Laporan ini membahas hasil praktikum korosi dan perlindungan logam. Praktikum ini bertujuan untuk memahami mekanisme korosi dan cara pencegahannya pada logam besi. Berbagai percobaan dilakukan seperti menguji pengaruh berbagai larutan terhadap korosi besi, stress corrosion cracking, korosi galvanik, dan pengendalian korosi dengan metode anoda korban dan penambahan inhibitor. Dari hasil percobaan, diketahui larutan yang bers
2. KELOMPOK 4
ANGGOTA :
• IKSAN ABDILLAH
• YOGI LUTFI WIGUNA
• REZKA SETYO NUGROHO
• DINDIN EKA ROHDYANA
• TRIE JOKO SATRIO W.
(2613101031)
(2613111047)
(2613111053)
(2613111055)
(2613113001)
3. LATAR BELAKANG
• Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat
reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa
yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari,
korosi disebut perkaratan.
4. LATAR BELAKANG
Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang
penggunaannya sangat luas dalam kehidupan sehari-hari.
Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat
mudah mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami
korosi akan kehilangan nilai jual dan fungsi komersialnya. Ini
tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan.
Berdasarkan dari asumsi tersebut, percobaan ini difokuskan
dalam memahami mekanisme terjadinya korosi serta upaya
pencegahan terjadinya peristiwa korosi pada logam industri
khususnya pada besi
5. TUJUAN
• Mengetahui Sifat korosi logam dalam berbagai larutan
• Mengetahui cara pengujian korosi retak tegang (SCC).
• Mengetahui cara simulasi proteksi katodik terutama penggunaan
Anoda korban
• Mengetahui cara mekanisme terjadinya korosi galvanic.
• Mengetahui cara pengendalian korosi dengan penambahan
inhibitor ekstrak bahan alami
6. Jenis-Jenis Percobaan yang dilakukan
1.
2.
3.
4.
5.
Pengaruh berbagai larutan terhadap Korosi
Stress Corrosion Cracking (Korosi Retak Tegang)
Galvanik Corrosion (Korosi Galvanik)
Pengendalian Korosi dengan metode Anoda Korban
Pengendalian Korosi dengan penambahan inhibitor ekstrak
bahan alami
8. Tujuan Percobaan
• Mengetahui cara pengukuran potensial korosi
dalam berbagai larutan (lingkungan)
• Mengetahui dan memahami penggunaan
diagram pourbaix (diagram potensial-pH)
dalam proses korosi
9. Alat dan Bahan
Alat :
• Neraca Digital
• pH meter
• Potensio Meter
• Gelas Kimia
Bahan :
• Spesimen Logam
• Amplas
• Aseton / Alkohol
• Aqua dm
• HCl 0,1 M
• NaCl 0,1M
• NaOH 0,1M
• K2CrO4 0,1M
10. Skema Proses
Persiapkan Spesimen
Proses Perlakuan Permukaan
Penimbangan
Pengukuran Dimensi
Pengamatan pH, Potensial 1 x 24 jam selama 5 hari
Analisa & Pengolahan data
11. Data Pengamatan
• Pengukuran Dimensi
No
Panjang (mm)
Lebar (mm)
Tebal
(mm)
A (mm2)
A
(Inch2)
Wo (gr) Wi (gr)
W
(gr)
Po
Pi
lo
li
to
ti
1
52,5
51,2
30,2
30,6
0,5
0,1
3149,8
4,8822
10,53
10,5
0,03
2
56,5
50,4
30
30,8
0,6
1,1
3283,28
5,089094
10,48
10,42
0,06
3
53,3
51,9
29,75
30,8
0,7
0,1
3213,58
4,981059
10,52
10,5
0,02
4
55,5
52,5
31,7
32,8
0,7
0,1
3461,06
5,364654
11,1
11,1
0
5
49,7
50,4
29,8
30,4
0,7
0,9
3209,76
4,975138
10,22
10,22
0
Ket : Spesimen pada :
