2. RANCANGAN OSCE
• Pembuatan - 3
• Distribusi - 2
• Pelayanan – 4
• Istirahat – 1
• Cakupan : Obat, Alat kesehatan, Herbal, Suplemen, Kosmetik
• Waktu per-station 10 menit:
• 1 menit baca soal (di pintu)
• 9 menit mengerjakan soal
• +1 menit pindah ruangan
• Total 1 run : 109 menit
3. KOMPETENSI YANG DIUJIKAN
• Pengumpulan data & informasi
• Penetapan masalah
• Penyelesaian masalah
• Monitoring & evaluasi
• Pencatatan & pelaporan
• Komunikasi efektif
• Praktik profesional, legal & etik
4. PRAKTIK PROFESIONAL, LEGAL & ETIK
PADA STATION PELAYANAN
• Berpakaian rapi
• Mengucapkan salam, senyum, sapa
• Memperkenalkan diri
• Verifikasi identitas pasien
• Berbicara yang jelas
• Menjaga pandangan mata
• Memberikan kesempatan pasien untuk menyampaikan pendapat
• Meminta pasien mengulang kembali penjelasan yang diberikan
(untuk obat-obat konseling)
• Bersikap tenang dalam mengerjakan soal (pada soal tanpa ada
PS)
6. • Hadir di ruang briefing sesuai jadwal:
Menandatangani presensi
Menyimpan HP & alat komunikasi lainnya di “locker”
• Memasuki lokasi OSCE center dan station yang telah ditentukan duduk
di kursi yang tersedia di depan station
• Membaca soal, masuk ke station & mengerjakan tugas, pindah ke station
berikutnya sesuai rotasi
• Kembali ke ruang karantina
• Mengisi kuesioner
KANDIDAT
7. • Membaca soal di pintu (skenario dan instruksi kandidat) Pahami instruksi soal
baik-baik dan urutan instruksi (tidak perlu dihafalkan)
• Masuk ke station ketuk pintu, salam pada penguji & mengerjakan tugas
• Scan ruangan, peralatan dan dokumen referensi (jika ada) yang tersedia, bekerja
sesuai instruksi pada soal
• Dalam station ada Pemeran Standar (PS) atau Laboran; kegiatan atau lingkungan
kerja yang disimulasikan (cth: cuci tangan atau bekerja di LAF)
• Isi jawaban di lembar kerja
• Pindah ke station berikutnya sesuai rotasi tinggalkan semua alat tulis, sarung
tangan, dsb nya.
• Selalu membawa kertas buram yang dibagikan di awal dan dikumpulkan ke KOC
sebelum meninggalkan OSCE Center
KANDIDAT
8. PELAYANAN OBAT TANPA RESEP
(SWAMEDIKASI)
• Suatu tindakan “SELF CARE” untuk mengatasi
segala keluhan pada diri sendiri untuk penyakit
atau gejala yang ringan dengan menggunakan
obat-obat OTC & OWA.
9. DEFINISI SWAMEDIKASI
• Pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh individu,
termasuk obat herbal dan obat tradisional untuk mengobati
penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri (WHO,
2010).
• Upaya untuk mengobati diri sendiri, biasanya untuk
mengatasi keluhan dan penyakit ringan seperti demam, nyeri,
batuk dsb (Departemen Kesehatan RI, 2007).
10. FAKTOR YANG MENYEBABKAN PENINGKATAN
PENTINGNYA SELF CARE DAN SWAMEDIKASI
• Faktor sosio-ekonomi
• Gaya hidup
• Aksesibilitas
• ketersediaan produk baru
• Reformasi sektor kesehatan
11. TUJUAN SWAMEDIKASI
• Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam hal menolong
dirinya sendiri untuk mengatasi masalah kesehatan (kasus
penyakit ringan)
• Meningkatkan kesehatan diri
12. KEUNTUNGAN DAN RISIKO POTENSIAL
SWAMEDIKASI
Keuntungan
• increased access to medication and
relief for the patient,
• the active role of the patient in his or
her own health care
• better use of physicians and
pharmacists skills
• reduced (or at least optimized)
burden of governments due to
health expenditure linked to the
treatment of minor health condition
Risiko potensial
• incorrect self-diagnosis
• delays in seeking medical advice
when needed
• infrequent but severe adverse
reactions, dangerous drug
interactions,
• incorrect manner of administration,
incorrect dosage,
• incorrect choice of therapy,
• masking of a severe disease
• risk of dependence and abuse
13. SWAMEDIKASI YANG BERTANGGUNG
JAWAB
• Swamedikasi yang bertanggung jawab membutuhkan
produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan
kualitasnya,
• Obat yang digunakan adalah yang diindikasikan untuk
kondisi yang dapat dikenali sendiri dan untuk beberapa
kondisi kronis atau berulang (setelah diagnosis medis
awal). Dalam semua kasus, obat-obatan ini harus dirancang
khusus untuk tujuan tersebut, dan akan membutuhkan
dosis dan bentuk sediaan yang sesuai.
