SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
UJI PRAKLINIK OBAT
TRADISIONAL
Tujuan pemakaianOT
promotif
• Untuk memelihara kesehatan dan menjaga kebugaran
jasmani
preventif
• Untuk mencegah penyakit
kuratif
• Sebagai upaya mengganti atau mendampingi penggunaan
obat jadi
rehabilitatif
• Untuk memulihkan kesehatan
Penggunaan obat tradisional dalam
sistem pelayanan kesehatan masyarakat
• Bukti yang diperlukan harus
didasarkan data sahih
BERMANFAAT
TERSTANDARISASI
(BERMUTU)
AMAN
Upaya Pengembangan dan Pemanfaatan OT
•Upaya untuk memenuhi persyaratan tersebut:
1. Penegasan keamanan  uji toksisitas dan khasiat
2. jika memenuhi persyaratan  dilanjutkan dengan uji
klinik.
3. Pelaksanaan penelitian terpadu dan saling terkait 
terkoordinasi (Dep Kes RI membentuk sentra
Pengembangan dan Penerapan Pengobatan
Tradisional (Sentra P3T)
Upaya terobosan
5
PerMenkes No. 003 Tahun 2010 tentang
“Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis
YanKes”: sebagai “upaya terobosan” untuk
“memasukkan jamu” dalam pelayanan kesehatan
(agar tidak menyalahi UU Praktik Kedokteran)
Jamu: perlu mendapatkan pengakuan dari profesi
kedokteran sebagai alternatif metoda pelayanan
kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif)
KepMenkes No. 1334/2010: Komisi Nasional
Saintifikasi Jamu sebagai kendaraan untuk
mencapai tujuan
Tahap-tahap pengembangan dan pengujian OT
1. LANGKAH 1 : Uji Praklinik (Menentukan Keamanan Melalui Uji toksisitas, dan
Menentukan Khasiat Melalui Uji Farmakodinamik)
2. LANGKAH 2 : Standardisasi Secara Sederhana.
3. LANGKAH 3 : Teknologi Farmasi yang Menentukan Identitas Secara Seksama
Sampai dapat dibuat produk yang terstandardisasi.
4. LANGKAH 4 : Uji Klinik Pada Orang Sakit dan atau Orang Sehat
Setelah langkah IV ini dan terbukti manfaat dan keamanannya
maka OT dapat dipakai dalam pelayanan kesehatan
Standar Bahan Baku Dan Bentuk
Sediaan Fitofarmaka
• Bentuk sediaan harus dipilih sesuai dengan sifat bahan baku dan tujuan
penggunaannya, sehingga bentuk sediaan tersebut dapat memberikan
keamanan, khasiat, dan mutu yang paling tinggi.
• Komposisi Fitofarmaka tidak boleh lebih dari 5 (lima) bahan baku, tetapi akan
dilakukan penilaian secara khusus pada saat pendaftaran bila ada penyimpangan
terhadap hal tersebut.
• Penilaian khusus tersebut meliputi kemampuan Industri ObatTradisional
dalam melakukan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif terhadap
Fitofarmaka.
• Masing-masing bahan baku tersebut harus diketahui keamanan dan
khasiatnya, serta keamanan dan kebenaran khasiat ramuan tersebut harus
dibuktikan dengan uji klinik.
Uji praklinik obat tradisional
•Uji praklinik dilakukan secara in vitro dan in
vivo melihat: toksisitas (menilai keamanan
OT yang diuji dan menetapkan spektrum
efek toksik) dan efek farmakodinamik
(informasi tentang khasiat)
•Bentuk sediaan disesuaikan dengan
pemberian pada manusia
•Hewan coba tikus atau mencit/ hewan
rodent/primata
Prinsip dasar uji praklinik
• OT yang digunakan secara empirik untuk indikasi tertentu oleh
masyarakat, dalam kenyataannya dapat beragam cirinya dalam
berbagai aspek.
• Keragaman ciri-ciri OT dimaksud, erat terkait dengan keragaman
komunitas masyarakat (kelompok etnik) dan mencakup berbagai aspek
antara lain bahan yang digunakan, komposisi formula, bentuk sediaan,
cara penyiapan untuk penggunaan, dan cara menggunakannya
• Identitas OT-uji perlu diungkapkan terlebih dahulu sebelum dapat
dimulai pelaksanaan uji praklinik OT.
• Pada tahap awal identitas sederhana dipandang cukup memadai.
Identitas sederhana
• Identitas sederhana ini mencakup:
A. Simplisia yang digunakan diuraikan dalam nama latin baik genus
maupun speciesnya.
B. Ukuran berat/volume.
C. Langkah-langkah proses pembuatan dari bentuk simplisia hingga
