Elektroforesis protein serum digunakan untuk memisahkan protein berdasarkan muatan dan ukuran untuk membantu diagnosis penyakit. Protein dalam serum diberi warna dan dipisahkan menggunakan gel agarosa dengan aliran listrik. Hasil kemudian dibaca menggunakan densitometer untuk menganalisis fraksi protein dan membandingkannya dengan nilai normal untuk mendiagnosis kondisi seperti inflamasi, kanker, dan gangguan hati atau ginjal.
2. ELEKTROFORESIS
Pemisahan partikel-partikel dengan muatan
listrik yang berbeda, dengan cara
mengalirkan arus listrik melalui campuran
partikel yang diletakkan pada suatu medium
penyangga
Molekul bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda
kearah elektrode sesuai muatan dan konfigurasinya juga
ditentukan oleh sifat media penyangga yang dipakai
4. SERUM PROTEIN ELEKTROFORESIS
SERUM kertas khusus yg dilapisi gel
agarose dan dialiri arus listrik
BERDASARKAN UKURAN & MUATAN LISTRIK
Albumin
-1 globulin -2 globulin β globulin
γ globulin
5. TUJUAN PEMERIKSAAN
Menunjang diagnosis penyakit
terutama penyakit yang disertai dengan
kelainan abnormal protein
- Penyakit Peradangan
- Keganasan
- Sindroma Nefrotik
- Penyakit Hati Kronik
- Status Nutrisi
7. PRA ANALITIK
• Persiapan Pasien :
– Tidak perlu persiapan khusus
– Hindari obat yang meningkatkan protein total serum
(steroid, androgen, digitalis, insulin, kontrasepsi oral)
– Hindari obat yang menurunkan protein total serum
(laksansia, rifampisin, dekstran, estrogen)
• Persiapan Sampel :
– Hindari pemakaian sampel yang ikterik dan lipemik
– Hindari hemolisis dan torniquet yang lama : hasil
peningkatan palsu
9. PRA ANALITIK
ALAT
1. Komponen elektroforesis dan power supply
2. Komponen densitometer
3. Aplikator
4. Bak pewarna (untuk proses staining, destaining, dan
dehydration)
5. Bak/ kotak kaca (untuk proses clearing)
6. Oven/hair dryer
10. PRA ANALITIK
BAHAN
BAHAN :
1. Sampel serum
2. Kertas selulosa asetat
3. Larutan bufer : Tris boric acid EDTA dengan I (Ion
streng) 0,03-0,12
4. Zat pewarna (Ponceau S)
5. Destaining solutio : asam asetat 5% yang dibuat dari
asam asetat glasial 5 ml ditambah akuades 5 ml
6. Dehidration solutio : etanol 96%
7. Clearing solutio : campuran 7 bagian volume asam
asetat + 3 bagian volume etil asetat
11. ANALITIK
1. Kertas /strip yang dilapisi agarose di rendam pada
larutan buffer
2. Ambil sampel cairan serum dari tabung.
3. Tuang sampel pada strip berjejer secara melintang
4. Letakan strip pada bridge secara mendatar &
sambungkan dengan alat elektrophoresis,
5. Pemisahan selesai, kemudian dengan pemulasan
protein (Hasil berupa protein staining), dan dilakukan
penilaian dengan densitometer yang dihubungkan
elektrophoretogram, hasil berupa kurva dan hasil
prosentase masing-masing fraksi protein.
20. Protein Total ( Normal 6,3- 8,3 g/ dl)
MENINGKAT MENURUN
• Inflamasi kronik
misalnya arteritis
• Dehidrasi,
Makroglobulinemia
• DM asidosis, Leukemia
monositik
• Multipel mieloma
• Sarkoidosis
• Gangguan hati,
Malabsorbsi
• Malnutrisi , Nefrosis
• Luka bakar, DM
• Toksemia gravidarum
• Glomerulonefritis
kronik
21. ALBUMIN
Berfungsi mempertahankan tekanan osmotik plasma yang di
sintesa dalam hati.
Hiperalbuminemia
Dehidrasi, Multiple mieloma
Hipoalbuminemia
– Penyakit hati : cirosis hepatis
– Penyakit ginjal : sindrom nefrotik
– Keganasan
– Malnutrisi
– Inflamasi gastrointestinal
– Kehamilan (normal 8 minggu post partum), usia tua
22. • Gambaran Sindroma Nefrotik
– Kehilangan protein dengan BM rendah yang lama (seperti
albumin, IgG) dan retensi protein BM tinggi (seperti alpha-
2-macroglobulin)
http://erl.pathology.iupui.edu/labmed/Generator.cfm?Image=SPE
Normal
24. • Defisiensi Alpha-1-anti-trypsin
– Terdapat pada penyakit paru-paru atau penyakit hati.
– Defisiensi alpha-1-anti-trypsin kongenital pada umumnya
banyak berhubungan emphysema, insufisiensi
pancreatic atau sirosis hati.
Normal
http://erl.pathology.iupui.edu/labmed/Generator.cfm?Image=SPE
26. • Gambaran pada Inflamasi akut
– Terdapat pada pasien wanita 42 tahun dg diagnosa
pneumonia & pyelonefritis ( Suhu Penderita 40 oC)
– Pada Inflamasi akut gambaran albumin dan gamma globulin
menurun dan alpha-2-globulin akan sangat meningkat
Normal
http://erl.pathology.iupui.edu/labmed/Generator.cfm?Image=SPE
28. • Penyakit Hati :
– Pasien laki-laki, umur 46 tahun dengan penyakit hati
stadium akhir yang disebabkan kecanduan alkohol.
– Pada gambaran sirosis, batas lekukan antara beta dan
gamma kabur dan kadang digambarkan sebagai
gambaran jembatan "beta-gamma”
Normal
http://erl.pathology.iupui.edu/labmed/Generator.cfm?Image=SPE
31. • Polyclonal gammopathy
– Biasanya terjadi pada banyak penyakit kronik. Seperti
sarcoidosis. Peningkatan tinggi dari fraksi gobulin
menggambarkan "sarcoid stepping.”
http://erl.pathology.iupui.edu/labmed/Generator.cfm?Image=SPE
Normal
32. • Gambaran Monoclonal protein
– Pasiem umur 72 tahun laki-
laki dengan lower back pain.
– Penilaian immunoglobulin
memperlihatkan peningkatan
yang sangat tinggi dari serum
IgG, tetapi IgA and IgM
menurun.
– Gambaran diagnosa multiple
myeloma
http://erl.pathology.iupui.edu/labmed/Generator.cfm?Image=SPE
33. • Biclonal gammopathy
– Hasil dari pasien laki-laki
umur 62 tahun yang kurus
dan lemah pada penyakit
multiple myeloma.
– Pada penyakit ini, biclonal
gammopathies adalah
jarang, terjadi pada 1,7 %
pasien.
http://erl.pathology.iupui.edu/labmed/Generator.cfm?Image=SPE
34.
35. Sumber Pustaka
1. Hardjoeno dkk. Interpretasi hasil tes laboratorium
diagnostik. Makasar. Lephas, 2003: 249-64.
2. Jusniati, Benny Rusli, Hardjoeno. Tes Protein Serum. Bagian
Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
3. O’connell T, Horita T, Kasravi B. Understanding and
Interpreting Serum Protein Electrophoresis. Am Fam
Physician 2005;71:105-12.
4. Interpretive Guide to Clinical Electrophoresis. 2nd Ed: 1988.
Helena Laboratories