SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
ASPEK HUKUM KEBIJAKAN PERIZINAN PERTANAHAN

A. Perizinan Bangunan Gedung dan Pembangunan Manusia
Pembangunan manusia seutuhnya yang termuat dalam UUD 1945 menekankan
pembangunan     aspek     lahiriah   maupun   batiniah.   Selaras   dengan   ini,
pembangunan di Indonesia juga diarahkan pada tercapainya target Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) atau yang dalam standar internasional disebut
dengan Human Development Index yang distandardisasi ukurannya oleh UNDP.
Indeks Pembangunan Manusia berorientasi pada terpenuhinya Kebutuhan dasar
manusia untuk memperpanjang Angka Harapan Hidup, makin terdidik dan
meningkat daya belinya.


Demi meningkatkan produktivitas manusia       maka bangunan gedung sebagai
tempat manusia beraktualisasi, membangun kharakter dan jati dirinya memegang
peranan strategis. Untuk itu penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan
dibina demi kelangsungan peningkatan kapasitas manusia agar selaras dengan
lingkungannya. UU no 28 Tahun 2002 mengatur tentang fungsi, persyaratan,
serta hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung.


A.1. Persyaratan Teknis
Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrative dan teknis
sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan tersebut meliputi status
hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung dan izin mendirikan
bangunan. Persyaratan teknis meliputi :
   1. persyaratan tata bangunan
   2. persyaratan keandalan bangunan


A.2. Persyaratan Administratif
Sedangkan persyaratan administrative bangunan gedung antara lain :
   1. status hak atas tanah dan atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas
       tanah
   2. status kepemilikan bangunan gedung
   3. izin mendirikan bangunan gedung
   4. kepemilikan dan pendataan bangunan gedung




                                                                               1
2
Penggunaan ruang di atas dan atau di bawah tanah dan atau air di bawah
bangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.Dalam penyelenggaraan bangunan Gedung diperlukan IMB dan
IPB. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) harus diikuti dengan Izin Penggunaan
Bangunan (IPB) agar :
   1. memberikan kepastian hukum dan tidak menimbulkan gugatan dari pihak
       lain.
   2. tercipta kenyamanan dan ketertiban serta keteraturan
   3. dapat dicegah bahaya yang mungkin ditimbulkan dari bangunan yang
       akan dibangun
Seluruh proses perizinan tersebut dipegang oleh Pemda namun masih
menyisakan sejumlah permasalahan karena terdapat penguasaan berlebihan
kalau tidak disebut dengan monopoli jika izin telah dipegang untuk kegiatan
usaha/investasi. Fakta tersebut terlihat mulai izin prinsip hingga izin lokasi.


Dalam perizinan tidak selalu izin Prinsip maupun izin lokasi dibutuhkan sebab
terdapat beberapa izin yang dapat diterbitkan tanpa harus melalui kedua izin
tersebut. Selama ini Perizinan dalam Penataan Ruang masih belum terukur
karena masih terdapat disparitas baik dalam proses dan prosedur penerbitannya
maupun ketentuan yang menjadi dasar berlakunya perizinan. Selanjutnya pada
bagian tersendiri akan dibahas lebih lanjut mengenai hal ini.


Sejalan dengan fungsinya, penataan ruang tidak dapat dilepaskan dari
penatagunaan tanah sebagai aspek dominan yang diatur dalam ketentuan
yuridis dalam UU no 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Untuk itu ruang
tidak hanya ditata berdasarkan system dan fungsinya, melainkan juga
berdasarkan nilai strategis kawasannya (Pasal 4 UU no 26 tahun 2007). Tanah
sebagai bagian dari ruang harus dijaga agar memiliki fungsi melindungi, baik di
kawasan lindung maupun budidaya (Pasal 5 ayat (2)) agar senantiasa terjaga
keseimbangan ekosistem.




                                                                                  3
Di tengah era globalisasi investasi yang lintas batas wilayah, kesenjangan
pembangunan juga sejauh mungkin dicegah antara wilayah urban dan rural
sebagai konsekuensi tujuan pemerataan kue pembangunan.                Sehingga
keseimbangan pembangunan di kawasan perkotaan dan pedesan harus dijaga
melalui penataan ruang (Pasal 5 ayat (4)), baik yang diatur berdasarkan system,
secara kewilayahan maupun internal perkotaan (Pasal 5 ayat (2)).

Agar pemanfaatan fungsi-fungsi tersebut berjalan optimal maka harus dilakukan
pengendalian sebagai bagian dari penegakan hukum penataan ruang, meski
dalam implementasinya tidak mudah untuk direalisasikan. Pengendalian
pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur dan pola ruang
yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya (Pasal 1 angka 15). Salah satu dari upaya
pengendalian pemanfaatan tanah dan ruang adalah perizinan (Pasal 37 ayat 1).
Perizinan pemanfaatan ruang terkait langsung dengan perizinan pemanfaatan
tanah untuk kepentingan investasi dan pembangunan oleh Pemerintah/Pemda
yang diatur lebih lanjut dalam :

     1. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN no 2 Tahun 1999entang Izin
        Lokasi
     2. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 tahun 1999 tentang Tata
        cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak
        Pengelolaan dan
     3. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 2 Tahun 2011 tentang
        Pedoman Pertimbangan Teknis dalam Penerbitan izin Lokasi, Penetapan
        Izin Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah.


B. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN no 2 Tahun 1999 tentang Izin
     Lokasi

1.   Izin Lokasi

     Menurut Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN no 2 tentang Izin Lokasi, Izin
     Lokasi diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang
     diperlukan untuk penanaman modal yang berlaku sebagai izin pemindahan
     hak, dan agar pengusaha dapat menggunakan tanah tersebut untuk
     keperluan penanaman modalnya (Pasal 1 angka 1).        Setiap Perusahaan




                                                                              4
yang telah mendapatkan persetujuan Penanaman modal wajib memiliki Izin
     Lokasi (Pasal 2 ayat (1) dan (2)),




2.   Perkecualian Izin Lokasi

     Namun demikian Pengusaha dapat menjalankan kegiatan usahanya tanpa
     mengantongi izin lokasi. Sebab Izin Lokasi tidak diperlukan apabila :

      1)   Tanah yang akan diperoleh merupakan pemasukan (inbreng) dari para
           pemegang saham,

      2)   Tanah yang akan diperoleh merupakan tanah yang sudah dikuasai
           oleh perusahaan lain dalam rangka melanjutkan pelaksanaan
           sebagian atau seluruh rencana penanaman modal perusahaan lain
           tersebut, dan untuk itu telah diperoleh persetujuan dari instansi yang
           berwenang,

      3)   Tanah yang akan diperoleh diperlukan dalam rangka melaksanakan
           usaha industri dalam suatu Kawasan Industri,

      4)   Tanah yang akan diperoleh berasal dari otorita atau badan rencana
           pengembangan suatu kawasan sesuai dengan rencana tata ruang
           kawasan pengembangan tersebut,

      5)   Tanah yang akan diperoleh diperlukan untuk perluasan usaha yang
           sudah berjalan dan untuk perluasan itu telah diperoleh izin tanah
           tersebut berbatasan dengan lokasi usaha yang bersangkutan,

      6)   Tanah yang diuperlukan untuk melaksanakan trencana penanaman
           modal tidak lebih dari 25 Ha (dua puluh lima hektar) untuk usaha
           pertanian atau tudak lebih datri 10.000 m2 untuk usaha bukan
           pertanian, atau

      7)   Tanah yang akan dipergunakan untuk melaksanakan rencana
           penanaman modal adalah tanah yang sudah dipunyai oleh perusahaan
           yang bersangkutan, dengan kertentuan bahwa tanah-tanah tersebut
           terletak di lokasi uang menurut Rencana Tata Ruang Wilayah yang
           berlaku diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana
           penanaman modal yang bersangkutan.


                                                                               5
Ketentuan ini berbeda dengan Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN
      terdahulu, no 2 tahun 1993 tentang izin lokasi yang mensyaratkan semua
      bentuk perolehan tanah untuk usaha diharuskan memperoleh izin lokasi,
      tanpa kecuali.



3.   Prosedur Pemberian Izin Lokasi

     Pasal 6 menentukan bahwa Izin lokasi diberikan berdasarkan pertimbangan
     mengenai aspek penguasaan tanah dan teknis tata guna tanah yang
     meliputi:

     a. keadaan hak serta penguasaan tanah yang bersangkutan,

     b. penilaian fisik wilayah,

     c. penggunaan tanah,

     d. serta kemampuan tanah.



4.   Penerbitan Izin Lokasi

     Di Pasal yang sama, Surat Keputusan pemberian lokasi disyaratkan wajib
     diterbitkan oleh Kepala Daerah. Surat keputusan pemberian Izin Lokasi
     ditandatangani oleh Bupati/Walikotamadya dan hanya untuk DKI Jakarta
     ditanda tangani oleh Gubernur setelah diadakan rapat koordinasi antar
     instansi terkait, yang dipimpin langsung oleh Gubernur, atau oleh pejabat
     yang ditunjuk secara tetap olehnya. Bahan-bahan untuk keperluan
     pertimbangan dalam rapat koordinasi dipersiapkan oleh Kepala Kantor
     Pertanahan dan dalam rapat wajib disertai konsultasi dengan masyarakat
     pemegang hak atas tanah dalam lokasi yang dimohon.



5.   Pelibatan Masyarakat dalam Izin Lokasi

     Dalam prosedur perolehan izin lokasi, pemegang izin lokasi wajib
     mengkomunikasikan rencana penanaman modalnya dan besaran ganti rugi
     yang diperoleh bagi pemegang hak atas tanah-tanah yang akan dibebaskan
     agar terjadi transparansi. Konsultasi kepada masyarakat pemegang hak atas
     tanah meliputi empat aspek sebagai berikut :



                                                                            6
i.    Penyebarluasan informasi mengenai rencana penanaman modal yang
            akan dilaksanakan, ruang lingkup dampaknya dan rencana perolehan
            tanah serta penyelesaian masalah yang berkenaan dengan perolehan
            tanah tersebut.

      ii.   Pemberian kesempatan kepada pemegang hak atas tanah untuk
            memperoleh penjelasan tentang rencana penanaman modal dan
            mencari alternatif pemecahan masalah yang ditemui;

     iii.   Pengumpulan informasi langsung dari masyarakat untuk memperoleh
            data sosial dan lingkungan yang diperlukan.

     iv.    Peran serta masyarakat berupa usulan tentang alternatif bentuk dan
            besarnya ganti kerugian dalam perolehan tanah dalam pelaksanaan
            Izin Lokasi.



6.   Persyaratan Tanah

     Tanah sebagai obyek hukum yang dapat ditunjuk dalam Izin Lokasi adalah
     tanah yang menurut Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku
     diperuntukan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana penanaman
     modal yang akan dilaksanakan oleh perusahaan menurut persetujuan
     penanaman modal yang dipunyainya (Pasal 3). Sehingga jelas bahwa
     penanaman modal yang dilakukan diluar rencana penataan yang khusus
     untuk itu tidak akan mendapatkan izin.



7.   Batas Maksimal Tanah Yang dapat dikuasai

     Pasal 4 ayat (1) menyebutkan ketentuan maksimal tanah yang dapat
     dikuasai agar tidak terjadi monopoli penguasaan dan atau eksploitasi lahan.
     Izin Lokasi dapat diberikan dipada perusahaan yang sudah mendapat
     persetujuan penanaman modal sesuai ketentuan yang berlaku untuk
     memperoleh tanah dengan luas tertentu sehingga apabila perusahaan
     tersebut berhasil membebaskan seluruh areal yang ditunjuk, maka luas
     penguasaan tanah oleh perusahaan tersebut dan perusahaan-perusahaan
     lain yang merupakan saru group perusahaan dengannya tidak lebih dari
     luasan sebagai berikut:



                                                                              7
Tabel Error! No text of specified style in document..1 Jenis Usaha dan Luas Maksimal
                          Penguasaan Tanah dalam Izin Lokasi

 No      Jenis Usaha Penanaman Modal                                Skala (ha)
 1. Usaha Pengembangan Perumahan dan Permukiman:               Propinsi   Indonesia
   A     Kawasan perumahan permukiman                              400           4.000
   B     Kawasan resort perhotelan                                 200           4.000
 2. Usaha Kawasan Industri                                         400           4.000
 3. Perkebunan yang diusahakan dalam bentuk perkebunan besar dengan HGU :
   A     Komoditas Tebu                                         60.000      15.0000
   B     Komoditas lainya                                       20.000      10.0000
 4. Tambak
   A     Untuk usaha Tambak di Jawa                                100           1.000
   B     Usaha Tambak di Luar Jawa                                 200           2.000


      Terlihat bahwa Perkebunan besar dapat menguasai lahan paling luas, yaitu
      untuk komoditas tebu dapat menguasai maksimal 60.000 ha untuk wilayah
      Propinsi dan 15.000 ha untuk skala nasional. Sedangkan usaha Tambak
      Ikan air tawar/payau hanya diperkenankan 100 ha untuk di Jawa dan seluas-
      luasnya 2.000 ha di luar Jawa. Saat Peraturan ini dibuat, Pembangunan
      masih bias Jawa sehingga diijinkan untuk mengusahakan tanah diluar Jawa
      dalam skala yang lebih luas, termasuk Papua dan Papua Barat yang paling
      tertinggal. Sehingga Papua (dan diasumsikan juga termasuk Papua Barat
      yang berhasil memekarkan diri pada tahun 1999 bersamaan dengan
      Peraturan ini dibuat).

      Dalam Pasal 4 ayat 2 disebutkan bahwa khusus untuk Propinsi Daerah
      Tingkat 1 Irian Jaya maksimum luas pemguasaan tanah adalah dua kali
      maksimum luas penguasaan tanah untuk satu Propinsi di luar jawa
      sebagaim,ana dimaksud pada ayat (1). Untuk selanjutnya Pasal ini mesti
      mendapatkan perhatian khusus jika keberlanjutan hutan dan lahan di Papua
      kelak telah mulai kritis.

      Demi keperluan menentukan luas areal yang ditunjuk dalam Izin Lokasi
      perusahaan, pemohon wajib menyampaikan pernyataan tertulis mengenai
      luas tanah yang sudah dikuasai olehnya dan perusahaan-perusahaan lain
      yang merupakan satu group dengannya. Namun ketentuan di penguasaan
      tanah dalam Pasal 4 tersebut tidak berlakunya untuk :




                                                                                         8
1)   Badan usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perusahaan
           Umum (PERUM) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);

      2)   Badan Usaha yang seluruh atau sebagaian besat sahamnya dimiliki
           oleh Negara,baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah;

      3)   Badan Usaha yang seluruhnya atau sebagian besar sahamnya dimiliki
           oleh masyarakat dalam rangka “go Public”.



8.   Jangka waktu izin lokasi

     Sebagai instrument pengendalian sustainability lingkungan hidup maka izin
     lokasi memiliki masa daluarsa (expired). Berdasarkan luas tanahnya, maka
     Izin Lokasi diberikan untuk jangka waktu sebagai berikut:

      a.   Izin Lokasi seluas sampai dengan 25 Ha selama 1 (satu) tahun;

      b.   Izin Lokasi seluas lebih dari 25 Ha s/d 50 Ha selama 2 (dua) tahun;

      c.   Izin Lokasi seluas lebih dari 50 Ha selama 3 (tiga) tahun.



9.   Hak dan kewajiban pemegang izin lokasi

     Penerbitan izin lokasi tentu saja tidak membebaskan hak pemanfaatannya,
     melainkan justru melahirkan kewajiban-kewajiban yang tidak bertentangan
     dengan kepentingan umum, ketertiban, ketentuan peraturan perundang-
     undangan, dan keadilan. Sejumlah hak diimbangi dengan kewajiban
     pemegang izin Lokasi diatur dalam Pasal 8 ayat 1 s/d 3 untuk memberikan
     garansi kepastian hukum dan melindungi pemegang hak sebelumnya dari
     kesewenang-wenangan investor (pemegang izin lokasi), yaitu :

      1)   Pemberian Ganti Kerugian. Pemegang Izin Lokasi diizinkan untuk
           membebaskan tanah dalam areal Izin Lokasi dari hak dan kepentingan
           pihak lain berdasarkan kesepakatan dengan pemegang hak atau pihak
           yang mempunyai kepentingan tersebut dengan cara jual beli,
           pemberian ganti kerugian, konsolidasi tanah atau cara lain sesuai
           ketentuan yang berlaku.

      2)   Menghormati hak pemegang tanah sebelumnya. Sebelum tanah yang
           bersangkutan dibebaskan oleh pemegang Izin Lokasi, maka semua



                                                                                 9
hak atau kepentingan pihak lain yang sudah ada atas tanah yang
           bersangkutan tidak berkurang dan tetap diakui, termasuk kewenangan
           yang menurut hukum dipunyai oleh pemegang hak atas tanah untuk
           memperoleh tanda bukti hak (sertifikat), dan kewenangan untuk
           menggunakan dan memanfaatkan tanahnya bagi keperluan pribadi
           atau usahanya sesuai rencana tata ruang yang berlaku, serta
           kewenangan untuk mengalihkannya kepada pihak lain.

     3)    Menghormati pemegang hak atas tanah yang belum dibebaskan.
           Pemegang Izin Lokasi wajib menghormati kepentingan pihak-pihak lain
           atas tanah yang belum dibebaskan, dan tidak menutup atau
           mengurangi aksesibilitas yang dimiliki masyarakat di sekitar lokasi,
           serta menjaga serta melindungi kepentingan umum.

   Jika ketiga ketentuan di atas telah ditempuh maka pemegang izin lokasi
   dapat mengusahakan tanah yang dikuaainya. Pasal 8 ayat (4) menyebutkan
   bahwa sesudah tanah yang bersangkutan dibebaskan dari hak dan
   kepentingan lain, maka kepada pemegang Izin Lokasi dapat diberikan hak
   atas tanah yang memberikan kewenangan kepadanya untuk menggunakan
   tanah tersebut sesuai dengan keperluan untuk melaksanakan rencana
   penanaman modalnya. Namun dalam perjalanan selanjutnya, sebagaimana
   diatur dalam pasal 9, pemegang Izin Lokasi berkewajiban untuk melaporkan
   secara berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada Kepala Kantor Pertanahan
   mengenai perolehan tanah yang sudah dilaksanakannya berdasarkan Izin
   Lokasi dan pelaksanaan penggunaan tanah tersebut.

