Studi ini mengevaluasi kadar serum eritropoetin pada berbagai kelompok pasien anemia pediatrik dan menganalisis hubungannya dengan kadar hemoglobin. Kadar serum eritropoetin tertinggi ditemukan pada pasien anemia Fanconi dan talasemia intermedia, sedangkan terendah pada pasien anemia defisiensi besi. Kadar eritropoetin berkorelasi negatif dengan kadar hemoglobin pada semua kelompok pasien. Terapi rekombinan eritropoetin mungkin kur
5. Recombinant Human Erythropoietin (rHuEpo) 3 (rHuEpo) terapipasien anemia dengangagalginjalend-stage terapi anemia dengankankerdanpenyakit lain, meningkatkankualitashidup indikasi yang lain
7. Metode 31 pasien defisiensi besi 3 ginjal ektopik 15 pasien ALL 2 renal agenesis unilateral Subyek penelitian 7 anak kelainan ginjal 26 pasien FA 1 horseshoe kidney 21 pasien TI 1 dilatasi ureter kanan 12 kontrol 5
8. Subyek penelitian Renal function test dan urinalisis normal Tidak terdapat kelainan klinis hipoksia akut atau kronis Tidak pernah menerima tranfusi selama 6 bulan 6
9. Sampel diambil pada jam 10-12 pagi Pasien ALL, sampel darah diambil sebelum kemoterapi Pasien anemia defisiensi besi, sampel diambil sebelum terapi, minggu II dan IV masa terapi 7
10. 8 - hemoglobin(Hb), - hematokrit, - serum iron, - serum iron binding capacity, - feritin, dan - sEpo pengukuran
11. sEpo Serum disimpan pada suhu -20o C. sEpo diukur dengan ELISA (Medac Diagnostica ,Jerman) 2 kali untuk tiap pasien 9
12. Analisis Statistik Analisis statistik dengan SPSS versi 11, Chicago, IL, USA Empat kelompok anemia dibandingkan kontrol dengan ANOVA test, bila signifikan, dilakukan analisis dengan Tukey pairwise test Nilai log kadar sEpo tiap kelompok anemia dikorelasikan dengan kadar Hb menggunakan Pearson correlation test. 10
14. Pada kelompok penderita, memiliki korelasi linear terbalik antara Hb dan log sEpo Koefisien korelasi: - anemia defisiensi besi –0,75 - ALL –0,6 - FA -0,83 - TI -0,76 12
16. 14 Tidak ada perbedaan antara androgen (+) dengan androgen (-)
17. 15 Tidak ada perbedaan antara talasemia βo dan β+
18. Diskusi Sesuai penelitian sebelumnya, pada studi ini, kadar eritropoetin tertinggi pada FA, terendah pada anemia defisiensi besi. Etiologi respon sEpo yang berbeda, pada kelompok anemia yang berbeda dengan kadar Hb sama masih samar. Kadar sEpo ditentukan tidak hanya oleh produksinya, tetapi juga clearence, inhibitor, dan konsumsinya. 16
19. Sebagian besar pasien FA yang kekurangan atau defectiveeritroid progenitor dan 50% pasien FA responsif terhadap terapi androgen. 17
21. Sesuai penelitian sebelumnya, pada studi ini, tidak ada efek signifikan androgen terhadap kadar sEpo pada pasien FA Hal ini mendukung efek langsung androgen terhadap eritropoesis. Apalagi ada pasien FA, memiliki sEpo tinggi, dengan kadar Hb yang normal Adanya faktor lain yang mempengaruhi kadar sEpo 19
22. Piedras melaporkan, androgen pada dosis farmakologi tidak mempengaruhi kadar sEpo pasien non anemic anemia aplastik Tetapi meningkatkan kadar sEpo pada pasien anemic 20
23. Studi in vitro dan in vivo menunjukkan rHuEpo tidak berefek pada koreksi anemia pada FA atau acquired aplastic anemia Penelitian lain menunjukkan, pasien anemia aplastik non severe memiliki respon terhadap rHuEpo Hal ini mengindikasikan pentingnya status sumsum tulang pada respon terapi rHuEpo 21
24. Rata-rata sEpo, dilaporkan penelitian sebelumnya lebih tinggi pada pasien talasemia mayor dan TI dibanding kelompok kontrol Pada studi ini, pasien TI memiliki kadar sEpo yang lebih tinggi dibanding penelitian sebelumnya 22
25. Peneliti tidak menemukan adanya perbedaan antara βo dan β+ Meskipun HbF dan HbA memiliki afinitas terhadap oksigen berbeda, hal ini tidak mempengaruhi hipoksia jaringan Sebab lain, kadar sEpo mungkin dipengaruhi faktor lain selain hipoksia pada pasien TI 23
26. Pada anemia defisiensi besi, sEpo kembali ke kadar normal lebih cepat dibanding recovery anemia. Hal ini menggambarkan mekanisme feedback antara selularitas sumsum tulang dan kadar sEpo 24
27. Tetapi, ada peningkatan kadar sEpo pada kelompok lain dengan Hb sama dengan anemia defisiensi besi yang telah diterapi 2 minggu Eritropoetin tidak hanya dipengaruhi oleh kadar Hb, tetapi juga aktifitas erythroid di sumsum tulang 25
28. Pada pasien leukemia akut, penyebab utama anemia adalah infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia Pada studi ini, kadar sEpo konsisten tinggi dengan kadar Hb konsisten rendah 26
29. rHuEpo: - efektif untuk anemia pada pasien gagal ginjal kronik, kanker - penting untuk memperbaiki kualitas hidup Pada studi ini, kadar tinggi sEpo pada pasien FA, TI, dan ALL menunjukkan rHuEpo mungkin kurang bermanfaat 27
31. Nilai normal Anak-anak : 9.1-27.6 miu/ml Dewasa : 11.2-23.3 miu/ml (Br J Haematol. 1988 Oct;70(2):247-50) 29
32. TEST PRINCIPLE In this sandwich type assay erythropoietin is first bound by a rabbit anti-EPO- antiserum immobilized on the solid phase of a microtiterplate. After a washing step a second antibody to erythropoietin from rabbit conjugated to biotin forms a sandwich complex with EPO. After another incubation with an anti-biotin antibody conjugated to alkaline phosphatase and addition of a substrate (PNPP) a yellow colour is formed which is proportional to the concentration of erythropoietin 30
35. Indikasi pemeriksaan Epo Terlau sedikit erythropoietin mungkin bertanggung jawab untuk terlalu sedikit sel-sel darah merah (seperti dalam mengevaluasi anemia, terutama anemia yang berhubungan dengan penyakit ginjal). Terlalu banyak erythropoietin mungkin menyebabkan terlalu banyak sel-sel darah merah (polycythemia). Terlalu banyak erythropoietin mungkin adalah bukti untuk suatu tumor ginjal. Terlalu banyak erythropoietin pada seorang olahragawan (athlete) mungkin menyarankan penyalahgunaan erythropoietin. 33