SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Pengantar Antropologi
“Korupsi, Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa”
Disusun oleh:
Istiqomah Aisyiyah
Program Studi Sosiologi 2 B
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pendahuluan
Korupsi seperti yang telah kita ketahui mempunyai arti yaitu penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Dengan demikian
korupsi adalah suatu tindakan yang tidak terpuji dan sangat merugikan suatu bangsa.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang dilanda maraknya kasus korupsi di
beberapa daerah yang terbilang cukup banyak dan sampai sekarang belum tuntas
permasalahannya. Sangat disayangkan adapun pelaku korupsi ini kebanyakan adalah pegawai
negeri yang seharusnya mengabdi untuk kemajuan bangsa ini. Sebagian orang berpendapat
bahwa korupsi telah menjadi budaya bangsa namun benarkah demikian?.
Melihat kondisi masyarakat saat ini, banyak yang memandang korupsi telah menjadi
bagian dari kebudayaan di bangsa ini. Dalam konteks ini mereka memahami budaya sebagai
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, arti budaya sendiri berasal dari bahasa
sanskerta yaitu buddhayah artinya hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia yang
berarti bersifat positif sedangkan tidak dapat dikatakan apabila korupsi sebagai budaya tentu
itu bersifat negatif.
Bersamaan dengan kebudayaan, korupsi juga dianggap sebagai kepribadian bangsa.
Sebab semua individu masyarakat mengalami perngaruh lingkungan kebudayaan yang sama
selama pertumbuhan mereka. Maka dari itu pembahasan di sini akan lebih spesifik mengenai
korupsi kebudayaan dan kerpibadian bangsa melalui cara pandang dalam antropologi
khususnya.
Pembahasan
Korupsi sepertinya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
masyarakat. Korupsi telah mewabah dan ada di mana-mana. Sehingga kasus-kasus korupsi
seperti ini terbiasa dikatakan dengan kata “budaya korupsi” , seolah-olah kata budaya di
artikan sebagai suatu kebiasaan banyak orang yang kemudian tidak perlu lagi dipersoalkan
atau di anggap sepele apalagi terdapat pula anggapan bahwa mustahil untuk dihentikan.
Menurut Franz Magnis-Suseno, kebudayaan adalah seluruh hamparan alam semesta
sejauh telah ditandai oleh eksistensi manusia (Budiman: 2002). Sehingga kebudayaan adalah
sebuah konsep yang sangat abstrak tapi sekaligus juga sangat familiar. Sangat sering
diucapkan tapi tidak terdapat bukti signifikan bahwa karena itu ia juga sangat dipahami oleh
si pengucapnya sendiri. Sedangkan dalam ilmu antropologi kebudayaan adalah seluruh sistem
gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Dengan demikian hampir semua
tindakan manusia adalah “kebudayaan”.
Kembali kepada topik korupsi yang dianggap sebagai bagian dari budaya, di sini
terdapat salah satu kesimpulan yang diberikan untuk menjawab pandangan yang mengatakan
korupsi adalah bagian dari kebudayaan adalah sebagai berikut: “Para pejabat publik yang
menjadi kaya raya dengan mendadak bukanlah ahli waris dari tradisi menyimpan uang di
bank dan tanggung jawab sosial; mereka adalah orang kaya baru dalam administrasi
pemerintahan... Orang-orang yang kebetulan berada di tempat yang tepat pada waktu yang
tepat.” (Jeremy Pope: 2003).
Dalam diskusi JKAI (Jaringan Kekeluargaan Indonesia) yang di laksanakan di Bale
Sawala Gedung Rektorat Universitas Padjajaran Jatinangor, Sumedang (10/10) Wakil Ketua
KPK, Bambang Widjayanto mengungkapakan bahwa kondisi rakyat dan bangsa sangat
memprihatinkan, korupsi menjadi salah satu penyebab utama. Keluarga dan lingkungan
menjadi kontributor utama atas pembentukan sikap, perilaku dan karakter koruptif yang
akhirnya menjadi budaya yang koruptif.
Bambang menjelaskan ada tiga jenis korupsi yang biasa dilakukan oleh koruptor (1)
Korupsi Terpaksa, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yang tidak
tercukupi oleh gajinya yang rendah. (2) Korupsi Memaksa, dilakukan karena adanya sifat
keserakahan untuk bisa hidup secara berlebihan. (3) Korupsi Dipaksa, dilakukan karena
adanya pertemuan antara niat dan kesempatan dan tercipta karena kelemahan sistem dan
peraturan.
Kebanyakan korupsi menjadi topik yang menarik diulas tetapi dalam korupsi skala
besar, seolah-olah korupsi dengan keuntungan yang kecil menjadi suatu yang lumrah, bahkan
bebas dari konsekuensi hukum dan moral yang signifikan. Sebabnya yaitu peran aparat
penegak hukum masih lemah dalam peraturan, lemahnya manajemen Sumber Daya Manusia
(SDM), terdapat kelemahan Kepemimpinan serta lemahnya sistem penangan perkara.
Jika perilaku korupsi ini dikaitkan dengan konteks kebudayaan, maka sangat jelas
bahwa kegiatan korupsi tersebut nyaris menjadi kesepakatan tidak tertulis yang kemudian
diikuti oleh perilaku masyarakat luas. Hal ini berdasarkan dari kebiasaan maupun orientasi
gaya hidup masyarakat yang telah terbentuk sejak dini.
Pertumbuhan gaya pemikiran manusia senantiasa di pengaruhi oleh konsepsi interaksi
yang berkembang, baik secara fungsional maupun secara struktural. Perkembangan interaksi
