[Ringkasan]
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pengujian fisika dan kimia yang dilakukan terhadap medium density fibreboards (MDF). Pengujian fisika meliputi ukuran kepadatan, kadar air, kekuatan lentur, kekuatan lentur dalam kondisi basah, pembengkakan ketebalan setelah direndam air, ikatan internal, daya tahan paku kayu, dan modulus Young. Sedangkan pengujian kimia meliputi pengukuran emisi formaldehida menggunakan standar JIS
3. RUANG LINGKUP PENGUJIAN
1. Density
2. Moisture Content
3. Bending Strength
4. Bending Strength
under Wet Condition
5. Swelling in thickness
after immersion in water
6. Internal Bonding
7. Wood screw holding power
8. Bending Young’s
modulus (informative)
9. Formaldehyde Emission
A. PENGUJIAN FISIKA
4. 20°C±2°C
65 % ± 5 %
Hingga mencapai berat konstan (Berat dari specimen uji tidak boleh Lebih besar dari 0.1 % pada
interval Waktu 24 jam atau disimpan didalam Ruangan yang berventilasi baik Minimal (atleast) =
7hari. Untuk Emisi formaldehida sesuai Dengan JISA 1460 : 2015
PENGKONDISIAN SAMPEL
Temperatur :
Humadity ( RH ) :
Waktu :
1. Density
Ukuran : 100 x 100 mm
Jumlah : 1 spesimen uji
METODE PENGUJIAN
Pengukuran :
Meliputi pengukuran Panjang (0.1 mm), Lebar (0.05 mm), Ketebalan (0.1 mm) sehingga didapatkan nilai
volume (v) dan berat (0.1 gram).
Cara Pengukuran :
a. Ukur panjang dan lebar sesuai aktual dengan sigma
b. Ambil jarak 2,5 cm dari sampel, tandai 4 titik
c. Uji dg micrometer untuk thickness
d. Gunakan timbangan utk berat sampel
D = massa / V (g/cm2)
5. RUANG LINGKUP PENGUJIAN
METODE PENGUJIAN
2. Moisture Content (MC)
Ukuran
Jumlah
: 100 x 100 mm
: 1 spesimen uji
Pengukuran :
Timbang sampel (m1) kemudian dikeringkan
dalam oven pada temperatur 103 0C± 2 0C sampai
dengan berat konstan (m0)
Perhitungan :
Moisture Content (%) = (m1 – m0) / m0 x 100
Dimana :
m0
m1
: Berat Setelah dikeringkan (g)
: Berat sebelum dikeringkan (g)
6. METODE PENGUJIAN
3. Bending Strength
Ukuran :
Lebar (50 mm) x Panjang span + 50), span harus
5 x ketebalan dan minimal 150 mm atau lebih
Jumlah :
2 spesimen uji (Longitudinal dan Transverse)
Load :
10 mm/menit
21/07/2014
Pengukuran :
Ukur nilai load maksimum (P) kemudian
hitung nilai bending strength
Bending strength(N /mm ) =
2 3PL
2bt2
Perhitungan :
Dimana : P
L
b
t
: Load Maksimum (N)
: Span (mm)
: Lebar Spesimen uji (mm)
: Tebal Spesimen uji (mm)
7. 4. Bending Strength Under Wet Conditions
Ukuran :
Lebar (50 mm) x Panjang [span + 50), span harus
15 x ketebalan dan minimal 150 mm atau lebih
Jumlah :
2 spesimen uji (Longitudinal dan Transverse)
Load :
10 mm/menit
21/07/2014
METODE PENGUJIAN
a. Bending strength test A
Sebelum dilakukan pengujian sampel di rendam dalam air panas dengan temperatur 70 ±
3oC selama 2 jam kemudian rendam dalam air pada temparatur normal selama 1 jam.
b. Bending strength test B
Sebelum dilakukan pengujian sampel di rendam dalam air mendidih selama 2 jam
kemudian rendam dalam air pada temparatur normal selama 1 jam.