1. Aqua dm
2. HCl
3. NaCl
4. NaOH
5. K2rO4
19. Perhitungan
Perhitungan Luas Penampang A (Inch2)
Aqua dm
Luas Permukaan (A)
• A = 2(51,2 x 30,6) + 2(51,2 x 0,1) + 2(30,6 x 0,1)
= 3149,8 mm2
= 4,8822 inch2
• Berat terkorosi (W) = 10,53 - 10,5 = 0,03 gr
20. Perhitungan
HCl 0,1M
• A = 2(50,4x 30,8) + 2(50,4x 1,1) + 2(30,8 x 1,1)
= 3283,28 mm2
= 5,089094 inch2
• Berat terkorosi (W) = 10,48 - 10,42 = 0,06 gr
NaCl 0,1M
• A = 2(51,9 x 30,8) + 2(51,9 x 0,1) + 2(30,8 x 0,1)
= 3213,58 mm2
= 4,981059 inch2
• Berat terkorosi (W) = 10,52 - 10,5 = 0,02 gr
21. Perhitungan
NaOH 0,1M
• A = 2(52,5 x 32,8) + 2(52,5 x 0,1) + 2(32,8 x 0,1)
= 3461,06 mm2
= 5,364654 inch2
• Berat terkorosi (W) = 11,1 - 11,1 = 0 gr
K2CrO4 0,1M
• A = 2(50,4 x 30,4) + 2(50,4 x 0,9) + 2(30,4 x 0,9)
= 3209,76mm2
= 4,975138 inch2
• Berat terkorosi (W) = 10,22 - 10,22 = 0 gr
22. Laju Korosi
Aqua dm
• Laju Korosi
= 2,386 x 10-3 mpy
HCl 0,1M
• Laju Korosi = 4,756 x 10-3 mpy
NaCl 0,1M
• Laju Korosi = 1,624 x 10-3 mpy
NaOH 0,1M
• Laju Korosi = 0 mpy
K2CrO4
• Laju Korosi
= 0 mpy
23. Analisa dan Pembahasan
Dari hasil data dan pengolahannya didapat bahwa
spesimen mengalami korosi pada larutan Aqua dm, HCl, dan
NaCl. Pada larutan NaOH dan K2CrO4 spesimen tidak
mengalami korosi atau laju korosinya hampir mendekati nol.
Dari hasil plot pengukuran pH-Potensial masingmasing larutan kedalam diagram pourbaix menunjukkan
bahwa hanya plot larutan HCl yang berada dalam daerah
korosi. 4 larutan lainnya masuk dalam daerah passif
korosi.
24. Analisa dan Pembahasan
Untuk spesimen dalam larutan aqua dm
walaupun hasil plot berada dalam wilayah passif
namun korosi tetap terjadi, hal ini dapat terjadi
karena hasil plot tidak terlalu jauh dari wilayah
korosi, sehingga fasa Fe2O3 masih belum terlalu
stabil dan kemungkinan akan membentuk
Fe2+, perlu dilakukan pengamatan yang lebih rinci
dari hasil pH dan potensial yang kemungkinan
belum 100% akurat diakibatkan kesalahan proses
pengukuran dan pemakaian alat pengukuran.
25. Analisa dan Pembahasan
Untuk spesimen dalam larutan HCl hasil
plot menunjukan bahwa daerah HCl berada
dalam daerah korosi atau kestabilan Fe2+, hal
ini sesuai dengan hasil percobaan yang
menunjukkan bahwa spesimen mengalami
korosi/ karat dan pengurangan berat.
26. Analisa dan Pembahasan
Untuk spesimen dalam larutan NaCl
walaupun hasil plot berada dalam wilayah passif
namun korosi tetap terjadi, hal ini dapat terjadi
karena hasil plot tidak terlalu jauh dari wilayah
korosi, sehingga fasa Fe2O3 masih belum terlalu
stabil dan kemungkinan akan membentuk
Fe2+, perlu dilakukan pengamatan yang lebih rinci
dari hasil pH dan potensial yang kemungkinan
belum 100% akurat diakibatkan kesalahan proses
pengukuran dan pemakaian alat pengukuran.
27. Analisa dan Pembahasan
Untuk spesimen didalam larutan NaOH
dan K2CrO4 hasil plot berada dalam wilayah
passif korosi, hal ini sesuai dengan hasil
percobaan, karena dipermukaan spesimen 2
larutan tersebut tidak muncul karat ataupn
pengurangan berat, sehingga dapat diketahui
bahwa 2 larutan tersebut tidak bersifat korosif
untuk baja.
