 64
  • 65. responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 54%. 3. Pertanyaan 3 “Agar tidak terjadi salah pengertian, anda sebagai auditor harus membuat kesepakatan tertulis antara KAP dengan klien secara jelas, tegas dan termuat dalam kontrak audit”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.8. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 40 responden, 23 rensponden menjawab sangat setuju, 11 responden menjawab setuju, dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah sangat setuju sebesar 57.5%. 4. Pertanyaan 4 “Staf-staf yang ditugaskan di KAP ini, lebih baik yang akrab dengan bidang usaha klien, oleh karena itu, auditor lebih dahulu harus memahami bidang usaha klien. Berikut hasil jawaban responden: 65
  • 66. Tabel 4.9. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 29 rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju, 10 responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 58 %. 5. Pertanyaan 5 “Akte Pendirian, dan anggaran perusahaan klien, notulen rapat, dan kontrak-kontrak perusahaan diperhitungkan oleh auditor di KAP ini, dalam membuat perencanaan audit. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.10. Sumber: Output SPSS 66
  • 67. Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33 rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 3 responden menjawab netral, dan 2 responden menjawab tidak setuju Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%. 6. Pertanyaan 6 “Keseluruhan kegiatan pemeriksaan di KAP ini, harus tergambar dalam prosedur analitis pendahuluan”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.11. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33 rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju, dan 7 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%. 7. Pertanyaan 7 “Dalam menentukan materialitas dan risiko audit, anda sebagai auditor harus mengevaluasi laporan keuangan secara keseluruhan. Berikut hasil jawaban responden: 67
  • 68. Tabel 4.12. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35 rensponden menjawab setuju, 11 responden menjawab sangat setuju, 2 responden menjawab netral, dan 2 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%. 8. Pertanyaan 8 “Penetapan materialitas dan risiko audit di KAP ini, perlu dilakukan untuk merencanakan luas pengujian, mengevaluasi hasil dan melaksanakan pengujian audit”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.13. Sumber: Output SPSS 68
  • 69. Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 29 rensponden menjawab setuju, 15 responden menjawab sangat setuju, dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 58 %. 9. Pertanyaan 9 “Penyusunan rencana dan program audit harus dilaksanakan oleh auditor di KAP ini, agar auditor dapat memahami petunjuk, mengenai langkah-langkah apa yang harus dilakukan”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.14. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35 rensponden menjawab setuju, 13 responden menjawab sangat setuju, dan 2 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%. 2) Variabel X1 (Manajemen Laba) Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing 69
  • 70. nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata keseluruhan jawaban responden. 1.Pertanyaan 10 “Menurut anda, dalam mengevaluasi laporan keuangan, auditor perlu mereview hasil audit periode sebelumnya, apalagi jika sangat ekstrim terhadap periode sekarang”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.15. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33 rensponden menjawab setuju, 13 responden menjawab sangat setuju, 3 responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%. 2. Pertanyaan 11 “Pada laporan keuangan klien, auditor di KAP ini, harus dapat melihat dan menganalisis apakah ada kecendrungan melakukan manajemen laba”. Berikut hasil jawaban responden: 70
  • 71. Tabel 4.16. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 29 rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 6 responden menjawab netral, dan 3 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 58%. 3. Pertanyaan 12 “Anda sebagai auditor, harus mengetahui apa saja tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.17. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 34 rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju, 71
  • 72. dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 68 %. 4. Pertanyaan 13 “Anda sebagai Auditor, perlu memahami mengapa laporan laba rugi mengalami fluktuasi yang sama hampir setiap bulannya. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.18. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35 rensponden menjawab setuju, 8 responden menjawab netral, 5 responden menjawab sangat setuju, dan 2 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%. 5. Pertanyaan 14 “Di KAP ini, auditor harus mengetahui apa saja motivasi manajemen laba yang dilakukan manajer sebagai orang yang mempunyai andil besar dalam laporan keuangan”. Berikut hasil jawaban responden: 72