Lakukan pengujian dengan metode yang sama seperti Bending Strength
8. 5. Swelling in thickness after immersion in water
: 50 mm x 50 mm
: 1 spesimen uji
Ukuran
Jumlah
Pengukuran :
•
•
Ukur ketebalan sampel (t1) diposisi tengah menggunakan mikrometer dengan ketelitian
0.05 mm
Kemudian sampel dimasukan ke dalam wadah yang berisi air dengan posisi horizontal
Dan kedalaman 3 cm di bawah permukaan air pada temperatur 20 ± 1 oC selama 24 jam.21/07/2014
METODE PENGUJIAN
• Setelah 24 jam angkat sampel dan ukur kembali
ketebalan dari sampel (t2).
Perhitungan :
t1 : Ketebalan sampel sebelum perendaman (mm)
t2 : Ketebalan sampel sesudah perendaman (mm)
x100
t2 t1
t1
Swelling (%) =
Dimana :
9. Internal bond (N /mm ) =
6. Internal Bonding
: 50 mm x 50 mm
: 1 spesimen uji
Ukuran
Jumlah
Perhitungan :
Dimana:
P’ : Load maksimum (N)
b : Lebar sampel (mm)
L : Panjang sampel (mm)
P'
b x L
2
METODE PENGUJIAN
10. 7. Screw Holding Power
Ukuran
Jumlah
: 50 mm x 100 mm
: 1 spesimen uji
Kedalaman Lubang : 3 mm (mata bor / drill 2 mm)
: 2 mm/menit
Kecepatan Load
Aksesoris Screw
Panjang
Diameter
: 16 mm
: 2.7 mm
Pengukuran dilakukan pada 2 posisis seperti
terlihat pada gambar disebelah :
21/07/2014
8. Emisi Formaldehida
dilakukan dengan menggunakan standar JIS A
1460 tahun 2001
9. Modulus young’s Informative
13. 3
Efek dari Formaldehyde
1. Bersifat toksik (beracun sedang)
2. Iritan
3. Korosif
4. Mudah terbakar bila terkena panas atau nyala api. Flash point 50 °C. Mudah terbakar pada
konsentrasi 7 – 73 %
5. Bersifat eksplosif bila dipanaskan 180 °C, bereaksi hebat dengan asam, senyawa logam
dan NO2
PRINSIP PENGUJIAN
formaldehida yang teremisi ditangkap oleh air suling
Formaldehida yang ditangkap oleh air suling apabila ditambahkan larutan Acetyl Acetone
Ammonium Acetate membentuk senyawa kompleks berwarna kuning
Intensitas warna kuning diukur dengan spektrofotometer sehingga menghasilkan
absorbansi dengan nilaitertentu
Besarnya nilai absorbansi sebanding dengan konsentrasi formaldehida pada larutan
uji
C
3
HC
3
HC
OH
C
CH3
N CH 3
14. PROSES PENGUJIAN
•Na2S2O3solution
•Formaldehyde Standard
A
•Larutan Standar
Formaldehida B (3 mg/l)
•Deret Standar
• REPORT
•Larutan KIO3
•Larutan Na2S2O3
•Larutan standar
Formaldehyde
•Larutan Acetyl Acetone
Ammonium Acetate
• Pemotongan
Sampel
• Pre-Conditoning
• Conditioning
PERSIAPAN
LARUTAN
PEREAKSI
STANDARDISASI
LARUTAN DAN
PEMBUATAN
STANDAR UNTUK
KURVA KALIBRASI
PERSIAPAN
SAMPEL
PENETAPAN EMISI
FORMALDEHIDA
DENGAN ALAT
SPEKTROFOTOM
ETER
15. Panjang : 150 mm
Lebar : 50 mm
Jumlah Specimen :
Jumlah total area permukaan
sampel 1800 cm2.
2 (dua) set.
PERSIAPAN SAMPEL
16. Temperatur 20°C±2°C
Humidity(RH) 65%±5%
Waktu Hingga mencapai berat konstan (berat dari
specimen uji tidak boleh lebih besar Dari
0.1% pada interval waktu 24jam. (dianggap
berat konstan setelah satu minggu)
Methode Masing-masing specimen dipisahkan berjarak
min.25 mm
PRE-CONDITIONING
20. -Thermohygrograph &Thermohygrometer (precision 0.1 °C & 5%)
- Spectrophotometer UV-Vis range panjang gelombang 410nm – 415nm
-Water bath (65 °C ± 2 °C )
-Balance / timbangan (0.1 mg)
-Glass Desicator (diameter: 240 mm)
-Crystallizing dish (diameter luar:120 mm, diameter dalam :115 +
1 mm
dan kedalaman 60 mm + 2 mm.