10. Fungsi Izin Lokasi dan isu-isu strategis pemanfaatan ruang
   a.     Izin Lokasi untuk Mengarahkan Pemanfaatan Ruang
          Mencermati fungsinya yang demikian, Izin Lokasi harus secara detail
          mengatur persyaratan yang dibutuhkan dalam memberikan izin bagi
          penggunaan tanah, dalam hal ketelitian peta, identifikasi lapangan,
          kesesuaian dengan rencana tata ruang, kesesuaian dengan rencana
          pembangunan    lainnya.   Hasni   (2009)   merekomendasikan    untuk
          mempertahankan izin lokasi sebagai instrument untuk mengarahkan
          pemanfaatan ruang melalui pengatuan yang detail pada persyaratan
          penggunaan tanah




                                                                            10
b.   Izin Lokasi Bukan untuk Memonopoli Hak Pembebasan tanah

     Selama ini, realitas menunjukkan bahwa izin lokasi seolah memberikan
     keleluasaan kepada pemegangnya untuk memonopoli pembebasan
     tanah. Konsepsi ini bertentangan dengan logika pasar tanah (land
     market) dimana tidak ada ketentuan untuk menjual tanah pada saat
     tertentu dan pada saat kapanpun. Monopoli bertentangan dengan HAM
     termasuk hak atas tanah individu. Untuk itu direkomendasikan
     menghilangkan hak monopoli pembebasan tanah yang melekat pada
     izin lokasi

c.   Izin Lokasi Memberikan Kepastian hukum

     Selain memberikan kemudahan dan efisiensi untuk memperoleh hak
     atas tanah bagi kegiatan penanaman modal tanpa persaingan, izin
     lokasi juga memberikan kepastian hukum bagi investor. Kepastian
     hukum, kemudahan dan efisiensi adalah tiga hal yang harus
     dipertahankan dalam izin lokasi

d.   Izin Lokasi Harus melibatkan Masyarakat

     Ketentuan ini adalah prasyarat absolute, sehingga rencana penanaman
     modal dapat diketahui oleh masyarakat secara transparan. Masyarakat
     berhak mendapatkan informasi apa yang akan dilakukan terhadap tanah
     mereka. Transparansi bermaksud agar masyarakat dapat terlibat dalam
     perencanaan, pelaksanaan maupun pemantauan izin lokasi

e.   Penggunaan Tanah untuk Kegiatan Usaha harus melalui Izin Lokasi

     Seharusnya ketentuan tersebut dilaksanakan tanpa diskriminasi bagi
     seluruh jenis kegiatan usaha berapapun skala dan luasnya. Selama ini
     dikhawatirkan penggunaan tanah yang kurang dari 1 hektar tidak
     memerlukan izin lokasi akan mengakibatkan pemanfaatan ruang tidak
     terkendali. Kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tidak dapat
     ditinjau dari luasnya saja, namun juga mesti ditinjau dari intensitas
     penggunaannya apakah sesuai dengan RTRW atau tidak.

f.   Masa berlaku Izin Lokasi

     Jangka Waktu Izin Lokasi 1 tahun untuk lahan seluas 1 ha, 2 tahun
     untuk 25 ha-50 ha dan 3 tahun untuk lahan di atas 50 ha sudah saatnya



                                                                       11
mempertimbangkan hal-hal teknis yang menyulitkan investor seperti
     harus menjalani prosedur perizinan dengan birokrasi yang sama setiap
     1-3 tahun dengan beban biaya yang sama kontraproduktif dengan iklim
     investasi yang menghendaki efisiensi. Untuk itu jangka waktu izin lokasi
     mesti mempertimbangkan :

               investor   memerlukan   jangka   waktu    yang   cukup     untuk
               pembebasan lahan
               pembatasan waktu dapat mencegah spekulasi terhadap tanah
               waktu yang terlalu lama mengakibatkan tanah terlantar
g.   Hak atas tanah merupakan jaminan kepastian bagi penanaman
     modal

     Setelah diperolehnya izin lokasi dan memenuhi persyaratan yang
     ditetepkan izin lokasi, maka hak atas tanah dapat diberikan sebagai
     bentuk kepastian berusaha bagi investor, HGU untuk perkebunan dan
     pertanian,     HGB     untuk   perumahan     dan    industry.     Sehingga
     rekomendasinya adalah; Hak atas Tanah hanya dapat diberikan kepada
     pemegang izin lokasi yang telah membebaskan tanah dari pemilik
     aslinya

h.   Hak atas Tanah sebagai instrument penegakan hukum tata ruang

     agar penggunaan tanah sesuai tata ruang namun izin lokasi sudah tidak
     dapat menjangkaunya lagi manakala izin lokasi sudah terbit. Investor
     bisa mengubah penggunaan tanah tanpa mengindahkan tata ruang. Jika
     terjadi demikian maka hak atas tanah dapat dicabut dengan koordinasi
     antar instansi untuk mengontrolnya, terutama BPN. Fungsi control dan
     monitoring evaluasi akan tegas jika disertai dengan reward and
     punishment. Jika pemanfaatan hak atas tanah pemegang izin lokasi
     tidak sesuai dengan rencana tata ruang maka dapat dilakukan tindakan
     pencabutan hak atas tanah. Selain itu koordinasi antar instansi harus
     diperkuat dalam hal ini Pemda sebagai pemegang kewenangan atas
     RTRW dan BPN sebagai pemegang kewenangan Hak tas Tanah.




                                                                             12
C. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 tahun 1999 tentang Tata
   cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak
   Pengelolaan

1. Prosedur Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara

   Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 tahun 1999 mengatur
   tentang Tata cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan
   Hak Pengelolaan. Pasal 2 Permenag/BPN no 9 Tahun 1999 menyebutkan
   bahwa Pemberian hak meliputi Hak Milik, Hak Guna Usaha (HGU), Hak
   Guna Bangunan (HGB), Hak Pakai atas tanah Negara dan Hak Pengelolaan
   yang dapat dilaksanakan dengan keputusan pemberian hak secara
   individual, kolektif atau secara umum.

   Secara Umum, Permenag/BPN no 9 Tahun 1999 mengatur tentang
   persyaratan dan prosedur pemberian hak, sehingga 150 pasal yang termuat
   di   dalamnya    berisikan   mekanisme   penerbitan   Hak   dan   segala
   persyaratannya. Diantara keempat hak tersebut di atas, HGU dan HGB dan
   Hak Pakai-lah yang paling banyak berkaitan dengan penanaman modal
   meskipun dapat juga digunakan pada Hak Milik karena sifatnya yang terkuat
   dan terpenuh. Ini menunjukkan bahwa diantara hak-hak atas tanah lainnya,
   hak miliklah yang paling kuat dan penuh. Di sisi lain, Hak pakai dapat
   dimanfaatkan oleh pihak asing untuk mengusahakan tanah di Indonsia.

   Secara umum Peraturan menAgraria/kepala BPN no 9 Tahun 1999
   mengatur perbedaan hierarki kewenangan dalam pengaturan pemberian
   Hak Milik, HGU, HGB maupun Hak Pakai. Jika dalam Hak Milik, pengajuan
   permohonannya disampaikan langsung kepada Menteri melalui Kepala
   Kantor Pertanahan setempat, maka dalam HGU permohonan diajukan
   kepada Kepala Kanwil (tembusan kepada Kepala Kantor Pertanahan
   setempat). Sedangkan pengajuan HGB dan Hak pakai sama dengan
   pengajuan Hak Milik. Permohonan Hak oleh subyek Hukum perorangan
   maupun Badan Hukum dapat diajukan secara individual maupun kolektif
   (Pasal 6) dilengkapi dengan data Yuridis dan data fisik yang memperkuat
   status hak tersebut dalam proses permohonan. Dalam proses pemberian
   izin terdapat tahap verifikasi yuridis maupun teknis yang dilakukan oleh




                                                                         13
Panitia Pemeriksa Tanah dan atau petugas yang ditunjuk oleh Menteri,
Kepala Kantor Wilayah BPN maupun Kepala Pertanahan.




                                                                  14
Prosedur Izin Lokasi
Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN no 2 Tahun 2009




                                                       15
Sebelum lebih jauh membahas proses perizinan, ada baiknya ditelaah dulu perbedaan Hak milik, HGB, HGU dan Hak Pakai
sebagai Hak Primer yang notabene adalah Hak yang berasal dari hak menguasai Negara menurut UU no 5 tahun 1960 tentang
Peraturan dasar Pokok-Pokok Agraria (Tabel 1). Hak Milik diatur dalam Pasal 16 UUPA dan secara khusus diatur lebih detail
mulai Pasal 20 hingga Pasal 27. sedangkan HGU adalah Hak untuk mengusahakan tanah Negara diatur dalam Pasal 28 ayat
(1). Sedangkan HGB adalah Hak untuk memiliki bangunan atau mendirikan bangunan di atas tanah yang bukan miliknya untuk
jangka waktu 30 tahun (Pasal 35 UUPA ayat (1)). Sedangkan Hak Pakai adalah Hak untuk menggunakan dan atau memungut
hasil dari tanah yang dikuasai oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban dalam
keputusan yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang memberikannya atau dalam perjanjian dengan
pemilik tanahnya, yang bukan sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah asal tidak bertentangan dengan jiwa UUPA
(Pasal 41 UUPA) .

Menurut Pasal 3 Pemberian dan pembatalan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak
Pengelolaan dilakukan oleh Menteri. Pemberian dan pembatalan hak sebagaimana tersebut oleh Menteri dapat dilimpahkan
kepada Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Pertanahan dan Pejabat yang ditunjuk.Sehingga dengan demikian terdapat
hierarki kewenangan yang didesentralisasikan. Keputusan menerima atau menolak dituangkan dalam form khusus. Berkenaan
dengan Pengajuan Hak, Pasal 4 menentukan beberapa persyaratan, antara lain :

 1)   pemohon harus menguasai tanah yang dimohon dibuktikan dengan data yuridis dan data fisik sesuai dengan ketentuan
      peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 2)   Jika tanah yang dimohon merupakan tanah Hak Pengelolaan. Pemohon harus terlebih dahulu memperoleh penunjukan
      berupa perjanjian penggunaan tanah dari Pemegang Hak Pengelolaan.
 3)   Dalam hal tanah yang dimohon merupakan tanah kawasan hutan. Harus lebih dahulu dilepaskan dari statusnya sebagai
      kawasan hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 4)   Tanah- tanah tertentu yang diperlukan untuk konservasi yang ditetapkan oleh menteri tidak dapat dimohon dengan
      sesuatu hak atas tanah.



                                                                                                                      16
Tabel Perbedaan Hak Milik, HGU, HGB dan Hak Pakai
NO.     URAIAN               HAK MILIK                HAK GUNA USAHA              HAK GUNA BANGUNAN                     HAK PAKAI
 1.   Pengertian   Hak Milik adalah hak turun-    Hak Guna Usaha adalah         Hak Guna Bangunan adalah      Hak Pakai adalah hak untuk
                   temurun , terkuat dan          hak untuk mengusahakan        hak untuk mendirikan dan      menggunakan dan/atau
                   terpenuh yang dapat            tanah yang dikuasai           mempunyai bangunan-           memungut hasil dari tanah
                   dipunyai orang atas tanah,     langsung oleh negara dalam    bangunan atas tanah yang      yang dikuasai langsung oleh
                   dengan mengingat               jangka waktu paling lama 25   bukan miliknya sendiri,       Negara atau tanah milik orang
                   ketentuan dalam pasal 6        tahun.                        dengan jangka waktu paling    lain, yang memberi wewenang
                   Undang-Undang Nomor 5                                        lama 30 tahun.                dan kewajiban yang ditentukan
                   Tahun 1960 , bahwa              Hak Guna Usaha                                             dalam keputusan
                   “semua hak tanah               merupakan hak khusus           Tidak mengenai tanah         pemberiannya oleh pejabat
                   mempunyai fungsi sosial”.      untuk mengusahakan tanah      pertanian, oleh karena itu    yang berwenang
                    Sifat-sifat hak milik yang    yang bukan miliknya sendiri   dapat diberikan atas tanah    memberikannya atau dalam
                   membedakannya dengan           guna perusahaan,              yang dikuasai langsung oleh   perjanjian dengan pemilik
                   hak-hak lainnya adalah hak     pertanian, perikanan dan      negara maupun tanah milik     tanahnya, yang bukan
                   yang “terkuat dan terpenuh”,   peternakan.                   seseorang.                    perjanjian sewa-menyewa atau
                   maksudnya untuk                                                                            perjanjian pengolahan tanah,
                   menunjukkan bahwa                                                                          segala sesuatu asal tidak
                   diantara hak-hak atas tanah                                                                bertentangan dengan jiwa dan
                   yang dipunyai orang, hak                                                                   ketentuan-ketentuan No. 5
                   miliklah yang paling kuat                                                                  Tahun 1960.
                   dan penuh.
                                                                                                              Hak Pakai diberikan selama
                                                                                                              jangka waktu tertentu atau
                                                                                                              selama tanahnya
                                                                                                              dipergunakan untuk keperluan
                                                                                                              yang tertentu;
                                                                                                              Hak Pakai dapat diberikan
                                                                                                              dengan cuma-cuma, dengan
                                                                                                              pembayaran atau pemberian
                                                                                                              jasa berupa apapun.

                                                                                                              Pemberian hak pakai tidak
                                                                                                              boleh disertai syarat-syarat
                                                                                                              yang mengandung unsur-
                                                                                                              unsur pemerasan.
2.    Pengalihan   Hak milik dapat beralih dan    Hak guna usaha dapat          Hak guna bangunan dapat       1. Sepanjang mengenai tanah
                   dialihkan kepada pihak lain.   beralih dan dialihkan         beralih dan dialihkan           yang dikuasai langsung oleh
                                                  kepada pihak lain.            kepada pihak lain.              Negara maka hak pakai


                                                                                                                                      17
NO.     URAIAN               HAK MILIK                HAK GUNA USAHA              HAK GUNA BANGUNAN                       HAK PAKAI
                                                                                                                  hanya dapat dialihkan
                                                   Peralihan Hak Guna Usaha      Peralihan Hak Guna               kepada pihak lain dengan
                                                   terjadi karena:               Bangunan terjadi karena:         izin pejabat yang
                                                   a. jual beli;                 a. jual beli;                    berwenang;
                                                   b. tukar menukar;             b. tukar menukar;
                                                   c. penyertaan dalam modal;    c. penyertaan dalam modal;     2. Hak pakai atas tanah milik
                                                   d. hibah;                     d. hibah;                        hanya dapat dialihkan
                                                   e. pewarisan.                 e. pewarisan.                    kepada pihak lain, jika hal itu
                                                                                                                  dimungkinkan dalam
                                                                                                                  perjanjian yang
                                                                                                                  bersangkutan.
3.    Kepemilikan/   1. Hanya dapat dimiliki       1. Dapat dimiliki oleh WNI;   1. Dapat dimiliki oleh WNI;    1. Dapat dimiliki oleh WNI;
      subyek            oleh WNI;                  2. Badan Hukum yang           2. Badan Hukum yang            2. Orang asing yang
                     2. Badan-badan hukum             didirikan menurut             didirikan menurut              berkedudukan di Indonesia;
                        yang dapat mempunyai          hukum Indonesia dan           hukum Indonesia dan         3. Badan hukum yang didirikan
                        hak milik dan syarat-         berkedudukan di               berkedudukan di                menurut hukum Indonesia
                        syaratnya ditetapkan          Indonesia.                    Indonesia.                     dan berkedudukan di
                        oleh pemerintah;                                                                           Indonesia;
                     3. Orang-orang asing yang                                                                  4. Badan hukum asing yang
                        sesudah berlakunya                                                                         mempunyai perwakilan di
                        Undang-Undang Nomor                                                                        Indonesia;
                        5 Tahun 1960 ini                                                                        5. Departemen, Lembaga
                        memperoleh hak milik                                                                       Pemerintah Non
                     4. karena pewarisan tanpa                                                                     Departemen, dan
                        wasiat atau                                                                                Pemerintah Daerah;
                        percampuran harta                                                                       6. Badan-badan keagama-an
                        karena perkawinan.                                                                         dan sosial;
                                                                                                                7. Perwakilan negara asing
                                                                                                                   dan perwakilan badan
                                                                                                                   Internasional.
4.    Timbulnya      Terjadinya hak milik          Terjadinya hak guna usaha     1. Mengenai tanah yang         Terjadinya hak pakai karena
      Hak            menurut hukum adat diatur     karena penetapan                 dikuasai oleh Negara;       pemberian oleh pejabat yang
                     dengan Peraturan              Pemerintah.                      karena penetapan            berwenang memberikan atau
                     Pemerintah, selain itu bisa                                    Pemerintah.                 dalam perjanjian dengan
                     terjadi karena Penetapan                                    2. Mengenai tanah milik;       pemilik tanah.
                     Pemerintah atau ketentuan                                      karena perjanjian otentik
                     Undang-Undang.                                                 antara pemilik tanah yang
                                                                                    bersangkutan dengan


                                                                                                                                           18
NO.     URAIAN                 HAK MILIK                HAK GUNA USAHA               HAK GUNA BANGUNAN                      HAK PAKAI
                                                                                      pihak yang akan
                                                                                      memperoleh hak guna
                                                                                      bangunan itu, yang
                                                                                      bermaksud menimbulkan
                                                                                      hak tersebut.
 5.   Bukti            Hak milik, demikian pula      Hak guna usaha,               Hak guna bangunan,            Hak Pakai Hak Pakai atas
      Pemegang          setiap peralihan,              termasuk syarat-syarat         termasuk syarat-syarat         tanah Negara dan atas
      Hak               hapusnya dan                   pemberiannya, demikian         pemberiannya, demikian         tanah Hak Pengelolaan
                        pembebannya dengan             juga setiap peralihan dan      juga setiap peralihan dan      wajib didaftar dalam buku
                        hak-hak lain harus             penghapusan hak                penghapusan hak                tanah pada Kantor
                        didaftarkan menurut            tersebut harus                 tersebut harus                 Pertanahan.
                        ketentuan-ketentuan yang       didaftarkan menurut            didaftarkan menurut           Sebagai tanda bukti hak
                        dimaksud dalam Pasal 19        ketentuan-ketentuan yang       ketentuan-ketentuan yang       kepada pemegang Hak
                        Undang-Undang Nomor 5          dimaksud dalam Pasal 19        dimaksud dalam Pasal 19        Pakai diberikan sertifikat hak
                        Tahun 1960.                    Undang Nomor 5 Tahun           Undang Nomor 5 Tahun           atas tanah oleh Kantor
                       Hal ini dibuktikan dengan      1960.                          1960.                          Pertanahan setempat
                        penerbitan sertifikat oleh    Hal ini dibuktikan dengan     Hal ini dibuktikan dengan      (Berdasarkan Peraturan
                        Kantor Pertanahan              penerbitan sertifikat oleh     penerbitan sertifikat oleh     Pemerintah Nomor 24
                        setempat (Berdasarkan          Kantor Pertanahan              Kantor Pertanahan              Tahun 1997).
                        Peraturan Pemerintah           setempat (Berdasarkan          setempat (Berdasarkan
                        Nomor 24 Tahun 1997).          Peraturan Pemerintah           Peraturan Pemerintah
                                                       Nomor 24 Tahun 1997).          Nomor 24 Tahun 1997).