28. Kesimpulan
• Dari kelima larutan percobaan didapat 3
larutan yang bersifat korosif yaitu Aqua
dm, HCl dan NaCl dan 2 larutan yang bersifat
tidak korosif yaitu NaOH dan K2CrO4
• Dari diagram pourbaix Fe dalam H2O pada
298K kita dapat mengetahui wilayah
korosif, passsif dan imun suatu baja dari nilai
Ph dan potensial elektrolitnya.
30. Tujuan Percobaan
• Mengetahui dan memahami terjadinya
mekanisme stress corrosion cracking
• Mengetahui dan memahami cara menghitung
laju korosi
31. Alat dan Bahan
Alat :
• Jangka Sorong
• Neraca Digital
• Alat Retak Tegang
• Dial Gauge
• Selang Udara
Bahan :
• NaCl 3%
• Aqua dm
• Spesimen uji tarik ST37
32. Skema Proses
Persiapkan Spesimen
Pembuatan Larutan NaCl 3%
Pengukuran Dimensi
Perhitungan beban tarik
Pemasangan Spesimen pada alat uji
pH, Potensial larutan
Pengamatan pertambahan panjang spesimen 1 x 2jam hingga patah
Analisa & Pengolahan data
33. Data Pengamatan
• Pengukuran Dimensi
Data Awal
Spesimen
Plat baja ST37
Berat Spesimen
1,419 gr
σST37
37 kg/ cm2
Larutan
NaCl 3%
Waktu Pembuatan
29 Jan 2014
Waktu Pengamatan
1 x 2jam hingga patah
Panjang
1,75 cm
Lebar
0,53 cm
tebal
0,09 cm
A(Luas Penampang Uji)
0,0477 cm2
pH
8,27
E (Potensial)
0,106 V
36. Perhitungan
Perhitungan beban uji tarik
• F = σ x A = 37 kg/ cm2 x 0,0477cm2 = 1,7649 kg
• Sf = 0,75 x 1,7649 kg = 1,32 kg ≈ 1,4 kg
• Beban yang dipakai adalah 1,4 kg
37. Perhitungan
NaOH 0,1M
• A = 2(52,5 x 32,8) + 2(52,5 x 0,1) + 2(32,8 x 0,1)
= 3461,06 mm2
= 5,364654 inch2
• Berat terkorosi (W) = 11,1 - 11,1 = 0 gr
K2CrO4 0,1M
• A = 2(50,4 x 30,4) + 2(50,4 x 0,9) + 2(30,4 x 0,9)
= 3209,76mm2
= 4,975138 inch2
• Berat terkorosi (W) = 10,22 - 10,22 = 0 gr
38. Analisa dan Pembahasan
• Dari hasil pengamatan, spesimen mengalami
patah setelah 104 jam atau ± 4-5 hari
pengamatan, hal ini terjadi karena adanya Stress
corrosion cracking yang terjadi pada bidang
patahan, walaupun gaya yang diberikan kurang
dari beban luluhnya tetapi pada bagian yang
mengalami beban atau tegangan tarik tersebut
mengalami korosi sehingga beban yang diterima
spesimen telah melampaui batas luluh spesimen
tersebut sehingga patah terjadi. Udara yang
ditiupkan kedalam larutan, mempercepat laju
korosi pada baja ST37
39. Analisa dan Pembahasan
• Analisa lain yaitu spesimen baja ST37 yang
digunakan tidak dilakukan proses surface
preparation terlebih dahulu sehingga
permukaan baja tersebut sudah mengalami
karat/korosi sebelum percobaan, hal inilah
yang menyebabkan proses patah terjadi lebih
cepat dibandingkan jika dilakukan surface
preparation terlebih dahulu.
40. Kesimpulan
• Spesimen uji trik baja ST37 mengalami patah
setelah 104 jam atau ± 4-5 hari pengamatan
dengan beban tarik sebesar 1,4 kg.
