Leptospirosis dikenal sebagai penyakit zoonosis akut yang disebabkan oleh bakteri leptospira dengan spektrum penyakit yang luas dan dapat menyebabkan kematian (WHO, 2009).
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi Leptospira spp. semua serotipe. Leptospirosis juga dikenal dengan nama flood fever atau demam banjir karena sering menyebabkan terjadinya wabah pada saat banjir (Rampengan, 2016).
2. Leptospirosis dikenal sebagai penyakit zoonosis akut yang disebabkan oleh
bakteri leptospira dengan spektrum penyakit yang luas dan dapat
menyebabkan kematian (WHO, 2009).
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi Leptospira
spp. semua serotipe. Leptospirosis juga dikenal dengan nama flood fever atau
demam banjir karena sering menyebabkan terjadinya wabah pada saat banjir
(Rampengan, 2016).
PENDAHULUAN
3. Leptospirosis disebabkan oleh
bakteri Leptospira yang berbentuk
spiral, tipis, lentur dengan panjang
10-20 tm dan tebal 0,1 gin serta
memiliki dua lapis membran.
Kedua ujungnya mempunyai kait
berupa flagelum periplasmik.
Bergerak aktif maju mundur
dengan gerakan memutar
sepanjang sumbunya .
ETIOLOGI
4. Penularan leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang tersebar
diseluruh dunia dan ditransmisikan baik secara langsung ataupun tidak
langsung dari binatang ke manusia (zoonosis). Leptospira dapat hidup beberapa
waktu dalam air dan alam terbuka. Iklim yang sesuai untuk perkembangan
leptospira ialah udara hangat (25oC), tanah basah/ lembab, dan pH tanah 6,2-
8. Leptospira dapat bertahan hidup di tanah yang sesuai sampai 43 hari dan di
dalam air dapat hidup berminggu-minggu lamanya. Hal ini dapat dijumpai
sepanjang tahun di negara tropis sehingga kejadian leptospirosis lebih banyak
1000 kali dibandingkan negara sub-tropis, dengan risiko penyakit yang lebih
berat.
EPIDEMIOLOGI
5. pada anjing
L. canicola,
L. icterohaemorrhagiae,
L. pomona,
L. grippotyphosa,
L. copenhagenii,
L. australis,
L. autumnalis,
L. ballum, and
L. bataviae
PENYEBAB LEPSPIROSIS
sedangkan penyebab Leptospirosis pada kucing
yaitu
L. canicola,
L. grippotyphosa,
L. pomona, and
L. bataviae (Tilley dan Smith, 2016).
6.
7. Gejala dan tanda leptospirosis yang non patognomonik seperti demam, nyeri
kepala, mual, dan muntah sering dianggap sebagai penyakit infeksi virus.
Pada anak anjing, lebih rentan terinfeksi leptospirosis dibandingkan anjing dewasa
apalagi bagi anjing yang belum divaksin memiliki tingkat kerentanan yang lebih
tinggi untuk terinfeksis (Prasetyo dkk., 2018).
Gejala lain penyakit ini sangat bervariasi mulai dari
1. demam,
2. ikterus,
3. hemoglobinuria,
4. pada hewan yang bunting dapat terjadi abortus dan janin lahir mati, bahkan
dapat menyebabkan kematian penderitanya.
Tingkat keganasan serangan leptospirosis tergantung dari serovar Leptospira dan
spesies hewan yang terinfeksi pada daerah tertentu (Rampengan, 2016).
GEJALA KLINIS
8. 1. Polymerase chain reaction (PCR)
2. Immunuofluorescence
Ada dua uji serologis yang biasa digunakan yaitu
1. Microscopic Agglutination Test (MAT) dan
2. Enzyme-Linked Immuno sorbent Assay (ELISA) (Kusmiyati dkk., 2005).
DIAGNOSA
9. • bakteremia /keracunan darah
• Canine hepatitis virus
• neoplasia hati
• Toksoplasmosis
• Neoplasia ginjal;
• Batu ginjal (Tilley dan Smith, 2016).
DIFFERENSIAL DIAGNOSA
10. Terapi yang dapat diberikan pada penderita leptospirosis berupa terapi
1. kausatif dan
2. suportif.
Terapi cairan pada penderita leptospira dimaksudkan untuk menangani
dehidrasi yang terjadi akibat anoreksia dan muntah. Dehidrasi, shock, dan
gangguan keseimbangan elektrolit dilakukan penanganan dengan memberikan
fluid terapi berupa ringer laktat. Jika terjadi pendarahan parah maka
dilakukan transfusi darah Kematian diduga akibat dari infeksi hepatorenal dan
komplikasi bakteri leptospira yang menyerang beberapa organ. Angka
mortalitas leptospirosis pada anjing mencapai 10-15% (Major et al., 2014).
Kematian paling sering terjadi akibat gagal ginjal, perdarahan dan ARDS
(Acute Respira-tory Distress Syndrome) (Prasetyo dkk., 2018, Tilley dan Smith,
2016).
TERAPI
11. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksin. Vaksin Leptospira
pada anjing beredar di Indonesia terdiri atas dua macam serovar yaitu L.
canicola dan L. ichterohemorrhagiae. Vaksin diberikan pada anjing saat berumur 12
minggu dan diulang saat anjing berumur 14-16 minggu. Sistem kekebalan
sesudah vaksin bertahan selama 6 bulan, sehingga anjing perlu divaksin
kembali setiap 6 bulan (Adelman, 2007).
Kontrol lingkungan juga sangat perlu diperhatikan, seperti populasi rodensia
di sekitar tempat tinggal, kebersihan lingkungan dan air yang digunakan untuk
kebutuhan.
PENCEGAHAN