13. DEFINISI
• Leptospirosis merupakan suatu penyakit
menular zoonosa yang disebabkan oleh
spirochaeta genus Leptospira.
• Zoonosis : penyakit yg dapat ditularkan dari
hewan vertebrata ke manusia atau vice versa
14. EPIDEMIOLOGI
• Leptospirosis terjadi di seluruh dunia tetapi
lebih banyak muncul di wilayah-wilayah tropis
dan subtropis yang mengalami curah hujan
yang tinggi. Kejadian leptospirosis terkait erat
dengan faktor-faktor risiko infeksi.
15. insiden kasus Leptospirosis secara global di
perkirakan dari 0,1-1 per 100.000 per tahun di
daerah beriklim sedang dan 10-100 per 100.000
pertahun di daerah tropik lembab. Insiden
penyakit ini dapat mencapai lebih dari 100 per
100.000 per tahun pada keadaan wabah dan
paparan tinggi pada kelompok risiko
17. • Pada tahun 2019, 920 kasus leptospirosis
dilaporkan di Indonesia dengan 122 kematian.
Kasus-kasus ini dilaporkan dari sembilan provinsi
(Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Maluku, Sulawesi
Selatan, dan Kalimantan Utara). Namun, jumlah
laporan kasus ini sangat kecil dibandingkan
dengan kejadian leptospirosis di Indonesia, di
mana morbiditas tahunan leptospirosis di
populasi Indonesia baru-baru ini diperkirakan
berada pada angka 39,2 per 100.000 orang.
18. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
• Leptospirosis disebabkan oleh organisme
pathogen dari genus Leptospira yang termasuk
dalam ordo Spirochaeta dalam Famili
Trepanometaceae. Bakteri ini berbentuk spiral
dengan pilinan yang rapat dan ujung-ujungnya
berbentuk seperti kait sehingga bakteri sangat
aktif baik gerakan berputar sepanjang sumbunya,
maju-mundur, maupun melengkung, Ukuran
bakteri ini 0,1 mm x 0,6 mm sampai 0,1 mm x 20
mm.
19.
20. • Leptospira dapat di warnai dengan pewarnaan
karbolfuchsin. Namun bakteri ini hanya dapat
dilihat dengan mikroskop medan gelap. Bakteri
ini bersifat aerob obligat dengan pertumbuhan
optimal pada suhu 280C-300C dan pH 7,2 – 8,0.
• Leptospira peka terhadap asam dan dapat hidup
di air tawar selama kurang lebih satu bulan tetapi
di air laut, air selokan dan air kemih yang tidak
dilencerkan akan cepat mati.
23. FAKTOR RISIKO
FAKTOR HOST
• Usia
• Jenis kelamin
• Hygiene
• Pekerjaan
• Kebiasaan tidak memakai
alas kaki
• Kabiasaan mandi di sungai
FAKTOR LINGKUNGAN
• Banjir/genangan air (sawah,
danau, selokan, dsb)
• Populasi tikus
• Hewan ternak/peliharaan
• Sosial ekonomi
• kultural
34. MAT
• Gold standard
• Teknik ini menggunakan kultur/suspensi bakteri hidup,
dilakukan dg menginkubasi serum pasien dg berbagai
serovar Leptospira
• Peningkatan titer antibodi MAT 4x lipat bukti
definitif infeksi Leptospira
• Konfirmasi leptospirosis (Kemenkes) :
1. Sero konversi MAT dari negatif menjadi positif atau
2. Kenaikan 4x lipat dari pemeriksaan awal
3. Titer MAT 320 (400) atau lebih pada pemeriksaan 1
sample
35. Mikroskopik
• Dark field microscopy
• Leptouria test spesifisitas rendah krn
adanya fibrin, protein pd sampe dapat false
positif sbg leptospira
• Positivity menurun setelah infeksi >1minggu
40. TATALAKSANA
Ringan
• Pilihan : Doksisiklin 2X100 mg
7 hari kecuali pada anak, ibu
hamil, atau KI Doksisiklin.
• Alternatif :
1. Amoksisilin 3X500mg/hari
pada dewasa;
2. 10-20mg/kgBB /8 jam pada
anak selama 7 hari;
3. Bila alergi Amoksisilin dapat
diberikan Makrolid.
Berat
• 1. Ceftriaxon 1-2 g iv selama
7 hari ;
• 2. Penisilin Prokalin 1.5 juta
unit im/6 jam selama 7 hari;
• 3. Ampisilin 4 X 1 gram iv/
hari selama 7 hari;
• 4. Terapi suportif bila ada
komplikasi