  • 73. Tabel 4.19. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 36 rensponden menjawab setuju, 7 responden menjawab sangat setuju, 5 responden menjawab netral, dan 2 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 72%. 6. Pertanyaan 15 “Political motivasion menyebabkan perusahaan melakukan manajeman laba, anda sebagai auditor, mempertimbangkan hal tersebut dalam keputusan audit”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.20. Sumber: Output SPSS 73
  • 74. Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 34 rensponden menjawab setuju, 8 responden menjawab sangat setuju, 7 responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah sangat setuju sebesar 68%. 7. Pertanyaan 16 “Penghematan pajak menjadi motivasi perusahaan melakukan manajemen laba, di KAP ini, auditor harus mempertimbangkan hal tersebut dalam keputusan audit”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.21. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 32 rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab netral, 7 responden menjawab sangat setuju dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 64%. 8. Pertanyaan 17 “Anda sebagai auditor, jika menemui mengapa bonus yang diterima CEO meningkat, bersamaan dengan pergantian CEO, maka hal tersebut menjadi pertimbangan dalam keputusan audit”. Berikut hasil jawaban responden: 74
  • 75. Tabel 4.22. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 27 rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab netral, 8 responden menjawab sangat setuju. Dan 3 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 54%. 9. Pertanyaan 18 “Untuk menaikan harga saham, perusahaan yang akan go public cenderung melakukan manajeman laba, dalam hal itu anda sebagai auditor harus melihat apa yang menyebabkan peningkatan laba tersebut”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.23. Sumber: Output SPSS 75
  • 76. Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 30 rensponden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju, 9 responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 60%. 3) Variabel X2 (Good Corporate Governance) Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata keseluruhan jawaban responden. 1. Pertanyaan 19 “Anda sebagai auditor, ketika memberi pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan, hendaklah bersikap independent, adil terhadap keputusan klien, pemakai, dan akuntan public”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.24. Sumber: Output SPSS 76
  • 77. Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 33 rensponden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 4 responden menjawab netral, dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 66%. 2. Pertanyaan 20 “Di KAP ini, anda sebagai auditor selama melaksanakan pemeriksaan harus adil dalam pembagian tugas sesama rekan kerja seprofesi”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.25. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 32 responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 5 responden menjawab netral dan 4 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 64%. 3. Pertanyaan 21 “Sebagai auditor, menurut anda Good corporate governance suatu perusahaan, harus transparansi terhadap informasi dalam laporan keuangan yang diaudit. Berikut hasil jawaban responden: 77
  • 78. Tabel 4.26. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 30 responden menjawab setuju, 12 responden menjawab sangat setuju, 6 responden menjawab netral dan 2 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah sangat setuju sebesas 60%. 4. Peratanyaan 22 “Di KAP ini, Antara rekan kerja seprofesi, haruslah adil dan bijaksana dalam hal pembagian bonus kerja untuk senior dan junior auditor. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.27. Sumber: Output SPSS 78
  • 79. Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 26 responden menjawab setuju, 13 responden menjawab netral, 9 responden menjawab sangat setuju dan 2 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 52%. 5. Pertanyaan 23 “Menurut Anda, auditor dalam bertugas harus mempertahankan integritas, objektivitas, dan independensi”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.28 Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 27 responden menjawab setuju, 18 responden menjawab sangat setuju, 4 responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 54%. 6. Pertanyaan 24 “Di KAP ini, anda sebagai auditor, harus menjalankan peran dan tanggung jawab dengan baik dalam melaksanakan pemeriksaan”. Berikut hasil jawaban responden: 79
  • 80. Tabel 4.29 Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 28 rensponden menjawab setuju, 16 responden menjawab sangat setuju, 5responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 56%. 7. Pertanyaan 25 “Selama menjalankan profesi auditor, anda berpedoman pada PABU & SPAP, dan SAK, yang harus selalu dipatuhi dalam bertugas”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.30 Sumber: Output SPSS 80