menjadi bentuk yang siap diujikan.
D. Dosis dan cara penggunaan (cara pemberian, frekuensi, interval,
lama pemberian)
Uji farmakodinamik
• Tujuan untuk meneliti efek farmakodinamik dan menelusuri
mekanisme kerja dalam menimbulkan efek dari obat tradisional
tersebut
• Penelitian dilakukan secara in vitro dan in vivo
• Cara pemberian disesuaikan dengan cara pemberian pada manusia
mencakup dosis dan cara penggunaannya ( cara pemberian, frekuensi,
interval dan lama pemberian)
• Selalu diupayakan adanya kelompok pembanding yaitu kelompok yang
diberi obat standar dan plasebo
• Pada tahap ini dilakukan uji standarisasi simplisia, penentuan identitas
dan menentukan bentuk sediaan yang sesuai.
Uji toksisitas
Uji toksisitas
terdiri atas 2 jenis
yaitu:
Toksisitas umum
(akut, subakut,
subkronis, kronis)
Toksisitas khusus
(teratogenik,
mutagenik, dan
karsinogenik)
Uji toksisitas
• Dalam uji toksisitas perlu dibedakan, OT yg dipakai secara singkat (short
term use) dan yang dipakai dalam jangka waktu lama (long term use).
• Untuk short term use dipentingkan toksisitas akut, sedang untuk long
term use perlu diteliti juga toksisitas subkronis dan kronis.
• Uji lain seperti uji teratogenik, karsinogenik disesuaikan dengan indikasi
OT yg bersangkutan.
• Dalam pelaksanaan uji toksisitas, bentuk OT perlu diupayakan sesuai
dengan bentuk yang digunakan oleh masyarakat, mencakup antara lain
komposisi formula, cara penyediaan, dan cara penggunaan.
Dosis pengujian obat tradisional
1. Dalam pengujian lazim digunakan tiga tingkat dosis, ditentukan
dengan mempertimbangkan aktifitas farmakologik dan hasil uji
toksisitas akut.
2. Pemilihan dosis tertinggi perlu diupayakan yang dapat
menimbulkan efek toksik yaitu perubahan-perubahan hematologik,
biokimia, anatomik atau histologik, namun mayoritas harus dapat
bertahan hidup.
3. Dosis paling rendah harus mendekati dosis efektif sesuai dengan
spesies yang digunakan dalam pengujian.
4. Upaya pengembangan pemanfaatan OT untuk pemberian jangka
panjang, bermanfaat jika dapat diungkapkan batas keamanan
(margin of safety).
Dari hasil uji praklinik akan diperoleh beberapa kelompok obat
tradisional yang memberikan hasil
1. Kelompok pertama: obat tradisional tersebut terbukti aman
(tidak toksik) dan berkhasiat
2. Kelompok kedua: obat tradisional tersebut terbuktiTIDAK aman
(toksik) tetapi berkhasiat
3. Kelompok ketiga: obat tradisional tersebut terbukti aman (tidak
toksik) dan tidak berkhasiat
4. Kelompok keempat: obat tradisional tersebut terbukti tidak aman
(toksik) dan tidak berkhasiat
Untuk OT kelompok I
( aman dan berkhasiat)
•Diperbolehkan tetap beredar di masyarakat pada jalur non
formal dan pada penandaannya ditambahkan label khusus
dari Departemen Kesehatan yang menyatakan bahwa obat
tersebut terbukti berkhasiat.
•Obat tradisional kelompok pertama penelitiannya
disarankan untuk dilanjutkan agar dapat masuk ke pelayanan
kesehatan. Untuk itu dapat ditempuh 2 jalur yaitu:
1. OT tersebut tetap dalam bentuk sediaan semula,
dilakukan standardisasi sederhana (langkah II) dan
dilakukan uji klinik OT. Apabila ternyata
terbukti bermanfaat, maka dapat diusulkan kepada
Menkes untuk dimasukkan ke upayaYankes.
2. Dilakukan langkah III (teknologi farmasi) yang
menentukan identitasOT sampai dibuat produk dengan
sediaan baru dan terstandardisasi, kemudian dilakukan
uji klinik OT. Apabila terbukti bermanfaat, diusulkan
untuk dimasukkan ke upayaYankes.
Untuk OT kelompok II
(tidak aman dan berkhasiat)
• Dilakukan pengkajian lebih lanjut
• Dilarang beredar di masyarakat
Untuk OT kelompok III ( aman dan
tidak berkhasiat)
• Dilarang beredar dan dilarang dipakai oleh masyarakat
Untuk OT kelompok IV
(tidak aman dan tidak berkhasiat)
• Dilarang beredar dan dilarang dipakai oleh masyarakat
Tahapan Penemuan Obat
TERIMAKASIH