tersebut melebur menjadi kebiasaan menampilkan kemilau materi adalah salah satu stimulus
seseorang untuk memperoleh pencitraan diri, walau dalam batas kemampuannya sekalipun.
Analoginya bisa kita lihat dari contoh kasus sehari-hari di kehidupan masyarakat yaitu
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan berkali-kali sama halnya dengan korupsi yang apabila
di lakukan berkali-kali oleh seseorang atau suatu kelompok untuk memperkaya diri dan
memperkuat posisi berhadapan dengan orang-orang atau kelompok-kelompok lain tanpa
dihukum, maka laku korupsi itu akan segera ditiru beramai-ramai tanpa harus berarti bahwa
korupsi sudah menjadi laku budaya, apalagi dari kebudayaan bangsa. (Saldi: 2009)
Seperti analog di atas, maka laku korupsi tidak bisa disebut sebagai “laku budaya”.
Untuk itu diperlukan keseriusan dalam menyikapi “pembudayaan korupsi”. Mengapa
demikian? Karena pernyataan bahwa korupsi sebagai bagian dari kebudayaan bisa
membawakan tiga resiko politik besar yang akan terjadi. Pertama, menempatkan laku
korupsi sebagai laku budaya mengimplikasikan bahwa laku korupsi sudah terjadi di mana-
mana dan karena itu dengan sendirinya membuat kita tidak bisa lagi menentukan dari mana
atau pada titik-titik strategis apa saja yang harus dimulai untuk memberantasnya.
Kedua, jika hal itu masih dipandang demikian maka sikap yang cenderung
memberinya pengertian atau pemaafan gampang meluas. Bertambah menggilanya laku
korupsi sepanjang sepuluh tahun terakhir sehingga bisa dimaklumi karena ia memang
dipandang sebagai bagain ari kebudayaan kita. Ketiga, bukan hanya dampak hiperbolik yang
tercapai melainkan juga dampak desperasi, pegakuan keputusasaan secara tak langsung.
Korupsi serta merta dibuat tampil dalam skala yang terlalu besar dan terlalu luas untuk bisa di
atasi. Oleh sebab itu penjelasan disini sengaja mengangkat korupsi di Tanah Air tidak dalam
konteks budaya, melainkan dalam konteks perkembangan dan laku politik konkret. (Saldi:
2009)
Korupsi bukan saja menjadi masalah politik, tetapi juga permasalahan sosial.
Antropologi memandang masalah korupsi melalui tiga prespektif , yaitu pertama prespektif
negara patrimonial, dalam situasi suatu negara korupsi muncul karen para pemimpin dan elit
penguasa mengendalikan sumber daya ekonomi-politik. Dalam perspektif ini terdapat
hubungan patron-klien yang tidak setara antara birokrat, lembaga legislatif, dan pengusaha.
Relasi kuasa patron-klien inilah yang terjadi di Indonesia. DPR berperan sebagai patron bagi
pengusaha dan birokrat yang menjadi klien mereka. Relasi yang terbangun di antara mereka
adalah relasi kepentingan masing-masing yang saling menguntungkan.
Kedua, perspektif teori Gift Exchange, pandangan ini merujuka pada masyarakat
primitif di mana relasi sosial antar individu sangat dekat. Interaksi dalam masyarakat terjadi
secar alangsung (face to face) yang tercermin melalui kebiasaan bertukar hadiah. Teori ini
dikemukakan oleh ahli antropologi Prancis Marces Mauss dalam The Gift (1954). Sebenarnya
kebiasaan bertukar hadiah merupakan bentuk relasi sosial yang harmonis di masyarakat.
Pemberian hadiah merupakan bentuk penghormatan antara warga satu dengan yang lain.
Namun, pada praktik korupsi di Indonesia, praktik saling bertukar hadiah menjadi alat
untuk memperlancar kepentingan, misalnya untuk memperlancar proyek tertentu. Sehingga
dalam kaitan dengan yang telah disebutkan diatas, jelas masyarakat modern telah
menyelewengkan makna sosial bertukar hadiah yang merupakan kearifan masyarakat
primitif.
Ketiga, persepktif relativisme kultural. Teori ini yang menyebutkan bahwa praktik
korupsi kembali pada nilai-nilai budaya yang berlaku di masyarakat. Mengacu pada
perspektif ini, korupsi ini merupakan konsep modern dan muncul dalam wacana modernitas.
Sehingga, pengertian korupsi akan berbeda menurut konteks budaya setiap masyarakat.
Wacana modernitas memberikan pengertian pada korupsi sebagai penyalahgunaan jabatan
dan wewenang untuk kepentingan pribadi atau keuntungan ekonomis.
Mengenai kebudayaan tidak akan lepas dengan yang namanya kerpibadian, sebab
budaya mempunyai peran penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan setiap
individu di dalam lingkungan masyarakat. Seperti mencakup segala perbuatan atau aktivitas
sehari-hari yang dilakukannya akan membentuk kepribadian. Tetapi tentu saja antar
kebudayaan mereka pastilah terdapat perbedaannya. Kalau dalam bahasa sehari-hari kita
mengatakan kepribadian adalah ciri watak yang diperlihatkan secara konsisten dan
konsekuen, yang menyebabkan bahwa ia memiliki identitas yang berbeda dari individu-
individu lainnya.
Kepribadian seorang individu terbentuk oleh pengetahuan yang dimilikinya yaitu
khususnya persepsi, penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, serta fantasi mengenai
berbagai macam hal yang ada dalam lingkungannya, maupun berbagai perasaan emosi,
kehendak, dan keinginan yang ditujukan kepada berbagai macam hal dalam lingkungannya