14. PRODUK OBAT YANG DIBERIKAN PADA SWAMEDIKASI
• Such products should be supported by information, which describes:
how to take or use the medicines;
effects and possible side-effects;
how the effects of the medicine should be monitored;
possible interactions;
precautions and warnings;
duration of use; and,
when to seek professional advice.
15. PERAN APOTEKER DALAM SWAMEDIKASI
• Komunikator
• Penyedia obat yang berkualitas
• Sebagai trainer dan supervisor
• Sebagai kolaborator
• Sebagai promotor kesehatan
16. AS A COMMUNICATOR
• the pharmacist should initiate dialogue with the patient (and the patient's physician, when
necessary) to obtain a sufficiently detailed medication history;
• in order to address the condition of the patient appropriately the pharmacist must ask the
patient key questions and pass on relevant information to him or her (e.g. how to take the
medicines and how to deal with safety issues);
• the pharmacist must be prepared and adequately equipped to perform a proper screening for
specific conditions and diseases, without interfering with the prescriber's authority;
• the pharmacist must provide objective information about medicines;
• the pharmacist must be able to use and interpret additional sources of information to satisfy
the needs of the patient;
• the pharmacist should be able to help the patient undertake appropriate and responsible self-
medication or, when necessary, refer the patient for medical advice;
• the pharmacist must ensure confidentiality concerning details of the patient’s condition.
17. AS A QUALITY DRUG SUPPLIER
• the pharmacist must ensure that the products he/she
purchases are from reputable sources and of good
quality;
• the pharmacist must ensure the proper storage of
these products.
18. AS A TRAINER AND SUPERVISOR
• To ensure up-to-date quality service, the pharmacist
must be encouraged to participate in continuing
professional development activities such as
continuing education.
• The pharmacist is often assisted by non-pharmacist
staff and must ensure that the services rendered by
these auxiliaries correspond to established standards
of practice.
19. AS A COLLABORATOR
• It is imperative that pharmacists develop quality
collaborative relationships with:
• other health care professionals;
• national professional associations;
• the pharmaceutical industry;
• governments (local/national); and,
• patients and the general public.
20. AS A HEALTH PROMOTER
• As a member of the health-care team, the pharmacist
must:
• participate in health screening to identify health
problems and those at risk in the community;
• participate in health promotion campaigns to raise
awareness of health issues and disease prevention;
and
• provide advice to individuals to help them make
informed health choices.
21. TANGGUNG JAWAB APOTEKER DALAM
MEWUJUDKAN SWAMEDIKASI YANG
BERTANGGUNG JAWAB
1. memberikan nasehat dan informasi yang benar, cukup dan objektif tentang
swamedikasi dan semua produk yang tersedia untuk swamedikasi.
2. merekomendasikan kepada pasien agar segera mencari nasehat medis yang
diperlukan, apabila dipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi.
3. memberikan laporan kepada lembaga pemerintah yang berwenang, dan
untuk menginformasikan kepada produsen obat yang bersangkutan,
mengenai efek tak dikehendaki (adverse reaction) yang terjadi pada pasien
yang menggunakan obat tersebut dalam swamedikasi.
4. mendorong anggota masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk
khusus yang harus dipergunakan dan disimpan secara hati-hati, dan tidak
boleh dipergunakan tanpa indikasi yang jelas
22. PROSEDUR TETAP SWAMEDIKASI
(Petunjuk teknis pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek, 2008)
Patient
assesment
• Mendengarkan keluhan pasien
• Menggali informasi dari pasien : Tempat timbulnya gejala penyakit, Seperti apa rasanya gejala
penyakit, Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya, Sudah berapa lama gejala
dirasakan, Ada tidaknya gejala penyerta, Pengobatan yang sebelumnya sudah dilakukan
Rekomendasi
• Memilihkan obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi pasien dengan
menggunakan obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek
Informasi
obat
• Memberikan informasi obat: nama obat, tujuan pengobatan, cara pakai, lamanya pengobatan, efek
samping yang mungkin timbul, serta hal-hal lain yang harus dilakukan maupun yang harus dihindari
oleh pasien dalam menunjang pengobatan.
• Mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi yang telah dilakukan
23. MNEMONICS YANG UMUM DIGUNAKAN
PADA KONSULTASI PENGGUNAAN OTC
WWHAM
• Who is it for
• What are the symptoms
• How long have the
symptom been present
• Action taken
• Medication being taken
ASMETHOD
• Age-appearance
• Self or someone else
• Medication
• Extra medicine
• Time persisting
• History
• Other symptom
• Danger symptom
24. INFORMASI OBAT PADA PRAKTEK
SWAMEDIKASI
• Nama Obat
• Khasiat obat
• Kontra indikasi
• Efek samping dan cara
mengatasi
• Cara pemakaian
• Dosis
• Waktu pemakaian
• Lama penggunaan
• Hal yang harus
diperhatikan sewaktu
minum obat
• Hal yang harus dilakukan
jika lupa memakai obat
• Cara penyimpanan obat
• Cara memperlakukan obat
sisa
• Cara membedakan obat
yang masih baik dan sudah
rusak
Pada dasarnya lebih ditekankan pada informasi farmakoterapi yang disesuaikan
dengan kebutuhan serta pertanyaan pasien
25. PENYAKIT RINGAN YANG DAPAT DIOBATI
DENGAN SWAMEDIKASI
•Batuk Flu Demam Nyeri
Sakit maag
(gastritis)
Diare Konstipasi
Penyakit
kulit
Alergi Kecacingan
26. KRITERIA OBAT YANG DAPAT
DISERAHKAN TANPA RESEP
• Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
• Tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.
• Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan
• Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
di Indonesia.
• Memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Permenkes No. 919/MENKES/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep
27. OBAT YANG DAPAT DIBERIKAN UNTUK
SWAMEDIKASI
•Obat bebas
Obat bebas terbatas
OWA
Suplemen makanan
28. OWA (OBAT WAJIB APOTEK)
• Obat keras yang dapat diberikan oleh APA kepada
pasien tanpa resep dokter. Contoh :
• Contoh OWA:
OBAT Indikasi Jumlah yg Boleh
diberikan
Asam mefenamat Analgetik
&antiinflamasi
10 tablet
Hidrokortison salep Antialergi topikal 1 tube
Obat KB Antifertilitas 1 Siklus (28 hari)
29. OWA (OBAT WAJIB APOTEK)
• Ketentuan penyerahan :
• Wajib melakukan pencatatan yang benar tentang
data pasien
• Memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh
diberikan
• Wajib memberikan informasi yg benar
30. CONTOH-1
• Skenario:
• Seorang perempuan (30 tahun) datang ke apotek untuk
melakukan swamedikasi. Perempuan tersebut meminta
dipilihkan obat diare.
• Instruksi kandidat:
1. Lakukan penggalian informasi terkait pasien
2. Pilihkan sediaan obat diare yang tepat sesuai dengan
informasi gejala yang anda peroleh dari pasien. (Ada 5
sediaan yang tersedia, anda diminta memilih dan
menyerahkan obat tersebut kepada pasien)
Obat yang tersedia:
Oralit sachet
Zink sirup
Neo kaolana suspensi
New diatab tablet
Imodium tablet
32. CONTOH-2
• Skenario:
• Seorang ibu muda (Ny. Galuh) datang ke apotek dengan
keluhan sakit gigi dan pusing. Dia minta obat kepada
apoteker untuk mengatasi kondisinya.
• Instruksi kandidat:
• Lakukan penggalian informasi yang diperlukan
• Pilihkan sediaan obat yang tepat sesuai dengan informasi
gejala yang anda peroleh dari pasien. (Ada 4 sediaan yang
tersedia, anda diminta memilih salah satu dan diserahkan
kepada pasien)
Obat yang tersedia:
Sanmol tablet
Ponstan tablet
Cataflam 25 mg
tablet
Antalgin tablet