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Metabolit pada Jahe
Metabolit pada JaheMetabolit pada Jahe
Metabolit pada Jahe
 
PP flavonoid
PP flavonoidPP flavonoid
PP flavonoid
 
Farmakognosi ALKALOID
Farmakognosi ALKALOIDFarmakognosi ALKALOID
Farmakognosi ALKALOID
 
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunderFistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
Fistan materi 1 metabolit primer dan sekunder
 
FENOL.pptx
FENOL.pptxFENOL.pptx
FENOL.pptx
 
Sediaan solida bu neni
Sediaan solida bu neniSediaan solida bu neni
Sediaan solida bu neni
 
Pengembangan obat herbal
Pengembangan obat herbalPengembangan obat herbal
Pengembangan obat herbal
 
Pengenalan resep
Pengenalan resepPengenalan resep
Pengenalan resep
 
Kasus farmakoterapi I
Kasus farmakoterapi IKasus farmakoterapi I
Kasus farmakoterapi I
 
Konseling dan pio nada
Konseling dan pio nadaKonseling dan pio nada
Konseling dan pio nada
 
REKONSILIASI OBAT.pdf
REKONSILIASI OBAT.pdfREKONSILIASI OBAT.pdf
REKONSILIASI OBAT.pdf
 
Kanal ion-sebagai-target-aksi-obat
Kanal ion-sebagai-target-aksi-obatKanal ion-sebagai-target-aksi-obat
Kanal ion-sebagai-target-aksi-obat
 
Naranjo naranjo
Naranjo naranjoNaranjo naranjo
Naranjo naranjo
 
Cpob 2012
Cpob 2012Cpob 2012
Cpob 2012
 
Larutan ( solution )
Larutan ( solution )Larutan ( solution )
Larutan ( solution )
 
Manajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakitManajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakit
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
 
Toksikologi 2017
Toksikologi 2017Toksikologi 2017
Toksikologi 2017
 
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas AirTitrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Air
 
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hatifarmakoterapi pada pasien gangguan hati
farmakoterapi pada pasien gangguan hati
 

Similar to Uji Praklinik Obat Tradisional

pengembanganobatherbalfix-141012233944-conversion-gate02-1.pdf
pengembanganobatherbalfix-141012233944-conversion-gate02-1.pdfpengembanganobatherbalfix-141012233944-conversion-gate02-1.pdf
pengembanganobatherbalfix-141012233944-conversion-gate02-1.pdfssuser8bb64a
 
C20 Pengantar Farmakologi
C20 Pengantar FarmakologiC20 Pengantar Farmakologi
C20 Pengantar FarmakologiCatatan Medis
 
asdf ascvbcbaaf asdf
asdf ascvbcbaaf asdfasdf ascvbcbaaf asdf
asdf ascvbcbaaf asdfPutraUtomo
 
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptxMFerdyYahyaRamadhan
 
Uji praklinik obat baru
Uji praklinik  obat  baruUji praklinik  obat  baru
Uji praklinik obat baruHabib Assinjiy
 