tersebut. (Koentjaraningrat: Cet.4 2011)
Dalam antropologi ketika membahas kepribadian lebih cenderung mempelajari
kepribadian yang dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat yaitu “kepribadian umum”.
Dari kebudayaan umum ini akan dipertajam sehingga terjadi konsep “kepribadian dasar”,
yaitu semua unsur yang dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat. Sebab semua
individu masyarakat mengalami perngaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama
pertumbuhan mereka. (Koentjaraningrat: Cet.4 2011)
Dari kepribadian individual ataupun kepribadian umum maka dapat dibentuk yang
disebut dengan kerpibadian nasional atau juga berarti kepribadian bangsa. Dimanakah letak
keperibadian bangsa? Dengan kata lain, bangsa sebagai kepribadian apakah itu? Bangsa
sebagai kepribadian adalah bangsa dipandang menurut caranya yang khusus dalam kehidupan
dan pembangunan dirinya, suatu cara berdasarkan pandangan tentang dan pendirian terhadap
alam semesta. Dari lukisan ini tampak bahwa apa yang disebut kepribadian Bangsa itu tidak
sama dengan jumlah tokoh-tokoh didalamnya yang berupa kepribadian sebab jumlah itu
hanya merupakan sebagian saja dari seluruh bangsa. (Sudiarja: 2006)
Manusia dengan perbuatannya membangun kebangsaan (termasuk kebudayaan).
Sebaliknya, bentuk-bentuk yang objektif itu juga mendeterminasikan manusia. Yang
dideterminasikan itu bukan saja generasi yang menerima, melainkan juga yang menciptakan.
Dengan kata lain, tentang bangsa dan kebudayaanya dapat dikatakan bahwa bangsa
menentukan kebudayaan, tetapi juga bahwa kebudayaan menentukan bangsa yang
membudaya. (Sudiarja: 2006)
Kepribadian bangsa sebagai keseluruhan ditentukan oleh kepribadian nasional dari
warga juga ditentukan oleh kepribadian bangsa. Jadi ketika suatu kasus korupsi dikaitkan
dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa haruslah dilihat terlebih dahulu dalam konteks
apa. Mungkin arti korupsi menjadi suatu kepribadian bangsa ketika dari individu suatu
masyarakat tersebut yang telah mendapat dorongan naluri, yatitu dalam ilmu psikologi
artinya kesadaran manusia yang tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuannya, tetapi karena
memang sudah terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri.
Kemauan dari naluri tersebut disebutlah “dorongan”.
Kesimpulan
Korupsi memang telah menjadi persoalan yang rumit di Indonesia. Dilihat dari masa
ke masa korupsi bukan malah menghilang tetapi semakin merajalela yaitu dengan adanya
berbagai berita-berita tentang korupsi. Sehingga tidak heran ketika masyarakat mempunyai
anggapan bahwa korupsi itu sebagai bagian dari kebudayaan yang dilakukan oleh si pelaku
korupsi secara terus-menerus dan maka dari itu bersamaan pula anggapan tersebut adalah
kepribadian bangsa. Padahal seperti yang telah dijelaskan di pembahasan, korupsi memiliki
tiga hal resiko kalau ia dikatakan sebagai bagian dari kebudayaan. Pribadi-pribadi yang
tindak korupsinya membawa dampak paling negatif pada suatu negara tidak besar jumlahnya
dan perilaku mereka mungkin nampak, atau mungkin juga tidak, tampak oleh warga biasa.
Namun, korupsi kecil-kecilan yang ditemukan orang setiap hari dalam kehidupan masing-
masing sering disebabkan oleh kemiskinan dalam berbagai bentuknya. Salah satu upaya
pemberantasan korupsi sendiri yaitu dengan membuang jauh-jauh pemikiran mengenai
anggapan bahwa korupsi adalah kebudayaan. Namun, meberantas korupsi bukanlah tujuan
akhir. Memberantas korupsi adalah perjuangan melawan perilaku culas dalam pemerintahan,
dan merupakan bagian dari tujuan yang lebih luas, yakni menciptakan pemerintahan yang
lebih efektif, adil dan efisien. Oleh karena itu tujuan gerakan anti-korupsi bukanlah
mewujudkan pemerintah yang jujur tanpa cacat melainkan mengusahakan agar pemerintah
lebih jujur dan dengan demikian lebih efisien dan lebih adil.
Daftar Pustaka
Budiman, Hikmat. 2002. Lubang Hitam Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit KANISIUS.
Faisal, Muh. Ical. “Pemberantasan Korupsi Dalam Kajian Antropologi”. Artikel diakses pada
Isra, Salid. 2009. Kekuasaan dan Perilaku Korupsi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Keatt, Joan. “Korupsi, Prespektif Antropologi”. Artikel diakses pada 5 Mei 2014 dari
http://id.shvoong.com/society-and-news/politic/2225103-korupsi-perspektif-
antropologi/#ixzz30pAPxe8i
Koentjaraningrat. Cetakan ke-4. 2011. Pengantar Antropologi 1. Jakarta: Rineka Cipta.
Novie. “Antropologi Bicara Budaya dan Korupsi”. Artikel ini diakses pada 3 Mei 2014 dari
www.maklumat-independen.com/nasional/hukum/781-antropologi-bicara-budaya-dan-
korupsi.html
Pope, Jeremy. 2003. Strategi Memberantas Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
3 Mei 2014 dari m.kompasiana.com/post/read/487093/1/pemberantasan-korupsi-dalam-
kajian-antropologi.htm
Sudiarja, dkk. 2006. KARYA LENGKAP DRIYAKRYA: Esai-Esai Filsafat Pemikir yang
Terlibat Penuh dalam Perjuangan Bangsanya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