6.    Pembebanan      Hak milik dapat dijadikan      Hak guna usaha dapat           Hak guna bangunan dapat        Hak Pakai atas tanah Negara
      Hak             jaminan utang dengan           dijadikan jaminan utang        dijadikan jaminan utang        dan atas tanah Hak
                      dibebani hak tanggungan.       dengan dibebani hak            dengan dibebani hak            Pengelolaan dapat dijadikan
                                                     tanggungan.                    tanggungan.                    jaminan utang dengan
                                                                                                                   dibebani Hak Tanggungan.
7.    Syarat tanah    tidak diatur                   Tanah yang dapat diberikan     Tanah yang dapat diberikan     Tanah yang dapat diberikan
      yang dapat                                     dengan hak guna usaha          dengan hak guna bangunan       hak pakai adalah:
      diberikan hak                                  adalah:                        adalah:                        1. Tanah negara;
      (berdasarkan                                   1. Tanah negara;               1. Tanah negara;               2. Tanah hak pengelolaan;
      Peraturan                                      2. Tanah negara yang           2. Tanah hak pengelolaan;      3. Tanah hak milik.
      Pemerintah                                        merupakan kawasan           3. Tanah hak milik.
      Nomor 40                                          hutan, setelah tanah
      Tahun 1996)                                       yang bersangkutan
                                                        dikeluarkan dari
                                                        statusnya sebagai


                                                                                                                                             19
NO.     URAIAN             HAK MILIK       HAK GUNA USAHA              HAK GUNA BANGUNAN                     HAK PAKAI
                                          kawasan hutan;
                                       3. Tanah yang telah
                                          dikuasai dengan hak
                                          tertentu sesuai ketentuan
                                          yang berlaku, setelah
                                          terselesaikannya
                                          pelepasan hak tersebut
                                          sesuai dengan tata cara
                                          yang diatur dalam
                                          peraturan perundang-
                                          undangan yang berlaku.

8.    Kewajiban   tidak diatur         1. Membayar uang               1. Membayar uang               1. Membayar uang pemasukan
      Pemegang                            pemasukan kepada               pemasukan yang jumlah         yang jumlah dan cara
      Hak                                 Negara;                        dan cara pembayarannya        pembayarannya ditetapkan
                                       2. Melaksanakan usaha             ditetapkan dalam              dalam keputusan pemberian
                                          pertanian, perkebunan,         keputusan pemberian           haknya, perjanjian
                                          perikanan dan/atau             haknya;                       penggunaan tanah Hak
                                          peternakan sesuai           2. Menggunakan tanah             Pengelolaan atau dalam
                                          peruntukan dan                 sesuai dengan                 perjanjian pemberian Hak
                                          persyaratan                    peruntukannya dan             Pakai atas tanah Hak Milik;
                                          sebagaimana ditetapkan         persyaratan                 2. Menggunakan tanah sesuai
                                          dalam keputusan                sebagaimana ditetapkan        dengan peruntukannya dan
                                          pemberian haknya;              dalam keputusan dan           persyaratan sebagaimana
                                       3. Mengusahakan sendiri           perjanjian pemberiannya;      ditetapkan dalam keputusan
                                          tanah Hak Guna Usaha        3. memelihara dengan baik        pemberiannya, atau
                                          dengan baik sesuai             tanah dan bangunan            perjanjian penggunaan
                                          dengan kelayakan usaha         yang ada di atasnya serta     tanah Hak Pengelolaan atau
                                          berdasarkan kriteria yang      menjaga kelestarian           perjanjian pemberian Hak
                                          ditetapkan oleh instansi       lingkungan hidup;             Pakai atas tanah Hak Milik;
                                          teknis;                     4. Menyerahkan kembali         3. Memelihara dengan baik
                                       4. Membangun dan                  tanah yang diberikan          tanah dan bangunan yang
                                          memelihara prasarana           dengan Hak Guna               ada di atasnya serta
                                          lingkungan dan fasilitas       Bangunan kepada               menjaga kelestarian
                                          tanah yang ada dalam           Negara, pemegang Hak          lingkungan hidup;
                                          lingkungan areal Hak           Pengelolaan atau            4. Menyerahkan kembali tanah
                                          Guna Usaha;                    pemegang Hak Milik            yang diberikan dengan Hak
                                       5. Memelihara kesuburan           sesudah Hak Guna              Pakai kepada Negara,
                                          tanah, mencegah                Bangunan itu hapus;           pemegang Hak Pengelolaan

                                                                                                                            20
NO.   URAIAN   HAK MILIK        HAK GUNA USAHA               HAK GUNA BANGUNAN                       HAK PAKAI
                              kerusakan sumber daya         5. Menyerahkan sertipikat        atau pemegang Hak Milik
                              alam dan menjaga                 Hak Guna Bangunan             sesudah Hak Pakai tersebut
                              kelestarian kemampuan            yang telah hapus kepada       hapus;
                              lingkungan hidup sesuai          Kepala Kantor               5. Menyerahkan sertipikat Hak
                              dengan peraturan                 Pertanahan;                   Pakai yang telah hapus
                              perundang-undangan            6. Jika tanah Hak Guna           kepada Kepala Kantor
                              yang berlaku;                    Bangunan karena               Pertanahan;
                           6. Menyampaikan laporan             keadaan geografis atau      6. Jika tanah Hak Pakai
                              tertulis setiap akhir tahun      lingkungan atau sebab-        karena keadaan geografis
                              mengenai pengunaan               sebab lain letaknya           atau lingkungan atau sebab-
                              Hak Guna Usaha;                  sedemikian rupa               sebab lain letaknya
                           7. Menyerahkan kembali              sehingga mengurung            sedemikian rupa sehingga
                              tanah yang diberikan             atau menutup                  mengurung atau menutup
                              dengan Hak Guna Usaha            pekarangan atau bidang        pekarangan atau bidang
                              kepada Negara sesudah            tanah lain dari lintas        tanah lain dari lalu lintas
                              Hak Guna Usaha                   umum atau jalan air,          umum atau jalan air,
                              tersebut hapus;                  pemegang Hak Guna             pemegang Hak Pakai wajib
                           8. Menyerahkan sertipikat           Bangunan wajib                memberikan jalan keluar
                              Hak Guna Usaha yang              memberikan jalan keluar       atau jalan air atau
                              telah hapus kepada               atau jalan air atau           kemudahan lain bagi
                              Kepala Kantor                    kemudahan lain bagi           pekarangan atau bidang
                              Pertanahan;                      pekarangan atau bidang        tanah yang terkurung itu.
                                                               tanah yang terkurung itu.
                           9. Pemegang Hak Guna
                              Usaha dilarang
                              menyerahkan
                              pengusahaan tanah Hak
                              Guna Usaha kepada
                              pihak lain, kecuali dalam
                              hal-hal diperbolehkan
                              menurut peraturan
                              perundang-undangan
                              yang berlaku.

                           10. Jika tanah Hak Guna
                             Usaha karena keadaan
                             geografis atau lingkungan
                             atau sebab-sebab lain
                             letaknya sedemikian rupa

                                                                                                                   21
NO.     URAIAN   HAK MILIK           HAK GUNA USAHA               HAK GUNA BANGUNAN                    HAK PAKAI
                                   sehingga mengurung
                                   atau menutup
                                   pekarangan atau bidang
                                   tanah lain dari lalu lintas
                                   umum atau jalan air,
                                   maka pemegang Hak
                                   Guna Usaha wajib
                                   memberikan jalan keluar
                                   atau jalan air atau
                                   kemudahan lain bagi
                                   pekarangan atau bidang
                                   tanah yang terkurung itu.
9.    Hak        tidak diatur   1. Pemegang Hak Guna             Pemegang        Hak  Guna     Pemegang Hak Pakai berhak
      Pemegang                      Usaha berhak                 Bangunan            berhak    menguasai dan memperguna-
                                    menguasai dan                menguasai              dan    kan tanah yang diberikan
                                    mempergunakan tanah          mempergunakan        tanah    dengan Hak Pakai selama
                                    yang diberikan dengan        yang diberikan dengan Hak     waktu tertentu untuk keperluan
                                    Hak Guna Usaha untuk         Guna Bangunan selama          pribadi atau usahanya serta
                                    melaksanakan usaha di        waktu      tertentu  untuk    untuk     memindahkan      hak
                                    bidang pertanian,            mendirikan dan mempunyai      tersebut kepada pihak lain dan
                                    perkebunan, perikanan        bangunan untuk keperluan      membebaninya, atau selama
                                    dan atau peternakan.         pribadi atau usahanya serta   digunakan untuk keperluan
                                2. Penguasaan dan                untuk mengalihkan hak         tertentu.
                                    penggunaan sumber air        tersebut kepada pihak lain
                                    dan sumber daya alam         dan membebaninya.
                                    lainnya di atas tanah
                                    yang diberikan dengan
                                    Hak Guna Usaha oleh
                                    pemegang Hak Guna
                                    Usaha hanya dapat
                                    dilakukan untuk
                                    mendukung usaha di
                                    bidang pertanian,
                                    perkebunan, perikanan
                                    dan atau peternakan
                                    dengan mengingat
                                    ketentuan peraturan
                                    perundang-undangan
                                    yang berlaku dan

                                                                                                                       22
NO.     URAIAN         HAK MILIK          HAK GUNA USAHA             HAK GUNA BANGUNAN                    HAK PAKAI
                                         kepentingan masyarakat
                                         sekitarnya.
10.   Pemberian        tidak diatur   Hak Guna Usaha diberikan      1. Hak Guna Bangunan atas     1. Hak Pakai atas tanah
      hak                             dengan           keputusan       tanah Negara diberikan       Negara diberikan dengan
      (berdasarkan                    pemberian hak oleh Menteri       dengan keputusan             keputusan pemberian hak
      Peraturan                       atau pejabat yang ditunjuk.      pemberian hak oleh           oleh Menteri atau pejabat
      Pemerintah                                                       Menteri atau pejabat         yang ditunjuk.
      Nomor       40                                                   yang ditunjuk.             2. Hak Pakai atas Hak
      Tahun 1996)                                                   2. Hak Guna Bangunan atas       Pengelolaan diberikan
                                                                       tanah Hak Pengelolaan        dengan keputusan
                                                                       diberikan dengan             pemberian hak oleh Menteri
                                                                       keputusan pemberian          atau pejabat yang ditunjuk
                                                                       hak oleh Menteri atau        berdasarkan usul pemegang
                                                                       pejabat yang ditunjuk        Hak Pengelolaan.
                                                                       berdasarkan usul           3. Hak Pakai atas tanah Hak
                                                                       pemegang Hak                 Milik terjadi dengan
                                                                       Pengelolaan.                 pemberian tanah oleh
                                                                                                    pemegang Hak Milik dengan
                                                                                                    akta yang dibuat oleh
                                                                                                    Pejabat Pembuat Akta
                                                                                                    Tanah.
                                                                                                  Catatan :
                                                                                                  • Hak Pakai atas tanah Negara
                                                                                                    dan atas tanah Hak
                                                                                                    Pengelolaan terjadi sejak
                                                                                                    didaftar oleh Kantor
                                                                                                    Pertanahan dalam buku
                                                                                                    tanah sesuai ketentuan
                                                                                                    peraturan perundang-
                                                                                                    undangan yang berlaku.
                                                                                                  • Hak Pakai atas tanah Hak
                                                                                                    Milik mengikat pihak ketiga
                                                                                                    sejak saat pendaftarannya
                                                                                                    dalam buku tanah pada
                                                                                                    Kantor Pertanahan.
11.   Jangka waktu     tidak diatur   Hak guna usaha diberikan      Hak      guna     bangunan    1. Hak Pakai atas tanah
      (berdasarkan                    untuk jangka waktu paling     diberikan   untuk    jangka     Negara dan atas tanah Hak
      Peraturan                       lama 35 tahun dan dapat       waktu paling lama 30 tahun      Pengelolaan diberikan untuk


                                                                                                                          23
NO.     URAIAN        HAK MILIK       HAK GUNA USAHA             HAK GUNA BANGUNAN                      HAK PAKAI
      Pemerintah                  diperpanjang paling lama 25   dan dapat diperpanjang         jangka waktu paling lama 25
      Nomor      40               tahun.                        paling lama 20 tahun.          tahun dan dapat
      Tahun 1996)                                                                              diperpanjang untuk jangka
                                                                                               waktu paling lama 20 tahun
                                                                                               atau diberikan untuk jangka
                                                                                               waktu yang tidak ditentukan
                                                                                               selama tanahnya
                                                                                               dipergunakan untuk
                                                                                               keperluan tertentu;
                                                                                             2. Hak Pakai yang diberikan
                                                                                               untuk jangka waktu yang
                                                                                               tidak ditentukan selama
                                                                                               dipergunakan untuk
                                                                                               keperluan tertentu diberikan
                                                                                               kepada:
                                                                                                Departemen, Lembaga
                                                                                                   Pemerintah Non
                                                                                                   Departemen, dan
                                                                                                   Pemerintah Daerah;
                                                                                                Perwakilan negara asing
                                                                                                   dan perwakilan badan
                                                                                                   Internasional;
                                                                                                Badan Keagamaan daan
                                                                                                   badan sosial.
                                                                                             3. Hak Pakai atas tanah Hak
                                                                                               Milik diberikan untuk jangka
                                                                                               waktu paling lama dua puluh
                                                                                               lima tahun dan tidak dapat
                                                                                               diperpanjang.
                                         *)                            *)                            *)
                                  Catatan :                     Catatan :                    Catatan :
                                  Dengan berlakunya UU No.      Dengan berlakunya UU No.     Dengan berlakunya UU No. 25
                                  25 Tahun 2007 tentang         25 Tahun 2007 tentang        Tahun       2007     tentang
                                  Penanaman Modal maka          Penanaman Modal maka         Penanaman      Modal   maka
                                  Jangka     Waktu     HGU      Jangka     Waktu     HGB     Jangka Waktu Hak Pakai
                                  diperpanjang, berdasarkan     diperpanjang, berdasarkan    diperpanjang,    berdasarkan
                                  Pasal 22 ayat (1) huruf a,    Pasal 22 ayat (1) huruf b,   Pasal 22 ayat (1) huruf c,
                                  yaitu:                        yaitu:                       yaitu:



                                                                                                                      24
NO.     URAIAN           HAK MILIK                  HAK GUNA USAHA             HAK GUNA BANGUNAN                    HAK PAKAI
                                                 “Hak Guna Usaha dapat        “Hak Guna Bangunan dapat     “Hak Pakai dapat diberikan
                                                 diberikan dengan jumlah      diberikan dengan jumlah      dengan jumlah 70 (tujuh
                                                 95 (sembilan puluh lima)     80 (delapan puluh) tahun     puluh) tahun dengan cara
                                                 tahun dengan cara dapat      dengan      cara    dapat    dapat     diberikan    dan
                                                 diberikan            dan     diberikan             dan    diperpanjang     di   muka
                                                 diperpanjang di muka         diperpanjang di muka         sekaligus selama 45 (empat
                                                 sekaligus   selama    60     sekaligus selama 50 (lima    puluh lima) tahun dan dapat
                                                 (enam puluh) tahun dan       puluh) tahun dan dapat       diperbarui selama 25 (dua
                                                 dapat diperbarui selama      diperbarui selama 30 (tiga   puluh lima) tahun”.
                                                 35 (tiga puluh lima)         puluh) tahun”.
                                                 tahun”.

12.   Hapusnya   1. Tanahnya jatuh kepada        1. Jangka waktunya           1. Jangka waktunya           1. Berakhirnya jangka waktu
      Hak          negara,                         berakhir                     berakhir;                    sebagaimana ditetapkan
                    a. karena pencabutan hak     2. Dihentikan sebelum        2. Dihentikan sebelum          dalam keputusan pemberian
                      berdasarkan Pasal 18;        jangka waktunya berakhir     jangka waktunya berakhir     atau perpanjangannya atau
                    b. karena penyerahan           karena sesuatu syarat        karena sesuatu syarat        dalam perjanjian
                       dengan sukarela oleh        tidak dipenuhi;              tidak dipenuhi;              pemberiannya;
                       pemiliknya;               3. Dilepaskan oleh           3. Dilepaskan oleh           2. Dibatalkan oleh pejabat
                    c. karena ditelantarkan;       pemegang haknya              pemegang haknya              yang berwenang, pemegang
                    d. karena ketentuan pasal      sebelum jangka waktunya      sebelum jangka waktunya      Hak Pengelolaan atau
                       21 ayat (3) dan 26 ayat     berakhir;                    berakhir;                    pemegang Hak Milik
                       (2).                      4. Dicabut untuk             4. Dicabut untuk               sebelum jangka waktunya
                 2. Tanahnya musnah.               kepentingan umum;            kepentingan umum;            berakhir karena:
                                                 5. Ditelantarkan;            5. Ditelantarkan;              a. tidak dipenuhinya
                                                 6. Tanahnya musnah;          6. Tanahnya musnah;               kewajiban-kewajiban
                                                 7. Ketentuan dalam pasal     7. Ketentuan dalam pasal          pemegang hak dan/atau
                                                   30 ayat (2) Undang           36 ayat (2) Undang              dilanggarnya ketentuan-
                                                   Nomor 5 Tahun 1960.          Nomor 5 Tahun 1960.             ketentuan sebagaimana
                                                                                                                dimaksud dalam Pasal
                                                                                                                50, Pasal 51 dan Pasal
                                                                                                                52; atau
                                                                                                             b. tidak dipenuhinya syarat-
                                                                                                                syarat atau kewajiban-
                                                                                                                kewajiban yang tertuang
                                                                                                                dalam perjanjian
                                                                                                                pemberian Hak Pakai
                                                                                                                antara pemegang Hak
                                                                                                                Pakai dan pemegang Hak

                                                                                                                                   25
NO.       URAIAN                HAK MILIK                  HAK GUNA USAHA              HAK GUNA BANGUNAN                        HAK PAKAI
                                                                                                                           Milik atau perjanjian
                                                                                                                           penggunaan Hak
                                                                                                                           Pengelolaan; atau
                                                                                                                       c. putusan pengadilan yang
                                                                                                                           telah mempunyai
                                                                                                                           kekuatan hukum yang
                                                                                                                           tetap.
                                                                                                                     3. Dilepaskan secara sukarela
                                                                                                                       oleh pemegang haknya
                                                                                                                       sebelum jangka waktu
                                                                                                                       berakhir;
                                                                                                                     4. dicabut berdasarkan
                                                                                                                       Undang-undang Nomor 20
                                                                                                                       tahun 1961;
                                                                                                                     5. Ditelantarkan;
                                                                                                                     6. Tanahnya musnah;
                                                                                                                     7. Hapus karena hukum
                                                                                                                       (pemegang hak tidak lagi
                                                                                                                       memenuhi syarat subyek
                                                                                                                       yang berhak/dapat
                                                                                                                       memegang Hak Pakai).