• Selain dipengaruhi oleh sifat lingkungan, laju
korosi juga dipengaruhi oleh beban yang
diterima logam secara terus menerus
42. Tujuan Percobaan
• Mengetahui dan memahami proses terjadinya
korosi galvanik
• Mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada
korosi galvanik
43. Alat dan Bahan
Alat :
• Neraca Digital
• pH meter
• Potensio Meter
• Gelas Kimia
• Batang pengaduk
Bahan :
• Spesimen Logam (Al)
• Amplas
• Aqua dm
• Kawat tembaga
• Larutan NaCl 3%
44. Skema Proses
Persiapkan Spesimen (Al)
Proses Perlakuan Permukaan
Penimbangan
Pengukuran Dimensi
Lilitkan Kawat tembaga pada spesimen Al
Celupkan Spesimen yang telah dililit kawat dengan larutan NaCl 3%
Pengamatan pH, Potensial 1 x 48 jam selama 8 hari
Analisa & Pengolahan data
45. Data Pengamatan
• Pengukuran Dimensi
Data dimensi awal
No
1
2
3
4
5
6
7
Pengukuran
pH
Potensial
Berat (Al)
Berat (Cu)
Panjang Al
Lebar Al
Tebal Al
Hasil
7,13
0,305V
3,96gr
1,82gr
51,1mm
33,6mm
1mm
46. Data Pengamatan
Data dimensi akhir
No
1
2
3
4
5
6
7
Pengukuran
Hasil
7,98
0,034V
3,94gr
1,82gr
50,8mm
32,4mm
1mm
pH
Potensial
Berat (Al)
Berat (Cu)
Panjang Al
Lebar Al
Tebal Al
Data Potensial - pH
pH
Potensial
7,13
305mV
7,4
260mV
7,79
194mV
7,86
45mV
7,98
34mV
48. Perhitungan
Perhitungan Luas Permukaan A (Inch2)
• A = 2(pxl) + 2(pxt) + 2(lxt)
= 2(50,8 x 32,4) + 2(50,8 x 1) + 2(32,4 x 1)
= 4088,24 mm2 = 6,336 inch2
• Berat terkorosi (W) = 3,96 – 3,94 = 0,02 gr = 20 mg
Perhitungan Laju Korosi
• Laju Korosi = = 4,035 x 10-3 mpy
49. Analisa dan Pembahasan
• Setelah dilakukan pengamatan selama 1 x 48 jam
selama 8hari didapat bahwa pada permukaan plat Al
yang menempel pada kawat tembaga menunjukkan
tanda-tanda korosi yaitu muncul warna gelap pada
plat Al tersebut, hal ini karena Al memiliki resistansi
korosi lebih rendah dibanding Cu, sehingga Al akan
lebih dulu mengalami korosi dibanding Cu, karena Al
disini akan menjadi anodik dan Cu akan bertindak
sebagai Katodiknya
50. Kesimpulan
• Korosi Galvanik terjadi akibat adanya pertemuan atau
kontak antara dua logam yang berbeda di dalam
medium elektrolit, dalam percobaan ini Al mengalami
Korosi galvanik karena mengalami kontak dengan Cu
• Laju korosi Galvanik Al dalam percobaan ini adalah
4,035 x 10-3 mpy
• Deret volta menunjukkan resistansi logam terhadap
korosi dari yang tertinggi hingga yang
terendah, semakin rendah deret volta suatu logam
maka resistansi korosi logam tersebut semakin kecil
52. Tujuan Percobaan
• Mengetahui dan memahami mekanisme
pengendalian korosi dengan metode anoda korban
(sacrificial anode
• mengetahui dan memahami rancangan proteksi