More Related Content

What's hot

Konsep Dasar Ilmu Politik
Konsep Dasar Ilmu PolitikKonsep Dasar Ilmu Politik
Konsep Dasar Ilmu PolitikMuhamad Yogi
 
Kepemimpinan pemerintahan
Kepemimpinan pemerintahanKepemimpinan pemerintahan
Kepemimpinan pemerintahanDidi Suryadi
 
Sejarah new public service
Sejarah new public serviceSejarah new public service
Sejarah new public servicePutra Manurung
 
Tugas kelompok sosiologi (perubahan sosial)
Tugas kelompok sosiologi (perubahan sosial)Tugas kelompok sosiologi (perubahan sosial)
Tugas kelompok sosiologi (perubahan sosial)Attar Firdaus
 
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaKemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaLestari Moerdijat
 
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesiaSejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesiataufin
 
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaPerubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaDwi Halimasari
 
Makalah penelusuran dan pengumpulan sumber sejarah
Makalah penelusuran dan pengumpulan sumber sejarahMakalah penelusuran dan pengumpulan sumber sejarah
Makalah penelusuran dan pengumpulan sumber sejarahSayyidina Ali
 
Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...
Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...
Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...Dadang Solihin
 
Etika Pelayanan Publik
Etika Pelayanan PublikEtika Pelayanan Publik
Etika Pelayanan PublikDian Herdiana
 
Siklus kebijakan wati gunawan
Siklus kebijakan wati gunawanSiklus kebijakan wati gunawan
Siklus kebijakan wati gunawanIrika Widiasanti
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanMuhammad Fahri
 
Contoh Proposal RRA (Rapid Rural Appraisal)
Contoh Proposal RRA (Rapid Rural Appraisal)Contoh Proposal RRA (Rapid Rural Appraisal)
Contoh Proposal RRA (Rapid Rural Appraisal)Yulia Fauzi
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikSiti Sahati
 
Inovasi Digital Pelayanan Publik
Inovasi Digital Pelayanan PublikInovasi Digital Pelayanan Publik
Inovasi Digital Pelayanan PublikTri Widodo W. UTOMO
 

What's hot (20)

Konsep Dasar Ilmu Politik
Konsep Dasar Ilmu PolitikKonsep Dasar Ilmu Politik
Konsep Dasar Ilmu Politik
 
Kepemimpinan pemerintahan
Kepemimpinan pemerintahanKepemimpinan pemerintahan
Kepemimpinan pemerintahan
 
Sejarah new public service
Sejarah new public serviceSejarah new public service
Sejarah new public service
 
Tugas kelompok sosiologi (perubahan sosial)
Tugas kelompok sosiologi (perubahan sosial)Tugas kelompok sosiologi (perubahan sosial)
Tugas kelompok sosiologi (perubahan sosial)
 
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaKemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
 
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesiaSejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
Sejarah perkembangan administrasi publik di indonesia
 
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaPerubahan sosial budaya
Perubahan sosial budaya
 
Makalah penelusuran dan pengumpulan sumber sejarah
Makalah penelusuran dan pengumpulan sumber sejarahMakalah penelusuran dan pengumpulan sumber sejarah
Makalah penelusuran dan pengumpulan sumber sejarah
 
Etika Pemerintahan
Etika PemerintahanEtika Pemerintahan
Etika Pemerintahan
 
Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...
Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...
Dinamika Perubahan Budaya dan Tantangan Literasi Digital terhadap Masyarakat ...
 