Sumber : http://www.docstoc.com/docs/24577296/Perbedaan-Hak-Milik-Hak-Guna-Usaha-Hak-Guna-Bangunan-dan-Hak-Pakai#, diakses 11 Juni 2012




                                                                                                                                             26
Sedangkan khusus untuk hak Pengelolaan Pasal 5 menentukan agar dilakukan pemeriksaan
tanah oleh Panitia Pemeriksa Tanah atau Tim Penelitian Tanah atau Petugas yang ditunjuk.
Susunan anggota dan tugas Panitia Pemeriksa Tanah dan Tim Penelitian Tanah tersebut
ditetapkan oleh Menteri. Segala persetujuan atau penolakan permohonan Hak oleh Menteri,
Kanwil/Kepala Kantor Pertanahan harus disertai reasoning yuridis dan substansinya. dalam
pemberian hak-hak tersebut, sebagian dilakukan dengan mekanisme desentralisasi.



D. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Secara umum pengendalian pemanfaatan ruang diatur dalam Pasal 35 UU no 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang yang menyebutkan bahwa pengendalian pemanfaatan ruang
dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif
serta pengenaan sanksi.

Selanjutnya Pasal 36 menyebutkan bahwa peraturan zonasi berfungsi sebagai pedoman
pemanfaatan ruang sehingga harus disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap
zona pemanfaatan ruang. Sebagai pedoman yang diacu, maka peraturan zonasi memerlukan
legalitas, yaitu dapat berupa PP untuk Peraturan zonasi nasional, Perda Propinsi untuk
peraturan zonasi system propinsi dan Perda Kab/Kota untuk Peraturan Zonasi system
Kab/kota.




UU no 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang melahirkan banyak ketentuan baru mengenai
ketentuan penataan ruang, baik di level nasional, propinsi maupun kab/kota yang sebelumnya
mengacu kepada UU no 24 tahun 1992. Implikasi yang lain adalah terjadinya sejumlah
perubahan ketentuan penataan ruang di bawah UU dan Perda di level Propinsi maupun
Kab/Kota. Persoalan selanjutnya yang akan dibahas disini adalah sejauhmana implikasi
terhadap perizinan yang telah terbit sebelum RTRW di setiap daerah diperdakan?

                                                                                        27
Semua harus diatur dalam ketentuan peralihan dalam berbagai opsi. UU no 26 Tahun 2007
sendiri mengatur sejumlah ketentuan mengenai perizinan yang pernah diterbitkan dan berlaku
sebelumnya (Pasal 37), yang penting untuk dicermati antara lain :
   1. Ketentuan Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diatur lebih lanjut di dalam
       PP
   2. Izin Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW dibatalkan Pemerintah dan
       Pemda menurut kewenangan masing-masing sesuai peraturan perundang-undangan
   3. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur
       yang benar, batal demi hukum
   4. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi terbukti tidak
       sesuai dengan RTRW, dibatalkan oleh Pemerintah dan Pemda sesuai kewenangannya
   5. Kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin tersebut dapat dimintakan
       penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin
   6. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi (expired) akibat adanya perubahan
       RTRW dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan Pemda dengan ganti kerugian yang layak
   7. Setiap pejabat yang berwenang memberikan izin dilarang menerbitkan izin pemanfaatan
       ruang yang menyimpang dari RTRW. Sehingga dapat dipahami bahwa diskresi atau
       beshicking tidak boleh melanggar ketentuan penataan ruang.


E. Masa depan Perizinan sebelum berlakunya Perda RTRW
Ketentuan yang diatur dalam Pasal 37 tersebut cukup memberikan gambaran bahwa meskipun
peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut (retroaktif) tetapi memberikan alternative
solusi bagi ketentuan dan izin-izin yang pernah diperoleh sebelumnya dengan sejumlah
penggantian kerugian. Ketentuan lebih tegas yang menginspirasi RTRW yang baru saja
diitetapkan sebagai Perda terhadap Perizinan yang pernah diterbitkan pada masa lampau
(sebelum lahirnya Perda) tertuang dalam Pasal 77 dan Pasal 78 UU no 26 Tahun 2007. Dalam
kedua klausul tersebut mengatur ketentuan perundang-undangan yang lampau juga diatur
bagaimana masa depan perizinan sebelum berlakunya Perda RTRW termasuk masa depan
investasi yang sudah berjalan. Sebab bisa jadi, izin-izin yang diterbitkan pada masa lalu
menggunakan beshickking dari Kepala Daerah.
Pasal 77 menyebutkan bahwa pada saat RTRW ditetapkan (maksudnya ditetapkan sebagai
Perda), semua pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang harus
disesuaikan dengan rencana tata ruang melalui beberapa kegiatan penyesuaian pemanfaatan
ruang. Dalam kegiatan penyesuaian tata ruang terdapat dua opsi antara lain :

                                                                                          28
a. Pemanfataan ruang yang sah menurut rencana tata ruang sebelumnya diberi masa
       transisi selama 3 (tiga) tahun untuk penyesuaian.
   b. Untuk pemanfaatan ruang yang izinnya diterbitkan sebelum penetapan rencana tata
       ruang dan dapat dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur yang
       benar, kepada pemegang izin diberikan penggantian yang layak.


Kedua pilihan di atas dapat dicantumkan dalam setiap RTRW yang ditetapkan sebagai Perda
sehingga para pemegang izin dan pejabat yang memberikan izin termasuk masyarakat
terdampak memperoleh kepastian hukum


Khusus mengenai eksistensi UU no 26 Tahun 2007, Pasal 78 UU ini mengatur tentang
pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah (PP). Sejak saat diundangkan waktu
itu,sejumlah produk hukum dibawah UU yang menjelaskan lebih lanjut ketentuan teknis UU
lama diberikan batas waktu penyelesaian, antara lain dalam klausul yang berbunyi :
   a. Peraturan pemerintah yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat
       2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan.
   b. Peraturan presiden yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 5
       (lima) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan.
   c. Peraturan Menteri yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 3
       (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan.


Dengan berlakunya UU no 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa Peraturan Pemerintah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional disesuaikan paling lambat dalam waktu 1 (satu) tahun 6
(enam) bulan terhitung sejak Undang-Undang Penataan Ruang diberlakukan; Selain itu semua
peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi disusun atau disesuaikan
paling lambat dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan; dan
semua Perda kabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota disusun atau
disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak UU Penataan Ruang diberlakukan.




                                                                                           29
Gambar Error! No text of specified style in document..1 Contoh Pemberian Hak Milik Menurut Pasal
                                                11-15
                 Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 Tahun 2009




                                                                                              30
Pemohon

Dalam Hal
dilimpahkan
                          Kantor Pertanahan                        Belum OK



               Kasi Hak Atas             Data Yuridis
                                                                 OK            Dilengkapi Pemohon
                  Tanah                   Data Fisik




       Tim Peneliti
                                     Bagi Tanah Yang
         Tanah
                                     Belum Terdaftar




                                                                  Risalah Konstatering Rapport

   Panitia Pemeriksa
       Tanah A



Jika Tidak Dilimpahkan



                                                        Kanwil Pertanahan




                                                            Kepala Seksi Hak Atas Tanah
  Direkomendasikan
   berserta alasan             Terbit Hak Milik
penolakan/persetujuan                                            Catat Dalam
                                                                  Form Isian        Verifikasi Data Yuridis
                                                                                        dan Data Fisik




Jika Tidak
Dilimpahkan




                                                                                                              31
Gambar Error! No text of specified style in document..2 Contoh Pemberian Hak Guna Usaha Menurut
                                              Pasal 20-23
                  Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 Tahun 2009
                                                                              Pasal 22
   Tidak Dilimpahkan
                                          HGU
                                                         Periksa Data Yuridis
                                                         Fisik Form Lamp. I4
                                                         bayar perbaikan berkas          Tidak
                                         Kanwil          kepada Kabid




                                                   OK
                                                                                                 Dilengkapi




        Belum Ada Surat
             Ukur                   Panitia Pemeriksa
                                    Tanah B/Petugas
                                    Untuk Memeriksa


           Dilimpahkan

                                                    Kabid Pengukuran
                                                    Kabid Pendaftaran                     Belum Ada Struktur
                                                  Mempersiapkan Struktur




                                   Risalah Pemeriksaan Tanah B.
                   Risalah Pemeriksaan (Konstatering Rapport) oleh Petugas Tanah




                                                                            Menolak HGU
                                     HGU Menyetujui
                                                                             Teasoning




                         Pasal 33
                                             Menteri                 Mencatat Verifikasi Data
                                                                      Yuridis dan Data Fisik
        Pemohon

                                                  OK                                             Belum OK



                                              TERBIT HGU




                                                                                                               32
Gambar Error! No text of specified style in document..3 Prosedur Pemberian HGB Menurut Pasal 35-
                                                 58
                  Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 Tahun 2009




                   Kantor Pertanahan                       Ditolak / Belum Ok




                                 OK
                                         Kasi Penguatan         Belum Ada
                                          Pendaftaran           Surat Ukur
                                          Tanah untuk
                       Kasi HAT /        mempersiapkan
                    Petugas Verifikasi     surat Ukur /
                                            Mengukur

   Dilengkapi


                          Risalah
                       Pemeriksaan
                          Tanah
                       (Konstatering                      Data Yuridis
                         Rapport)                      Data Fisik Belum Ok
                                                         Dilengkapi dulu




                          Kanwil BPN

       Tdk Dilimpahkan

                                                 Kabid HAT
                                         Catat dalam Form Verifikasi
                       Terbit HGB               Yuridis Fisik
                                                                             Belum OK

      Pemohon


                    OK
     Tidak Dilimpahkan Menteri




                                                                                              33
Gambar Error! No text of specified style in document..4 Prosedur Pemberian Hak Pakai (Pasal 52-55)
                 Menurut Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 Tahun 2009


     Kantor Pertanahan                        Belum ada surat ukur              Belum Ok



                                                                                Disempurnakan



                      Ok
                                                            Kasi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah




                   Kasi Hak Atas Tanah

                                                                          Periksa/verifikasi data
                                                                           yuridis dan data fisik
             Tim Penelitian Tanah



       Panitia Pemeriksa Tanah A                                 Memeriksa Permohonan Yang belum
                                                                             terdaftar



                                                                     Memeriksa Dokumen lain




               Risalah Pemeriksaan Tanah (Konstatering Rapport)



                           Terbit Hak pakai




Pemohon




                                                                                                    34
Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman
     Pertimbangan Teknis dalam Penerbitan izin Lokasi, Penetapan Izin Lokasi dan Izin
     Perubahan Penggunaan Tanah.

1.   Jenis Pertimbangan
     PermenAgraria/Kepala BPN no 2 Tahun 2011 lahir untuk menjawab silang sengkarut yang
     dihadapi pada saat realisasi prosedur izin lokasi. Kevakuman pengaturan selama 2 tahun
     terkait ketentuan pertimbangan teknis dalam penerbitan izin lokasi, penetapan izin lokasi
     dan perubahan penggunaan tanah dicoba dijawab melalui ketentuan ini sejak berlakunya
     Permenag/Kepala BPN no 9 Tahun 1999. Menurut Pasal 1, terdapat 3 jenis pertimbangan,
     yaitu :

     1)   Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi bagi Investor

          Merupakan pertimbangan yang memuat ketentuan dan syarat penggunaan dan
          pemanfaatan tanah, sebagai dasar penerbitan Izin Lokasi yang diberikan kepada
          perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman
          modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah
          tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya.

     2)   Pertimbangan   Teknis   Pertanahan   dalam   Penerbitan   Penetapan    Lokasi   bagi
          Pemerintah/Pemda

          Adalah pertimbangan yang memuat ketentuan dan syarat penggunaan dan
          pemanfaatan tanah, sebagai dasar pemberian keputusan penetapan lokasi tanah yang
          akan digunakan untuk pembangunan bagi kepentingan umum yang dilaksanakan oleh
          Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

     3)   Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Perubahan Penggunaan
          Tanah

          Adalah pertimbangan yang memuat ketentuan dan syarat penggunaan dan
          pemanfaatan tanah, sebagai dasar pemberian izin kepada pemohon untuk melakukan
          perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanahnya.




                                                                                           35
2.   Ketentuan Hukum yang Taat Azas

     Dalam Sebuah ketentuan normative setidaknya menganut azas hukum universal, yaitu
     Keadilan, Kemanfaatan, ketertiban dan kepastian hukum (Satjipto 2006). Demikian juga
     dalam memberikan pertimbangan teknis, keempat azas tersebut juga direpresentasikan
     oleh Pasal 3 yang menyebutkan bahwa         Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan
     dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah
     harus terselenggara dengan ketentuan:

      1)   tidak boleh mengorbankan kepentingan umum (Kepastian Hukum)

      2)   tidak boleh saling mengganggu penggunaan tanah sekitarnya (ketertiban)

      3)   memenuhi azas keberlanjutan; (kemanfaatan)

      4)   memperhatikan azas keadilan; dan (keadilan)

      5)   memenuhi ketentuan peraturan perundangan. (kepastian hukum)



3.   Dokumen Pertimbangan Teknis Pertanahan

     Sedangkan untuk memudahkan para pemohon, maka dituangkanlah Pertimbangan Teknis
     Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan
     Penggunaan Tanah ke dalam Pedoman Teknis Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
     (Pasal 4). Pertimbangan Teknis Pertahanahan diterbitkan dalam bentuk dokumen. Secara
     administrative, dokumen Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi,
     Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah terdiri dari dua dokumen utama
     (Pasal 5), yaitu :

      1)   Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan; dan

      2)   Peta-peta Pertimbangan Teknis Pertanahan.

     Dalam risalah Pertimbangan Teknis berisi persetujuan atau penolakan (Pasal 6), baik
     penolakan terhadap keseluruhan permohonan atau penolakan pada sebagian permohonan
     saja dilengkapi dengan sejumlah ketentuan dan persyaratan. Ketentuan dan syarat-syarat
     dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi seluruh atau sebagian tanah akan
     digunakan untuk jenis penggunaan dan pemanfaatan tanah tertentu yang disetujui.

     Sedangkan peta-peta yang dijadikan dasar pertimbangan teknis pertanahan secara detail
     terdiri dari Petunjuk Letak Lokasi, Penggunaan Tanah, Gambaran Umum Penguasaan

                                                                                        36
Tanah, Kemampuan Tanah, Kesesuaian Penggunaan Tanah, Ketersediaan Tanah, dan
     Pertimbangan Teknis Pertanahan. Risalah dan peta-peta tersebut (Pasal 6 dan Pasal 7)
     diperlukan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan:

      1)   Pengumpulan data dan informasi di lapangan;

      2)   Neraca Penatagunaan Tanah Kabupaten/Kota/Provinsi/Nasional; dan

      3)   Data dan informasi yang berasal dari berbagai sumber lainnya yang diperlukan.



4.   Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Perubahan
     Penggunaan Tanah

     Dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 9 tentang profil Tim Penerbitan Pertimbagan teknis
     Pertanahan. Penyusunan dan penerbitan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam
     Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah
     dilaksanakan oleh Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan.

     Secara hierarchies pertimbangan Teknis Pertanahan diberikan oleh tim yang terdiri
     daripejabat-pejabat yang berkompeten di levelnya masing-masing (Pasal 9), antara lain :

       1) Pertimbangan Teknis Pertanahan lintas wilayah Provinsi dilaksanakan oleh Tim
           Pertimbangan Teknis Pertanahan Nasional, yang ditetapkan dengan Keputusan
           Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia;

       2) Pertimbangan Teknis Pertanahan lintas wilayah Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh
           Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan Provinsi, yang ditetapkan dengan Keputusan
           Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional; dan

       3) Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam satu wilayah Kabupaten/Kota dilaksanakan
           oleh Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan Kabupaten/Kota, yang ditetapkan dengan
           Keputusan Kepala Kantor Pertanahan.

     Adapun Susunan keanggotaan Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan Nasional terdiri atas:

      1)   Penanggungjawab : Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia;

      2)   Ketua merangkap anggota : Deputi Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan;

      3)   Sekretaris merangkap anggota : Direktur Penatagunaan Tanah; dan




                                                                                               37
4)   Anggota : Unsur teknis di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik
          Indonesia.

   Susunan keanggotaan Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan Provinsi terdiri atas:

     1)   Penanggungjawab : Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional;

     2)   Ketua merangkap anggota : Kepala Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan;

     3)   Sekretaris merangkap anggota : Kepala Seksi Penatagunaan Tanah; dan

     4)   Anggota : Unsur teknis di lingkungan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional.

   Susunan     keanggotaan      Tim   Pertimbangan    Teknis   Pertanahan   Kabupaten/Kota
   sebagaimana dimaksud pada terdiri atas:

     1)   Penanggungjawab : Kepala Kantor Pertanahan;

     2)   Ketua merangkap anggota : Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan;

     3)   Sekretaris merangkap anggota : Kepala Subseksi Penatagunaan Tanah dan
          Kawasan Tertentu; dan

     4)   Anggota : Unsur teknis di lingkungan Kantor Pertanahan.

   Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin
   Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah sebagaimana dibantu
   oleh petugas sekretariat dan petugas lapangan yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan
   dengan luas dan jenis kegiatan yang dimohon. Tim tersebut bekerja setiap tahun dan
   ditetapkan alokasi pendanaannnya setiap tahun anggaran.



5. Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi

   Pembinaan dan monitoring terhadap Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan
   Penggunaan tanah diselenggarakan oleh para pejabat yang berkompeten di masing-
   masing wilayah, yaitu :

     1)   Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia untuk tingkat Nasional,
          Provinsi dan kabupaten/Kota;

     2)   Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional untuk tingkat Provinsi dan
          Kabupaten/Kota; dan



                                                                                           38
3)   Kepala Kantor Pertanahan untuk tingkat Kabupaten/Kota.

Penyelenggaraan pembinaan dan monitoring untuk Izin Lokasi dilaksanakan dalam rangka
mengendalikan pemanfaatan izin lokasi agar tidak menyimpang dari izin yang diterbitkan
bahkan hingga pembatalan. Monitoring dan evaluasi dalam bentuk pembinaan ini
dilaksanakan dengan memperhatikan Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan; dan
Ketentuan pada Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi (Pasal 11 ayat 2).