-Volumetric flask 100 ml & 1000 ml
-Volumetric Pipette 5,10,20,25,50,100 mL
- Burette
- Erlenmeyer with ground stopper100 mL
- Specimen supporting Metal
PERALATAN
- Stainless steel wire net dia. 240mm dan jarak antar jaring 15mm
23. PEMBUATAN LARUTAN
1. Iodine 0.05 mol/l
40 g KI + 25 ml air suling + 13 g I2 + 3 tetes HCl
→ 1000 ml (Botol berwarna)
2. Sodium thiosulphate 0.1 mol/l
26 g Na2S2O4 + 0.2 gr Na2CO3 1000 ml
(biarkan selama 2 hari)
3. NaOH 1 mol/l
40 g NaOH larutkan dengan 1000 ml air suling
4. Sulfuric Acid 1 mol/l
56 ml Sulfuric Acid → 1000 ml dengan air suling
5. Starch Solution
1 gr starch + sedikit air suling + 200 ml air suling
panas and didihkan.
6. Formaldehyde Standard Stock Solution
1 ml Formaldehyde → 1000 ml dengan air suling
24. 7. Potassium Iodate 0.1 mol/l
0.9 – 1.1 g Potassium Iodate (keringkan 130 oC selama 2 jam dan dinginkan) →
250 ml dengan air sulilng
8. Acetylacetone-Ammonium Acetate Solution
150 g Ammonium Acetate + 800 ml of air suling + 3 ml glacial acetic acid + 2 ml
acetyl acetone → 1000 ml air suling.
(Simpan dalam tempat yang gelap & dingin 0 – 10 oC, tidak lebih dari 3 days)
PEMBUATAN LARUTAN
Note :
Standard Absorbansi Larutan A4 < 0.007 maks 0.010
25. STANDARDISASI LARUTAN
1. Standardisasi Na2S2O3dengan Potassium Iodate
(KIO3) 0.1 mol/l
• 25 ml KIO3 0,1 mol/l + 2 g KI + 2 ml Sulfuric Acid
(1+1) biarkan selama 5 menit dalam ruang gelap
• Titrasi KIO3 dengan Sodium thiosulfat 0,1 mol/l
(dari warna coklat kuning muda)
• + 0.5 ml Starch Indicator lanjutkan titrasi
hingga warna biru hilang.
26. Potassium Iodate dikeringkan
dalan oven pada suhu 130 0C
selama 2 jam.
Dinginkan KIO3 dalam desikator
Timbang 0.9-1.1 g
potassium iodate
dengan ketelitian to
0.1 mg → 250 ml
Pipet 25
ml
potassium
iodate
STANDARISASI LARUTAN
27. Timbang 2 g
KI
Tambahkan KI kedalam erlenmeyer
Tambahkan 2 ml
sulphuric acid
21/07/2014
Biarkan 5 menit
dlm ruang
gelap
STANDARISASI LARUTAN
28. Isi buret dengan Sodium
Thiosulphate
Titrasi dengan Na-Tiosulphate hingga kuning muda
dan tambahkan starch indicator
End Point
Sebelum
Titrasi
Mendekati titik
akhir titrasi
Tambahkan
Starch
Titik Akhir
STANDARISASI LARUTAN
29. W x 25/250
0.0035667 x V
P
100
f KIO3
W
= faktor larutan 0.1 mol/l sodium tiosulfate
= berat KIO3 (g)
0.0035667 = berat KIO3 equivalen dengan 1 ml
0.1 mol/l Na2S2O3(g)
V
P
= Volume titrasi tio untuk KIO3(ml)
= Kemurnian KIO3(%)
f KIO3 =
STANDARDISASI LARUTAN
x
30. STANDARDISASI LARUTAN
Berat Molekul KIO3: K = 39.0983 x 1 = 39.0983
I = 126.905 x 1 = 126.905
O = 15.9994 x 3 = 47.9982 +
214.0015
Reaksi Kimia :
KIO3 + 5 KI + 3 H2SO4 3 I2 + 3 K2SO4+ 3H2O
I2 + 2 Na2S2O3 + H2SO4 2 NaI + Na2S4O6 + SO3 + H2O
KIO3 + + 3 I2
EW KIO3 = MW KIO3 = 214.0015 = 35.667 g/eq
6 6
31. 2. PENETAPAN LARUTAN STANDAR
FORMALDEHIDA (STANDARD A)
20 ml Standard A + 25 ml Iodine 0.05 mol/l + 10
ml NaOH 1 mol/l (biarkan selama 15 menit)
Tambahkan 15 ml Sulfuric Acid 1 mol/l
Titrasi dengan Na-Thiosulphate 0.1 N. (coklat
kuning muda)
Tambahkan 1 ml starch indicator biru tua,
lanjutkan titrasi warna hilang (jernih).