Etika Pelayanan Publik
Etika Pelayanan PublikEtika Pelayanan Publik
Etika Pelayanan Publik
 
Siklus kebijakan wati gunawan
Siklus kebijakan wati gunawanSiklus kebijakan wati gunawan
Siklus kebijakan wati gunawan
 
Ppt 11 postmodernisme
Ppt 11 postmodernismePpt 11 postmodernisme
Ppt 11 postmodernisme
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
 
Contoh Proposal RRA (Rapid Rural Appraisal)
Contoh Proposal RRA (Rapid Rural Appraisal)Contoh Proposal RRA (Rapid Rural Appraisal)
Contoh Proposal RRA (Rapid Rural Appraisal)
 
Materi Sistem Politik Indonesia
Materi Sistem Politik IndonesiaMateri Sistem Politik Indonesia
Materi Sistem Politik Indonesia
 
Administrasi Pembangunan
Administrasi PembangunanAdministrasi Pembangunan
Administrasi Pembangunan
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi Publik
 
Inovasi Digital Pelayanan Publik
Inovasi Digital Pelayanan PublikInovasi Digital Pelayanan Publik
Inovasi Digital Pelayanan Publik
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
 

Viewers also liked

ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2Dinçer Yüksek
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 8
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 8ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 8
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 8Dinçer Yüksek
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 7
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 7ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 7
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 7Dinçer Yüksek
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 9
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 9ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 9
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 9Dinçer Yüksek
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3Dinçer Yüksek
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 6
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 6ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 6
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 6Dinçer Yüksek
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 5
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 5ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 5
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 5Dinçer Yüksek
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3Dinçer Yüksek
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 4
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 4ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 4
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 4Dinçer Yüksek
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2Dinçer Yüksek
 
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)Istiqomah Aisyiyah
 

Viewers also liked (14)

ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 8
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 8ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 8
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 8
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 7
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 7ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 7
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 7
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 9
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 9ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 9
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 9
 
MPS - Penelitian Data Survei
MPS - Penelitian Data SurveiMPS - Penelitian Data Survei
MPS - Penelitian Data Survei
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 6
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 6ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 6
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 6
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 5
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 5ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 5
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 5
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 3
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 4
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 4ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 4
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 4
 
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2
ENERJİ İLETİM SİSTEMLERİ 2
 
Steel
SteelSteel
Steel
 
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
 
Non ferrous metals
Non ferrous metalsNon ferrous metals
Non ferrous metals
 

Similar to Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian

Ternyata korupsi berbudaya dikampus
Ternyata korupsi berbudaya dikampusTernyata korupsi berbudaya dikampus
Ternyata korupsi berbudaya dikampusRifal Fauzi
 
Materi Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdf
Materi Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdfMateri Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdf
Materi Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdfFerraEkaRamadhani1
 
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas DewantaraPendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas DewantaraMaz Vicarious
 
12 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 4112 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 41fahmialzie
 
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia windari27
 
Faktor-faktor lain yang menyebabkan korupsi
Faktor-faktor lain yang menyebabkan korupsiFaktor-faktor lain yang menyebabkan korupsi
Faktor-faktor lain yang menyebabkan korupsiSiti Sahati
 
sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agamabycycle
 
Anti korupsi kelas pekerja
Anti korupsi   kelas pekerjaAnti korupsi   kelas pekerja
Anti korupsi kelas pekerjaSiraarya Gana
 
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...basrizal82
 
Dampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di ibu kota
Dampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di  ibu kotaDampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di  ibu kota
Dampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di ibu kotaArifSetiawan78
 
Makalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraanMakalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraanjellysihite
 
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsikorelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsiImond Imondt
 

Similar to Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian (20)

Ternyata korupsi berbudaya dikampus
Ternyata korupsi berbudaya dikampusTernyata korupsi berbudaya dikampus
Ternyata korupsi berbudaya dikampus
 
Makalah sosiologi korupsi
Makalah sosiologi korupsiMakalah sosiologi korupsi
Makalah sosiologi korupsi
 
Materi Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdf
Materi Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdfMateri Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdf
Materi Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdf
 
Bab i,234
Bab i,234Bab i,234
Bab i,234
 
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas DewantaraPendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
 
12 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 4112 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 41
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
 
Faktor-faktor lain yang menyebabkan korupsi
Faktor-faktor lain yang menyebabkan korupsiFaktor-faktor lain yang menyebabkan korupsi
Faktor-faktor lain yang menyebabkan korupsi
 
sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agama
 
Artikel korupsi
Artikel korupsiArtikel korupsi
Artikel korupsi
 
Anti korupsi kelas pekerja
Anti korupsi   kelas pekerjaAnti korupsi   kelas pekerja
Anti korupsi kelas pekerja
 
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
 
valen resum mas
valen resum masvalen resum mas
valen resum mas
 
Sosiologi Korupsi.ppt
Sosiologi Korupsi.pptSosiologi Korupsi.ppt
Sosiologi Korupsi.ppt
 
Lingkup korupsi
Lingkup korupsiLingkup korupsi
Lingkup korupsi
 
Dampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di ibu kota
Dampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di  ibu kotaDampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di  ibu kota
Dampak urbanisasi terhadap kejahatan atau kriminalitas di ibu kota
 
Makalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraanMakalah kewarga negaraan
Makalah kewarga negaraan
 
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsikorelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
korelasi antara kepemimpinan dengan korupsi
 
Sekilas tentang sun com
Sekilas tentang sun comSekilas tentang sun com
Sekilas tentang sun com
 

Recently uploaded

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 

Recently uploaded (20)