Hasil pembinaan dan monitoring menjadi bahan pertimbangan dalam Pembatalan Izin
Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Lampiran I sub bidang 1 angka 3
huruf h. Pembatalan Izin Lokasi tersebut harus dilaksanakan oleh Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia atas usulan :

 1)   Pemerintah Provinsi dengan pertimbangan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
      Nasional; dan

 2)   Pemerintah Kabupaten/Kota dengan pertimbangan Kepala Kantor Pertanahan.




                                                                                   39
40

More Related Content

What's hot

Konsolidasi Tanah
Konsolidasi TanahKonsolidasi Tanah
Konsolidasi Tanahushfia
 
Perjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaPerjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaRizqy Putra
 
Pengadaan Tanah
Pengadaan TanahPengadaan Tanah
Pengadaan TanahLeks&Co
 
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikHak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikvinnalusianaSHMkn
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)
Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)
Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)Leks&Co
 
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor PasaribuContoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor PasaribuLeks&Co
 
Uji Tuntas Hukum Akuisisi Saham
Uji Tuntas Hukum Akuisisi SahamUji Tuntas Hukum Akuisisi Saham
Uji Tuntas Hukum Akuisisi SahamLeks&Co
 
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)Leks&Co
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Idik Saeful Bahri
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Idik Saeful Bahri
 
4. surat perjanjian sewa menyewa tanah
4. surat perjanjian sewa menyewa tanah4. surat perjanjian sewa menyewa tanah
4. surat perjanjian sewa menyewa tanahAbdillah Syafei
 
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta KerjaHukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta KerjaLeks&Co
 
Undang-undang Rumah Susun Terbaru
Undang-undang Rumah Susun TerbaruUndang-undang Rumah Susun Terbaru
Undang-undang Rumah Susun TerbaruLeks&Co
 

What's hot (20)

Tahap penyusunan kontrak
Tahap penyusunan kontrakTahap penyusunan kontrak
Tahap penyusunan kontrak
 
Konsolidasi Tanah
Konsolidasi TanahKonsolidasi Tanah
Konsolidasi Tanah
 
Pendaftaran tanah
Pendaftaran tanahPendaftaran tanah
Pendaftaran tanah
 
Perjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-MenyewaPerjanjian Sewa-Menyewa
Perjanjian Sewa-Menyewa
 
Pengadaan Tanah
Pengadaan TanahPengadaan Tanah
Pengadaan Tanah
 
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruikHak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
Hak eigendom, hak erfpacht, hak opstal dan hak gebruik
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)
Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)
Penerapan Upaya Hukum dalam Pengadilan Tata Usaha Negara (Analisis Kasus)
 
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor PasaribuContoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
Contoh Kasus Pertanahan By Ivor Pasaribu
 
Hukum Agraria
Hukum AgrariaHukum Agraria
Hukum Agraria
 
Uji Tuntas Hukum Akuisisi Saham
Uji Tuntas Hukum Akuisisi SahamUji Tuntas Hukum Akuisisi Saham
Uji Tuntas Hukum Akuisisi Saham
 
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
Dasar - Dasar Hukum Pertanahan (Seri 1)
 
Tata Guna Tanah PPT
Tata Guna Tanah PPTTata Guna Tanah PPT
Tata Guna Tanah PPT
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
 
Hak Guna Bangunan
Hak Guna BangunanHak Guna Bangunan
Hak Guna Bangunan
 
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
Hukum perdata internasional - Sejarah perkembangan hukum perdata internasiona...
 
4. surat perjanjian sewa menyewa tanah
4. surat perjanjian sewa menyewa tanah4. surat perjanjian sewa menyewa tanah
4. surat perjanjian sewa menyewa tanah
 
Memori banding
Memori bandingMemori banding
Memori banding
 
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta KerjaHukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Perumahan dan Hukum Rumah Susun Pasca UU Cipta Kerja
 
Undang-undang Rumah Susun Terbaru
Undang-undang Rumah Susun TerbaruUndang-undang Rumah Susun Terbaru
Undang-undang Rumah Susun Terbaru
 

Viewers also liked

Kawasan hutan dan rencana tata ruang
Kawasan hutan dan rencana tata ruangKawasan hutan dan rencana tata ruang
Kawasan hutan dan rencana tata ruangRaflis Ssi
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahLegal Akses
 
Kebijakan Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kerangka InvestasiKebijakan Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kerangka InvestasiDadang Solihin
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaLegal Akses
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanLegal Akses
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaLegal Akses
 
Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi Dadang Solihin
 
Trend perubahan rencana tata ruang riau
Trend perubahan rencana tata ruang riauTrend perubahan rencana tata ruang riau
Trend perubahan rencana tata ruang riauRaflis Ssi
 
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...guestc91ada
 

Viewers also liked (13)

Kawasan hutan dan rencana tata ruang
Kawasan hutan dan rencana tata ruangKawasan hutan dan rencana tata ruang
Kawasan hutan dan rencana tata ruang
 
Integrasi tataruang dan pertanahan
Integrasi tataruang dan pertanahanIntegrasi tataruang dan pertanahan
Integrasi tataruang dan pertanahan
 
surat wasiat
surat wasiatsurat wasiat
surat wasiat
 
perjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumahperjanjian sewa rumah
perjanjian sewa rumah
 
Kebijakan Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kerangka InvestasiKebijakan Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kerangka Investasi
 
Perjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha BersamaPerjanjian Usaha Bersama
Perjanjian Usaha Bersama
 
Draf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan PerusahaanDraf Peraturan Perusahaan
Draf Peraturan Perusahaan
 
Draf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian KerjaDraf Perjanjian Kerja
Draf Perjanjian Kerja
 
Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi
Kebijakan Pertanahan dan Penataan Ruang dalam Kerangka Investasi
 
Hukum perizinan
Hukum perizinanHukum perizinan
Hukum perizinan
 
Trend perubahan rencana tata ruang riau
Trend perubahan rencana tata ruang riauTrend perubahan rencana tata ruang riau
Trend perubahan rencana tata ruang riau
 
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
 
Pembaharuan Kejaksaan (Pembentukan Standar Minimum Profesi Jaksa)
Pembaharuan Kejaksaan (Pembentukan Standar Minimum Profesi Jaksa)Pembaharuan Kejaksaan (Pembentukan Standar Minimum Profesi Jaksa)
Pembaharuan Kejaksaan (Pembentukan Standar Minimum Profesi Jaksa)
 

Similar to Analisis perizinan tata ruang (aspek hukum)

Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembanganSyarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembanganLeks&Co
 
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Leks&Co
 
Peraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasi
Peraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasiPeraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasi
Peraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasippbkab
 
03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptxghifari9
 
SYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTI
SYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTISYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTI
SYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTILeks&Co
 
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingk...
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap  Bangun dan Lingk...Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap  Bangun dan Lingk...
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingk...Penataan Ruang
 
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingk...
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap  Bangun dan Lingk...Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap  Bangun dan Lingk...
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingk...Penataan Ruang
 
Pp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanaman
Pp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanamanPp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanaman
Pp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanamanPeople Power
 
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdfPP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdfnesyanurhalimah1
 
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012Government Institution
 
PT. PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) CABANG BELAWAN YANG DISERAHKAN KEPADA PIH...
PT. PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) CABANG BELAWAN YANG DISERAHKAN KEPADA PIH...PT. PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) CABANG BELAWAN YANG DISERAHKAN KEPADA PIH...
PT. PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) CABANG BELAWAN YANG DISERAHKAN KEPADA PIH...Om Jin
 
aspek hukum hak tanggung1
aspek hukum hak tanggung1aspek hukum hak tanggung1
aspek hukum hak tanggung1Sukman Sukman
 
Penataan lahan dan Konsolidasi Lahan
Penataan lahan dan Konsolidasi LahanPenataan lahan dan Konsolidasi Lahan
Penataan lahan dan Konsolidasi Lahangophil
 
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangPermen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangAchmad Wahid
 
Buku Saku KKPR_ver 11 Agustus 2022.pdf
Buku Saku KKPR_ver 11 Agustus 2022.pdfBuku Saku KKPR_ver 11 Agustus 2022.pdf
Buku Saku KKPR_ver 11 Agustus 2022.pdfbalukiabadruzaman2
 
G.7 perpres-nomor-148-tahun-2015
G.7 perpres-nomor-148-tahun-2015G.7 perpres-nomor-148-tahun-2015
G.7 perpres-nomor-148-tahun-2015m1r44tb
 
Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )
Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )
Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )Franky L. Tobing
 
Bab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_ok
Bab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_okBab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_ok
Bab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_okKotjo Negoro
 
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan TanahPeraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan TanahPenataan Ruang
 

Similar to Analisis perizinan tata ruang (aspek hukum) (20)

Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembanganSyarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
Syarat dan ketentuan pembangunan & pengembangan
 
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
Poin-Poin Penting Dalam UU Cipta Kerja
 
Peraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasi
Peraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasiPeraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasi
Peraturan bupati-no.-30-ttg-izin-lokasi
 
03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx03. Materi 3.pptx
03. Materi 3.pptx
 
SYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTI
SYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTISYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTI
SYARAT DAN KETENTUAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PROPERTI
 
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingk...
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap  Bangun dan Lingk...Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap  Bangun dan Lingk...
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingk...
 
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingk...
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap  Bangun dan Lingk...Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap  Bangun dan Lingk...
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingk...
 
Pp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanaman
Pp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanamanPp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanaman
Pp no 18 tahun 2010 usaha budidaya tanaman
 
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdfPP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
PP-No-40-Tahun-1996-tentang-HGU-HGB-dan-Hak-Pakai_2.pdf
 
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
 
PT. PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) CABANG BELAWAN YANG DISERAHKAN KEPADA PIH...
PT. PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) CABANG BELAWAN YANG DISERAHKAN KEPADA PIH...PT. PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) CABANG BELAWAN YANG DISERAHKAN KEPADA PIH...
PT. PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) CABANG BELAWAN YANG DISERAHKAN KEPADA PIH...
 
aspek hukum hak tanggung1
aspek hukum hak tanggung1aspek hukum hak tanggung1
aspek hukum hak tanggung1
 
Penataan lahan dan Konsolidasi Lahan
Penataan lahan dan Konsolidasi LahanPenataan lahan dan Konsolidasi Lahan
Penataan lahan dan Konsolidasi Lahan
 
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruangPermen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
Permen atr/bpn no 22 tahun 2019 tentang percepatan perizinan pemanfaatan ruang
 
Buku Saku KKPR_ver 11 Agustus 2022.pdf
Buku Saku KKPR_ver 11 Agustus 2022.pdfBuku Saku KKPR_ver 11 Agustus 2022.pdf
Buku Saku KKPR_ver 11 Agustus 2022.pdf
 
G.7 perpres-nomor-148-tahun-2015
G.7 perpres-nomor-148-tahun-2015G.7 perpres-nomor-148-tahun-2015
G.7 perpres-nomor-148-tahun-2015
 
Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )
Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )
Hukum Agraria ( Konsolidasi Tanah )
 
Bab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_ok
Bab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_okBab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_ok
Bab vii jadwal dan pembiayaan larap tol_ok
 
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan TanahPeraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
 
Izin kegiatan
Izin kegiatanIzin kegiatan
Izin kegiatan
 

Recently uploaded

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 

Recently uploaded (20)

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 

Analisis perizinan tata ruang (aspek hukum)