  • 81. Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 31 responden menjawab setuju, 15 responden menjawab sangat setuju, 3 responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 62%. 4) Variabel X3 (Struktur Pengendalian Intern) Pada kuesioner ini peneliti membagi lima kategori jawaban berdasarkan pendapat responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju dengan masing-masing nilai atau skor 1, 2, 3, 4, dan 5, sehingga dapat diketahui rata-rata keseluruhan jawaban responden. 1. Pertanyaan 26 “Untuk mencegah sebelum masalah timbul, sebaiknya auditor membuat pengendalian preventif, yang mempunyai tujuan sebagai pra tindak, agar sesuai dengan yang direncanakan”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.31. Sumber: Output SPSS 81
  • 82. Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35 rensponden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 3 responden menjawab netral 3 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%. 2. Pertanyaan 27 “Di KAP ini, jika kesalahan terjadi dalam pelaksanaan aktivitas pemeriksaan, auditor harus membuat pengendalian detektif, yang tujuannya untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.32. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 39 responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 2 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 78%. 3. Pertanyaan 28 “Informasi yang diperlukan oleh personil-personil dalam penyelidikan dan perbaikan kesalahan, di KAP ini, auditor harus memahami lebih dahulu tujuan dari pengendalian korektif”. Berikut hasil jawaban responden: 82
  • 83. Tabel 4.33. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 30 responden menjawab setuju, 11 responden menjawab sangat setuju, dan 8 responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 60%. 4. Pertanyaan 29 “Anda sebagai auditor, dalam mengevaluasi struktur pengendalian intern, harus mengetahui lingkungan pengendalian, karena merupakan landasan komponen pengendalian lainnya”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.34. Sumber: Output SPSS 83
  • 84. Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 35 responden menjawab setuju, 10 responden menjawab sangat setuju, 5 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 70%. 5. Pertanyaan 30 “Sebagai auditor, menurut anda perhitungan risiko perlu diidentifikasi sejak awal, untuk mengetahui laporan keuangan telah disajikan secara wajar atau tidak”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.35. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 38 responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 2 responden menjawab netral dan 1 responden menjawab tidak setuju. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 76%. 6. Pertanyaan 31 “Menurut anda, sebagai auditor harus mengetahui apa saja unsur-unsur struktur pengendalian intern perusahaan tersebut, agar memperoleh keyakinan, bahwa kebijakan-kebijakan dan prosedur telah dijalankan dengan baik. Berikut hasil jawaban responden: 84
  • 85. Tabel 4.36. Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 31 responden menjawab setuju, 9 responden menjawab sangat setuju, 7 responden menjawab tidak setuju, dan 3 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 62%. 7. Pertanyaan 32 “Di KAP ini, anda sebagai auditor, harus mengadakan pemantauan terhadap kualitas kinerja dalam struktur pengendalian intern perusahaan tersebut”. Berikut hasil jawaban responden: Tabel 4.37 Sumber: Output SPSS Dari output SPSS ini dapat dilihat bahwa dari total 50 responden, 28 rensponden menjawab setuju, 9 responden menjawab 85
  • 86. tidak setuju, 7 responden menjawab sangat setuju dan 6 responden menjawab netral. Jawaban mayoritas adalah setuju sebesar 56%. 4.3 Pembahasan atau Temuan penelitian 4.3.1 Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan tugasnya sebagai alat ukur. Dengan uji validitas dapat diketahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil output spss pada tabel dengan judul Item-Total Statistics. Melihat kevalidan masing-masing pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected Item- Total Correlation. Dapat dikatakan valid apabila nilai dari Corrected Item- Total Correlation (r-hitiung) > dari pada r-tabel. Hasil output masing-masing pertanyaan dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini. 86