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 

Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian

  • 1. Pengantar Antropologi “Korupsi, Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa” Disusun oleh: Istiqomah Aisyiyah Program Studi Sosiologi 2 B Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
  • 2. Pendahuluan Korupsi seperti yang telah kita ketahui mempunyai arti yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Dengan demikian korupsi adalah suatu tindakan yang tidak terpuji dan sangat merugikan suatu bangsa. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang dilanda maraknya kasus korupsi di beberapa daerah yang terbilang cukup banyak dan sampai sekarang belum tuntas permasalahannya. Sangat disayangkan adapun pelaku korupsi ini kebanyakan adalah pegawai negeri yang seharusnya mengabdi untuk kemajuan bangsa ini. Sebagian orang berpendapat bahwa korupsi telah menjadi budaya bangsa namun benarkah demikian?. Melihat kondisi masyarakat saat ini, banyak yang memandang korupsi telah menjadi bagian dari kebudayaan di bangsa ini. Dalam konteks ini mereka memahami budaya sebagai suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, arti budaya sendiri berasal dari bahasa sanskerta yaitu buddhayah artinya hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia yang berarti bersifat positif sedangkan tidak dapat dikatakan apabila korupsi sebagai budaya tentu itu bersifat negatif. Bersamaan dengan kebudayaan, korupsi juga dianggap sebagai kepribadian bangsa. Sebab semua individu masyarakat mengalami perngaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama pertumbuhan mereka. Maka dari itu pembahasan di sini akan lebih spesifik mengenai korupsi kebudayaan dan kerpibadian bangsa melalui cara pandang dalam antropologi khususnya.
  • 3. Pembahasan Korupsi sepertinya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat. Korupsi telah mewabah dan ada di mana-mana. Sehingga kasus-kasus korupsi seperti ini terbiasa dikatakan dengan kata “budaya korupsi” , seolah-olah kata budaya di artikan sebagai suatu kebiasaan banyak orang yang kemudian tidak perlu lagi dipersoalkan atau di anggap sepele apalagi terdapat pula anggapan bahwa mustahil untuk dihentikan. Menurut Franz Magnis-Suseno, kebudayaan adalah seluruh hamparan alam semesta sejauh telah ditandai oleh eksistensi manusia (Budiman: 2002). Sehingga kebudayaan adalah sebuah konsep yang sangat abstrak tapi sekaligus juga sangat familiar. Sangat sering diucapkan tapi tidak terdapat bukti signifikan bahwa karena itu ia juga sangat dipahami oleh si pengucapnya sendiri. Sedangkan dalam ilmu antropologi kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah “kebudayaan”. Kembali kepada topik korupsi yang dianggap sebagai bagian dari budaya, di sini terdapat salah satu kesimpulan yang diberikan untuk menjawab pandangan yang mengatakan korupsi adalah bagian dari kebudayaan adalah sebagai berikut: “Para pejabat publik yang menjadi kaya raya dengan mendadak bukanlah ahli waris dari tradisi menyimpan uang di bank dan tanggung jawab sosial; mereka adalah orang kaya baru dalam administrasi pemerintahan... Orang-orang yang kebetulan berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat.” (Jeremy Pope: 2003). Dalam diskusi JKAI (Jaringan Kekeluargaan Indonesia) yang di laksanakan di Bale Sawala Gedung Rektorat Universitas Padjajaran Jatinangor, Sumedang (10/10) Wakil Ketua KPK, Bambang Widjayanto mengungkapakan bahwa kondisi rakyat dan bangsa sangat memprihatinkan, korupsi menjadi salah satu penyebab utama. Keluarga dan lingkungan menjadi kontributor utama atas pembentukan sikap, perilaku dan karakter koruptif yang akhirnya menjadi budaya yang koruptif. Bambang menjelaskan ada tiga jenis korupsi yang biasa dilakukan oleh koruptor (1) Korupsi Terpaksa, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yang tidak tercukupi oleh gajinya yang rendah. (2) Korupsi Memaksa, dilakukan karena adanya sifat keserakahan untuk bisa hidup secara berlebihan. (3) Korupsi Dipaksa, dilakukan karena adanya pertemuan antara niat dan kesempatan dan tercipta karena kelemahan sistem dan peraturan. Kebanyakan korupsi menjadi topik yang menarik diulas tetapi dalam korupsi skala besar, seolah-olah korupsi dengan keuntungan yang kecil menjadi suatu yang lumrah, bahkan bebas dari konsekuensi hukum dan moral yang signifikan. Sebabnya yaitu peran aparat penegak hukum masih lemah dalam peraturan, lemahnya manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), terdapat kelemahan Kepemimpinan serta lemahnya sistem penangan perkara.