  • 1. ASPEK HUKUM KEBIJAKAN PERIZINAN PERTANAHAN A. Perizinan Bangunan Gedung dan Pembangunan Manusia Pembangunan manusia seutuhnya yang termuat dalam UUD 1945 menekankan pembangunan aspek lahiriah maupun batiniah. Selaras dengan ini, pembangunan di Indonesia juga diarahkan pada tercapainya target Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau yang dalam standar internasional disebut dengan Human Development Index yang distandardisasi ukurannya oleh UNDP. Indeks Pembangunan Manusia berorientasi pada terpenuhinya Kebutuhan dasar manusia untuk memperpanjang Angka Harapan Hidup, makin terdidik dan meningkat daya belinya. Demi meningkatkan produktivitas manusia maka bangunan gedung sebagai tempat manusia beraktualisasi, membangun kharakter dan jati dirinya memegang peranan strategis. Untuk itu penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan peningkatan kapasitas manusia agar selaras dengan lingkungannya. UU no 28 Tahun 2002 mengatur tentang fungsi, persyaratan, serta hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung. A.1. Persyaratan Teknis Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrative dan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan tersebut meliputi status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung dan izin mendirikan bangunan. Persyaratan teknis meliputi : 1. persyaratan tata bangunan 2. persyaratan keandalan bangunan A.2. Persyaratan Administratif Sedangkan persyaratan administrative bangunan gedung antara lain : 1. status hak atas tanah dan atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah 2. status kepemilikan bangunan gedung 3. izin mendirikan bangunan gedung 4. kepemilikan dan pendataan bangunan gedung 1
  • 2. 2
  • 3. Penggunaan ruang di atas dan atau di bawah tanah dan atau air di bawah bangunan gedung harus memiliki izin penggunaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Dalam penyelenggaraan bangunan Gedung diperlukan IMB dan IPB. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) harus diikuti dengan Izin Penggunaan Bangunan (IPB) agar : 1. memberikan kepastian hukum dan tidak menimbulkan gugatan dari pihak lain. 2. tercipta kenyamanan dan ketertiban serta keteraturan 3. dapat dicegah bahaya yang mungkin ditimbulkan dari bangunan yang akan dibangun Seluruh proses perizinan tersebut dipegang oleh Pemda namun masih menyisakan sejumlah permasalahan karena terdapat penguasaan berlebihan kalau tidak disebut dengan monopoli jika izin telah dipegang untuk kegiatan usaha/investasi. Fakta tersebut terlihat mulai izin prinsip hingga izin lokasi. Dalam perizinan tidak selalu izin Prinsip maupun izin lokasi dibutuhkan sebab terdapat beberapa izin yang dapat diterbitkan tanpa harus melalui kedua izin tersebut. Selama ini Perizinan dalam Penataan Ruang masih belum terukur karena masih terdapat disparitas baik dalam proses dan prosedur penerbitannya maupun ketentuan yang menjadi dasar berlakunya perizinan. Selanjutnya pada bagian tersendiri akan dibahas lebih lanjut mengenai hal ini. Sejalan dengan fungsinya, penataan ruang tidak dapat dilepaskan dari penatagunaan tanah sebagai aspek dominan yang diatur dalam ketentuan yuridis dalam UU no 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Untuk itu ruang tidak hanya ditata berdasarkan system dan fungsinya, melainkan juga berdasarkan nilai strategis kawasannya (Pasal 4 UU no 26 tahun 2007). Tanah sebagai bagian dari ruang harus dijaga agar memiliki fungsi melindungi, baik di kawasan lindung maupun budidaya (Pasal 5 ayat (2)) agar senantiasa terjaga keseimbangan ekosistem. 3
  • 4. Di tengah era globalisasi investasi yang lintas batas wilayah, kesenjangan pembangunan juga sejauh mungkin dicegah antara wilayah urban dan rural sebagai konsekuensi tujuan pemerataan kue pembangunan. Sehingga keseimbangan pembangunan di kawasan perkotaan dan pedesan harus dijaga melalui penataan ruang (Pasal 5 ayat (4)), baik yang diatur berdasarkan system, secara kewilayahan maupun internal perkotaan (Pasal 5 ayat (2)). Agar pemanfaatan fungsi-fungsi tersebut berjalan optimal maka harus dilakukan pengendalian sebagai bagian dari penegakan hukum penataan ruang, meski dalam implementasinya tidak mudah untuk direalisasikan. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur dan pola ruang yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya (Pasal 1 angka 15). Salah satu dari upaya pengendalian pemanfaatan tanah dan ruang adalah perizinan (Pasal 37 ayat 1). Perizinan pemanfaatan ruang terkait langsung dengan perizinan pemanfaatan tanah untuk kepentingan investasi dan pembangunan oleh Pemerintah/Pemda yang diatur lebih lanjut dalam : 1. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN no 2 Tahun 1999entang Izin Lokasi 2. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 tahun 1999 tentang Tata cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan dan 3. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pertimbangan Teknis dalam Penerbitan izin Lokasi, Penetapan Izin Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah. B. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN no 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi 1. Izin Lokasi Menurut Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN no 2 tentang Izin Lokasi, Izin Lokasi diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan untuk penanaman modal yang berlaku sebagai izin pemindahan hak, dan agar pengusaha dapat menggunakan tanah tersebut untuk keperluan penanaman modalnya (Pasal 1 angka 1). Setiap Perusahaan 4
  • 5. yang telah mendapatkan persetujuan Penanaman modal wajib memiliki Izin Lokasi (Pasal 2 ayat (1) dan (2)), 2. Perkecualian Izin Lokasi Namun demikian Pengusaha dapat menjalankan kegiatan usahanya tanpa mengantongi izin lokasi. Sebab Izin Lokasi tidak diperlukan apabila : 1) Tanah yang akan diperoleh merupakan pemasukan (inbreng) dari para pemegang saham, 2) Tanah yang akan diperoleh merupakan tanah yang sudah dikuasai oleh perusahaan lain dalam rangka melanjutkan pelaksanaan sebagian atau seluruh rencana penanaman modal perusahaan lain tersebut, dan untuk itu telah diperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang, 3) Tanah yang akan diperoleh diperlukan dalam rangka melaksanakan usaha industri dalam suatu Kawasan Industri, 4) Tanah yang akan diperoleh berasal dari otorita atau badan rencana pengembangan suatu kawasan sesuai dengan rencana tata ruang kawasan pengembangan tersebut, 5) Tanah yang akan diperoleh diperlukan untuk perluasan usaha yang sudah berjalan dan untuk perluasan itu telah diperoleh izin tanah tersebut berbatasan dengan lokasi usaha yang bersangkutan, 6) Tanah yang diuperlukan untuk melaksanakan trencana penanaman modal tidak lebih dari 25 Ha (dua puluh lima hektar) untuk usaha pertanian atau tudak lebih datri 10.000 m2 untuk usaha bukan pertanian, atau 7) Tanah yang akan dipergunakan untuk melaksanakan rencana penanaman modal adalah tanah yang sudah dipunyai oleh perusahaan yang bersangkutan, dengan kertentuan bahwa tanah-tanah tersebut terletak di lokasi uang menurut Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana penanaman modal yang bersangkutan. 5
  • 6. Ketentuan ini berbeda dengan Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN terdahulu, no 2 tahun 1993 tentang izin lokasi yang mensyaratkan semua bentuk perolehan tanah untuk usaha diharuskan memperoleh izin lokasi, tanpa kecuali. 3. Prosedur Pemberian Izin Lokasi Pasal 6 menentukan bahwa Izin lokasi diberikan berdasarkan pertimbangan mengenai aspek penguasaan tanah dan teknis tata guna tanah yang meliputi: a. keadaan hak serta penguasaan tanah yang bersangkutan, b. penilaian fisik wilayah, c. penggunaan tanah, d. serta kemampuan tanah. 4. Penerbitan Izin Lokasi Di Pasal yang sama, Surat Keputusan pemberian lokasi disyaratkan wajib diterbitkan oleh Kepala Daerah. Surat keputusan pemberian Izin Lokasi ditandatangani oleh Bupati/Walikotamadya dan hanya untuk DKI Jakarta ditanda tangani oleh Gubernur setelah diadakan rapat koordinasi antar instansi terkait, yang dipimpin langsung oleh Gubernur, atau oleh pejabat yang ditunjuk secara tetap olehnya. Bahan-bahan untuk keperluan pertimbangan dalam rapat koordinasi dipersiapkan oleh Kepala Kantor Pertanahan dan dalam rapat wajib disertai konsultasi dengan masyarakat pemegang hak atas tanah dalam lokasi yang dimohon. 5. Pelibatan Masyarakat dalam Izin Lokasi Dalam prosedur perolehan izin lokasi, pemegang izin lokasi wajib mengkomunikasikan rencana penanaman modalnya dan besaran ganti rugi yang diperoleh bagi pemegang hak atas tanah-tanah yang akan dibebaskan agar terjadi transparansi. Konsultasi kepada masyarakat pemegang hak atas tanah meliputi empat aspek sebagai berikut : 6
  • 7. i. Penyebarluasan informasi mengenai rencana penanaman modal yang akan dilaksanakan, ruang lingkup dampaknya dan rencana perolehan tanah serta penyelesaian masalah yang berkenaan dengan perolehan tanah tersebut. ii. Pemberian kesempatan kepada pemegang hak atas tanah untuk memperoleh penjelasan tentang rencana penanaman modal dan mencari alternatif pemecahan masalah yang ditemui; iii. Pengumpulan informasi langsung dari masyarakat untuk memperoleh data sosial dan lingkungan yang diperlukan. iv. Peran serta masyarakat berupa usulan tentang alternatif bentuk dan besarnya ganti kerugian dalam perolehan tanah dalam pelaksanaan Izin Lokasi. 6. Persyaratan Tanah Tanah sebagai obyek hukum yang dapat ditunjuk dalam Izin Lokasi adalah tanah yang menurut Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku diperuntukan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana penanaman modal yang akan dilaksanakan oleh perusahaan menurut persetujuan penanaman modal yang dipunyainya (Pasal 3). Sehingga jelas bahwa penanaman modal yang dilakukan diluar rencana penataan yang khusus untuk itu tidak akan mendapatkan izin. 7. Batas Maksimal Tanah Yang dapat dikuasai Pasal 4 ayat (1) menyebutkan ketentuan maksimal tanah yang dapat dikuasai agar tidak terjadi monopoli penguasaan dan atau eksploitasi lahan. Izin Lokasi dapat diberikan dipada perusahaan yang sudah mendapat persetujuan penanaman modal sesuai ketentuan yang berlaku untuk memperoleh tanah dengan luas tertentu sehingga apabila perusahaan tersebut berhasil membebaskan seluruh areal yang ditunjuk, maka luas penguasaan tanah oleh perusahaan tersebut dan perusahaan-perusahaan lain yang merupakan saru group perusahaan dengannya tidak lebih dari luasan sebagai berikut: 7
  • 8. Tabel Error! No text of specified style in document..1 Jenis Usaha dan Luas Maksimal Penguasaan Tanah dalam Izin Lokasi No Jenis Usaha Penanaman Modal Skala (ha) 1. Usaha Pengembangan Perumahan dan Permukiman: Propinsi Indonesia A Kawasan perumahan permukiman 400 4.000 B Kawasan resort perhotelan 200 4.000 2. Usaha Kawasan Industri 400 4.000 3. Perkebunan yang diusahakan dalam bentuk perkebunan besar dengan HGU : A Komoditas Tebu 60.000 15.0000 B Komoditas lainya 20.000 10.0000 4. Tambak A Untuk usaha Tambak di Jawa 100 1.000 B Usaha Tambak di Luar Jawa 200 2.000 Terlihat bahwa Perkebunan besar dapat menguasai lahan paling luas, yaitu untuk komoditas tebu dapat menguasai maksimal 60.000 ha untuk wilayah Propinsi dan 15.000 ha untuk skala nasional. Sedangkan usaha Tambak Ikan air tawar/payau hanya diperkenankan 100 ha untuk di Jawa dan seluas- luasnya 2.000 ha di luar Jawa. Saat Peraturan ini dibuat, Pembangunan masih bias Jawa sehingga diijinkan untuk mengusahakan tanah diluar Jawa dalam skala yang lebih luas, termasuk Papua dan Papua Barat yang paling tertinggal. Sehingga Papua (dan diasumsikan juga termasuk Papua Barat yang berhasil memekarkan diri pada tahun 1999 bersamaan dengan Peraturan ini dibuat). Dalam Pasal 4 ayat 2 disebutkan bahwa khusus untuk Propinsi Daerah Tingkat 1 Irian Jaya maksimum luas pemguasaan tanah adalah dua kali maksimum luas penguasaan tanah untuk satu Propinsi di luar jawa sebagaim,ana dimaksud pada ayat (1). Untuk selanjutnya Pasal ini mesti mendapatkan perhatian khusus jika keberlanjutan hutan dan lahan di Papua kelak telah mulai kritis. Demi keperluan menentukan luas areal yang ditunjuk dalam Izin Lokasi perusahaan, pemohon wajib menyampaikan pernyataan tertulis mengenai luas tanah yang sudah dikuasai olehnya dan perusahaan-perusahaan lain yang merupakan satu group dengannya. Namun ketentuan di penguasaan tanah dalam Pasal 4 tersebut tidak berlakunya untuk : 8
  • 9. 1) Badan usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk Perusahaan Umum (PERUM) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD); 2) Badan Usaha yang seluruh atau sebagaian besat sahamnya dimiliki oleh Negara,baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah; 3) Badan Usaha yang seluruhnya atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh masyarakat dalam rangka “go Public”. 8. Jangka waktu izin lokasi Sebagai instrument pengendalian sustainability lingkungan hidup maka izin lokasi memiliki masa daluarsa (expired). Berdasarkan luas tanahnya, maka Izin Lokasi diberikan untuk jangka waktu sebagai berikut: a. Izin Lokasi seluas sampai dengan 25 Ha selama 1 (satu) tahun; b. Izin Lokasi seluas lebih dari 25 Ha s/d 50 Ha selama 2 (dua) tahun; c. Izin Lokasi seluas lebih dari 50 Ha selama 3 (tiga) tahun. 9. Hak dan kewajiban pemegang izin lokasi Penerbitan izin lokasi tentu saja tidak membebaskan hak pemanfaatannya, melainkan justru melahirkan kewajiban-kewajiban yang tidak bertentangan dengan kepentingan umum, ketertiban, ketentuan peraturan perundang- undangan, dan keadilan. Sejumlah hak diimbangi dengan kewajiban pemegang izin Lokasi diatur dalam Pasal 8 ayat 1 s/d 3 untuk memberikan garansi kepastian hukum dan melindungi pemegang hak sebelumnya dari kesewenang-wenangan investor (pemegang izin lokasi), yaitu : 1) Pemberian Ganti Kerugian. Pemegang Izin Lokasi diizinkan untuk membebaskan tanah dalam areal Izin Lokasi dari hak dan kepentingan pihak lain berdasarkan kesepakatan dengan pemegang hak atau pihak yang mempunyai kepentingan tersebut dengan cara jual beli, pemberian ganti kerugian, konsolidasi tanah atau cara lain sesuai ketentuan yang berlaku. 2) Menghormati hak pemegang tanah sebelumnya. Sebelum tanah yang bersangkutan dibebaskan oleh pemegang Izin Lokasi, maka semua 9
  • 10. hak atau kepentingan pihak lain yang sudah ada atas tanah yang bersangkutan tidak berkurang dan tetap diakui, termasuk kewenangan yang menurut hukum dipunyai oleh pemegang hak atas tanah untuk memperoleh tanda bukti hak (sertifikat), dan kewenangan untuk menggunakan dan memanfaatkan tanahnya bagi keperluan pribadi atau usahanya sesuai rencana tata ruang yang berlaku, serta kewenangan untuk mengalihkannya kepada pihak lain. 3) Menghormati pemegang hak atas tanah yang belum dibebaskan. Pemegang Izin Lokasi wajib menghormati kepentingan pihak-pihak lain atas tanah yang belum dibebaskan, dan tidak menutup atau mengurangi aksesibilitas yang dimiliki masyarakat di sekitar lokasi, serta menjaga serta melindungi kepentingan umum. Jika ketiga ketentuan di atas telah ditempuh maka pemegang izin lokasi dapat mengusahakan tanah yang dikuaainya. Pasal 8 ayat (4) menyebutkan bahwa sesudah tanah yang bersangkutan dibebaskan dari hak dan kepentingan lain, maka kepada pemegang Izin Lokasi dapat diberikan hak atas tanah yang memberikan kewenangan kepadanya untuk menggunakan tanah tersebut sesuai dengan keperluan untuk melaksanakan rencana penanaman modalnya. Namun dalam perjalanan selanjutnya, sebagaimana diatur dalam pasal 9, pemegang Izin Lokasi berkewajiban untuk melaporkan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada Kepala Kantor Pertanahan mengenai perolehan tanah yang sudah dilaksanakannya berdasarkan Izin Lokasi dan pelaksanaan penggunaan tanah tersebut. 10. Fungsi Izin Lokasi dan isu-isu strategis pemanfaatan ruang a. Izin Lokasi untuk Mengarahkan Pemanfaatan Ruang Mencermati fungsinya yang demikian, Izin Lokasi harus secara detail mengatur persyaratan yang dibutuhkan dalam memberikan izin bagi penggunaan tanah, dalam hal ketelitian peta, identifikasi lapangan, kesesuaian dengan rencana tata ruang, kesesuaian dengan rencana pembangunan lainnya. Hasni (2009) merekomendasikan untuk mempertahankan izin lokasi sebagai instrument untuk mengarahkan pemanfaatan ruang melalui pengatuan yang detail pada persyaratan penggunaan tanah 10
  • 11. b. Izin Lokasi Bukan untuk Memonopoli Hak Pembebasan tanah Selama ini, realitas menunjukkan bahwa izin lokasi seolah memberikan keleluasaan kepada pemegangnya untuk memonopoli pembebasan tanah. Konsepsi ini bertentangan dengan logika pasar tanah (land market) dimana tidak ada ketentuan untuk menjual tanah pada saat tertentu dan pada saat kapanpun. Monopoli bertentangan dengan HAM termasuk hak atas tanah individu. Untuk itu direkomendasikan menghilangkan hak monopoli pembebasan tanah yang melekat pada izin lokasi c. Izin Lokasi Memberikan Kepastian hukum Selain memberikan kemudahan dan efisiensi untuk memperoleh hak atas tanah bagi kegiatan penanaman modal tanpa persaingan, izin lokasi juga memberikan kepastian hukum bagi investor. Kepastian hukum, kemudahan dan efisiensi adalah tiga hal yang harus dipertahankan dalam izin lokasi d. Izin Lokasi Harus melibatkan Masyarakat Ketentuan ini adalah prasyarat absolute, sehingga rencana penanaman modal dapat diketahui oleh masyarakat secara transparan. Masyarakat berhak mendapatkan informasi apa yang akan dilakukan terhadap tanah mereka. Transparansi bermaksud agar masyarakat dapat terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pemantauan izin lokasi e. Penggunaan Tanah untuk Kegiatan Usaha harus melalui Izin Lokasi Seharusnya ketentuan tersebut dilaksanakan tanpa diskriminasi bagi seluruh jenis kegiatan usaha berapapun skala dan luasnya. Selama ini dikhawatirkan penggunaan tanah yang kurang dari 1 hektar tidak memerlukan izin lokasi akan mengakibatkan pemanfaatan ruang tidak terkendali. Kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tidak dapat ditinjau dari luasnya saja, namun juga mesti ditinjau dari intensitas penggunaannya apakah sesuai dengan RTRW atau tidak. f. Masa berlaku Izin Lokasi Jangka Waktu Izin Lokasi 1 tahun untuk lahan seluas 1 ha, 2 tahun untuk 25 ha-50 ha dan 3 tahun untuk lahan di atas 50 ha sudah saatnya 11
  • 12. mempertimbangkan hal-hal teknis yang menyulitkan investor seperti harus menjalani prosedur perizinan dengan birokrasi yang sama setiap 1-3 tahun dengan beban biaya yang sama kontraproduktif dengan iklim investasi yang menghendaki efisiensi. Untuk itu jangka waktu izin lokasi mesti mempertimbangkan : investor memerlukan jangka waktu yang cukup untuk pembebasan lahan pembatasan waktu dapat mencegah spekulasi terhadap tanah waktu yang terlalu lama mengakibatkan tanah terlantar g. Hak atas tanah merupakan jaminan kepastian bagi penanaman modal Setelah diperolehnya izin lokasi dan memenuhi persyaratan yang ditetepkan izin lokasi, maka hak atas tanah dapat diberikan sebagai bentuk kepastian berusaha bagi investor, HGU untuk perkebunan dan pertanian, HGB untuk perumahan dan industry. Sehingga rekomendasinya adalah; Hak atas Tanah hanya dapat diberikan kepada pemegang izin lokasi yang telah membebaskan tanah dari pemilik aslinya h. Hak atas Tanah sebagai instrument penegakan hukum tata ruang agar penggunaan tanah sesuai tata ruang namun izin lokasi sudah tidak dapat menjangkaunya lagi manakala izin lokasi sudah terbit. Investor bisa mengubah penggunaan tanah tanpa mengindahkan tata ruang. Jika terjadi demikian maka hak atas tanah dapat dicabut dengan koordinasi antar instansi untuk mengontrolnya, terutama BPN. Fungsi control dan monitoring evaluasi akan tegas jika disertai dengan reward and punishment. Jika pemanfaatan hak atas tanah pemegang izin lokasi tidak sesuai dengan rencana tata ruang maka dapat dilakukan tindakan pencabutan hak atas tanah. Selain itu koordinasi antar instansi harus diperkuat dalam hal ini Pemda sebagai pemegang kewenangan atas RTRW dan BPN sebagai pemegang kewenangan Hak tas Tanah. 12