Kuliah bahan baku obat tradisional
Kuliah bahan baku obat tradisionalKuliah bahan baku obat tradisional
Kuliah bahan baku obat tradisionalShesanthiCitrariana
 
uji klinis materi bidang farmasi klinik yang dipelajari
uji klinis materi bidang farmasi klinik yang dipelajariuji klinis materi bidang farmasi klinik yang dipelajari
uji klinis materi bidang farmasi klinik yang dipelajarisitifadhila18
 
11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat
11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat
11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obatBabangPattimura
 
PKPO SUTOTO.pptx
PKPO SUTOTO.pptxPKPO SUTOTO.pptx
PKPO SUTOTO.pptxDidikLukman
 
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat-PKPO.pdf
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat-PKPO.pdfPelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat-PKPO.pdf
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat-PKPO.pdfAriestaPerwitasari
 
Aisyah ulil azmi
Aisyah ulil azmiAisyah ulil azmi
Aisyah ulil azmiais pavaci
 
Dhea_Punya_Standar_Pelayanan_Kefarmasian.pptx
Dhea_Punya_Standar_Pelayanan_Kefarmasian.pptxDhea_Punya_Standar_Pelayanan_Kefarmasian.pptx
Dhea_Punya_Standar_Pelayanan_Kefarmasian.pptxCiciHusen
 
Penelitian ilmiah sebagai upaya saintifikasi herbal
Penelitian ilmiah sebagai upaya saintifikasi herbalPenelitian ilmiah sebagai upaya saintifikasi herbal
Penelitian ilmiah sebagai upaya saintifikasi herbalPerdudikes
 
Jamu Saintifikasi.pptx
Jamu Saintifikasi.pptxJamu Saintifikasi.pptx
Jamu Saintifikasi.pptxAdityaNoviadi1
 

Similar to Uji Praklinik Obat Tradisional (20)

pengembanganobatherbalfix-141012233944-conversion-gate02-1.pdf
pengembanganobatherbalfix-141012233944-conversion-gate02-1.pdfpengembanganobatherbalfix-141012233944-conversion-gate02-1.pdf
pengembanganobatherbalfix-141012233944-conversion-gate02-1.pdf
 
GCP - UJI KLINIK.pptx
GCP - UJI KLINIK.pptxGCP - UJI KLINIK.pptx
GCP - UJI KLINIK.pptx
 
C20 Pengantar Farmakologi
C20 Pengantar FarmakologiC20 Pengantar Farmakologi
C20 Pengantar Farmakologi
 
asdf ascvbcbaaf asdf
asdf ascvbcbaaf asdfasdf ascvbcbaaf asdf
asdf ascvbcbaaf asdf
 
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
412547410-Ppt-Penggunaan-Obat-Rasional.pptx
 
Uji praklinik obat baru
Uji praklinik  obat  baruUji praklinik  obat  baru
Uji praklinik obat baru
 
Kuliah bahan baku obat tradisional
Kuliah bahan baku obat tradisionalKuliah bahan baku obat tradisional
Kuliah bahan baku obat tradisional
 
uji klinis materi bidang farmasi klinik yang dipelajari
uji klinis materi bidang farmasi klinik yang dipelajariuji klinis materi bidang farmasi klinik yang dipelajari
uji klinis materi bidang farmasi klinik yang dipelajari
 
66 122-1-sm
66 122-1-sm66 122-1-sm
66 122-1-sm
 
Stase farmasi klinik.pptx
Stase farmasi klinik.pptxStase farmasi klinik.pptx
Stase farmasi klinik.pptx
 
11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat
11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat
11 pelayanan-kefarmasian-penggunaan-obat
 
PKPO SUTOTO.pptx
PKPO SUTOTO.pptxPKPO SUTOTO.pptx
PKPO SUTOTO.pptx
 
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat-PKPO.pdf
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat-PKPO.pdfPelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat-PKPO.pdf
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat-PKPO.pdf
 