  • 4. Jika perilaku korupsi ini dikaitkan dengan konteks kebudayaan, maka sangat jelas bahwa kegiatan korupsi tersebut nyaris menjadi kesepakatan tidak tertulis yang kemudian diikuti oleh perilaku masyarakat luas. Hal ini berdasarkan dari kebiasaan maupun orientasi gaya hidup masyarakat yang telah terbentuk sejak dini. Pertumbuhan gaya pemikiran manusia senantiasa di pengaruhi oleh konsepsi interaksi yang berkembang, baik secara fungsional maupun secara struktural. Perkembangan interaksi tersebut melebur menjadi kebiasaan menampilkan kemilau materi adalah salah satu stimulus seseorang untuk memperoleh pencitraan diri, walau dalam batas kemampuannya sekalipun. Analoginya bisa kita lihat dari contoh kasus sehari-hari di kehidupan masyarakat yaitu pelanggaran lalu lintas yang dilakukan berkali-kali sama halnya dengan korupsi yang apabila di lakukan berkali-kali oleh seseorang atau suatu kelompok untuk memperkaya diri dan memperkuat posisi berhadapan dengan orang-orang atau kelompok-kelompok lain tanpa dihukum, maka laku korupsi itu akan segera ditiru beramai-ramai tanpa harus berarti bahwa korupsi sudah menjadi laku budaya, apalagi dari kebudayaan bangsa. (Saldi: 2009) Seperti analog di atas, maka laku korupsi tidak bisa disebut sebagai “laku budaya”. Untuk itu diperlukan keseriusan dalam menyikapi “pembudayaan korupsi”. Mengapa demikian? Karena pernyataan bahwa korupsi sebagai bagian dari kebudayaan bisa membawakan tiga resiko politik besar yang akan terjadi. Pertama, menempatkan laku korupsi sebagai laku budaya mengimplikasikan bahwa laku korupsi sudah terjadi di mana- mana dan karena itu dengan sendirinya membuat kita tidak bisa lagi menentukan dari mana atau pada titik-titik strategis apa saja yang harus dimulai untuk memberantasnya. Kedua, jika hal itu masih dipandang demikian maka sikap yang cenderung memberinya pengertian atau pemaafan gampang meluas. Bertambah menggilanya laku korupsi sepanjang sepuluh tahun terakhir sehingga bisa dimaklumi karena ia memang dipandang sebagai bagain ari kebudayaan kita. Ketiga, bukan hanya dampak hiperbolik yang tercapai melainkan juga dampak desperasi, pegakuan keputusasaan secara tak langsung. Korupsi serta merta dibuat tampil dalam skala yang terlalu besar dan terlalu luas untuk bisa di atasi. Oleh sebab itu penjelasan disini sengaja mengangkat korupsi di Tanah Air tidak dalam konteks budaya, melainkan dalam konteks perkembangan dan laku politik konkret. (Saldi: 2009) Korupsi bukan saja menjadi masalah politik, tetapi juga permasalahan sosial. Antropologi memandang masalah korupsi melalui tiga prespektif , yaitu pertama prespektif negara patrimonial, dalam situasi suatu negara korupsi muncul karen para pemimpin dan elit penguasa mengendalikan sumber daya ekonomi-politik. Dalam perspektif ini terdapat hubungan patron-klien yang tidak setara antara birokrat, lembaga legislatif, dan pengusaha. Relasi kuasa patron-klien inilah yang terjadi di Indonesia. DPR berperan sebagai patron bagi pengusaha dan birokrat yang menjadi klien mereka. Relasi yang terbangun di antara mereka adalah relasi kepentingan masing-masing yang saling menguntungkan. Kedua, perspektif teori Gift Exchange, pandangan ini merujuka pada masyarakat primitif di mana relasi sosial antar individu sangat dekat. Interaksi dalam masyarakat terjadi secar alangsung (face to face) yang tercermin melalui kebiasaan bertukar hadiah. Teori ini dikemukakan oleh ahli antropologi Prancis Marces Mauss dalam The Gift (1954). Sebenarnya kebiasaan bertukar hadiah merupakan bentuk relasi sosial yang harmonis di masyarakat. Pemberian hadiah merupakan bentuk penghormatan antara warga satu dengan yang lain.
  • 5. Namun, pada praktik korupsi di Indonesia, praktik saling bertukar hadiah menjadi alat untuk memperlancar kepentingan, misalnya untuk memperlancar proyek tertentu. Sehingga dalam kaitan dengan yang telah disebutkan diatas, jelas masyarakat modern telah menyelewengkan makna sosial bertukar hadiah yang merupakan kearifan masyarakat primitif. Ketiga, persepktif relativisme kultural. Teori ini yang menyebutkan bahwa praktik korupsi kembali pada nilai-nilai budaya yang berlaku di masyarakat. Mengacu pada perspektif ini, korupsi ini merupakan konsep modern dan muncul dalam wacana modernitas. Sehingga, pengertian korupsi akan berbeda menurut konteks budaya setiap masyarakat. Wacana modernitas memberikan pengertian pada korupsi sebagai penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk kepentingan pribadi atau keuntungan ekonomis. Mengenai kebudayaan tidak akan lepas dengan yang namanya kerpibadian, sebab budaya mempunyai peran penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan setiap individu di dalam lingkungan masyarakat. Seperti mencakup segala perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukannya akan membentuk kepribadian. Tetapi tentu saja antar kebudayaan mereka pastilah terdapat perbedaannya. Kalau dalam bahasa sehari-hari kita mengatakan kepribadian adalah ciri watak yang diperlihatkan secara konsisten dan konsekuen, yang menyebabkan bahwa ia memiliki identitas yang berbeda dari individu- individu lainnya. Kepribadian seorang individu terbentuk oleh pengetahuan yang dimilikinya yaitu khususnya persepsi, penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, serta fantasi mengenai berbagai macam hal yang ada dalam lingkungannya, maupun berbagai perasaan emosi, kehendak, dan keinginan yang ditujukan kepada berbagai macam hal