  • 13. C. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 tahun 1999 tentang Tata cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan 1. Prosedur Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 tahun 1999 mengatur tentang Tata cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan. Pasal 2 Permenag/BPN no 9 Tahun 1999 menyebutkan bahwa Pemberian hak meliputi Hak Milik, Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Pakai atas tanah Negara dan Hak Pengelolaan yang dapat dilaksanakan dengan keputusan pemberian hak secara individual, kolektif atau secara umum. Secara Umum, Permenag/BPN no 9 Tahun 1999 mengatur tentang persyaratan dan prosedur pemberian hak, sehingga 150 pasal yang termuat di dalamnya berisikan mekanisme penerbitan Hak dan segala persyaratannya. Diantara keempat hak tersebut di atas, HGU dan HGB dan Hak Pakai-lah yang paling banyak berkaitan dengan penanaman modal meskipun dapat juga digunakan pada Hak Milik karena sifatnya yang terkuat dan terpenuh. Ini menunjukkan bahwa diantara hak-hak atas tanah lainnya, hak miliklah yang paling kuat dan penuh. Di sisi lain, Hak pakai dapat dimanfaatkan oleh pihak asing untuk mengusahakan tanah di Indonsia. Secara umum Peraturan menAgraria/kepala BPN no 9 Tahun 1999 mengatur perbedaan hierarki kewenangan dalam pengaturan pemberian Hak Milik, HGU, HGB maupun Hak Pakai. Jika dalam Hak Milik, pengajuan permohonannya disampaikan langsung kepada Menteri melalui Kepala Kantor Pertanahan setempat, maka dalam HGU permohonan diajukan kepada Kepala Kanwil (tembusan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat). Sedangkan pengajuan HGB dan Hak pakai sama dengan pengajuan Hak Milik. Permohonan Hak oleh subyek Hukum perorangan maupun Badan Hukum dapat diajukan secara individual maupun kolektif (Pasal 6) dilengkapi dengan data Yuridis dan data fisik yang memperkuat status hak tersebut dalam proses permohonan. Dalam proses pemberian izin terdapat tahap verifikasi yuridis maupun teknis yang dilakukan oleh 13
  • 14. Panitia Pemeriksa Tanah dan atau petugas yang ditunjuk oleh Menteri, Kepala Kantor Wilayah BPN maupun Kepala Pertanahan. 14
  • 15. Prosedur Izin Lokasi Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN no 2 Tahun 2009 15
  • 16. Sebelum lebih jauh membahas proses perizinan, ada baiknya ditelaah dulu perbedaan Hak milik, HGB, HGU dan Hak Pakai sebagai Hak Primer yang notabene adalah Hak yang berasal dari hak menguasai Negara menurut UU no 5 tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokok-Pokok Agraria (Tabel 1). Hak Milik diatur dalam Pasal 16 UUPA dan secara khusus diatur lebih detail mulai Pasal 20 hingga Pasal 27. sedangkan HGU adalah Hak untuk mengusahakan tanah Negara diatur dalam Pasal 28 ayat (1). Sedangkan HGB adalah Hak untuk memiliki bangunan atau mendirikan bangunan di atas tanah yang bukan miliknya untuk jangka waktu 30 tahun (Pasal 35 UUPA ayat (1)). Sedangkan Hak Pakai adalah Hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban dalam keputusan yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah asal tidak bertentangan dengan jiwa UUPA (Pasal 41 UUPA) . Menurut Pasal 3 Pemberian dan pembatalan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak Pengelolaan dilakukan oleh Menteri. Pemberian dan pembatalan hak sebagaimana tersebut oleh Menteri dapat dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah, Kepala Kantor Pertanahan dan Pejabat yang ditunjuk.Sehingga dengan demikian terdapat hierarki kewenangan yang didesentralisasikan. Keputusan menerima atau menolak dituangkan dalam form khusus. Berkenaan dengan Pengajuan Hak, Pasal 4 menentukan beberapa persyaratan, antara lain : 1) pemohon harus menguasai tanah yang dimohon dibuktikan dengan data yuridis dan data fisik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Jika tanah yang dimohon merupakan tanah Hak Pengelolaan. Pemohon harus terlebih dahulu memperoleh penunjukan berupa perjanjian penggunaan tanah dari Pemegang Hak Pengelolaan. 3) Dalam hal tanah yang dimohon merupakan tanah kawasan hutan. Harus lebih dahulu dilepaskan dari statusnya sebagai kawasan hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4) Tanah- tanah tertentu yang diperlukan untuk konservasi yang ditetapkan oleh menteri tidak dapat dimohon dengan sesuatu hak atas tanah. 16
  • 17. Tabel Perbedaan Hak Milik, HGU, HGB dan Hak Pakai NO. URAIAN HAK MILIK HAK GUNA USAHA HAK GUNA BANGUNAN HAK PAKAI 1. Pengertian Hak Milik adalah hak turun- Hak Guna Usaha adalah Hak Guna Bangunan adalah Hak Pakai adalah hak untuk temurun , terkuat dan hak untuk mengusahakan hak untuk mendirikan dan menggunakan dan/atau terpenuh yang dapat tanah yang dikuasai mempunyai bangunan- memungut hasil dari tanah dipunyai orang atas tanah, langsung oleh negara dalam bangunan atas tanah yang yang dikuasai langsung oleh dengan mengingat jangka waktu paling lama 25 bukan miliknya sendiri, Negara atau tanah milik orang ketentuan dalam pasal 6 tahun. dengan jangka waktu paling lain, yang memberi wewenang Undang-Undang Nomor 5 lama 30 tahun. dan kewajiban yang ditentukan Tahun 1960 , bahwa Hak Guna Usaha dalam keputusan “semua hak tanah merupakan hak khusus Tidak mengenai tanah pemberiannya oleh pejabat mempunyai fungsi sosial”. untuk mengusahakan tanah pertanian, oleh karena itu yang berwenang Sifat-sifat hak milik yang yang bukan miliknya sendiri dapat diberikan atas tanah memberikannya atau dalam membedakannya dengan guna perusahaan, yang dikuasai langsung oleh perjanjian dengan pemilik hak-hak lainnya adalah hak pertanian, perikanan dan negara maupun tanah milik tanahnya, yang bukan yang “terkuat dan terpenuh”, peternakan. seseorang. perjanjian sewa-menyewa atau maksudnya untuk perjanjian pengolahan tanah, menunjukkan bahwa segala sesuatu asal tidak diantara hak-hak atas tanah bertentangan dengan jiwa dan yang dipunyai orang, hak ketentuan-ketentuan No. 5 miliklah yang paling kuat Tahun 1960. dan penuh. Hak Pakai diberikan selama jangka waktu tertentu atau selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan yang tertentu; Hak Pakai dapat diberikan dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa apapun. Pemberian hak pakai tidak boleh disertai syarat-syarat yang mengandung unsur- unsur pemerasan. 2. Pengalihan Hak milik dapat beralih dan Hak guna usaha dapat Hak guna bangunan dapat 1. Sepanjang mengenai tanah dialihkan kepada pihak lain. beralih dan dialihkan beralih dan dialihkan yang dikuasai langsung oleh kepada pihak lain. kepada pihak lain. Negara maka hak pakai 17
  • 18. NO. URAIAN HAK MILIK HAK GUNA USAHA HAK GUNA BANGUNAN HAK PAKAI hanya dapat dialihkan Peralihan Hak Guna Usaha Peralihan Hak Guna kepada pihak lain dengan terjadi karena: Bangunan terjadi karena: izin pejabat yang a. jual beli; a. jual beli; berwenang; b. tukar menukar; b. tukar menukar; c. penyertaan dalam modal; c. penyertaan dalam modal; 2. Hak pakai atas tanah milik d. hibah; d. hibah; hanya dapat dialihkan e. pewarisan. e. pewarisan. kepada pihak lain, jika hal itu dimungkinkan dalam perjanjian yang bersangkutan. 3. Kepemilikan/ 1. Hanya dapat dimiliki 1. Dapat dimiliki oleh WNI; 1. Dapat dimiliki oleh WNI; 1. Dapat dimiliki oleh WNI; subyek oleh WNI; 2. Badan Hukum yang 2. Badan Hukum yang 2. Orang asing yang 2. Badan-badan hukum didirikan menurut didirikan menurut berkedudukan di Indonesia; yang dapat mempunyai hukum Indonesia dan hukum Indonesia dan 3. Badan hukum yang didirikan hak milik dan syarat- berkedudukan di berkedudukan di menurut hukum Indonesia syaratnya ditetapkan Indonesia. Indonesia. dan berkedudukan di oleh pemerintah; Indonesia; 3. Orang-orang asing yang 4. Badan hukum asing yang sesudah berlakunya mempunyai perwakilan di Undang-Undang Nomor Indonesia; 5 Tahun 1960 ini 5. Departemen, Lembaga memperoleh hak milik Pemerintah Non 4. karena pewarisan tanpa Departemen, dan wasiat atau Pemerintah Daerah; percampuran harta 6. Badan-badan keagama-an karena perkawinan. dan sosial; 7. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan Internasional. 4. Timbulnya Terjadinya hak milik Terjadinya hak guna usaha 1. Mengenai tanah yang Terjadinya hak pakai karena Hak menurut hukum adat diatur karena penetapan dikuasai oleh Negara; pemberian oleh pejabat yang dengan Peraturan Pemerintah. karena penetapan berwenang memberikan atau Pemerintah, selain itu bisa Pemerintah. dalam perjanjian dengan terjadi karena Penetapan 2. Mengenai tanah milik; pemilik tanah. Pemerintah atau ketentuan karena perjanjian otentik Undang-Undang. antara pemilik tanah yang bersangkutan dengan 18
  • 19. NO. URAIAN HAK MILIK HAK GUNA USAHA HAK GUNA BANGUNAN HAK PAKAI pihak yang akan memperoleh hak guna bangunan itu, yang bermaksud menimbulkan hak tersebut. 5. Bukti  Hak milik, demikian pula  Hak guna usaha,  Hak guna bangunan,  Hak Pakai Hak Pakai atas Pemegang setiap peralihan, termasuk syarat-syarat termasuk syarat-syarat tanah Negara dan atas Hak hapusnya dan pemberiannya, demikian pemberiannya, demikian tanah Hak Pengelolaan pembebannya dengan juga setiap peralihan dan juga setiap peralihan dan wajib didaftar dalam buku hak-hak lain harus penghapusan hak penghapusan hak tanah pada Kantor didaftarkan menurut tersebut harus tersebut harus Pertanahan. ketentuan-ketentuan yang didaftarkan menurut didaftarkan menurut  Sebagai tanda bukti hak dimaksud dalam Pasal 19 ketentuan-ketentuan yang ketentuan-ketentuan yang kepada pemegang Hak Undang-Undang Nomor 5 dimaksud dalam Pasal 19 dimaksud dalam Pasal 19 Pakai diberikan sertifikat hak Tahun 1960. Undang Nomor 5 Tahun Undang Nomor 5 Tahun atas tanah oleh Kantor  Hal ini dibuktikan dengan 1960. 1960. Pertanahan setempat penerbitan sertifikat oleh  Hal ini dibuktikan dengan  Hal ini dibuktikan dengan (Berdasarkan Peraturan Kantor Pertanahan penerbitan sertifikat oleh penerbitan sertifikat oleh Pemerintah Nomor 24 setempat (Berdasarkan Kantor Pertanahan Kantor Pertanahan Tahun 1997). Peraturan Pemerintah setempat (Berdasarkan setempat (Berdasarkan Nomor 24 Tahun 1997). Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997). Nomor 24 Tahun 1997). 6. Pembebanan Hak milik dapat dijadikan Hak guna usaha dapat Hak guna bangunan dapat Hak Pakai atas tanah Negara Hak jaminan utang dengan dijadikan jaminan utang dijadikan jaminan utang dan atas tanah Hak dibebani hak tanggungan. dengan dibebani hak dengan dibebani hak Pengelolaan dapat dijadikan tanggungan. tanggungan. jaminan utang dengan dibebani Hak Tanggungan. 7. Syarat tanah tidak diatur Tanah yang dapat diberikan Tanah yang dapat diberikan Tanah yang dapat diberikan yang dapat dengan hak guna usaha dengan hak guna bangunan hak pakai adalah: diberikan hak adalah: adalah: 1. Tanah negara; (berdasarkan 1. Tanah negara; 1. Tanah negara; 2. Tanah hak pengelolaan; Peraturan 2. Tanah negara yang 2. Tanah hak pengelolaan; 3. Tanah hak milik. Pemerintah merupakan kawasan 3. Tanah hak milik. Nomor 40 hutan, setelah tanah Tahun 1996) yang bersangkutan dikeluarkan dari statusnya sebagai 19
  • 20. NO. URAIAN HAK MILIK HAK GUNA USAHA HAK GUNA BANGUNAN HAK PAKAI kawasan hutan; 3. Tanah yang telah dikuasai dengan hak tertentu sesuai ketentuan yang berlaku, setelah terselesaikannya pelepasan hak tersebut sesuai dengan tata cara yang diatur dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku. 8. Kewajiban tidak diatur 1. Membayar uang 1. Membayar uang 1. Membayar uang pemasukan Pemegang pemasukan kepada pemasukan yang jumlah yang jumlah dan cara Hak Negara; dan cara pembayarannya pembayarannya ditetapkan 2. Melaksanakan usaha ditetapkan dalam dalam keputusan pemberian pertanian, perkebunan, keputusan pemberian haknya, perjanjian perikanan dan/atau haknya; penggunaan tanah Hak peternakan sesuai 2. Menggunakan tanah Pengelolaan atau dalam peruntukan dan sesuai dengan perjanjian pemberian Hak persyaratan peruntukannya dan Pakai atas tanah Hak Milik; sebagaimana ditetapkan persyaratan 2. Menggunakan tanah sesuai dalam keputusan sebagaimana ditetapkan dengan peruntukannya dan pemberian haknya; dalam keputusan dan persyaratan sebagaimana 3. Mengusahakan sendiri perjanjian pemberiannya; ditetapkan dalam keputusan tanah Hak Guna Usaha 3. memelihara dengan baik pemberiannya, atau dengan baik sesuai tanah dan bangunan perjanjian penggunaan dengan kelayakan usaha yang ada di atasnya serta tanah Hak Pengelolaan atau berdasarkan kriteria yang menjaga kelestarian perjanjian pemberian Hak ditetapkan oleh instansi lingkungan hidup; Pakai atas tanah Hak Milik; teknis; 4. Menyerahkan kembali 3. Memelihara dengan baik 4. Membangun dan tanah yang diberikan tanah dan bangunan yang memelihara prasarana dengan Hak Guna ada di atasnya serta lingkungan dan fasilitas Bangunan kepada menjaga kelestarian tanah yang ada dalam Negara, pemegang Hak lingkungan hidup; lingkungan areal Hak Pengelolaan atau 4. Menyerahkan kembali tanah Guna Usaha; pemegang Hak Milik yang diberikan dengan Hak 5. Memelihara kesuburan sesudah Hak Guna Pakai kepada Negara, tanah, mencegah Bangunan itu hapus; pemegang Hak Pengelolaan 20
  • 21. NO. URAIAN HAK MILIK HAK GUNA USAHA HAK GUNA BANGUNAN HAK PAKAI kerusakan sumber daya 5. Menyerahkan sertipikat atau pemegang Hak Milik alam dan menjaga Hak Guna Bangunan sesudah Hak Pakai tersebut kelestarian kemampuan yang telah hapus kepada hapus; lingkungan hidup sesuai Kepala Kantor 5. Menyerahkan sertipikat Hak dengan peraturan Pertanahan; Pakai yang telah hapus perundang-undangan 6. Jika tanah Hak Guna kepada Kepala Kantor yang berlaku; Bangunan karena Pertanahan; 6. Menyampaikan laporan keadaan geografis atau 6. Jika tanah Hak Pakai tertulis setiap akhir tahun lingkungan atau sebab- karena keadaan geografis mengenai pengunaan sebab lain letaknya atau lingkungan atau sebab- Hak Guna Usaha; sedemikian rupa sebab lain letaknya 7. Menyerahkan kembali sehingga mengurung sedemikian rupa sehingga tanah yang diberikan atau menutup mengurung atau menutup dengan Hak Guna Usaha pekarangan atau bidang pekarangan atau bidang kepada Negara sesudah tanah lain dari lintas tanah lain dari lalu lintas Hak Guna Usaha umum atau jalan air, umum atau jalan air, tersebut hapus; pemegang Hak Guna pemegang Hak Pakai wajib 8. Menyerahkan sertipikat Bangunan wajib memberikan jalan keluar Hak Guna Usaha yang memberikan jalan keluar atau jalan air atau telah hapus kepada atau jalan air atau kemudahan lain bagi Kepala Kantor kemudahan lain bagi pekarangan atau bidang Pertanahan; pekarangan atau bidang tanah yang terkurung itu. tanah yang terkurung itu. 9. Pemegang Hak Guna Usaha dilarang menyerahkan pengusahaan tanah Hak Guna Usaha kepada pihak lain, kecuali dalam hal-hal diperbolehkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 10. Jika tanah Hak Guna Usaha karena keadaan geografis atau lingkungan atau sebab-sebab lain letaknya sedemikian rupa 21
  • 22. NO. URAIAN HAK MILIK HAK GUNA USAHA HAK GUNA BANGUNAN HAK PAKAI sehingga mengurung atau menutup pekarangan atau bidang tanah lain dari lalu lintas umum atau jalan air, maka pemegang Hak Guna Usaha wajib memberikan jalan keluar atau jalan air atau kemudahan lain bagi pekarangan atau bidang tanah yang terkurung itu. 9. Hak tidak diatur 1. Pemegang Hak Guna Pemegang Hak Guna Pemegang Hak Pakai berhak Pemegang Usaha berhak Bangunan berhak menguasai dan memperguna- menguasai dan menguasai dan kan tanah yang diberikan mempergunakan tanah mempergunakan tanah dengan Hak Pakai selama yang diberikan dengan yang diberikan dengan Hak waktu tertentu untuk keperluan Hak Guna Usaha untuk Guna Bangunan selama pribadi atau usahanya serta melaksanakan usaha di waktu tertentu untuk untuk memindahkan hak bidang pertanian, mendirikan dan mempunyai tersebut kepada pihak lain dan perkebunan, perikanan bangunan untuk keperluan membebaninya, atau selama dan atau peternakan. pribadi atau usahanya serta digunakan untuk keperluan 2. Penguasaan dan untuk mengalihkan hak tertentu. penggunaan sumber air tersebut kepada pihak lain dan sumber daya alam dan membebaninya. lainnya di atas tanah yang diberikan dengan Hak Guna Usaha oleh pemegang Hak Guna Usaha hanya dapat dilakukan untuk mendukung usaha di bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan atau peternakan dengan mengingat ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan 22
  • 23. NO. URAIAN HAK MILIK HAK GUNA USAHA HAK GUNA BANGUNAN HAK PAKAI kepentingan masyarakat sekitarnya. 10. Pemberian tidak diatur Hak Guna Usaha diberikan 1. Hak Guna Bangunan atas 1. Hak Pakai atas tanah hak dengan keputusan tanah Negara diberikan Negara diberikan dengan (berdasarkan pemberian hak oleh Menteri dengan keputusan keputusan pemberian hak Peraturan atau pejabat yang ditunjuk. pemberian hak oleh oleh Menteri atau pejabat Pemerintah Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Nomor 40 yang ditunjuk. 2. Hak Pakai atas Hak Tahun 1996) 2. Hak Guna Bangunan atas Pengelolaan diberikan tanah Hak Pengelolaan dengan keputusan diberikan dengan pemberian hak oleh Menteri keputusan pemberian atau pejabat yang ditunjuk hak oleh Menteri atau berdasarkan usul pemegang pejabat yang ditunjuk Hak Pengelolaan. berdasarkan usul 3. Hak Pakai atas tanah Hak pemegang Hak Milik terjadi dengan Pengelolaan. pemberian tanah oleh pemegang Hak Milik dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah. Catatan : • Hak Pakai atas tanah Negara dan atas tanah Hak Pengelolaan terjadi sejak didaftar oleh Kantor Pertanahan dalam buku tanah sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. • Hak Pakai atas tanah Hak Milik mengikat pihak ketiga sejak saat pendaftarannya dalam buku tanah pada Kantor Pertanahan. 11. Jangka waktu tidak diatur Hak guna usaha diberikan Hak guna bangunan 1. Hak Pakai atas tanah (berdasarkan untuk jangka waktu paling diberikan untuk jangka Negara dan atas tanah Hak Peraturan lama 35 tahun dan dapat waktu paling lama 30 tahun Pengelolaan diberikan untuk 23
  • 24. NO. URAIAN HAK MILIK HAK GUNA USAHA HAK GUNA BANGUNAN HAK PAKAI Pemerintah diperpanjang paling lama 25 dan dapat diperpanjang jangka waktu paling lama 25 Nomor 40 tahun. paling lama 20 tahun. tahun dan dapat Tahun 1996) diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 tahun atau diberikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu; 2. Hak Pakai yang diberikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan selama dipergunakan untuk keperluan tertentu diberikan kepada:  Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Pemerintah Daerah;  Perwakilan negara asing dan perwakilan badan Internasional;  Badan Keagamaan daan badan sosial. 3. Hak Pakai atas tanah Hak Milik diberikan untuk jangka waktu paling lama dua puluh lima tahun dan tidak dapat diperpanjang. *) *) *) Catatan : Catatan : Catatan : Dengan berlakunya UU No. Dengan berlakunya UU No. Dengan berlakunya UU No. 25 25 Tahun 2007 tentang 25 Tahun 2007 tentang Tahun 2007 tentang Penanaman Modal maka Penanaman Modal maka Penanaman Modal maka Jangka Waktu HGU Jangka Waktu HGB Jangka Waktu Hak Pakai diperpanjang, berdasarkan diperpanjang, berdasarkan diperpanjang, berdasarkan Pasal 22 ayat (1) huruf a, Pasal 22 ayat (1) huruf b, Pasal 22 ayat (1) huruf c, yaitu: yaitu: yaitu: 24