FITOFARMAKA
FITOFARMAKAFITOFARMAKA
FITOFARMAKA
 
Aisyah ulil azmi
Aisyah ulil azmiAisyah ulil azmi
Aisyah ulil azmi
 
MATERI 6-SWAMEDIKASI.pptx
MATERI 6-SWAMEDIKASI.pptxMATERI 6-SWAMEDIKASI.pptx
MATERI 6-SWAMEDIKASI.pptx
 
Dhea_Punya_Standar_Pelayanan_Kefarmasian.pptx
Dhea_Punya_Standar_Pelayanan_Kefarmasian.pptxDhea_Punya_Standar_Pelayanan_Kefarmasian.pptx
Dhea_Punya_Standar_Pelayanan_Kefarmasian.pptx
 
VISITE
VISITEVISITE
VISITE
 
Penelitian ilmiah sebagai upaya saintifikasi herbal
Penelitian ilmiah sebagai upaya saintifikasi herbalPenelitian ilmiah sebagai upaya saintifikasi herbal
Penelitian ilmiah sebagai upaya saintifikasi herbal
 
Jamu Saintifikasi.pptx
Jamu Saintifikasi.pptxJamu Saintifikasi.pptx
Jamu Saintifikasi.pptx
 

Recently uploaded

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 

Recently uploaded (18)

Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 

Uji Praklinik Obat Tradisional

  • 2. Tujuan pemakaianOT promotif • Untuk memelihara kesehatan dan menjaga kebugaran jasmani preventif • Untuk mencegah penyakit kuratif • Sebagai upaya mengganti atau mendampingi penggunaan obat jadi rehabilitatif • Untuk memulihkan kesehatan
  • 3. Penggunaan obat tradisional dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat • Bukti yang diperlukan harus didasarkan data sahih BERMANFAAT TERSTANDARISASI (BERMUTU) AMAN
  • 4. Upaya Pengembangan dan Pemanfaatan OT •Upaya untuk memenuhi persyaratan tersebut: 1. Penegasan keamanan  uji toksisitas dan khasiat 2. jika memenuhi persyaratan  dilanjutkan dengan uji klinik. 3. Pelaksanaan penelitian terpadu dan saling terkait  terkoordinasi (Dep Kes RI membentuk sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra P3T)
  • 5. Upaya terobosan 5 PerMenkes No. 003 Tahun 2010 tentang “Saintifikasi Jamu Dalam Penelitian Berbasis YanKes”: sebagai “upaya terobosan” untuk “memasukkan jamu” dalam pelayanan kesehatan (agar tidak menyalahi UU Praktik Kedokteran) Jamu: perlu mendapatkan pengakuan dari profesi kedokteran sebagai alternatif metoda pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) KepMenkes No. 1334/2010: Komisi Nasional Saintifikasi Jamu sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan
  • 6.
  • 7.
  • 8. Tahap-tahap pengembangan dan pengujian OT 1. LANGKAH 1 : Uji Praklinik (Menentukan Keamanan Melalui Uji toksisitas, dan Menentukan Khasiat Melalui Uji Farmakodinamik) 2. LANGKAH 2 : Standardisasi Secara Sederhana. 3. LANGKAH 3 : Teknologi Farmasi yang Menentukan Identitas Secara Seksama Sampai dapat dibuat produk yang terstandardisasi. 4. LANGKAH 4 : Uji Klinik Pada Orang Sakit dan atau Orang Sehat Setelah langkah IV ini dan terbukti manfaat dan keamanannya maka OT dapat dipakai dalam pelayanan kesehatan
  • 9. Standar Bahan Baku Dan Bentuk Sediaan Fitofarmaka • Bentuk sediaan harus dipilih sesuai dengan sifat bahan baku dan tujuan penggunaannya, sehingga bentuk sediaan tersebut dapat memberikan keamanan, khasiat, dan mutu yang paling tinggi. • Komposisi Fitofarmaka tidak boleh lebih dari 5 (lima) bahan baku, tetapi akan dilakukan penilaian secara khusus pada saat pendaftaran bila ada penyimpangan terhadap hal tersebut. • Penilaian khusus tersebut meliputi kemampuan Industri ObatTradisional dalam melakukan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif terhadap Fitofarmaka. • Masing-masing bahan baku tersebut harus diketahui keamanan dan khasiatnya, serta keamanan dan kebenaran khasiat ramuan tersebut harus dibuktikan dengan uji klinik.
  • 10. Uji praklinik obat tradisional •Uji praklinik dilakukan secara in vitro dan in vivo melihat: toksisitas (menilai keamanan OT yang diuji dan menetapkan spektrum efek toksik) dan efek farmakodinamik (informasi tentang khasiat) •Bentuk sediaan disesuaikan dengan pemberian pada manusia •Hewan coba tikus atau mencit/ hewan rodent/primata
  • 11. Prinsip dasar uji praklinik • OT yang digunakan secara empirik untuk indikasi tertentu oleh masyarakat, dalam kenyataannya dapat beragam cirinya dalam berbagai aspek. • Keragaman ciri-ciri OT dimaksud, erat terkait dengan keragaman komunitas masyarakat (kelompok etnik) dan mencakup berbagai aspek antara lain bahan yang digunakan, komposisi formula, bentuk sediaan, cara penyiapan untuk penggunaan, dan cara menggunakannya • Identitas OT-uji perlu diungkapkan terlebih dahulu sebelum dapat dimulai pelaksanaan uji praklinik OT. • Pada tahap awal identitas sederhana dipandang cukup memadai.
  • 12. Identitas sederhana • Identitas sederhana ini mencakup: A. Simplisia yang digunakan diuraikan dalam nama latin baik genus maupun speciesnya. B. Ukuran berat/volume. C. Langkah-langkah proses pembuatan dari bentuk simplisia hingga menjadi bentuk yang siap diujikan. D. Dosis dan cara penggunaan (cara pemberian, frekuensi, interval, lama pemberian)