dalam lingkungannya tersebut. (Koentjaraningrat: Cet.4 2011) Dalam antropologi ketika membahas kepribadian lebih cenderung mempelajari kepribadian yang dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat yaitu “kepribadian umum”. Dari kebudayaan umum ini akan dipertajam sehingga terjadi konsep “kepribadian dasar”, yaitu semua unsur yang dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat. Sebab semua individu masyarakat mengalami perngaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama pertumbuhan mereka. (Koentjaraningrat: Cet.4 2011) Dari kepribadian individual ataupun kepribadian umum maka dapat dibentuk yang disebut dengan kerpibadian nasional atau juga berarti kepribadian bangsa. Dimanakah letak keperibadian bangsa? Dengan kata lain, bangsa sebagai kepribadian apakah itu? Bangsa sebagai kepribadian adalah bangsa dipandang menurut caranya yang khusus dalam kehidupan dan pembangunan dirinya, suatu cara berdasarkan pandangan tentang dan pendirian terhadap alam semesta. Dari lukisan ini tampak bahwa apa yang disebut kepribadian Bangsa itu tidak sama dengan jumlah tokoh-tokoh didalamnya yang berupa kepribadian sebab jumlah itu hanya merupakan sebagian saja dari seluruh bangsa. (Sudiarja: 2006) Manusia dengan perbuatannya membangun kebangsaan (termasuk kebudayaan). Sebaliknya, bentuk-bentuk yang objektif itu juga mendeterminasikan manusia. Yang dideterminasikan itu bukan saja generasi yang menerima, melainkan juga yang menciptakan. Dengan kata lain, tentang bangsa dan kebudayaanya dapat dikatakan bahwa bangsa menentukan kebudayaan, tetapi juga bahwa kebudayaan menentukan bangsa yang membudaya. (Sudiarja: 2006)
  • 6. Kepribadian bangsa sebagai keseluruhan ditentukan oleh kepribadian nasional dari warga juga ditentukan oleh kepribadian bangsa. Jadi ketika suatu kasus korupsi dikaitkan dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa haruslah dilihat terlebih dahulu dalam konteks apa. Mungkin arti korupsi menjadi suatu kepribadian bangsa ketika dari individu suatu masyarakat tersebut yang telah mendapat dorongan naluri, yatitu dalam ilmu psikologi artinya kesadaran manusia yang tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuannya, tetapi karena memang sudah terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Kemauan dari naluri tersebut disebutlah “dorongan”. Kesimpulan Korupsi memang telah menjadi persoalan yang rumit di Indonesia. Dilihat dari masa ke masa korupsi bukan malah menghilang tetapi semakin merajalela yaitu dengan adanya berbagai berita-berita tentang korupsi. Sehingga tidak heran ketika masyarakat mempunyai anggapan bahwa korupsi itu sebagai bagian dari kebudayaan yang dilakukan oleh si pelaku korupsi secara terus-menerus dan maka dari itu bersamaan pula anggapan tersebut adalah kepribadian bangsa. Padahal seperti yang telah dijelaskan di pembahasan, korupsi memiliki tiga hal resiko kalau ia dikatakan sebagai bagian dari kebudayaan. Pribadi-pribadi yang tindak korupsinya membawa dampak paling negatif pada suatu negara tidak besar jumlahnya dan perilaku mereka mungkin nampak, atau mungkin juga tidak, tampak oleh warga biasa. Namun, korupsi kecil-kecilan yang ditemukan orang setiap hari dalam kehidupan masing- masing sering disebabkan oleh kemiskinan dalam berbagai bentuknya. Salah satu upaya pemberantasan korupsi sendiri yaitu dengan membuang jauh-jauh pemikiran mengenai anggapan bahwa korupsi adalah kebudayaan. Namun, meberantas korupsi bukanlah tujuan akhir. Memberantas korupsi adalah perjuangan melawan perilaku culas dalam pemerintahan, dan merupakan bagian dari tujuan yang lebih luas, yakni menciptakan pemerintahan yang lebih efektif, adil dan efisien. Oleh karena itu tujuan gerakan anti-korupsi bukanlah mewujudkan pemerintah yang jujur tanpa cacat melainkan mengusahakan agar pemerintah lebih jujur dan dengan demikian lebih efisien dan lebih adil.
  • 7. Daftar Pustaka Budiman, Hikmat. 2002. Lubang Hitam Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit KANISIUS. Faisal, Muh. Ical. “Pemberantasan Korupsi Dalam Kajian Antropologi”. Artikel diakses pada Isra, Salid. 2009. Kekuasaan dan Perilaku Korupsi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Keatt, Joan. “Korupsi, Prespektif Antropologi”. Artikel diakses pada 5 Mei 2014 dari http://id.shvoong.com/society-and-news/politic/2225103-korupsi-perspektif- antropologi/#ixzz30pAPxe8i Koentjaraningrat. Cetakan ke-4. 2011. Pengantar Antropologi 1. Jakarta: Rineka Cipta. Novie. “Antropologi Bicara Budaya dan Korupsi”. Artikel ini diakses pada 3 Mei 2014 dari www.maklumat-independen.com/nasional/hukum/781-antropologi-bicara-budaya-dan- korupsi.html Pope, Jeremy. 2003. Strategi Memberantas Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 3 Mei 2014 dari m.kompasiana.com/post/read/487093/1/pemberantasan-korupsi-dalam- kajian-antropologi.htm Sudiarja, dkk. 2006. KARYA LENGKAP DRIYAKRYA: Esai-Esai Filsafat Pemikir yang Terlibat Penuh dalam Perjuangan Bangsanya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.