  • 87. a. Uji Validitas Terhadap Y (Perencanaan Audit) Tabel 4.38. Sumber: Output SPSS Nilai r-tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k, dimana k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu variabel, dan n merupakan jumlah responden. Maka df = 50 - 9 = 41. Tabel r product – moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 41 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,301. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. r hitung P1 sebesar 0.409 > r table 0.301, kesimpulan valid. 2. r hitung P2 sebesar 0.444 > r table 0,301, kesimpulan valid. 3. r hitung P3 sebesar 0.435 > r table 0.301, kesimpulan valid. 4. r hitung P4 sebesar 0.298 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. 5. r hitung P5 sebesar 0.215 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. 6. r hitung P6 sebesar 0.394 > r table 0.301, kesimpulan valid. 7. r hitung P7 sebesar 0.291 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. 8. r hitung P8 sebesar 0.089 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. 9. r hitung P9 sebesar 0.255 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. 87
  • 88. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 5 indikator pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih kecil dari nilai r table dinyatakan tidak valid, maka dari itu di uji lagi 4 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini : Tabel 4.39. Sumber: Output SPSS Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product – moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,285. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. r hitung P1 sebesar 0.469 > r table 0.285, kesimpulan valid. 2. r hitung P2 sebesar 0.363 > r table 0.285, kesimpulan valid. 3. r hitung P3 sebesar 0.376 > r table 0.285, kesimpulan valid. 4. r hitung P6 sebesar 0.408 > r table 0.285, kesimpulan valid. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator pertanyaan variabel perencanaan audit dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. 88
  • 89. b. Uji Validitas Terhadap X1 (Manajemen Laba) Tabel 4.40. Sumber: Output SPSS Maka df = 50 - 9 = 41. Tabel r product – moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 41 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,301. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. r hitung P10 sebesar 0.121 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. 2. r hitung P11 sebesar 0.389 > r table 0,301, kesimpulan valid. 3. r hitung P12 sebesar 0.374 > r table 0.301, kesimpulan valid. 4. r hitung P13 sebesar 0.408 > r table 0.301, kesimpulan valid. 5. r hitung P14 sebesar 0.279 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. 6. r hitung P15 sebesar 0.266 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. 7. r hitung P16 sebesar 0.025 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. 8. r hitung P17 sebesar 0.333 > r table 0.301, kesimpulan valid. 9. r hitung P18 sebesar 0.067 < r table 0.301, kesimpulan tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r hitung 89
  • 90. yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 5 indikator pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih kecil dari nilai r table, dinyatakan tidak valid, maka dari itu di uji lagi 4 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.41. Sumber: Output SPSS Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product – moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,285. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. r hitung P11 sebesar 0.518 > r table 0.285, kesimpulan valid. 2. r hitung P12 sebesar 0.511 > r table 0.285, kesimpulan valid. 3. r hitung P13 sebesar 0.554 > r table 0.285, kesimpulan valid. 4. r hitung P17 sebesar 0.298 > r table 0.285, kesimpulan valid. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator pertanyaan variabel manajemen laba dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. 90
  • 91. c. Uji Validitas Terhadap X2 (Good Corporate Governance) Tabel 4.42. Maka df = 50 - 7 = 43. Tabel r product – moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 43 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,294. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. r hitung P19 sebesar 0.406 > r table 0. 294, kesimpulan valid. 2. r hitung P20 sebesar 0.139 < r table 0. 294, kesimpulan tidak valid. 3. r hitung P21 sebesar 0.243 < r table 0. 294, kesimpulan tidak valid. 4. r hitung P22 sebesar 0.325 > r table 0. 294, kesimpulan valid. 5. r hitung P23 sebesar 0.563 > r table 0. 294, kesimpulan valid. 6. r hitung P24 sebesar 0.608 > r table 0. 294, kesimpulan valid. 7. r hitung P25 sebesar 0.298 > r table 0. 294, kesimpulan valid. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 5 indikator pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 2 indikator pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset akuntansi memiliki r hitung lebih kecil dari nilai r table, dikatakan tidak valid. maka 91
  • 92. dari itu di uji lagi 5 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini : Tabel 4.43 Maka df = 50 - 5 = 45. Tabel r product – moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 45 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,288. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. r hitung P19 sebesar 0.350 > r table 0.288, kesimpulan valid. 2. r hitung P22 sebesar 0.330 > r table 0.288, kesimpulan valid. 3. r hitung P23 sebesar 0.554 > r table 0.288, kesimpulan valid. 4. r hitung P24 sebesar 0.596 > r table 0.288, kesimpulan valid. 5. r hitung P25 sebesar 0.351 > r table 0.288, kesimpulan valid. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 5 indikator pertanyaan variabel good corporate governance dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. 92