  • 13. Uji farmakodinamik • Tujuan untuk meneliti efek farmakodinamik dan menelusuri mekanisme kerja dalam menimbulkan efek dari obat tradisional tersebut • Penelitian dilakukan secara in vitro dan in vivo • Cara pemberian disesuaikan dengan cara pemberian pada manusia mencakup dosis dan cara penggunaannya ( cara pemberian, frekuensi, interval dan lama pemberian) • Selalu diupayakan adanya kelompok pembanding yaitu kelompok yang diberi obat standar dan plasebo • Pada tahap ini dilakukan uji standarisasi simplisia, penentuan identitas dan menentukan bentuk sediaan yang sesuai.
  • 14. Uji toksisitas Uji toksisitas terdiri atas 2 jenis yaitu: Toksisitas umum (akut, subakut, subkronis, kronis) Toksisitas khusus (teratogenik, mutagenik, dan karsinogenik)
  • 15. Uji toksisitas • Dalam uji toksisitas perlu dibedakan, OT yg dipakai secara singkat (short term use) dan yang dipakai dalam jangka waktu lama (long term use). • Untuk short term use dipentingkan toksisitas akut, sedang untuk long term use perlu diteliti juga toksisitas subkronis dan kronis. • Uji lain seperti uji teratogenik, karsinogenik disesuaikan dengan indikasi OT yg bersangkutan. • Dalam pelaksanaan uji toksisitas, bentuk OT perlu diupayakan sesuai dengan bentuk yang digunakan oleh masyarakat, mencakup antara lain komposisi formula, cara penyediaan, dan cara penggunaan.
  • 16. Dosis pengujian obat tradisional 1. Dalam pengujian lazim digunakan tiga tingkat dosis, ditentukan dengan mempertimbangkan aktifitas farmakologik dan hasil uji toksisitas akut. 2. Pemilihan dosis tertinggi perlu diupayakan yang dapat menimbulkan efek toksik yaitu perubahan-perubahan hematologik, biokimia, anatomik atau histologik, namun mayoritas harus dapat bertahan hidup. 3. Dosis paling rendah harus mendekati dosis efektif sesuai dengan spesies yang digunakan dalam pengujian. 4. Upaya pengembangan pemanfaatan OT untuk pemberian jangka panjang, bermanfaat jika dapat diungkapkan batas keamanan (margin of safety).
  • 17. Dari hasil uji praklinik akan diperoleh beberapa kelompok obat tradisional yang memberikan hasil 1. Kelompok pertama: obat tradisional tersebut terbukti aman (tidak toksik) dan berkhasiat 2. Kelompok kedua: obat tradisional tersebut terbuktiTIDAK aman (toksik) tetapi berkhasiat 3. Kelompok ketiga: obat tradisional tersebut terbukti aman (tidak toksik) dan tidak berkhasiat 4. Kelompok keempat: obat tradisional tersebut terbukti tidak aman (toksik) dan tidak berkhasiat
  • 18. Untuk OT kelompok I ( aman dan berkhasiat) •Diperbolehkan tetap beredar di masyarakat pada jalur non formal dan pada penandaannya ditambahkan label khusus dari Departemen Kesehatan yang menyatakan bahwa obat tersebut terbukti berkhasiat. •Obat tradisional kelompok pertama penelitiannya disarankan untuk dilanjutkan agar dapat masuk ke pelayanan kesehatan. Untuk itu dapat ditempuh 2 jalur yaitu:
  • 19. 1. OT tersebut tetap dalam bentuk sediaan semula, dilakukan standardisasi sederhana (langkah II) dan dilakukan uji klinik OT. Apabila ternyata terbukti bermanfaat, maka dapat diusulkan kepada Menkes untuk dimasukkan ke upayaYankes. 2. Dilakukan langkah III (teknologi farmasi) yang menentukan identitasOT sampai dibuat produk dengan sediaan baru dan terstandardisasi, kemudian dilakukan uji klinik OT. Apabila terbukti bermanfaat, diusulkan untuk dimasukkan ke upayaYankes.
  • 20. Untuk OT kelompok II (tidak aman dan berkhasiat) • Dilakukan pengkajian lebih lanjut • Dilarang beredar di masyarakat
  • 21. Untuk OT kelompok III ( aman dan tidak berkhasiat) • Dilarang beredar dan dilarang dipakai oleh masyarakat
  • 22. Untuk OT kelompok IV (tidak aman dan tidak berkhasiat) • Dilarang beredar dan dilarang dipakai oleh masyarakat