  • 25. NO. URAIAN HAK MILIK HAK GUNA USAHA HAK GUNA BANGUNAN HAK PAKAI “Hak Guna Usaha dapat “Hak Guna Bangunan dapat “Hak Pakai dapat diberikan diberikan dengan jumlah diberikan dengan jumlah dengan jumlah 70 (tujuh 95 (sembilan puluh lima) 80 (delapan puluh) tahun puluh) tahun dengan cara tahun dengan cara dapat dengan cara dapat dapat diberikan dan diberikan dan diberikan dan diperpanjang di muka diperpanjang di muka diperpanjang di muka sekaligus selama 45 (empat sekaligus selama 60 sekaligus selama 50 (lima puluh lima) tahun dan dapat (enam puluh) tahun dan puluh) tahun dan dapat diperbarui selama 25 (dua dapat diperbarui selama diperbarui selama 30 (tiga puluh lima) tahun”. 35 (tiga puluh lima) puluh) tahun”. tahun”. 12. Hapusnya 1. Tanahnya jatuh kepada 1. Jangka waktunya 1. Jangka waktunya 1. Berakhirnya jangka waktu Hak negara, berakhir berakhir; sebagaimana ditetapkan a. karena pencabutan hak 2. Dihentikan sebelum 2. Dihentikan sebelum dalam keputusan pemberian berdasarkan Pasal 18; jangka waktunya berakhir jangka waktunya berakhir atau perpanjangannya atau b. karena penyerahan karena sesuatu syarat karena sesuatu syarat dalam perjanjian dengan sukarela oleh tidak dipenuhi; tidak dipenuhi; pemberiannya; pemiliknya; 3. Dilepaskan oleh 3. Dilepaskan oleh 2. Dibatalkan oleh pejabat c. karena ditelantarkan; pemegang haknya pemegang haknya yang berwenang, pemegang d. karena ketentuan pasal sebelum jangka waktunya sebelum jangka waktunya Hak Pengelolaan atau 21 ayat (3) dan 26 ayat berakhir; berakhir; pemegang Hak Milik (2). 4. Dicabut untuk 4. Dicabut untuk sebelum jangka waktunya 2. Tanahnya musnah. kepentingan umum; kepentingan umum; berakhir karena: 5. Ditelantarkan; 5. Ditelantarkan; a. tidak dipenuhinya 6. Tanahnya musnah; 6. Tanahnya musnah; kewajiban-kewajiban 7. Ketentuan dalam pasal 7. Ketentuan dalam pasal pemegang hak dan/atau 30 ayat (2) Undang 36 ayat (2) Undang dilanggarnya ketentuan- Nomor 5 Tahun 1960. Nomor 5 Tahun 1960. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, Pasal 51 dan Pasal 52; atau b. tidak dipenuhinya syarat- syarat atau kewajiban- kewajiban yang tertuang dalam perjanjian pemberian Hak Pakai antara pemegang Hak Pakai dan pemegang Hak 25
  • 26. NO. URAIAN HAK MILIK HAK GUNA USAHA HAK GUNA BANGUNAN HAK PAKAI Milik atau perjanjian penggunaan Hak Pengelolaan; atau c. putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. 3. Dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktu berakhir; 4. dicabut berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 1961; 5. Ditelantarkan; 6. Tanahnya musnah; 7. Hapus karena hukum (pemegang hak tidak lagi memenuhi syarat subyek yang berhak/dapat memegang Hak Pakai). Sumber : http://www.docstoc.com/docs/24577296/Perbedaan-Hak-Milik-Hak-Guna-Usaha-Hak-Guna-Bangunan-dan-Hak-Pakai#, diakses 11 Juni 2012 26
  • 27. Sedangkan khusus untuk hak Pengelolaan Pasal 5 menentukan agar dilakukan pemeriksaan tanah oleh Panitia Pemeriksa Tanah atau Tim Penelitian Tanah atau Petugas yang ditunjuk. Susunan anggota dan tugas Panitia Pemeriksa Tanah dan Tim Penelitian Tanah tersebut ditetapkan oleh Menteri. Segala persetujuan atau penolakan permohonan Hak oleh Menteri, Kanwil/Kepala Kantor Pertanahan harus disertai reasoning yuridis dan substansinya. dalam pemberian hak-hak tersebut, sebagian dilakukan dengan mekanisme desentralisasi. D. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Secara umum pengendalian pemanfaatan ruang diatur dalam Pasal 35 UU no 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menyebutkan bahwa pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi. Selanjutnya Pasal 36 menyebutkan bahwa peraturan zonasi berfungsi sebagai pedoman pemanfaatan ruang sehingga harus disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Sebagai pedoman yang diacu, maka peraturan zonasi memerlukan legalitas, yaitu dapat berupa PP untuk Peraturan zonasi nasional, Perda Propinsi untuk peraturan zonasi system propinsi dan Perda Kab/Kota untuk Peraturan Zonasi system Kab/kota. UU no 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang melahirkan banyak ketentuan baru mengenai ketentuan penataan ruang, baik di level nasional, propinsi maupun kab/kota yang sebelumnya mengacu kepada UU no 24 tahun 1992. Implikasi yang lain adalah terjadinya sejumlah perubahan ketentuan penataan ruang di bawah UU dan Perda di level Propinsi maupun Kab/Kota. Persoalan selanjutnya yang akan dibahas disini adalah sejauhmana implikasi terhadap perizinan yang telah terbit sebelum RTRW di setiap daerah diperdakan? 27
  • 28. Semua harus diatur dalam ketentuan peralihan dalam berbagai opsi. UU no 26 Tahun 2007 sendiri mengatur sejumlah ketentuan mengenai perizinan yang pernah diterbitkan dan berlaku sebelumnya (Pasal 37), yang penting untuk dicermati antara lain : 1. Ketentuan Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diatur lebih lanjut di dalam PP 2. Izin Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW dibatalkan Pemerintah dan Pemda menurut kewenangan masing-masing sesuai peraturan perundang-undangan 3. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum 4. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi terbukti tidak sesuai dengan RTRW, dibatalkan oleh Pemerintah dan Pemda sesuai kewenangannya 5. Kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin tersebut dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin 6. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi (expired) akibat adanya perubahan RTRW dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan Pemda dengan ganti kerugian yang layak 7. Setiap pejabat yang berwenang memberikan izin dilarang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang menyimpang dari RTRW. Sehingga dapat dipahami bahwa diskresi atau beshicking tidak boleh melanggar ketentuan penataan ruang. E. Masa depan Perizinan sebelum berlakunya Perda RTRW Ketentuan yang diatur dalam Pasal 37 tersebut cukup memberikan gambaran bahwa meskipun peraturan perundang-undangan tidak berlaku surut (retroaktif) tetapi memberikan alternative solusi bagi ketentuan dan izin-izin yang pernah diperoleh sebelumnya dengan sejumlah penggantian kerugian. Ketentuan lebih tegas yang menginspirasi RTRW yang baru saja diitetapkan sebagai Perda terhadap Perizinan yang pernah diterbitkan pada masa lampau (sebelum lahirnya Perda) tertuang dalam Pasal 77 dan Pasal 78 UU no 26 Tahun 2007. Dalam kedua klausul tersebut mengatur ketentuan perundang-undangan yang lampau juga diatur bagaimana masa depan perizinan sebelum berlakunya Perda RTRW termasuk masa depan investasi yang sudah berjalan. Sebab bisa jadi, izin-izin yang diterbitkan pada masa lalu menggunakan beshickking dari Kepala Daerah. Pasal 77 menyebutkan bahwa pada saat RTRW ditetapkan (maksudnya ditetapkan sebagai Perda), semua pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang harus disesuaikan dengan rencana tata ruang melalui beberapa kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang. Dalam kegiatan penyesuaian tata ruang terdapat dua opsi antara lain : 28
  • 29. a. Pemanfataan ruang yang sah menurut rencana tata ruang sebelumnya diberi masa transisi selama 3 (tiga) tahun untuk penyesuaian. b. Untuk pemanfaatan ruang yang izinnya diterbitkan sebelum penetapan rencana tata ruang dan dapat dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh sesuai dengan prosedur yang benar, kepada pemegang izin diberikan penggantian yang layak. Kedua pilihan di atas dapat dicantumkan dalam setiap RTRW yang ditetapkan sebagai Perda sehingga para pemegang izin dan pejabat yang memberikan izin termasuk masyarakat terdampak memperoleh kepastian hukum Khusus mengenai eksistensi UU no 26 Tahun 2007, Pasal 78 UU ini mengatur tentang pengaturan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah (PP). Sejak saat diundangkan waktu itu,sejumlah produk hukum dibawah UU yang menjelaskan lebih lanjut ketentuan teknis UU lama diberikan batas waktu penyelesaian, antara lain dalam klausul yang berbunyi : a. Peraturan pemerintah yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan. b. Peraturan presiden yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 5 (lima) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan. c. Peraturan Menteri yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan. Dengan berlakunya UU no 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional disesuaikan paling lambat dalam waktu 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan terhitung sejak Undang-Undang Penataan Ruang diberlakukan; Selain itu semua peraturan daerah provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi disusun atau disesuaikan paling lambat dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan; dan semua Perda kabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota disusun atau disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak UU Penataan Ruang diberlakukan. 29
  • 30. Gambar Error! No text of specified style in document..1 Contoh Pemberian Hak Milik Menurut Pasal 11-15 Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 Tahun 2009 30
  • 31. Pemohon Dalam Hal dilimpahkan Kantor Pertanahan Belum OK Kasi Hak Atas Data Yuridis OK Dilengkapi Pemohon Tanah Data Fisik Tim Peneliti Bagi Tanah Yang Tanah Belum Terdaftar Risalah Konstatering Rapport Panitia Pemeriksa Tanah A Jika Tidak Dilimpahkan Kanwil Pertanahan Kepala Seksi Hak Atas Tanah Direkomendasikan berserta alasan Terbit Hak Milik penolakan/persetujuan Catat Dalam Form Isian Verifikasi Data Yuridis dan Data Fisik Jika Tidak Dilimpahkan 31
  • 32. Gambar Error! No text of specified style in document..2 Contoh Pemberian Hak Guna Usaha Menurut Pasal 20-23 Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 Tahun 2009 Pasal 22 Tidak Dilimpahkan HGU Periksa Data Yuridis Fisik Form Lamp. I4 bayar perbaikan berkas Tidak Kanwil kepada Kabid OK Dilengkapi Belum Ada Surat Ukur Panitia Pemeriksa Tanah B/Petugas Untuk Memeriksa Dilimpahkan Kabid Pengukuran Kabid Pendaftaran Belum Ada Struktur Mempersiapkan Struktur Risalah Pemeriksaan Tanah B. Risalah Pemeriksaan (Konstatering Rapport) oleh Petugas Tanah Menolak HGU HGU Menyetujui Teasoning Pasal 33 Menteri Mencatat Verifikasi Data Yuridis dan Data Fisik Pemohon OK Belum OK TERBIT HGU 32
  • 33. Gambar Error! No text of specified style in document..3 Prosedur Pemberian HGB Menurut Pasal 35- 58 Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 Tahun 2009 Kantor Pertanahan Ditolak / Belum Ok OK Kasi Penguatan Belum Ada Pendaftaran Surat Ukur Tanah untuk Kasi HAT / mempersiapkan Petugas Verifikasi surat Ukur / Mengukur Dilengkapi Risalah Pemeriksaan Tanah (Konstatering Data Yuridis Rapport) Data Fisik Belum Ok Dilengkapi dulu Kanwil BPN Tdk Dilimpahkan Kabid HAT Catat dalam Form Verifikasi Terbit HGB Yuridis Fisik Belum OK Pemohon OK Tidak Dilimpahkan Menteri 33
  • 34. Gambar Error! No text of specified style in document..4 Prosedur Pemberian Hak Pakai (Pasal 52-55) Menurut Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 9 Tahun 2009 Kantor Pertanahan Belum ada surat ukur Belum Ok Disempurnakan Ok Kasi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah Kasi Hak Atas Tanah Periksa/verifikasi data yuridis dan data fisik Tim Penelitian Tanah Panitia Pemeriksa Tanah A Memeriksa Permohonan Yang belum terdaftar Memeriksa Dokumen lain Risalah Pemeriksaan Tanah (Konstatering Rapport) Terbit Hak pakai Pemohon 34
  • 35. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pertimbangan Teknis dalam Penerbitan izin Lokasi, Penetapan Izin Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah. 1. Jenis Pertimbangan PermenAgraria/Kepala BPN no 2 Tahun 2011 lahir untuk menjawab silang sengkarut yang dihadapi pada saat realisasi prosedur izin lokasi. Kevakuman pengaturan selama 2 tahun terkait ketentuan pertimbangan teknis dalam penerbitan izin lokasi, penetapan izin lokasi dan perubahan penggunaan tanah dicoba dijawab melalui ketentuan ini sejak berlakunya Permenag/Kepala BPN no 9 Tahun 1999. Menurut Pasal 1, terdapat 3 jenis pertimbangan, yaitu : 1) Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi bagi Investor Merupakan pertimbangan yang memuat ketentuan dan syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah, sebagai dasar penerbitan Izin Lokasi yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya. 2) Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Penetapan Lokasi bagi Pemerintah/Pemda Adalah pertimbangan yang memuat ketentuan dan syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah, sebagai dasar pemberian keputusan penetapan lokasi tanah yang akan digunakan untuk pembangunan bagi kepentingan umum yang dilaksanakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. 3) Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Perubahan Penggunaan Tanah Adalah pertimbangan yang memuat ketentuan dan syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah, sebagai dasar pemberian izin kepada pemohon untuk melakukan perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanahnya. 35
  • 36. 2. Ketentuan Hukum yang Taat Azas Dalam Sebuah ketentuan normative setidaknya menganut azas hukum universal, yaitu Keadilan, Kemanfaatan, ketertiban dan kepastian hukum (Satjipto 2006). Demikian juga dalam memberikan pertimbangan teknis, keempat azas tersebut juga direpresentasikan oleh Pasal 3 yang menyebutkan bahwa Pedoman Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah harus terselenggara dengan ketentuan: 1) tidak boleh mengorbankan kepentingan umum (Kepastian Hukum) 2) tidak boleh saling mengganggu penggunaan tanah sekitarnya (ketertiban) 3) memenuhi azas keberlanjutan; (kemanfaatan) 4) memperhatikan azas keadilan; dan (keadilan) 5) memenuhi ketentuan peraturan perundangan. (kepastian hukum) 3. Dokumen Pertimbangan Teknis Pertanahan Sedangkan untuk memudahkan para pemohon, maka dituangkanlah Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah ke dalam Pedoman Teknis Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (Pasal 4). Pertimbangan Teknis Pertahanahan diterbitkan dalam bentuk dokumen. Secara administrative, dokumen Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah terdiri dari dua dokumen utama (Pasal 5), yaitu : 1) Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan; dan 2) Peta-peta Pertimbangan Teknis Pertanahan. Dalam risalah Pertimbangan Teknis berisi persetujuan atau penolakan (Pasal 6), baik penolakan terhadap keseluruhan permohonan atau penolakan pada sebagian permohonan saja dilengkapi dengan sejumlah ketentuan dan persyaratan. Ketentuan dan syarat-syarat dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi seluruh atau sebagian tanah akan digunakan untuk jenis penggunaan dan pemanfaatan tanah tertentu yang disetujui. Sedangkan peta-peta yang dijadikan dasar pertimbangan teknis pertanahan secara detail terdiri dari Petunjuk Letak Lokasi, Penggunaan Tanah, Gambaran Umum Penguasaan 36
  • 37. Tanah, Kemampuan Tanah, Kesesuaian Penggunaan Tanah, Ketersediaan Tanah, dan Pertimbangan Teknis Pertanahan. Risalah dan peta-peta tersebut (Pasal 6 dan Pasal 7) diperlukan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan: 1) Pengumpulan data dan informasi di lapangan; 2) Neraca Penatagunaan Tanah Kabupaten/Kota/Provinsi/Nasional; dan 3) Data dan informasi yang berasal dari berbagai sumber lainnya yang diperlukan. 4. Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Perubahan Penggunaan Tanah Dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 9 tentang profil Tim Penerbitan Pertimbagan teknis Pertanahan. Penyusunan dan penerbitan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah dilaksanakan oleh Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan. Secara hierarchies pertimbangan Teknis Pertanahan diberikan oleh tim yang terdiri daripejabat-pejabat yang berkompeten di levelnya masing-masing (Pasal 9), antara lain : 1) Pertimbangan Teknis Pertanahan lintas wilayah Provinsi dilaksanakan oleh Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan Nasional, yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia; 2) Pertimbangan Teknis Pertanahan lintas wilayah Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan Provinsi, yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional; dan 3) Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam satu wilayah Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan Kabupaten/Kota, yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kantor Pertanahan. Adapun Susunan keanggotaan Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan Nasional terdiri atas: 1) Penanggungjawab : Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia; 2) Ketua merangkap anggota : Deputi Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan; 3) Sekretaris merangkap anggota : Direktur Penatagunaan Tanah; dan 37
  • 38. 4) Anggota : Unsur teknis di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Susunan keanggotaan Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan Provinsi terdiri atas: 1) Penanggungjawab : Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional; 2) Ketua merangkap anggota : Kepala Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan; 3) Sekretaris merangkap anggota : Kepala Seksi Penatagunaan Tanah; dan 4) Anggota : Unsur teknis di lingkungan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional. Susunan keanggotaan Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada terdiri atas: 1) Penanggungjawab : Kepala Kantor Pertanahan; 2) Ketua merangkap anggota : Kepala Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan; 3) Sekretaris merangkap anggota : Kepala Subseksi Penatagunaan Tanah dan Kawasan Tertentu; dan 4) Anggota : Unsur teknis di lingkungan Kantor Pertanahan. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam Penerbitan Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah sebagaimana dibantu oleh petugas sekretariat dan petugas lapangan yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan luas dan jenis kegiatan yang dimohon. Tim tersebut bekerja setiap tahun dan ditetapkan alokasi pendanaannnya setiap tahun anggaran. 5. Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi Pembinaan dan monitoring terhadap Izin Lokasi, Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan tanah diselenggarakan oleh para pejabat yang berkompeten di masing- masing wilayah, yaitu : 1) Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia untuk tingkat Nasional, Provinsi dan kabupaten/Kota; 2) Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional untuk tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota; dan 38
  • 39. 3) Kepala Kantor Pertanahan untuk tingkat Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan pembinaan dan monitoring untuk Izin Lokasi dilaksanakan dalam rangka mengendalikan pemanfaatan izin lokasi agar tidak menyimpang dari izin yang diterbitkan bahkan hingga pembatalan. Monitoring dan evaluasi dalam bentuk pembinaan ini dilaksanakan dengan memperhatikan Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan; dan Ketentuan pada Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi (Pasal 11 ayat 2). Hasil pembinaan dan monitoring menjadi bahan pertimbangan dalam Pembatalan Izin Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Lampiran I sub bidang 1 angka 3 huruf h. Pembatalan Izin Lokasi tersebut harus dilaksanakan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia atas usulan : 1) Pemerintah Provinsi dengan pertimbangan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional; dan 2) Pemerintah Kabupaten/Kota dengan pertimbangan Kepala Kantor Pertanahan. 39
  • 40. 40