katodik dengan metode anoda korban (sacrificial
anode)
• mengetahui dan memahami cara menghitung laju
korosi
53. Alat dan Bahan
Alat :
• Neraca Digital
• pH meter
• Potensio Meter
• Gelas Kimia
Bahan :
• Spesimen Logam (plat
baja)
• Amplas
• Aqua dm
• NaCl
• Anoda Korban (Zn)
• Kawat Tembaga
54. Skema Proses
Persiapkan alat dan bahan
Plat baja digerinda untuk menghilangkan karat
Proses persiapan pemukaan
Pengukuran dimensi
Hubungkan plat baja dengan anode korban(Zn)
menggunakan kawat tembaga
Masukkan plat baja kedalam larutan NaCl
Ukur pH, potensial
Amati 1 x 48 jam
Analisa dan pengolahan data
55. Data Pengamatan
• Pengukuran Dimensi
Tanggal
238
-
-
238
491,6
-
-
491,6
Tercelup
32,8
-
-
32,8
32,8
-
-
32,8
Tercelup
0,35
-
-
0,35
0,35
-
-
0,35
Tercelup
15802,36
-
-
-
Tidak Tercelup
Luas (A) (mm2)
6-2-2014
Tidak Tercelup
Tebal (mm)
4-2-2014
Tidak Tercelup
Lebar (mm)
2-2-2014
Tidak Tercelup
Panjang (mm)
31-1-2014
32616,04
-
-
-
Tercelup
Wplat
Awal
345
-
-
-
(gr)
Akhir
337,34
-
-
-
Wanoda (gr)
Awal
0,04
-
-
-
Akhir
-
-
-
-
pH
8,29
8,22
7,62
7,02
Potensial (Volt)
0,067
-0,018
-0.015
-0,010
58. Perhitungan
Perhitungan Luas Permukaan A (mm2)
• Atidak tercelup
• A tercelup
= 2(pxl) + 2(pxt) + 2(lxt)
= 2(491,6 x 32,8) + 2(491,6 x 0,35) + 2(32,8 x 0,35)
= 32616,04 mm2
= 2(pxl) + 2(pxt) + 2(lxt)
= 2(238 x 32,8) + 2(238 x 0,35) + 2(32,8 x 0,35)
= 15802,36 mm2
59. Perhitungan
Perhitungan Laju Korosi
• Kebutuhan Arus Proteksi (I) = A x 24 mA/m2
I = 0,01582 x 24 = 3,95 x 10-4 A
• Kebutuhan arus proteksi pada hari ke-30 (i)
i = (30/365) x 4,5 x 10-4 = 0,37 x 10-4 A
i = (3,95 x 10-4 A + 0,37 x 10-4 A) /2 = 2,16 x 10-4 A
• Berat anoda yang dibutuhkan:
• M = 3,89 x 10-5 kg = 0,038 gr ≈ 0,04 gr
60. Analisa dan Pembahasan
• Zn yang dihubungkan dengan plat baja
berfungsi sebagai anoda dalam elektrolit yang
berfungsi melindungi plat baja untuk tidak
terkorosi, Zn yang dihubungkan lama
kelamaan akan habis karena terkorosi terlebih
dahulu,
61. Analisa dan Pembahasan
• Setelah dilakukan pengamatan ternyata plat baja
mengalami korosi dan logam Zn masih tersisa, hal ini
terjadi karena arus yang tidak mengalir dari Zn ke plat
baja akibat kesalahan praktikan dalam merakit atau
menjalankan prosedur yang seharusnya
dilakukan, pemberian cat kuku pada sambungan kawat
antara Zn dan plat Baja yang seharusnya tidak
dilakukan praktikan menyebabkan terhambatnya atau
tidak mengalirnya arus dari Zn kepada plat baja.
• Dari hasil perhitungan berat Zn yang dibutuhkan untuk
proteksi adalah sebesar 0,04 gram, jika proses
perakitan sesuai maka Zn dengan jumlah tersebut akan
habis dan tidak ada karat pada plat baja.