Editor's Notes

  1. Promotif dan preventif misalnya dengan penggunaan tanaman obat dari Famili Zingiberacea dimasa pandemic oleh masyarakat dalam memelihara kesehatan maupun mencegah penyakit. Atau penggunaan produk OT,OHT ataupun fitofarmaka seperti Imboost (Echinaceae), OHT seperti HI Stimuno (Mengkudu dan Kencur), Fitofarmaka Stimuno (Phyllantus niruri). Kuratif (pendamping obat modern) misal : Produk Curcumin (temulawak) yang diresepkan pada pasien gangguan hati, atau Produk Milk thistle (silymarin) berfungsi mendorong hati untuk memproduksi sel-sel baru. Rehabilitatif , misal : Pada pasien kecanduan obat2an diberikan OT dari tanaman temulawak, sambiloto yang berfungsi untuk membantu meregenerasi organ yang rusak akibat zat-zat racun dari narkotika. Juga pasien diberikan Ginkgo biloba untuk meningkatkan daya ingat pasien. Ada pula yang memberikan bunga sirsak untuk meningkatkan kadar serotonin yang kaitannya dengan mengurangi kegelisahan (efek menenangkan).
  2. Terdapat 4 cara dalam penemuan obat, yang mana cara tersebut harus memiliki metode yang dapat dipercaya dan ilmiah. 1. Pengalaman empiris secara turun menurun >> menghasilkan obat tradisional dan jamu 2. Prosedur yang lebih ilmiah yaitu dengan memahami tempat kerja obat sehingga dipahami interaksi obat dengan reseptor >> menjelaskan bagaimana mekanisme efek terapi dan efek samping dari obat tersebut. Contoh : Aspirin dari spinura cortex kemudian disintesis sebagai As. Asetil salisilat dibuktikan berefek analgetik/piretik/antiinflamasi, kemudian dikembangkan ternyata aspirin juga berfungsi untuk sebagai antitrombotik (stroke), dan terakhir dikaji pada tahun 2010 aspirin sebagai antikanker (bekerja dengan penghambatan COX-2). 3. Cara kebetulan dalam meneliti atau perjalanan pemanfaatan obat tertentu >> sering terjadi dalam penemuan obat baru. EX: Penicillin 4. Skrining >> melalui proses pemisahan secara bertahap > isolasi
  3. Uji aktivitas farmakologi dan toksisitas dari OT Jika data uji praklinik baik maka dapat dilanjutkan ke uji klinik. Sentra P3T ini berada ditiap provinsi, dibawah pengawasan Menteri kesehatan dan Gubernur masing2 provinsi. Sentra P3K secara operasional dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi yang bekerjasama dengan Rumah sakit, Puskesmas, Perguruan Tinggi, maupun instansi lain.
  4. Berdasarkan Riset Tumbuhan Obat dan Jamu tahun 2017, Indonesia memiliki sumber alam hayati yang terdiri dari 2.848 spesies tumbuhan obat dengan 32.014 ramuan obat. Dengan hal ini, Pemerintah melalui PerMenKes No.003 Tahun 2010 mengenai Saintifikasi Jamu dalam Pelayanan Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 tahun 2017 tentang Rencana Aksi Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dimana salah satunya dengan mengembangkan industri farmasi produk natural Dengan adanya Permenkes dan KepMenkes ini, mendorong Jamu agar mendapat pengakuan dari para dokter agar dapat menjadi alternative dalam pelayanan kesehatan
  5. Sintesa kimia : komputasi (mengotak atik) struktur kimia dari suatu senyawa Produk biologis : zat aktif yang terbuat atau diperoleh dari sel-sel hidup melalui proses biologi. Ex: insulin, rekayasa genetika tanaman obat.
  6. Pengembangan Tanaman Obat sebagai Jamu Tradisional : Pembinaan terhadap standarisasi bahan baku. Pembinaan terhadap cara pembuatan jamu yang baik. Pembinaan terkait penggunaan jamu yang aman dan rasional. Umumnya Lebih diarahkan pada penggunaan menjaga kesehatan dan pencegahan penyakit bukan mengobati
  7. Toksisitas : in vitro (LC50)) menggunakan kultur media/sel in vivo (LD50) bertujuan menentukan tingkat ketoksikan suatu zat atau bahan thd perubahan fungsi fisiologis maupun perubahan yang bersifat patologis thd organ vital dalam kurun waktu tertentu. Toksisitas >> umum & khusus Kriteria Hewan uji : Mencit 20 gr , umur 6-8 week Tikus 120 gr, umur 6-8 week Marmut 250 gr, umur 4-5 week Kelinci 1800 gr umur 8-9 week
  8. Determinasi di LIPI mengenai kebenaran jenis tanaman
  9. Uji standarisasi : kadar air, kadar abu, cemaran mikroba, cemaran logam
  10. Teratogenik : parameternya dengan mengamati perubahan pada perkembangan fetus / janin tanpa menimbulkan toksisitas yang bermakna pada induknya. Mutagenik : adanya mutase gen atau kromosom Karsinogenik : Parameternya dengan melihat apakah terbentuk neoplasma atau tidak. Pengujian ini membutuhkan jangka waktu yang lama dimana untuk tikus sekitar 24 bulan, mencit 18 bulan. Berdasarkan Japanese Guidelines for toxicity studies , lama uji tikus 130 minggu dan mencit 104 minggu.
  11. Uji toksisitas akut Digunakan untuk menentukan LD50 dan menilai gejala toksik dengan mengamati spectrum efek toksik pada organ dan mekanisme kematian pada hewan coba. Uji LD50 Perlu dilakukan untuk semua jenis obat yang akan diberikan pada manusia. Dosis yang diberikan adalah dosis tunggal dengan 2 rute pemberian ORAL dan intravena. Volume pemberian oral umumnya tidak lebih dari 2-3% berat badan hewan coba. Pengamatan dilakukan sejak persiapan. Jangka waktu pengamatan lazimnya 7-14 hari atau lebih. Setiap hewan coba yang mati dilakukan otopsi demikian juga hewan coba yang masih hidup hingga percobaan selesai. 2. Uji toksisitas Subkronik : bertujuan untuk mengetahui efek obat pada pemberian jangka panjang. Obat diberikan selama 1-3 bulan. Ex: bahan dengan efek antibiotik 3. Uji toksisitas kronik : pemberian obat diberikan 3-6 bulan, hewan coba yang digunakan dalam toksisitas kronik adalah hewan rodent (pengerat) dan non rodent (non pengerat).