  • 93. d. Uji Validitas Terhadap X3 (Struktur Pengendalian Intern) Tabel 4.44. Maka df = 50-7 = 43. Tabel r product – moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 43 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,294. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. r hitung P26 sebesar 0.483 > r table 0.294, kesimpulan valid. 2. r hitung P27 sebesar 0.197 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid. 3. r hitung P28 sebesar 0.186 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid. 4. r hitung P29 sebesar 0.540 > r table 0.294, kesimpulan valid. 5. r hitung P30 sebesar 0.313 > r table 0.294, kesimpulan valid. 6. r hitung P31 sebesar 0.265 < r table 0.294, kesimpulan tidak valid. 7. r hitung P32 sebesar 0.311 > r table 0.294, kesimpulan valid. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 4 indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 3 indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih kecil dari nilai r table, dikatakan tidak valid. 93
  • 94. maka dari itu di uji lagi 4 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.45. Maka df = 50 - 4 = 46. Tabel r product – moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 46 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,285. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. r hitung P26 sebesar 0.281 < r table 0.285, kesimpulan tidak valid. 2. r hitung P29 sebesar 0.541 > r table 0.285, kesimpulan valid. 3. r hitung P30 sebesar 0.526 > r table 0.285, kesimpulan valid. 4. r hitung P32 sebesar 0.326 > r table 0.285, kesimpulan valid. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 3 indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. Sedangkan 1 indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih kecil dari nilai r table, dikatakan tidak valid. maka dari itu di uji lagi 3 indikator pertanyaan yang hasilnya dapat dilihat dibawah ini: 94
  • 95. Tabel 4.46. Maka df = 50 - 3 = 47. Tabel r product – moment (two tailed test) menunjukkan bahwa pada df 47 dengan alpha 5%, diperoleh r table sebesar 0,285. Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 r hitung P29 sebesar 0.532 > r table 0.285, kesimpulan valid. 2 r hitung P30 sebesar 0.533 > r table 0.285, kesimpulan valid. 3 r hitung P32 sebesar 0.330 > r table 0.285, kesimpulan valid. Berdasarkan hasil perhitungan ini, dapat disimpulkan 3 indikator pertanyaan variabel struktur pengendalian intern dalam riset akuntansi memiliki r hitung yang lebih besar dari nilai r table, telah valid. 4.3.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas (kehandalan) ditujukan untuk mengetahui sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (reliabel). Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan untuk lebih dari satu variabel. Hasilnya output spss dapat dilihat dibawah ini 95
  • 96. a. Uji Reliabilitas Terhadap Y (Perencanaan Audit) Tabel 4.47. Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa Cronbach’s Alpha 0.621 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk variabel Y sudah reliabel. b. Uji Reliabilitas Terhadap X1 (Manajemen Laba) Tabel 4.48. Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa Cronbach’s Alpha 0.679 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk variabel X1 sudah reliabel. 96
  • 97. c. Uji Reliabilitas Terhadap X2 (Good Corporate Governance) Tabel 4.49. Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa Cronbach’s Alpha 0.677 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk variabel X2 sudah reliabel. d. Uji Reliabilitas Terhadap X3 (Struktur Pengendalian Intern) Tabel 4.50. Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Maka berdasarkan hasil ini dapat dilihat bahwa Cronbach’s Alpha 0.43 > dari 0,60. Hal ini berarti jawaban responden untuk variabel X3 sudah reliabel. 4.3.3 Uji Regresi Linear Berganda Analisis regresi dilakukan untuk menguji apakah ada atau tidaknya pengaruh dari variabel manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern terhadap perencanaan audit. 97
  • 98. Dengan rumus: Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β 3 X3 + ε Uji regresi dapat dilakukan setelah mentranformasikan data hasil kuesioner dengan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan hasil output spss dapat dilihat dibawah ini Tabel 4.51. Dari tabel 4.51 diatas menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang dikeluarkan (removed) dalam penelitian ini, atau dapat dikatakan bahwa variabel manajemen laba, good corporate governance, dan struktur pengendalian intern sebagai variabel bebas dimasukkan dalam perhitungan regresi Tabel 4.52. 98