62. Kesimpulan
• Sacrificial anode merupakan salah satu proses
perlindungan korosi pada logam dengan cara
menggunakan logam dengan resistansi korosi
lebih rendah dibandingan dengan logam yang
akan diproteksi dalam percobaan ini Zn yang
berfungsi sebagai anoda korban, dan baja sebagai
logam yang diproteksi
• Dari deret volta dapat diketahui selain Zn, logam
Al dan Mg dapat digunakan sebagai anode korban
64. Tujuan Percobaan
• Mengetahui dan memahami pengaruh
penambahan ekstrak bahan alam terhadap
proses korosi
• Mengetahui dan memahami mekanisme
pengendalian korosi dengan penambahan
inhibitor ekstrak bahan alami
65. Alat dan Bahan
Alat :
• Neraca Digital
• Gelas Kimia
• Potensio Meter
• Gelas Kimia
Bahan :
• Spesimen Logam
• Amplas
• Aseton / Alkohol
• Aqua dm
• NaCl
• Tembakau
• Kopi
• Teh
66. Skema Proses
Persiapkan alat dan bahan
Ekstrak Tembakau, Kopi dan teh
Proses permukaan spesimen
Timbang spesimen
Masukkan spesimen kedalam larutan NaCl
Masukkan spesimen ke dalam gelas reaksi yang berisi
masing-masing ekstrak tembakau, kopi, dan teh
Amati spesimen selama 5 hari
Analisa dan pengolahan data
67. Data Pengamatan
• Pengukuran Dimensi
Data Dimensi Awal
Jenis Inhibitor
Panjang (mm)
Lebar (mm)
Tebal (mm)
Berat (gr)
Tembakau
51,08
30,7
0,94
10,45
Kopi
50,84
31,26
0,98
10,75
Teh
50,92
30,04
0,9
10,24
Panjang (mm)
Lebar (mm)
Tebal (mm)
Berat (gr)
51
31,82
0,96
10,51
Kopi
50,88
30,18
0,8
10,73
Teh
50,9
30,1
1
10,25
Data Dimensi Akhir
Jenis Inhibitor
Tembakau
69. Perhitungan
Perhitungan Luas Permukaan A (Inch2)
•
Tembakau
•
Berat terkorosi (W) = 0 gr
•
Kopi
A
•
= 2(pxl) + 2(pxt) + 2(lxt)
= 2(50,88x 30,18) + 2(50,88x 0,8) + 2(30,18x 0,8)
= 3200,81 mm2 = 4,961inch2
Berat terkorosi (W) = 0,02 gr
•
Teh
A
•
Berat terkorosi (W) = 0 gr
A
= 2(pxl) + 2(pxt) + 2(lxt)
= 2(51x 31,82) + 2(51x 0,96) + 2(32,4 x 0,96)
= 3405,768 mm2 = 5,279 inch2
= 2(pxl) + 2(pxt) + 2(lxt)
= 2(50,9x 30,1) + 2(50,9x 1) + 2(30,1x 1)
= 3226,18 mm2 = 5inch2
70. Perhitungan
Perhitungan Laju Korosi
Tembakau
•
Laju Korosi = = 0 mpy
Kopi
•
Laju Korosi = = 1,63 x 10-3 mpy
Teh
•
Laju Korosi = = 0 mpy
Perhitungan Efisiensi Inhibitor
Tembakau
Eff = ≈100 %
Kopi
Eff = ≈ 0 %
Teh
Eff = ≈100 %
71. Analisa dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan pengolahan data
didapat bahwa ekstrak tembakau
dan teh
menunjukkan tidak terjadi korosi pada spesimen, hal
ini disimpulkan dari tidak adanya pengurangan berat
spesimen pada media kedua ekstrak tersebut.
Sedangkan dari hasil pengolahan data ekstrak kopi
mengalami korosi karena adanya pengurangan berat
sebesar 0,02gr dengan laju korosi = 1,63 x 10-3 mpy, hal
ini bertentangan dengan hasil pengamatan secara
visual, dari pengamatan secara visual tidak terlihat
adanya tanda-tanda spesimen pada ekstrak mengalami
korosi.
72. Analisa dan Pembahasan
Dari analisis tersebut dapat disimpulkan
bahwa adanya kesalahan dalam pengukuran
dimensi atau pengamatan selama 5 hari
pengamatan, untuk itu perlu dilakukan
pengamatan yang lebih baik agar hasil
perhitungan dan pengamatan terbukti
kecocokannya.
73. Kesimpulan
• Inhibitor memiliki peranan penting dalam
proteksi logam terhadap korosi karena bisa
menurunkan laju korosinya
• Efisiensi tiap jenis inhibitor berbeda
• Inhibitor tidak berfungsi menghentikan korosi
melainkan hanya menurunkan laju korosinya
• Penggunaan inhibitor pada media yang korosif
dapat memperpanjang usia penggunaan benda
kerja(logam) dibandingkan tanpa penggunaan
inhibitor