Buat blanko dengan menggunakan 20 ml of
aquades
STANDARIDSASI LARUTAN
32. 21/07/2014 24
Biarkan 15
menit dlm
ruang gelap
15 ml Sulfuric Acid 1
mol/l
PT Mutuagung Lestari
20 ml Standard A
10 ml NaOH 1 mol/L
25 ml Iodine 0.05 mol/l
33. Titrasi Starch
akhir titrasi
Isi buret dengan Sodium
Thiosulphate
Titrasi dengan Na-Tiosulphate hingga kuning muda
dan tambahkan starch indicator
End Point
Titik Akhir
34. C
V
V0
=
=
=
f KIO3 = Faktor 0.1 mol/l Na-Thiosulfate
1.5 = Jumlah corresponding 1 ml formaldehyde dengan
larutan 0.1 mol/l Na-Thiosulfate (mg)
STANDARDISASI LARUTAN
C = 1.5 x ( V0 – V ) x f KIO3 x 1000/20
Konsentrasi larutan Standar Formaldehyde (mg/l)
Volume Na-Thiosulfate 0.1mol/l untuk Standard A
Volume Na-Thiosulfate 0.1mol/l untuk blanko
36. Jumlah larutan standard A yang dipipet adalah :
Vol A = 3 x 1000
Conc. Std. A
PEMBUATAN LARUTAN
KURVA KALIBRASI
LARUTAN STANDARD B
Pipet sejumlah larutan standard A kedalam labu ukur
1000 ml, sehingga konsentrasi larutan Standard B =
3 mg/L.
38. PENGUKURAN EMISI FORMALDEHIDA
DENGAN SPEKTROFOTOMETER
Pipet masing masing standar dan larutan sampel
sebanyak 25 ml dan masukkan dalam erlenmeyer 100
ml.
Tambahkan 25 ml larutan asetil aseton amonium asetat.
Panaskan dengan waterbath pada suhu 65 ± 2 °C
selama 10 menit. Dinginkan hingga suhu kamar pada
ruang gelap.
Ukur absorbansi masing-masing standar secara
berurutan pada panjang gelombang 412 nm, kemudian
ukur absorbansi sampel. Hitung konsentrasinya
berdasarkan kurva.
39. Aduk sampel & pipet 25 ml
25 ml acetyl acetone
masukkan dalam
erlenmeyer
Panaskan dalam waterbath pada suhu
65 ± 2 oC for 10 min.
Dinginkan hingga mencapai suhu ruang
40. REAKSI KIMIA
FORMALDEHYDE
- H+
2 CH3COCH2COCH3 + HCHO + NH4+
ammonium ion - 3 H2O
Diacetyldihydrolutidine (yellow)
H3C
H3C
acetyl acetone
O
C
formaldehyde
OH
C
CH3
N CH 3
43. 36
KURVAKALIBRASI
Note : JIS A1460 : 2001 slope target 0,1200 – 0,1400 (kuvet 10 x 10mm)
JIS A1460 : 2015 slope target 0,6000 – 0,7000 (kuvet 50 x 10mm)
44. CALCULATION
G
Ad
Ab
F
S
G = F x ( Ad – Ab ) 1800 / S
= Emisi formaldehida sampel (mg/l)
= Absorbance sampel
= Absorbance back ground (blanko)
= Slope of calibration curve (mg/l)
= Jumlah luas area sampel (cm2)